• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR. MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN PRODUK SPRITE 295 ml DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ADANYA ALL UNIT DISKON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR. MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN PRODUK SPRITE 295 ml DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ADANYA ALL UNIT DISKON"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN PRODUK

SPRITE

295 ml

DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ADANYA

ALL UNIT

DISKON

( Studi Kasus PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java, Semarang )

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1

Teknik Industri

Oleh

Nama : Dessi Kusumawardani No. Mahasiswa : 06 522 154

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(2)

MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN PRODUK

SPRITE

295 ml

DENGAN MEMPERTIMBANGKAN

ADANYA

ALL UNIT

DISKON

( Studi Kasus PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java, Semarang )

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1

Teknik Industri

Oleh

Nama : Dessi Kusumawardani No. Mahasiswa : 06 522 154

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(3)

LEMBAR PENGAKUAN

Demi Allah saya akui karya ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali nukilan dan ringkasan yang setiap satunya telah saya jelaskan sumbernya. Jika dikemudian hari ternyata terbukti pengakuan ini tidak benar dan melanggar peraturan yang sah dalam karya tulis dan hak intelektual, saya bersedia ijazah yang telah saya terima untuk ditarik kembali oleh Universitas Islam Indonesia.

(4)

MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN PRODUK

SPRITE 295 ml

DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ADANYA

ALL UNIT

DISKON

TUGAS AKHIR

Oleh

Nama :Dessi Kusumawardani No. Mahasiswa : 06 522 154

(5)
(6)

MOTTO

“Sungguh Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka sendiri

mengubah dirinya”

( Terjemahan QS Ar Ra’d :11 )

“ Dan bersama kesukaran pasti ada kemudahan. Karena itu bila selesai suatu

tugas, mulailah tugas yang lain dengan sungguh-sungguh. Hanya kepada

Tuhanmu hendaknya kau berharap”

(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karyaku ini kepada Bapak dn Ibu tercinta serta Adikku tersayang Terima kasih untuk semua cinta, kasih sayang dan dukungannya selama ini

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr, Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir yang berjudul “Meminimasi Total Biaya Persediaan Pendistribusian Produk SPRITE 295 ml Dengan Mempertimbangkan Adanya All Unit Diskon “

Penyusunan Tugas Akhir ini terutama dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana (S1) di Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia.

Penulis menyadari bahwa menyadari banyak pihak yang telah membantu memberikan sumbangan materi dan fikirannya hingga selasai penyusunan tugas akhir ini. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia

2. Bapak Drs. H.M Ibnu Mastur, MSIE. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia.

3. Ibu Ir. Elisa Kusrini, MT. selaku dosen pembimbing tugas akhir, terimakasih atas bimbingan dan masukannya.

4. Pimpinan Perusahaan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Semarang yang telah memberikan ijin dalam melaksanakan penelitian.

5. Bapak, ibu, adik q tercinta dan keluarga besar yang selalu memberikan dukungan baik secara moril dan spiritual sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

(9)

6. Sahabat, teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan doa, dukungan serta bantuanya selama penyusunan tugas akhir ini.

Penulis menyadari, dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat dibutuhkan demi kesempurnaan penyusunan laporan selanjutnya. Semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamuallaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 6 Desember 2010

(10)

ABSTRAK

Penjualan dengan sistem diskon yang ditawarkan oleh pihak perusahaan sangat berguna untuk menarik minat konsumen. Sistem penjualan yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola tidak tetap artinya tidak selalu penjualan menggunakan diskon tetapi melihat fluktuasi dan target pada saat itu. Hal ini dapat berdampak pada persediaan dan biaya-biaya dikedua belah pihak yaitu pada perusahaan dan distributornya. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dapat digunakan dengan dua metode yaitu IDQ (Identitical Delivery Quantity) dan DWP (Delivery What Produced). Strategi IDQ (Identical Delivery Quantity) merupakan kebijakan dimana jumlah pengiriman kepada distributor adalah sama pada setiap pengirimanya. Sedangkan strategi DWP (Delivery What Produced) pada setiap pengiriman kepada distributor tidaklah sama. Dari hasil penelitian didapat bahwa strategi atau metode DWP (Delivery What Produced) lebih tepat digunakan dalam pendistribusian produk Sprite 295 ml khusunya untuk distributor daerah Bawen dikarenakan menghasilkan total biaya gabungan terendah dengan permintaan atau pemesanan ekonomis adalah 12.781 cs.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

LEMBAR PENGAKUAN ...……….. ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ………. iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ……….………. iv

MOTTO………... v

PERSEMBAHAN ……….. vi

KATA PENGANTAR ………... vii

ABSTRAK...………... ix

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR TABEL ………... xiv

DAFTAR GAMBAR ……….. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ………. 1 1.1Latar Belakang ………...……… 1 1.2Rumusan Masalah ………..……… 3 1.3Batasan Masalah ………..…….. 3 1.4Tujuan Penelitian ……….. 3 1.5Manfaat penelitian ………...……. 4 1.6Sistematika Penulisan ……….. 4

BAB II LANDASAN TEORI……..……… 6

2.1 Inventory (Persediaan)………... 7

2.1.1 Pengertian………... 7

2.2.2 Jenis Persediaan……… 10

(12)

2.2.4 Fungsi Persediaan………. 12

2.2.5 Biaya-Biaya Persdiaan……….. 14

2.2.6 Model-Model Sistem Persediaan……….. 16

2.3 Potongan Harga (Diskon)………... 17

2.3.1 All Unit Diskon………. 17

2.3.2 Incremental Diskon……….. 18

2.4 Model Persediaan Terintegrasi………...…………... 20

2.4.1 Identical Delivery Quantity (IDQ)………... 20

2.4.2 Delivery What Produced (DWP)……….. 20

2.4.3 Rasio Perbandingan Biaya……… 21

2.5 Manajemen Distribusi.………. 22

2.5.1 Tujuan Sistem Distribusi…..………... 23

2.5.2 Fungsi Manajemen Distribusi……… 24

2.5.3 Lokasi Distribusi……… 26

BAB III METODE PENELITIAN ………. 28

3.1 Obyek Penelitian ……… 28 3.2 Identifikasi Masalah.……….. 28 3.3 Pengumpulan Data……...………... 28 3.4 Pengolahan Data………...………...………... 30 3.4.1 Formulasi Model....…..………... 30 A. Notasi……… 30 B. Asumsi – Asumsi………..……… 31 C. Model Matematik………... 32 3.4.2 Aplikasi Model……… 37 3.5 Hasil Penelitian………...……….. 37

(13)

3.6 Diagram Alir Penelitian……….. 39

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ………. 40

4.1 Pengumpulan Data ………... 40

4.1.1 Tentang Perusahaan....………... 40

4.1.2 Input Data...………... 41

4.2 Pengolahan Data ………... 46

4.2.1 Biaya Persediaan Pada Perusahaan (Hv) ... 46

4.2.2 Biaya Persediaan Pada Distributor (Hb) ... 47

4.2.3 Perbandingan Biaya Pesan dan Biaya Set Up (α)... 47

4.2.4 Perbandingan Biaya Penyimpanan Persediaan (β)... 47

4.2.5 Identical Delivery Quantity (IDQ)……….. 47

4.2.6 Delivery What Produced (DWP)………. 50

4.2.7 Rasio Perbandingan Biaya Model IDQ dan DWP……… 55

4.2.8 All Unit Diskon... 56

4.2.9 Identical Delivery Quantity (IDQ) Diskon.……….. 58

4.2.10 Delivery What Produced (DWP) Diskon……… 59

4.2.11 Rasio Perbandingan Biaya Model IDQ dan DWP Diskon………... 63

BAB V PEMBAHASAN ………... 64

5.1 Perbandingan Biaya Model IDQ dan DWP……… 64

5.2 All Unit Diskon... 66

5.3 Perbandingan Biaya Model IDQ dan DWP Diskon…….………….. 67

(14)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ………... 72 6.1 Kesimpulan ……… 72 6.2 Saran ….………...……….. 72 DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Penjualan ………..………... 42

