• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFEKTIVITAS IKLAN TOP COFFE DENGAN PENDEKATAN EPIC MODEL. Oleh: M. Purqan Hadi *) Budi Wahono **)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFEKTIVITAS IKLAN TOP COFFE DENGAN PENDEKATAN EPIC MODEL. Oleh: M. Purqan Hadi *) Budi Wahono **)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

M. Purqan Hadi dan Budi Wahono 427 ANALISIS EFEKTIVITAS IKLAN “TOP COFFE” DENGAN PENDEKATAN EPIC MODEL

Oleh:

M. Purqan Hadi *) Budi Wahono **)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effectiveness of advertising "TOP COFFE" approach EPIC model, the variable grounding Empathy, Persuasion, Impact and Comunication. In this study population is resident or residents who live in the Village Tlogomas Malang who ever saw or knew COFFE TOP ads, with a population of approximately 1500. While the sample in this study were about 100 people who make purchases TOP COFFE.

Results of this study showed that when measured by the method of approach EPIC model. This research was conducted in Malang, with due consideration Malang is one of the major cities in Indonesia and has a multicultural population, so it is considered a fairly decent and representative to be used as a place of research. This study analyzes the effectiveness of advertising through EPIC model approach analysis tool that measures the effectiveness of advertising in the four (4) dimensions of evaluation which include; Empathy (empathy), Persuasion (persuasion), Impact (impact), and Communication (communication).

Keywords: Effectiveness, Ad "Top Coffee", Epic Model PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Dalam pemasaran modern, perusahaan dituntut untuk tidak hanya memikirkan sebuah produk saja, namun perusahaan juga perlu memikirkan strategi harga yang kompetitif dengan para pesaing untuk sebuah produk atau merek. Perusahaan harus mengemas strategi promosi dengan baik dan matang, mengingat perilaku konsumen yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Perusahaan juga harus inovatif dan kreatif dalam mengemas produknya dalam menghadapi sikap konsumen yang semakin kritis dalam memilih produk.

Untuk mengkomunikasikan produk ataupun jasa yang akan dipasarkan, perusahaan bisa menggunakan bauran promosi yang ada dalam ilmu pemasaran. Dalam bauran promosi terdapat lima cara komunikasi, yaitu : Advertising (periklanan), sales promotion (sales penjualan), personal selling (penjualan pribadi), public relations (hubungan masyarakat dan publisitas), dan direct marketing (pemasaran langsung). Dari bauran promosi yang sudah disebutkan, advertising (periklanan) dipandang sebagai media paling efektif untuk perusahaan dalam mengkomunikasikan atau memasarkan produknya kepada konsumen. Menurut Fandy Tjiptono (2008:225) menyatakan bahwa: “Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya”.

Efektivitas iklan bergantung pada banyak faktor, salah satunya perencanaan media periklanan. Penetapan media periklanan berkaitan erat dengan strategi dan perencanaan media. Strategi dan perencanaan media dijalankan setelah perusahaan mengidentifikasi target pasar yang dituju dan disesuaikan media periklanan serta strategi yang tepat digunakan untuk kampanye iklan tersebut. Dalam dunia periklanan terdapat beberapa media yang bisa digunakan untuk mengkomunikasikan sebuah produk kekonsumen, antara lain : media elektronik (televisi, radio, internet, dll), media cetak (Koran, majalah, tabloid, brosur, spanduk, baliho, dll) dan sebagainya. Dari masing-masing media periklanan tersebut tentunya

(2)

428 M. Purqan Hadi dan Budi Wahono

mempunyai kelemahan dan kelebihan. Hal tersebut harus disesuaikan dengan target pasar yang dituju sebelum menggunakan salah satu media tersebut agar promosi yang dilakukan bisa berjalan dengan efektif.

Mengingat besarnya biaya iklan (promosi) yang ditanggung oleh perusahaan pada awal kemunculan suatu produk, maka perlu dikaji efektifitas iklan produk tersebut yang biasanya menggunakan beberapa model atau metode pendekatan dengan pertimbangan konsumen.Untuk mengukur efektivitas iklan ada beberapa teknik yang bisa digunakan, antara lain : EPIC model, Direct Rating Method (DRM), Consumer Decision Model (DCM), dan Customer Response Index (CRI). Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk mengukur efektivitas iklan adalah EPIC model. Efektifitas periklanan dapat diukur dengan menggunakan EPIC Model yang dikembangkan oleh AC Nielsen perusahan peneliti pemasaran terkemukan di dunia yang mencakup empat dimensi kritis, yaitu: empati, persuasi, dampak dan komunikasi (Empathy, Persuation, Impact and Communiation) sebagaimana yang dikemukakan oleh Durianto, (2003:86).

