• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENATAAN KORIDOR KALIMAS SURABAYA BERDASAR POTENSI ROH LOKASI (SPIRIT OF PLACE ) KONSEP PENATAAN KORIDOR KALIMAS SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP PENATAAN KORIDOR KALIMAS SURABAYA BERDASAR POTENSI ROH LOKASI (SPIRIT OF PLACE ) KONSEP PENATAAN KORIDOR KALIMAS SURABAYA"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM MAGISTER

BIDANG KEAHLIAN PERANCANGAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 

SURABAYA

2009

0LEH :

RIRIN DINA MUTFIANTI

3207203002

PEMBIMBING :

1. DR. ING.IR. BAMBANG SOEMARDIONO

2. IR. HERU PURWADIO, M.SP

KONSEP PENATAAN KORIDOR KALIMAS SURABAYA

KONSEP PENATAAN KORIDOR KALIMAS SURABAYA

BERDASAR POTENSI ROH LOKASI (

SPIRIT OF PLACE

)

(2)

PENDAHULUAN

Potensi Koridor

1 S

G

fi

b

d di t

h k t

1. Secara Geografis  : berada di tengah kota

2. Secara Historis

a. Legenda pertarungan Sura dan Baya (Ikan dan 

Buaya) sehingga menjadi awal mula nama Kota

Buaya) sehingga menjadi awal mula nama Kota 

Surabaya.

b Awal mula perkembangan kota oleh pendudukan

b. Awal mula perkembangan kota oleh pendudukan 

Belanda

P

t k t di

l l

c. Pusat kota dimasa lalu

(3)

PERTANYAAN PENELITIAN

1. Bagaimanakah roh lokasi (spirit of place) 

Koridor Kalimas Surabaya ?

Koridor Kalimas Surabaya ?

2. Bagaimanakah perubahan roh lokasi (spirit of 

place) koridor Kalimas tersebut sejalan dengan 

perkembangan kota pada saat ini.

p

g

p

3. Bagaimanakah memanfaatkan potensi roh 

lokasi (spirit of place) tersebut dalam menata

lokasi (spirit of place) tersebut dalam menata 

koridor Kalimas.

(4)

Tujuan penelitian :

Merumuskan konsep penataan 

Koridor Kalimas Surabaya 

b d

h l k i ( i i

f

berdasar roh lokasi (spirit of 

place) yang dimilikinya

place)  yang dimilikinya.

(5)

Sasaran penelitian :

1. Mengidentifikasikan roh lokasi (spirit of 

place) koridor dalam Koridor Kalimas

place) koridor dalam Koridor Kalimas 

Surabaya.

2. Menganalisis perubahan roh lokasi (spirit 

of place) dalam koridor Kalimas akibat

of place) dalam koridor Kalimas akibat 

perkembangan kota saat ini.

3

M

k

k

i

t k

3. Merumuskan konsep yang sesuai untuk 

menata Koridor Kalimas berdasar roh 

lokasi (spirit of place).

(6)

Manfaat penelitian :

1. Secara teoritik, penelitian memberikan 

sumbangan pemikiran pada ilmu 

g

p

p

Perancangan Kota, secara khusus 

tentang penataan koridor yang memiliki 

g p

y g

dua keistimewaan yaitu sejarah dan 

bentukan alam berupa sungai.

bentukan alam berupa sungai.

2. Secara praktis, penelitian memberikan 

masukan ke Pemerintah Kota Surabaya

masukan ke Pemerintah Kota Surabaya  

tentang penataan koridor Kalimas untuk 

d

t t t

lih

h l k i

dapat tetap memelihara roh lokasi 

(7)

Gambar 1 :

Orientasi Lingkup Penelitian

(sumber : RTRW Surabaya, 2004)

(8)

Jembatan 

Petekan

Jalan

Petekan

Kampung 

K li

Jalan

Kalimas Barat

Kalimas 

Timur

Jembatan 

h

Merah 

Plaza

Jalan

Jembatan 

Merah

Gambar 2 :

Koridor Kalimas, 

Ruas Jembatan Petekan‐Jembatan Merah  dan

Jalan 

Karet

Jembatan Merah

Jalan

Veteran

Ruas Jembatan Merah‐Jembatan Semut

(sumber : Batasan Penelitian, 2009)

Veteran

Jembatan 

Semut

UTARA

(9)

KAJIAN PUSTAKA

Tabel 1 Rangkuman Pemahaman tentang Definisi Penataan Kawasan

Tabel 1 Rangkuman Pemahaman tentang Definisi Penataan Kawasan

No

Sumber Teori

penataan

k

Elemen penataan kawasan

Aspek tinjauan

kawasan

1.