Tabel 4.2 Data Permintaan ……….. 42

Tabel 4.3 Data Permintaan Perminggu ……… 42

Tabel 4.4 Data Pengiriman dan Penjualan ………... 43

Tabel 4.5 Production Run IDQ ……..……….. 48

Tabel 4.6 Biaya Total Gabungan Model IDQ ………. 49

Tabel 4.7 Production Run DWP ……..……… 51

Tabel 4.8 Biaya Total Gabungan Model DWP ………... 53

Tabel 4.9 Rasio Biaya Model IDQ dan DWP ………. 55

Tabel 4.10 Penawaran Diskon ………. 56

Tabel 4.11 Production Run IDQ Diskon ………. 58

Tabel 4.12 Biaya Total Gabungan Model IDQ Diskon ……….. 59

Tabel 4.13 Production Run DWP Diskon ……… 60

Tabel 4.14 Biaya Total Gabungan Model DWP Diskon ……….. 61

Tabel 4.15 Rasio Perbandingan Biaya Total Gabungan ……….. 63

(16)

Tabel 5.2 Rasio Total Biaya Gabungan ……… 65

Tabel 5.3 Total Biaya Gabungan Diskon ………. 67

Tabel 5.4 Rasio Total Biaya Gabungan Diskon ………68

Tabel 5.5 Usulan Pengiriman Produk …..……… 69

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian………. 39 Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Permintaan dan Total Biaya Gabungan…… 54 Gambar 4.2 Grafik Biaya Persediaan All Unit Diskon ……… 57 Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Permintaan dan Total Biaya Gabungan

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah industri manufaktur, penjualan produk tidak lepas dari biaya-biaya yang dikeluarkan dalam menentukan harga sebuah produk . Dalam penjualan salah satu produknya yaitu Sprite 295 ml PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java tidak lepas dari namanya sistem diskon terlebih untuk menarik minat konsumen juga untuk memenuhi target penjualannya. Sistem diskon digunakan sebagai insetif perusahaan yang mebeli dalam jumlah besar (Zulian Yamit ,1999). Kuantitas diskon yang ditawarkan oleh perusahaan sangat berguna untuk menarik minat konsumen untuk membeli produk tersebut terlebih untuk penjualan partai besar. Berdasarkan kuantitasnya, ada dua jenis potongan atau diskon yang biasanya ditawarkan yaitu all-units quantity discounts dan incremental discounts.

Sistem penjualan yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola tidak tetap artinya tidak selalu penjualan menggunakan diskon tetapi melihat fluktuasi dan target pada saat itu. Jika target tidak terpenuhi tetapi tren penjualan meningkat sistem penjualan dengan diskon baru diterapkan. Hal ini dapat berdampak pada persediaan dan biaya-biaya dikedua belah pihak yaitu pada perusahaan dan distributornya.

Sebenarnya masalah persediaan tidak hanya dialami oleh manufaktur saja. Pihak distributor juga dapat mengalami masalah yang serupa. Masalah yang timbul berhubungan dengan pendistribusian produk salah satunya adalah terkadang perusahaan ingin mengirim dalam jumlah tertentu kepada distributor akan tetapi kapasitas dari gudang distributor tidak memenuhi sehingga mau tidak mau produk

(19)

akan menumpuk di pihak gudang perusahaan sehingga dapat menimbulkan pembengkakan biaya, begitu pula sebaliknya. Seperti yang terkadang dialami oleh PT. Coca-Cola Indonesia Central Java dalam pendistribusian produknya. Untuk itu diperlukan kebijakan-kebijakan yang dapat menguntukan untuk kedua belah pihak atau kebijakan-kebijakan tentang produksi dan persediaan yang bertujuan untuk meminimalakan total biaya gabungan antara perusahaan dan distributornya (Nyoman Sutapa dan Fransiska, 2000).

Dalam meminimalkan total biaya gabungan dapat mengunakan dua metode matematis persediaan terintegrasi yang telah dianalisa oleh Nyoman dan Fransiska (2000). Kedua model tersebut adalah model IDQ ( Identical Delivery Quantity) dan Model DWP (Delivery What Produced). Strategi IDQ (Identical Delivery Quantity) merupakan kebijakan dimana jumlah pengiriman kepada distributor adalah sama pada setiap pengirimanya. Sedangkan strategi DWP (Delivery What Produced) pada setiap pengiriman kepada distributor tidaklah sama. Jumlah setiap pengiriman tergantung pada jumlah persediaan yang ada pada saat itu karena semua persediaan yang ada pada perusahaan dikirim langsung kepada distributornya.

Oleh karena itu, pada penelitian kali ini akan mengunakan kedua metode matematis persediaan terintegrasi (IDQ dan DWP) dengan tambahan mempertimbangkan adanya all unit discount. Dimana all unit diskon digunakan sebagai pertimbangan dalam melihat penjualan atau permintaan produk yang optimal ketika tejadi sistem diskon. Tujuanya adalah untuk meminimasi total biaya persediaan dari sebuah perusahaan dan distributornya, dengan mengetahui strategi yang tepat dalam penjualan atau pendistribusian produk dengan ada atau tanpa sistem diskon.

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang diatas dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut :

“Kebijakan apa yang dapat di ambil perusahaan sehingga dapat meminimasi total biaya persediaan, berdasarkan strategi IDQ atau DWP ? “

1.3 Batasan Masalah

Agar permasalahan tidak berkembang dari persoalan utama, serta pemecahan masalah dapat dilakukan dengan baik maka diberikan batasan masalah sebagai berikut :

1. Data diambil dari bagian penjualan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Central Java, Semarang.

2. Data yang digunakan atau diambil dalam kurun satu tahun terakhir terhadap satu distributor (distributor bawen).

3. Objek penelitian dilakukan pada satu jenis produk (Sprite 295 ml).

4. Model yang dikembangkan adalah IDQ (Identical Delivery Quantity) dan DWP (Delivery What Produced).

5. Seluruh asumsi, data, maupun pembahasan sesuai dengan model yang diajukan.

6. Kapasitas produksi diasumsikan dapat memenuhi seluruh permintaan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan total biaya terendah bagi perusahaan dan distributornya dalam hal pendistribusian

(21)

produk Sprite 295 ml dengan mengetahui strategi yang tepat yang dapat diambil dengan mempertimbangkan adanya diskon yang ditawarkan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kebijakan yang tepat sehingga mendapatkan total biaya terendah.

2. Menambah pengetahuan khususnya dalam ruang lingkup manajemen persediaan.

3. Dapat digunakan sebagai referensi penelitian-penelitian berikutnya

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan tugas akhir ini maka sistematika penulisan seperti berikut:

BAB. I : PENDAHULUAN

Memuat tentang latar belakang dari kajian yang dilakukan. Permasalahan yang dihadapi, batasan yang dilakukan, tujuan dan manfaat penelitian. Tempat dan obyek penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini merupakan penjelasan terperinci mengenai teori-teori yang digunakan sebagai landasan untuk pemecahan masalah. Serta memuat hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

(22)

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Memberikan penjelasan tentang kerangka dan bagian alir penelitian, teknik yang dilakukan, bahan atau materi penelitian, alat dan tata cara penelitian, variabel, data yang akan diteliti dan langkah-langkah analisis yang dipakai.

BAB IV : PENGOLAHAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang pengumpulan data yang diperoleh selama penelitian dan pengolahan data berdasarkan hasil perhitungan.

BAB V : PEMBAHASAN

Berisikan pembahasan yang diperoleh dari hasil pengolahan data yang dilakukan dan kesesuaian hasil dengan tujuan penelitian sehingga dapat menghasilkan rekomendasi yang tepat.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan yang diperoleh dari pemecahan masalah maupun dari hasil pengumpulan data serta diajukan beberapa saran untuk bahan peninjauan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

- GAMBAR

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

Persediaan termasuk salah satu aset termahal bagi perusahaan, dikarenakan persediaan salah satu faktor terpenting di dalam suatu proses produksi. Persediaan atau inventory merupakan barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada waktu tertentu. Persediaan berguna dalam mengatasi terjadinya fluktuasi

permintaan sewaktu-waktu. Masalah tentang persediaan juga sering dihadapi antara suatu perusahaan dan distributornya yang saling bekerjasama. Sehingga diperlukan kebijakan-kebijakan tentang produksi dan persediaan yang bertujuan untuk meminimalakan total biaya gabungan antara perusahaan dan distributornya (Nyoman dan Fransiska, 2000).

Penelitian yang menyangkut antara perusahaan dan distributor telah banyak dilakukan. Josef Hernawan (2007) melakukan penelitian tentang kombinasi suatu strategi distribusi (Distribusi reguler, Cross Docking dan Direct Plan Delivery). Menurutnya, kombinasi suatu strategi dapat menurunkan biaya logistik dimana biaya logistik merpakan salah satu bagian dari biaya produksi. Sehingga dengan penguragan biaya logistik dapat menurunkan biaya produksi dan memperoleh keuntungan yang cukup signifikan.

