• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS KEGEMUKAN PADA WANITA DEWASA TAHUN DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS KEGEMUKAN PADA WANITA DEWASA TAHUN DI INDONESIA"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN PENELITIAN

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI PANGAN

DENGAN STATUS KEGEMUKAN PADA WANITA DEWASA

30-55 TAHUN DI INDONESIA

Dr. Tiurma Sinaga, MFSA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Jakarta

dan

Departemen Gizi Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

Bogor

2014

(2)

ii

SUSUNAN TIM PENELITI

No. Nama Peneliti Jabatan dalam penelitian

1. Dr. Tiurma Sinaga, MFSA Ketua Peneliti

2. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Anggota Peneliti 3. Teguh Jati Prasetyo, S.Gz Anggota Peneliti

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penelitian analisis lanjut yang berjudul Analisis Hubungan Tingkat Konsumsi Pangan dengan Kegemukan pada Wanita Dewasa Usia 30-55 Tahun di Indonesia ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menggunakan data Riskesdas 2010. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segenap reviewer yang telah berkenan memberikan banyak masukan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala doa, dukungan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan selama penelitian ini berlangsung. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan dan pelaksanaan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan baru mengenai konsumsi pangan khususnya pada wanita dewasa di Indonesia. Semoga penelitian ini kelak dapat digunakan dan bermanfaat untuk masyarakat.

Bogor, 24 Desember 2014

(5)

v

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pemerintah Indonesia melalui Kemenkes tahun 2014 telah menyempurnakan pedoman gizi seimbang (PGS), termasuk pesan dan tips gizi seimbang bagi dewasa. Pesan ini diharapkan mampu mengurangi berbagai permasalahan gizi yang terjadi di negara ini, salah satunya adalah terkait dengan kegemukan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat konsumsi pangan dengan kegemukan pada wanita dewasa usia 30-55 tahun di Indobesia. Secara khusus penelitian ini bertujuan : 1) menganalisis tingkat konsumsi karbohidrat dan lemak dari makanan yang dikonsumsi terhadap status kegemukan wanita dewasa 30-55 tahun Indonesia; 2) menganalisis tingkat konsumsi protein dari makanan yang dikonsumsi terhadap status kegemukan wanita dewasa 30-55 tahun Indonesia; 3) menganalisis konsumsi sayur dan buah dari pangan yang dikonsumsi terhadap status kegemukan wanita dewasa 30-55 tahun Indonesia

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan karakteristik subjek dan data konsumsi pangan Riskesdas 2010 wanita dewasa usia 30-55 tahun dari Balitbangkes Kemenkes RI. Penelitian ini dilakukan selama Juni hingga Desember 2014. Data selanjutnya diolah menggunakan Microsoft excell 2007 dan SPSS 16.0 for Windows dengan analisa deskriptif, korelasi dan regresi linear. Tahapan analisis meliputi: 1) data cleaning, 2) analisis asupan gizi, 3) analisis kebutuhan zat gizi, 4) analisis pemenuhan kebutuhan gizi, 5) analisis hubungan tingkat konsumsi pangan dengan status kegemukan pada wanita dewasa usia 30-55 tahun 6) Uji regresi linear untuk mengetahui pengaruh antara tingkat konsumsi pangan, sosial ekonomi, dan pendidikan subjek dengan status gemuk.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata total asupan karbohidrat, lemak, protein dan energi dari semua subjek berturut turut sebesar (212.1±114.1 g), (38.6±29.2 g), (47.0±26.0 g), (1388.2±613.8 Kal). Rata-rata asupan energi, protein dan lemak pada subjek dengan status gizi gemuk lebih besar dibandingkan dengan subjek dengan status gizi kurus. Subjek dengan status gizi gemuk memiliki tingkat kecukupan energi, lemak dan protein lebih rendah

(6)

vi

dibandingkan dengan subjek berstatus gizi normal dan kurus. Hal ini bertentangan dengan beberapa studi yang telah dilakukan. Diduga subjek dengan status gizi gemuk sudah mulai mengubah gaya hidup dan pola makan yang lebih baik atau sudah mulai menerapkan diet.

Berdasarkan hasil korelasi diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan gizi dengan IMT dengan nilai yang negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat kecukupan zat gizi makro maka semakin tinggi nilai IMT (kegemukan). Hasil penelitian juga menunjukkan tidak ada korelasi antara konsumsi buah dan sayur dengan IMT. Hal ini bertentangan dengan teori yang sudah berkembang akhir-akhir ini. Diduga ini terjadi karena data yang digunakan merupakan data survey yang masih belum merepresentasikan kejadian yang ada di masyarakat. Kelemahan desain penelitian cross sectional yang mengambil exposure dan outcome dalam waktu yang bersamaan menyebabkan tidak dapat dijelaskannya sejak kapan subjek merubah pola makan. Selain itu dilakukan analisis regresi linear yang menyebutkan bahwa pendapatan (kuintil 4 dan 5) berpengaruh signifikan terjadinya kegemukan pada wanita dewasa di Indonesia. Data tersebut juga menunjukkan bahwa orang yang berada pada pendapatan kuintil besar memiliki peluang 1.18 kali terkena kegemukan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan (kuintil) seseorang, maka semakin berpeluang untuk mengalami kegemukan.

(7)

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat konsumsi pangan dengan kegemukan pada wanita dewasa usia 30-55 tahun di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data konsumsi Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dikumpulkan menggunakan metode recall 24 jam. Jumlah wanita dewasa usia 30-55 tahun sebanyak 45 950 subjek yang berasal dari 33 provinsi di Indonesia. Setelah melalui kriteria inklusi dan eksklusi, subjek akhir untuk penelitian ini sebanyak 41 240 orang. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata total asupan lemak, protein dan energi dari semua subjek berturut turut sebesar (38.6±29.2) gram, (47.0±26.0) gram, (1388.2±613.8) kkal. Rata-rata tingkat kecukupan energi, lemak dan protein berturut-turut sebesar 64.4%, 64.4% dan 84.3%. Tingkat partisipasi konsumsi sayur dan buah subjek diketahui sebesar 83.9%. Subjek gemuk diketahui memiliki tingkat partisipasi konsumsi sayur dan buah yang lebih besar dibandingkan subjek yang kurus dan normal. Hasil korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan tingkat kecukupan gizi dengan nilai r negatif. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara konsumsi sayur dan buah dengan kegemukan pada wanita dewasa. Selain itu (kuintil) pendapatan berpengaruh positif terhadap kegemukan. Wanita dewasa Indonesia perlu meningkatkan kualitas konsumsi pangan.

Kata kunci : konsumsi pangan, kegemukan, wanita dewasa 30-55 tahun

This study aimed to analyze the relationship beetwen food consumption and obesity in women aged 30-55 years old. This study was carried out through analyzing a consumption data set of basic health research (Riskesdas) 2010 were collected using 24 hour recall method. Total number of women aged 30-55 years of these data was 45 950 from 33 provinces of Indonesian. The final subjects for this study were 41 240 women. The result showed that the mean of total intake of fat, protein and energy respectively were (38.6±29.2) g, (47.0±26.0) g ,(1388.2±613.8) kcal. The mean of adequacy level of energy, fat and protein , respectively were 64.4 % , 64.4 % and 84.3 %. The participation rate of fruits and vegetables were known as 83.9 %. There was known that participation rate of fruits and vegetables consumption from obese subject higher than normal and underweight subject. There was a significant corellation beetween BMI and nutritional adequacy with negatif r value. The results also showed that there was no correlation between fruit and vegetable consumption. In addition the result showed quintile (income) significally correlated with obesity in women. Therefore Indonesian women need to improve the quality of food consumption.

(8)

viii

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN... i

SUSUNAN TIM PENELITI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN EKSEKUTIF ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah Penelitian ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

III. METODE PENELITIAN ... 7

A. Kerangka Konsep, Hipotesis, dan Definisi Operasional ... 7

B. Disain Penelitian ... 8

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

D. Populasi dan Sampel ... 9

E. Instrumen Pengumpul Data (Variabel) ... 10

F. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data ... 10

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 17

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 28

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN ... 31

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perhitungan kebutuhan energi menurut usia dan jenis kelamin 12 Tabel 2 Perhitungan kebutuhan protein berdasarkan usia dan jenis kelamin 13

Tabel 3 Karakteristik Sosio-Demografi 17

Tabel 4 Karakteristik Ekonomi 18

Tabel 5 Asupan energi dan gizi makro subjek menurut status gizi 19 Tabel 6 Tingkat kecukupan energi dan gizi makro (%) menurut status gizi 20 Tabel 7 Persentase subjek yang mengonsumsi sayur&buah menurut status gizi 20 Tabel 8 Konsumsi sayur dan buah subjek menurut status gizi 21 Tabel 9 Hasil regresi linear faktor yang berpengaruh terhadap kegemukan pada

wanita dewasa 24

DAFTAR GAMBAR

(10)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara berkembang menghadapi berbagai jenis transisi, salah satunya transisi epidemiologi yang menimbulkan masalah gizi ganda (double burden of communicable and non-communicable diseases) (Kapoor & Anand 2002). Malnutrisi dan infeksi pada awal kehidupan akan meningkatkan risiko chronic noncommunicable diseases (NCDs) di tahap kehidupan selanjutnya. Pada usia dewasa, kombinasi NCDs dan penyakit infeksi dapat berdampak merugikan (Bygbjerg 2012).

