• Tidak ada hasil yang ditemukan

Activity Based Costing untuk Menentukan Inefisiensi Proses Produksi Pada Perusahaan Pengrajin Kayu di Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Activity Based Costing untuk Menentukan Inefisiensi Proses Produksi Pada Perusahaan Pengrajin Kayu di Jawa Timur"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Activity Based Costing untuk Menentukan Inefisiensi Proses

Produksi Pada Perusahaan Pengrajin Kayu di Jawa Timur

Kelvin1*, Pram Eliyah Yuliana2, Sri Rahayu3 1

Sekolah Tinggi Teknik Surabaya, Jl. Ngagel Jaya Tengah 73-77 Surabaya-60284 2

Sekolah Tinggi Teknik Surabaya, Jl. Ngagel Jaya Tengah 73-77 Surabaya-60284 3

Sekolah Tinggi Teknik Surabaya, Jl. Ngagel Jaya Tengah 73-77 Surabaya-60284 * kelvin@stts.edu

ABSTRAK

Perusahaan pengrajin kayu dalam menentukan harga jual produk selama ini hanya menggunakan metode perhitungan tradisional. Padahal biaya pokok penjualan yang tidak dihitung dengan cermat dan hanya mengunakan perkiraan dapat menimbulkan kerugian baik terhadap perusahaan maupun konsumen. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pemakaian material langsung dan tidak langsung, pekerja yang terlibat (langsung dan tidak langsung) beserta upahnya dan menganalisa efisiensi proses produksi. Metode yang digunakan adalah Activity Based Costing (ABC). Prinsip dari ABC adalah menghitung biaya produk berdasarkan banyaknya aktivitas yang terlibat dalam pembuatan produk tersebut dengan terlebih dahulu mengetahui cost driver apa saja yang menyebabkan harga dari sebuah produk itu tinggi, kemudian melakukan perubahan proses produksi untuk mengurangi non-value added activities dengan menggunakan Activity Based Management. Hasil dari penelitian ini adalah adanya serapan biaya tidak langsung dari tiap aktivitas proses produksi kayu yang lebih detail dan akurat yaitu menurun 14,4% dari perhitungan dengan metode tradisional. Dan penggunaan metode ABC tidak mengurangi biaya dari proses pembuatan produk, namun hanya membagi serapan biaya tidak langsung sesuai dengan aktivitas proses yang dilalui selama proses produksi.

 

Kata  Kunci  :  Activity  Based  Costing,  Activity  Based  Management,  Cost  Driver,  Customer,  Non Value Added Activity.  

ABSTRACT

Company craftsmen in determining the price for this product using only traditional methods of calculation. Though the cost of goods sold which are not calculated carefully and only use estimates may cause harm to both the enterprise and consumer. The purpose of this study is to identify the use of direct and indirect materials, workers involved (directly and indirectly) and wages and analyze the efficiency of the production process. The method used is Activity Based Costing (ABC). The principle of ABC is counting the cost of the product based on the amount of activity involved in the manufacture of the product by first knowing the cost drivers are causing the price of a product is high, then make changes in production processes to reduce non-value added activities by using Activity Based Management , Results from this study is the absorption of indirect costs for each activity wood production process is more detailed

(2)

the use of the ABC method does not reduce the cost of the product manufacturing process, but only split the absorption of indirect costs in accordance with the process through activities during the production process.

Key Words : Activity Based Costing, Activity Based Management, Cost Driver, Customer, Non Value Added Activity.

PENDAHULUAN

Perusahaan pengrajin kayu yang menjadi obyek penelitian adalah sebuah perusahaan yang memproduksi furniture secara job order dengan variasi yang sangat sesuai dengan pesanan konsumen. Furniture yang dibuat biasanya perabotan seperti lemari, cabinet, railing tangga, daun pintu, serta daun jendela. Kusen merupakan bagian dari konstruksi pada dinding bangunan yang mempunyai fungsi peletakan dan duduknya daun pintu dan daun jendela.

