0
KEBIJAKAN PERCEPATAN
PELAKSANAAN BERUSAHA
1
Avg: 32%
Target: 39%
Realisasi Rasio Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) Indonesia masih rendah
rata-rata target PMDN dan realisasi PMDN Indonesia dari
tahun 2012 s.d sekarang hanya 32%, sedangkan
target di tahun 2019 mencapai 39% dari total
investasi.
MASIH KECILNYA PEMANFAATAN INDONESIA
TERHADAP INVESTASI DUNIA
total investasi
masuk dunia di tahun 2012 s.d 2016 mencapai
1.576,02 M dan yang masuk ke Indonesia hanya
sebesar 1.05%.
FAKTA DAN FENOMENA INVESTASI INDONESIA
Sumber: BKPM
2
FAKTA DAN FENOMENA INVESTASI INDONESIA
Tidak seimbangnya wilayah investasi antara
Jawa (Diatas 50%) dan Luar Jawa
Realisasi
Investasi
Relatif
Rendah
Dibandingkan dengan Pengajuan Investasi:
perbandingan
rata-rata
realisasi
dan
pengajuan investasi pada 2012 s.d. 2016,
untuk PMA sebesar 25.5% dan PMDN sebesar
30.1%
3
KONDISI PERIZINAN USAHA SAAT INI
.d
Belum seluruhnya dilayani
di PTSP
Parsial dan tidak terintegrasi
Sekuensial (berurutan)
Sebagian besar belum
online
Biaya dan waktu perizinan
tidak jelas
Belum ada mekanisme
debottlenecking
Waktu penyelesaian tidak
terukur (kurang dari 1 tahun,
lebih dari 2 tahun, dsb)
4
KONSEPSI PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA
Perubahan
Paradigma
Birokrasi
Dari memberi izin menjadi
melayani (civil servant)
Pengawalan
Penyelesaian
Perzinan
(end to end)
Dilakukan di semua level pemerintahan
(pusat, provinsi, dan daerah)
Reformasi
Perizinan
Peraturan
Berusaha
Lebih sederhana, cepat,
murah, dan pasti
Menerapkan
Sistem
Checklist
Kegiatan berusaha di KEK, FTZ,
KI, KSPN tanpa menunggu
kelengkapan perizinan
Data Sharing
(Debirokratisasi)
Menghilangkan pengulangan
rekomendasi/perizinan
Termasuk
untuk UKM
Menerapkan
Sistem
Terintegrasi
sistem perizinan berusaha
terintegrasi secara elektronik
(online single submission)
1.
2.
3.
4.
5.
5
TAHAPAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA
Kebijakan
Reformasi Regulasi (termasuk Koperasi &
UKM) di K/L dan Pemda
Single Submission
TAHAP I
PREPARASI
TAHAP II
IMPLEMENTASI TAHAP II
Pembangunan & Pengelolaan Sistem
Penyusunan Blueprint dan Roadmap Single Submission
Uji coba
Assesment Peningkatan Infrastruktur IT
Penyediaan gedung tersendiri
SEPT’17
OKT’17
NOV’17
DES’17
FEB’18
Pengawalan Penyelesaian Perizinan (end to end oleh SATGAS Leading Sector)
Data Sharing (diluar kawasan yang telah beroperasi)
JAN’18
MAR’18 dst
6
7
STRUKTUR SATGAS NASIONAL
8
SATGAS MENGAWAL PENERBITAN
PERIZINAN, DATA SHARING
PERIZINAN, DAN PROSES TIDAK
BERULANG
SIMULASI KEBIJAKAN PERCEPATAN PERIZINAN BERUSAHA
Cheklist PTSP KEK/FTZ Pelaku Usaha
PERSIAPAN
KONSTRUKSI
KOMERSIAL
PPM
sebagai IIC di PTSP KEK (auto register)
PRA-
KONSTRUKSI
Pelaku Usaha
Pelaku Usaha
Persyaratan teknis lainnya (bila masih diperlukan)
PPM
sebagai IIC di PTSP
(auto register) Checklist PTSP
Daerah PTSP Pusat/Daerah Pelaku Usaha PPM sebagai IIC di PTSP (auto register) PTSP Pusat/Daerah PPM sebagai IIC di PTSP (auto register)