Saat ini iklan TOP COFFE merajai periklanan kopi di media televisi, hampir setiap waktu dalam satu hari TOP COFFE selalu mewarnai acara-acara di televisi mulai dari acara musik hingga acara olahraga. Gebrakan yang dilakukan mereka sangat berani, karena periklanan yang dilakukan oleh Wings Food (produsen TOP COFFE) intensitasnya sangat tinggi, hal ini dikarenakan TOP COFFE adalah market follower (pengikut pasar) dari KAPAL API dan mereka merupakan pendatang baru yang menekankan pada differensiasi produk (SWA.co.id). Bahkan dalam iklan terbarunya mereka berani menyebutkan “ 89 % penduduk Indonesia suka minum TOP COFFE “ (Riset TOP Coffe dalam tour keliling indonesia bersama Iwan Fals).

Agar bisa menjadi merek top seperti Mie Sedaap dan So Klin, Top Coffee mengandalkan diferensiasi pada produknya, Top Coffee memadukan dua jenis kopi, yaitu robusta dan arabika. Dengan dua keunikan karakter yang berbeda, maka menjadi hal baru yang dapat membangkitkan interest penikmat kopi Indonesia. Top Coffee pun berani mengusung tagline “ TOP COFFE, kopinya orang Indonesia”, untuk mendukung tagline tersebut pada iklan ini Wings Food menggunakan bintang yang sangat legendaris di dunia musik Indonesia, yaitu Iwan Fals,

Ditengah persaingan yang semakin ketat, Top Coffee mencoba juga mencoba untuk menjaring banyak segmen., Wings Food jeli melihat peluang dengan membidik pasar tanpa batasan umur. Caranya dengan menciptakan 4 varian mulai dari kopi murni, kopi gula untuk dewasa, kopi susu, dan kopi mocca untuk remaja. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan menggandeng Samuel Zylgwyn dan Nikita Willy sebagai model iklan agar pesan yang disampaikan tepat sasaran. Komunikasi merek dilakukan secara gencar, baik di media cetak, elektronik ataupun online. Selain itu, Top Coffee juga kerap muncul dibillboard. Sedangkan aktifitas BTL (Below The Line)diselenggarakan bersamaan dengan konser Iwan Fals dibeberapa daerah. Strategi lainnya yang banyak diminati masyarakat adalah harga Top Coffee yang terbilang murah karena mereka mempromosikan beli dua gratis satu.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana efektivitas iklan “TOP COFFE” dengan pendekatan EPIC Model berdasarkan variabel Empathy, Persuation, Impact and Communiation ?

(3)

M. Purqan Hadi dan Budi Wahono 429 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas iklan “TOP COFFE” dengan pendekatan EPIC Model, dengan landasan variabel Empati, Persuasi, Impact dan Comunication.

Tinjauan Teori

PENELITIAN TERDAHULU

PENGERTIAN PROMOSI

Menurut Kotler (2002:583) promosi merupakan “seluruh aktifitas perusahaaan untuk menginformasikan suatu produk termasuk di dalamnya usaha untuk mempengaruhi konsumen, dengan membujuk, maupun mengingatkan konsumen akan keberadaan produk”. Menurut Isnaini dalam Yudi Marga Winata (2005:27) promosi adalah “kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk memberitahukan kebaikan produksinya dan membujuk pasar untuk membeli produk tersebut ”.

PENGERTIAN PERIKLANAN

Menurut Kotler (2002:235) periklanan adalah “Semua bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran.” Sedangkan Durianto (2003:1) menjelaskan secara komprehensif pengertian periklanan adalah “semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara non personal yang dibayar oleh sponsor tertentu.

Efektifitas periklanan dapat diukur dengan menggunakan EPIC Model yang dikembangkan oleh AC Nielsen yang mencakup empat dimensi kritis, yaitu: empati, persuasi, dampak dan komunikasi (Empathy, Persuation, Impact and Communiation) sebagaimana yang

(4)

430 M. Purqan Hadi dan Budi Wahono

dikemukakan oleh Durianto, (2003:86). Dimensi–dimensi dalam EPIC dipaparkan sebagai berikut:

1) Dimensi Empati

Empati (Empathy) merupakan keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasikan dirinya atau merasa dirinya pada keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Dimensi empati menginformasikan, apakah konsumen menyukai suatu iklan dan menggambarkan bagaimana konsumen melihat hubungan antara suatu iklan dengan pribadi mereka. Dimensi empati memberikan informasi yang berharga tentang daya tarik suatu merek.

2) Dimensi Persuasi

Persuasi (persuasion) adalah perubahan kepercayaan, sikap, dan keinginan berperilaku yang disebabkan satu komunikasi promosi. Proses persuasi yang akan dipakai ditentukan dengan tingkat keterlibatan konsumen dalam pesan produk.

Dimensi persuasi menginformasikan apa yang dapat diberikan suatu iklan untuk peningkatan atau penguatan karakter suatu merek, sehingga pemasang iklan memperoleh pemahaman tentang dampak iklan terhadap keinginan konsumen untuk membeli serta memperoleh gambaran suatu iklan dalam mengembangkan daya tarik suatu merek.

