• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tegalrejo 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Subyek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31 siswa, terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Letak SD Negeri Tegalrejo 04 berada di Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Jumlah keseluruhan siswa SD Negeri Tegalrejo 04 adalah 187.

SD Negeri Tegalrejo 04 berada di daerah tegalrejo kota Salatiga. SD Negeri Tegalrejo 04 bukan terletak ditengah perkotan tetapi di pinggir perkotaan kota Salatiga. Tetapi SD ini mudah dijangkau karena berada tepat di pinggir jalan raya dan berdekatan dengan SMA Negeri 02 Salatiga sehingga dekat pemukiman penduduk. Suasana SD Negeri Tegalrejo 04 sangat asri dengan susana pedesaan yang belum begitu ramai karena masih banyak perkebunan yang kosong sehingga menciptakan suasana yang sunyi dan tidak banyak motor atau mobil yang berlalulalang.

Secara sosial ekonomi, siswa umumnya berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Siswa juga umumnya berasal dari kalangan berpendidikan rendah. Namun demikian, secara umum siswa memiliki motivasi belajar yang baik. Karena lingkungan sekolah dan masyaraat yang berada di daerah perkotaan, turut menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif atau mendukung, dan tingkat melanjutkan ke jenjang pendidikan juga cukup tinggi.

Sarana pembelajaran SD Negeri Tegalrejo 04 yang terdiri dari 9 ruangan yang terbagi menjadi 6 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan dan 1 ruang komputer. Setiap ruangan memiliki keadaan yang cukup baik, terdapat vasilitas yang memadai, penerangan yang cukup baik, dan keadaan lingkungan sekitar yang nyaman. Di setiap ruangan kelas terdapat almari yang digunakan

(2)

untuk menaruh buku pelajaran. SD Negeri Tegalrejo 04 menyediakan 6 WC diantaranya 2 WC guru dan 4 WC siswa serta I kantin sekolah serta ada koperasi sekolah. Halaman SD Negeri Tegalrejo 04 cukup luas yang biasanya digunakan untuk pelaksanaan upacara dan kegiatan sekolah lainnya.

Dalam belajar siswa menggunakan buku paket. Media pembelajaran seperti alat peraga sudah dimiliki SD Negeri Tegalrejo 04 sudah digunakan secara maksimal. Jumlah tenaga pengajar yang dimiliki SD Negeri Tegalrejo 04 ada 15 terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru olahraga, 1 guru agama islam, 1 guru agama kristen, 1 guru komputer, 3 wiyata bakti, dan 1 penjaga sekolah. Jam efektif sekolah dimulai pukul 07.00- 12.30, kecuali hari jumat dan sabtu pembelajaran di akhiri pukul 11.00.

4.2 Kondisi Awal

Komdisi awal dalam pembelajaran guru masih monoton dan kurang bervariasi sehingga anak kurang memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung maka menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Saat guru menjelaskan meteri pelajaran, tak sedikit siswa yang kurang memperhatikan bahkan ada juga berbicara sendiri dengan siswa lainnya.

Observasi awal dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa, melalui ulangan harian yang menunjukkan siswa kelas V SD Negeri Tegalrejo 04 untuk mata pelajaran IPA pada semester II tahun 2013/2014 masih perlu ditingkatkan. Hasil ini dikarenakan metode pembelajaran yang dilakukan guru masih kurang variatif dan cenderung membosankan bagi siswa, sehingga daya serap siswa masih kurang. Maka hasil belajar dapat ditunjukkan dengan data rekapitulasi nilai ulangan kondisi awal pada mata pelajaran IPA sebagai berikut :

(3)

Tabel 4.1

Distribusi Hasil Belajar Kondisi Awal Siswa No. Rentan Nilai Frekuensi Prosentase Keterangan

1 40 – 49 6 19,4% Belum Tuntas 2 50 – 59 12 28,7% Belum Tuntas 3 60 – 69 7 22,6% Belum Tuntas 4 70 – 79 4 12,9% Tuntas 5 80 – 89 2 6,5% Tuntas Jumlah 31 100% Rata-rata 56,8 Maksimal 85 Minimal 40 N 31

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil belajar pada kondisi awal menunjukkan bahwa jumlah siswa kelas V SD Negeri Tegalrejo 04 sebanyak 31 siswa. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa sebelum dilakukan tindakan hanya mencapai 56,8. Perolehan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 40. Siswa yang mendapat nilai pada rentang nilai 40-49 sebanyak 6 siswa dengan prosentase 19,4%. Siswa paling banyak mendapatkan nilai pada rentang 50-59 yaitu 12 siswa dengan prosentase 38,7%. Terdapat 7 siswa yang mendapat nilai pada rentang 60-69 dengan prosentase 22,6% dan ada 4 siswa yang mendapatkan nilai rentang 70-79 dengan presentase 12,9%, dan 2 siswa mendapat nilai dengan rentang 80-89 dengan presentase 6,5% atau dapat juga dijumlahkan siswa yang mendapat nilai ≥ 70 diperoleh 6 siswa dengan prosentase 19,4% sudah mendapatkan nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari data distribusi hasil belajar siswa pada ulangan harian, bila digambarkan dalam bentuk diagram maka tampak pencapaian hasil belajar siswa sebagai berikut:

(4)

Diagram 4.1

Distribusi Hasil Belajar Kondisi Awal Siswa

Berdasarkan diagram distribusi hasil belajar pada kondisi awal dapat dilihat ada 6 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 40-49 dengan prosentase 19,4%. Sebanyak 12 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 50-59 dengan prosentase 38,7%. Ada 7 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 60-69 dengan prosentase 22,6%. Ada 4 siswa yang mendapatkan nilai rentang 70-79 dengan prosentase 12,9% dan ada 2 siswa yang mendapatkan nilai rentang 80-89 dengan prosentase 6,5%. Jadi ada 6 siswa yang mendapatkan nilai ≥70 sebesar 19,4%. Dari data distribusi hasil belajar siswa pada kondisi awal dapat dilihat ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal Siswa Indikator Hasil

Belajar Siswa

Hasil Belajar Siswa Keterangan

Frekuensi %

KKM = 85% ≥ 70 ≥ 70 = 6 19,4 81% Hasil belajar belum

mencapai KKM < 70 = 25 80,6

Jumlah Siswa 31 100

(5)

Dari tabel ketuntasan belajar siswa pada ulangan harian menunjukkan bahwa dari 31 siswa yang mendapatkan nilai ≥70 dan masuk pada kategori tuntas sebanyak 6 siswa dengan prosentase 19,4%. Siswa yang masuk pada kategori tidak tuntas dengan mendapatkan <70 sebanyak 25 siswa dengan prosentase sebesar 80,6%. Dari data distribusi ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal, bila digambarkan dalam bentuk diagram maka akan tampak ketuntasan hasil belajar siswa sebagai berikut:

Diagram 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal Siswa

Diagram ketuntasan belajar pada pembelajaran kondisi awal menunjukkan bahwa 19,4% siswa atau sebanyak 6 siswa mendapat nilai ≥70 dan masuk dalam kategori tuntas. Siswa yang masuk pada kategori tidak tuntas dengan mendapatkan nilai < 70 sebesar 80,6% atau sebanyak 25 siswa.