Hazzrena Hussein

dan Ary Rosemary

8 acuan, meliputi : site planning,

pelayanan tepi air, infrastruktur,

preservasi, visual, streetscape dan

landscape dan transportasi, landuse

a. Aspek fisik berkaitan

dengan penataan tepian

sungai dan preservasi

b. Aspek non fisik berkaitan

p

p

,

dan fasilitas dan river manajemen.

p

dengan manajemen

penangan an sungai

2

Nahourn Cohen

5 acuan meliputi : karakter khusus

kota, lokalitas dan sense of place,

internal

space

proporsi

dan

a. Aspek fisik berkaitan

dengan penataan estetika

dan konstruksi bangunan

internal

space,

proporsi

dan

hubungan, gaya dan desain serta

metode konstruksi dan material.

dan konstruksi bangunan

b. Aspek fisik berkaitan

dengan pemaknaan

penataan dan lingkungan.

3 Hamid

Shirvani

8

elemen

meliputi : pola penggunaan a. Aspek fisik berkaitan

p

p

p

gg

lahan, bentuk dan masa bangunan,

sirkulasi dan parkir, ruang terbuka,

pedestrian ways, aktifitas penunjang,

signage, preservasi.

p

dengan penataan kawasan

meliputi bangunan, ruang

luar dan preservasi.

Sumber : 

Hazzrena Hussein dan Ary Rosemary(2000), Nahourn Cohen (2003), 

Hamid Shirvani (1970)

(10)

KAJIAN PUSTAKA

Tabel 2 Rangkuman Pemahaman tentang Definisi Koridor

Tabel 2 Rangkuman Pemahaman tentang Definisi Koridor

No Sumber

Teori

Definisi Koridor

Definisi Koridor

Aspek tinjauan

1.

Poerwadarminta

Gang atau jalan sebagai pintu keluar

k

a. fungsi sebagai jalan dan

i t

masuk.

pintu

2

Rob Krier

Jalan yang diapit oleh dinding di kiri

kanannya. Dinding yg dimaksud adalh

ruang-ruang yang ada di kanan dan kiri

jalan tersebut. Jalan dianggap sebagai

area komunikasi dalam kegiatan publik

a. fungsi sebagai jalan dan

komunikasi publik

b. dinding sebagai

ruang-ruang

area komunikasi dalam kegiatan publik,

menghubungkan beberapa titik (tempat)

yang mempunyai fungsi saling berkait.

3

Spreiregen

Merupakan bagian dari urban space yang

berbentuk linier. Tertutup di kedua

sisinya

dari

karakter

elemen

yang

a. Berbentuk linier

b. Dinding adalah elemen

yang mempersatukan

sisinya dari karakter elemen yang

mempersatukan.

yang mempersatukan

4

Jacobs

Kriteria perancangan koridor meliputi :

a. memiliki perbandingan yang

proporsional antara tinggi bangunan

dengan lebar jalan

a. fungsi sebagai jalan

yang transparan,

mampu memperlihatkan

kejelasan

dinding

dengan lebar jalan.

b. Memberikan kejelasan fungsi

(transparancy).

c. Keseluruhan bangunan di sepanjang

jalan merupakan satu kesatuan yang

saling melengkapi (complementarity)

kejelasan

dinding

pembentuk koridor

b. dinding memiliki

perbandingan seimbang

dengan jalan dan

bersifat

saling

Sumber : 

Edy Darmawan (2003), Spreiregen (1965), Jacobs (1995).

saling melengkapi (complementarity)

bersifat

saling

melengkapi

(11)

KAJIAN PUSTAKA

D i

i

di b k

l h G

h

Dari teori yang disebutkan oleh Garnham

(1985) dan Deklarasi Quebec, bahwa Spirit 

of place terdiri :

1. Aspek non fisik meliputi :

1. Aspek non fisik meliputi :

a. Makna dan simbolisme kawasan

b

k f

k

b. Aktifitas yang unik 

2. Aspek fisik meliputi :

2. Aspek fisik meliputi :

a. tampilan bangunan

b l

k

k

(12)

KAJIAN PUSTAKA

Tabel 3 Rangkuman Pemahaman tentang Harmoni Bentuk Bangunan

No Sumber

Teori

H

i B

t k

Definisi Teori

H

i B

t k

Aspek tinjauan

Harmoni Bentuk

Harmoni Bentuk

1.