3) Dimensi Impact

Dampak (Impact) yang diinginkan dari iklan adalah jumlah pengetahuan produk (Product Knowledge) yang dicapai oleh konsumen melalui keterlibatan (Involvment) konsumen dengan produk atau proses pemilihan. Dimensi Impact menunjukkan, apakah suatu merek dapat terlihat menonjol dibandingkan merek lain pada kategori yang serupa dan apakah suatu iklan mampu melibatkan konsumen dalam pesan yang disampaikan. 4) Dimensi Komunikasi

Dimensi Komunikasi memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, serta kekuatan kesan yang ditinggalkan pesan tersebut.Perspektif pemrosesan kognitif adalah inti untuk mengembangkan strategi pemasaran yang berhasil yang merupakan permasalahan komunikasi

METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Hasan (2002:14) “Penelitian deskriptif mempelajari masalah–masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi–situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Jadi penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena–fenomena masyarakat (sosial) tertentu”.

POPULASI DAN SAMPEL

Dalam hal ini obyek yang diteliti adalah penduduk atau warga yang berdomisili di Kelurahan Tlogomas Kota Malang yang pernah melihat atau tahu iklan TOP COFFE, Dengan jumlah populasi kurang lebih sebanyak 1500. Alasan pemilihan Kelurahan Tlogomas sebagai populasi dikarenakan Kelurahan Tlogomas merupakan salah satu tempat dan memiliki penduduk yang multicultural, selain berpenduduk warga asli Kota Malang, juga terdaapat

(5)

M. Purqan Hadi dan Budi Wahono 431 warga pendatang (mahasiswa) yang berasal dari berbagai daaerah di Indonesia. Dengan keberagaman tersebut, dirasa sudah cukup layak dan representatif untuk dijadikan sebagai populasi.

Responden penelitian ini adalah penduduk Kelurahan Tlogomas yang mengkonsumsi minuman kopi dan pernah melihat iklan TOP COFFE, serta merupakan target pasar dari TOP COFFE. Maka peneliti mengambil sampel sebanyak 100 yang melakukan pembelian sebagai perwakilan dari populasi.

DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL. a) Empati (X1)

Empati (Empathy) merupakan keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasikan dirinya atau merasa dirinya pada keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Secara operasional, empati ditunjukkan dengan respon konsumen terhadap iklan TOP COFFE yang dinyatakan dalam bentuk suka atau tidak suka, tertarik atau tidak tertarik dsb. Dalam penelitian ini empati ditunjukkan dengan emosi, perasaan khusus konsumen, evaluasi, dsb. Indikator penelitian : Konsumen menyukai iklan TOP COFFE, Konsumen menilai bahwa iklan TOP COFFE itu baik (tidak menjatuhkan roduk lain), dan Konsumen merasa bahwa produk TOP COFFE sesuai dengan kepribadian mereka.

b) Persuasi (X2)

Persuasi (persuasion) adalah perubahan kepercayaan, sikap, dan keinginan berperilaku yang disebabkan satu komunikasi promosi. Proses persuasi yang akan dipakai ditentukan dengan tingkat keterlibatan konsumen dalam pesan produk. Secara operasional, persuasi adalah dimana konsumen mulai terpengaruh dengan adanya iklan TOP COFFE dan konsumen mulai berkeinginan untuk membeli produk. Indikator penelitian: Konsumen tertarik dengan produk TOP COFFE, Konsumen berkeinginan untuk membeli produk merek TOP COFFE, dan Konsumen berkebnginan beralih menggunakan produk merek TOP COFFE.

c) Impact (X3)

Dampak yang diinginkan dari hasil iklan adalah jumlah pengetahuan produk (product knowledge) yang dicapai konsumen melalui tingkat keterlibatan (involvement) konsumen dengan produk dan atau proses pemilihan. Konsumen memiliki tingkat pengetahuan produk yang berbeda-beda, yang dapat digunakan untuk menerjemahkan informasi dan membuat pilihan pembelian.Dalam penelitian ini, dampak (impact) adalah hasil dari promosi yang sudah dilakukan oleh TOP COFFE, tingkat keberhasilan iklan diukur dimana konsumen mengenal dan memahami iklan, mengenal produk, sampai, menyatakan komitmen untuk menggunakan produk TOP COFFE. Indikator penelitian : Konsumen tahu betul tentang produk TOP COFFE, Konsumen menjadikan produk TOP COFFE sebagai pilihan utama dalam pembelian minuman kopi, Konsumen menilai bahwa iklan TOP COFFE lebih menonjol dibandingkan iklan lain pada kategori yang sama.

d) Komunikasi (X4)

Komunikasi adalah proses menciptakan suatu kesamaan atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dengan penerima. Dimensi Komunikasi memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, serta kekuatan kesan yang ditinggalkan pesan tersebut. Dalam penelitian ini, komunikasi adalah proses komunikasi iklan TOP COFFE yang bertujuan untuk

(6)

432 M. Purqan Hadi dan Budi Wahono

menyampaikan informasi tentang produk dan karakteristik produk. Keberhasilan komunikasi dapat diukur dengan konsumen mengingat pesan dalam iklan, konsumen mendapatkan informasi yang jelas tentang produk, dsb. Indikator penelitian: Konsumen mengingat pesan utama iklan TOP COFFE, Konsumen mendapatkan informasi yang jelas tentang produk dalam iklan TOP COFFE, Konsumen memahami pesan yang disampaikan oleh iklan TOP COFFE.

