• Tidak ada hasil yang ditemukan

SCENARIO Data tambahan tutor : Vital sign Pemeriksaan fisik:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SCENARIO Data tambahan tutor : Vital sign Pemeriksaan fisik:"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SCENARIO

Sebagai dokter gawat darurat, anda mendapat pasien laki-laki 17 tahun. Ia mengalami kecelakaan sepeda motor. Keluahan nyeri pada lengan kiri bawah. Posisi jatuh menumpu Pada saat kejadian, ia masih sadar dan berkomunikasi dengan baik. Anda melihat tampak lengan kiri bawah luka dan bengkok. Ia merasa kesakitan dan mengeluh sendinya pergelangan tangannya tidak bisa digerakkan karena nyeri. Telapak tangannya tidak pucat dan jari tangannya nyeri bila digerakkan

Data tambahan tutor :

Ku : sedang, tampak kesakitan, compos mentis Vital sign

Tekanan darah :110/70 mmHg , Nadi : 110 x/menit, RR : 24x/menit, Suhu : afebris Pemeriksaan fisik:

Kepala : konjungtiva anemis (-) Dada : dbn, jejas negatif

Abdomen : dbn, jejas negatif,supel, peristaltik normal

Status Lokalis Antebrachii sinistra Look :

Swelling/bengkak dan luka sepanjang 3 cm pada 1/3 medial dorsal/ posterior antebrachii Tampak angulasi/bengkok

Feel :

Tenderness hanya pada antebrachii 1/3 medial pada radius dan ulna A. Radialis dbn, capilarry refill test <2 detik

Move :

Jari2 dapat digerakkan

(2)

STABILISASI, BALUT BIDAI DAN TRANSPORTASI

TIU:

Mahasiswa mampu :

1. Melakukan stabilisasi penderita yang mengalami trauma/cidera

2. Memilih cara transportasi dan mampu melakukan transportasi sesuai dengan kondisi penderita

TIK:

Mahasiswa mampu :

1. Melakukan stabilisai awal pada cedera atau fraktur tulang sesuai kondisi penderita secara tepat

2. Melakukan pembalutan luka secara tepat

3. Menjelaskan pemasangan gypsum pad cedera tulang

4. Memilih cara dan sarana transportasi yang tepat sesuai kondisi penderita

5. Melakukan transportasi dengan tepat sesuai kondisi penderita dengan sarana yag ada

CHECK LIST KETRAMPILAN : PEMBEBATAN / PEMBALUTAN

No. Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2

Pembalutan

1 a. Melakukan sambung rasa/memberi salam pembuka pada pasien

2 b. Memeriksa bagian tubuh yang akan dibalut/cidera dengan inspeksi, palpasi, gerakan. Pakaian yang mengganggu dibuka atau digunting. 3 c. Melakukan tindakan pra pembalutan (membersihkan luka, mencukur,

mendesinfektan dengan kasa steril, jika ada luka )

4 d. Memilih jenis pembalut yang tepat (elastic bandage ada 3”, 4” dan 6”. Lengan bawah dgn 4”)

5 e. Cara pembalutan dilakukan dengan benar mulai dari distal ke proximal (posisi dan arah balutam)

Hasil pembalutan

6 a. Tidak mudah lepas

7 b. Tidak mengganggu peredaran darah / tidak terlalu kencang. Dilingkarkan, tidak ditarik kuat.

8 c. Tidak mengganggu gerakan lain

(3)

CHECK LIST KETRAMPILAN : PEMBIDAIAN DAN TRANSPORTASI

No. Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2

Pembidaian

1 a. Melakukan sambung rasa/memberi salam pembuka pada pasien

2 b. Memeriksa bagian tubuh yang akan dibidai/cidera dengan inspeksi, palpasi, gerakan. Pakaian yang mengganggu dibuka atau digunting, membersihkan luka, mencukur, mendesinfektan dengan kasa steril

3 c. Memilih dan mempersiapkan bidai yang sudah dibalut dengan pembalut 4 d. Melakukan pembidaian melampaui 2 sendi.

5 e. Posisi anatomis. Penonjolan tulang dipasang padding/bantalan.

