22
A. Metode Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Greekyang
terdiri dari kataMeta yang berarti melalui dan hodos yang berarti
jalan. Jadi, metode berarti jalan yang dilalui.1Asal usul kata suatu
metode ini mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui untuk
mencapai suatu tujuan.2
Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya yang berjudul “
Dasar-dasar Strategis Dakwah Islam” mengungkapkan bahwa “metode adalah jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang
efektif dan efisien”.3
Metode juga diartikan cara atau jalan yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan
pengajaran.4
Sedangkan Pembelajaran diartikan sebagai interaksi antar murid dan guru, murid belajar dan guru selaku tenaga pengajar mengelola sumber-sumber belajar termasuk dirinya sendiri, guna memberikan pengalaman belajar kepada anak didik dalam interaksi
1
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara. 2000), hlm. 97
2M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),hlm. 61 3
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategis Dakwah Islam (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1979), hlm. 99
yang demikian itu terjadi proses belajar pada peserta didik dan
kegiatan mengajar pada pendidik.5
Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode pembelajaran mempunyai nilai yang strategis yaitu dapat mempengaruhi jalanya kegiatan belajar-mengajar.M. Basyarudin Usman, dalam bukunya “Metodologi Pembelajaran Agama Islam” berpendapat bahwa “Metode pembelajaran turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar-mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem
pengajaran”.6
Kunci salah satu keberhasilan dalam belajar-mengajar adalah
penggunaan metode yang efektif, tepat dan efisien serta
mempunyaitujuan. Penggunaan metode secara Efektif dan efisisen dapat terjadi bila ada kesesuaian antar metode dan semua komponen pengajaran yang telah diprogamkan dalam satuan pelajaran sebagai
persiapan tertulis.7
Menurut M. Arifindalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam”
mengungkapkan bahwa “Metode pembelajaran yang tidak tepat akan menjadi penghalang kelancaran jalanya proses belajar-mengajar
sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia”.8 Oleh karena itu
metode mempunyai kedudukan yang signifikan untuk mencapai tujuan pembelajaran, bahkan metode merupakan sarana dalam mentransfer materi pelajaran dari seorang pendidik kepada peserta didik.
5Imansjah Alipandre, Dikdatik Metodik (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), hlm. 15 6 M. Basyarudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press,
2000), hlm. 31
7
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 87
2. Pengertian Membaca Al-Qur’an
Membaca adalah melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis itu. Membaca yang di maksud peneliti adalah mambaca atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat pada ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai dengan makharij, tajwid dan kelancaranya Sedangkan Al-qur’an adalah Firman Allah Swt yang bersifat (berfungsi) mukjizat (sebagai bukti atas kebenaran atas kenabian Muhammad saw) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang tertulis dalam mushaf yang di nukil (diriwayatkan) dengan
jalan mutawatir dan yang membacanya bernilai ibadah.9
Setelah diuraikan arti membaca Al-qur’an kata demi kata, dapat diambil kesimpulan bahwa membaca Al-qur’an adalah
membaca dengan huruf Al-qur’an, karena Al-qur’an
menggunakanbahasa dan huruf Arab, maka akan mempelajari cara-cara membaca Al-qur’an sesuai dengan tajwid yang benar.
3. Kedudukan Metode dalam Belajar-Mengajar
Kegiatan belajar-mengajar adalah sebuah interaksi yang betrnilai pendidikan. Didalamnya terjadi interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Pendidik dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar
bergairah bagi peserta didik. Dengan seperangkat teori dan pengalamnya, pendidik gunakan untuk mempersiapkan progam pengajaran dengan baik dan sistematis. Salah satu usahanya yaitu dengan memahami kedudukan metode dalam belajar-mengajar.
Kedudukan metode tidak dapat diabaikan karena metode tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam proses
belajar-mengajar.10
Kedudukan metode dalam belajar-mengajar sebagai berikut:
a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, dalam bukunya yang
berjudul“Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif”mengatakan bahwa“Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang diakibatkan dari
luar diri peserta didik”.11 Kedudukan metode sebagai alat motivasi
ekstrinsik dalam kegiatan belajar-mengajar berarti metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah sehingga peserta didik pun akan bergairah dalam belajar.