MODEL PENELITIAN

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sekaran, 1992).

Gambar 1 Model Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang digunakan maka dapat diketahui bahwa efektifitas iklan itu bisa di ukur dengan menggunakan pendekatan EPIC model untuk mengetahui sampai mana nefektivitas iklan top coffe itu sendiri.

JENIS DAN SUMBER DATA

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh penulis yang dicatat dan diamati. Data primer yang diambil adalah hasil wawancara dan kuesioner dengan target sampel dari penelitian yaitu penduduk Kota Malang yang ada di Jln. Tlogomas kec. Lowokwaru Kota Malang.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber penelitian yang telah ada dan merupakan data yang sudah jadi dan biasanya sudah dalam bentuk publikasi.Data semacam ini sudah dikumpulkan pihak lain untuk tujuan tertentu. Data ini berupa karakteristik produk dan informasi tentang produk yang diteliti dalam hal ini minuman kopi atau dari berbagai sumber terkait dengan topik penelitian ini, seperti perpustakaan, internet, buku-buku, dan penelitian terdahulu.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Sebelum dilakukan intepretasi data yang didapat dari hasil kuisioner melalui tiap variabel dan pernyataan dari tiap indikator yang sudah disusun sebelumnya, terlebih dahulu

PROMO SI

IKLAN

PENDEKATAN DENGAN METODE EPIC MODEL DIMENSI EPIC MODEL a. Empati b. Persuasi c. Impact d. Komunikasi

Sangat tidak Efektif Tidak efektif

Efektif

(7)

M. Purqan Hadi dan Budi Wahono 433 dilakukan uji validitas dan realibilitas pada item-item pernyataan yang tergabung dalam setiap Dimensi yaitu ; Empati, Persuasi, Impact, Komunikasi. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah item-item pernyataan yang ada memenuhi uji validitas dan reliabilitas. Pengujian instrument penelitian baik validitas dan reliabilitas terhadap 100 responden diperoleh hasil bahwa instrument yang ada dalam penelitian adalah valid dan reliable.Jika r tabel ≥ r hitung maka dinyatakan tidak valid, apabila jika r tabel ≤ r hitung maka dinyatakan valid.

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan berjumlah 100 responden, maka r tabelnya adalah 0,164 dengan tingkat signifikan 0,05. Instrumen yang diuji juga dinyatakan reliable karena memiliki koefisien kendala (croncbach alpha) lebih besar dari 0,60.

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Uji Validitas

Berdasarkan data dari table : 1 menunjukkan bahwa semua item pernyataan untuk Variabel Emphaty meliputi ( X1.1, X1.2, X1.3), Variabel Persuasi meliputi (X2.1, X2.2, X2.3), Variabel Impact meliputi (X3.1, X3.2, X3.3), dan Variabel Komunikasi meliputi (X4.1, X4.2, X4) mempunyai nilai koefisien korelasi (r hitung) yang lebih besar dari r tabel yaitu ≥ 0,164, sehingga semua instrument tersebut dikatakan valid. Dengan demikian semua instrumen yang dinyatakan valid dapat dipergunakan untuk mendapatkan data yang diinginkan oleh peneliti dan merupakan instrumen yang benar-benar tepat untuk untuk mengukur efektifitas iklan TOP COFFE.

Tabel : 1 Uji Validitas

Sumber : Data Primer, diolah. Reliabilitas

Uji ini diperlukan untuk mengetahui kestabilan alat ukur. Sebuah alat ukur dikatakan reliable, andaikan pengulangan pengukuran untuk subyek penelitian yang sama menunjukkan hasil yang konsisten. Perhitungan koefisien reliabilitas dikonsultasikan kepada pendapat ahli pengukuran tes, yang menyatakan bahwa bila koefisian reliabilitas lebih besar dari 0,60 maka instrumen penelitian dinyatakan reliable, tetapi jika kurang dari 0,60 dianggap kurang meyakinkan atau tidak reliable.

(8)

434 M. Purqan Hadi dan Budi Wahono Tabel : 2 Uji Reliabilitas

Nilai koefisien Cronbach Alpha Reliabel / Tidak reliabel

0,60 0,648 Reliabel

Sumber : Data Primer, diolah

Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa instrument-instrumen yang terdapat dalam kuisioner bisa dikatakan reliabel. Untuk melihat reliabel atau tidak, dilakukan dengan melihat koefisien reliabilitas (coeficient of reliability), ukurannya adalah apabila Cronbach’s Alpha di atas 0,6. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka dapat diperoleh Cronbach’s Alpha sebesar 0,648, dengan demikian menunjukkan bahwa variabel dalam penelitian ini adalah reliabel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua instrumen dalam penelitian ini dapat menghasilkan hasil yang samameskipun dilakukan pengujian secara berulang-ulang.

