• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. KAJIAN PUSTAKA 1. Model Pembelajaran Experiental Learning Model pembelajaran experiental learning yaitu model pembelajaran yang berfokus pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A. KAJIAN PUSTAKA 1. Model Pembelajaran Experiental Learning Model pembelajaran experiental learning yaitu model pembelajaran yang berfokus pada"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

6 A. KAJIAN PUSTAKA

1. Model Pembelajaran Experiental Learning

Model pembelajaran experiental learning yaitu model pembelajaran yang berfokus pada siswa (Supriani, 2019). Model Experiental learning merupakan suatu proses dalam menghasilkan pengetahuan melalui pengalaman siswa (Nuriyanti et al., 2019). Pengetahuan tersebut diperoleh dari gabungan memahami dan mentransformasi pengalaman (Kurniawati., 2019). Definisi lain dari model

experiental learning adalah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa

sepenuhnya pada pengalaman dan mengikutsertakan siswa dalam memahami masalah yang sedang dihadapi, dimana hasilnya dapat berpengaruh terhadap pemahaman kognitif, apresiasi, dan afektif siswa (Sholihah & Mahmudi, 2015). Model experiental learning juga bermaksud agar siswa dapat aktif berkomunikasi, mengungkapkan ide-ide, merepresentasi konsep matematika, berdiskusi, serta menerima pendapat temannya dalam kelompok (Sapta, 2017; Buchori et al., 2018). Hal ini sesuai dengan teori pembelajaran David Kolb.

Teori David Kolb mendefinisikan pembelajaran experiental learning sebagai proses mengumpulkan pengetahuan yang merupakan hasil dari kombinasi memahami dan mentransformasi pengalaman (Alice, 2015; Kurniawati et al., 2019). Teori pembelajaran model experiental learning menurut Kolb terdiri dari empat tahap pembelajaran, yaitu Pengalaman Konkret (Concrete Experience), Observasi Reflektif (Reflective Observation), Konseptualisasi Abstrak (Abstract

Conceptualization), dan Eksperimentasi Aktif (Active Experimentation)

(Kurniawati et al., 2019). Keempat tahapan tersebut dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika dan menumbuhkan motivasi berprestasi siswa (Rina et al., 2014).

Karakteristik model experiental learning menurut teori Kolb diantaranya: (1) belajar didefinisikan sebagai suatu proses, tidak berkaitan dengan hasil yang dicapai, (2) belajar adalah suatu proses kontinu yang didasarkan pada pengalaman, (3) proses pembelajaran membutuhkan pernyataan konflik antara mode adaptasi yang secara dialektis bertentangan dengan dunia (4) belajar adalah proses adaptasi holistik terhadap dunia (5) belajar melibatkan hubungan antara seseorang dengan lingkungan (6) belajar adalah proses tentang menciptakan pengetahuan (Sholihah

(2)

7

& Mahmudi, 2015). Pembelajaran experiental learning memberikan dampak terhadap siswa untuk berpikir lebih luas dalam memahami konsep dan menentukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan matematika, karena siswa telah mendapatkan berbagai macam permasalahan di lingkungan yang menjadi suatu pengalaman siswa untuk jangka panjang (Kurniawati et al., 2019). Model

experiental learning menekankan pada pengalaman siswa secara langsung pada

proses belajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan siswa sehingga siswa menjadi minat dan aktif dalam pembelajaran serta dapat menumbuhkan motivasi berprestasi siswa ( Badzińska, 2019; Paramita et al., 2019).

Langkah-langkah model pembelajaran experiental learning menurut (Hendrisman, 2019) sebagai berikut:

1) Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang ingin dicapais dari proses pembelajaran.

2) Guru memulai materi dengan memeperkenalkan materi pembahasan, dengan memberikan rangsangan berupa kejadian nyata.

3) Siswa dapat bekerja secara individual atau kelompok kecil, yang terpenting adalah siswa memiliki beberapa pengalaman dasar yang dapat digunakan untuk mengkonstruksi gagasan.

4) Guru menempatkan siswa dalam situasi nyata pemecahan masalah.

5) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa terkait pengalaman yang diperoleh siswa dalam mempelajari materi yang diberikan.

6) Guru memberikan kesimpulan dan pemahaman yang benar bagi siswa.