Wondoamiseno

Syarat kesatuan dalam komposisi arsitektur

adalah : ada dominasi, ada pengulangan dan ada

kesinambungan dalam komposisi.

Aspek

komposisi

bentuk

2

DK. Ching

Harmoni dalam bentuk meliputi harmoni warna,

harmoni tekstur dan haroni wujud dan bentuk

oleh penciptaan perulangan dan irama pada

tampilan massa bangunan

Aspek

harmonisasi

bentuk

bangunan

3

Raleigh City

Community

Council

8 elemen pendukung pembentukan harmonisasi

urban space, meliputi siluet bangunan, garis

sempadan bangunan, proporsi bukaan, proporsi

fasade, lokasi dan pengelolaan ruang masuk

Aspek estetika

penataan

kawasan, bahan atau material eksterior yang

digunakan, pola bayangan yang terbentuk,

proporsi solid dan void.

Sumber : 

Wondoamiseno (1991), Ching (1979), Raleigh City 

Community Council (1999)

(13)

KAJIAN PUSTAKA

Makna dan Simbolisme Kawasan :

1. Nilai estetika

l

h

2. Nilai Sejarah

3

Nilai Pengetahuan Ilmiah

3. Nilai Pengetahuan Ilmiah

4

Nilai Sosial

(14)

KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori : Roh Lokasi  (Spirit of Place)

Aspek yang diteliti

IDENTIFIKASI MAKNA DAN SIMBOLISME KAWASAN

Aspek non fisik

IDENTIFIKASI MAKNA DAN SIMBOLISME KAWASAN

1. Nilai sosial yang pernah ada dalam kawasan 

2. Nilai sejarah yang pernah terjadi di kawasan 

3. Nilai estetika dalam kawasan yang masih tertinggal

Aspek non fisik 

1. Makna dan simbolisme 

kawasan tepi air  

2. Makna dan simbolisme 

 

IDENTIFIKASI KEISTIMEWAAN ATAU KEKHUSUSAN

Aspek non fisik 

Aktivitas dan interaksi 

antara sungai dan 

IDENTIFIKASI KEISTIMEWAAN ATAU KEKHUSUSAN 

AKTIFITAS KAWASAN yang menyebabkan adanya POLA 

PENATAAN yang  istimewa. 

Ada interaksi antara kegiatan dan kondisi kawasan 

secara khusus menyebabkan terjadinya pola penataan

Aspek fisik 

1. pola penataan kawasan 

g

Gambar 3 : 

Roh Lokasi dan 

Aspek pembahasannya

secara khusus menyebabkan terjadinya pola penataan 

IDENTIFIKASI KEISTIMEWAAN FISIK DAN TAMPILAN 

tepi air 

2. pola penataan kawasan 

Aspek fisik

Aspek pembahasannya

(Sumber : 

Kajian Pustaka, 2009)

1. Identifikasi keistimewaan bangunan sesuai dengan 

keadaan dan keistimewaan lokasi  

2. Identifikasi keistimewaan bangunan sesuai dengan 

pola penataan kawasan

Aspek fisik 

1. style bangunan  

2. Garis sempadan bangunan  

3. Ketinggian bangunan 

(15)

KAJIAN PUSTAKA

Obyek penelitian : 

Konsep penataan koridor Kalimas Surabaya berdasar roh lokasi 

Permasalahan : 

Pudarnya roh lokasi  (spirit of place) di koridor Kalimas Surabaya 

sehingga citra kota sebagai kota sungai dan berasal dari sungai 

Identifikasi roh lokasi  (spirit of place) 

Keadaan di masa lalu 

Keadaan di masa sekarang 

1. Aspek non fisisk : 

a. Makna dan simbolisme 

kawasan. 

b. Aktivitas kawasan 

c. Peran dan pemanfaatan 

keistimewaan kawasan 

2 Aspek fisik :

2 Aspek non fisisk :

a. Makna dan simbolisme 

kawasan. 

b. Aktivitas kawasan 

c. Peran dan pemanfaatan 

keistimewaan kawasan 

2 Aspek fisik :

2. Aspek fisik : 

P l

2  Aspek fisik :

Perubahan roh lokasi  (spirit of place) dari keadaan di masa lalu 

dengan keadaan di masa sekarang

Gambar 4 : 

