• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Basis Gigi Tiruan 2.1.1. Pengertian

Basis gigi tiruan adalah bagian gigi tiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, terutama pada bagian yang mengalami kehilangan gigi dan bagian dimana gigi tiruan dilekatkan. Basis gigi tiruan berfungsi untuk tempat melekatnya anasir gigi tiruan yang akan mengembalikan fungsi pengunyahan (mastikasi) dan untuk mendapatkan dukungan dari sendi Temporo Mandibula (Kratochvil, 1988).

Berbagai macam bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan seperti kayu, tulang, ivory, keramik, logam, logam aloi dan berbagai polimer telah diaplikasikan untuk basis gigi tiruan. Bahan basis harus bersifat biokompatibel, mudah didapat, relatif murah, sederhana dalam pemanipulasian dengan prosedur teknik yang mudah dikontrol, stabilitas warna yang baik, tingkat porositas yang rendah, mempunyai stabilitas dimensi yang baik, nontoksik, penyerapan air yang rendah, tahan terhadap daya mastikasi. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan bahan basis gigi tiruan yang memiliki fungsi efektif dan estetis yang baik. (Manappalil, 1998).

2.1.2. Bahan Basis Gigi Tiruan

Bahan yang digunakan sebagai basis gigi tiruan dibagi menjadi dua kelompok yaitu logam dan non-logam:

2.1.2.1. Logam

Bahan logam biasanya keras, berkilat, padat penghantar listrik dan panas yang baik (Combe, 1986). Beberapa jenis logam yang dapat digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan, antara lain kobal kromium, aloi emas, aluminium, dan stainless steel (Kratochvil, 1988).

(2)

2.1.2.2. Non-Logam

Berdasarkan sifat termalnya, bahan non-logam dibagi menjadi dua kelompok, yaitu thermohardening dan thermoplastic (Kratochvil 1988).

1. Thermohardening

Bahan thermohardening adalah bahan yang mengalami perubahan kimia selama proses pembuatannya dimana produk yang terbentuk berbeda dari bahan awalnya. Setelah proses pembuatan selesai, bahan thermohardening tidak dapat menjadi lunak oleh pemanasan. Contoh bahan thermohardening adalah vulkanit, fenol-formaldehide, dan resin akrilik.

2. Thermoplastic

Bahan thermoplastic adalah bahan yang tidak mengalami perubahan kimia selama proses pembuatannya dimana produk yang terbentuk sama dengan bahan awalnya, kecuali dalam hal bentuk. Bahan ini dapat dilunakkan dan dibentuk menjadi bentuk yang lain. Contoh bahan thermoplastic yang pernah digunakan sebagai basis gigi tiruan adalah seluloid, nitrat selulosa, resin vinil, nilon, polikarbonat, dan resin akrilik.

2.1.3. Persyaratan Basis Gigi Tiruan

Persyaratan bahan basis gigi tiruan yang ideal untuk pembuatan basis gigi tiruan adalah (Gunadi, dkk 1994):

1. Tidak toksis dan tidak mengiritasi

2. Tidak terpengaruh oleh cairan mulut : tidak larut dan tidak mengabsorbsi 3. Mempunyai sifat-sifat yang memadai, antara lain:

a. Modulus elastisitas tinggi

b. Proportional limit tinggi : tidak mudah mengalami perubahan secara permanen jika menerima tekanan

c. Kekuatan transversal tinggi

d. Kekuatan impak tinggi : basis gigi tiruan tidak mudah pecah apabila terjatuh e. Kekuatan fatique tinggi

(3)

g. Konduktivitas termal yang baik

4. Estetis dan stabilitas warna yang cukup baik

5. Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara lain : a. Radiopak

b. Mudah dimanipulasi dan direparasi c. Tidak mengalami dimensi

d. Mudah dibersihkan

Sampai saat ini belum ada satu pun bahan basis gigi tiruan yang memnuhi semua persyaratan diatas.

2.2. Resin Akrilik 2.2.1. Pengertian

Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Sedikitnya ada 2 kelompok resin akrilik. Satu kelompok adalah turunan asam akrilik, CH2=CHOOH, dan kelompok lain dari asam metakrilik CH2=C(CH3)COOH. Kedua senyawa ini berpolimerisasi tambahan dengan cara yang sama.

Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis gigi tiruan dibuat menggunakan resin poli(metal metakrilat). Resin-resin tersebut merupakan plastik lentur yang dibentuk menggabungkan molekul-molekul metal metakrilat multiple. Poli(metal metakrilat) murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat. Satu keuntungan poli(metal metakrilat) sebagai bahan basis gigi tiruan adalah relatif mudah pengerjaannya. Bahan basis gigitiruan poli(metal metakrilat) biasanya dikemas dalam sistem bubuk-cairan (Anusavice, 2003).

Resin akrilik saat ini masih merupakan pilihan untuk pembuatan basis gigi tiruan lepasan karena harganya relatif murah, mudah direparasi, proses pembuatannya mudah dan menggunakan peralatan sederhana, serta memilki warna stabil dan mudah dipoles. Sebagai bahan basis gigi tiruan, resin akrilik harus mempunyai beberapa sifat, antara lain : tidak beracun, tidak larut dalam cairan mulut, bahan penghantar panas yang rendah, mudah direparasi jika patah.

(4)

2.2.2. Jenis Resin Akrilik

Resin akrilik dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu resin akrilik polimerisasi panas, resin akrilik polimerisasi sinar, dan resin akrilik swapolimerisasi (Kratochvil, 1988).

Produk resin akrilik polimerisasi panas bersifat padat dan memiliki warna yang stabil, poros dan bila digunakan polimer yang tidak berwarna akan terbentuk bahan yang transparan dan bening. Resin akrilik polimerisasi panas digunakan untuk hampir semua basis gigi tiruan. Bahan basis gigi tiruan ini memerlukan energi panas untuk proses polimerisasi, dapat dengan menggunakan waterbath, ataupun microwave oven (Anusavice, 2003).

Resin akrilik polmerisasi sinar adalah resin akrilik dalam bentuk lembaran dan benang serta dibungkus dengan kantung kedap cahaya atau dalam bentuk pasta dan sebagai inisiator polimerisasi ditambah camphhoroqinone. Polimerisasi terjadi di dalam suatu unit kuring khusus yang menggunakan lampu halogen dengan panjang cahaya 400-500 nm selama kira-kira 10 menit (Kratochvil, 1988).

Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang mengalami polimerisasi pada suhu kamar. Kekuatan resin akrlik swapolimerisasi cukup rendah, stabilitas warna yang kurang baik, dan jumlah monomer sisa yang dihasilkan lebih banyak daripada monomer sisa yang dihasilkan oleh resin akrilik polimerisasi panas (Kratochvil, 1988).

2.3. Resin Akrilik Polimerisasi Panas 2.3.1. Komposisi

Komposisi resin akrilik polimerisasi panas dan fungsinya, yaitu (Noort, 2007):

a. Bubuk

1. Polimetil metakrilat : polimer 2. Benzoil peroksida : inisiator 3. Titanium oksida : opacfier 4. Dibutil phthalate : plasticizer 5. Pigmen : pewarna

(5)

b. Cairan

1. Metil metakrilat : monomer

2. Hidroquinone : inhibitor untuk mencegah polimerisasi selama penyimpanan 3. Etilen glikol dimetakrilat : ikatan silang (cross-linked) berfungsi sebagai

jembatan atau ikatan kimia yang menyatukan 2 rantai polimer dan akan memberikan peningkatan ketahanan terhadap deformasi serta mengurangi solubilitas dan penyerapan air.

2.3.2. Sifat

Sifat bahan basis gigi tiruan terbagi atas sifat fisis, sifat biologis, sifat mekanis dan sifat kimia (McCabe, 1985).

2.3.2.1. Sifat Fisis

Sifat yang perlu diperhatikan adalah polimerisasi, keporusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses dan retakan atau goresan (Anusavice, 2003).

1. Pengerutan polimerisasi

Ketika monomer metal metakrilat terpolimerisasi untuk membentuk poli(metal metakrilat), kepadatan massa bahan berubah dari 0,94 menjadi 1,19 g/cm3. Perubahan kepadatan ini mengakibatkan terjadinya penyusutan sebesar 21%.

2. Porositas

Adanya gelembung permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisik, estetika dan kebersihan basis gigi tiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigi tiruan yang lebih tebal. Porositas juga dapat berasal dari pengadukan yang tidak tepat antar komponen bubuk dan cairan. Porositas jenis ketiga dapat disebabkan karena tekanan atau tidak cukupnya bahan dalam rongga kuvet. Jenis porositas terakhir kebanyakan dihubungkan dengan resin cair. Porus tersebut disebabkan oleh masuknya udara selama prosedur pengadukan dan pemanasan. Bila udara ini tidak dikeluarkan, gelembung-gelembung besar dapat terbentuk pada basis gigi tiruan. Gigi tiruan yang tidak bersih akan mengakibatkan

(6)

buruknya kebersihan rongga mulut, penampilan gigi tiruanpun menjadi berkurang (Anusavice, 2003).