Hasil pembidaian

6 a. Harus cukup jumlahnya, 2 ext atas 3 bawah 7 b. Dimulai dengan dari tempat yang patah 8 c. Tidak kendor dan tidak terlalu kencang

Transportasi

9 a. Menyebutkan dan memilih alat transportasi penderita 10 b. Dapat mengangkut penderita dengan benar

11 c. Dapat bekerja sama sebagai teamwork yang baik

Total 22

Keterangan :

1 = tidak dilakukan

2 = dilakukan, tidak lengkap 0 = dilakukan, lengkap dan benar

(4)

Objective

a) Identify common fractures in Primary Care b) Proper use of a splint versus a cast

c) Identify commonly used casting materials and when to use them d) Demonstrate proper cast application and removal

e) Describe appropriate patient education with regards to casting

Splinting/spalk

Purpose

 Reduce pain

 Reduce bleeding and swelling  Prevent further soft tissue damage  Prevent vascular constriction

What to splint

 Fracture  Dislocation  Tendon rupture

Patient Education

 Keep injured limb elevated and iced  Warning signs

 Numb extremity

 Inability to move extremity  Discoloration, Cold

(5)

Peraturan Umum dalam Splinting

1. Anda harus benar-benar melihat bagian – bagian dari yang luka. Pakaian semuanya harus

dibuka, kecuali bila ada yang terlokalisir dan tidak memperlihatkan masalah untuk melakukan imobilisasi.

2. Periksa dan catat sensasi distal dan sirkulasi sebelum dan sesudah splinting. Periksa

gerakan distal dari fraktur jika mungkin (contoh, minta pasien menggerakkan jari atau ekstremitasnya dan aplikasikan dengan rangsang nyeri). Denyut nadi dapat ditandai dengan balpoin untuk mengidentifikasi letak.

3. Jika ekstremitas pasien tersebut menunjukkan angulasi, dan denyut nadi ridak ada,

anda harus melakukan traksi yang halus untuk meluruskannya. Traksi ini tidak boleh lebih dari 5 kg. Jika tidak berhasil, pertahankan ekstremitas tersebut dalam posisi angulasi. Sangat penting bagi anda untuk yakin dalam meluruskan eksterimtas tersebut. Hanya dengan kekuatan yang sedikit saja, dapat menyebabkan laserasi dari dinding pembuluh darah, dan mengganggu suplai darah dari pembuluh yang lebih besar. Jika rumah sakit sangat dekat, tetap pertahankan posisi tersebut.

4. Luka terbuka harus ditutup dengan alat steril sebelum dilakukan splint. Splint harus

selalu dilakukan dari sisi berlawanan dari luka terbukanya untuk mencegah nekrosis.

5. Pergunakan splint itu yang dapat mengimobilisasi satu persendian diatas dan dibawah

dari luka.

6. Luruskan splint dengan benar. Hal ini mungkin benar bila terdapat defek kulit atau

penonjolan tulang yang dapat menekan splint dengan keras.

7. Jangan lakukan penekanan ujung tulang dibawah kulit. Jika dilakukan traksi dan

ujung tulang retraksi kembali pada lika, jangan menambah jumlah traksi. Jangan menggunakan tangan atau peralatan apapun untuk menarik ujung tulang keluar, etapi pastikan untuk menemui dokter. Ujung tulang harus secara hati-hati diluruskan dengan

(6)

menggunakan perban. Penyembuhan tulang dapat dipercepat jika ujung tulang dijaga tetap pada posisi normal bila waktu transportasi lama.

8. Jika terdapat keadaan yang mengancam jiwa, fraktur dapat di splint sambil

memindahkan penderita. Tetapi bila fraktur tersebut tidak serius, lakukan splinting sebelum memindahkan pasiennya.

9. Splint luka yang memungkinkan saja.

Macam-macam Splint

Rigid Splint.

Tipe ini dapat dibuat dari macam bahan termasuk papan panjang, plastik keras, besi atau kayu.

Soft Splint

Tipe ini meliputi splint udara, bantal dan mitela.

Splint udara baik untuk fraktur pada lengan bawah dan tungkai bawah. PASG (Pneumatic Antishock Garment) adalah suatu splint udara yang baik. Splint udara berguna untuk memperlambat perdarahan, tetapi juga meningkatkan tekanan seperti peningkatan suhu atau tekanan. Soft slpint sebaiknya tidak diperguanakan pada fraktur angulasi, karena akan meningkatkan tekanan secara otomatis.

Beberapa kelemahan dari splint udara adalah :

 Nadi tidak dapat dimonitor bila splint terpasang.

 Dapat menimbulkan sindrom kompartemen.

(7)

Mengembangkan splint udara adalah dengan cara meniup dengan mulut atau dengan pompa kaki sampai diperoleh tekanan yang cukup.

Saat menggunakan splint udara, harus secara rutin diperiksa tekanannya untuk memastikan bahwa splint tidak terlalu kencang atau kendor.

Ingat bahwa jika splint udara dipakai pada lingkungan yang dingin dan pasien dipindahkan pada lingkungan yang hangat, tekanannya akan meningkat.

Jika terdapat ambulan udara, harus diingat bahwa tekanan pada splint udara meningkat jika digunakan di tanah dan setelah pasien dipindahkan ke rumah sakit. Harus diingat pula bahwa jika tekanan dikurangi dalam penerbangan, tekanan akan terlalu rendah saat pasien kembali ke tanah.