Prevalensi status kegemukan pada wanita dewasa mengalami peningkatan setiap tahunya, berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 sebesar 23,8% dan meningkat pada tahun 2013 menjadi sebesar 32.9%. Subjek yang tinggal di perkotaan, berpendidikan tinggi, dan termasuk dalam kelompok status ekonomi yang tinggi berdasarkan karakteristik subjek yang mengalami status kegemukan pada wanita usia dewasa 30-55 tahun.

Prevalensi kegemukan pada wanita dewasa meningkat seiring bertambahnya umur. Presentase wanita dengan status kegemukan semakin meningkat pada wanita dewasa berusia 30-55 tahun. Permasalahan obesitas pada wanita dewasa harus dicegah lebih awal dengan prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita usia muda. Penanganan masalah gizi ganda berperan penting dalam pencegahan kejadian penyakit kronis dan berdampak pada generasi selanjutnya.

Pemenuhan gizi secara optimal pada wanita dewasa merupakan salah satu kelompok rawan yang harus diperhatikan. Berdasarkan teori barker menyebutkan bahwa peranan gizi sangat penting dalam membentuk kehidupan. Peranan gizi dalam pembangunan nasional terintegrasi dengan kualitas sumber daya manusia, yang berdampak akhir kepada produktifitas. Peran wanita dewasa dalam menyiapkan generasi selanjutnya sangatlah penting (Koletzko et al. 2011).

Studi yang dilakukan oleh Fung et al. (2004) menunjukkan bahwa pola makanan barat, khususnya tinggi konsumsi daging yang diproses, dapat meningkatkan risiko diabetes melitus tipe dua pada wanita. Terdapat bukti yang

(11)

2

cukup kuat, terutama dari studi observasi prospektif, bahwa pola makan yang tinggi konsumsi buah, sayur, dan whole grains; rendah daging dan refined grains; serta asupan sumber lemak yang sehat berperan dalam pencegahan CHD, stroke, dan kanker kolorektal (Schulze & Hoffmann 2006; Miller et al. 2010).

Diet merupakan faktor penting dalam pencegahan penyakit degeneratif (obesitas, diabetes melitus tipe dua, hipertensi, dislipidemia, penyakit jantung koroner, dan stroke) dan pemeliharaan kesehatan (WHO 2002; WHO 2003). Bahan pangan dalam pola makan yang kompleks, contohnya sayur dan buah, memiliki efek protektif yang potensial dalam pencegahan penyakit degeneratif, seperti kanker, penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, stroke, dan obesitas (Steinmetz & Potter 1996; Gerber 2001).

Faktor yang masih dalam perdebatan yang berpengaruh terhadap kegemukan adalah konsumsi pangan dari segi jumlah maupun jenis pangannya. Konsumsi karbohidrat, lemak, protein dan sayur buah memiliki hubungan dengan meningkatnya prevalensi angka kegemukan pada wanita dewasa 30-55 tahun. Penelitian ini menarik untuk diteliti karena untuk melihat hubungan antara pola konsumsi pangan pada waktu malam hari dengan prevalensi status kegemukan pada wanita dewasa sehingga derajat kesehatan negara ini semakin membaik..

B. Perumusan Masalah Penelitian

Masalah gizi pada wanita dewasa 30-55 tahun paling terbesar yaitu obesitas. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 dan 2013 menunjukkan besarnya masalah kelebihan gizi pada wanita dewasa 30-55 diduga salah satunya akibat pola konsumsi pangan. Pengaturan pola konsumsi pangan sangat penting digunakan untuk mencukupi kebutuhan gizi pada wanita dewasa.

Masalah obesitas merupakan masalah gizi yang terjadi di hampir semua negara. Dampak obesitas pada kesehatan mengakibatkan kejadian penyakit degeneratif, jantung, kolestrol sampai penurunan produktifitas. Rekomendasi pola konsumsi makan yang diajurkan yaitu 5 kali, yaitu tiga kali makan utama (pagi, siang, dan malam) dan dua makan selingan. Waktu makan yang tidak teratur diduga dapat memicu terjadinya obesitas pada wanita dewasa umur 30-55 tahun. Salah satu pertimbangan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk melihat

(12)

3

hubungan tingkat konsumsi pangan dengan kejadian obesitas pada wanita dewasa umur 30-55 tahun. Pada tahun 2014, Kementerian Kesehatan telah menetapkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) terbaru. Beberapa isi dari pedoman ini yaitu berisi pesan dan tips gizi seimbang.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat konsumsi pangan dengan kegemukan pada wanita dewasa usia 30-55 tahun di Indonesia. Secara khusus penelitian ini bertujuan :

1. Menganalisis tingkat konsumsi karbohidrat dan lemak khususnya terhadap status kegemukan wanita dewasa 30-55 tahun Indonesia

2. Menganalisis tingkat konsumsi protein terhadap status kegemukan wanita dewasa 30-55 tahun Indonesia

3. Menganalisis konsumsi sayur dan buah terhadap status kegemukan wanita dewasa 30-55 tahun Indonesia

D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah :

1. Mendapatkan informasi mengenai hubungan tingkat konsumsi pangan terhadap kejadian status kegemukan wanita dewasa di Indonesia.

2. Memberikan informasi mengenai pentingnya pengaturan pola konsumsi makan untuk mencapai kesehatan optimal.

3. Mengkaji tingkat konsumsi pangan khususnya pada wanita dewasa 30-55 tahun di Indonesia.

4. Memberikan informasi mengenai jumlah dan jenis pangan tertentu yang dikonsumsi masyarakat yang dapat menjadi dasar atau acuan bagi pemerintah untuk membuat suatu kebijakan yang dapat menurunkan resiko kejadian kegemukan di masyarakat.

5. Pengembangan dan penerapan ilmu gizi khususnya pencegahan kegemukan baik melalui seminar maupun publikasi ilmiah.

6. Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah sebagai salah satu acuan dalam menentukan kebijakan untuk mengurangi angka gizi lebih di Indonesia.

(13)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Masalah Gizi Wanita

Negara berkembang sudah mulai menghadapi masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan masalah gizi ganda (kombinasi antara penyakit infeksi dan penyakit degeneratif). Prevalensi penyakit degeneratif meningkat dengan cepat di berbagai negara, termasuk negara berkembang. Kelompok usia dewasa (20-64 tahun) sebanyak lebih dari 15 juta orang mengalami kematian setiap tahun, yang sebagian besar dapat dicegah (WHO 1998). Pada tahun 2001, penyakit degeneratif memiliki kontribusi kira-kira 60% dari 56.5 juta total kematian yang dilaporkan di dunia dan kira-kira 46% dari beban penyakit secara global. Prevalensi non-communicable diseases diperkirakan meningkat hingga 57% pada tahun 2020. Hampir separuh dari kematian akibat penyakit degeneratif disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung koroner dan stroke). Sementara itu, obesitas dan diabetes juga menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan, bukan hanya karena sudah mempengaruhi populasi dalam jumlah besar, tetapi juga sudah memasuki tahap awal kehidupan (WHO 2003).

Di negara berkembang, prevalensi penyakit degeneratif semakin meningkat karena adopsi dari gaya hidup barat yang diikuti dengan beberapa faktor risiko. Faktor risiko dari masalah gizi ganda tersebut secara global terdiri dari: underweight; seks tidak aman; tekanan darah tinggi; perilaku merokok; konsumsi alkohol; sanitasi, higiene, dan air yang tidak bersih dan aman; defisiensi zat besi; polusi; asupan kolesterol tinggi; dan obesitas. Tekanan darah dan kolesterol darah yang tinggi berhubungan erat dengan meningkatnya konsumsi lemak, gula, dan garam. Hal ini menjadi semakin berbahaya, jika digabungkan dengan perilaku merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan sebagai penyebab dari timbulnya kanker, penyakit jantung, stroke, dan penyakit degeneratif lainnya (WHO 2002).