KEK/FTZ
KA
W
ASAN
INDUSTRI/
P
ARIWISA
T
A
DILUAR:
PROUD
KSI
BARANG
DILUAR:
PRODU
KSI
JASA
Persyaratan teknis lainnya (bila masih diperlukan)
Persyaratan teknis lainnya (bila masih diperlukan)
Persyaratan teknis lainnya (bila masih diperlukan)
Penyelesaian Checklist
8
Penyelesaian Checklist
9
10
Keterangan: : sudah integrasi : proses teknis : koordinasi : belum integrasi INA-TRADE IMB Izin Kehutanan IUJK Izin PenambanganIzin Usaha Penambangan
E-licensing PPI
NPWP & KSWP
Akta, Direksi
& Saham SK Pengesahan
ESDM PUPERA LHK AGRARIA KEMENAKER KEUANGAN PAJAK PERDAGANGAN KEUANGAN BEA CUKAI PERHUBUNGAN
LEMSANEG Digital Signature
Izin Perhubungan INSW NIK Masterlist KEMKUM HAM - AHU TKA KOMINFO PTSP Pusat PTSP Daerah KEMENDAGRI BPJS BIG
SISTEM PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK
(ONLINE SINGLE SUBMISSION )
SISTEM PERIZINAN BERUSAHA
TERINTEGRASI SECARA
ELEKTRONIK
(ONLINE SINGLE SUBMISSION
)
TDP
PERINDUSTRIAN
Seluruh data perizinan dan
pemenuhan persyaratan
berusaha di K/L dan Pemda
berada dalam 1 (satu) sistem
perizinan berusaha
terintegrasi.
Penyampaian data dan
informasi secara tunggal
(single submission of data
and information)
Pemrosesan data dan
informasi secara tunggal
dan sinkron (single and
synchronous processing of
data and information)
Pembuatan keputusan secara
tunggal untuk pemberian
Perizinan Berusaha
11
“
TERIMA KASIH
”
INDONESIA...for better Indonesia
SISTEM PERIZINAN TERINTEGRASI
mudah,
pasti,
dan
murah
13
INSENTIF DAN KEMUDAHAN DI KAWASAN EKONOMI KHUSUS (1/3)
INSENTIF KEMUDAHAN DASAR HUKUM
1.Pengurangan PPh
a.Tax Holiday (Untuk Kegiatan Utama)
• Investasi > Rp 1 T : Pengurangan PPh 20-100% selama 10-25 tahun
• Investasi Rp 500 M – Rp 1 T : Pengurangan PPh 20-100% selama 5-15 tahun
• Investasi < Rp 500 M: Pengurangan PPh 20-100% selama 5-15 tahun (untuk KEK tertentu yang ditetapkan oleh Dewan Nasional)
b.Tax Allowance (Untuk diluar Kegiatan Utama)
• Pengurangan penghasilan netto 30% dibebankan selama 6 tahun; • Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
• Pengenaan PPh atas deviden kepada WP luar negeri sebesar 10%; dan
• Kompensasi kerugian selama dari 5 tahun sampai 10 tahun. c.PPh Pasal 22 Impor tidak dipungut
• Badan Usaha: PPh 22 impor tidak dipungut atas impor barang modal paling lama 3 tahun
• Pelaku Usaha: PPh 22 impor tidak dipungut atas impor barang modal paling lama 2 tahun
2.PPN atau PPnBM
a.PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut
• Impor barang dari Luar daerah pabean ke KEK
• pemasukan barang dari luar daerah KEK (dalam negeri) ke KEK
1.Pemberlakuan DNI: Pada KEK belum
diberlakukan DNI kecuali untuk persyaratan yang dicadangkan untuk UMKM dan Koperasi
2.Lalu Lintas Barang:
a.Pemasukan ke KEK belum diberlakukan ketentuan pembatasan di bidang impor b.Pengeluaran dari KEK ke TLDDP berlaku
ketentuan pembatasan impor 3.Ketenagakerjaan:
a.Di KEK dibentuk Dewan Pengupahan dan LKS Tripartit Khusus
b.Hanya 1 Forum SP/SB di setiap perusahaan c.Pengesahan dan perpanjangan RPTKA di KEK d.Perpanjangan IMTA di KEK
4.Keimigrasian
a.Visa Kunjungan Saat Kedatangan selama 30 hari dan dapat diperpanjang 5 (lima) kali
masing-masing 30 hari
b.Visa Kunjungan Beberapa Kali (multiple entry) bagi WNA dan keluarganya;
c.Visa khusus atau izin tinggal bagi WNA yang memiliki properti di KEK Pariwisata;
d.Visa khusus atau izin tinggal bagi WNA lanjut usia yang tinggal di KEK Pariwisata
• UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
• PP No. 96 Tahun 2015 Tentang Fasilitas dan Kemudahan di
KEK
• Inpres No. 13 Tahun 2015 tentang Kebijakan Fasilitas
Perdagangan Bebas Di Dalam Negeri (Inland Free Trade
Arrangement)
• PMK No. 104/PMK.010/2016 tentang Perlakuan Perpajakan, Kepabeanan, Dan Cukai Pada Kawasan Ekonomi Khusus
• Perka BKPM No. 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Perka BKPM No. 14 Tahun 2015
tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal • Perka BKPM No. 16 Tahun 2015
tentang Pedoman dan Tata Cara Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal
14
INSENTIF DAN KEMUDAHAN DI KAWASAN EKONOMI KHUSUS (2/3)
INSENTIF KEMUDAHAN DASAR HUKUM
b.Pengembalian PPN
• OP Pemegang paspor luar negeri atas barang yang dibeli dari toko retail di KEK pariwisata
c.Pembebasan PPnBM
• Penyerahan properti/hunian di KEK pariwisata 3.Kepabeanan
a.Pembebasan BM dalam rangka pembangunan/ pengembangan
• Badan Usaha diberikan pembebasan BM untuk impor Barang Modal selama 3 tahun
• Pelaku Usaha diberikan pembebasan BM untuk impor Barang Modal dan bahan baku produksi selama 2 tahun • Jenis dan jumlah barang ditetapkan oleh administrator b.Penangguhan BM untuk Pelaku Usaha
• Ditangguhkan BM atas impor bahan baku produksi, barang modal, pengemas
• Diberlakukan tarif BM 0% atas hasil produksi yang menggunakan TKDN 40%
4.Cukai: Dibebaskan cukai untuk bahan baku atau bahan
penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan barang kena cukai
5.Inland FTA: Pengeluaran barang ke TLDDP dikenai tarif bea masuk sebesar 0% apabila memiliki TKDN minimal 40%.
5. Pertanahan
a.Pengadaan tanah dapat menggunakan skema pengadaan tanah bagi kepentingan umum
dengan menggunakan APBN atau APBD
b.Diberikan HPL kepada KEK yang diusulkan oleh K/L, Pemprov, kabupaten/kota, BUMN/D
c. Pada Badan Usaha/Pelaku Usaha yang memperoleh HGB atau Hak Pakai dapat
diperpanjang selama 80 tahun setelah dinyatakan berproduksi/beroperasisecara komersial.
d.Dalam hal kepemilikan hunian/properti,
perpanjangan dan pembaharuan Hak Pakai dapat diberikan selama 80 tahun pada setelah
hunian/properti telah dimiliki secara sah. 6. Pemilikan Properti bagi Orang Asing di KEK
Pariwisata
a.WNA/badan usaha asing dapat memiliki
hunian/properti di KEK (Rumah Tunggal atau Satuan Rumah Susun) dengan Hak Pakai atau Hak Milik atas Satuan Rumah Susun.