10Syaiful Djamarah dan Aswan Zain, Op.Cit., hlm. 72
11Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif ( Jakarta: PT.
b. Metode sebagai strategi pengajaran
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam
bukunya “Strategi Belajar Mengajar” berpendapat bahwa“Dalam kegiatan belajar mengajar pendidik harus memiliki strategi agar peserta didik dapat belajar secara efektif, efisien, serta mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu strategi tersebut adalah
dengan menguasai teknik-teknik penyajian atau metode
mengajar”.12
Didalam kelas pendidik akan berhadapan dengan peserta didik dengan bebagai perbedaan dan karakteristiknya. Oleh karena itu, dalam menggunakan metode harus di sesuaikan dengan perbedaan dan karakteristik peserta didik tersebut.
c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan pengajaran yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat dinampakan peserta didik setelah proses belajar-mengajar. Metode merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan, Ketika tujuan dirumuskan peserta didik memiliki keterampialan tertentu, maka metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan. Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Metode harus
menunjang pencapaian tujuan”.13
4. Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Pembelajaran
Dalam pemilihan metode pembelajaran tidaklah sembarangan, melainkan harus mempertimbangkan faktor-faktor lain sebab sebagai
12
Syaiful Djamarah dan Aswan Zain, Op.Cit., hlm. 74
13Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester SKS (Jakarta : Bumi
suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Beberapa faktor yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran. Antara lain:
a. Tujuan
Menurut Syaiful Bahri Djamarah “Tujuan adalah keinginan
yang hendak dicapai dalam setiap kegiatan interaksi edukatif”.14
Tujuan mampu memberikan garis yang jelas dan pasti kemana kegiatan interaksi edukatif akan di bawa. Tujuan dapat memberikan pedoman yang jelas bagi pendidik dalam mempersiapkan segala sesuatunya dalam rangka pengajaran, termasuk pemilihan metode mengajar.
Metode mengajar yang dipilih pendidik tidak boleh dipertentangkan dengan tujuan yang telah dirumuskan, tetapi metode mengajar yang dipilih itu harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuanya. Ketidakjelasan perumusan tujuan akan menjadi kendala dalam pemilihan metode mengajar. Jadi, kejelasan dan kepastian dalam perumusan tujuan memudahkan bagi guru memilih metode
mengajar.15
b. Perbedaan individual anak didik
Perbedaan individual anak didik perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar. Aspek-aspek perbedaan anak didik yang perlu dipegang adalah aspek biologis, intelektual, dan
14Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm.191 15Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm.191
psikologis.16 Perbedaan anak didik tadi mempengaruhi dalam pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran.
c. Kemampuan guru
Kemampuan guru disini yaitu kemampuan guru dalam penggunaan berbagai jenis metode pengajaran. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode. Kemampuan guru terhadap penguasaan berbagai metode ini di pengaruhi oleh latar belakang
pendidikan dan pengalaman mengajar.17 Hal inilah yang menjadi
permasalahan intern pendidik yang dapat mempengaruhi dalam pemilihan dan penentuan metode mengajar.
d. Sifat bahan pelajaran
Setiap bahan pelajaran mempunyai sifat masing-masing. Paling tidak sifat pelajaran ini adalah mudah, sedang dan sukar. Ketiga sifat ini tidak bisa diabaikan begitu saja dalam
mempertimbangkan pemilihan metode mengajar.18 Untuk metode
tertentu barang kali cocok untuk mata pelajaran tertentu dan tidak cocok untuk yang lain. Oleh karena itu, pendidik harus mengenal sifat mata pelajaran sebelum pemilihan metode dilaksananakan.
16Ibid., hlm. 191 17Ibid., hlm. 192 18Ibid., hlm. 192
e. Situasi kelas
Situasi kelas merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan oleh pendidik dalam memilih metode. Situasi kelas dari hari ke hari, dari waktu ke waktu selalu berubah sesuai kondisi psikologi peserta didik. Dinamika kelas seperti ini perlu diperhatikan.