Kegemukan (Overweight dan Obesitas)

Indeks massa tubuh (IMT) digunakan oleh Ahli kesehatan untuk menentukan berat badan dewasa itu tergolong sehat atau tidak. Pengkategorian

(14)

5

nilai IMT berdasarkan hubungan antara berat badan dan risiko mengalami masalah kesehatan yang berhubungan dengan kelebihan lemak tubuh. Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (2006) dalam Schiff (2011), klasifikasi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu dewasa yang tergolong sehat (healthy) memiliki nilai IMT antara 18.5-24.9 kg/m2, overweight pada dewasa memiliki nilai IMT berkisar antara 25-29.9 kg/m2, dan obesitas pada dewasa memiliki nilai IMT berkisar antara 30-39.9 kg/m2 serta orang dewasa yang memiliki nilai IMT 40 hingga lebih tergolong dalam obesitas yang ekstrem.

Kegemukan adalah manifestasi dari kelebihan intake energi (makanan) dibanding kebutuhan dari hari ke hari selama hidup (Wiseman 2002). Kelebihan energi yang dikonsumsi ini akan disimpan sebagai lemak. Lemak ini akan terakumulasi secara cepat atau lambat menjadi satu kesatuan. Satu lemak yang tersimpan dalam tubuh cukup untuk menyeimbangkan energi yang keluar dan akan meninggalkan lemak yang telah terakumulasi. Orang dewasa gemuk sering kali mengaku bahwa mengonsusmsi makanan dengan bentuk dan porsi yang sama dengan orang yang kurus untuk menjaga agar lemak tidak menumpuk namun tetap saja gemuk. Hal ini karena orang gemuk kurang melakukan aktivitas fisik atau inaktif sehingga lemak di bawah kulitnya tidak terbakar dengan baik. Makanan yang diasup mungkin kecil namun orang gemuk hanya sedikit mengeluarkan energi dibanding orang kurus yang banyak mengeluarkan energi melalui aktifitas fisik (Wiseman 2002).

Kegemukan dapat menyebabkan keadaan fisik dan psikologis terganggu serta berhubungan dengan penurunan harapan hidup. Masalah kesehatan yang berisiko terhadap kegemukan adalah hipertensi, gagal jantung, diabetes melitus tipe 2, dan juga kanker. Oseteoarthitis juga sering dialami orang yang gemuk di mana kesulitan untuk bergerak karena adanya kerusakan pada sendi (Schiff 2011). Selain masalah kesehatan, orang yang gemuk juga memiliki masalah emosional dengan orang normal karena kesulitan mendapat pekerjaan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, dan kesulitan berpergian dengan kendaraan umum (Wiseman 2002).

(15)

6 Konsumsi Sayur dan Buah

Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup besih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi (Kemenkes RI 2014). Isi dari sepuluh pesan gizi seimbang, salah satu di antaranya adalah konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan. Secara umum, sayur dan buah merupakan sumber berbagai vitamin, mineral, dan serat pangan. Sebagian vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayur dan buah berperan sebagai antioksidan (Kemenkes RI 2014).

Berbagai kajian menunjukan bahwa konsumsi sayuran dan buah yang cukup turut berperan dalam menjaga kenormalan tekanan darah, kadar gula, dan kolesterol darah. Selain itu menurunkan risiko sulit buang air besar dan kegemukan. Sehingga konsumsi sayur dan buah yang cukup berperan dalam pencegahann penyakit tidak menular kronik. Konsumsi sayur dan buah yang dianjurkan untuk hidup sehat, menurut WHO dalam Kemenkes (2014) adalah 400 g per orang per hari yang terdiri dari 250 g sayur dan 150 g buah.

(16)

7

III. METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep, Hipotesis, dan Definisi Operasional

Kerangka teori yang melandasi penelitian ini yaitu: 1) teori konsumsi pangan (Gibson 2005), 2) teori kebutuhan gizi (IOM 2002 dan WNPG 2012) dan anjuran konsumsi pangan (PGS 2014), 3) teori konsumsi gizi dan mutu gizi konsumsi pangan (Gibson 2005).

Kerangka teori yang telah dipaparkan menjadi dasar untuk kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Mempertimbangkan bahwa data konsumsi Riskesdas 2010 merupakan satu-satunya data sekunder terbesar selama ini di Indonesia maka data tersebut akan digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan data tersebut akan dianalisis konsumsi/asupan gizi wanita dewasa.

Konsumsi pangan terutama bahan pangan yang memberikan asupan energi dan juga sayur buah akan dilihat dan dihitung dan dianalisis berdasarkan data umur, antropometri (berat badan dan tinggi badan normal). Asupan energi, lemak, karbohidrat dan protein akan dihitung untuk mengetahui seberapa besar kontribusinya terhadap resiko kegemukan pada wanita dewasa. Selain itu konsumsi sayur buah juga akan dihitung untuk melihat pengaruhnya terhadap kegemukan wanita dewasa.

Kebutuhan gizi wanita dewasa

Konsumsi sayur dan buah Konsumsi pangan wanita dewasa Asupan Energi, Lemak, KH, Protein Kejadian kegemukan pada wanita dewasa

Kontribusi terhadap pemenuhan gizi

Aktivitas Fisik

Konsumsi berdasarkan waktu makan

Karakteristik Sosial Ekonomi Gambar 1 Kerangka konsep penelitian

(17)

8

Hipotesis pada penelitian ini adalah kegemukan yang terjadi terutama pada wanita dewasa dapat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pangan. Berikut ini merupakan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian.

Asupan zat gizi adalah jumlah zat gizi yang masuk ke dalam tubuh subjek yang berasal dari makanan dan minuman. Asupan zat gizi diperoleh melalui recall 1x24 jam dan diolah menggunakan DKBM.

Indeks massa tubuh adalah nilai yang diperoleh dari perhitungan berat badan dan tinggi badan, serta mencerminkan status gizi.

Kegemukan adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah kesehatan

Pangan adalah makanan atau minuman yang dikonsumsi subjek, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang memberikan kontribusi zat gizi bagi tubuh subjek. Penilaian konsumsi pangan dalam penelitian ini dilakukan melalui recall 1x24 jam.

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh subjek.

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh subjek dan menjadi sumber utama pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Porsi adalah informasi jumlah pangan untuk setiap satu kali konsumsi

Subjek adalah seluruh penduduk Indonesia yang berusia 30-55 tahun (dewasa) dan berjenis kelamin wanita yang menjadi sampel Riskesdas 2010 serta telah melalui proses cleaning data.

Tingkat konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan dan diminum seseorang selama satu hari.

B. Disain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analisis hubungan tingkat konsumsi pangan dengan status kegemukan pada wanita dewasa 30-55 tahun di indonesia menggunakan data sekunder (analisis lanjut data Riskesdas) konsumsi pangan Riskesdas 2010 yang menerapkan disain crossectionalstudy (survei).

(18)

9 C. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu dan tempat penelitian Riskesdas 2010 merujuk pada pedoman Riskesdas 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia. Adapun tempat dan waktu penelitian ini (analisis lanjut data Riskesdas 2010) dilaksanakan pada bulan Juni - Deseber 2014 di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Kemudian data-data yang diperlukan akan diminta dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

D. Populasi dan Sampel

Subjek pada penelitian ini adalah wanita dewasa yang merupakan subjek pada penelitian konsumsi pangan Riskesdas 2010. Riskesdas 2010 meliputi 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Seluruh rumah tangga biasa yang mewakili 33 provinsi merupakan populasi dalam Riskesdas 2010. Subjek rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010. Proses pemilihan rumah tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling. Riskesdas mengambil sejumlah blok sensus dari setiap kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kerangka subjek kabupaten/kota. Pemilihan blok sensus tersebut dilakukan secara proporsional oleh BPS. Blok sensus yang dipilih untuk kesehatan masyarakat adalah sebesar 2800 blok sensus dengan 70000 rumah tangga. Cakupan Riskesdas 2010 sebanyak 69300 rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 251388 orang.

a. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu wanita dewasa usia 30 - 55 tahun dalam kondisi sehat. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah kondisi fisiologis hamil. Subjek yang diperoleh dilakukan proses cleaning terhadap data berat badan, tinggi badan, dan konsumsi pangan yang tidak lengkap, selanjutnya dilakukan proses cleaning terhadap subjek yang memiliki BMI <13 (Gibson 2005) dan BMI > 40 (WHO 2007), asupan energi <0.3 atau >3 kali dari energi basal (FANTA Study 2007), serta subjek dengan tingkat kecukupan energi, protein, karbohidrat dan lemak >400%.

(19)

10

b. Besar Sampel dan Cara Pemilihan atau Penarikan Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah keseluruhan data wanita dewasa (30-55 tahun) yang tersedia dalam electronic file data konsumsi pangan Riskesdas 2010. Jumlah subjek total sebesar 45.950 orang. Data tersebut selanjutnya ditapis dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sehingga diperoleh subjek dalam penelitian ini adalah sebesar 41.240 orang.