Analisis Efektifitas Iklan Dengan EPIC Model

Dari hasil pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner terhadap 100 responden selanjutnya dijabarkan hasil analisa dan perhitungan terhadap 4 (empat) dimensi EPIC Model yang menjadi metode pndekatan untuk mengukur efektifitas iklan televise produk kopi “TOP COFFE”, yaitu Empathy (Empati), Persuasion (Persuasi), Impact (Dampak), Communication (Komunikasi).

Adapun dalam penelitian ini dimensi-dimensi EPIC yang ingin diketahui dan diukur adalah diwakili dalam 12 pernyataan dalam kuesioner untuk kemudian responden memilih dari 4(empat) dalam skala likert 1 s/d 4 (tanpa skor 3), seperti yang telah disebutkan dalam bab 3, metode penelitian. berikut ini akan dijabarkan secara jelas variabel- variabel penelitian tersebut serta hasil perhitungannya.

a. Dimensi Emphaty

Dimensi Empathy menginformasikan, apakah konsumen menyukai suatu iklan dan menggambarkan bagaimana konsumen melihat hubungan antara suatu iklan dengan pribadi mereka. Dimensi empati memberikan informasi yang berharga tentang daya tarik suatu merek.Untuk penelitian ini dimensi Empathy diwakili oleh tiga pertanyaan yang menjelaskan dimensi Empathy sebagai acuan untuk melihat efektifitas iklan. Indikator pertama dimensi Emphaty diwakili dengan pernyataan “ Setelah melihat iklan, saya merasa tertarik dengan iklan TOP COFFE “, indikator kedua dimensi Emphaty diwakili dengan pernyataan “ Saya berpendapat bahwa iklan TOP COFFE itu baik (tidak menjatuhkan produk lain) “, sedangkan untuk indikator ketiga dimensi Emphaty diwakili dengan pernyataan “ Saya setuju dengan slogan iklan “TOP COFFE kopinya orang Indonesia” dan itu sesuai dengan kepribadian saya (orang Indonesia) dengan karakter (berani, kuat, dan berjiwa seni).

diketahui bahwa pada pernyataan indikator X1.1 yang menyatakan bahwa responden setelah melihat iklan, mereka merasa tertarik dengan iklan TOP COFFE, jawaban responden cenderung mengarah pada jawaban setuju.Jumlah responden yang menyatakan setuju berjumlah 66 orang (66%), hal tersebut menunjukkan bahwa responden merasa tertarik dengan iklan TOP COFFE.

Pada pernyataan indikator X1.2 yang menyatakan bahwa iklan TOP COFFE tidak menjatuhkan iklan lain, jawaban responden cenderung mengarah pada jawaban setuju.

(9)

M. Purqan Hadi dan Budi Wahono 435 Jumlah responden yang menyatakan setuju berjumlah 75orang (75%), hal tersebut menunjukkan bahwa responden menilai bahwa etika iklan TOP COFFE adalah baik (tidak menjatuhkan iklan lain).

b. Dimensi Persuasi

Persuasi (persuasion) adalah perubahan kepercayaan, sikap, dan keinginan berperilaku yang disebabkan satu komunikasi promosi. Proses persuasi yang akan dipakai ditentukan dengan tingkat keterlibatan konsumen dalam pesan produk.Untuk penelitian ini dimensi Persuasion (persuasi) diwakili oleh tiga pertanyaan yang menjelaskan dimensi Persuasion (persuasi) sebagai acuan untuk melihat efektifitas iklan.Indikator pertama dimensi Persuasion (persuasi)diwakili dengan pernyataan “ Saya merasa tertarik dengan produk TOP COFFE “, indikator kedua dimensi Persuasion (persuasi) diwakili dengan pernyataan “ Setelah melihat iklan TOP COFFE, saya merasa berkeinginan untuk membeli produknya “, sedangkan untuk Indikator ketiga dimensi Persuasion (persuasi) diwakili dengan pernyataan “ Saya berkeinginan untuk beralih menggunakan produk TOP COFFE “.

Diketahui bahwa pada pernyataan indikator X2.1 yang menyatakan bahwa responden merasa tertarik dengan produk TOP COFFE, jawaban responden cenderung mengarah pada jawaban setuju.Jumlah responden yang menyatakan setuju berjumlah 64 orang (64%), hal tersebut menunjukkan bahwa responden merasa tertarik dengan produk TOP COFFE.

Pada pernyataan indikator X2.2 yang menyatakan bahwa responden Setelah melihat iklan TOP COFFE, mereka merasa berkeinginan untuk membeli produknya, jawaban responden cenderung mengarah pada jawaban setuju.Jumlah responden yang menyatakan setuju berjumlah 62 orang (62%), hal tersebut menunjukkan bahwa responden berkeinginan untuk membeli produk TOP COFFE.

c. Dimensi Impact

Dampak (Impact) yang diinginkan dari iklan adalah jumlah pengetahuan produk (Product Knowledge) yang dicapai oleh konsumen melalui keterlibatan (Involvment) konsumen dengan produk atau proses pemilihan.Dimensi Impact juga menunjukkan apakah suatu merek dapat terlihat menonjol dibandingkan merek lain pada kategori yang serupa dan apakah suatu iklan mampu melibatkan konsumen dalam pesan yang disampaikan.Untuk penelitian ini dimensi Impact (dampak) diwakili oleh tiga pertanyaan yang menjelaskan dimensi Impact (dampak) sebagai acuan untuk melihat efektifitas iklan.