b.Pemilik hunian/properti di KEK dapat diberikan
Izin Tinggal dengan Badan Usaha Pengelola KEK sebagai penjamin.
c. Dapat diberikan pembebasan PPnBM dan PPn atas barang sangat mewah (luxury);
• PMK No. 176/PMK.011/2009 jo. PMK No. 76/PMK.011/2012 tentang
Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Mesin Serta Barang Dan Bahan Untuk Pembangunan Atau Pengembangan Industri Dalam Rangka Penanaman Modal
15
INSENTIF DAN KEMUDAHAN DI KAWASAN EKONOMI KHUSUS (3/3)
INSENTIF KEMUDAHAN DASAR HUKUM
6. Kegiatan Utama Pariwisata a.Pembebasan Bea Masuk
b.PDRI tidak dipungut atas Pemasukan Barang Modal dari luar daerah pabean
c. Pembebasan cukai sepanjang barang tersebut bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan barang cukai
d.Toko di KEK Pariwisata dapat berpartisipasi dalam
skema pengembalian PPN bagi pemegang paspor luar negeri (duty free shop)
7. Perizinan
a.Administrator berwenang menerbitkan izin prinsip dan izin usaha melalui pelayanan terpadu satu pintu di KEK
b.Percepatan penerbitan izin selambat-lambatnya 3 jam (dalam hal persyaratan terpenuhi)
c. Penerapan perizinan dan nonperizinan daftar pemenuhan persyaratan (check list)
16
INSENTIF DAN KEMUDAHAN DI KAWASAN INDUSTRI (1/2)
INSENTIF KEMUDAHAN DASAR HUKUM
1. Pengurangan PPh
a.WPI maju: Sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dan kepabeanan b.Tax Allowance untuk WPI Berkembang:
• Pengurahan penghasilan netto 30% selama 6 th (5% per th).
• Penyusutan yang dipercepat dan amortisasi yang dipercepat.
• PPh atas deviden sebesar 10%. • Kompensasi kerugian selama 8 th. c. Tax Allowance untuk WPI Potensial I:
• Pengurahan penghasilan netto 30% (5% per th selama 6 th)
• Penyusutan yang dipercepat atas aktiva berwujud dan amortisasi yang dipercepat • PPh atas deviden sebesar 10%
• Kompensasi kerugian selama 10 th. d.Tax Holiday untuk WPI Potensial II:
• Pengurangan PPh 10% - 100%, Jangka waktu 5-15 th (Persyaratan perusahaan yang
menanamkan modal baru yang pengesahan badan hukumnya disahkan setelah 15 Agustus 2015)
1. Perizinan
a.Perusahaan Kawasan Industri
• Pengecualian perizinan yang menyangkut gangguan (HO) b.Tenant, dikecualikan dari perizinan yang menyangkut:
• Gangguan • lingkungan • Lokasi
• tempat usaha
• peruntukan penggunaan tanah
• pengesahan rencana tapak tanah dan
• Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN)
c. Percepatan penerbitan izin selambat-lambatnya 3 jam (dalam hal persyaratan terpenuhi)
d.Kemudahan Layanan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK) e.Pengelola Kawasan Industri wajib memfasilitasi pelayanan
perizinan satu pintu untuk memenuhi layanan cepat sesuai dengan Peraturan BKPM.
2.Kemudahan pembangunan dan pengelolaan tenaga listrik untuk kebutuhan sendiri dan industri di dalam Kawasan Industri (Permen ESDM No. 35 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perizinan Usaha
Ketenagalistrikan).
3.Penyediaan infrastruktur oleh Pemerintah dan/atau Pemda, seperti jaringan energi dan kelistrikan, jaringan telekomunikasi, jaringan sumber daya air dan jaminan pasokan air baku, sanitasi, jaringan transportasi, perumahan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, kesehatan, pemadam kebakaran, dan tempat
pembuangan sampah.
• UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
• PP No. 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri • Permenperin
No.39/M-IND/PER/6/2016 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Kawasan Industri dan Izin Perluasan Kawasan Industri • Permenperin
No.40/M-IND/PER/6/2016 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri
• PMK No.105/PMK-10/2016 tentang Pemberian Fasilitas Perpajakan dan Kepabeanan Bagi Perusahaan Industri di Kawasan Industri dan
17
INSENTIF DAN KEMUDAHAN DI KAWASAN INDUSTRI (2/2)
INSENTIF KEMUDAHAN DASAR HUKUM
2. Pembebasan PPN untuk WPI Berkembang, Potensial I, dan Potensial II atas impor dan/atau penyerahan mesin dan
peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam
keadaan terpasang maupun terlepas, yang digunakan langsung dalam proses menghasilkan barang, tidak termasuk suku
cadang.
3. Pajak Daerah
Pengaturan insentif daerah sebagaimana ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Contoh:
Pengurangan, keringanan, atau pembebasan Pajak dan Retribusi berupa:
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB); Pajak Penerangan Jalan (PPJ) untuk jalan lingkungan di dalam Kawasan Industri; dan lain lain
4. Kepabeanan (WPI Berkembang, Potensial I, dan Potensial II) Pembebasan Bea Masuk tahap pembangunan/pengembangan (kapasitas meningkat 30%):
a.Impor mesin selama 2 th, dapat diperpanjang sesuai jangka waktu pembangunan/pengembangan.
b.Impor barang dan bahan paling lama 3 th dapat diperpanjang selama 1 th.
c.Impor mesin yang dibeli di dalam negeri selama 3 th dapat diperpanjang selama 1 th.
d.Impor barang dan bahan bahan selama 4 th apabila
menggunakan mesin produksi buatan dalam negeri paling sedikit 30%.
4. Pertanahan
a.diberikan Hak Penggunaan Atas Tanah berupa HGB b.diberikan Hak Pengelolaan berupa HGB untuk
Perusahaan Industri yang dikelolah oleh BUMN/D c.dapat diperpanjang sampai 80 tahun.
• Perka BKPM No. 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Perka BKPM No. 14 Tahun 2015 tentang
Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal • Perka BKPM No. 16 Tahun
2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelayanan
Fasilitas Penanaman Modal • PMK No. 176/PMK.011/2009
jo. PMK No.
76/PMK.011/2012 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Mesin Serta Barang Dan Bahan Untuk Pembangunan Atau
Pengembangan Industri
Dalam Rangka Penanaman Modal
18
INSENTIF DAN KEMUDAHAN DI FREE TRADE ZONE (1/3)
INSENTIF KEMUDAHAN DASAR HUKUM
1. Pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari luar Daerah Pabean:
a.tidak dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22 b.pembebasan PPN
c. pembebasan bea masuk d.pembebasan cukai
2. Pemasukan Barang ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam Daerah Pabean melalui pelabuhan atau bandar udara tidak dipungut PPN.
3. Pemasukan dan pengeluaran barang ke Kawasan Bebas dari Kawasan Bebas lainnya:
a.tidak dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22 b.pembebasan PPN
c. pembebasan bea masuk d.pembebasan cukai
4. Pemasukan Barang ke Kawasan Bebas dari Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan Ekonomi Khusus: a.tidak dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22
b.tidak dipungut PPN
c. pembebasan bea masuk d.pembebasan cukai
1. Ketentuan pembatasan (lartas) hanya dapat diberlakukan atas:
a.pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari luar Daerah Pabean untuk kepentingan perlindungan konsumen atas barang yang diedarkan di Kawasan Bebas, kesehatan, keamanan, dan lingkungan hidup; dan
b.pengeluaran barang asal tempat lain dalam Daerah
Pabean atau asal Kawasan Bebas, dari Kawasan Bebas ke luar Daerah Pabean.