Konsep Penataan Koridor 

dalam usaha untuk 

mempertahanakan roh lokasi : 

Kerangka  Konsep  Penelitian

(Sumber : disarikan dari  Kajian Pustaka, 2009)

1 Aspek non fisisk : 

a. Makna dan simbolisme 

kawasan. 

b. Aktivitas kawasan 

c. Peran dan pemanfaatan 

keistimewaan kawasan 

Perumusan konsep 

penataan koridor 

Kalimas Surabaya 

b d

h l k i

(16)

METODE PENELITIAN

1. Penelitian ini menggunakan metode 

R i

li tik D k i tif

Rasionalistik, Deskriptif.

2 Model Penelitian adalah Penelitian Sejarah

2. Model Penelitian adalah Penelitian Sejarah 

(17)

METODE PENELITIAN

Tabel 4  Variabel Penelitian 

Obyek Kajian Variabel

y

j

Definisi

operasional

p

Roh lokasi

(spirit of place)

dari keadaan di

masa lalu

Aspek

keistimewaan

non fisik

Makna dan simbolisme kawasan

Pemanfaatan kondisi alam

Aktivitas kawasan

Fungsi kawasan

Kegiatan khusus

Peran dan pemanfaatan

Pemanfaatan sungai

lingkungan

Pemanfaatan tepian sungai

Aspek

keistimewaan

fisik

Pola penataan

Orientasi bangunan

Garis sempadan bangunan

Ketinggian bangunan

Tampilan bangunan

Style bangunan

Tampilan bangunan

Style bangunan

Roh lokasi

(spirit of place)

dari keadaan di

masa sekarang

Aspek

keistimewaan

non fisik

Makna dan simbolisme kawasan

Pemanfaatan kondisi alam

Kesejarahan

Aktivitas kawasan

Fungsi kawasan

Kegiatan khusus

masa sekarang

Kegiatan khusus

Peran dan pemanfaatan

lingkungan

Pemanfaatan sungai

Pemanfaatan tepian sungai

Aspek

keistimewaan

Pola penataan

Orientasi bangunan

Garis sempadan bangunan

Sumber : Disarikan dari Kajian Pustaka, 2009

fisik

p

g

Ketinggian bangunan

Tampilan bangunan

Style bangunan

(18)

METODE PENELITIAN

Tahapan Penelitian :

Tahapan Penelitian :

1. Observasi Pustaka

2. Identifikasi Roh Lokasi pada masa sekarang

3. Analisis perubahan kawasan

p

4. Analisis kesesuaian dan perubahannya untuk 

memahami permasalahan

memahami permasalahan

5. Merumuskan konsep penataan

(19)

METODE PENELITIAN

Jenis Data :

1. Data Primer : pengamatan tentang style 

bangunan, tata lingkungan

(20)

METODE PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data :

Metode Pengumpulan Data :

1. Eksplorasi Literatur yang berkaitan dengan kondisi 

k

di

l l

kawasan dimasa lalu

2. Observasi lapangan yang berkaitan dengan 

keadaan sekarang

3. Dokumentasi untuk memperoleh gambaran visual 

p

g

sehingga dapat  membandingkan antara literatur 

dengan keadaan sekarang

g

g

(21)

METODE PENELITIAN

Teknik Penyajian Data :

y j

1. Penyelusuran literatur menggunakan tabel, 

gambar dan peta serta deskripsi yang 

g

p

p y g

menyertainya.

2. Data bangunan menggunakan tabel, gambar dan 

g

gg

, g

peta serta deskripsi yang menyertainya.

3. Data tentang pemanfaatan sungai menggunakan 

g p

g

gg

tabel, gambar dan peta serta deskripsi yang 

menyertainya.

4. Data lingkungan menggunakan foto eksisting, 

diagram , peta serta deskripsi yang menyertainya.

(22)

METODE PENELITIAN

Analisis Data :

Analisis Data :

1. Penyelusuran asal usul atau sejarah menggunakan 

i h

i

di

Diachronic Reading.

2. Komparasi Fisik keadaan di masa lalu dengan 

keadaan sekarang.

3. Analisis data kawasan dan lingkungan dalam 

g

g

bentuk deskripsi  atau uraian dalam bentuk tulisan.