Indikator pertama dimensi Impact diwakili dengan pernyataan “ Saya merasa tahu betul tentang produk TOP COFFE “, indikator kedua dimensi Impact diwakili dengan pernyataan “ Saya menjadikan TOP COFFE sebagai pilihan utama pembelian ketika membeli produk kopi “, sedangkan untuk Indikator ketiga dimensi Impact diwakili dengan pernyataan “Saya setuju bahwa iklan TOP COFFE lebih menonjol dibandingkan iklan produk lain pada kategori yang sama “.

Dari tabel 4.9 Pada pernyataan indikator X3.1 yang menyatakan bahwa responden merasa tahu betul tentang produk TOP COFFE, jawaban responden cenderung mengarah pada jawaban setuju. Jumlah responden yang menyatakan setuju berjumlah 65 orang (65%), hal tersebut menunjukkan bahwa responden sangat tahu tentang produk TOP COFFE.

(10)

436 M. Purqan Hadi dan Budi Wahono d. Dimensi Komunikasi

Dimensi Komunikasi memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, serta kekuatan kesan yang ditinggalkan pesan tersebut.Untuk penelitian ini dimensi Komunikasi diwakili oleh tiga pertanyaan yang menjelaskan dimensi Komunikasi sebagai acuan untuk melihat efektifitas iklan. Indikator pertama dimensi Komunikasi diwakili dengan pernyataan “Saya mampu mengingat pesan utama dalam iklan TOP COFFE“.

Indikator kedua dimensi Komunikasi diwakili dengan pernyataan “Saya setuju bahwa iklan TOP COFFE mampu menyampaikan informasi yang jelas tentang produk”, sedangkan untuk indikator ketiga dimensi Komunikasi diwakili dengan pernyataan. “Saya memahami pesan yang disampaikan oleh iklan TOP COFFE“.

Pada pernyataan indikator X4.1 yang menyatakan bahwa responden setuju bahwa mereka mampu mengingat pesan utama dalam iklan TOP COFFE. Jumlah responden yang menyatakan setuju berjumlah 72 orang (72%), hal tersebut berarti bahwa responden mampu mengingat pesan utama iklan TOP COFFE.

Dan berdasarkan perhitungan total skor, indikator X4.1 diperoleh total skor sebesar 312 (masuk dalam kategori efektif), indikator X4.2 dengan total skor sebesar 310 (masuk dalam kategori efektif), dan indikator X4.3 dengan total skor sebesar 301 (masuk dalam kategori efektif). Dari total skor setiap indikator tersebut diperoleh skor rata-rata sebesar (307,67) yang berarti efektifitas iklan pada Dimensi Komunikasi masuk dalam kategori Efektif.

Berdasarkan table : 3, Dimensi Empathy mendapat skor rata - rata sebesar 309 dan masuk pada rentang sangat efektif. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara empati Iklan kopi TOP COFFE sudah mampu menarik perhatian responden untuk melihat iklan dan menilai sebuah iklan berdasarkan kepribadiannya.

Dimensi Persuasion mendapat skor rata - rata sebesar 299,3 dan masuk pada rentang sangat efektif. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara persuasi Iklan kopi TOP COFFE mampu menarik minat responden untuk mencari informasi tentang produk kopi TOP COFFE labih lanjut dan menarik minat responden untuk mengkonsumsi dan membeli produk TOP COFFE, dan bahkan berkeinginan untuk beralih menggunakan produk TOP COFFE.

Dimensi Impact mendapat skor rata - rata sebesar 299,67 dan masuk pada rentang sangat efektif. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara dampak Iklan kopi TOP COFFE sudah mampu membuat konsumen tahu betul tentang produk TOP COFFE, lebih lanjut membuat responden menjadikan TOP COFFE sebagai pilihan utama pembelian.

Dimensi Communication mendapat skor rata - rata sebesar 307,67 dan masuk pada rentang sangat efektif. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara komunikasi Iklan kopi TOP COFFE sudah mampu membuat konsumen tahu dan mengingat pesan utama iklan TOP COFFE, dan mampu menjelaskan informasi tentang produk kepada konsumen. Berikut peneliti menyajikan pada table : 3 di bwah ini :

(11)

M. Purqan Hadi dan Budi Wahono 437 Tabel : 3 Hasil Keseluruhan EPIC Model

Sumber : Data Primer, diolah. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa efektifitas iklan kopi TOP COFFE di Kota Malang jika diukur dengan pendekatan Metode EPIC Model. Penelitian ini dilakukan di Kota Malang, dengan pertimbangan karena Kota Malang merupakan salah satu kota besar di Indonesia dan memiliki penduduk yang multicultural, sehingga dirasa sudah cukup layak dan representatif untuk dijadikan tempat penelitian. Penelitian ini menganalisa efektifitas iklan melalui pendekatan alat analisa EPIC Model yang mengukur efektifitas iklan dalam 4 (empat) dimensi penilaian yang meliputi; Emphaty (empati), Persuasion (persuasi), Impact (dampak), dan Communication (komunikasi).