E. Instrumen Pengumpul Data (Variabel)

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder Riskesdas 2010. Data yang diambil terutama data konsumsi pangan pada wanita dewasa usia 30-55 tahun. Variabel yang akan dianalisis diantaranya meliputi karakteristik subjek yang terdiri atas daerah, status kawin, usia, dan status hamil. Kemudian juga aka dianalisis terkait karakteristik sosial ekonomi yang terdiri atas pendidikan, pekerjaan dan status ekonomi. Selain itu akan dianalisis pula mengenai antropometri (tinggi badan dan berat badan) dan konsumsi pangan (jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi)

F. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data

Data yang diperoleh merupakan data Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010. Data yang dikumpulkan dilakukan oleh Balitbangkes dengan petugas pengumpul yang sudah terlatih. Instrumen yang digunakan dalam survey pengumpulan data juga telah divalidasi, standarisasi, dan dikalibrasi. Proses data cleaning dilakukan untuk memastikan data dari Balitbangkes yang digunakan sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang ditetapkan dalam penelitian ini.

Peneliti menyiapkan Tabel 1 yang berisi tentang semua peubah yang diperlukan untuk penelitian ini agar diperoleh data sesuai dengan yang diharapkan penelitian ini. Sebelum elektronik file dibawa ke bogor, peneliti akan mengecek apakah data yang diberikan Balitbangkes sesuai dengan peubah yang disajikan pada Tabel 1. Selama analisis berlangsung, ketua peneliti melakukan pengawasan kegiatan dan mutu data melalui pertemuan dan diskusi dengan tim peneliti.

Penelitian ini merupakan suatu penelitian analisis lanjut data konsumsi pangan Riskesdas 2010. Tahapan penelitian dimulai dari: a) penyusunan proposal dan protokol penelitian, b) permohonan set data konsumsi pangan dan

(20)

11

karakteristik sosial ekonomi subjek dari Balitbangkes, c) manajemen data, d) analisis data hubungan tingkat konsumsi pangan dengan status kegemukan pada wanita dewasa 30-55 tahun di indonesia.

Tahapan analisis meliputi: 1) data cleaning, 2) analisis asupan gizi, 3) analisis kebutuhan zat gizi, 4) analisis pemenuhan kebutuhan gizi, 5) analisis hubungan tingkat konsumsi pangan dengan status kegemukan pada wanita dewasa usia 30-55 tahun 3) Uji regresi linear untuk mengetahui pengaruh antara tingkat konsumsi pangan dengan status kegemukan wanita dewasa.

Setelah dilakukan data cleaning seperti proses yang dipaparkan di atas, selanjutnya dilakukan analisis untuk mencapai tujuan penelitian ini, mulai dari analisis konsumsi/asupan gizi sampai uji regresi.

1) Analisisasupan gizi

Perhitungan asupan zat gizi dilakukan dengan menggunakan data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam gram/URT yang dikonversi ke dalam nilai zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Perhitungan tersebut akan menghasilkan kandungan gizi masing-masing bahan pangan dari pangan yng dikonsumsi oleh subjek. Setelah perhitungan kandungan zat gizi dilakukan, dilanjutkan dengan menghitung tingkat kecukupan masing-masing zat gizi (Hardinsyah & Martianto 1994).

Rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi sebagai berikut:

Keterangan :

KGij = Penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan yang dikonsumsi

Bj = Berat bahan makanan j (gram)

Gij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j BDDj = % bahan makanan j yang dapat dimakan b. Analisis kebutuhan gizi

a) Kebutuhan Energi

(21)

12

Rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada oxford equation digunakan untuk menghitung kebutuhan energi sampel. Perhitungan kebutuhan energi sampel disesuaikan dengan jenis kelamin, status gizi, usia, faktor aktivitas, serta berat badan dan tinggi badan aktual bagi yang berstatus gizi normal dan berat badan estimasi IMT = 25 kg/m2 berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE) atau pada kelompok usia dewasa disebut dengan Estimated Energy Requirement (EER) yang dikoreksi dengan Thermic Effect of Food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan konsumsi pangan, nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari TEE.

Penentuan faktor aktivitas dilakukan berdasarkan jenis pekerjaan sampel yang terdapat pada data Riskesdas 2010. Kategori aktivitas dibagi menjadi empat kategori yaitu sangat ringan, ringan, aktif dan sangat aktif. Kategori faktor aktivitas yang sangat ringan dikelompokkan pada sampel yang tidak bekerja, kategori aktif di kelompokkan pada sampel sekolah, kategori sangat aktif dikelompokkan pada petani/nelayan dan buruh, dan kategori ringan dikelompokkan pada sampel wiraswasta/layan jasa/dagang dan pekerjaan selain yang telah disebutkan. Perhitungan kebutuhan energi sampel dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Perhitungan kebutuhan energi menurut usia dan jenis kelamin

Rumus perhitungan kebutuhan energi Kebutuhan energi (Kal)

EER perempuan 19 tahun keatas dengan status gizi normal EER = TEE

EER = 354 – (6.91xU) + PA x (9.36xBBa + 726xTB) Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.12 (ringan) PA = 1.27 (aktif) PA = 1.45 (sangat aktif) EER + 10% TEE

EER perempuan 19 tahun keatas dengan status gizi overweight dan obese

EER = TEE

EER = 448 – (7.95xU) + PA x (11.4xBBe + 619xTB) Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.16 (ringan) PA = 1.27 (aktif) PA = 1.54 (sangat aktif) EER + 10% TEE

(22)

13 Keterangan:

U = umur (tahun), BBa = berat badan aktual (Kg), TB = tinggi badan (m) BBe = berat badan estimasi BMI = 25 Kg/m2 (Kg)

EER = estimasi kebutuhan energi (Kal) TEE = total pengeluaran energi (Kal) PA = koefisien aktivitas fisik

b) Kebutuhan Zat Gizi Makro

Kebutuhan protein dihitung berdasarkan formula estimasi Angka Kecukupan Protein (AKP) dalam WNPG 2012 sesuai dengan kelompok usia dan jenis kelamin.Kebutuhan protein dihitung sesuai dengan berat badan sampel dan dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein sebesar 1.3 (WNPG 2012). Berdasarkan WNPG 2012, rendahnya mutu protein makanan penduduk Indonesia menjadi dasar penentun faktor koreksi tersebut. Berikut adalah penghitungan kebutuhan protein :

Kebutuhan protein = AKP x faktor koreksi mutu protein

Keterangan:

AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari) Faktor koreksi mutu protein = 1.3

Tabel 2 Perhitungan kebutuhan protein berdasarkan usia dan jenis kelamin

Kelompok usia Jenis kelamin

Perempuan

30-49 tahun 0.8 g/kg BB/hr x 1.3

50-64 tahun 0.8 g/kg BB/hr x 1.3

Sumber : WNPG (2012)

Kebutuhan lemak dihitung sebesar 25% dari kebutuhan energi (WNPG 2012), rekomendasi kebutuhan lemak untuk dewasa adalah 25-35% (mahan & escoot-stump 2008) dan berdasarkan almatsier (2004) kebutuhan lemak orang dewasa adalah 10-25% dari total kebutuhan energi. Setelah diperoleh kebutuhan energi, protein dan lemak, kebutuhan karbohidrat dihitung berdasarkan selisih antara kebutuhan energi total dengan kebutuhan energi dari protein dan lemak sampel yang dijelaskan sebagai berikut :

(23)

14 2) Analisis pemenuhan kebutuhan gizi

Berdasarkan data konsumsi zat gizi, dapat diperoleh data tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi dengan membandingkan antara zat gizi yang dikonsumsi dan kebutuhan zat gizi subjek berdasarkan perhitungan rumus kebutuhan untuk zat gizi makro (energi, protein, lemak dan karbohidrat yang dinyatakan dalam bentuk persen). Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi subjek :

Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi (%) = Konsumsi zat gizi x 100%

Kebutuhan zat gizi

3) Analisis hubungan tingkat konsumsi pangan dengan status kegemukan pada wanita dewasa

Peubah tingkat konsumsi energi dari konsumsi pangan dihitung berdasarkan persentase asupan energi terhadap total kebutuhan energi sehari. Dengan cara yang sama juga dihitung untuk tingkat konsumsi lemak, karbohidrat dan protein. Juga dihitung jumlah konsumsi sayur dan buah setiap subjek perhari. Analisis data dilakukan secara deskriptif statistik tentang distribusi persentase masing-masing peubah kategori atau nilai mean, standar deviasi dan median bagi peubah yang kontinyu.