Ketika pendidik berusaha membagi peserta didik kedalam beberapa kelompok, pendidik akan menciptakan situasi kelas pada situasi yang lain. Disini tergambar metode mengajar mana yang harus dipilih sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi, situasai kelas mempengaruhi pemilihan metode
mengajar.19
f. Kelengkapan fasilitas
Menurut Slameto, dalam bukunya “Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester SKS” menerangkan bahwa “Fasilitas yang tersedia yaitu bahan atau alat bantu serta fasilitas lain yang
dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas pengajaran”.20
Penggunaan metode perlu dukungan fasilitas. Fasilitas yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik metode mengajar yang akan
dipergunakan.21
g. Kelebihan dan kelemahan metode
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Pendidik akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi khusus dihadapinya jika memahami sifat
19 Ibid., hlm. 192
20Slameto, Op.Cit., hlm. 99
masing-masing metode tersebut. Pemilihan yang terbaik adalah mencari titik kelemahan suatu metode untuk kemudian dicarikan
metode yang dapat menutupi kelemahan metode tersebut.22
h. Waktu yang tersedia
Waktu yang tersedia yaitu jumlah waktu yang direncanakan atau dalokasikan untuk menyajikan bahan pengajaran guna
mencapai tujuan pengajaran yang ditentukan.23Untuk materi yang
banyak tetapi disampaikan dalam waktu yang singkat memerlukan metode yang berbeda dengan materi yang relatif sedikit tetapi waktu penyajian relatif cukup banyak.
5. Metode Pembelajaran Al-Qur’an
Dalam proses pembelajaran Al-Qur’an metode mempunyai peranan sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Diantaranya adalah metode ketukan atau yang biasa dikenal dengan sebutan metode An-Nahdliyah, metode Baghdady, metode Al-Barqy,
metode Qiro’ati dan metode Iqro’.24
B. Penerapan Metode Iqro’
1. Sejarah Metode Iqro’
Buku Iqro’ ini di susun oleh H. As’ad Humam sekitar tahun 1983-1988. Beliau lahir di Yogyakarta pada tahun1933. Pada tahun
22
Ibid., hlm. 193
23Slameto, Op.Cit., hlm. 99
24Arif Hidayat, Cara Kilat Pandai Membaca Al-Qur’an (Jakarta: PT. Buku Kita, 2011),
1950-an beliau masih metode Baghdadiyah atau lebih dikenal dengan istiah turutan. Menurut beliau pembelajaran dengan metode ini terlalu lambat karena anak bisa membaca Al-qur’an setelah 2-3 tahun.
Pada tahun 1970-an beliau bertemu dengan sejumlah anak-anak muda yang dihimpun dalam satu satu wadah yang diberi nama “Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Musholla Yogyakarta” atau biasa disingkat dengan “Team Tadarus AMM”, Bersama tim ini beliau menyusun buku Iqro’ dan buku Iqro’ ini kemudian di tengah
masyarakat dikenal dengan istilah “Metode Iqro’”.25
2. Pengertian Metode Iqro’
Menurut Ahmad Darka, Dalam bukunya yang berjudul “Bagaimana Mengajar Iqro’ dengan benar” mengatakan bahwa “Metode iqro’ adalah sebuah metode pengajaran Al-qur’an dengan menggunakan Buku Iqro’ yang terdiri dari 6 jilid dan dapat