3. Penyerapan Air

Penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Difusi merupakan berpindahnya suatu substansi melalui rongga, atau melalui substansi kedua. Poli(metal metakrilat) memiliki nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2. Meskipun jumlah ini mungkin nampak kecil, namun dapat menimbulkan efek nyata pada dimensi basis gigi tiruan yang terpolimerisasi.

4. Kelarutan

Spesifikasi ADA No. 12 merumuskan pengujian untuk kelarutan resin. Menurut Spesifikasi, kehilangan berat harus tidak melebihi 0,04 mg/cm2 dari permukaan lempeng. Kehilangan berat dalam jumlah tersebut dapat diabaikan dari pertimbangan klinis, tetapi reaksi jaringan yang merugikan dapat terjadi.

5. Crazing

Merupakan goresan atau retakan mikro pada suatu gigi tiruan. Secara klinis, crazing terlihat sebagai garis retakan kecil yang nampak timbul pada permukaan gigi tiruan. Crazing pada resin transparan menimbulkan penampilan ‘berkabut’ atau ‘tidak terang’. Pada resin berwarna, crazing menimbulkan gambaran putih. Crazing dapat mengakibatkan gigi tiruan menjadi lebih mudah mengalami fraktur.

2.3.2.2. Sifat Biologis

Resin akrilik yang telah mengalami polimerisasi harus biokompotibel dengan jaringan disekitar rongga mulut. Reaksi alergi terhadap resik akrilik dapat terjadi, akan tetapi dalam jumlah yang kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya monomer sisa, yang berkisar 0,4 % dari gigi tiruan (Kratochvil, 1988).

2.3.2.3. Sifat Mekanis

Bila dibandingkan dengan bahan logam, resin akrilik dapat digolongkan sebagai bahan basis gigi tiruan yang lunak dan lemah. Gigi tiruan sering mengalami fraktur

(7)

apabila menerima tekanan pengunyahan yang besar. Hal ini disebabkan oleh desain gigi tiruan yang tidak baik mengakibatkan gigi tiruan melengkung setiap menerima tekanan pengunyahan (McCabe, 1985).

2.3.2.4. Sifat Kimia

Polimetil metakrilat dapat menyerap air, dengan nilai penyerapan sebesar 0,69 mg/cm2. Penyerapan air dipengaruhi oleh polaritas dari molekul polimetil metakrilat dan mekanisme difusi. Koefesien difusi resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar 0,011 x 10-6 cm2/detik pada suhu 370C. Molekul air berpenetrasi ke dalam resin akrilik dan menempati posisi diantara rantai polimer sehingga memisahkan ikatan rantainya. Hal ini mengakibatkan terjadinya ekspansi dan mengganggu ikatan rantai polimer (Anusavice, 2003).

2.3.3. Keuntungan

Keuntungan bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah (Combe, 1986):

1. Tidak larut dalam cairan rongga mulut

2. Temperatur pelunakan lebih tinggi daripada suhu makanan dan minuman 3. Koefesien termal ekspansi tinggi

4. Ikatan yang baik antara basis dengan anasir gigi tiruan resin akrilik 5. Tidak toksik

6. Tidak mengiritasi 7. Estetis

8. Pembuatan dan pemolesan mudah 9. Mudah direparasi apabila terjadi fraktur 10. Murah

2.3.4. Kerugian

Kerugian bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah (Combe, 1986) :

(8)

3. Konduktivitas termal yang rendah

4. Adanya monomer sisa yang dapat mengakibatkan reaksi alergi 5. Dapat menyerap cairan

6. Dapat terjadi perubahan dimensi 7. Dapat terjadi distorsi

2.4. Densitas

Densitas merupakan kerapatan suatu material atau sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dengan volume (Yosephin, 2012). Resin akrilik memiliki massa jenis yaitu sekitar 0,9975 g/cm3 (ISO 1183). Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti karbon, oksigen dan hidrogen.

Secara matematis, perhitungan densitas dapat dituliskan sebagai berikut :

(2.1)

dengan : = densitas (g/cm3) = massa sampel (g) = volume sampel (cm3)

2.4.1. Pengukuran Densitas

Pengukuran densitas yang dilakukan adalah untuk mendapatkan hasil resin akrilik polimerisasi panas yang memiliki densitas 0,9975 g/cm3 (ISO 1183). Densitas dapat dihitung dengan rumus pada persamaan (2.1).