4.3 Diskripsi Siklus 1

4.3.1 Perncanaan Tindakan Siklus I

Sebelum melaksanakan tindakan siklus I perlu adanya perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan disusun dengan melihat identifikasi masalah yang ada dalam kelas 5 SD Negeri Tegalrejo 04. Hal ini dimaksudkan supaya pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar sesuai yang diharapkan. Perencanaan dalam tindakan siklus I adalah sebagai berikut:

(6)

4.3.1.1 Pertemuan I

Peneliti sebelum melakukan penelitian melakukan observasi dikelas 5, setelah mendapatkan informasi maka peneliti bersama guru kelas 5 mengadakan diskusi tentang materi pembelajaran yang akan diajarkan, dalam diskusi dibahas mengenai alat yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Persiapan yang dilakukan yakni menyusun RPP, membuat alat peraga yang berhubungan dengan sifat-sifat cahaya dan alat-alat optik seperti lup, periskop, OHP, dan sebagainya. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa, dan buku-buku pelajaran. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pokok bahasan “sifat-sifat cahaya dan alat-alat optik”. Penulis kemudian menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dalam model pembelajaran STAD. Dalam pertemuan I siswa akan dibagi menjadi kelompok-kelompok, ada kuis, dan bagi siswa yang aktif akan mendapat penghargaan.

4.3.1.2 Pertemuan II

Perecanaan pembelajaran pada pada pertemuan ke-2 ini guru mengulas kembali materi mengenai “sifat-sifat cahaya dan alat-alat optik”. Kemudian guru memberikan soal evaluasi kepada siswa. Sebelum melaksanakn pembelajaran pada pertemuan II, guru membuat RPP, menentukan ruang yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, dan lembar soal.

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I

Pembelajaran pada siklus I dilakukan untuk pokok bahasan sifat-sifat cahaya dan alat-alat optik. Siklus I terdiri dari dua pertemuan, pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 2 April 2014, Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 3 April 2014, dengan alokasi setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).

4.3.2.1 Pertemuan I

Pada pertemuan pertama terdapat tiga indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menjelaskan benda yang dapat memantulkan cahaya,

(7)

macam-macam alat optik, menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal guru memberikan apersepsi dengan bertanya pada anak tentang materi sebelumnya apa saja sifat-sifat cahaya lalu siswa menjawab dan guru meluruskan jawabanya.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, sebelum menjelaskan materi pembelajaran guru terlebih dahulu mendorong siswa untuk aktif belajar dengan melibatkan siswa untuk mencari informasi tentang sifat-sifat cahaya serta alat-alat optik yang meliputi kacamata serta gangguan mata. Agar terjadi interaksi antara guru dengan siswa, guru melakukan tanya jawab untuk mendorong siswa agar aktif. Guru menjelaskan materi tentang sifat-sifat cahaya serta alat-alat optik yang meliputi kacamata serta gangguan mata serta alat optik lainnya serta memberikan tanya jawab pada siswa agar lebih memahami apa yang disampaikan atau dijelaskan oleh guru.

Kemudian guru membentuk kelompok hetrogen (baik dari agama, suku, ras, dan lain-lain) terlebih setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa (tim). Kemudian guru membagikan materi ketiap-tiap kelompok. Setiap kelompok mengerjakan materi yang mereka dapat sesuai dengan petunjuk yang diperintahkan guru.Guru membimbing siswa melakukan diskusi dalam mengerjakan. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan, guru meminta tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Guru meminta siswa yang tidak presentasi untuk menanggapi/ bertanya kepada kelompok yang maju tentang sifat-sifat cahaya dan alat-alat optik. Setelah mempersentasikan guru memberi (kuis)bagi kelompok yang bisa menjawab akan mendapatkan satu bintang dan bagi kelompok yang mendapatkan bintang paling banyak akan mendapat (penghargaan/rekoknisi tim) penghargaan dari guru berupa kalung kekompakan.

(8)

Untuk lebih memantapkan siswa mengenai materi yang dipelajari, guru memberikan penguat, serta refleksi dan guru memberi kesempatan untuk bertanya mengenai pelajaran yang belum jelas.

3) Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup guru bersama siwa membuat kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari dan guru menjelakan rencana kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

4.3.2.2 Pertemuan II

Pertemuan kedua merupakan akhir pelaksanaan dari siklus 1 yang dilaksanakan pada tanggal 3 April 2014. Kegiatan pada pertemuan kedua adalah melakanakan evaluasi dari pembelajaran yang sudah dilakukan pada pertemuan pertama pada siklus 1.

Evaluasi yang akan diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda dan jumlah soal 20. Langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan kedua yaitu guru menanyakan kepada siswa tentang kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Sebelum guru memberikan soal evaluasi, guru menjelaskan materi yang sebelumnya guna untuk mengingatkan kembali apa yang dipelajari kemarin. Serta menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti evaluasi, kemudian guru membagi soal evaluasi. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan baik dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, guru bersama siswa mencocokkan bersama-sama dengan menukar lembar jawab siswa ke teman yang liannya, kemudian siswa dan guru mengetahui hasil nilai dari tes yang telah dilaksanakan.

4.3.3 Hasil Observasi Siklus I

Penulis dibantu obsever melakukan observasi guru dan keaktifan siswa saat proses belajar mengajar.

(9)

4.3.3.1 Hasil Observasi Kinerja Guru dalam Penerapan Pembelajaran kooperatif Tipe STAD

Hasil observasi ketrampilan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I di peroleh dari pada pertemuan I dan II. Hasil rata-rata yang digunakan dari penilain obsever guru kelas V dan guru kelas VI sudah dapat dikategorikan baik. Dalam kategori awal yang terbagi dalam 3 point guru sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan indikator yang sudah ada, dan dalam indikator inti dalam kegiatan inti terbagi dalam 13 point dan dalam kegiatan tersebut semua telah dilakukan oleh guru dengan baik, dan dalam kegiatan penutup ada 5 point guru juga telah melakukan kegiatan dengan jelas dan baik. Hasil dan kegiatan yang telah dilakukan oleh guru dapat dilihat pada tabel 4.3 hasil observasi kinerja guru dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus I.