dipergunakan untuk balita sampai manula”.26
Metode Iqro’ pertama kali disusun oleh H. As’ad Humam di Yogyakarta. Buku metode Iqro’ ini disusun/dicetak dalam enam jilid sekali. Di mana dalam setiap jilidnya terdapat petunjuk mengajar dengan tujuan untuk memudahkan setiap peserta didik yang akan menggunakannya, maupun pendidik yang akan menerapkan metode tersebut kepada peserta didiknya. Metode iqro’ ini termasuk salah satu
25
H.M.Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqro’ (Yogyakarta: Team Tadarus “AMM”, 1995), hlm. 5-8
26Ahmad Darka, Bagaimana Mengajar Iqro’ dengan benar (Jakarta: CV. Tunas Utama,
metode yang cukup dikenal dikalangan masyarakat, karena metode ini sudah umum digunakan ditengah-tengah masayarakat Indonesia. Dalam pembelajarannya bisa dilakukan secara klasikal, privat, dan asistensi.27
Menurut H. As’ad Human,dalam bukunya yang berjudul “Buku Iqro’ ( Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an )”mengatakan bahwa“ada 10 macam sifat dari buku Iqro’, antara lain:Bacaan langsung, CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), Privat, Modul, Praktis,
Sistematis, Variatif, Komunikatif, Fleksibel, Asistensi”.28
3. Prinsip-prinsip Dasar Metode Iqro’
Prinsip dasar metode Iqro’ antara lain : a. At-thariqah As-shoutiyah
At-thoriqoh as-shoutiyah tidak dimulai dengan mengenalkan nama-nama hurufnya, tetapi langsung dibaca atau langsung diajarkan namanya ini huruf “alif” melainkan diajarkan
bunyi suaranya “a” bagi yang bertanda fathah, “i” bagi yang
bertanda kasroh, “u” bagi yang bertanda dhommah. Demikian juga
tanda baca (harokat) yang menyertainya, juga tidak diperkenalkan
namanya.29
27Arief Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqro’ yang Mudah dan Menyenangkan
( Jakarta: Yayasan Cahaya Madani Semesta, 2008), hlm.11
28As’ad Human, Buku Iqro: Cara Cepat Belajar Membaca Al-qur’an ( Yogyakarta:Balai
Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus”AMM” Yogyakarta, 2000), hlm. 4
Dalam hal ini buku Iqro’ mengikuti prinsip yang kedua yaitu langsung bunyinya. Yang penting anak bisa baca walaupun tidak mengenal nama hurufnya.
b. At-thariqah Tadaruj
Iqro’ menggunakan metode berangsur-angsur atau dikenal
dengan istilah “at-thoriqoh bittadarruj”. Hal ini tercermin dalam
tahapan-tahapan pokok dari jilid 1 – 6, antara lain : disusun dari yang kongkrit menuju yang abstrak, dimulai dari yang mudah menuju yang sulit, dan dimulai dari yang sederhana menuju yang
kompleks.30
c. At-thariqah Riyadlotuil Athfal
Prinsip CBSA (Cara Belajar Santri Aktif) atau prinsip “Bi-riyadlotil athfal” adalah suatu prinsip pengajaran yang ditandai
oleh diutamakannya “belajar” daripada “mengajar”.31
Dalam buku Iqro’ prinsip ini benar-benar sangat dipentingkan karena seorang pendidik hanya diperbolehkan menerangkan dan memberi contoh bacaan-bacaan yang tercantum dalam “Pokok Bahasan” sedangkan bacaan pada “lembar kerja” yang digunakan sebagi latihan peserta didik, pendidik tidak boleh ikut membaca atau menuntunnya.