(23)

METODE PENELITIAN

Analisis Kualitatif :

Analisis Kualitatif :

1. Analisis Perubahan Roh Lokasi pada 

kawasan

kawasan

2. Analisis Komparasi Fisik Roh Lokasi pada 

kawasan keadaan di masa lalu dengan 

keadaan sekarang.

3. Analisis perubahan Roh Lokasi pada 

kawasan 

4. Penetapan konsep penataan

(24)

METODE PENELITIAN

H il A

li i

Hasil Analisis :

1. Identifikasi Roh Lokasi

2. Identifikasi Perubahan.

3 K i

i P

3. Kriteria Penataan

4. Penetapan konsep penataan

p

p p

(25)

METODE PENELITIAN

 

Permasalahan : 

Pudarnya roh lokasi (spirit of place) 

di k id

K li

S

b

Tujuan : 

1. Identifikasi roh lokasi  

2. Perubahan roh lokasi dengan keadaan pada masa sekarang. 

3. Merumuskan konsep penataan yang sesuai dan dengan 

keadaan menggunakan roh lokasi yang ada

di koridor Kalimas Surabaya 

sehingga citra kota sebagai kota

Tahap 1 : Kajian Pustaka 

Menelusur keadaan roh lokasi (spirit of place) 

di masa lalu 

keadaan menggunakan roh lokasi yang ada

Tahap 2 : Observasi Lapangan 

Mengidentikasi roh lokasi (spirit of place) di 

masa sekarang 

1. Aspek non fisisk : 

c. Makna dan simbolisme kawasan. 

d. Aktivitas kawasan 

b. Peran dan pemanfaatan keistimewaan 

kawasan

1. Aspek non fisisk : 

a. Makna dan simbolisme kawasan. 

b. Aktivitas kawasan 

c. Peran dan pemanfaatan keistimewaan 

kawasan

Tahap 3 : 

Analisis roh lokasi (spirit of place) 

D

d k

if

Tahap 4

Analisis perubahan roh lokasi (spirit of place) dengan keadaan di 

masa sekarang 

Tahap 5

Gambar 5 :

Tahapan Penelitian

 

Konsep Penataan Koridor 

Sebagai kawasan tepi air dan 

kawasan heritage dalam usaha 

untuk mempertahanakan roh 

lokasi:

Tahap 5

Perumusan konsep 

penataan koridor 

Kalimas Surabaya 

berdasar roh lokasi

Tahapan Penelitian

(sumber : Disarikan dari

Sintesa Kajian Pustaka, 2009)

lokasi: 

1. Aspek non fisisk : 

a. Makna dan simbolisme 

kawasan. 

b. Aktivitas kawasan 

a. Peran dan pemanfaatan 

k i i

k

Penetapan  

Konsep Penataan 

Koridor Kalimas 

Surabaya berdasar 

Roh lokasi (spirit of 

(26)

METODE PENELITIAN

Sasaran

Variabel

Teknik

pengumpulan

data

Teknik analisis

Hasil yang diperoleh

1.

Identifikasi Spirit of

Place

1

1. Aspek non fisisk :

a. Makna dan simbolisme kawasan.

b. Aktivitas kawasan

1. Eksplorasi

Literature

2. Observasi

Lapangan dan

1. Diachronic

Reading,

2. Deskripsi

Kualitatif

1

Identifikasi roh lokasi

c. Peran dan pemanfaatan

keistimewaan kawasan

2. Aspek fisik :

a. Pola penataan

b. Tampilan bangunan

Lapangan dan

dokumentasi

Kualitatif

2

1. Aspek non fisisk :

2. Identifikasi Perubahan

kawasan

p

d. Makna dan simbolisme kawasan.

e. Aktivitas kawasan

f. Peran dan pemanfaatan

keistimewaan kawasan

2. Aspek fisik :

a. Pola penataan

b. Tampilan bangunan

1. Observasi

Lapangan dan

dokumentasi

1. Komparasi

2. Deskripsi

Kualitatif

2

Identifikasi perubahan kawasan.

