• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI 2. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI 2. 1"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

5

2. 1 Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and

Learning)

CTL merupakan suatu konsep belajar yang menuntut guru menghadirkan suatu dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2004: 4). Muslich (2007: 41) menyatakan bahwa pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuaan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit dan proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupanya. Sejalan dengan itu Elaine (2006: 216) mengemukakan bahwa CTL melatih anak berfikir kreatif menghubungkan sesuatu yang tampak tidak berhubungan sehingga menemukan pola baru dalam berfikir. Berdasarkan penjelasan di atas tampak bahwa pembelajaran CTL memungkinkan siswa menghubungkan antara hal-hal yang telah dipahaminya dengan fenomena-fenomena yang ada di lingkunganya sehingga menguatkan pemahamannya terhadap suatu permasalahan atau dapat memperoleh pemahaman yang baru dalam suatu permasalahan. Dalam hal ini dapat meningkatkan hasil belajar.

2.1.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)

Sebelum melaksanakan pembelajaran CTL tentu saja terlebih dahulu harus membuat desain/skenario pembelajaran sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat control dalam pelaksaan. Pengembangan setiap komponen CTL

(2)

dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langka berikut (Daryanto 2010:156)

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

4. Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-kelompok) 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)

Menurut Elaine B. Johnson (2007: 67) dalam bukunya ”

Contextual Teaching and Learning “ kelebihan dan kekurangan model

pembelajaran CTL, yaitu: a. Kelebihan

Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, karena materi yang dipelajari dikaitkan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, konstruktivisme yang dimaksudkan agar seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui

(3)

landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

b. Kelemahan

Guru lebih intensif membimibing, karena model pembelajaran CTL merupakan model pembelajaran yang membuat guru tidak sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelolah kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seorang siswa akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Peran guru bukanlah sebagai instruktur atau “penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Guru memberikan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

2.2 Metode Ceramah

2.2.1 Pengertian Metode Ceramah

Menurut Roestiyah (1989: 137) Metode ceramah merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.

Menurut Surahmad dalam Heru Setyawan (zonainfosemua.blogspot.com) ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru.

Menurut Suryono dalam Masbied.com metode ceramah adalah penuturan atau penjelasan guru secara lisan, di mana dalam pelaksanaanya guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-muridnya.

(4)

Menurut Gilstrap dan Martin dalam Heru Setyawan (zonainfosemua.blogspot.com) manyatakan ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu ( Legree, lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah metode yang berpusat pada guru. Guru berperan menjelaskan dan memberikan penuturan sedangkan siswa sebagai pendengarnya.

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah

Menurut Hamdan 2012 dalam (iniwebhamdan.wordpress.com) metode ceramah memiliki beberapa keunggulan diantaranya:

a. Guru akan lebih mudah mengawasi ketertiban siswa dalam mendengarkan pelajaran.

b. Bila ada murid tidak mendengarkan atau mempunyai kesibukan segera akan diketahui.

c. Bagi guru juga ringan, karena perhatiannya tidak terbagi-bagi, atau terpecah-pecah, kegiatan siswa yang sejenis itu tidak perlu guru membagi-bagi perhatian.

d. Anak-anak serempak mendengarkan guru dan guru sepenuh perhatian dapat memusatkan pada kelas.

e. Mudah dilaksanakan dan memerlukan biaya yang relatif murah. b). Dapat menjangkau materi yang relatife luas.

f. Melatih siswa menguasai keterampilan menyimak agar materi dapat diterima dengan baik.

g. Dapat dilakukan dalam jumlah kelas yang besar.

Menurut Hamdan 2012 dalam (iniwebhamdan.wordpress.com) metode

ceramah memiliki beberapa kelemahan diantaranya:

a) Guru tidak mampu untuk mengontrol sejauh mana siswa telah memahami uraiannya.

(5)

b) Sulit mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi saat dijelaskan.

c) Terdapat kemungkinan siswa salah mengartikan baik kata-kata maupun istilah yang dijelaskan guru.

d) Bila terlalu lama anak akan mudah bosan. e) Siswa akan pasif.

f) Materi yang dikuasai siswa hanya apa yang dijelaskan guru saja. g) Sukar melihat sejauh mana penguasaan materi yang sudah dikuasai

siswa.

h) Dapat terjadi salah persepsi apa bila siswa salah mengartikan apa yang disampaikan guru.

2.3 Hakekat Matematika

Menurut Erman Suherman (2004: 12) Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif. Kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah–kaidah tertentu melalui deduksi.

Heruman (2008) menyatakan dalam pembelajaran matematika SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Selanjutnya Heruman menambahkan bahwa dalam pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan.