Pembelajaran menggunakan model experiental learning memberikan beberapa kelebihan jika diterapkan dengan baik dan benar yaitu: (Sholihah & Mahmudi, 2015; Tong et al., 2019)

a) Adanya dorongan belajar dan meningkatkan semangat siswa. b) Membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif.

c) Menciptakan kegembiraan dalam proses belajar.

d) Mendorong dan mengembangkan proses berfikir kreatif.

e) Membantu siswa untuk untuk dapat melihat dalam perspektif berbeda. f) Memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah.

(3)

8

Kelemahan dari model experiental learning ini adalah membutuhkan waktu yang relatif lama dalam pembelajaran (Sholihah & Mahmudi, 2015). Untuk mengatasi kelemahan tersebut, peneliti mengusulkan agar penerapan model

experiental learning dilakukan dengan pembagian siswa menjadi tiga kelompok

besar dengan sub materi yang berbeda, kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

2. Team Quiz

Team quiz merupakan pembelajaran kooperatif yaitu siswa belajar dalam

kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda, dalam kelompok tersebut masing-masing siswa saling membantu dan bekerja sama dalam memahami serta menyelesaikan masalah dalam pembelajaran (Purnama & Aldila, 2016). Kegiatan team quiz dapat dilakukan dalam bentuk permainan kelompok untuk meningkatkan aktivitas belajar dengan suasana yang menyenangkan (Marcella et al., 2018; (Sailer & Sailer, 2021). Proses belajar menggunakan team

quiz mengajak siswa bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam melakukan

diskusi, memecahkan masalah, bertanya, menjawab pertanyaan, serta memberikan pendapat sehingga dapat melatih keterampilan dan dapat memperdalam pemahaman konsep siswa (Camiel et al., 2017). Uraian tersebut sesuai dengan teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Mel Silberman, team quiz merupakan salah satu model pembelajaran aktif yaitu siswa dibagi dalam tiga kelompok besar dan bersama anggota kelompok tersebut mempelajari materi, saling memberikan arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban, setelah materi selesai diadakan suatu pertandingan akademis (Royani & Muslim, 2014)

Langkah-langkah pembelajaran team quiz sebagai berikut: (Suprijono, 2011; Chairunnisa, 2015)

a) Memilih topik pembahasan yang dapat dipresentasi dalam 3 bagian. b) Membagi siswa menjadi 3 kelompok besar, yaitu A, B, dan C.

c) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan peraturan pembelajaran kepada siswa, kemudian memulai presentasi kelompok A terlebih dahulu.

d) Setelah presentasi, kelompok A akan menyiakan pertanyaan yang akan ditujukan pada kelompok B dan C. Sebelum memberikan pertanyaan kelompok penjawab akan diberikan waktu untuk melihat kembali catatan mereka.

(4)

9

e) Kelompok A memberikan pertanyaan pada kelompok B, apabila tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar, maka akan melemparkan pada kelompok C.

f) Kelompok A memberikan pertanyaan pada kelompok C, apabila tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar, maka akan melemparkan pada kelompok B.

g) Jika tanya jawab pertanyaan pertama sudah selesai, maka akan dilanjutkan pada pertanyaan kedua, kelompok B menjadi kelompok penanya dan melakukan seperti proses kelompok A.

h) Setelah kelompok B bertanya, akan dilanjutkan dengan pertanyaan ketiga, kelompok C sebagai penanya.

i) Mengakhiri pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab.

Keterhubungan model experiental learning dan model team quiz yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu menerapkan model experiental learning untuk mengajak siswa menemukan konsep matematika sesuai dengan pengalaman yang diperoleh. Team quiz dilakukan sebagai pengujian dari konsep matematika yang sudah dipahami siswa dan untuk menumbuhkan motivasi berprestasi siswa. Implementasi dari model experiental learning berbantuan team quiz dilakukan berdasarkan kombinasi dari kedua model pembelajaran tersebut.