Menurut Anissa Kesy (2008), dalam sebuah sistem supplay chain tuntutan penurunan biaya-biaya dan persediaan menyebabkan pengambilan keputusan terintegrasi antara fungsi produksi dan distribusi sangatlah penting. Dalam penelitian yang dilakukan Annisa, meminimalkan total biaya dengan membandingan kedua

(24)

model yaitu simultan dan decoupled yang didapatkan hasil total biaya simultan lebih kecil dari pada total biaya menggunakan model decoupled.

Sedangkan, Nyoman Sutapa dan Fransiska (2000) telah melakukan penelitian tentang dua buah model matematis persediaan terintegrasi yaitu model IDQ (

Identical Delivery Quantity) dan Model DWP (Delivery What Produced). Dan hasil yang didapat adalah menggambarkan keadaan yang bagaimana sebaiknya satu diantara kedua itu dipilih sehingga dapat meminimumkan total biaya persediaan antara perusahaan dan distributornya yang saling berkordinasi dan bekerjasama. Dan Muhamad Faisal (2008) telah melakukan penelitian menggunakan model IDQ (Identical Delivery Quantity) dalam manajemen inventory. Dalam penelitianya melakukan perbandingan sistem bunga bank konvensional dan murahabah pada pengembangan model IDQ. Sehingga diperoleh sistem bunga yang tepat dilakukan perusahaan.

Penjualan dengan sistem diskon juga dapat menurunkan biaya-biaya persediaan. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Hari Prasetyo et.al

(2005,2006) telah mengembangkan model persediaan yang ada dengan mempertimbangkan barang kadaluwarsa dan diskon sehingga dapat diturunkan total biaya persediaan yang ada.

2.1 Inventory (Persediaan)

2.1.1 Pengertian

Persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendaliaan bahan baku maupun barang jadi dalam suatu aktifitas perusahaan. Secara teknis, inventory atau persediaan adalah suatu teknik yang berkaitan dengan penetapan terhadap

(25)

besarnya persediaan bahan yang harus diadakan untuk menjamin kelancaran dalam kegiatan operasi produksi, serta menetapkan jadwal pengadaan dan jumlah pemesanan barang yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan. Ciri khas dari model persediaan sendiri adalah solusi optimalnya selalu difokuskan untuk menjamin persediaan dengan harga serendah rendahnya. Masalah yang dianalisa oleh sistem persediaan meliputi dua hal berikut (Tersine, 1994) :

1. Berapa banyak suatu item yang dipesan.

2. Kapan pesanan (produksi) dari suatu item harus dilakukan.

Adapun beberapa pengertian persediaan menurut para ahli adalah sebagai berikut :

a Persediaan adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari part atau bagian, bahan baku dan barang hasil produksi, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien.

b Persediaan adalah serangkaian kebijakan dengan sistem pengendalian yang memonitor tingkat persediaan yang harus dijaga kapan persediaan harus diisi dan berapa pesanan yang harus dilakukan.

Ada beberapa terminologi di dalam sistem persediaan :

1. Permintaan (demand) keputusan dalam persediaan mengenai jumlah pesanan dapat bersifat deterministik maupun probabilistik.

2. Waktu antara pemesanan (lead time) dilakukan dengan saat kedatangan pemesanan.

3. Tingkat penambahan (repleshinment) atau tingkat pengantian persediaan.

(26)

4. Tingkat persediaan saat pemesanan (reorder level) harus dilakukan untuk menggantikan persediaan yang berkurang. Artinya persediaan saat pemesanan sering disebut fungsi dari permintaan dan waktu antara pemesanan.

5. Keamanan persediaan (safety stock) yang harus ditinggalkan dalam gudang untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan.

Menurut Agus Ristono (2009), Pengendalian persediaan merupakan suatu usaha memonitor dan menentukan tingkat komposissi bahan yang optimal dalam menunjang kelancaran dan efektivitas serta efisiensi dalam kegiatan perusahaan. Pengendalian persediaan perlu diperhatikan karena berkaitan dengan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat adanya persediaan. Sehingga persediaan yang ada harus seimbang dengan kebutuhan, karena persediaan yang berlebih beresiko menimbulkan kerusakan pada produk dan biaya penyimpanan yang tinggi. Begitu pula sebaliknya apabila terlalu sedikit akan mengganggu kelancaran produksi. Oleh karena itu, perlu adanya keseimbangan didalam pengadaan persediaan sehingga dapat menekan biaya-biaya seminimal mungkin serta proses produksi dapat berjalan lancar.

(27)

2.2.2 Jenis Persediaan

Pembagian jenis persediaan berdasarkan kondisi selama proses manufaktur, inventory dapat dibagi menjadi empat yaitu:

1. Raw material

Merupakan material dasar (bahan baku) yang digunakan untuk membuat komponen dari produk jadi seperti kayu, baja dan sebagainya.

2. Components

Bagian dari subasembly yang siap dimasukan kedalam final assembly dari suatu produk.

3. Work in process

Adalah material dan komponen yang siap dikerjakan atau menunggu diantara operasi atau proses di pabrik.

4. Finished product

Merupakan item yang telah selesai untuk dibawa sebagai peresediaan dalam make to stock atau menjual barang jadi untuk konsumen yang telah memesan pada make to order.

Sedangkan dilihat dari ketergantungannya persediaaan dapat dibagi menjadi dua, dependent dan independent demand. Dependent demand

merupakan permintaan item yang tidak bergantung pada produk lain, sedangkan

(28)

2.2.3 Tujuan Persediaan

Pengendalian persediaan sangatlah penting karena yang menentukan kelancaran produksi. Pengendalian persediaan yang dijalankan memiliki tujuan-tujuan tertentu. Yaitu untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang optimal sehingga diperoleh penghematan-penghematan untuk persediaan tersebut. Pengelolaan persediaan adalah kegiatan dalam memperkirakan jumlah persediaan (bahan baku/penolong) yang tepat, dengan jumlah yang tidak terlalu besar dan tidak pula kurang atau sedikit dibandingkan dengan kebutuhan atau permintaan. Tujuan dari pengelolaan persediaan yaitu

1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat.

2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi.

3. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.

4. Menjaga agar pembeli secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat mengakibatkan ongkos menjadi besar.

5. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besar-besaran, karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.

(29)

2.2.4 Fungsi Persediaan

Adapun fungsi dari persediaan adalah sebagai berikut :

1. Decoupling stock (fungsi decoupling) yaitu memungkinkan operasi-operasi perusahaan internal dan eksternal yang mempunyai kebebasan sehingga perusahaan dapat memenuhi permintaan langsung tanpa tergantung pada pemasok.

2. Working stock (fungsi economic lot sizing), yaitu melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi atau membeli sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit.

3. Anticipation stock (fungsi antisipasi), yaitu yang sering kali perusahaan mengalami fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lalu. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman. Disamping itu, perusahaaan juga menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang dalam satu periode.

4. Pipeline stock disebut juga dengan transit-stock atau work in process, yaitu persediaan yang dialokasikan pada area transit untuk mengakomodasi waktu yang dibutuhkan untuk menerima material menuju proses produksi, dan mengirimkan barang jadi.

Pipeline stock bersifat eksternal pada persediaan yang berada di truk, kapal maupun kereta. Sedangkan dapat pula bersifat internal untuk persediaan yang sedang diproses, menunggu untuk diproses maupun yang sedang dipindahkan.

(30)

5. Safety stock disebut juga dengan buffer stock atau flucturating stock, yaitu persediaan yang disimpan sebagai cadangan untuk menghadapi terjadinya ketidakpastiaan dalam permintaan dan pasokan. Persediaan tetap dipertahankan dalam jumlah tertentu terutama selama waktu pemesanan kembali untuk mencegah terjadinya kegagalan pemenuhan order akibat kehabisan barang (stock out).

6. Psychic stock yaitu persediaan yang digunakan sebagai display

pada tingkat ritel. Persediaan seperti ini digunakan untuk menstimulasi permintaan.

Persediaan timbul akibat oleh tidak sinkronya permintaan dengan penyediaan dan waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku. Untuk menjaga keseimbangan permintaan dengan penyediaan bahan baku dan waktu proses diperlukan adanya persediaan. Oleh karena itu terdapat empat faktor yang dijadikan sebagai fungsi persediaan (Zulian Yamit, 1999),yaitu :

1. Faktor waktu

Menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai ketangan konsumen. Waktu diperlukan untuk membuat jadwal produksi, memotong bahan baku, pengiriman bahan baku, dan pengiriman barang jadi ke konsumen. Persediaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu (lead time).