1. Emphaty (empati)

Dalam penelitian ini dimensi Empathy diwakili oleh tiga pertanyaan yang menjelaskan dimensi Empathy sebagai acuan untuk melihat efektifitas iklan. Indikator pertama dimensi Emphaty diwakili dengan pernyataan “ Setelah melihat iklan, saya merasa tertarik dengan iklan TOP COFFE “, indikator kedua dimensi Emphaty diwakili dengan pernyataan “ Saya berpendapat bahwa iklan TOP COFFE itu baik (tidak menjatuhkan produk lain) “, sedangkan untuk indikator ketiga dimensi Emphaty diwakili dengan pernyataan “Saya setuju dengan slogan iklan “TOP COFFE” kopinya orang Indonesia” dan itu sesuai dengan kepribadian saya (orang Indonesia) dengan karakter (berani, kuat, dan berjiwa seni).

Dimensi Empathy mendapat skor rata - rata sebesar 309, masuk pada rentang sangat efektif. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara empati Iklan kopi TOP COFFE sudah mampu menarik perhatian responden untuk melihat iklan dan menilai sebuah iklan berdasarkan kepribadiannya.

(12)

438 M. Purqan Hadi dan Budi Wahono 2. Persuasion (persuasi)

Dalam penelitian ini dimensi Persuasion (persuasi) diwakili oleh tiga pertanyaan yang menjelaskan dimensi Persuasion (persuasi) sebagai acuan untuk melihat efektifitas iklan.Indikator pertama dimensi Persuasion (persuasi)diwakili dengan pernyataan “ Saya merasa tertarik dengan produk TOP COFFE “, indikator kedua dimensi Persuasion (persuasi)diwakili dengan pernyataan “ Setelah melihat iklan TOP COFFE, saya merasa berkeinginan untuk membeli produknya “, sedangkan untuk Indikator ketiga dimensi Persuasion (persuasi) diwakili dengan pernyataan “ Saya berkeinginan untuk beralih menggunakan produk TOP COFFE”.

Dimensi Persuasion mendapat skor rata-rata sebesar 299,3 dan masuk pada rentang sangat efektif. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara persuasi Iklan kopi TOP COFFE mampu menarik minat responden untuk mencari informasi tentang produk kopi TOP COFFE labih lanjut dan menarik minat responden untuk mengkonsumsi dan membeli produk TOP COFFE, dan bahkan berkeinginan untuk beralih menggunakan produk TOP COFFE.

3. Impact (dampak)

Dalam penelitian ini dimensi Impact (dampak) diwakili oleh tiga pertanyaan yang menjelaskan dimensi Impact (dampak) sebagai acuan untuk melihat efektifitas iklan. Indikator pertama dimensi Impactdiwakili dengan pernyataan “ Saya merasa tahu betul tentang produk TOP COFFE “, indikator kedua dimensi Impact diwakili dengan pernyataan “ Saya menjadikan TOP COFFE sebagai pilihan utama pembelian ketika membeli produk kopi “, sedangkan untuk Indikator ketiga dimensi Impact diwakili dengan pernyataan “Saya setuju bahwa iklan TOP COFFE lebih menonjol dibandingkan iklan produk lain pada kategori yang sama “.

Dimensi Impact mendapat skor rata - rata sebesar 299,67 dan masuk pada rentang sangat efektif. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara dampak Iklan kopi TOP COFFE sudah mampu membuat konsumen tahu betul tentang produk TOP COFFE, lebih lanjut membuat responden menjadikan TOP COFFE sebagai pilihan utama pembelian.

4. Communication (komunikasi)

Dalam penelitian ini dimensi Komunikasi diwakili oleh tiga pertanyaan yang menjelaskan dimensi Komunikasi sebagai acuan untuk melihat efektifitas iklan.Indikator pertama dimensi Komunikasidiwakili dengan pernyataan “Saya mampu mengingat pesan utama dalam iklan TOP COFFE“. Indikator kedua dimensi Komunikasidiwakili dengan pernyataan “Saya setuju bahwa iklan TOP COFFE mampu menyampaikan informasi yang jelas tentang produk“, sedangkan untuk indikator ketiga dimensi Komunikasi diwakili dengan pernyataan “Saya memahami pesan yang disampaikan oleh iklan TOP COFFE“. Berikut hasil tabulasi untuk indikator-indikator Dimensi

Komunikasi(X4).

Dimensi Communication mendapat skor rata - rata sebesar 307,67 dan masuk pada rentang sangat efektif. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara komunikasi Iklan kopi TOP COFFE sudah mampu membuat konsumen tahu dan mengingat pesan utama iklan TOP COFFE, dan mampu menjelaskan informasi tentang produk kepada konsumen.