Cara pengukuran:

1. Disiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.

2. Sampel yang akan diuji, dikeringkan di dalam oven dengan suhu 1000C selama 1 jam

3. Sampel yang telah dikeringkan kemudian ditimbang massanya dengan menggunakan neraca analitik (m).

4. Diisi air sebanyak 15 mL (v) ke dalam gelas ukur 25 mL 5. Dimasukkan sampel ke dalam gelas ukur yang telah diisi air

(9)

6. Ditimbang massa sampel

2.5. Daya Serap Air

Daya serap air merupakan persentase daya serap sampel terhadap zat cair. Poli(metal metakrilat) memiliki nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2. Penyerapan air yang terjadi adalah secara difusi. Difusi merupakan berpindahnya suatu substansi melalui rongga, atau melalui substansi kedua.

Secara matematis, perhitungan densitas dapat dituliskan sebagai berikut :

DSA = x 100% (2.2)

dengan : mb = massa basah sampel (gr) mk = massa kering sampel (gr)

2.5.1. Pengukuran Daya Serap Air (DSA)

Pengujian penyerapan air dilakukan dengan cara membandingkan massa air yang terserap ke dalam sampel setelah direndam dan dibandingkan dengan sampel tanpa perendaman. Pengujian daya serap air mengacu pada ASTM C 373. Daya serap air (DSA) sampel terhadap zat cair dapat dihitung dengan persamaan (2.2).

Cara pengukuran:

1. Disiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.

2. Sampel yang akan diuji, ditimbang massanya sebagai massa kering (mk) dengan menggunakan neraca analitik.

3. Sampel direndam sesuai waktu perendaman masing-masing.

4. Sampel yang telah direndam dalam ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dilap terlebih dahulu.

5. Kemudian timbang massa sampel sebagai massa basah (mb) dengan menggunakan neraca analitik.

(10)

2.6. Kekuatan Impak

Kekuatan impak adalah besar energi yang diserap oleh suatu material ketika material tersebut patah oleh tekanan yang tiba-tiba (Manappallil 1998). Salah satu penyebab mudahnya terjadi fraktur gigi tiruan adalah kekuatan resin akrilik yang rendah (Goguta et al. 2006). Basis gigi tiruan resin akrilik seharusnya memiliki kekuatan impak yang tinggi untuk mencegah terjadinya fraktur apabila terjatuh, seperti saat gigi tiruan dibersihkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh El-Sheikh dan Al-Zahrani (2006), diperoleh data bahwa patahnya gigitiruan akibat kekuatan impak yang rendah merupakan kasus yang paling sering terjadi, yaitu sebesar 80,4%.

Kekuatan impak suatu bahan dapat diukur dengan cara menjepit kedua ujung sampel pada alat penguji kekuatan impak. Pendulum yang ada pada alat dilepaskan hingga membentur sampel sehingga menjadi patah. Energi yang tertera pada alat penguji di catat, lalu dilakukan perhitungan kekuatan impak (Combe,1986).

2.6.1. Pengukuran Kekuatan Impak

Pengukuran kekuatan impak dilakukan dengan metode Charpy menggunakan alat Gotec Impact.

Cara pengukuran (McCabe 1985):

1. Sampel diletakkan pada posisi horizontal dan bertumpu pada kedua ujung alat penguji.

2. Lengan pemukul dikunci.

3. Kunci lengan pemukul dilepaskan sehingga pemukul membentur sampel pada bagian tengahnya hingga terjadi fraktur.

4. Catat nilai yang terlihat pada alat pengukur kekuatan impak. Kekuatan impak dapat dihitung dengan rumus:

Is = (2.3)

dengan : Is : Kekuatan impak E : energi (Joule) b : lebar sampel (mm) d : ketebalan sampel (mm)

(11)

2.7. Kekuatan Transversal

Kekuatan transversal atau fleksural adalah beban yang diberikan pada sebuah benda berbentuk batang yang bertumpu pada kedua ujungnya dan beban tersebut diberikan ditengah-tengahnya, selama batang ditekan maka beban akan meningkat secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah. Dapat diartikan juga bahwa kekuatan transversal merupakan ketahanan suatu batang uji yang ditumpu pada kedua ujungnya dan diberikan beban hingga sampel menjadi patah (Anusavice, 2003).