Tabel 4.3

Tabel Penerapan Kinerja guru dalam Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Indikator Pelaksanaan Model Pembelajaran Hasil Pelaksanaan Model Pembelajaran Kesimpulan

Paling rendah indikator yang diterapkan 17 dari 21 indikator penerapan

model

20 indikator Sudah baik dilaksankan

Dari tabel 4.3 semua indikator sudah diterapkan dengan baik. Hal ini lah yang akan menjadi acuan refleksi dalam pelaksanaan siklus II.

(10)

4.3.3.2 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I

Berdasarkan observasi yang dilakukan hasil rekapan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran siklus I. Keaktifan siswa pada siklus I sudah melebihi separuh dari jumlah siswa. Tidak semua siswa melakukan aktifitas belajar sesuai indikator. Namun ada indikator yang dilakukan oleh semua siswa. Dari hal tersebut dapat dilihat prosentase keaktifan klasikal pada siklus I. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4

Keaktifan Siswa Siklus I

Keterangan Indikator:

1. Siswa diminta membacakan hasil diskusinya tentang materi yang di dapatnya. 2. Siswa diminta untuk berdiskusi kelompok sesuai materi yang di dapat.

3. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru apabila kurang memahami. 4. Siswa meminta pendapat orang lain dn menghormati pendapat orang tersebut

dalam diskusi.

5. Siswa mau berkerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan. 6. Siswa berani menanggapi pendapat temannya.

7. Siswa bertanya pada kelompok lain ketika belum paham dengan hasil yang dipresentasikan kelompok lain tersebut.

No. Rentang Nilai Frekuensi Siswa Prosentase Keterangan

1 < 25 8 25,8% Kurang Aktif

2 26-50 12 38,7% Cukup Aktif

3 51-75 6 19,4% Aktif

4 >75 5 16,1% Sangat Aktif

(11)

8. Siswa menceritakan hasil yang mereka bahasa dengan kelompoknya dan menceritakan ke kelompok lain.

9. Siswa mendengarkan apa bila temannya mengemukakan pendapat.

10. Siswa mendengarkan apa bila guru memberi tanggapan atau masukan dalam kelompok yang berpresentasi.

11. Siswa melaporkan hasil pekerjaannya maupun karyanya secara tertulis maupun barang.

12. Siswa menceritakan hasil karyanya di depan kelas.

13. Siswa berani mengemukakan ide atau pikirannya kepada guru/ teman sekelasnya.

14. Siswa mampu mengambil manfaat dari kegiatan yang dilakukan.

Kriteria Penilaian :

1. Siswa yang mendapatkan skor aktif < 16 : Kurang Aktif 2. Siswa yang mendapatkan skor aktif 17 – 29 : Cukup Aktif 3. Siswa yang mendapatkan skor aktif 30 – 42 : Aktif

4. Siswa yang mendapatkan skor aktif > 43 : Sangat Aktif

Dalam Indikator penilaian keaktifan pada siklus I ada 6. Indikator yang tidak dipakai untuk penilaian diantaranya nomor indikator 1-4 dan 6-7 , karena 6 indikator keaktifan tersebut digunakan pada saat pembelajaran siklus II.

Dari tabel 4.3 siswa pada siklus I menunjukkan 8 siswa kurang aktif, 12 siswa cukup aktif, 6 siswa sudah masuk dalam kategori siswa aktif, dan 5 siswa masuk kategori sangat aktif dalam belajar kelompok dan bertanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.3 berikut:

(12)

Diagram 4.3 Keaktifan Siklus 1

Diagram keaktifan siswa pada siklus I menunjukkan ada 5 siswa yang sangat aktif, 6 siswa aktif, 12 siswa cukup aktif, dan 8 siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran siklus I.

4.3.4 Hasil Belajar IPA Siklus I

Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus I selesai dilakukan evaluasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa. Dari hasil evaluasi pembelajaran yang sudah dilakukan pada siklus I dapat diketahui nilai yang diperoleh siswa. Berdasarkan distribusi nilai yang diperoleh siswa dapat diketahui pencapaian hasil belajar siswa pada kegiatan siklua I dan dikategorikan menjadi 6 rentang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

(13)

Tabel 4.5

Distribusi Hasil Belajar Siklus I

No. Rentan Nilai Frekuensi Prosentase Keterangan

1 40 – 49 1 3,2% Belum Tuntas 2 50 – 59 6 19,4% Belum Tuntas 3 60 – 69 5 16,1% Belum Tuntas 4 70 – 79 7 22,6% Tuntas 5 80 – 89 8 25,8% Tuntas 6 90 – 99 4 12,9% Tuntas Jumlah 31 100% Rata-rata 72,1 Maksimal 95 Minimal 45 N 31

Dari tabel di atas dapat diketahui hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa jumlah siswa kelas V SD Negeri Tegalrejo 04 sebanyak 31 siswa. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa hanya mencapai 72,1. Perolehan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 45. Siswa yang mendapat nilai pada rentang nilai 40-49 sebanyak 1 siswa dengan prosentase 3,2%. Siswa mendapatkan nilai pada rentang 50-59 yaitu 6 siswa dengan prosentase 19,4%. Terdapat 5 siswa yang mendapat nilai pada rentang 60-69 dengan prosentase 16,1%. Ada 7 siswa yang mendapatkan nilai rentang 70-79 dengan prosentase 22,6%. Ada 8 siswa mendapat nilai dengan rentang 80-89 dengan prosentase 25,8% dan 4 siswa dengan presentase 12,9% pada rentang 90-99 atau dapat juga dijumlahkan siswa yang mendapat nilai ≥ 70 diperoleh 19 siswa dengan prosentase 61,3% sudah mendapatkan nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari data distribusi hasil belajar siswa pada siklus I, bila digambarkan dalam bentuk diagram maka tampak pencapaian hasil belajar siswa sebagai berikut:

(14)

Diagram 4.4

Distribusi Hasil Belajar Siswa Siklus I

Diagram distribusi hasil belajar siswa pada siklus I mendiskripsikan hasil belajar dari 31 siswa pada pembelajaran siklus I menunjukkan ada siswa yang mendapatkan nilai rentang 40-49 hanya diperoleh 1 siswa dengan presentase 3,2%. Terdapat 6 siswa yang mendapatkan nilai rentang 50-59 dengan presentase 19,4%. Siswa yang mendapatkan nilai rentang 60-69 hanya diperoleh 5 siswa dengan presentase 16,1%. Siswa yang mendapatkan nilai rentang 70-79 hanya diperoleh 7 siswa dengan presentase 22,6%. Siswa yang mendapat rentang 80-89 diperoleh 8 siswa dengan nilai rata-rata 80 dengan presentase 25,8% dan 4 siswa yang mendapatkan nilai rentang 90-99 dengan presentase 12,9% dinyatakan nilai tertinggi pada siklus I. Jadi siswa yang tuntas pada siklus I ada 19 siswa dengan nilai ≥70 dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 12 siswa dengan nilai <70. Dari data distribusi hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus I dapat dilihat ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada tabel 4.6 berikut.