Langkah-langkah penerapan model experiental learning dan team quiz sebagai berikut: (Sholihah & Mahmudi, 2015; Chairunnisa, 2015)

a) Siswa akan mempelajari topik materi yang dipilih oleh guru.

b) Siswa akan belajar secara berkelompok, sesuai kelompok besar yang dibagi guru yaitu kelompok A, B, dan C.

c) Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran dan peraturan pembelajaran yang disampaikan guru.

d) Siswa memperhatikan konsep dalam materi yang dijelaskan guru dengan mengumpulkan informasi penting yang dibutuhkan (tahap konkrit-reflektif). Pada tahap ini siswa bersama anggota kelompok mengemukakan pendapatnya sebanyak mungkin dalam membentuk konsep baru berdasarkan pegetahuan siswa sebelumnya.

(5)

10

e) Masing-masing kelompok melakukan percobaan matematika yang

menuntunnya dalam membentuk konsep baru (tahap konkrit-aktif). Pada tahap ini siswa menyampaikan pendapatnya untuk menyelesaikan percobaan matematika terkait bagaimana konsep baru tersebut dapat dibentuk.

f) Masing-masing kelompok memberikan gambaran hasil percobaan matematika ke dalam konsep baru yang abstrak (tahap abstrak-reflektif). Pada tahap ini siswa dalam kelompok mengemukakan pendapatnya dalam menggambarkan hasil percobaan matematika dan menguraikan secara rinci dari percobaan matematika sehingga terbentuk konsep baru yang abstrak berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan.

g) Masing-masing kelompok melakukan aktifitas pemecahan masalah menggunakan konsep yang telah diperoleh siswa pada tahap-tahap sebelumnya (tahap abstrak-aktif). Pada tahap ini siswa menyelesaikan latihan matematika yang melatihnya dalam mengemukakan banyak kemungkinan jawaban dari suatu masalah dan menyelesaikan dengan langkah-langkah yang runtut dan rinci.

h) Meminta semua kelompok untuk melakukan aktivitas pada langkah ke-4 sampai langkah ke-7.

i) Kelompok A terlebih dahulu mengemukakan pendapatnya, dan menyiapkan pertanyaan yang diberikan untuk kelompok B dan C. Kelompok B dan C memperhatikan pendapat dari kelompok A agar dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh kelompok A.

j) Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok B terlebih dahulu, jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut, maka akan dilempar ke kelompok C.

k) Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut, maka pertanyaan akan dilempar ke kelompok B.

l) Jika tanya jawab pertanyaan pertama sudah selesai, maka akan dilanjutkan pada pertanyaan kedua, kelompok B menjadi kelompok penanya dan melakukan seperti proses kelompok A.

(6)

11

m) Setelah kelompok B bertanya, akan dilanjutkan dengan pertanyaan ketiga, kelompok C sebagai penanya.

n) Mengakhiri pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab. 3. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep, pemahaman adalah kemampuan untuk melihat kaitan antar berbagai faktor dan unsur, sedangkan konsep merupakan suatu gagasan atau suatu pengertian yang ada dalam pikiran (Mawaddah & Maryanti, 2016). Pemahaman konsep matematika adalah kemampuan siswa dalam mendefinisikan konsep secara verbal maupun tulisan, mampu memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep, kemampuan siswa dalam menyatakan kembali sebuah konsep, serta mampu menyajikan konsep dalam berbagi bentuk representasi matematika ( Sari, 2018; Salam et al., 2020).

Pemahaman konsep siswa dapat berkembang, faktanya adalah hubungan dan prosedur menjadi sumber daya yang membantu pemikiran dalam memecahkan permasalahan dan memberikan pengertian mendalam terkait membuat gagasan di dalam situasi yang tidak biasa (Lasmiyati et al., 2014). Pemahaman matematika dapat dikelompokkan menjadi beberapa tingkatan, dimana setiap tingkatan pemahaman siswa memiliki keberhasilan tergantung pada proses siswa dalam menghadapi persolan (Martín-Fernández et al., 2019).

Pemahaman matematika akan lebih bermakna jika siswa melakukan sendiri dan tidak dalam kondisi terpaksa, dalam hal ini berarti konsep dan logika matematika tidak diberikan secara hafalan atau langkah yang diberikan guru (Adliani et al., 2020). Hal ini dikhawatirkan ketika siswa lupa rumus matematika siswa tidak dapat menyelesaikan persoalan matematika, sehingga diharapakan siswa terlibat secara aktif dan dapat menemukan sendiri konsep matematika dalam pembelajaran (Lasmiyati & Harta, 2014).