Bantal adalah splint yang baik untuk trauma pada lutut atau kaki. Juga berguna untuk digunakan pada stabilisasi dislokasi bahu.

Mitela adalah sangat baik untuk fiksasi trauma klavikula, bahu, lengan atas, siku, dan kadang-kadang telapak tangan. Beberapa trauma pada bahu menyebabkan bahu tidak dapat didekatkan pada dinding dada tanpa menggunakan paksaan.

Dalam kasus ini bantal digunakan untuk menjembatani gap yang ada antara dinding dada dan lengan atas.

Traction Splint Berguna untuk :  Imobilisasi  Mengurangi nyeri  Mengurangi perdarahan

(8)

B

entuk ini dirancang untuk fraktur ekstermitas bawah. Splint ini menyebabkan imobilisasi paha dengan melakukan tarikan pada ektremitas dengan menggunakan counter traction terhadap ischium dan sendi panggul. Traksi ini akan mengurangi terjadinya spasme pada otot. Jika trasksi ini tidak dilakukan akan menyebabkan nyeri hebat karena ujung tulang akan saling bersinggungan. Traksi ini juga mengurangi ujung femur yang dapat menyebabkan laserasi n.femoralis, arteri, atau vena. Ada banyak design dan tipe dari splint yang cocock untuk traksi ekstremitas bawah, tetapi harus hati-hati dan teliti untuk mencegah tarikan yang terlau besar sehingga dapat menyebabkan gangguan sirkulasi kaki.

Syarat utama dalam pembidaian adalah bidai harus dapat mempertahankan kedudukan dua sendi tulang di dekat tulang yang patah, tidak boleh terlalu kendor karena akan merubah posisi tulang yang patah dan tidak boleh terlalu ketat/ kencang karena akan merusak jaringan tubuh.

(9)

BALUTAN

D

alam pelaksanaan balutan terhadap pasien, perlu kita ketahui dahulu hal- hal yang berhubungan dengan konsep dasar balut-membalut. Oleh karena itu perlu kita tentang macam-macam balutan, guna pembalut dan bentuk anggota tubuh manusia yang akan dibalut.

1. Macam- macam pembalut.

a. Kain segitiga (Mitella), dibuat dari kain putih yang tidak berkapur (mori), kelihatan tipis,

sifatnya lemas dan keadaannya kuat, karena tipis dan lemas mudah sekali bila dilipat-lipat hingga menyerupai dasi panjang.

Untuk membuat mitella diambil kain dengan panjang dan lebarnya sama (90cm), menurut ukuran kain, sehingganempat persegi-panjang, selanjutnya dipotong lurus antara sudut satu dengan lainnya melalui garis tengah sampai putus, maka akan terdapat dua mitella.

Cara memberi nama, salah satu pinggir atau sisi yang terpanjang diantara ketiga sisi dinamakan sis alas dan kedua sisi pinggir yang lain dinamakan sisi kaki, pertemuan antara sisi kaki dengan sisi kaki dinamakan sudut puncak, pertemuan ujung sisi kaki dengan ujung sisi sisi alas dianami sudut alas.

Pinggir atau sisi mitella tidak boleh dijahit/ diobras, sebab apabila dijahit untuk membalut salah satu anggota badan ada kemungkinan jahitan akan menekan kulit, akibatnya pembuluh darah dibawahnya akan tertekan, mungkin pula kulit akan lecet. Mitella dapat untuk membalut seluruh anggota badan, dengan cara bermacam-macam.

(10)

Cara menggunakan mitella:

Dengan cara dilebarkan dilipat-lipat menyerupai dasi, dibelah dari puncak sampai setengahnya dinamakan Plantenga, sedangkan dibelah pada sebelah kiri dan kanan dinamakan mitella Funda.

Cara simpulan dalam balutan.

Simpulan dalam balutan dengan mempergunakan istilah simpul laki-laki dan simpul perempuan. Simpul yang dipakai adalah simpul laki-laki karena simpul laki-laki mempunyai simpulan yang rata dan pipih, akibatnya tidak menekan pada kulit, sedangkan simpul perempuan mempunyai simpulan bulat, sehingga akan menekan pada kulit.

b. Plester (Klifplester).

Pembalut pita bergetah dapat dipergunakan untuk: merekatkan kain kasa dengan dilipat-lipat direkatkan kekulit, balutan penarik pada patah tulang, Fixasi, contoh pada tulang iga yang patah tidak tembus kulit biasanya direkatkan dari mulai tulang punggung melalui tulang rusuk yang patah sampai ketulang dada (Sternun), Benton, apabila ada luka lama/ulcus yang lebar antara kedua pinggirnya untuk direkatkan, agar lekas tertutup.

c. Pembalut pita biasa

Pembalut pita biasa terdiri dari bermacam-macam, tiap bahan dipergunakan dengan bentuk yang berlainan.