Ada kondisi : tidak berubah dan

berubah

K it i k it i

t

k id

p

g

Kriteria-kriteria penataan koridor

untuk kemudian menjadi dasar

menetapkan konsep penataan

3

Perumusan konsep

penataan koridor

Kalimas

3

1. Aspek non fisisk :

a. Makna dan simbolisme kawasan.

b. Aktivitas kawasan

a. Peran dan pemanfaatan

1. Eksplorasi

Lit

t

1. Deskripsi

K

lit tif

3

Konsep penataan koridor sungai

p

keistimewaan kawasan

2. Aspek fisik :

a. Pola penataan

b. Tampilan bangunan

Literature

2. Observasi

Lapangan dan

dokumentasi

Kualitatif

Gambar 6 :  Skema Proses Penelitian

(sumber : Disarikan dari Sintesa Kajian Pustaka, 2009)

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Koridor Kalimas di Masa Lalu

Gambar 7

Gambar 7 :  

Peta Lokasi 

Permukiman Warga Kota

g

(Sumber : Faber, 1933 dalam

Handinoto, 1996)

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Koridor Kalimas di Masa Lalu

Gambar 8

Gambar 8 :  

Peta Bangunan dan orientasinya

(Sumber : Nanang Purwono, 2005)

(

g

,

)

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Koridor Kalimas di Masa Lalu

Gambar 9

Gambar 9 :  

Peta Pemanfaatan Sungai dan Tepinya

(Sumber : Nanang Purwono, 2005)

(

g

,

)

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Koridor Kalimas di Masa Lalu

Gambar 10

Gambar 10 :  

Peta  Posisi  Pemunduran Bangunan 

(Sumber : Nanang Purwono, 2005)

(

g

,

)

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Koridor Kalimas di Masa Lalu

Gambar 11

Gambar 11 :  

Peta  Posisi  Ketinggian Bangunan 

(Sumber : Nanang Purwono, 2005)

(

g

,

)

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Makna  dan  Simbolisme  Koridor  Kalimas  Ruas  Jembatan  Semut‐Jembatan  Merah  dan  Jembatan 

Merah‐Jembatan Petekan di Masa Lalu. 

Kalimas  adalah  sungai  yang  menjadi  sumber  kehidupan  masyarakat  di  tepiannya  sebagai  pemenuhan  kebuthan 

i

i t h d

i K

di

b k

b

j di

l b h

k t d

j di

k t

t k

1. Koridor Kalimas di Masa 

Lalu

primer  manusia  terhadap  air.  Kemudian  berkembang  menjadi  pelabuhan  rakyat  dan  menjadi  sarana  rakyat  untuk 

dari  dan  ke  Surabaya  dengan  menggunakan  perahu  rakyat,  dengan  jenis  barang  yang  diangkut  berupa  bahan 

kebutuhan  pokok  dan  ikan  tangkapan  nelayan.    Perkembangan  berlanjut  menjadi  pelabuhan  rakyat    yang 

dikembangkan  oleh  pemerintah  Belanda  menjadi  pelabuhan  untuk  perdagangan  mereka  di  Wilayah  Timur.kota 

Terbentuknya aktivitas di Koridor Kalimas Ruas Jembatan Semut‐Jembatan Merah dan Jembatan

Berakibat pada : 

Terbentuknya  aktivitas  di  Koridor  Kalimas  Ruas  Jembatan  Semut Jembatan  Merah  dan  Jembatan 

Merah‐Jembatan Petekan di masa lalu yang bersifat khusus. 

Aktivitas khusus tersebut merupakan interaksi antara keberadaan Kalimas dengan bangunan yang ada di tepiannya. 

Akhivitas tersebut adalah pemanfaatan Kalimas untuk memenuhi aktivitas perdagangan dan pergudangan yang ada 

ditepiannya, yaitu sebagai sarana pengangkutan air dengan  menggunakan perahu‐perahu rakyat dan kapal  barang. 

Berakibat pada : 

Gambar 12 :  

Analisis Hubungan antara Makna 

Pentingnya peran dan pemanfaatan lingkungan dan sungai di Koridor Kalimas Ruas Jembatan Semut‐

Jembatan Merah dan Jembatan Merah‐Jembatan Petekan di masa lalu sebagai pemenuhan aktivitas 

masyarakat di tepiannya. 

Peran  Kalimas  menjadi  penting  karena  masyarakat  di  tepiannya  tergantung  oleh  keberadaannya.  Pengembangan 

dan  Pemanfaatan  Kalimas    sebagai  pemenuhan  kebutuhan  dasar  manusia  terhadap  air  sekaligus  sebagai  tempat 

Kawasan‐Aktivitas Kawasan‐ Peran dan 

Pemanfaatan Lingkungan‐Pola 

Penataan‐Tampilan bangunan di Koridor 

akhir saluran pembuangan kota lebih lanjut dilakukan oleh Pemerintah Belanda yang menduduki wilayah Surabaya. 