2. Faktor ketidakpastian waktu

Datang dari suplier menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan, agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan pengiriman terhadap konsumen. Ketidakpastian waktu datang

(31)

mengharuskan perusahaan membuat jadwal operasi lebih teliti pada setiap level.

3. Faktor ketidakpastiaan pengguna

Berasal dari dalam perusahaan disebabkan oleh kesalahaan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat dan berbagai kondisi lain. Persediaan dilakukan untuk mengantisipasi ketidak pastiaan peramalan akibat lainya tersebut. 4. Faktor Ekonomis

Terjadi akibat adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis. Pembelian dalam jumlah besar memungkinkan perusahaan mendapatkan potongan harga. Selain itu pengiriman dalam jumlah besar menyebabkan biaya transprtasi lebih rendah sehingga sehingga menurunkan biaya. Persedian diperlukan untuk menjaga stabilitas produksi dan fluktuasi bisnis.

2.2.5 Biaya-Biaya Persediaan

Salah satu yang menjadi dasar dari keputussan yang harus dibuat dalam manajemen inventory adalah menjaga keseimbangan biaya investasi penempatan kembali pemesanan item. Biaya persediaan merupakan keseluruhan biata opersai atas biaya persediaan. Adapun jenis biaya yang ada di manajemen persediaan sebagai berikut:

(32)

1. Biaya pembelian (purchase cost)

Biaya pemebelian adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. 2. Biaya pemesanan (order cost/set up cost)

Biaya pemesanan adalah biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari supplier atau biaya persiapan (set up cost) apabila item diproduksi didalam perusahaan. Biaya-biaya ini meliputi biaya telepon, biaya ekspedisi, biaya administrasi (pengeluaran surat-menyurat, foto copy, dsb), biaya pemeriksaan penerimaan, biaya pengiriman ke gudang dan seterusnya.

3. Biaya simpan (carrying cost/holding cost)

Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya simpan meliputi biaya memiliki persediaan(biaya modal), biaya gudang, biaya penyusutan, biaya asuransi dan administrasi.

4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)

Biaya kekurangan adalah konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen yang lain. Biaya kekeurangan dari luar dapat berupa backorder, biaya kehilangan kesempatan penjualan maupun biaya kesempatan menerima keuntungan. Biaya kekurangan

(33)

dari perusahaan dapat berupa penundaan pengiriman maupun idle

kapasitas.

2.2.6 Model-Model Sistem Persediaan

Model sistem persediaan dapat dogolongkan berdasarkan sifat permintaan dan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh pihak perusahaan. Persedian dapat dikelompokan menjadi empat model (Elsayed,1994) :

1. Model persediaan static deterministic

Model ini mempunyai ukuran permintaan yang deterministik, karena ukuran permintaan dalam suatu periode diketahui dan konstan, serta laju permintaan sama untuk tiap periode.

2. Model persediaan dinamic determinisic

Model ini ukuran permintaanya untuk setiap periode diketahui dan konstan, tetapi laju permintaanya bervariasi.

3. Model persediaan static probabilistic

Pada model ini ukuran permintaanya bersifat acak, namun berdistribusi tertentu yang sama untuk setiap periodenya.

4. Model persediaan dinamic probabilistic

Pada model ini ukuran permintaanya bersifat acak, namun berdistribusi tertentu yang berbeda dan bervariasi unutk setiap periodenya.

(34)

2.3 Potongan Harga ( Diskon )

Dalam kenyataan di dunia bisnis harga yang ditawarkan tidak selalu konstan. Diskon atau potongan harga merupakan sesuatu yang umum digunakan yang dapat berguna sebagai perangsang bagi pembeli untuk membeli dalam jumlah besar. Manfaat yang diperoleh bagi penjual adalah penjualan dalam jumlah banyak akan mengurangi biaya produksi tiap unitnya. Manfaat bagi pembeli adalah akan mengurangi biaya pesan dan pembayaran harga satuan lebih rendah dari biasanya, tetapi kerugian yang dapat timbul adalah membengkanya biaya penyimpanan karena pemesanan yang lebih besar akan meningkatkan inventory.

Secara umum potongan harga dibagi menjadi dua yaitu all unit diskon dan

incremental diskon. All unit diskon diberikan apabila perusahaan diatas jumlah tertentu. Sedangkan incremental diskon diberikan apabila perusahaan membeli pada tingkat atau interval tertentu. Menurut Zulian Yamit (1999), harga khusus dapat diberikan jika perusahaan membeli dalam interval tertentu. Jika EOQ (Economic Order Quantity) berada pada interval harga diskon maka perusahaan sebaiknya memanfaatkan harga diskon tersebut. Tetapi jika tidak berada pada interval diskon, perlu dianalisa pakah perusahaan tetap mengikuti jumlah pembelian sesuai dengan EOQ atau justru mengubah kebijakan pembelian untuk memanfaatkan harga diskon tesebut.

2.3.1 All unit Discount

All unit discount dilberikan apabila pembelian dilakukan dalam jumlah besar sehingga mengakibatkan harga tiap satuan yang lebih rendah untuk keseluruhan paket pesanan. Dalam hal ini perusahaan akan menawarkan kepada

(35)

dan harga yang ditawarkan akan menurun apabila pemesanan diatas jumlah tertentu. P0 untuk U0 ≤ Q < U1 P1 untuk U1 ≤ Q < U2 Pi= . . . Pj untuk Uj ≤ Q < Uj+1

Dimana U1 < U2 < ….< Uj adalah rangkaian unit ketika terjadi penurunan harga. U0 adalah unit minimum yang dibeli dan Uj+1 adalah unit maksimum yang dibeli.

Pi adalah biaya unit pembelian dengan interval Ui hingga Ui+1 ,dimana P0 > P1 >….> Pj.

Adapun langkah-langkah untuk memperoleh jumlah pemesanan dengan biaya minimum apabila terdapat satu atau lebih unit diskon adalah sebagai berikut:

1. Dimulai dengan unit biaya terendah, hitung EOQ setiap unit biaya hingga diperoleh EOQ yang benar atau tepat.

2. Hitung total biaya untuk EOQ yang benar, jika total biayanya lebih rendah, maka unit pembelian dengan harga diskon dapat diterima atau lebih menguntungkan.

3. Pilihlah jumlah pembelian yang memiliki total biaya paling rendah dalam langkah 2 diatas.

2.3.2 Incremental Discount

Incremental diskon diberikan apabila perusahaan membeli pada tingkat atau interval tertentu.. Dalam situasi ini penjual menawarkan beberapa harga

(36)

dengan interval jumlah tertentu. Atau dapat dikatakan harga per unit lebih rendah apabila perusahaan dalam membeli dalam jumlah interval tertentu. Di dalam model potongan harga bertahap ini atau incremental diskon semua unit harganya tidaklah sama karena ada penjadwlan potongan harga yang menyebabkan biaya pembelian unit tidak konstan. Secara matematik skedul harga per unit ditunjukan sebagai berikut:

P0 untuk setiap U0 hingga U1-1 P1 untuk setiap U1 hingga U2-1 Pi= .

. .

Pj untuk setiap Uj hingga Uj+1,

Dimana U1 < U2 < ….< Uj adalah urutan bilangan bulat jumlah dimana price-break terjadi dan P0 > P1 >….> Pj. dengan jadwal potongan tersebut, biaya pembelian unit tidak konstan untuk semua kuantitas Q yang berada pada interval Ui ≤ Q < Ui+1.

Prosedur untuk pemesanan optimum apabila menghadapi Incremental Diskon dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Hitung EOQ untuk setiap harga pembelian

2. Tentukan apakag EOQ itu dapat diterima atau ditolak 3. Hitung Total Biaya setiap EOQ diterima

(37)

2.4 Model Persediaan Terintegrasi 2.4.1 IDQ ( Identical Delivery Quantity)

Model atau strategi IDQ adalah dimana jumlah produk sama pada setiap pengirimanya. Asumsi penting dalam mengembangkan model ini adalah perusahaan harus mengetahui jumlah permintaan dalam suatu periode tertentu, serta biaya pesan dan biaya simpan dari distributor.

Model dari nilai optimal total biaya gabungan untuk strategi IDQ adalah :

Keterangan :

D : Jumlah permintaan dari distributor pertahun.