(15)

Tabel 4.6

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I Indikator Hasil

Belajar Siswa

Hasil Belajar Siswa Keterangan

Frekuensi %

KKM = 85% ≥ 70 ≥ 70 = 19 61,3 61% Hasil belajar sudah mencapai KKM < 70 = 12 38,7

Jumlah Siswa 31 100

Rata-rata kelas 72,1

Tabel distribusi ketuntasan hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus I menunjukkan bahwa darai 31 siswa yang masuk pada kategori tuntas dengan nilai ≥70 sebanyak 19 siswa dengan prosentase 61,3%. Siswa yang masuk pada kategori tidak tuntas dengan dengan nilai <70 sebanyak 12 siswa dengan prosentase 38,7%. Bila digunakan dalam diagram, maka ketuntasan belajar siswa akan tampak sebagai berikut.

61,3% 38,7%

Tuntas Tidak Tuntas

(16)

Diagram 4.6

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

Berdasarkan analisis tentang ketuntasan belajar siswa yang digambarkan dalam diagram distribusi ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran siklus I dapat diketahui dari jumlah siswa kelas V sebanyak 31 siswa, menunjukkan siswa yang sudah tuntas sebanyak 19 siswa dengan nilai ≥70 dengan prosentase 61,3% sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 12 siswa dengan prosentse 38,7% dengan nilai <70. Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar nilai pada kondisi awal dan siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.7

Perbandingan Hasil belajar pada Kondisi Awal dan Siklus I

No Rentang Nilai Frekuensi

Kondisi Awal Siklus I

1 40 – 49 6 1 2 50 – 59 12 6 3 60 – 69 7 5 4 70 – 79 4 7 5 80 – 89 2 8 6 90 – 99 0 4 Jumlah 31 31 Rata-rata 57 72 Maksimal 85 95 Minimal 40 45 N 31 31

Dilihat dari tabel perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi awal dan siklus I menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada kondisi awal sebanyak 6 siswa mendapat nilai dengan rentang nilai

(17)

40-49 dan pada siklus I hanya 1 siswa yang mendapatkannya. Pada rentang nilai 50-59 menunjukkan bahwa pada kondisi awal terdapat 12 siswa dan pada siklus I hanya ada 6 siswa yang mendapatkanya. Pada rentang nilai 60-69 menunjukakn bahwa pada kondisi awal 7 siswa dan siklus I 5 siswa. Pada rentang nilai 70-79 menunjukkan bahwa pada kondisi awal 4 siswa dan pada siklus I 7 siswa. Pada rentang nilai 80-89 menunjukkan bahwa pada kondisi awal hanya 2 siswa dan pada siklus I 8 siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada pembelajaran kondisi awal tidak ada siswa yang mendapatkan nilai 90-99. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 90-99 dan pada siklus I ada 4 siswa. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥70 mengalami peningkatan dari ulangan harian pada kondisi awal hanya 6 siswa menjadi 19 siswa pada siklus I. Pencapaian nilai rata-rata kelas pada kondisi awal sebesar 57 dan pada siklus I meningkat menjadi 72 dari jumlah siswa sebanyak 31. Perolehan nilai tertinggi pada kondisi awal yaitu 85 dan pada siklus I perolehan nilai tinggi meningkat menjadi 95. Nilai terendah pada siklus I naik menjadi 45 dari nilai terendah 40 pada kondisi awal. Untuk lebih jelas, perbandingan pencapaian hasil belajar kondisi awal dan siklus I dapat dilihat pada diagram berikut.

(18)

Diagram 4.7

Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal dan Siklus I

Berdasarkan diagram perbandingan hasil belajar kondisi awal dan siklus I dapat dilihat bahwa nilai rata-rata mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 72 dari nilai rata-rata 56 pada ulanagn harian. Peningkatan perolehan nilai tertinggi pada kondisi awal yaitu 85 dan pada siklus I menjadi 95 sedangkan perolehan nilai terendah mengalami peningkatan yaitu 45 dari nilai terendah 40 pada kondisi awal.

Dari data perbandingan hasil belajar kondisi awal dan siklus I menunjukkan ketuntasan belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal dan Siklus I Hasil Belajar Kondisi Awal Siklus I Keterangan

Rata-rata Kelas 56,8 72,1 Rata-rata Meningkat KKM 80 ≥ 70 19,4% ≥ 70 61,3% ≥ 70 KKM tercapai Jumlah Siswa 31 31

Tabel 4.8 perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal dan siklus I menunjukkan bahwa ada peningkatan. Pada kondisi awal siswa yang masuk dalam kategori tuntas sebesar 19,4% atau sebanyak 6 siswa dan pada siklus I siswa yang masuk pada kategori tuntas meningkat menjadi 19 siswa atau 61,3% dengan mendapatkan nilai ≥70. Siswa yang masuk kategori tidak tuntas pada kondisi awal sebanyak 25 siswa atau sebesar 80,6% dan pada siklus I siswa yang masuk kategori tidak tuntas sebesar 38,7% atau sebanyak 12 siswa. Untuk lebih jelasnya maka perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal dan siklus I akan digambarkan pada diagram berikut.

(19)

Diagram 4.8

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal dan Siklus I Berdasarkan diagram perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal dan siklus I dapat dilihat pencapaian ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal dan siklus I mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal menunjukkan sebanyak 6 siswa yang sudah masuk pada kategori tuntas dengan nilai ≥70 atau sebesar 19,4% dan sebanyak 25 siswa yang masuk pada kategori tidak tuntas dengan nilai <70 di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan atau setara dengan 80,64%. Pada siklus I pencapaian ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari ketuntasan belajar pada siklus I menjadi 61,3% atau sebanyak 19 siswa dengan mendapatkan nilai ≥70 sehingga masuk pada kategori tuntas dan yang mendapatkan nilai <70 pada siklus I dengan jumlah siswa sebanyak 12 siswa atau setara dengan 38,7% masuk pada kategori tidak tuntas.

(20)

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan I dan II maka diadakan refleksi dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti dan siswa setelah dilaksanakannya tindakan terkait dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru sebagai obsever. Hasil refleksi diambil dari pembelajaran pertemuan I dan II pada siklus I dan hasil keaktifan dan hasil nilai siswa pada pertemuan ke II. Refleksi ini digunakan sebagai hasil perbaikan dengan membandingkan apakah hasil tindakan dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan indikator kinerja.

Berdasarkan analisis data observasi siklus I keaktifan siswa sudah terlihat tetapi belum semua siswa menunjukkan keaktifan belajar, masih ada siswa yang belum menanggapai presentasi dari teman lainnya, selain itu waktu yang diperlukan masih cukup banyak. Siswa terlihat aktif dan senang dalam mengikuti pelajaran dengan mengguakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini dapat dilihat dari tingkat ketuntasan siswa pada kondisi awal dengan nilai rata-rata 56,8 dan pada siklus I nilai rata-rata 72,1. Jadi dari kondisi awal nilai masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan pada siklus I sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yakni 70. Jadi pembelajaran dilanjutkan ke siklus II dengan materi yang berbeda yaitu membuat karya/ model alat optik sederhana.