Untuk menentukan harga jual dari kusen atau daun pintu dan jendela yang telah dibuat, perusahaan tidak memiliki patokan harga pastinya. Selama ini perhitungan harga jual masih menggunakan cara tradisional. Sehingga tidak dapat diketahui secara pasti apakah harga tersebut sesuai dengan biaya pokok produksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan harga pokok penjualan Kusen dan daun pintu dengan metode Activity Based Costing agar dapat mengetahui harga dari setiap komponen yang ada.

Prinsip dari Activity Based Costing (Mulyadi, 2007) adalah menghitung biaya produk berdasarkan banyaknya aktivitas yang terlibat dalam pembuatan produk tersebut hingga sampai ke customer. Hasilnya adalah harga kusen yang ditawarkan sesuai dengan apa yang akan didapat customer. Apabila cost driver yang menyebabkan harga dari sebuah produk itu tinggi sudah diketahui, maka dapat dilakukan perubahan proses produksi untuk mengurangi non-value added activities dengan menggunakan Activity Based Management (Islahuzzaman, 2011).

Tujuan dari penelitian ini nantinya adalah mengidentifikasi pemakaian material langsung dan tidak langsung, pekerja yang terlibat beserta upahnya, serta banyaknya aktivitas pembuatan masing-masing komponen sebagai dasar perhitungan biaya pokok pembuatan kusen dan menganalisa efisiensi proses produksi.

(3)

Activity Based Costing (ABC) adalah proses perhitungan biaya produk/jasa berdasarkan aktivitasnya. ABC sistem menghasilkan informasi biaya produk/jasa lebih cermat dibandingkan dengan informasi yang dihasilkan oleh akuntansi biaya tradisional. Informasi biaya tersebut didapatkan dari hubungan sebab akibat yang dibangun di antara produk/jasa, aktivitas, dan sumber daya. Biaya yang dibebankan sebagai biaya produk/jasa dapat ditelusuri dengan jelas dan cermat melalui hubungan sebab akibat antara produk/jasa, aktivitas, dan sumber daya. Penggunaan activity driver yang bervariasi sesuai dengan tuntutan konsumsi aktivitas oleh produk/jasa. ABC tidak hanya menggunakan satu activity driver, seperti volume related driver untuk membebankan biaya aktivitas ke produk/jasa, namun menggunakan activity driver yang bervariasi seperti batch related activity, product sustaining activity driver, dan facility sustaining activity driver.

Gambar 1. Activity Based Costing

Activity Based Management (ABM) merupakan pendekatan yang terintegrasi yang memfokuskan perhatian manajemen pada aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan (customer value) dan meningkatkan laba perusahaan melalui penyediaan nilai pelanggan terseut dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari Activity-Based Costing System, dimana antara ABM dan ABC saling berkaitan satu sama lain (Muji Lestari, 2009). Manfaat ABM (Yudi Avrillianti, 2006) adalah sebagai berikut: mengukur kinerja keuangan dan pengoperasian (non keuangan) organisasi dan aktivitas-aktivitasnya. menentukan

(4)

biaya-biaya profitabilitas yang benar untuk setiap tipe produk atau jasa. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas (faktor-faktor yang memicu biaya) dan mengendalikannya. Mengelompokkan aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Mengefisiensikan aktivitas bernilai tambah dan mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah. Menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian didasarkan pada isu-isu bisnis yang luas dan tidak semata berdasar informasi keuangan. Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah (value added chain) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen.

METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Metodologi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi dan Perumusan Masalah Studi Literatur Pengumpulan Data (pengamatan, wawancara dan pengukuran) Analisis ABC (Perhitungan Biaya) Perhitungan Biaya  Langsung  Perhitungan Biaya Tak  Langsung  Harga Pokok Penjualan (HPP) Analisis HPP dengan ABM Kesimpulan

(5)

Sebelum melakukan perhitungan biaya dari aktivitas dengan metode Activity Based Costing, harus menganalisa terlebih dahulu aktivitas apa saja yang ada dalam tiap proses produksi. Aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang terjadi selama proses pengolahan bahan baku dari kayu mentah, hingga menjadi sebuah produk kusen yang siap dikirimkan ke konsumen. Dari biaya yang dihasilkan dari aktivitas tersebut, maka dapat dilakukan analisa ataupun perbaikan untuk menentukan aktivitas pengganti atau reduksi aktivitas yang bisa dilakukan tanpa merusak nilai dan mengganggu jalannya proses produksi. Analisa aktivitas dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara dengan pemilik.

Activity Based Costing digunakan untuk menghitung biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung yang mempengaruhi biaya pokok produksi adalah biaya permesinan dan biaya tenaga kerja. Data waktu proses dari setiap aktivitas menentukan total biaya permesinan dan biaya tenaga kerja. Dari total biaya tersebut, biaya serapan aktivitas ke setiap part dapat ditentukan.

Tabel 1. Serapan Biaya Overhead Part BV1

Setelah mengetahui serapan biaya overhead untuk setiap aktivitas, kemudian melakukan perhitungan biaya manufaktur atau harga pokok penjualan yang merupakan penjumlahan dari biaya overhead, biaya bahan baku dan biaya bahan baku tambahan.

Tabel 2. Perbandingan Biaya Manufaktur Produk BV1

(6)

Tabel 2 adalah rincian perbedaan biaya pokok penjualan produk BV1 dengan menggunakan dua metode yang berbeda. Terdapat perbedaan penentuan biaya pokok produksi sebesar IDR 88,070.62 untuk BV1. Perbedaan biaya pokok produksi timbul karena adanya perbedaan pengalokasian biaya overhead pada produk BV1 yang tidak bisa diidentifikasi dengan metode tradisional. Sedangkan perbedaan pada produk P3 adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Perbandingan Biaya Manufaktur Produk P3

Untuk produk P3 terdapat perbedaan biaya pokok produksi sebesar IDR 87,692.21. Perbedaan biaya pokok ini dikarenakan metode tradisional tidak dapat menemukan true cost dari biaya overhead yang terjadi dalam proses produksi kusen. Dengan menggunakan metode ABC, biaya overhead dapat dirinci berdasar aktivitas yang terserap. Biaya overhead yang muncul merupakan biaya yang terserap berdasarkan banyaknya serapan biaya ke aktivitas yang terjadi saat memproduksi produk P3.

Dari setiap aktivitas yang terjadi dalam proses produksi kusen, tidak ditemukan adanya non value added activity, karena setiap aktivitas diperlukan untuk menentukan produk tersebut sesuai dengan fungsinya. Perbaikan dapat dilakukan di sektor pekerja, dengan melakukan pemampatan tenaga kerja. Karena dari perhitungan overhead tenaga kerja, cukup banyak biaya terserap untuk aktivitas. Dengan didapatkan tenaga kerja yang memiliki keahlian lebih tinggi dalam penguasaan alat, maka jumlah tenaga kerja dengan keahlian sejenis dapat dikurangi. Selain itu perbaikan juga dapat dilakukan dengan menentukan suplier bahan baku yang mutu kualitas produknya sudah terjamin, sehingga mengurangi resiko untuk barang cacat akibat bahan baku yang tidak sesuai dengan ketentuan.

KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan menggunakan Activity Based Costing (ABC), biaya pokok penjualan dari BV1 adalah Rp. 521.666,88 sedangkan jika menggunakan traditional costing adalah Rp. 609.737,50 terdapat margin sebesar Rp. 88.070,62. Dari hasil perhitungan menggunakan ABC, biaya pokok penjualan dari P3 adalah Rp.