S : Biaya produksi pada perusahaan per setup (Rp/unit).

Hv : Biaya penyimpanan persediaan per unit produk pada perusahaan per tahun (Rp/unit).

α : Perbandingan antara permintaan dan rata-rata produksi. k : Jumlah pengiriman dari distributor dalam sekali produks. β : Perbandingan biaya penyimpanan persediaan.

2.4.2 DWP (Delivery What Produced)

Strategi DWP adalah dimana jumlah pengiriman kepada distributor adalah tidak sama pada setiao pengiriman. Pada setiap pengiriman, semua persediaan yang tersedia pada perusahaan dikirim langsung ke distributor. ( Nyoman Pujawan,2005).

Model dari nilai optimal dari total biaya gabungan untuk strategi DWP sebagai berikut ;

(38)

Keterangan :

D : Jumlah permintaan dari distributor pertahun.

S : Biaya produksi pada perusahaan per set up (Rp/unit).

Hv : Biaya penyimpanan persediaan per unit produk pada perusahaan per tahun (Rp/unit).

α : Perbandingan antara permintaan dan rata-rata produksi. k : Jumlah pengiriman dari distributor dalam sekali produks. β : Perbandingan biaya penyimpanan persediaan.

γ : Perbandingan antara permintaan dan rata-rata produksi.

2.4.3 Rasio Perbandingan Biaya antara Model Matematis IDQ dan DWP

Untuk dapat menentukan strategi mana yang terbaik maka dilakukan perhitungan rasio biaya yang dirumuskan sebaggai berikut:

Apabila nilai R lebih besar dari 100% maka kebijakan persediaan terintegrasi yang dimodelkan dengan model DWP adalah strategi yang lebih baik. Sebaliknya, apabila nilai R kurang dari 100% maka kebijakan yang dimodelkan dengan IDQ merupakan strategi yang lebih baik.

(39)

2.5 Manajemen Distribusi

Distribusi barang sering dikenal dengan istilah logistik. Dalam kamus

APICS, logistik didefisinikan sebagai ilmu dan seni dari perolehan produksi dan distribusi material dan produk dalam kuantitas dan tempat yang tepat. Jaringan distribusi ini memungkinkan produk pindah dari perusahaan ke konsumen yang terpisah oleh jarak yang jauh.

Distribusi dari barang mengacu pada hubungan yang ada di antara titik produksi dan pelanggan akhir, yang sering terdiri dari beberapa inventory yang harus dikelola. Tujuan utama dari manajemen distribusi inventory adalah memperoleh inventory tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, spesifikasi kualitas yang tepat serta pada ongkos yang memadai. Tujuan ini untuk mencapai tingkat pelayanan pelanggan (customer service level) yang diingkan pada atau dibawah tingkat ongkos yang telah ditetapkan (Gaspersz,2005).

Secara tradisional, jaringan distribusi diaanggap sebagai serangkaian fasilitas fisik seperti gudang dan fasilitas pengangkutan dan operasi masing-masing fasilitas ini cenderung terpisah antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya kemajuan-kemajuan dan terdapat kenaikan kebutuhan pelanggan serta kompetisi yang makin ketat maka perusahaan-perusahaan saat ini telah melakukan perbaikan-perbaikan dalam sistem distribusi. Saat ini jaringan distribusi tidak hanya dipandang sebagai serangkaian fasilitas yang mengerjakan fungsi-fungsi fisik yaitu pengangkutan dan penyimpanan, tetapi merupakan bagian integral dari kegiatan supply chain dan memiliki peran strategis sebagai titik penyalur produk maupun informasi dan juga sebagai wahana untuk menciptakan nilai tambah. (Nyoman Pujawan,2005)

Perkembangan teknologi dalam sistem distribusi saat ini telah berkembang pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dengan adanya perkembangan teknologi

(40)

ini memungkinkan perusahaan dalam mengirimkan barang lebih tepat waktu dan efisien. Teknologi yang mempermudah dalam sistem pendistribusian yang digunakan saat ini diantaranya teknologi penyimpanan, barcoding, ASRS (automatic storage and retrieval system) dan RFID (radio frequency identification). Sedangkan untuk teknik-teknik yang digunakan dalam manajemn distribusi seperti

crossdocking, flow through distribution, dan 3PL (jasa logistic pihak ketiga).

2.5.1 Tujuan Sistem Distribusi

Adapun tujuan sistem distribusi menurut Gaspersz (2005), adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan Pelanggan

- Waktu tunggu penyerahaan menjadi tepat (timely delivery lead time) - Pengamanan terhadap ketidakpastian permintaan

- Memberikan bermacam barang yang diperlukan 2. Efisiensi

- Ongkos transportasi minimum

- Tingkat produksi dari pengisisan pesanan - Ukuran dan lokasi penyimpanan

- Akurasi data inventory

3. Investasi inventory minimum

- Stok pengaman yang diperlukan minimum

(41)

2.5.2 Fungsi Manajemen Distribusi

Manajemen dari distribusi dan transportasi mencakup aktivitas baik yang secara fisik yang dapat dilihat oleh mata seperti menyimpan dan mengirim produk maupun fungsi non-fisik yang berupa aktivitas pengolahan informasi dan pelayanan penlanggan. Fungsi dasar yang dilakukan manajemen distribusi dan transportasi pada umunya sebagai berikut :

1. Melakukan segmentasi dan menentukan target service level.

Segmentasi pelanggan perlu dilakukan karena kontribusi mereka pada

revenue perusahaan bisa sangat bervariasi dan karakteristik pelanggan bisa berbeda satu dengan yang lainya. Dengan memahami perbedaaan karekterisrik dan kontribusi tiap pelanggan atau area distribusi, perusahaan dapat mengoptimalkan alokasi persediaan maupun kecepatan pelanggan. 2. Menentukan mode transportasi yang akan digunakan.

Tiap mode transportasi memiliki karekteristik yang berbeda dan mempunyai keunggulan serta kelemahan berbeda juga. Manajemen transportasi harus bisa menentukan mode apa yang akan digunakan dalam mengirimkan atau mendistribusikan produk mereka ke pelanggan. Kombinasi dua atau lebih mode transportasi tentu bisa atau bahkan harus dilakukan tergantung situasi yang dihadapi.

3. Melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman.

Tekanan untuk melakukan pengiriman cepat namun murah menjadi pendorong utama perlunya melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman. Salah satu contoh konsolidasi informasi adalah konsolidasi data permintaan dari berbagai regional distribution center oleh central gudang untuk keperluan pembuatan jadwal pengiriman. Sedangkan contoh

(42)

konsolidasi pengiriman adalah dengan menyatukan toko atau ritel yang berbeda dalam sebuah truk.

4. Melakukan penjadwalan dan penetuan rute pengiriman.

Salah satu kegiatan operasional yang dilakukan oleh gudang atau distributor adalah menentukan kapan sebuah truk harus berangkat dan rute mana yang harus dilalui untuk memenuhi permintaan dari sejumlah pelanggan.

5. Memberikan pelayanan nilai tambah

Saat ini jaringan distributor semakin dipercaya melakukan nilai tambah. Beberapa proses nilai tambah yang dapat dilakukan oleh distributor adalah pengepakan, pelabelan harga, pemberian barcode, dan sebagainya.

6. Menyimpan persediaan

Jaringan distribusi selalu melibatkan proses penympanan produk baik di suatu gudang pusat atau gudang regional maupun toko dimana produk tersebut dipajang untuk dijual. Oleh karena itu manajemen distribusi tidak bisa dilepaskan dari manajmen pergudangan.

7. Menanggani pengembalian (return)

Manajemen distribusi juga punya tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengembalian produk dari hilir ke hulu dalam supply chain. Pengembalian ini dapat berupa karena produk rusak atau tidak terjual sampai batas waktu penjualan habis. Kegiatan pengembalian juga dapat berupa pengembalian kemasan. Proses pengembalian produk atau kemasan ini sering disebut dengan sebutan reverse logistic.

(43)

2.5.3 Lokasi Distribusi

Lokasi dari berbagai tingkat distribusi di kelompokkan menjadi : 1. Titik distribusi paling rendah (tingkat pengecer)

Biasanya mengambil lokasi yang dekat dengan pelanggan, karena lokasi itu memberikan ongkos transportasi yang memadai dan tingkat pelayanan pelanggan (customer service level) yang tinggi.