Peran  Kalimas  dalam  berinteraksi  dengan  masyarakat  di  tepiannya    sebagai  sarana  pengangkutan  barang‐barang 

perdagangan mereka berupa bahan pokok dan ikan tangkapan para nelayan sekaligus menjadi sarana pengangkutan 

industri dan hasil perkebunan dilakukan oleh Pemerintah Belanda. Adanya interaksi antara sungai dengan bangunan 

di tepiannya, maka jalur jalan darat dibangun mengikuti bentuk sungai dan ditempatkan di antara sungai dan

Berakibat pada : 

Kalimas Ruas Jembatan Semut‐

Jembatan Merah dan Jembatan Merah‐

Jembatan Petekan.

Pola penataan Koridor Kalimas Ruas Jembatan Semut‐Jembatan Merah dan Jembatan Merah‐

Jembatan Petekan di masa lalu oleh warga pendatang adalah sebagai berikut : 

Sungai Kalimas menjadi pusat orientasi semua kegiatan dan semua bangunan. Hal ini terjadi dikarenakan selain pada 

pemenuhan  kemudahan  fungsi  sungai terhadap  bangunannya, penataan bangunan yang berorientasikan ke  sungai 

merupakan pengulangan pola penataan bangunan di negeri Belanda sebagai tempat asal mereka. Dengan demikian, 

B

kib

d

Je bata

ete a .

(Sumber : Hasil Analisis, 2009)

Tampilan dan Fasade Bangunan di Koridor Kalimas Ruas Jembatan Semut‐Jembatan Merah dan 

Jembatan Merah‐Jembatan Petekan di Masa Lalu adalah sebagai berikut : 

Gaya  bangunan  menyesuaikan  dengan  keinginan  mereka  untuk  betah  di  tempat  yang  baru  yaitu  di 

S

b

k

b

di

ik

j

d

b

d di N

i

l

k

Berakibat pada :

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN‐Koridor Kalimas di Masa Lalu

Tabel 5 : Identifikasi Roh Lokasi (Spirit of Place) Koridor Jembatan Semut‐Jembatan

Tabel 5 : Identifikasi Roh Lokasi (Spirit of Place) Koridor Jembatan Semut Jembatan 

Merah dan Jembatan Merah‐jembatan Petekan

No Variabel

Parameter

Kesimpulan

(1)

(2)

(3)

(4)

(1)

(2)

(3)

(4)

1 Makna

dan

simbolisme

kawasan

Pemanfaatan kondisi

alam

Sungai sebagai kondisi alam yang menarik

pendatang untuk bertempat tinggal dan

berkegiatan dan kemudian mengembangkannya

2

Akti it

F

i k

P l b h

d

d

2

Aktivitas

Kawasan

Fungsi kawasan

Pelabuhan dan perdagangan

Aktivitas kawasan

Perdagangan dan pergudangan

3 Peran

dan

pemanfaatan

lingkungan

Pemanfaatan sungai

Sarana transportasi air, pembuangan akhir saluran

kota, bahan baku air minum

f

i

S b

i d

l

k

d

i

d

lingkungan

Pemanfaatan tepian

sungai

Sebagai dermaga lengkap dengan precinct dan

jalan raya

4 Pola

penataan

Orientasi bangunan

Orientasi kearah sungai, bila bangunan diantara

sungai dan jalan maka orientasi ke sungai dan

jalan

jalan

Garis sempadan

bangunan

Nol meter

Ketinggian bangunan 2-3 lantai

5

T

il

G

b

G

b

di

k

b

i f

d

(Sumber : Hasil Analisis, 2009)

5

Tampilan

bangunan

Gaya bangunan

Gaya bangunan yang digunakan sebagai fasade

bangunan adalah gaya Neo klasik, vernakular dan

modern

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.   Koridor Kalimas di masa 

sekarang.

Gambar 13 : Peta Tata Guna Lahan 

Koridor Jembatan Semut‐Jembatan 

Merah dan Jembatan Merah‐jembatan 

Petekan

(Sumber : Hasil Analisis 2009)

(Sumber : Hasil Analisis, 2009)

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.   Koridor Kalimas di masa 

sekarang.