Analisis statistik inferensia yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis uji dependensi X2 dan multivariate. Uji dependensi X2 digunakan untuk menganalisis hubungan status kegemukan dengan berbagai variabel. Analisis

regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui peluang atau yang

berpengaruh terhadap status kegemukan pada wanita dewasa. Regresi yang digunakan model binary linear regression. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 .... bi Xi

Keterangan :

Y1 = ln inverse dari status gemuk (tidak gemuk=0 dan gemuk =1)

a = Konstanta

bi = koefisien regresi

(24)

15

X1= Tingkat konsumsi energi (kurang 70%=0, lebih 70% =1)

X2= Tingkat konsumsi sayur buah perhari (lebih 200g/kap hr=0, kurang 200g=1)

X3= Pendidikan (kurang dari SLTP=0, sama atau lebih SLTP=1) X4= Pekerjaan (bekerja =0, tdk bekerja =1)

X5= Kuintil (4&5 = 1; 1,2,3 = 0)

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang akan diperoleh dari Balitbangkes merupakan data electronic file. Data tersebut kemudian di simpan di dalam computer yang telah dipastikan bersih dari virus yang dapat merusak data. Proses dilanjutkan dengan verifikasi dan editing data (untuk mengecek kelengkapan dan konsistensi data yang dikumpulkan) dengan penyesuaian terhadap code book. Kode-kode yang belum seragam akan diseragamkan. Kemudian dilakukan proses data cleaning (pembersihan data). Hasil deskriptif analitik dari setiap peubah (minimum/maksimum, mean dan median, serta persentase distribusi) digunakan sebagai pegangan untuk melakukan cleaning. Data cleaning dikaitkan dengan kriteria inklusi dan eksklusi seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya sampai data siap untuk diolah dan dianalisis.

Untuk menghindari adanya data yang hilang pada saat pengerjaan maka hasil analisis data pada setiap tahap akan disimpan secara periodik dan duplikasi penyimpanan dilakukan dengan menyimpan data dalam email peneliti.

Aplikasi Microsoft excel dan SPSS 16 for windows akan digunakan untuk menganalisis data. Analisis data dilakukan secara deskriptif statistik tentang distribusi persentase masing-masing peubah kategori atau nilai mean, standar deviasi dan median bagi peubah yang kontinue. Untuk mengetahui hubungan antar variabel dilakukan analisis regresi linear.

Dalam manajemen data juga termasuk pengkategorian berbagai peubah. Karakteristik sosial ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data karakteristik individu dan keluarga yang dianalisis secara statistik deskriptif. Data tersebut meliputi data daerah tempat tinggal subjek, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status ekonomi keluarga. Pembagian daerah tempat tinggal subjek dilakukan dengan membagi menjadi dua kelompok yaitu perkotaan dan perdesaan.

(25)

16

Pengelompokan pendidikan subjek dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tidak tamat/tamat SD/MI, tamat SLTP/MTS, tamat SLTA/MA/perguruan tinggi, sedangkan pekerjaan subjek dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu tidak bekerja, sekolah, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan jasa/dagang, petani/nelayan/buruh dan lainnya. BPS mengelompokkan status ekonomi subjek menurut kuintil.

(26)

17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui sebaran karakteristik sosio-demografi subjek yang terdiri dari rata-rata usia, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, status pendidikan dan daerah/domisili. Tabel 3 menyajikan hasil karakteristik sosio-demografi subjek.

Tabel 3 Karakteristik Sosio-Demografi

Peubah Gemuk Normal Kurang Total

Usia (tahun) 41.2 ±7 (41) 40.4 ± 7(40) 41.4 ± 7 (41) 40.8 ± 7 (40) Berat badan (Kg) 64.9 ± 7.9 (64) 51.0 ± 5.7 (50.8) 40.2 ± 4.7 (40.2) 55.0 ± 10.1 (54.1) Tinggi badan (cm) 151.3 ± 6.0 (151.3) 152.3 ± 6.0 (1.76) 152.7 ± 7.6 (152.5) 152.0 ± 6.2 (152) IMT 28.33 ± 2.83 (27.56) 21.96 ± 1.76 (22.04) 17.21 ± 1.11 (17.51) 23.80 ± 4.10 (23.31) Status Pendidikan Tidak Sekolah/ SD 7569 (53.48) 14315 (59.44) 2102 (69.97) 23986 (58.16) SMP 2367 (16.73) 3474 (14.42) 329 (10.95) 6170 (14.96) SMA/SMK 3012 (21.28) 4494 (18.66) 411(13.68) 7017 (19.20) PT 1204 (8.51) 1801 (7.48) 162 (5.39) 3167 (7.68) Daerah/Domisili Desa 8365 (59.11) 11846 (49.19) 1211 (40.31) 21422 (51.94) Kota 5787(40.89) 12238 (50.81) 1793 (59.69) 19818 (48.06) Tabel di atas menunjukkan sebaran subjek berdasarkan karakteristik sosio demografinya. Subjek berusia rata-rata 40.8 tahun dengan rata-rata berat badan dan tinggi badan berturut-turut sebesar 55 kg dan 152 cm. Indeks Massa Tubuh (IMT) rata-rata dari total subjek sebesar 23.8. Berdasarkan status pendidikan, diketahui bahwa sebagian besar subjek memiliki pendidikan terakhir tidak sekolah/tamat SD. Berdasarkan daerah/domisili diketahui bahwa sebagian besar subjek tinggal di daerah perdesaan.

Data tersebut juga menunjukkan bahwa jumlah subjek yang berada pada kategori gemuk sebagian besar tidak sekolah/tamat SD dan tinggal di daerah perdesaan. Berbeda dengan subjek yang tinggal di pedesaan, diduga subjek yang tinggal di perkotaan telah dipengaruhi oleh gaya hidup dimana orang yang

(27)

18

berpendidikan lebih tinggi dan tinggal di perkotaan sudah mulai menerapkan diet untuk menanggulangi kegemukan.

Tabel 4 menunjukkan karakteristik ekonomi subjek berdasarkan status ekonomi dan status pekerjaan. Status ekonomi dibagi ke dalam 5 kategori yaitu kuintil 1, kuintil 2, kuintil 3, kuintil 4 dan kuintil 5. Status pekerjaan dibagi ke dalam 5 kategori yaitu 1) Tidak bekerja/sekolah; 2) Pegawai negeri (TNI/POLRI/PNS); 3) Wiraswasta/Layan jasa/dagang; 4) Petani/nelayan/buruh 5) Lainnya. Berikut disajikan karakteristik ekonomi subjek.

Tabel 4 Karakteristik Ekonomi

Peubah Gemuk Normal Kurang Total

Status Ekonomi Kuintil 1 2058 (14.54) 5676 (23.57) 894 (29.76) 8628 (20.92) Kuintil 2 2607 (18.42) 5217 (21.66) 759 (25.27) 8583 (20.81) Kuintil 3 2937 (20.75) 4786 (19.87) 574 (19.11) 8297 (20.12) Kuintil 4 3263 (23.06) 4439 (18.43) 458 (15.25) 8160 (19.79) Kuintil 5 3287 (23.23) 3966 (16.47) 319 (10.62) 7572 (18.36) Status Pekerjaan Tidak bekerja/sekolah 6108 (43.16) 9605 (39.88) 1148 (38.22) 16861 (40.89) Pegawai Negeri 1152 (8.14) 1555 (6.46) 132 (4.39) 2839 (6.88) Wiraswasta/ Layan Jasa 2696 (19.05) 3775 (15.67) 341 (11.35) 6812 (16.52) Petani/nelayan/buruh 2848 (20.12) 7211 (29.94) 1153 (38.38) 11212 (27.19) Lainnya 1348 (9.53) 1938 (8.05) 230 (7.66) 3516 (8.53)

Tabel 4 di atas menunjukkan sebaran subjek berdasarkan karakteristik ekonominya. Sebagian besar subjek berada pada kategori status ekonomi di kuintil 1 yaitu sebesar 20.92%. Berdasarkan status pekerjaan, sebagian besar subjek tidak bekerja/sekolah dan presentase terkecil menunjukkan subjek bekerja sebagai pegawai negeri sebesar 6.88%. Subjek dengan kategori gemuk sebagian besar berada pada kuintil 5 dan status pekerjaan tidak bekerja/sekolah. Subjek yang berada pada kuintil 5 cenderung memiliki pendapatan yang tinggi sehingga memiliki kecenderungan tingkat konsumsi yang tinggi dan menjadi salah satu

(28)

19

faktor penyebab kegemukan. Sedangkan jika ditinjau dari status pekerjaan maka orang yang tidak bekerja/sekolah cenderung memiliki aktivitas fisik yang rendah sehingga berpotensi untuk mengalami kegemukan.