2. Titik distribusi area (area distribution plant)

Grosir (wholesalers) atau distributor area (area distributors) secara langsung memasok titik distribusi paling rendah (pengecer). Lokasi yang dipilih mungkin pada area yang kurang memiliki akses seperti pada tingkat pengecr tetapi fasilitas transportasi menjadi factor penting untuk dipertimbangkan.

3. Titik distribusi regional (regional diatribution points)

Fasilitas penyimpanan distribusi regional diperlukan untuk memasokpusat-pusat area, seperti mengambil lokasi di luar wilayah dari pusat-pusat area (dapat di luar negeri) dengan mempertimbangkan ongkos transportasi yang lebih rendah dan pelayanan yang lebih cepat.

4. Lokasi manufacturing

Perusahaan telah banyak mendistribusikan pabrik-pabrik secara geografis untuk memberikan pelayanan lebih baik untuk salah satu titik distribusi regional atau titik distribusi area. Dalam beberapa kasus, barang-barang yang sama diproduksi dalam pabrik-pabrik yang berbeda untuk memberikan akses yang cepat ke pasar.

(44)

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. Coca- Cola Amatil Indonesia Central Java, Semarang yang bergerak pada bidang manufaktur dan pendistribusian. Objek penelitian ini akan dilakukan pada bagian penjualan bertujuan untuk menentukan langkah pendistribusian yang tepat untuk mendapatkan total biaya terendah.

3.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian yang dilakukan adalah bagaimana pihak perusahaan maupun distributor menentukan kebijakan atau strategi yang tepat sehingga mendapatkan total biaya terendah bagi perusahaan dan distributornya.

3.3 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Metode Pengamatan Langsung (Observasi)

Pengamatan langsung ini dilakukan untuk mendapatkan data-data perusahaan yang berkaitan dengan masalah pendistribusian produk.

(45)

2. Studi Kepustakaan

Studi pustaka dilakukan agar peneliti menguasai terlebih dahulu teori maupun konsep dasar yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti dari beberapa referensi. Ada dua jenis studi pustaka :

A. Studi pustaka induktif

Kajian induktif adalah kajian pustaka yang bermakna untuk menjaga keaslian penelitian. Kajian ini diperoleh dari jurnal dan proseding. Pada kajian induktif, dapat diketahui perkembangan penelitian , batas- batas dan kekurangan penelitian terdahulu. Disamping itu dapat diketahui perkembangan metode – metode mutakhir yang pernah dilakukan peneliti lain.

B. Studi pustaka deduktif

Kajian deduktif membangun konseptual yang mana parameter – parameter yang relevan disistematika, diklasifikasikan dan dihubung – hubungkan sehingga bersifat umum. Kajian deduktif merupakan landasan teori yang dipakai sebagai acuan untuk memecahkan masalah penelitian.

3. Wawancara

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara tentang data-data yang dibutuhkan kepada karyawan yang berwenang diperusahaan tersebut.

4. Literatur Data Perusahaan

Data-data lain yang diperlukan dalam penelitian ini didapatkan dari literatur yang ada diperusahaan.

(46)

3.4 Pengolahan Data 3.4.1 Formulasi Model

A. Notasi

Notasi yang digunakan dalam model IDQ (Identical Delivery Quantity) dan DWP (Delivery What Produced) adalah

Z : total biaya gabungan per tahun

r : perkiraan biaya penyimpanan dari modal yang ditanamkan dalam prosentase (unit/tahun)

Cv : biaya manufakturing pada perusahaan per unit (Rp/unit) Cb : harga pembelian pada distributor per unit produk ( Rp/unit)

Hv : biaya penyimpanan persediaan per unit produk pada perusahaan pertahun (Rp/unit)

Hb : biaya penyimpanan persediaan per unit produk pada distributor per tahun (Rp/unit)

S : biaya produksi pada perusahaan per setup (Rp/setup)

A : biaya pesanan pada distributor untuk setiap pengiriman (Rp/pesan) P : rata-rata produksi pada perusahaan per tahun (unit)

D : jumlah permintaan dari distributor per tahun (unit)

g = D/P : perbandingan antara permintaan dan rata-rata produksi n = 1/g = P/D : perbandingan antara rata-rata produksi dan permintaan α = A/S : perbandingan antara biaya pesan dan biaya setup

β = Hb/Hv : perbandingan biaya penyimpanan persediaan q1 = jumlah pengiriman dari perusahaan ke distributor

(47)

Q= 2𝐷(𝐴+𝑆)

𝐻𝑏−𝐻𝑣 +𝐻𝑣 (1+𝐷𝑃)

T = Q/D : interval waktu antara production run (tahun) k : jumlah pengiriman dari distributor dalam sekali produksi.

Sedangkan notasi yang digunakan dalam perhitungan All Unit Diskon

adalah:

Q = kuantitas pemesanan R = jumlah permintaan

C = biaya pesan per setiap kali pemesanan P = biaya simpan perunit per satuan waktu F = frekuensi pemesanan

TC = Total biaya persediaan

B. Asumsi-asumsi

Asumsi – asumsi yang digunakan pada model IDQ ( Identical Delivery Quantity) dan DWP (Delivery What Produced) adalah

1. Mengetahui jumlah permintaan dalam suatu periode.

2. Mengetahui biaya simpan, biaya pesan pada perusahaan dan dari distributor.

3. Data-data permintaan, rata-rata produksi dan biaya setup pada perusahaan serta biaya order pada distributor diketahui dan konstan. 4. Biaya kekurangan persediaan tidak diperhitungkan.

5. Jumlah permintaan mempertimbangkan sistem incremental diskon.

(48)

1. Model Matematis IDQ

Biaya tahunan yang diadakan oleh perusahaan, dirumuskan :

atau

sedangkan, biaya tahunan yang diadakan oleh distributor dapat dirumuskan sebagai :

atau

Sehingga total biaya gabungan yang diadakan oleh perusahaan dan distributor, untuk suatu nilai T dan k tertentu merupakan gabungan antar Z1 danZ2 :

Untuk nilai tertentu k, nilai ekonomis dari T, yaitu optimal Z terhadap T, daoat diturunkan sebagai berikut :

(49)

Jadi, untuk nilai tertentu k, nilai optimum dari Z dapat diturunkan sebagai berikut:

Dimana T seperti pada persamaan (1), dengan demikian nilai Z optimal adalah:

atau

(2)

Nilai optimum k, katakana sebagai k1, dapat ditemukan dengan meminimumkan Z2 (k) dari persamaan (2), seperti berikut ini :

` Setelah mengabaikan variabel-variabel dan konstanta-konstanta yang bebas dari k masalah minimasi dapat disederhanakan menjadi :

(3) Z2(k 1)≤ Z2(k1 – 1) (4) dan Z2(k 1)≤ Z2(k1 + 1) (5)

(50)

Dengan mensubtitusikan persamaan (4) dan (5) ke persamaan (3), maka didapatkan:

k1(k1– 1) ≤ 2𝛾−1+𝛽(1−𝛾)𝛼 (6) dan

k1(k1+ 1) ≤ 2𝛾−1+𝛽(1−𝛾)𝛼 (7) gabungkan persamaan (6) dan (7)

Maka nilai optimal total biaya gabungan untuk strategi IDQ adalah

2. Model Matematis DWP

Total jumlah produksi yang dikirimkan dari perusahaan ke distributor dapat dirumuskan sebagai berikut:

Selanjutnya, total biaya gabungan unuk suatu nilai q1 dan k tertentu adalah :

\ atau

(51)

Untuk nilai tertentu k1, maka nilai ekonomis dari q1 = q (k), dapat diturunkan seperti dibawah ini :

𝜕𝑍 𝜕𝑞1 = 0

(syarat Z optimal jika ditinjau dari q1)

Yang akhirnya setelah disederhanakan didapat :

(8) Jadi, untuk nilai k yang diberikan, nilai optimum Z dapat diturunkan sebagai berikut :

Dimana q1 seperti pada persamaan (8), dengan demikian nilai Z(k)

dapat dinyatakan dengan:

(9) Dari persamaan (9), bila terlebih dahulu dikuadratkan, maka akan didapat bentuk yang lebih sederhana, yaitu :

(52)

Persamaan ini disederhanakan dan dicari akarnya didapatkan :

Jadi, nilai optimal dari total biaya gabungan untuk strategi DWP dapat dinyatakan dengan :

3. All Unit Diskon

a. EOQ Q = 2 𝑅𝐶𝑃𝐹 b. Total Cost

Biaya Total Persediaan = Ordering cost + Holding cost + Purchasing cost

(53)

3.4.2 Aplikasi Model

Model yang digunakan sebagai aplikasi adalah model matematis integrasi persedian IDQ dan DWP untuk menentukan strategi yang tepat. Dalam penentuan strategi ini juga dilakukan dengan mempertimbangkan adanya all unit diskon.