1) Pembalut kain kasa (gaas), bentuk kain tipis dan jarang, dipakai untuk pembalut luka yang sederhana, pembalut basah, pembalut ulcus, dan juga dipakai sebagai bahan pembalut gips.

2) Pembalut Cambric, hampir serupa dengan kain kasa, bedanya lebih kasar, oleh karena itu sedikit lebih tebal, dipakai sama dengan pembalut kasa,

(11)

3) Pembalut kain kasa bertajin (Stifsel-verban, dibuat dari kain kasa tetapi mengandung cairan, oleh karena itu akan menjadi kaku, bila hendak dipakai terlebih dahulu direndam dalam air hangat, sesudah basah lalu diperas, gunanya untuk memperbaiki circuler gips yang sudah mulai agak rusak agar menjadi baik kembali.

4) Pembalut kain katun, biasanya terbuat dari kain mori dipakai sebagai penutup luka, atau juga dapat dipakai pembalut penarik, meskipun hasilnya kurang bagus,

5) Pembalut Flanel, agak berbulu, sebelah dalanya dan lebih tebal dari pembalut katun, dipakai untuk balutan penekan dan balutan penarik,

6) Pembalut Edial, rupanya seperti akus, sifatnya elastis, dipakai untuk balutan penekan istimewa bila ada haematom, juga dipakai untuk membalut amputasi dan trepanasi,

7) Pembalut Tricot, rupanya seperti kaus, juga agak elastis, bentuknya hampir sama dengan ban dalam sepeda, ditengah-tengahnya berlubang, oleh karena itu mudah sekali diisi dengan kapas, bila hendak membuat ransel verban, dipakai untuk pemblut amputasi, trepanasi dan untuk membuat ransel verban,

8) Pembalut Cepat, dari pabrik pembuatnya sudah dibuat steril dan dibuat pengikat/ kain pengikat kedua sisi, sehingga apabila ada perdarahan langsung bisa untuk menutup luka sekaligus menekan perdarahan.

9) Pembalut Gips, dibuat dari pembalut kain kasa atau semacamnya, dibubuhi dengan tepaung gips diatasnya, lal digulung. Menggulung pembalut gips tidak boleh terlalu padat/ agak longgar, agar air mudah masuk kedalam gulungan, dipergunakan untuk pengobatan lebih lanjut jika ada tulang patah, terutama tangan dan kaki.

Mempergunakan pembalut gips dapat dengan cara gips spalk (bidai gips), gips cerculair, gips bed, gips corset dan gips brok.

10) Pembalut Martin, dibuat dari karet, oleh karena itu sangat elastis, pembalut ini untuk membalut keras dan setengah keras, dinamakan Martin karena penemu pertama adalah Dr, Martine.

(12)

2. Syarat- syarat balutan.

a. Biasanya jalannya pembalut dari kiri kekanan,

b. Balutan harus menutup pinggirnya rapat,

c. Balutan masuk dua pertiga,

d. Balutan tidak boleh terlalu kencang, sehingga akan mengakibatkan stiwung,

e. Kepala pembalut diluar,

f. Menyimpulkan tidak boleh di atas yang sakit,

g. Cara menyambung balutan, pangkal pembalut yang kedua diletakan di bawah ujung

pembalut yang pertama.

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan ukuran droplet emulsi yang diakibatkan peningkatan EOR juga telah dilaporkan baik dengan metode emulsifikasi spontan maupun fase inversi pada sistem

Menurut Sejati (2015) kejadian tuberkulosis dipengaruhi oleh beberapa faktor: (1) umur insiden tertinggi terjadi pada usia dewasa muda, (2) jenis kelamin yang

Intuitively, using more than one sub-space in conjunction in every round of rule refinement will generate better rules, as several versions of the rule to be refined are generated

Untuk menjadi perusahaan penerbangan yang unggul dan terkemuka, Garuda Indonesia memiliki misi untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan bukan hanya di dalam pesawat tetapi juga

Penerapan sistem pengelolaan kehadiran berbasis sidik jari (Finger Print Time Attendance) yang telah dilakukan di lokasi mitra pengabdian dapat menyelesaikan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui desain jaringan rantai pasokan komoditas sayur kubis Kecamatan Modoinding Kabupaten Minahasa Selatan dalam

Rakyat terutama pemuda para bekas prajurit PETA, Heiho, KNIL, Pelaut serta pemuda lain yang tergabung dalam berbagai organisasi kepemudaan dan kelaskaran menanggapi

Hasil penelitian ini adalah penerapan advance pricing agreement di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan bila dibandingkan dengan Singapura, faktor-faktor