Kekuatan transversal dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti berat molekul polimer, ukuran partikel polimer, monomer sisa, komposisi plasticizer, jumlah cross-link agent, internal porositas, ketebalan basis gigi tiruan, faktor pasien, dan teknik pemolesan gigi tiruan (Titi, 2006). Ketahanan gigi tiruan terhadap fraktur juga dipengaruhi oleh kekuatan transversal. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh El-Sheikh dan Al-Zahrani (2006), diketahui bahwa sebesar 16,1% kasus fraktur yang terjadi disebabkan oleh tekanan pengunyahan.

Uji kekuatan transversal dapat memberikan gambaran tentang ketahanan benda dalam menerima beban pada waktu pengunyahan. Sifat fisik dan mekanis bahan mempengaruhi kenyamanan pemakai gigi tiruan dan alat piranti ortodonsia pada saat pengunyahan. Uji kekuatan transversal lebih banyak digunakan dari pada uji kekuatan tarik, karena uji kekuatan transversal dapat mewakili tipe – tipe kekuatan yang diterima alat dalam mulut selama pengunyahan (Orsi dan Andrade, 2004).

Pengukuran kekuatan transversal ini merupakan sekumpulan pengukuran tekanan tarik, kompresi dan geseran secara simultan. Bila beban diberikan, bahan akan melengkung. Regangan yang dihasilkan diwakili oleh berkurangnya panjang permukaan atas (regangan kompresi) dari batangan, contoh (penurunan diameter lempeng) dan kenaikan panjang atau diameter permukaan bawah (regangan tarik). Akibatnya tekanan utama permukaan atas adalah kompresi, sedangkan pada permukaan bawah adalah tarikan (Titi, 2006).

(12)

2.7.1. Pengukuran Kekuatan Transversal

Pengukuran kekuatan transversal dilakukan dengan metode uji statik bending 3 (tiga) titik menggunakan Universal Testing Machine Shimadzu Servopulser 100kN, Tokyo-Japan.

Cara pengukuran (Consani et al. 2008) :

1. Sampel diletakkan ditengah - tengah alat dengan crosshead 5mm/menit. 2. Jarak antar kedua batang pendukung 50 mm.

3. Sampel diberi tekanan sampai terjadi fraktur.

4. Catat nilai yang terlihat pada monitor alat pengukur kekuatan transversal. Kekuatan transversal dihitung dengan rumus :

F =

(2.4)

dengan: F : kekuatan transversal (kgf/cm2) W : beban (kgf)

L : jarak antar batang pendukung (mm) b : lebar sampel (nm)

d : ketebalan sampel (nm)

Kekuatan transversal yang diperoleh kemudian dikonversikan ke dalam satuan MPa dengan mengalikan nilai yang diperoleh dalam satuan kgf/cm2 dengan 0,098.

2.8. Pembersihan Gigi Tiruan

Terdapat beberapa metode pembersihan gigi tiruan, yaitu secara mekanis, kemis, dan kombinasi antara keduanya (Zarb et al. 2004).

1. Mekanis

Gigi tiruan dapat dibersihkan dengan penyikatan dengan menggunakan bulu sikat yang lembut dan pasta gigi. Cara ini berguna untuk membersihkan sisa makanan, tetapi tidak dapat membunuh mikroorganisme. Selain itu, dapat juga dengan menggunakan alat ultrasonic cleanser, tetapi alat ini tidak lebih efektif daripada penyikatan dengan menggunakan sikat dan pasta gigi.

(13)

2. Kimia

Pembersihan secara kemis dapat meminimalkan kemungkinan abrasi pada basis dan anasir gigi tiruan, dan mencegah gigi tiruan terjatuh pada saat dibersihkan. Pembersihan secara kemis dapat dengan menggunakan larutan perendam, seperti alkaline peroksida, alkalin hipoklorit, enzim, larutan cuka, dan efferverscent, tetapi larutan perendam seperti ini biasanya mempunyai kekurangan seperti dapat menimbulkan terjadinya perubahan warna dan efek korosi terhadap bahan logam. Selain itu, juga dapat menimbulkan aroma yang tidak sedap sebagai akibat perendaman di dalam larutan cuka.

3. Kombinasi

Pembersihan gigi tiruan secara kombinasi merupakan pembersihan gigi tiruan yang paling efektif. Metode ini menggunakan dua atau lebih cara diatas, misalnya pembersihan dengan penyikatan dikombinasikan dengan perendaman di dalam efferverscent.