(7)

1.171.282,79 sedangkan jika menggunakan traditional costing adalah Rp. 1.258.975,00. Terdapat margin sebesar Rp. 87.692,21. Metode ABC tidak mengurangi pemakaian biaya dari biaya tidak langsung. Penggunaan metode ABC hanya menunjukkan pembagian serapan biaya aktivitas ke produk sesuai dengan aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. Margin yang didapatkan dengan menggunakan metode ABC tidak merubah total biaya yang dikeluarkan oleh pemilik.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini. Diantaranya adalah pemilik dan semua karyawan dari perusahaan pengrajin kayu yang menjadi obyek penelitian. Rekan sejawat yang membantu dalam pengolahan dan analisis data. Mahasiswa yang turut membantu dalam pengambilan data dan juga observasi lapangan. Juga kepada institusi (STTS) tempat kami bernaung yang mensupport semua kebutuhan dalam penyelesaian penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andhika, Tejo. 2007. Peranan Activity Based Manajemen dalam peningkatan efisiensi biaya produksi (Study kasus pada PG. Kebon Agung Malang). Skripsi, tidak dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Barawijaya, Malang, [online], (http://eprints.umm.ac.id/id/eprins/13056, diakses tanggal 18 April 2016, 12:05)

Ikin, Solikin. 2008. Activity Based Costing (ABC) dan Activity Based Management (ABM). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tridarma Bandung.

Islahuzzaman. 2011. Activity Based Costing-Teori dan Aplikasi. Bandung Alfabeta.

L. Jade, Faliany. 2008. Faktor-faktor Penentu Penerapan Sistem Biaya Berbasis Aktivitas. Jakarta: Universitas Khatolik Indonesia Atmajaya.

Meike, Nawir. 2010. Analisa Non-Value Added Activity dengan menggunakankonsep Activity Based Manajemen untuk mencapai Efisiensi biaya produksi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.3, No.1, Mei 2001:30-50,(http://puslit.petra.ac.id/journal/accounting, diakses tanggal 18 April 2016, 15:00) 

Muji, Lestari. 2009. Activity Based Management. Jakarta.

Mulyadi. 2007. Activity-Based Cost System. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Yogyakarta. Yudi, Avrilianti. 2006. Penerapan activity Based Management (ABM) sebagai Sarana untuk

Mendorong Efisiensi Biaya Produksi. Malang: Universitas Brawijaya. Zia. 2011. ABM (Activity Based Management). Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Activity Based Costing
Gambar 2. Metodologi Penelitian
Tabel 1. Serapan Biaya Overhead Part BV1
Tabel 2 adalah rincian perbedaan biaya pokok penjualan produk BV1 dengan  menggunakan dua metode yang berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari kualitas produk, harga dan promosi terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda BeAT PT Tunas Dwipa Matra

Kinerja seseorang dapat meningkat ketika kepuasan kerja orang tersebut berada pada posisi yang tinggi (Tobing 2009). Berdasarkan latar belakang yang sudah

Hasil yang di capai dalam proyek ini adalah sebuah iklan komersial makanan ringan yang sudah di kemas dalam sebuah keping DVD dan DVD Box beserta kemasanya yang akan di

Bab X Bagian Kesatu mulai Pasal 79 sampai dengan Pasal 83 KUHAP diatur pihak-pihak yang dapat mengajukan praperadilan adalah; Pertama, tersangka atau keluarganya

Berdasarkan akses tersebut maka pada pengembangan Kawasan Agrowisata di Kabupaten Pasuruan yang mempunyai 24 kecamatan, Kecamatan Tutur paling potensial untuk dikembangkan dalam

Dengan diterapkan nya sistem tersebut semoga bisa membantu toko A&S didalam berjualan barang-barang yang meraka jual, dengan sistem ini toko tersebut tidak lagi

Sistem pemasaran seperti ini juga memiliki kelemahan yang besar yaitu pemasaran hanya bersifat lokal atau di sekitar daerah itu saja.Oleh karena itu, penelitian ini memberi solusi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh konsentrasi kalsium hidroksida (Ca(OH) 2 ) dan waktu reaksi terhadap yield asam oksalat yang dihasilkan dari