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dan mengetahui ketuntasan hasil belajarIPA siklus I, selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan pengamatan atau temuan dari obsever pada siklus I.

Kelebihan dari siklus I antara lain: (1) Rencana pembelajaran lebih jelas dan terprogam, (2) Kegiatan pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan tidak membosankan, (3) Meningkatkan antusias siswa dalam proses pembelajaran, (4) Menumbuhkan keberanian dan kepercayaan diri pada siswa saat proses pembelajaran, (5) Melibatkan siswa secara aktif, (6) Membangun hubungan yang

(21)

baik dengan siswa dan guru, (7) Siswa berkerjasama dengan baik dengan kelompoknya.

Kelemahan siklus I antara lain: (1) Siswa masih belum antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) Siswa belum bisa menghargai pendapat siswa saat ada temannya yang mempresentasikan hasil dikusinya, (3) Siswa kurang kerjasama saat diskusi kelompok, (4) Siswa tidak terbiasa bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas.

Cara mengatasi kelemahan pada siklus I, penulis akan memperbaiki dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, agar pembelajaran tercapai secara optimal. Hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki pada siklus II antara lain dengan cara: (1) Pada saat penyampaian sebaiknya guru lebih menekankan pada materi yang diajarkan, (2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, (3) Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari supaya siswa lebih memahami, (4) Guru memantau tiap kelompok agar semua siswa ikut serta dalam melaksanakn diskusi sehingga tidak ada siswa yang ngobrol dengan temannya.

Akan tetapi keberhasilan pada siklus I menggunakan model kooperatif tipe STAD sudah meningkat dibanding kondisi awal yang masih rendah. Sehingga penulis akan melanjutkan pada siklus II untuk memastikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar. Apabila pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar IPA dan keaktifan maka peneliti dapat dikatakan berhasil.

4.4 Diskripsi Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II merupakan lanjutan dari siklus I. Pembelajaran siklus kedua menyajikan materi pembelajaran pada kompetensi membuat karya/ model sederhana. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua merupakan penyempurnaan dan tindak lanjut yang terjadi pada siklus I dengan melihat kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran pada siklus pertama.

(22)

Dalam siklus II, terdapat dua kali pertemuan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

4.4.1 Perencanaan Tindakan Siklus II

Persiapan yang dilakukan penulis untuk melaksanakan pertemuan siklus II dengan melihat kekurangan dan kelebihan pada siklus I. Perencanaan siklus II meliputi: Pembuatan RPP dan penyusunan skenario pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, serta alat dan bahan untuk disesuaikan dengan refleksi dari hasil belajar dan keaktifan pada siklus I. Demikian perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:

4.4.1.1 Pertemuan I

Setalah mendapatkan informasi pada siklus I, maka dilakukan diskusi dengan guru kelas 5 mengenai materi pembelajaran yang akan diajarkan serta alat peraga atau bahan yang akan digunakan sebelum melakukan pembelajaran pada pertemuan I, maka penulis menyiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran, diantaranya RPP, alat peraga, bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat karya atau model tentang materi cara membuat dan mengenal alat-alat optik, lembar evaluasi, buku pelajaran, dan lembar keaktifan. Penulisan merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP) dengan pokok bahasan tentang “cara membuat karya/ model alat-alat optik sederhana” dengan melihat kelemahan pada siklus I kemudian menentukan tujuan. Setelah menentukan tujuan pembelajaran kemudian guru menyiapkan atau mempersiapkan bahan dan alat peraga untuk proses pembelajaran.

4.4.1.2 Pertemuan II

Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan II sebagai penyempurnaan dan tindak lanjut dari pertemuan I. Pada pertemuan II guru

(23)

mengulang materi yang sudah dijelaskan pada materi pertemuan I, kemudian guru memberikan evaluasi kepada siswa. Sebelum mengajar pada pertemuan II, penulis menyiapkan RPP, buku pembelajaran, lembar evaluasi, serta ruang yang akan digunakan untuk proses pembelajaran.

4.4.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II

Pembelajaran pada siklus II dilakukan untuk pokok bahasan tentang cara membuat karya/ model alat-alat optik sederhana. Siklus II terdiri dari dua pertemuan, pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 10 April 2014, pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 15 April 2014, dengan alokasi setiap pertemuan 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).

4.4.2.1 Pertemuan I

Pelaksanaan pembelajaran siklus kedua dilaksanakan dalam 2 pertemuan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, adapun kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa kemudian bertanya kesiapan siswa dalam belajar. Guru bertanya jawab mengenai pembelajaran sebelumnya setelah itu baru guru menyampaikan materi kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, sebelum menjelaskan materi guru terlebih dahulu melibatkan siswa untuk mencari informsi tentang pengertian alat-alat optik serta membuat model/ karya yang sederhana setelah itu anak diminta membuat suatu alat optik sederhana dari barang bekas. Kegiatan tersebut bertujuan untuk membangun pengetahuan awal yang dimiliki siswa dan kemudian guru menjelaskan materi pembelajaran dan pada saat guru menjelaskan guru juga

(24)

berinteraksi pada siswa melalui tanya jawab agar siswa lebih memahami dan mendalami materi pembelajaran.

Setelah menjelaskan materi pembelajaran, guru meminta siswa menyebutkan contoh dan menjelaskan apa saja yang disampaikan guru.Setelah itu guru membentuk 6 kelompok yang heterogen ( baik dari agama, suku, ras, dan lain-lain) setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa (tim) kemudian guru memberikan lembar kerja kelompok dan tiap-tiap kelompok mengerjakan/ membuat karya yang diberikan oleh guru, setelah selesai guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan (presentasi kelas) kedepan kelas, Setelah presentasi tiap kelompok selesai maka guru memberikan (kuis)kelompok mana yang bisa menjawab dan mendapatkan bintang maka bintang paling banyak akan mendapatkan (penghargaan tim) oleh guru.

Sebelum pembelajaran pada pertemuan pertama berakhir, guru memberikan umpan balik denagn memberikan penguat pada siswa secara lisan berkaitan dengan materi yang dipelajari. Guru bersama siswa melakukan refleksi dan guru memberi kesempatan untuk bertanya mengenai pelajaran yang belum jelas.

3) Kegiatan Penutup

Setelah kegiatan pembelajaran selesai guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari dan guru memberikan informasi pada siswa pada pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi pembelajaran yang sudah dilakukan pada pertemuan pertama tentang alat optik sederhana.