2.9.Daun Sirih / Piper betle L. 2.9.1. Klasifikasi Ilmiah

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun sirih adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Division : Magnoliphyta Class : Magnoliopsida Ordo : Piperales Family : Pipeaceae Genus : Piper Spesies : P.Betle 2.9.2. Gambaran Umum

Sirih (Piper betle L.) merupakan tanaman merambat mencapai ketinggian 15 m dan mempunyai batang berwarna cokelat kehijauan yang beruas-ruas sebagai tempat keluarnya akar. Helaian daun berbentuk jantung, tumbuh berselang-seling,

(14)

aroma sedap. Bunga berupa bulir terdapat diujung cabang dan berhadapan dengan daun. Buah ini, berbentuk bulat dan berbulu. Tanaman ini tumbuh pada daerah dengan ketinggian mencapai 300 m dpl., tumbuh subur pada tanah yang kaya zat organik dan cukup air. Terdapat 4 macam sirih di Indonesia, yaitu (Mursito, 2001): a. Daun sirih berwarna hijau tua, rasa pedas (terdapat di Jawa Tengah dan Jawa

Timur)

b. Daun sirih berwarna kuning (terdapat di Sumatera dan Jawa Barat) c. Sirih kaki merpati, daun berwarna kuning dengan tulang daun merah d. Sirih hitam yang ditanam khusus untuk obat

2.9.3. Kandungan Daun Sirih (Piper betle L.)

Daun sirih (Piper betle L.) telah dikenal sebagai obat tradisional karena memiliki kandungan antiplak, antioksidan, antiseptik, antijamur, dan antidiabetes. Penggunaan secara tradisional biasanya dilakukan dengan cara merebus daun sirih kemudian air rebusan digunakan untuk kumur atau membersihkan bagian tubuh lain, atau daun sirih dilumatkan kemudian ditempelkan pada luka (Kristiana, 2007).

Tabel 2.1 Kandungan Kimia pada Daun Sirih

No. Kandungan Kimia Presentase

1 2 Minyak atsiri Hidrosikavikol 1%-4,2% 3 4 Kavikol Kavibetol 7,2 – 16,7% 2,7 – 6,2% 5 6 Allypyrokatekol Karvakrol 0 – 9,6% 2,2 – 5,6% 7 Eugenol 26,8 42,5 %

8 Eugnenol methyl eter 4,2 – 15,8%

9 p-cymene 1,2 – 2,5% 10 Cineole 2,4 – 4,8% 11 Caryophyllene 3,0 – 9,8% 12 Cadinene 2,4 – 15,8% 13 Diastase 0,8 – 15,8% Sumber : Andarwulan, 2000

(15)

Daun sirih (Piper betle L.) memiliki kemampuan untuk mencegah proses terjadinya pembentukan plak dari awal (antiplak) dengan bekerja terhadap bakteri plak, sehingga berperan dalam menjaga kesehatan rongga mulut. Mekanisme kerja sirih dalam mencegah terjadinya plak adalah dengan cara (Hermawan, 2009):

1. Mengurangi kemampuan pelikel yang terbentuk pada permukaan gigi untuk mengikat bakteri sehingga fase awal pembentukan plak tidak terjadi.

2. Mengurangi sifat hidrofobik permukaan sel bakteri yang sangat penting dalam proses perlekatan bakteri.

Gambar

Tabel 2.1 Kandungan Kimia pada Daun Sirih

Referensi

Dokumen terkait

Pada Penelitian di Piket Nol Pronojiwo Lumajang ditemukan banyak variasi paku yaitu 3 kelas yang memiliki 31 jenis, hal ini karena Piket Nol Pronojiwo Lumajang

Metode LD adalah suatu metode yang dikembangkan dengan cara menghilangkan pengamatan yang diduga outlier secara bertahap, Metode LR adalah suatu metode yang didasarkan

[r]

The aims of this research was to evaluate the highest isoflavone aglicone content of various tempe especially commercial tempe such as tempe Malang,

primary source materials (which you must consult), a list of historiography, class activities, and journal entry questions.. You should come to the tutorial each week prepared

Jika diketahui R-aljabar A bersifat bersih, maka sifat-sifat yang dise- lidiki kemudian adalah kaitan antara sifat bersih dari struktur yang terkait, yaitu ring R dan modul M

Armour layer memiliki ukuran butir yang hampir s~ragam, namun bergradasi butir yang bervariasi diantara butiran penyusunnya, Struktur amlOur layer yang terbentuk,

Karakteristik responden berdasarkan kejadian dispepsia pada ibu rumah tangga yang tinggal didalam rumah dengan salah satu anggota keluarga merokok, sebagian besar