Gambar 14 : Peta Lokasi Permukiman 

Liar di Tepi Kalimas Ruas Jembatan 

Semut‐Jembatan Merah dan Jembatan 

Merah‐jembatan Petekan

(Sumber : Hasil Analisis 2009)

(Sumber : Hasil Analisis, 2009)

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.   Koridor Kalimas di masa 

sekarang.

Gambar 15 : Peta Lokasi Sisa Dermaga

Gambar 15 : Peta Lokasi Sisa Dermaga 

sebagai Bukti Penggunaan Sungai 

sebagai Sarana Transportasi Air

Di  Kalimas Ruas Jembatan Semut‐

Jembatan Merah dan Jembatan Merah‐

jembatan Petekan

j

(Sumber : Hasil Analisis, 2009)

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.   Koridor Kalimas di masa 

sekarang.

Gambar 16 : Peta Lokasi Sarana

Gambar 16 : Peta Lokasi Sarana 

Transportasi  Darat 

Di  Tepi Kalimas Ruas Jembatan Semut‐

Jembatan Merah dan Jembatan Merah‐

jembatan Petekan

(Sumber : Hasil Analisis 2009)

(Sumber : Hasil Analisis, 2009)

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.   Koridor Kalimas di masa 

sekarang.

Gambar 17 : Peta Orientasi Bangunan

Gambar 17 : Peta Orientasi Bangunan

Di  Koridor Kalimas Ruas Jembatan 

Semut‐Jembatan Merah dan Jembatan 

Merah‐jembatan Petekan

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 6 : Data Ketinggian Bangunan dan Pemunduran Bangunan

No Ruas

Jembatan

dan

Nama Jalan

Jumlah

bangun

an

Ketinggian Bangunan

Set Back

Bangunan

Nol Meter

1 2 Lebih

dari

lantai lantai

2

lantai

Ruas Jembatan Semut-Jembatan Merah

1.

Jembatan Merah

13

14%

86%

0%

100%

1.

Jembatan Merah

13

14%

86%

0%

100%

2. Bibis

68 14% 69% 17%

100%

Ruas Jembatan Merah-Jembatan Petekan

1

K li

Ti

186

14%

83 7%

2 3%

97 6%

(S

b

D

P

li i

2009)

1.

Kalimas Timur

186

14%

83,7%

2,3%

97,6%

2. Kalimas

Barat

83 96,7

%

3,3% 0%

98,2%

(Sumber : Data Penelitian, 2009)

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7 : Data Gaya dan Keterawatan Bangunan

No

Ruas

Jembatan

dan

Nama Jalan

Gaya

Bangunan

Dominan

Jumlah

bangun

an

%

Keterawatan

Rusak Tak

terawat

Terawat

an

terawat

Ruas Jembatan Semut-Jembatan Merah

1. Jembatan

Merah Neoklasik

13 83% 0%

9%

91%

2 Bibis

Vernakular

68 53% 22% 31% 47%

Ruas Jembatan Merah-Jembatan Petekan

(S

b

D

P

li i

2009)

1. Kalimas

Timur Vernakular

186 76% 48% 31%

21%

2. Kalimas

Barat Modern

83

83%

6%

17%

77%

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan dilakukan pemodelan menggunakan metode regresi data panel dinamis dengan estimasi GMM Arellano-Bond

Variabel peran guru sekolah merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku kesehatan gigi pada murid kelas VI MDIM Muhammadiyah Sei Kidaung Kota

Apabila pada saat operasi terjadi trip, maka catu tegangan dari modul kontrol dan proteksi yang digunakan untuk mengaktifkan magnetic contactor HV akan mati (OFF).

Penegakan hukum idealnya selaras berjalan baik terhadap penguakan kasus–kasus tindak pidana khususnya di bidang kepabeanan yang pada hakikatnya kasus–kasus di bidang

Taman tersebut telah memberikan rancangan yang cukup menarik sehingga mengundang komunitas kota untuk datang ke taman namun pengunjung merespon dengan aktifitas yang tidak

33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa : “Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU

Pertumbuhan BBLR prematur (BBLR dengan masa gestasi <37 minggu) dalam lingkungan yang mendukung sejogyanya lebih baik daripada bayi IUGR karena berat lahir sesuai dengan

Berdasarkan hasil data penelitian dan analisa uji statistik yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa alat jentik ekor modifikasi 5 dapat digunakan untuk menguji