4.4.2.2 Pertemuan II

Pada pertemuan kedua merupakan akhir pelaksanaan dari siklus kedua. Kegiatan pada pertemuan kedua adalah melakukan evaluasi dari pembelajaran yang sudah dilakukan pada pertemuan pertama. Evaluasi yang akan diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda dan jumlah soal 20. Langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan kedua yaitu guru menanyakan kepada siswa tentang kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Sebelum guru membagikan soal evaluasi, guru terlebih dahulu

(25)

menata tempat duduk siswa supaya siswa tidak terlalu dekatan duduknya. Guru menjelaskan pada siswa peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru membagikan soal evaluasi pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan baik dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir. Setelah semua selaesai hasil evaluasi dikumpulkan untuk dinilai.

4.4.3 Hasil Observasi Siklus II

Penulis dibantu obsever melakukan observasi guru dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

4.4.3.1 Hasil Observasi Keaktifan Siklus II

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan terhadap siswa kelas 5 SD Negeri Tegalrejo 04 diperoleh hasil bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah mengalami peningkatan. Keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9

Perhitungan Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus II

Keterangan Indikator:

1. Siswa mengamati pemeragaan yang dilakukan oleh guru 2. Siswa mengamati percobaan yang di peragakan oleh guru

No. Rentang Nilai Frekuensi Siswa Prosentase Keterangan

1 < 25 4 12,9% Kurang Aktif

2 26-50 6 19,4% Cukup Aktif

3 51-75 13 41,9% Aktif

4 >75 8 25,8% Sangat Aktif

(26)

3. Siswa diminta untuk mengikuti percobaan yang di lakukan oleh guru 4. Siswa diminta membacakan langkah-langkah dalam membuat karya/

model

5. Siswa diminta membacakan hasil diskusinya tentang materi yang di dapatnya

6. Siswa diminta mengukur bahan untuk membuat karya/ model sederhana 7. Siswa diminta untuk membuat suatu karya/ model

8. Siswa diminta untuk berdiskusi kelompok sesuai materi yang di dapat 9. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru apabila kurang memahami 10. Siswa meminta pendapat orang lain dn menghormati pendapat orang

tersebut dalam diskusi

11. Siswa mau berkerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan 12. Siswa berani menanggapi pendapat temannya

13. Siswa bertanya pada kelompok lain ketika belum paham dengan hasil yang dipresentasikan kelompok lain tersebut

14. Siswa menceritakan hasil yang mereka bahas dengan kelompoknya dan menceritakan ke kelompok lain

15. Siswa mendengarkan apa bila temannya mengemukakan pendapat 16. Siswa mendengarkan apa bila guru memberi tanggapan atau masukan

dalam kelompok yang berpresentasi

17. Siswa melaporkan hasil pekerjaannya maupun karyanya secara tertulis maupun barang

18. Siswa menceritakan hasil karyanya di depan kelas

19. Siswa berani mengemukakan ide atau pikirannya kepada guru/ teman sekelasnya

20. Siswa mampu mengambil manfaat dari kegiatan yang dilakukan

Kriteria Penilaian :

1. Siswa yang mendapatkan skor aktif < 25 : Kurang Aktif 2. Siswa yang mendapatkan skor aktif 26 – 50 : Cukup Aktif 3. Siswa yang mendapatkan skor aktif 51 – 75 : Aktif

(27)

Dari tabel siswa pada siklus I menunjukkan 4 siswa kurang aktif, 6 siswa cukup aktif, 13 siswa sudah masuk dalam kategori siswa aktif, dan 8 siswa masuk kategori sangat aktif dalam belajar kelompok dan bertanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.9 berikut:

Diagram 4.9 Keaktifan Siklus II

Diagram keaktifan siswa pada siklus II menunjukkan ada 8 siswa yang sangat aktif, 13 siswa aktif, 6 siswa cukup aktif, dan 4 siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran siklus II. Untuk mengetahui perbandingan keaktifan siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

(28)

Tabel 4.10

Perbandingan Keaktifan Siswa siklus I dan siklus II No. Rentang Keaktifan Siklus I Siklus II Keterangan

1 <75 8 4 Kurang Aktif

2 26-50 12 6 Cukup Aktif

3 51-75 6 13 Aktif

4 >75 5 8 Sangat Aktif

Jumlah Siswa 31 31

Tabel perbandingan keaktifan siswa siklus I dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa. Keaktifan belajar siswa pada siklus II 13 siswa dan siklus I yang menunjukkan keaktifan sebanyak 6 siswa. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan siklus I dan siklus II dapat digambarkan melalui diagram 4.10 dibawah ini.

Diagram 4.10

Perbandingan Keaktifan Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan diagram perbandingan keaktifan belajar siswa pada siklus I dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan. Keaktifan siswa pada siklus I ada 6 siswa dan yang sangat aktif 5 siswa, sedangkan keaktifan pada siklus II ada 13 siswa yang aktif dan 8 siswa yang sangat aktif. Siswa yang belum menunjukkan

(29)

keaktifan pada siklus I ada 8 siswa kurang aktif, dan 12 siswa yang cukup aktif. Sedangkan pada siklus II ada 4 siswa yang kurang aktif dan 6 siswa cukup aktif. Maka siklus I dan siklus II ada peningkatan keaktifan.

4.4.3.2. Hasil Belajar Siklus II

Pembelajaran pada siklus II dapat dilihat data pencapaian hasil belajar siswa pada tabel berikut:

Tabel 4.11

Distribusi Hasil Belajar Siklus II

No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase Keterangan

1 50-59 2 6,5% Tidak Tuntas 2 60-69 2 6,5% Tidak Tuntas 3 70-79 5 16,1% Tuntas 4 80-89 12 38,7% Tuntas 5 90-99 10 32,3% Tuntas Jumlah 31 100% Rata-rata 79,4 Max 95 Min 50 N 31

Berdasarkan tabel distribusi hasil belajar pada siklus II dapat dilihat dari 31 siswa kelas V menunjukkan rata-rata kelas 79,4. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus II adalah 95 sedangkan 50 merupakan nilai terendah yang diperoleh siswa. Sebanyak 4 siswa atau sebesar 12,9% siswa yang memperoleh nilai pada rentang 50-69. Siswa paling banyak memperoleh nilai ≥75 sebanyak 27 siswa sudah tuntas. Agar lebih jelas distribusi prestasi belajar siklus II dapat digambarkan dalam diagram 4.11 berikut:

(30)

Diagram 4.11

Distribusi Hasil Belajar Siklus II

Dari diagram distribusi hasil belajar pada siklus II menunjukkan pencapaian niali siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Dari 31 siswa ada 4 siswa yang nilainya belum tuntas dan 27 siswa mendapatkan nilai ≥75. Untuk lebih jelasnya distribusi hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus II dapat dilihat ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada tabel 4.11berikut .