Pemahaman konsep siswa dapat dilihat dari indikator pemahaman konsep menurut Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014:

a. Menyatakan kembali konsep yang telah diperolah.

b. Menggolongkan obyek-obyek berdasarkan sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.

(7)

12 d. Mangaplikasikan konsep secara logis.

e. Memberikan contoh dan bukan contoh terkait konsep.

f. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. g. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. h. Menerapkan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa dapat menyatakan kembali konsep yang telah diperoleh, siswa mampu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, dan siswa dapat menerapkan konsep atau algoritma pemecahan masalah (Adaptasi Permendikbud, 2014; Fadillah, 2015).

Tabel 1: Indikator Pemahaman Konsep Matematika

Indikator Deskripsi

Menyatakan kembali konsep yang telah dipelajari.

Kemampuan siswa dalam

mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari.

Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

Kemampuan siswa untuk menyatakan suatu objek dengan berbagai bentuk representasi yang telah dipahami. Menerapkan konsep atau algoritma

pemecahan masalah.

Kemampuan siswa dalam menerapkan suatu konsep dalam pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah yang benar.

4. Motivasi Berprestasi Siswa

Motivasi berprestasi siswa adalah dorongan yang menggerakkan, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku siswa dalam kegiatan belajar yang muncul baik dalam diri siswa maupun dari luar yang tercermin dari usaha dan ketekunan siswa untuk mencapai hasil belajar sebaik mungkin (Wahidin & Sugiman, 2014; Akar, 2019; Hariri et al., 2020). Uno menjelaskan motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai (Nur & Massang, 2016; Cheung, 2018). Untuk menumbuhkan motivasi berprestasi siswa, perlu diciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga dapat menunjang belajar siswa dengan baik (Nurhidayah, 2015; Ayla & Dindar, 2016). Ciri-ciri seseorang memiliki motivasi berprestasi diantaranya: (1) memiliki tanggung jawab yang besar terhadap tugasnya; (2)

(8)

13

menetapkan tujuan yang menantang; (3) memiliki keinginan untuk sukses; (4) melakukan usaha dengan keras untuk mendapatkan kesuksesan; (5) tidak memikirkan kegagalan; (6) berusaha memperoleh yang terbaik (Argaw et al., 2017). Indikator untuk mengukur motivasi berprestasi siswa yaitu adanya dorongan dan keinginan berhasil, adanya hasrat dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik (Rina et al., 2014).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

𝐻1 ∶ Terdapat pengaruh model experiental learning berbantuan team quiz terhadap pemahaman konsep matematika siswa.

𝐻2 ∶ Terdapat pengaruh model experiental learning berbantuan team quiz terhadap motivasi berprestasi siswa.

𝐻3 ∶ Terdapat pengaruh model experiental learning berbantuan team quiz terhadap pemahaman konsep matematika dan motivasi berprestasi siswa.

Gambar

Tabel  1: Indikator Pemahaman Konsep Matematika

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan metode Jigsaw terhadap pembelajaran sakubun mahasiswa tingkat III Pendidikan Bahasa Jepang

Beberapa jurus ia memandang kepadaku. Dan melalui sinar matanya itu seolah-olah mengalirlah perasaan kasih sayang yang mesra yang berlimpah-limpah tercurah dari hatinya ke

Rasionalnya memberi dukungan emosi, yang dapat menurunkan rasa takut, tingkat ansietas, dan meminimalkan nyeri (Doenges dan Moorhause, 2001). 5) Selma fase laten, ibu

Kemunculan etika kedokteran atau kode etik kedokteran adalah untuk mengawal profesi para dokter yang mempunyai tujuan mulia yaitu

Hasil belajar peserta didik kelas II pada mata pelajaran IPA melalui metode kerja kelompok pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.. kesulitan dalam belajar sehingga belum

Dari hasil analisis regresi rata-rata antara konsentrasi mikroplastik di dalam daging kerang dan rentang ukuran panjang cangkang kerang yang berbeda diketahui

Berdasarkan penelusuran terhadap beberapa penelitian terdahulu, penulisan hukum dengan Judul “Penerapan Perjanjian Diam-Diam dalam Perjanjian Distributorship (Studi Kasus

signi fi cantly lower levels of serum proteins in rabbits fed diets 1 and 2 in this study signi fi cantly lower levels of serum proteins in rabbits fed diets 1 and