Siswa sekolah dasar (SD) berusia antara usia 6 hingga 12 tahun, pada tahap ini siswa masih berpikir pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak dalam fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret (Heruman, 2008).

Pembelajaran matematika di SD membutuhkan guru yang kreatif. karena untuk menghubungkan antara materi dan kehidupan sehari-hari tidaklah mudah. Hal ini membutuhkan bantuan berupa media. dengan adanya media siswa bisa

(6)

melihat, memperagakan media tersebut. Pengertian matematika secara etimologi, berasal dari bahasa latin manthanein atau mathemata yang berarti "belajar atau hal yang dipelajari" (things that are learned). Matematika merupakan alat untuk memberikan cara berpikir, menyusun pemikiran yang jelas, tepat, dan teliti.

Pengertian Matematika menurut Riedesel: Matematika adalah kumpulan kebenaran dan aturan, matematika bukanlah sekedar berhitung. Matematika merupakan sebuah bahasa, kegiatan pembangkitan masalah dan pemecahan masalah, kegiatan menemukan dan mempelajari pola serta hubungan. Pengertian Matematika menurut Suwarsono: Matematika adalah ilmu yang memiliki sifat khas yaitu; objek bersifat abstrak, menggunakan lambang-lambang yang tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan proses berpikir yang dibatasi oleh aturan-aturan yang ketat. Russefendi (1988 : 23) Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.

Hudojo (2005) menyatakan, matematika sebagai suatu obyek abstrak, tentu saja sangat sulit dapat dicerna anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang mereka oleh Piaget, diklasifikasikan masih dalam tahap operasi konkret. Siswa SD belum mampu untuk berpikir formal maka dalam pembelajaran matematika sangat diharapkan bagi para pendidik mengaitkan proses belajar mengajar di SD dengan benda konkret.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa matematika adalah sebuah bahasa, kegiatan pembangkitan masalah dan pemecahan masalah, kegiatan menemukan dan mempelajari pola serta hubungan sifat khas yaitu; objek bersifat abstrak, menggunakan lambang-lambang yang tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan proses berpikir yang dibatasi oleh aturan-aturan yang ketat.

Matematika di SD hendaknya membuka kesempatan para siswa untuk menemukan masalah. Supaya anak tidak hanya menerima konsep yang telah

(7)

diberikan. Hal ini bisa mengembangkan pola pikir siswa untuk mencari suatu kebenaran secara ilmiah. Pembelajaran matematika di SD diharapkan agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga minat belajar anak meningkat.

Pembelajaran matematika di SD merupakan hubungan antara ilmu dan pemecahan matematika sederhana didalam kehidupan sehari-hari. hal ini menjadikan pembelajaran matematika mengutamakan siswa yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika. Guru berperan sebagai fasilitator yang meluruskan suatu masalah apabila terjadi sebuah pemahaman.

2.4 Hasil Belajar

Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan prestasi dan belajar. Prestasi menurut kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata “prestasi” yang berarti hasil yang telah dicapai dan “belajar” yang berarti penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai (angka) yang diberikan oleh guru. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru (Depdikbud 1997).

Selanjutnya menurut Winkel (1996), belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri; untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat-pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.

Menurut Djamarah (2002), prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok”. Pengertian yang

(8)

dimaksud dengan prestasi belajar adalah suatu bukti atau simbol keberhasilan yang dapat dicapai dalam suatu proses yang berlangsung dalam proses interaksi belajar baik yang diciptakan secara individual maupun dalam kelompok.

Hasil belajar didefinisikan sebagai suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan usaha pikiran. Hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran, apabila hasil belajar yang diperoleh siswa sesuai yang diharapkan maka siswa akan merasakan kepuasan. Menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil belajar adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama. Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka intinya adalah "perubahan". Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.

Perubahan-perubahan tingkah laku yang terjadi dalam hasil belajar memiliki ciri-ciri:

a. Perubahan terjadi secara sadar

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional c. Perubahan bersifat positif dan aktif

d. Perubahan bukan bersifat sementara e. Perubahan bertujuan dan terarah f. Mencakup seluruh aspek tingkah laku.