Tabel 4.12

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II Indikator Hasil

Belajar Siswa

Hasil Belajar Siswa Keterangan

Frekuensi %

KKM = 85% ≥ 70 ≥ 70 = 27 87,1 87% Hasil belajar sudah mencapai KKM < 70 = 4 12,9

Jumlah Siswa 31 100

(31)

Tabel ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada siklus II menunjukkan peningkatan, siswa yang mendapat nilai ≥70 sebanyak 27 siswa sedangkan siswa yang belum tuntas mendapat nilai >70 sebanyak 4 siswa. Sehingga pada pembelajaran siklus II siswa kelas V dapat dikatakan sukses dengan prosentase 87,1%. Bila digambarkan dalam diagram maka ketuntasan belajar siswa akan tampak sebagai tabel 4.12 berikut.

Diagram 4.12

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II

Dari daigram ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran siklus II menunjukkan 87,1% siswa dari 31 siswa masuk dalam kategori tuntas dengan nilai ≥70. Tetapi masih ada 4 siswa yang belum tuntas hanya dikarena nilianya kurang dari <70.

Pencapaian hasil belajar siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Untuk mengetahui perbandingan pencapaian hasil belajar siswa pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Hasil belajar siswa belajar siswa mengalami peningkatan dari setiap tindakan yang telah dilakukan pada tiap siklusnya. Peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dilihat pada tabel 4.13 perbandingan hasil belajar berikut.

(32)

Tabel 4.13

Perbandingan Hasil belajar

Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

No. Rentang Nilai Frekuensi

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

1 40 – 49 6 1 0 2 50 – 59 12 6 2 3 60 – 69 7 5 2 4 70 – 79 4 7 5 5 80 – 89 2 8 12 6 90-99 0 4 10 Jumalah 31 31 31 Rata-rata 56,8 72,1 79,4 Max 85 95 95 Min 40 45 50 N 31 31 31

Dilihat dari tabel perbandingan pencapaian hasil belajar siswa pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada pembelajaran pada saat kondisi awal sebanyak 25 siswa yang belum tuntas, siklus I ada 12 siswa yang belum tuntas, dan siklus II ada 4 siswa yang belum tuntas. Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥70 mengalami peningkatan dari kondisi awal 6 siswa menjadi 19 siswa pada siklus I dan pada siklus II menjadi 27 siswa. Pencapaian nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 56,8 pada siklus I meningkat menjadi 72,1 dan pada siklis II meningkat menjadi 79,4 dari jumlah siswa 31. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada pembelajaran kondisi awal yaitu 85, pada siklus I nilai tertinggi yang diperoleh yaitu 95, dan pada siklus II nilai tertinggi juga 95. Nilai terendah yang diperoleh pada kondisi awal yaitu 40, pada siklus I meningkat menjadi 45 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 50. Untuk lebih jelas, perbandingan

(33)

pencapaian hasil belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram 4.13 berikut.

Diagram 4.13

Perbandingan Hasil Belajar pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Berdasarkan diagram perbandingan hasil belajar kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa nilai rata-rata mengalami peningkatan pada kondisi awal sebesar 56,8 pada siklus I menjadi 72,1 dan pada siklus II menjadi 79,4. Peningkatan nilai tertinggi yang diperoleh siswa ditunjukkandengan nilai tertinggi pada kondisi awal yaitu 85, pada siklus I menjadi 95 dan pada siklus II masih 95. Sedangkan perolehan nilai terendah mengalami peningkatan yaitu 40 pada kondisi awal, siklus I yaitu 45 dan 50 pada siklus II. Dari data perbandingan hasil belajar kondisi awal, siklus I dan siklus II menunjukkan ketuntasan hasil belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut.

(34)

Tabel 4.14

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awl, Siklus I dan Siklus II

Hasil Belajar Kondisi Awal

Siklus I Siklus II Keterangan

Rata-rata Kelas 56,8 72,1 79,4 Rata-rata Meningkat KKM 80 ≥ 70 19,4% ≥ 70 61,3% ≥ 70 87,1% ≥ 70 KKM tercapai Jumlah Siswa 31 31 31

Tabel 4.14 perbandingan ketuntasan hasil belajar kegiatan awal, siklus I, dan siklus II menunjukkan bahwa ada peningkatan. Pada kegiatan awal siswa yang masuk dalam kategori tuntas dengan mendapatkan nilai ≥70 sebesar 19,4% atau sebanyak 6 siswa, pada siklus I siswa yang masuk dalam kategori tuntas meningkat menjadi 19 siswa atau sebesar 61,3%, dan pada siklus II menjadi 87,1% dari 27 siswa masuk dalam kategori tuntas. Siswa yang masuk kategori tidak tuntas pada kondisi awal sebanyak 25 siswa atau sebesar 80,6%, pada siklus I yang masuk kategori tidak tuntas sebesar 38,7% atau sebanyak 12 siswa dan pada siklus II yang masuk kategori tidak tuntas sebanyak 4 siswa atau sebesar 12,9%. Untuk lebih jelas maka perbandingan ketuntasan hasil belajar kondisi awal, siklus I dan siklus II akan digambarkan sebagai berikut.

(35)

Diagram 4.14

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan diagram ketuntasan belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat perbandingan ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II yang mengalami peningkatan. Ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal menunjukkan sebanyak 6 siswa yang masuk kategori tuntas dengan dengan nilai ≥70 atau sebesar 19,4% dan sebanyak 25 siswa yang masuk kategori tidak tuntas dengan nilai 80,6% di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada siklus I pencapaian ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan sebanyak 19 siswa dengan nilai 61,3% dengan mendapatkan nilai ≥70 sehingga masuk dalam kategori tuntas dan yang mendapat nilai <70 pada siklus I dengan jumlah siswa 12 dengan nilai 38,7% masuk dalam kategori tidak tuntas. Peningkatan pencapaian ketuntasan belajar siswa juga terjadi pada siklus II dengan siswa yang mendapatkan nilai 87,1% sebanyak 27 siswa dengan nilai ≥70 sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa dengan nilai 12,9% yang mendapat nilai <70.

Ketidak tuntasan pada kondisi awal sebanyak 25 siswa belum tuntas hal ini disebabkan karena pada waktu ulangan kurang belajar sehingga banyak yang tidak bisa mengerjakan, sedangkan pada siklus I ada 12 siswa yang belum tuntas juga, hal ini disebabkan karena dalam mengejakan kurang teliti, dan pada siklus II ada 4 siswa yang belum tuntas hal ini disebabkan karena pada waktu guru

(36)

menerangkan siswa main sendiri sehingga ketika diberi soal tidak bisa mengerjakan.