Tabel 5 Asupan energi dan gizi makro subjek menurut status gizi

Asupan Gemuk Normal Kurang Total

Total Karbohidrat (g) 212.9 ± 111.0 (188.1) 211.6 ± 116.1 (185.9) 216.2 ± 113.1 (189.6) 212.4 ± 114.1 (186.9) Lemak (g) 40.6 ± 30.1 (33.9) 37.7 ± 28.8 (31.3) 35.8 ± 28.2 (29.0) 38.6 ± 29.2 (32.0) Protein (g) 48.5 ± 26.9 (42.4) 46.4 ± 25.6 (40.4) 44.7 ± 23.8 (39.5) 47.0 ± 26.0 (41.0) Enrgi (Kal) 1415.4 ± 624.5 (1289.7) 1374.7 ± 608.5 (1245.2) 1368.6 ± 600.6 (1244.1) 1388.2 ± 613.8 (1260.0)

Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa rata-rata asupan energi pada subjek dengan status gizi gemuk (1415.4 ± 624.5 Kal) lebih tinggi dibandingkan subjek status gizi normal (1374.7 ± 608.5 Kal) dan subjek status gizi kurang (1368.6 ± 600.6 Kal). Rata-rata asupan gizi makro pada subjek status gizi gemuk yaitu protein (48.5 ± 26.9 g), lemak (40.6 ± 30.1 g), dan karbohidrat (40.6 ± 30.1 g) lebih tinggi dibandingkan subjek dengan status gizi normal dan status gizi kurang. Rata-rata total asupan karbohidrat, lemak, protein dan energi dari semua subjek berturut turut sebesar (212.4±114.1 g), (38.6±29.2 g), (47.0±26.0 g), (1388.2±613.8 Kal).

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa asupan energi, protein, dan lemak subjek dengan status gizi gemuk lebih tinggi dibandingkan dengan subjek dengan status gizi kurus atau normal. Data di negara Cina yang ditunjukkan oleh China Health and Nutrition Survey menunjukkan bahwa antara tahun 1989 dan 1993 terjadi peningkatan orang dewasa yang mengonsumsi diet tinggi lemak dari 22.8% menjadi 66.6%. Salah satu konsekuensi dari transisi gizi adalah menurunnya undernutrition yang diikuti dengan meningkatnya obesitas (Popkin 2001).

(29)

20

Tabel 6 Tingkat kecukupan energi dan gizi makro (%) menurut status gizi

Asupan Gemuk Normal Kurang Total

Total Karbohidrat 58.4 ± 30.8 (51.5) 62.1 ± 34.1 (54.4) 65.4 ± 34.5 (62.1) 61.1 ± 33.1 (53.5) Lemak 63.5 ± 47.4 (52.9) 64.9 ± 49.8 (53.6) 65.1 ± 51.9 (53.2) 64.4 ± 49.2 (53.4) Protein 72.7 ± 41.3 (63.3) 88.1 ± 49.2 (76.6) 108.3 ± 59.6 (94.0) 84.3 ± 48.5 (72.8) Energi 61.5 ± 27.6 (55.7) 65.5 ± 29.5 (59.2) 69.0 ± 31.0 (62.4) 64.4 ± 29.1 (58.2)

Tingkat kecukupan gizi merupakan nilai total asupan makan sehari dibagi dengan nilai kebutuhan gizi subjek. Berbeda halnya dengan asupan rata-rata, tingkat asupan energi pada subjek status gizi gemuk (61.5 ± 27.6)% yang memiliki presentase lebih kecil dibandingkan dengan subjek berstatus gizi normal dan kurus. Pada zat gizi makro juga demikian, subjek berstatus gizi gemuk memiliki tingkat asupan protein (72.7 ± 41.3)%, lemak (63.5 ± 47.4)%, dan karbohidrat (58.4 ± 30.8)% yang paling rendah dibandingkan dengan subjek berstatus gizi normal dan kurus. Hal ini bertentangan dengan teori yang ada dan diduga subjek berstatus gizi gemuk sudah mulai mengubah gaya hidup dan pola makan yang lebih baik.

Tabel 7 Persentase subjek yang mengonsumsi sayur&buah menurut status gizi

Konsumsi Gemuk Normal Kurang Total

Total Sayur, n (%) 9096 (64.3%) 16144 (67.0%) 2046 (68.1%) 27286 (66.2%) Buah, n (%) 2826 (20.0%) 4058 (16.8%) 439 (14.6%) 7323 (17.8%) Sayur dan Buah, n (%) 11922 (84.2%) 20202 (83.9%) 2485 (82.7%) 34609 (83.9%)

Konsumsi sayur dan buah merupakan salah satu isi dari Pesan Gizi Seimbang 2014. Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa presentase total subjek dalam penelitian yang mengonsumsi sayur saja (66.2%), serta mengonsumsi sayur dan buah (83.9%) sudah cenderung tinggi sedangkan subjek yang mengonsumsi buah saja (17.8%) masih cenderung rendah. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Humayrah (2009) yang menyebutkan bahwa

(30)

21

konsumsi sayur dan buah masih tergolong rendah pada dewasa di Sulawesi Utara (14.4%), DKI Jakarta (6.0%), dan Gorontalo (17.3%).

Pada total subjek berstatus gizi gemuk pada penelitian yang cenderung lebih tinggi mengonsumsi sayur saja (64.3%) dibanding subjek berstatus gizi gemuk yang mengonsumsi buah saja (20.0%). Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013), dengan subjek penelitian pada dewasa yang memiliki anak (orang tua) secara dominan lebih banyak menyukai konsumsi sayur (54.8%) dibanding buah. Namun pada penelitian ini didapatkan total subjek berstatus gizi gemuk yang mengonsumsi sayur dan buah (84.2%) lebih tinggi dibandingkan subjek berstatus gizi gemuk yang mengonsumsi hanya sayur atau buah.

Tabel 8 Konsumsi sayur dan buah subjek menurut status gizi

Asupan Gemuk Normal Kurang Total

Total Sayur (g) 71.0 ± 50.0 (50.0) 71.1 ± 53.9 (50.0) 69.8 ± 62.5 (50.0) 70.7 ± 56.7 (50.0) Buah (g) 97.1 ± 80.6 (80.0) 91.9 ± 81.1 (75.0) 92.6 ± 74.0 (75.0) 92.5 ± 78.3 (75.0) Sayur dan Buah (g) 74. 1 ± 55.2 (50.0) 73.9 ± 58.8 (50.0) 73.7 ± 65.2 (50.0) 73.8 ± 60.8 (50.0)

Pada Tabel 8 diketahui bahwa rata-rata konsumsi sayur (70.7 ± 56.7 g), buah (92.5 ± 78.3 g), serta sayur dan buah (73.8 ± 60.8 g) pada total subjek penelitian. Sama halnya dengan subjek berstatus gizi gemuk yang memiliki rata-rata konsumsi sayur (71.0 ± 50.0 g) serta konsumsi sayur dan buah (74. 1 ± 55.2 g) yang hampir sama dengan total subjek penelitian. Namun rata-rata konsumsi buah (97.1 ± 80.6 g) pada subjek penelitian gemuk cenderung lebih tinggi dibanding total subjek penelitian. Diduga orang yang berstatus gizi gemuk sudah mulai menerapkan pola diet sehingga konsumsi buah dan sayur lebih tinggi.

Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Nurhayati (2013), konsumsi sayur dan buah yaitu sebanyak 300 g untuk sayuran dan 200 g untuk buah-buahan. Demikian pula dengan standar yang telah ditetapkan oleh WHO yaitu sebanyak 400 g masing-masing untuk sayuran dan buah-buahan. Dengan demikian,

(31)

22

konsumsi sayur dan buah untuk wanita dewasa belum terpenuhi. Konsumsi buah dan sayur memiliki efek protektif terhadap kejadian berbagai macam jenis kanker, serpeti kanker di saluran pencernaan, kanker paru-paru serta kanker payudara (Riboli & Norat 2003). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan He et al. (2007), konsumsi buah dan sayur juga berkontribusi dalam menurunkan risiko kejadian penyakit jantung koroner. Konsumsi sayuran dan buah-buahan secara rutin telah terbukti dapat menurunkan risiko penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif. Oleh karena itu, peningkatan konsumsi sayuran dan buah-buahan penting untuk ditekankan pada kebijakan kesehatan masyarakat di setiap negara untuk mencegah perkembangan PTM dan penyakit degeneratif (Lock et al. 2005).

Hubungan antara asupan gizi dan tingkat kecukupan gizi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Penelitian ini menunjukan bahwa antara asupan zat gizi protein, lemak dan energi dengan IMT terdapat hubungan yang bernilai positif dan signifikan (p<0.05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi asupan protein, lemak dan energi, maka semakin tinggi nilai IMT atau berhubungan dengan kejadian kegemukan pada wanita dewasa usia 30-55 tahun di Indonesia. Hal ini sejalan dengan penelitian metanalisis yang dilakukan pada negara yang telah maju dan negara yang sedang berkembang oleh Rouhani (2014), yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dan lingkar pinggang terhadap asupan makanan yang mengandung tinggi protein dan lemak seperti daging merah dan daging olahan. Sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.005) antara asupan zat gizi karbohidrat dengan IMT.

Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan gizi dengan IMT (r= negatif). Artinya terdapat hubungan yang bernilai negatif dan signifikan (p<0.05) antara tingkat kecukupan gizi dengan IMT. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin rendah nilai masing-masing tingkat kecukupan gizi yaitu kecukupan karbohidrat, kecukupan lemak, kecukupan protein dan kecukupan energi, maka akan nilai IMT tinggi atau terjadi kegemukan pada wanita dewasa usia 30-55 tahun di Indonesia. Hal ini diduga karena orang yang gemuk sudah mulai menerapkan pola hidup sehat

(32)

23

dengan mengosumsi asupan sesuai kebutuhan. Selain itu diduga desai studi cross sectional yang mengambil exposure dan outcome dalam waktu yang bersamaan menyebabkan tidak dapat dijelaskannya sejak kapan subjek merubah pola makan.

Hubungan antara konsumsi sayur dan buah dengan Indeks Massa Tubuh Peningkatan konsumsi sayur dan buah dapat menurunkan konsumsi lemak (Drapeau et al. 2004). Selain itu, WHO (2000) menjelaskan bahwa asupan serat yang berasal dari konsumsi sayur dan buah dapat membatasi asupan energi dengan efek rendahnya densitas energi dan mempercepat rasa kenyang. Sehingga mengonsumsi sayur dan buah secara rutin dapat menurunkan kejadian kegemukan. Hasil analisa statistik dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05) antara konsumsi sayur dengan IMT (r=-0.012) menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang bernilai negatif dan signifikan (p<0.05) antara konsumsi sayur dengan IMT. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin sedikit konsumsi sayur maka akan terjadi kegemukan (nilai IMT tinggi) pada wanita dewasa usia 30-55 tahun di Indonesia.

Selain itu hasil perhitungan lain menunjukan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi buah dengan IMT (p<0.05). Artinya konsumsi buah tidak berhubungan dengan kegemukan (nilai IMT tinggi). Sama halnya dengan hubungan antara konsumsi sayur dan buah dengan IMT, hasil perhitungan menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05). Dengan demikian konsumsi sayur dan buah tidak berhubungan dengan dengan kegemukan (nilai IMT tinggi) yang terjadi pada wanita dewasa usia 30-55 tahun di Indonesia. Hal ini sejalan dengan penelitian Humayrah (2009) yang menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara kebiasan konsumsi sayur dan buah dengan kejadian kegemukan di Gorontalo. Hal ini diduga karena pada penelitian ini tidak diperhitungkan asupan serat dari sayur dan buah yang dikonsumsi. Padahal konsumsi makanan berserat tinggi memberikan rasa kenyang sehingga dapat menurunkan nafsu makan dan menurunkan berat badan (Almatsier 2004). Selain itu kelemahan desain cross sectional yang mengambil exposure dan outcome dalam waktu yang bersamaan menyebabkan

(33)

24

tidak dapat dijelaskannya hubungan antara konsumsi sayur dan buah dengan kejadian obesitas.

Faktor yang Mempengaruhi Kegemukan pada Wanita Dewasa

Faktor-faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap kegemukan pada wanita dewasa adalah tingkat kecukupan energi, tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, kuintil pendapatan dan konsumsi sayur buah. Hasil uji regresi linear menunjukkan bahwa nilai R untuk indeks massa tubuh wanita dewasa sebesar 0.038. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang dianalisis hanya mewakili 3.8% dari model atau variabel yang digunakan dalam penelitian yang memengaruhi kejadian kegemukan pada wanita dewasa di Indonesia.

Tabel 9 Hasil regresi linear faktor yang berpengaruh terhadap kegemukan

Peubah B Std. Error Beta t p

(Constant) 23.938 0.043 552.553 0.000

Kecukupan energi ( > 70%) -0.773 0.043 -0.089 -18.116 0.000 Pendidikan ( > SMP/MTS) -0.244 0.078 -0.016 -3.140 0.002 Pekerjaan (Tidak bekerja) -0.853 0.043 -0.100 -19.998 0.000

Kuintil (4 dan 5) 1.186 0.043 0.140 27.616 0.000

Sayur Buah (<200 gram) -0.018 0.041 -0.002 -0.434 0.665

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa kecukupan energi, tingkat pendidikan dan pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kegemukan pada wanita dewasa (p<0.05). Namun hubungan tersebut bernilai negatif. Konsumsi buah dan sayur tidak berpengaruh terhadap kegemukan pada wanita dewasa (p>0.05). Data tersebut juga menunjukkan bahwa pendapatan (kuintil) memiliki hubungan yang signifikan (p < 0.05) terhadap kegemukan pada wanita dewasa. Data tersebut juga menunjukkan bahwa orang yang berada pada pendapatan kuintil besar memiliki peluang 1.18 kali terkena kegemukan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan (kuintil) seseorang, maka semakin berpeluang untuk mengalami kegemukan.

(34)

25

Hasil penelitian di atas sejalan dengan Sugianti (2009) dengan subjek penelitian wanita dewasa diketahui bahwa pendapatan kuintil 4 dan 5 merupakan faktor risiko terhadap obesitas sentral di Gorontalo. Selain itu dengan subjek yang sama, pendapatan pada kuintil 5 merupakan faktor risiko terhadap obesitas sentral di DKI Jakarta (Sugianti 2009). WHO (2000) menjelaskan bahwa peningkatan pendapatan berpengaruh pada peningkatan konsumsi rumah tangga seperti makanan tinggi lemak dan konsumsi daging. Hal yang sama dijelaskan Yoon et al. (2006) bahwa pengaruh pendapatan terhadap obesitas terletak pada ketersediaan dalam memiliki makanan dan aktifitas fisik. Sehingga seorang dengan pendapatan yang tinggi cenderung memiliki pengeluaran yang tinggi pula seperti pengeluaran untuk konsusmsi makanan berlemak dan berenergi tinggi. Dengan demikian diduga bahwa orang yang berpendapatan lebih banyak memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami kegemukan

(35)

26

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata total asupan karbohidrat, lemak, protein dan energi dari semua subjek berturut turut sebesar (212.1±114.1 g), (38.6±29.2 g), (47.0±26.0 g), (1388.2±613.8 Kal). Rata-rata asupan energi, protein dan lemak pada subjek dengan status gizi gemuk lebih besar dibandingkan dengan subjek dengan status gizi kurus. Subjek dengan status gizi gemuk memiliki tingkat kecukupan energi, lemak dan protein lebih rendah dibandingkan dengan subjek berstatus gizi normal dan kurus. Hal ini bertentangan dengan beberapa studi yang telah dilakukan. Diduga subjek dengan status gizi gemuk sudah mulai mengubah gaya hidup dan pola makan yang lebih baik atau sudah mulai menerapkan diet.

Berdasarkan hasil korelasi diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan gizi dengan IMT dengan nilai yang negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat kecukupan zat gizi makro maka semakin tinggi nilai IMT (kegemukan). Hasil penelitian juga menunjukkan tidak ada korelasi antara konsumsi buah dan sayur dengan IMT. Hal ini bertentangan dengan teori yang sudah berkembang akhir-akhir ini. Diduga ini terjadi karena data yang digunakan merupakan data survey yang masih belum merepresentasikan kejadian yang ada di masyarakat. Selain itu dilakukan analisis regresi linear yang menyebutkan bahwa pendapatan (kuintil 4 dan 5) berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kegemukan pada wanita dewasa di Indonesia.

B. Saran

Perlu dikembangkan desain studi khusus untuk mengetahui pokok permasalahan gizi di masyarakat (Gizi Ganda) dengan penyempurnaan kuesioner dan desain penelitian. Desain penelitian yang dapat dilakukan adalah kohort (longitudinal) mengenai hubungan tingkat konsumsi karbohidrat, protein, lemak, dan energi dengan status kegemukan. Sehingga data yang diperoleh lebih valid dan dapat merepresentasikan masalah tersebut. Enumerator perlu mendapat pelatihan khusus untuk menggali informasi dari subjek penelitian agar diperoleh

(36)

27

data yang lebih mendalam. Selain itu, wanita dewasa Indonesia perlu meningkatkan kualitas konsumsi pangan terutama dengan meningkatkan jumlah konsumsi kelompok pangan sayuran dan buah-buahan. Pemerintah pun perlu melakukan proses monitoring dan evaluasi terhadap berbagai program penganekaragaman konsumsi pangan di masyarakat sehingga dapat berjalan efektif dan efisien.

(37)

28

DAFTAR PUSTAKA

[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta: Kemenkes RI.

. 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Kemenkes RI.

[IOM] Institute of Medicine of the National Academies. Dietary Reference Intakes for Energy, and the Macronutrients, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein and Amino Acids. Washington DC: The National Academies Press:2002.

[KEMENKES RI]. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Kementerian Kesehatan; 2014.