PP No. 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan Kepabeanan,
Perpajakan, dan Cukai Serta Tata Laksana Pemasukan Dan
Pengeluaran Barang Ke dan Dari Serta Berada Di Kawasan Yang
Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
19
INSENTIF DAN KEMUDAHAN DI FREE TRADE ZONE (2/3)
INSENTIF KEMUDAHAN DASAR HUKUM
5. Pengeluaran barang dari Kawasan Bebas ke Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan Ekonomi Khusus:
a.dalam hal barang merupakan barang asal luar Daerah Pabean: • tidak dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22
• tidak dipungut PPN
• penangguhan bea masuk • pembebasan cukai
b.dalam hal barang merupakan barang asal Kawasan Bebas atau barang asal tempat lain dalam Daerah Pabean:
• tidak dipungut PPN • Pembebasan cukai
6. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari pengenaan PPN.
7. Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak di dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari pengenaan PPN. 8. Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena
Pajak dari Kawasan Bebas ke Kawasan Bebas lainnya, dibebaskan dari pengenaan PPN.
9. Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN.
10.Penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN.
11.Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tertentu dari Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan Ekonomi Khusus ke Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN.
20
INSENTIF DAN KEMUDAHAN DI FREE TRADE ZONE (3/3)
INSENTIF KEMUDAHAN DASAR HUKUM
12.Atas penyerahan jasa angkutan udara di dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari pengenaan PPN.
13.Atas penyerahan jasa telekomunikasi di dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari pengenaan PPN.
21
INSENTIF DAN KEMUDAHAN DI KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL
INSENTIF KEMUDAHAN DASAR HUKUM
• KSPN di dalam KEK pemberian insentif mengikuti ketentuan KEK
• KSPN di luar KEK pemberian insentif mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku
• PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun 2010-2025 tidak mengatur secara tegas
• KSPN di dalam KEK pemberian kemudahan mengikuti ketentuan KEK
• KSPN di luar KEK pemberian kemudahan mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku
• PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun 2010-2025 tidak mengatur secara tegas
UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
22
CONTOH KEGIATAN BERUSAHA DALAM PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
NO SUB URUSAN PUSAT PROVINSI KABUPATEN/KOTA
1. Manajemen Pendidikan Pengelolaan Pendidikan Tinggi 1.Pengelolaan Pendidikan menengah
2.Pengelolaan pendidikan khusus
1.Pengelolaan pendidikan dasar 2.Pengelolaan pendidikan anak
usia dini dan non formal
2. Perizinan Pendidikan 1.Penerbitan izin perguruan tinggi swasta yang diselenggarakan oleh masyarakat. 2.Penerbitan izin penyelenggaraan satuan
pendidikan asing.
1.Penerbitan izin pendidikan
menengah yang diselenggarakan oleh masyarakat.
2.Penerbitan izin pendidikan khusus yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
1.Penerbitan izin pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
2.Penerbitan izin pendidikan anak usia dini dan pendidikan
nonformal yang diselenggarakan oleh masyarakat.
3. Upaya Kesehatan 1.Penyelenggaraan registrasi, akreditasi, dan standardisasi fasilitas pelayanan kesehatan publik dan swasta.
2.Penerbitan izin rumah sakit kelas A dan fasilitas pelayanan kesehatan penanaman modal asing (PMA) serta fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat nasional.
1.Penerbitan izin rumah sakit kelas B dan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat Daerah provinsi.
1. Penerbitan izin rumah sakit kelas C dan D dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat Daerah kabupaten/kota.
4. Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan
1.Penetapan standardisasi dan registrasi tenaga kesehatan Indonesia, tenaga
kesehatan warga negara asing (TK-WNA), serta penerbitan rekomendasi
pengesahan rencana penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA) dan izin
mempekerjakan tenaga asing (IMTA).
- 1.Penerbitan izin praktik dan izin kerja tenaga kesehatan.
23
CONTOH KEGIATAN BERUSAHA DALAM PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
NO SUB URUSAN PUSAT PROVINSI KABUPATEN/KOTA
5. Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Makanan Minuman .