(13)

M. Purqan Hadi dan Budi Wahono 439 SARAN

Sebaiknya Wings Food (produsen TOP COFFE) dalam membuat iklan lebih memperhatikan kemampuan iklan dalam meningkatkan pengetahuan konsumen akan produknya. Karena pada dasarnya iklan yang menarik dan disukai konsumen belum menjamin bahwa iklan tersebut akan efektif dalam mempengaruhi konsumen untuk membeli produk TOP COFFE dan bahkan beralih mengkonsumsi TOP COFFE.

Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya dalam mengukur efektifitas sebuah iklan hendaknya memilih iklan yang sesuai dengan waktu penelitian atau masih aktual dan aktif ditayangkan dimedia, baik elektronik, media cetak dll. Sehingga dapat meminimalisir kemungkinann munculnya faktor-faktor lain diluar iklan tersebut yang menjadi pertimbangan audiences dalam menilai.

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, A. David. 1997. Manajemen Ekuitas Merek, Alih Bahasa, Jakarta: Aris Ananda, Spektrum Mitra Utama.

Cravens,.et al. 2002. Strategic Marketing Management Cases. New York: McGraw Hill-Irwin. Darmadi, Durianto dkk . 2003. Invasi Pasar Dengan Iklan Yang Efektif Strategi, Progam, dan

Teknik Pengukuran Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Tama.

Dharmesta dan Irawan. 2005. Manajemen Pemasaran Modern Edisi Kedua. Yogyakarta: Liberty.

Gerson, Richard. F. 2004. Mengukur Kepuasan Pelanggan, Jakarta: PPM.

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Peneliti Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar. 2004. Basic Econometrics (Ekonometrika Dasar).Alih bahasa: Sumarno Zain. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran (terjemahan oleh Hendra Teguh), Jilid II Jakarta: Prenhsllindo.

Kotler, Philip. 2003. Dasar-Dasar Pemasaran, (9th ed). Jakarta: Prentice Hall Inc. Kuncoro, M. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Malhotra, N. 2004. Marketing Research, Fourth Edition. Prentice Hall: Pearson Education, Inc. Malhotra, N. 2005. Riset Penelitan: Pendekatan Terapan, (4th ed), Jakarta: PT. Indeks

Kelompok Gramedia.

Masri Singarimbun & Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei; Edisi Revisi, Jakarta: PT. Pustaka LP3ES.

Murphy, Patrick, E. And Ben. M Eni. 1985. Marketing. USA: Scott, Foresman and Company. Satriya, Jimmy. 2002. Efektifitas Iklan Media Televisi Djarum Super My Great Adventure

Menggunakan EPIC Model Pada Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang; Skripsi, Universitas Brawijaya Malang.

Simamora, 2004. Panduan Riset Perilaku Konsume, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Siti Karina Tarigan. 2011. Analisis Efektifitas Iklan Televisi AXIS Versi Liberation Dance (Internet

Untuk Rakyat) Dengan Menggunakan EPIC Model Pada Pengunjung Bandung Electronic Centre (BEC); Jurnal, Institut Manajemen Telkom.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Binis. Bandung: Alfabeta.

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen – Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.

(14)

440 M. Purqan Hadi dan Budi Wahono

Widayat. 2004. Metode Penelitian Pemasaran Aplikasi Software SPSS; Cetakan Pertama, Penerbit UMM Press, Malang.

*) M. Purqan Hadi adalah alumnus fakultas Ekonomi Unisma **) Budi Wahono adalah dosen tetap Fakultas Ekonomi Unisma

Gambar

Gambar 1 Model Penelitian
Tabel : 1 Uji Validitas

Referensi

Dokumen terkait

Al-Quran juga mengandung banyak aspek matematika seperti hukum waris,serta dampak social moral ekonomi dalam hal ini termasuk dalam aspek niaga atau

Alokasi Dana Desa yang disalurkan digunakan untuk pemerintahan desa pemberdayaan masyarakat, menurut anda apakah dana yang dikelola ini sudah sesuai dengan kebutuhan

Secara umum, tujuan pembelajaran bahasa berdasarkan pendekatan komunikatif adalah mempersiapkan pembelajar untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan cara

Manurung (2004) menyatakan bahwa investor dalam melakukan strategi kontrarian harus memperhatikan beberapa hal supaya mendapat return yang menguntungkan, salah satu strateginya

Novel ini banyak mengandung masalah sosial moral di dalamnya.Selain itu, bahasa yang digunakan pengarang sangatlah mudah untuk dipahami oleh seorang pembaca.Oleh karena

Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Mumbul Jember adalah subjek pajak badan dalam negeri yang bekerja sebagai pemungut Pajak Penghasilan Pasal 23 atas jasa sewa kendaraan

Pengukuran IKI pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan Bank Indonesia untuk mengkombinasikan berbagai indikator sektor perbankan, sehingga pada akhirnya IKI dapat

Raskin Program Keluarga Harapan (PKH) Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Program Indonesia Pintar (PIP) Program Indonesia Sehat (PIS)?. Kredit Usaha Rakyat