[WHO] World Health Organization. 2007.Standard Deviation of Anthropometric Z-Scores as a Data Quality Assesment Tool Using The 2006 WHO Growth Standards : A Cross Country Analysis. www.who.int [28 Mei 2013].

. Life in the 21st century: a vision for all. Geneva: World Health Organization: 1998.

. Obesity: Preventing and managing the global epidemic. Report of a WHO consultation. Geneva, Switzerland. 2000

. Reducing Risks, Promoting Healthy Life. Geneva: World Health Organization:2002

. Diet, Nutrition and the Prevention of Chronic Diseases. Geneva: World Health Organization : 2003.

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X. 2012. Pemantapan Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal. Jakarta: 20-21 November 2012.

Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. 2004

Bygbjerg IC. Double burden of noncommunicable and infectious diseases in

developing countries. Science.

(38)

29

Dewi Y. Studi Deskriptif : Persepsi dan perilaku makan buah dan sayuran pada anak obesits dan orang tua. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1. 2013

Gerber M. The comprehensive approach to diet: a critical review. J Nutr. 2001. 131:S3051–5.

Gibson RS. Principles of Nutritional Assessment. Ed ke-2. New York: Oxford University Press:2005.

Hardinsyah dan Martianto D. Gizi Terapan. Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB:1992.

He FJ, Nowson CA, Lucas M, & MacGregor GA. Increased consumption of fruit and vegetables is related to a reduced risk of coronary heart disease: meta analysis of cohort studies. Jounal of Human Hypertension. 2007. 21, 717—728

Humayrah W. Faktor gaya hidup dalam hubungannya dengan risiko kegemukan orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo [Skripsi]. FEMA, Institut Pertanian Bogor, Bogor: 2009.

Kapoor SK, Anand K. Nutritional transition: a public health challenge in developing countries [editorial]. J Epidemiol Community Health. 2002. 56:804–805.

Koletzko B, Brands B, Demmelmair H. The Early Nutrition Programming Project (Earnest): 5 y of successful multidisciplinary collaborative research. Am J Clin Nutr. 2011 94 (suppl):1749s-53s.

Lock K, Pomerleau J, Causer L, Altmann DR, & Mckee Martin. The global burden of disease attributable to low consumption of fruit and vegetables: implication for the global strategy on diet. Bull World Health Organ. 83(2): 2005.

Mahan K. dan Escott-Stump. Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: W.B Saunders Company. 2004.

Miller PE, Lazarus P, Lesko SM, Muscat JE, Harper G, Cross AJ, Sinha R, Ryczak K, Escobar G, Mauger DT, Hartman TJ. Diet index-based and empirically derived dietary patterns are associated with colorectal cancer risk. J Nutr. doi: 10.3945/jn.110.121780. 2010.

Nurhayati. Penentuan jumlah dan jenis anjuran konsumsi sayur dan buah penduduk Indonesia menurut kelompok umur dan jenis kelamin. [Disertasi]. FKM, Universitas Indonesia, Depok: 2013.

(39)

30

Popkin BM. Nutrition in transition: The changing global nutrition challenge. Asia Pacific J Clin Nutr. 10(Suppl.):S13–S18: 2001.

Riboli E & Norat T. Epidemiologic evidence of the protective effect of fruit and vegetables on cancer risk. Am J Clin Nutr. 2003. 78(3), 5595-5695.

Rouhani MH, Abargouei AS, Surkan PJ, Azadbakht L. Is there a relationship between red or processed meat intake and obesity? A systematic review and metanalysis of observational studies. Obesity Reviews. 10.1111/obr.12172. 2014.

Schiff WJ. Nutrition for healthy living, second edition. New York [US]: McGraw-Hill. 2011.

Schulze MB, Hoffmann K.. Methodological approaches to study dietary patterns in relation to risk of coronary heart disease and stroke. Br J Nutr. 95:1–10. :2006.

Steinmetz KA, Potter JD. Vegetables, fruit, and cancer prevention: a review. J Am DietAssoc. 1996.10:1027-39.

Sugianti E. Faktor risiko obesitas sentral pada orang dewasa di Sulawesi Utara, Gorontalo, dan DKI Jakarta. [Skripsi]. FEMA, Institut Pertanian Bogor : Bogor. 2009

Wiseman G. Nutrition & health. USA and Canada : Taylor & Francis. 2002.

Yoon YS. Oh SW, Parka HS. Sosioeconomic status in relation to obesity and abdominal obesity in Korean adults: a focus on sex differences. Obesity. 14: 909-919. 2006

(40)

31

LAMPIRAN

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Kegiatan Bulan

Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Persiapan

Pemantapan Literatur

Diskusi Tim Peneliti

Persiapan Analisis Lanjut

Analisis Lanjut

Diskusi Tim Peneliti

Pengolahan dan Analisis Data

Membuat Hasil Penelitian

Seminar dan penyusunan artikel

(41)

32

BIODATA KETUA PELAKSANA DAN PENELITI

Biodata Ketua Tim Peneliti A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Tiurma Sinaga, MFSA

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Jabatan Fungsional Lektor

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 19610521 1983122001

5 NIDN 0721056103

6 Tempat dan Tanggal Lahir P. Siantar, 21 Mei 1961

7 E-mail s_tiurmav@hotmail.com

8 Nomor Telepon/HP 0251-8377487/0815 5564 2233

9 Alamat Kantor Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga Bogor – 16680

10 Nomor Telepon/Faks 0251-8625066/ 0251-8622276 11 Lulusan yang Telah Dihasilkan 11 orang S-1

12 Mata Kuliah yang Diampu

III. Kulinari dan Gizi (S-1)

IV. Manajemen Jasa Makanan dan Gizi (S-1) V. Dietetika Penyakit Infeksi dan Defisiensi Gizi

(S-1)

VI. Dietetika Penyakit Degeneratif (S-1) VII. Kesehatan Masyarakat (S-1)

B. Riwayat Pendidikan

No University and Location Field of Study Degree Graduation

1

Graduate School,

Bogor Agricultural University, Indonesia

Human Nutrition Doctor 2012

2

Graduate School,

University of the Philippines Diliman at Quezon City, Philippines

Foodservice

Administration Master 1992

3 Academy of Nutrition Jakarta,

(42)

33

Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jumlah

1. 2012 Pengembangan Model Penyelenggaraan Makanan Siswa di Sekolah Dasar Bagi Siswa Keluarga Miskin

Mandiri

2. 2013 Pemanfaatan Daun Bangun-bangun Sebagai Makanan Tambahan Fungsional Bagi Ibu Menyusui Untuk Meningkatkan Pemberian ASI Eksklusif dan Kaitannya Dengan Pertumbuhan Bayi

BOPTN (DIKTI)

Publikasi Karya Ilmiah Peneliti dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jumlah

1. 2012 Dampak Menu Sepinggan Terhadap Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Energi Serta Zat Gizi Lain pada Siswa SD diterbitkan Jurnal Gizi dan Pangan, volume 7 No. 1, Maret 2012

Mandiri

2. 2012 Kualitas Sarapan Menu Sepinggan, Daya Terima, Tingkat Kesukaan, dan Status Gizi Siswa di Sekolah Dasar diterbitkan Jurnal Teknologi dan Kejuruan, volume 35 No. 1, Februari 2012

Mandiri

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Strategis Aplikasi.

Bogor, Desember 2014 Pengusul,

Gambar

Gambar 1 Kerangka konsep penelitian
Tabel 3 Karakteristik Sosio-Demografi
Tabel  4  menunjukkan  karakteristik  ekonomi  subjek  berdasarkan  status  ekonomi  dan  status  pekerjaan
Tabel 5 Asupan energi dan gizi makro subjek menurut status gizi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya untuk memberikan gambaran arah dan sasaran yang jelas serta sebagaimana pedoman dan tolok ukur kinerja Pengadilan Negeri, Hubungan Industrial dan Tindak Pidana

Maka dari teori-teori yang telah dijelaskan di atas, program televisi atau video yang diakses melalui teknologi mobile atau telepon seluler (Layanan Mobile

Masih ada aspek-aspek lain yang juga harus diperhatikan diantaranya, Aspek Yuridis, Pembentukan OJK ini mengakibatkan perubahan yang berkaitan dengan tugas dan wewenang

[r]

Subjek Tugas Akhir ini adalah bagaimana menyampaikan informasi mengenai keberadaan SBTH secara tepat dan efektif sehingga SBTH menjadi lebih banyak diminati serta

Dalam penelitian ini, data yang akan diambil yaitu kadar emisi gas buang yang diperoleh dari memvariasikan tegangan listrik pada pompa bahan bakar mobil

Menurut pasal 1 butir 9 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang dimaksud dengan tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/ atau desa

1 Perilaku karyawan terhadap kepercayaan pelanggan 5.5 2 Keamanan dalam bertransaksi 6.0 3 Karyawan memiliki kejujuran dalam melayani konsumen 4.5 4 Karyawan memiliki pengetahuan