1.Pembinaan dan pengawasan industri, sarana produksi dan sarana distribusi sediaan farmasi, obat tradisional, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga (PKRT), bahan obat, bahan baku alam yang terkait dengan kesehatan.
1.Penerbitan pengakuan pedagang besar farmasi (PBF) cabang dan cabang penyalur alat kesehatan (PAK) .
2.Penerbitan izin usaha kecil obat tradisional (UKOT)
1.Penerbitan apotek, toko obat, toko alat kesehatan dan optikal.
2.Penerbitan izin usaha mikro obat tradisional (UMOT).
3.Penerbitan sertifikat produksi alat
kesehatan kelas 1 (satu) tertentu dan PKRT kelas 1 (satu) tertentu
perusahaan rumah tangga.
4.Penerbitan izin produksi makanan dan minuman pada industri rumah tangga.
6. Pengembangan Iklim
Penanaman Modal
1.Penetapan bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan.
2.Penetapan pemberian fasilitas/insentif di bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
3.Pembuatan peta potensi investasi nasional. 4.Pengembangan kemitraan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) bekerja sama dengan investor asing.
1.Penetapan pemberian fasilitas/insentif di bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.
2.Pembuatan peta potensi investasi provinsi.
1.Penetapan pemberian fasilitas/insentif di bidang penanaman modal yang
menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota.
2.Pembuatan peta potensi investasi kabupaten/kota.
7. Kerja Sama Penanaman
Modal
1.Penyelenggaraan kerja sama internasional dengan negara lain dalam rangka kerja sama bilateral,
regional dan multilateral di bidang penanaman modal. 2.Penyelenggaraan kerja sama antara Pemerintah
Pusat dengan lembaga perbankan
nasional/internasional dan dunia usaha nasional/internasional.
3.Pengkoordinasian penanaman modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar wilayah Indonesia.
24
CONTOH KEGIATAN BERUSAHA DALAM PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
NO SUB URUSAN PUSAT PROVINSI KABUPATEN/KOTA
8. Promosi Penanaman Modal
1.Penyelenggaraan promosi penanaman modal yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat.
1.Penyelenggaraan promosi penanaman modal yang
menjadi kewenangan Daerah provinsi.
1.Penyelenggaraan promosi
penanaman modal yang menjadi kewenangan Daerah
kabupaten/kota 9. Pelayanan Penanaman
Modal
1.Pelayanan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas Daerah provinsi.
2.Pelayanan penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak
terbarukan dengan tingkat risiko kerusakan lingkungan yang tinggi.
3.Pelayanan penanaman modal pada bidang industri yang merupakan prioritas tinggi
pada skala nasional.
4.Pelayanan penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan dan keamanan nasional.
5.Pelayanan penanaman modal asing.
Pelayanan perizinan dan
nonperizinan secara terpadu satu pintu:
a.Penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas Daerah
kabupaten/kota;
b.Penanaman Modal yang
menurut ketentuan peraturan perundangundangan menjadi kewenangan Daerah provinsi.
1.Pelayanan perizinan dan
nonperizinan secara terpadu 1 (satu) pintu di bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota.
10, Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal
1.Pengendalian pelaksanaan penanaman modal yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat.
1.Pengendalian pelaksanaan penanaman modal yang menjadi kewenangan DaerahProvinsi.
1.Pengendalian pelaksanaan
penanaman modal yang menjadi kewenangan Daerah
Kabupaten/Kota. 11. Data dan Sistem
Informasi Penanaman Modal
1.Pengelolaan data dan informasi perizinan dan nonperizinan penanaman modal yang terintergrasi secara nasional.
1.Pengelolaan data dan informasi perizinan dan nonperizinan penanaman
modal yang terintergrasi pada tingkat daerah Provinsi.
1.Pengelolaan data dan informasi perizinan dan nonperizinan
penanaman modal yang
terintergrasi pada tingkat daerah Kabupaten/Kota.