(9)

Pertama, menurut Slameto (2003), Untuk mencapai hasil belajar yang

diharapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar : 1. Faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang dipunyai masing-masing individu itu sendiri. Yang teremasuk dalam faktor intern contohnya : intelegent,, bakat, dan minat

a. Intelegent / kecerdasan

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapi. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal

selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat

perkembangan sebaya. Setiap individu mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda

b. Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Seorang anak mempunyai bakat yang berbeda-beda karena bakat merupakan pembawaan sejak lahir. Bakat salah satu faktor menunjang tinggi-rendahnya prestasi belajar dalam bidang studi tertentu. Tidak jarang banyak anak-anak yang mepunyai bakat tertentu tetapi orang tua terlalu berobsesi dengan bidang tertentu yang anak ini tidak mempunyai bakat yang bagus sehingga bakat yang dimiliki anak ini dengan berkembang dengan optimal.

c. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. minat sangatlah dibutuhkan dalam setiap orang melakukan aktivitas. Pelajaran sesulit apapun jika tumbuh minat yang cukup besar maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

(10)

2. Faktor ekstern

adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan sekolah, lingkungan sekitar. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu.

a. Faktor keluarga

Faktor keluarga ini mempunyai peranan yang cukup besar. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat dimana seseorang itu lahir dan kemudian tumbuh menjadi manusia dewasa. Seperti dijelaskan oleh Slameto bahwa : “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa negara dan dunia”. Keluarga yang harmonis membuat seseorang merasa nyaman dalam menghadapi segala aktivitas. sehingga siswa akan merasa termotivasi untuk terus belajar.

b. Lingkungan Sekolah

sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhhi hasil-hasil belajarnya.

c. Lingkungan Masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena alam sekitar sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan pribadi anak.

(11)

2.5 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian oleh Hendra (2012) Perbedaan Hasil Belajar Matematika yang diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) pada Materi Kubus dan Balok Kelas IV SD Negeri Sumogawe 01 Kecamatan Getasan.

Berbeda dengan Windi (2012) tentang “Pengaruh Pembelajaran Matematika Berbasis Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa pada Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 02 Salatiga Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

Dini (2008) “Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Modul Berbasis CTL Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII SMP Negeri 1 Bawen Tahun Pelajaran 2011/2012”

2.6 Kerangka Berfikir

Pendidikan merupakan salah satu aspek pokok yang menentukan kualitas suatu bangsa. Pendidikan juga merupakan upaya mempersiapkan kualitas SDM dalam kemajuan bangsa. Berbagai upaya terus dilaksanakan pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan, diantaranya dengan adanya penyesuaian kurikullum dengan perkembangan disetiap wilayah masing-masing. Guru mempunyai peran untuk mendesain suatu model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat di gunakan yaitu pembelajaran CTL (Contextual

Teaching and Learning).

Penggunaan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and

Learning) diharapkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran, reaksi siwa cukup

baik terhadap situasi dan kondisi belajar di dalam kelas. Setelah itu barulah dilakukan uji beda rata-rata untuk melihat apakah ada perbedaan pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap hasil belajar mateamatika pada siswa kelas 4 SD di Gugus Ahmad Yani Kecamatan Argomulyo Kota Saltiga dengan pembelajaran kelas kontrol.

(12)

2.7 Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian yaitu terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Randuacir 01 dan SD Negeri Randuacir 02 Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga antara penggunaan metode pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan metode ceramah.

pretest pretest Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Pembelajaran menggunakan metode ceramah Pretest pretest Hasil pretest tidak boleh ada perbedaan yang

signifikan

Pembelajaran menggunakan Metode pembelajarn Contextual

Teaching and Learning

Postest

pretest

Postest

pretest

Uji beda hasil postest apakah ada pengaruh yang signifikan dengan penggunaan metode pembelajaran Contextual

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti belanja modal pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara ditentukan oleh PAD, DAU dan DAK, yakni terlihat dari koefisien determinasi sebesar

Keuntungan sosial pertanian jagung lebih kecil dari keuntungan privat, menunjukkan bahwa tidak terdapat transfer dari petani jagung kepada masyarakat. Usahatani jagung sudah

Sedangkan Sistem anti lock adalah sistem untuk menghentikan kendaraan dilakukan dengan cara mempertahankan roda tidak lock atau dalam keadaan slip tertentu dimana

Khususnya untuk fotokatalis, oksida logam atau semikonduktor seperti TiO 2 , ZnO, SnO 2 sudah terlebih dulu dikembangkan karena ketersediaan di alam yang cukup besar,

1. Foto toraks normal hanya ditemukan pada 5% penderitan TB paru post primer, sedangkan 95% penderita lainnya menunjukkan kelainan. Apabila tidak terdapat satupun gambaran dari

Dari hasil wawancara para santri putra dan putri pondok pesantren Kyai Gading, diketahui bahwa para santri rata- rata dalam melaksanakan shalat tahajud,

Karya tulis ini aku persembahkan untuk Ayah yang telah mengajarkanku cara berinteraksi dan memafkan orang lain, untuk Ibu yang mengajarkan apa itu arti ketegaran dan

Dari pelaksanaan PKM ini terlihat bahwa ketrampilan membuat aksesories dari mitra sudah sangat baik, namun mitra masih belum terampil dalam membuat desain produk aksesoris