3.5 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh dari pengolahan dan analisis data kemudian didiskusikan untuk mengetahui kemungkinan kekurangan atau kelebihan dari hasil penelitian sehingga dapat dibuat suatu rekomendasi terhadap hasil penelitian ini. Hasil penelitian kali ini diharapkan dapat mengetahui strategi yang tepat dalam proses pendistribusian barang sehinnga didapat total biaya yang minimum.

(54)

Diagram Alir Penelitian

Kajian pustaka Deduktif dan Induktif

Mulai

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pengumpulan Data Pengolahan Data: 1. model IDQ dan DWP

2. All Unit Diskon Analisa Hasil Menyimpulkan Hasil dan

Rekomendasi Selesai Fokus Kajian dan Perancangan Penelitian

(55)

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Tentang Perusahaan

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java merupakan salah satu produsen dan distributor minuman ringan yang memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berlisensi dari The Coca-Cola Company. Perusahaan ini memproduksi dan mendistribusikan produk Coca-Cola ke seluruh daerah Jawa Tengah, Jogjakarta dan sekitarnya.

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java berdiri pertama kali dengan nama PT. Pan Java Bottling Company yang berdiri pada lahan seluas 8,5 Ha. Pada tahun 1992 melakukan joint aventure dengan Coca-Cola Amatil Limited Australia dan sejak itu berubah nama menjadi PT. Coca-Cola Pan Java. Dengan adanya tahap awal dari rencana merger yang diusulkan oleh kelompok usaha Coca – Cola maka sejak tanggal 1 Agustus 1999 terjadi perubahan badan hukum dari PT. Coca-Cola Pan Java menjadi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling. Perubahan terakhir terjadi pada tanggal 1 Juli 2002, PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling

(CCAIB) berganti nama menjadi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI) berdasarkan persetujuan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Sedangkan untuk distributornya bernama PT. Coca-Cola Distribution

Indonesia (CCDI).

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI) mempunyai visi “ Ingin Menjadi

(56)

Tidak Beralkohol (non alcoholic ready to drink beverages). Sedangkan misi dari perusahaan adalah

a. Menjadi perusahaan minuman yang terkemuka khususnya di Indonesia. b. Memberikan nilai terbaik bagi pemegang saham dengan menjadi perusahaan

terdepan dalam pasar minuman non-alkohol secara global.

c. Merk Coca-Cola merupakan tumpuan sukses dalam memuaskan konsumen dengan produk layanan berkualitas tinggi melalui orang-orang yang dinamis dan berdedikasi tinggi.

Produk-produk yang dihasilkan dan dipasarkan kepada konsumennya selalu produk yang mempunyai kualitas terbaik. Contoh produk yang dihasilkan oleh PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java yaitu Coca-Cola, Coca-Cola Zero, Diet Coke, Fanta (Strawberry, Soda Water, Blueberry), Sprite, Sprite Zero, Frestea Jasmine, Frestea Green, Frestea My Body dan Fanta Vitamin C.

4.1.2 Input Data

Data diperoleh berdasarkan data penjualan produk sprite 295 ml satu tahun. Data yang digunakan adalah data tahun sebelumya yaitu tahun 2009 dari bulan Januari sampai dengan Desember. Data-data yang lain diperoleh berdasarkan wawancara kepada bagian penjualan dan ditribusion requpment planning (DRP). Adapun data-data yang diperoleh dan diperlukan adalah sebagai berikut :

A. Data Transaksi Penjualan

Di bawah ini adalah data transaksi penjualan produk sprite 295 ml pada tahun 2009 :

(57)

Tabel 4.1 Data Penjualan

Bulan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Juml

(cs) 3786 2675 7392 6010 6441 8742 7471 7161 12261 8766 8318 8290 B. Data Peramalan Permintaan

Berikut ini adalah data permintaan pada tahun 2009 untuk produk sprite 295 ml :

Tabel 4.2 Data Permintaan

Bulan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des juml

(cs) 5178 5656 5200 3826 5439 8233 7125 5351 7260 7729 8183 10027 C. Data Permintaan Per Minggu

Berikut ini adalah data permintaan yang diagi setiap minggunya: Tabel 4.3 Data Permintaan Perminggu Bulan minggu Cs Bulan minggu Cs

1 1 1660 7 1 986 2 1884 2 1879 3 844 3 1914 4 791 4 2345 2 1 1193 8 1 1151 2 1372 2 1469 3 1540 3 1469 4 1552 4 1262 3 1 573 9 1 1013 2 909 2 2307 3 758 3 1629 4 748 4 460 5 2212 5 1851 4 1 426 10 1 1442 2 961 2 1751 3 1040 3 1858 4 1399 4 2677 5 1 2 1281 1343 11 1 2 1631 2087

(58)

3 4 1311 1504 3 4 2101 2364 6 1 1222 12 1 1343 2 1456 2 1551 3 1787 3 2273 4 1948 4 2692 5 1820 5 2169

D. Data Penjualan Per Minggu ( Data Pengiriman)

Berikut ini adalah data pengiriman atau penjualan produk : Tabel 4.4 Data Pengiriman atau Penjualan Bulan minggu Cs Bulan minggu Cs

1 1 989 7 1 849 2 1631 2 1961 3 586 3 1854 4 581 4 2808 2 1 556 8 1 892 2 802 2 1741 3 618 3 1703 4 700 4 2825 3 1 653 9 1 2117 2 792 2 2556 3 2111 3 2519 4 2077 4 2584 5 1759 5 2486 4 1 552 10 1 1864 2 2016 2 1882 3 1353 3 2664 4 2089 4 2357 5 1 1010 11 1 2437 2 1648 2 1886 3 1533 3 2191 4 2250 4 1803 6 1 563 12 1 1225 2 1655 2 2071 3 1594 3 1823 4 3107 4 1731 5 1823 5 1440

(59)

E. Sistem Diskon

Dalam penjualanya sistem diskon dilakukan apabila terjadi trend penjualan yang meningkat akan tetapi target tidak dapat terpenuhi. Banyak sistem diskon yang diterapkan untuk penjualan produk. Salah satunya yang sering dipakai adalah diskon 9% dari produk yang dibeli atau lebih dikenal dengan sistem 10:1 artinya apabila pembelian 10 cs akan mendapat bonus 1 cs begitu juga dengan kelipatanya.

F. Data Lainnya

1. Harga beli produk : Rp 1.750,00/unit = Rp 42.000,00/cs

2. Perkiraan biaya penyimpanan dari modal yang ditanamkan :

Estimasi :

- Harga : Rp. 42.000,00 /cs

- Kapasitas : 25.000 cs

- Biaya Perawatan : Rp. 150.000,00

- Biaya Tenaga Kerja : Rp. 600.000,00

- Biaya Penyusutan : Rp. 100.000,00 - Biaya Listrik : Rp. 100.000,00 --- + Rp. 850.000,00 / bulan = Rp. 10.200.000,00 / th - Biaya capital : - Bunga : 6,50 % pertahun - Capital : 6,50 % X Rp. 42.000,00 = Rp 2.730,00

- Biaya Simpan = 1020000025.000 𝑐𝑠 + 2730 = Rp 3.138,00 /cs/tahun - Prosentase = 42.0003.138 x 100 % = 0,07 %

(60)

3. Biaya produksi perusahaan per set up : Estimasi :

- Set up cost = Harga Jual – Keuntungan

100 % = 120% - 20%

Set up cost = (100% : 120%) x harga jual = (100% :120%) x 42000 = Rp 35.000,00 / set up

4. Biaya manufakturing pada perusahaan :

Estimasi :

- Biaya Produksi : Rp. 35.000,00

- Marketing (20%) : Rp 7.000,00

--- - Rp 28.000,00/cs

Asumsi Rincian Biaya Manufaktur:

- Biaya Bahan Baku (60%) : Rp 16.800,00

- Biaya Tenaga Kerja (5%) : Rp 1.400,00

- Biaya Penyusutan Mesin dan bangunan (25%) : Rp 7.000,00

- Biaya Overhead (10%) : Rp 4.200,00

--- + Rp. 28.000,00 / cs

5. Biaya pesan pada distributor untuk setiap pengiriman :

Estimasi :