30Ibid., hlm. 16 31Ibid., hlm. 19
d. At-Tawassui Fi-lmaqaasid Lafil Alat
Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah bahwa pengajaran itu berorientasi kepada tujuan, bukan kepada alat yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan itu.32
Dalam kaitannya dengan pengajaran membaca Al-Qur’an, maka tujuan yang hendak dicapai peserta didik bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid yang ada. Mengenai kemampuan mengenal nama-nama huruf-huruf, kemampuan mengeja, mengetahui ilmu tajwidnya dan sebagainya adalah termasuk “alat” untuk tercapainya tujuan tersebut.Dalam buku Iqro’ yang dipentingkan adalah kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an. Untuk itu : Buku Iqro’ tidak mengenalkan nama-nama huruf dan tanda bacanya sebelum anak bisa membacanya
e. At-Thariqah Bimuraa-a’til Listi’daadi Wal-thabiiy
Menurut H.M.Budiyanto, dalam bukunya ”Prinsip-prinsip
Metodologi Buku Iqro’“ berpendapat bahwa “Pembelajaran itu haruslah memperhatikan kesiapan, kematangan, potensi-potensi
dan watak pembelajar”.33
4. Materi Pembelajaran Metode Iqro’
a. Iqro’ Jilid I
Pelajaran pada jilid I seluruhnya berisi tentang pengenalan bunyi huruf-huruf tunggal berharokat fatkhah. Diawali huruf
32Ibid., hlm. 20
33H.M.Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqro’ (Yogyakarta: Team Tadarus
asampai dengan huruf ya. Peserta didik mampu membaca dan mengucapkan secara fasih sesuai dengan makhrojnya dan Peserta didik bisa membedakan secara tepat bunyi huruf-huruf yang
memiliki makhroj yang berdekatan.34
b. Iqro’ Jilid II
Pokok bahasan jilid II yaitu pengenalan huruf sambung dan pengenalan tanda baca seperti: dengan alif, dengan alif berdiri, dan
dengan alif berdiri tambah huruf ya.35
c. Iqro’ Jilid III
Pelajaran pada jilid III peseta didik diperkenalkan bacaan kasroh huruf tunggal dan huruf sambung sekaligus, kasroh panjang karena diikuti huruf ya’ sukun dan nama tanda baca kasroh dan sukun. Serta diperkenalkan bacaan dhummah panjang karena diikuti oleh wawu sukun. Disini peserta didik boleh diperkenalkan
nama huruf wawu dan tanda dhummah.36
d. Iqro’ Jilid IV
Pelajaran pada jilid IV peseta didik diperkenalkan bacaan fatkhah tanwin, kasroh tanwin, dhummah tanwin, bunyi ya’ sukun dan wawu sukun yang jatuh setelah harokat fatkhah, mim sukun, nun sukun, qolqolah, dan pada jilid ini peserta didik sudah
34Ibid., hlm.9
35Arief Gunawan, Op.Cit., hlm. 16 36H.M.Budiyanto, Op.Cit., hlm. 11
diperkenalkan huruf-huruf hijaiyyah secra keseluruhan serta
nama-nama tanda bacanya.37
e. Iqro’ Jilid V
Isi materi dari jilid V ini adalah: cara membaca alif lam Qomariyah, cara baca akhir ayat atau tanda waqof, cara baca mad far’i, cara baca alif lam syamsiyah, cara baca nun sukun atau tanwin bertemu huruf-huruf idghom bighunnah, cara baca lam dalam lafadz jalalah, dan cara baca nun sukun atau tanwin bertemu
huruf-huruf idghom bilaghunnah.38
f. Iqro’ jilid VI
Isi pelajaran pada jilid VI adalah idghom Bighunnah, Iqlab, Ikhfa’, tanda waqof, cara-cara mewaqofkan dan membaca
Fawatihussuwar atau huruf-huruf pembuka surat.39
5. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Metode Iqro’
Adapun proses pelaksanaan pembelajaran metode ini berlangsung melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Ath Thoriqah bil Muhaakah, yaitu metode pengajaran dengan cara meniru. Pendidik memberikan contoh bacaan yang benar dan santri menirukannya.
37Arief Gunawan, Op.Cit., hlm.16 38H.M.Budiyanto, Op.Cit., hlm. 12 39Arief Gunawan, Op.Cit., hlm. 17
b. Ath Thoriqah bil Musyaafahah, yaitu metode pengajaran dengan cara peserta didik melihat gerak-gerik bibir pendidik dan demikian pula sebaliknya pendidik melihat gerak gerik mulut peserta didik untuk mengajarkan makhorijul huruf.
c. Ath Thoriqoh Bil Kalaamish Shoriih, yaitu pendidik harus
menggunakan ucapan yang jelas dan komunikatif
d. Ath thriqah bis Sual Limaqoo Shidit Ta’limi, yaitu pendidik mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan peserta didik menjawab atau pendidik menunjuk bagian-bagian huruf
tertentu dan peserta didik membacanya.40