4.4.3.3 Refleksi Siklus II

Kegiatan refleksi dilaksanakan setelah dilaksanakannya tindakan terkait dengan penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD. Refleksi dilakukan berdasarkan pengalaman atau temuan obsever pada siklus II yakni diantaranya: (1) Kegiatan pembelajaran siklus II berlangsung sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Antusiasme siswa yang besar muali terlihat saat guru membagi siswa dalam kelompok yang berbeda gender dan, (3) Kegiatan pembelajaran tampak terlihat menarik, menyenagkan dan antusias siswa lebih meningkat karena mereka belajar dalam kelompok dengan diterapkan model pembelajaraan kooperatif tipe STAD, (4) Seluruh siswa terlihat sangat aktif didalam proses pembelajaran, (5) Keberanian siswa sudah tumbuh dalam mempresentasikan hasil diskusinya di dpdn kelas, (6) Siswa aktif menjawab pertanyaan ketika diberikan pertanyaan, (7) Siswa sudah berani menaggapi hasil presentasi yang dibacakan oleh temannya, (8) Siswa sudah kompak dengan anggota kelompoknya, (9) Penjelasan guru sudah runtun sesuai dengan indikator pembelajaran, (10) Guru memberikan simpulan hasil pembelajaran dengan melibatkan siswa.

Dari hasil evaluasi pada siklus II didapatkan bahwa hasil belajar dan keaktifan siswa meningkat, terbukti dari perolehan nilai siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan peneliti 85% sesuai indikator kinerja.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi, yang dilakukan sebelum tindakan (kondisi awal) diperoleh keaktifan dan hasil belajar IPA siswa rendah. Hal ini disebabkan karena pembelajaran hanya memanfaatkan buku sebagai sumber belajar dan metode yang digunakan hanya ceramah bervariasi, sehingga siswa merasa bosan

(37)

dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang ada belum dimanfaatkan secara optimal.

Berdasarkan perolehan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Tegalrejo 04 masih ada siswa yang keaktifan dan hasil belajar rendah. Keaktifan yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu siswa mempunyai keaktifan dan semangat dalam belajar yang tinggi. Sedangkan untuk hasil belajar siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) hanya 6 siswa atau 19,4%, sedangkan belaum mencapai (KKM) 25 siswa 80,6%. Nilai rata-rata kelasnya 56,8. Nilai tertinggi yang dicapai sebesar 85 dan nilai yang terendah yaitu 40. Bedasarkan data tentang ketuntasan dan rata-rata hasil belajar IPA kondisi awal maka perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA.

Oleh karena itu diperlukan tindakan yang sesuai bagaimana meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik. Sehingga siswa akan lebih tertarik mengikuti pembelajaran apa bila siswa dapat melihat sesuatu yang nyata dan dapat terlihat dalam pembelajaran dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga siswa tidak merasa bosan dan kesulitan dalam mengikuti pembelajaran IPA, karena pembelajaran IPA mengajarkan tentang lingkungan dan peristiwa-peristiwa alam dan mempelajari dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru mengaitkan pembelajaran sekarang dengan pembelajaran sebelumnya. Siswa mulai terlihat aktif dalam menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Dalam kegiatan pembelajaran guru membetuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen. Berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilakukan terlihat adanya peningkatan kektifan dan hasil belajar IPA. Keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat dengan adanya proses belajar yang bermakna serta melibatkan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

Pada siklus I guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD keaktifan siswa meningkat yang awalnya siswa-siswa pada waktu pembelajaran masih pasif tapi ketika menggunakan model kooperatif tipe STAD

(38)

ada peningkatan 35,4% dengan siswa berjumlah 11. Sedangkan hasil belajar siswa yang mencapai KKM (70) sebanyak 19 siswa dengan prosentase 61,3% dan yang belum mencapai KKM 12 siswa dengan prosentase 38,7%. Serta indikator kinerja yang ditetapkan 85%yang tercapai hanya 61,3%. Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan pada siklus II.

Pada siklus II guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD keaktifan siswa meningkat yang awalnya 35,4% dengan jumlah siswa 11 meningkat menjadi 67,73% dengan jumlah siswa 21. Sedangkan hasil belajar siswa lebih meningkat sudah mencapai indikator kinerja yaitu 85%, semua siswa yang hasil belajarnya mencapai KKM (70) ada 27 dengan prosentase 87,1%. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model yang tepat digunakan karena dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah terlihat sangat baik, langkah-langkah pembelajaran terlaksana dengan baik. Menurut Jarolimek dan Parker (1993) keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijelaskan sebagai berikut:

(a) saling ketergantungan yang positif

(b) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu (c) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas (d) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan

(e) terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan

(f) memiliki banyak kesempatan untuk menge-eksperesikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Berdasarkan hasil penelitain diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang tepat digunakan oleh guru untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD, juga dapat diterapkan pada mata pelajaran lain, tentu dengan harapan yang sama yaitu dapat meningkatkan hasil belajar yang diajarkan.

Gambar

Diagram 4.3  Keaktifan Siklus 1
Diagram 4.9  Keaktifan Siklus II
Tabel ketuntasan belajar yang diperoleh siswa pada siklus II menunjukkan  peningkatan, siswa yang mendapat nilai ≥70 sebanyak 27 siswa sedangkan siswa  yang  belum  tuntas  mendapat  nilai  &gt;70  sebanyak  4  siswa

Referensi

Dokumen terkait

Sudah dua hari ia mencoba menuntaskan bacaannya itu yang tebalnya lebih dari 500 halaman, serta keterbatasan waktu yang menyita hari- harinya, Harum berusaha

Berdasarkan analisis dan diskusi terhadap aktivitas kampanye tersebut dapat diketahui karakteristik pergerakan sosial transnasional yang berupa terjadinya aksi teror

Dalam wawancara dengan Wirosatan seorang desainer grafis album musik yang telah berpengalam lebih dari 10 tahun menyatakan bahwa “Desain maupun bentuk visual (dalam)

Maka rekomendasi mengenai perancangan dari hasil evaluasi / analisis kondisi sistem proteksi petir eksternal dan internal sesuai dengan SNI 03-7015-2004 dan SNI IEC 62305-2009

Keinginan pihak STAIN Pekalongan untuk adanya kelas yang concern mengkaji studi hadis akhirnya tidak bisa terlaksana, karena minimnya peminat pada Prodi Ilmu

Dari hasil preference mapping dapat dilihat bahwa lempuk durian Asli Bengkalis merupakan produk yang lebih disukai dengan karakteristik aroma durian, rasa manis

Nama pengapalan yang sesuai dengan PBB : Tidak diatur Kelas Bahaya Pengangkutan : Tidak diatur Kelompok Pengemasan (jika tersedia) : Tidak diatur. Bahaya Lingkungan :

Pada bagian ini akan dilakukan analisis dan perbandingan rancangan dari penggunaan lori dan conveyor dari aspek teknis, beban kerja, pengukuran risiko, serta