- Biaya Administrasi : Rp 15.000,00

- Biaya Telp : Rp 10.000,00

--- + Rp 25.000,00 / Pesan

(61)

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Biaya Persediaan Pada Perusahaan (Hv)

Jumlah biaya persediaan per unit produk yang dikeluarkan perusahaaan per tahun adalah

Hv = perkiraan penyimpanan biaya dari modal (r) x biaya manufacturing (Cv)

= 0,07 % x Rp 28.000,00 = Rp. 1.960,00 cs/th

4.2.2 Biaya Persediaan Pada Distributor (Hb)

Jumlah biaya persediaan per unit produk yang dikeluarkan distributor per tahun adalah

Hb = perkiraan penyimpanan biaya dari modal (r) x harga pembelian (Cb)

= 0,07 % x Rp 42.000,00 = Rp. 2.940,00 cs/th

4.2.3 Perbandingan Biaya Pesan dan Biaya Set up (α)

Perbandingan antara biaya pesan dan biaya set up adalah sebagai berikut: α = biaya pesan (A)biaya set up (S) = Rp 35.000,00 Rp 25.000,00

= 0,72

4.2.4 Perbandingan Biaya Penyimpanan Persediaan (β)

Perbandingan antara biaya simpan pada perusahaan dan biaya simpan pada distributor adalah sebagai berikut:

β = biaya simpan perusahaan (Hv )biaya simpan distributor (Hb ) = Rp . 1.960,00Rp 2.940,00 = 1,5

(62)

4.2.5 Identical Delivery Quantity (IDQ)

Model atau strategi IDQ adalah kebijakan dimana jumlah produk sama pada setiap pengirimanya.. Model IDQ yang digunakan sebagai berikut:

Adapun perhitungan biaya total gabungan dengan model IDQ adalah sebagai berikut:

a. Production Run (Q)

Rumus atau model untuk menghitung production run sebagai berikut :

Q= 2𝐷(𝐴+𝑆)

𝐻𝑏−𝐻𝑣 +𝐻𝑣 (1+𝐷𝑃)

Production run pada bulan Januari : Q = 245−163,33 + 1633,33(1+2 (5178)(25000 +35000 )5178

700000)

= 81,67+164,65621385380 = 1588,65 cs

Berikut ini adalah hasil perhitungan selengkapnya jumlah produksi pada perusahaan per production run pada tahun 2009 untuk perhitungan model IDQ.

Tabel 4.5 Production Run IDQ

BULAN D Q Januari 5178 1588,65 Februari 5656 1660,00 Maret 5200 1591,90 April 3826 1366,45 Mei 5439 1627,90 Juni 8233 2000,26 Juli 7125 1861,75 Agustus 5351 1614,88

(63)

September 7260 1879,25 Oktober 7729 1938,50 November 8183 1994,19 Desember 10027 2205,65 b. Biaya Total Gabungan Model IDQ

Perhitungan biaya total gabungan perhitungan model IDQ pada bulan Januari adalah :

Z*IDQ = 2𝑥5178𝑥35000𝑥163,33 0,714𝑥4 + 1 1 − 0,0069 + 2𝑥0,00069 −1+1,54 = 243319,17 x 2,08

= Rp 506.779,23

Berikut ini adalah hasil perhitungan selengkapnya untuk biaya total gabungan perhitungan model IDQ dari bulan Januari-Desember.

Tabel 4.6 Biaya Total Gabungan Model IDQ

BULAN D Γ N Q T K Z Januari 5178 0,00069 1448,38 1588,65 0,31 4 Rp 506.779,23 Februari 5656 0,000754 1325,94 1660,00 0,29 4 Rp 529.652,30 Maret 5200 0,000693 1442,44 1591,90 0,31 5 Rp 546.647,82 April 3826 0,00051 1960,24 1366,45 0,36 4 Rp 435.634,96 Mei 5439 0,000725 1379,04 1627,90 0,30 4 Rp 519.359,50 Juni 8233 0,001098 910,98 2000,26 0,24 5 Rp 687.787,66 Juli 7125 0,00095 1052,69 1861,75 0,26 4 Rp 594.408,85 Agustus 5351 0,000714 1401,49 1614,88 0,30 4 Rp 515.184,73 September 7260 0,000968 1033,04 1879,25 0,26 5 Rp 645.902,02 Oktober 7729 0,00103 970,42 1938,50 0,25 4 Rp 619.079,67 November 8183 0,001091 916,59 1994,19 0,24 4 Rp 636.992,56 Desember 10027 0,001337 747,96 2205,65 0,22 5 Rp 759.002,50

(64)

4.2.6 Delivery What Produced (DWP)

Model atau strategi DWP adalah kebijakan dimana jumlah produk tidak sama pada setiap pengirimanya. Semua persediaan yang tersedia dikirim langsung ke distributor. Model DWP yang digunakan sebagai berikut:

Adapun perhitungan biaya total gabungan dengan model DWP adalah sebagai berikut:

a. Production Run (Q)

Rumus atau model untuk menghitung production run sebagai berikut :

Q= 2𝐷(𝐴+𝑆)

𝐻𝑏−𝐻𝑣 +𝐻𝑣 (1+𝐷𝑃)

Production run pada bulan Januari minggu pertama: Q = 245−163,33 + 1633,33(1+2 (1660)(25000 +35000 )1660

700000)

= 81,67+163,72199191762 = 900,97 cs

Berikut ini adalah hasil perhitungan selengkapnya jumlah produksi pada perusahaan per production run untuk perhitungan model DWP pada tahun 2009.

Tabel 4.7 Production Run DWP

Bulan minggu D Q Januari 1 1660 900,97 2 1884 959,63 3 844 642,69 4 791 622,11

(65)

Februari 1 1193 764,11 2 1372 819,07 3 1540 867,84 4 1552 871,10 Maret 1 573 529,62 2 909 666,91 3 758 609,04 4 748 605,14 5 2212 1039,70 April 1 426 456,62 2 961 685,80 3 1040 713,53 4 1399 827,11 Mei 1 1281 791,47 2 1343 810,66 3 1311 800,68 4 1504 857,70 Juni 1 1222 773,34 2 1456 843,81 3 1787 934,69 4 1948 975,98 5 1820 943,24 Juli 1 986 694,71 2 1879 958,40 3 1914 967,47 4 2345 1070,56 Agustus 1 1151 750,37 2 1469 847,72 3 1469 847,72 4 1262 785,78 September 1 1013 704,18 2 2307 1061,93 3 1629 892,54 4 460 474,43 5 1851 951,22 Oktober 1 1442 839,88 2 1751 925,29 3 1858 953,21 4 2677 1143,65 November 1 1631 893,07 2 2087 1009,98 3 2101 1013,48 4 2364 1074,74 Desember 1 1343 810,66

Gambar

Diagram Alir Penelitian
Tabel 4.1 Data Penjualan
Tabel 4.6 Biaya Total Gabungan Model IDQ
Tabel 4.7 Production Run DWP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mekanisme transportasi produk berfungsi untuk mendekatkan atau menjauhkan produk dari sumber radioaktif Sistem gantung memiliki keunggulan lebih dibandingkan dengan sistem yang

Secara global penilaian peserta didik di MA Asy-syafi’iyah bisa dinilai secara kualitas dan kuantitas. Secara kualitas bisa dilihat dari lulusan peserta didik

Penelitian direkomendasikan pada guru IPA dan guru Fisika dalam mengemas pembelajaran POMER untuk memaksimalkan potensi peserta didik melalui pengembangan

〔商法二五三〕 主債務者に対する手形金請求権の時効消滅と割引依 頼人に対する手形買戻請求権 大阪高裁昭和五四年九月五日判決

makan (f) namun kecepatan potong adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap keausan pahat.Tabel 1 dapat diamati bahwa tingkat keausan pahat bubut cenderung

Sekitar 16 sampai 20 persen responden dari setiap kelompok sasaran menyatakan tidak mengetahui cara yang tepat, sementara sisanya memberikan jawaban yang salah (lihat Gambar

Sawit merupakan tanaman perkebunan yang menjanjikan bersal dari Afrika, namun hidup subur di daerah indonesia, perbanyakan tanaman ini dilakukan untuk melihat pengaruh

dilakukan secara berhati-hati supaya permukaan tiub tidak mengalami kecacatan ( deform ) akibat kenaan daya yang berlebihan. Bagi mengukuhkan penyambungan tiub- tiub kepada