• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang 1/42 PEREMPUAN SIAGA BENCANA DI KABUPATEN GROBOGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Latar Belakang 1/42 PEREMPUAN SIAGA BENCANA DI KABUPATEN GROBOGAN"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

1/42

PEREMPUAN SIAGA BENCANA DI KABUPATEN GROBOGAN

Nama Diklat : Pelatpim Tingkat III Angkatan I

Tahun : 2019

Ruang lingkup inovasi : Kabupaten/Kota Cluster inovasi : P2A & KB

Inovator : Dra. NANI RACHMANIARTI, MA

Jabatan : Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kab. Grobogan Instansi : Pemerintah Kabupaten Grobogan

Latar Belakang

1. Tugas Pokok dan Fungsi

Arahan Presiden dalam rapat koordinasi pada tanggal 1 Pebruari di Surabaya convention center exhition mengatakan bahwa Perencanaan Pembangunan harus berlandaskan aspek aspek pengurangan resiko bencana, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Murdano mengatakan, Indonesia sudah memiliki sistem penanggulangan bencana alam nasional yang cukup komprehensif. Sistem itu meliputi regulasi, aksi kementerian/ lembaga, pendanaan, Berdasarkan Undang Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat , melalui urutan pilihan dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Penyelenggaraan penanggulangan bencana hingga

pascabencana. Sistem itu bernaung di Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana. Menurut Doni Murdano perangkat yang belum ada adalah SOP dan petunjuk tekhnis yang berisi apa yang harus dilakukan unsur unsur penanggulangan bencana ketika sebelum dan sesudah terjadi bencana alam. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Grobogan merupakan Unsur Pelaksana Teknis Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Kabupaten Grobogan.. Penanggulangan bencana menuju visi Kabupaten Grobogan dimana Visi menggambarkan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam masa jabatan Bupati selama lima tahun sesuai misi yang diemban. Visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Grobogan Tahun 2016-2021 adalah :

“Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Grobogan yang Sejahtera Secara Utuh dan Menyeluruh”

Berdasarkan pernyataan visi di atas, terdapat dua frase, yaitu masyarakat Kabupaten Grobogan yang sejahtera secara utuh dan masyarakat Kabupaten Grobogan yang sejahtera secara menyeluruh. ditetapkan 9 (sembilan) misi yaitu :

(2)

2/42

2. Meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan

3. Pengembangan ekonomi kerakyatan bidang UMKM, industri, perdagangan, koperasi dan pariwisata

4. Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan pemberdayaan masyarakat , keolahragaan pemuda, KB dan pelayanan sosial dasar lainnya

5. Mewujudkan iklim investasi yang kondusif dan peningatan penyerapan tenaga kerja

6. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur, tata kelola pemerintahan yang akuntabel dan kualitas pelayanan publik

7. Meningkatan kelestarian sumberdaya alam, lingkungan hidup dan kualitas penataan ruang

8. Meningkatkan penghayatan nilai-nilai keagamaan dan pelestarian budaya masyarakat

9. Meningkatkan pemerataan pendapatan, pembangunan antar wilayah, kesetaraan gender, perlindungan anak dan penanggulangan kemiskinan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Grobogan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 06 Tahun 2012 tanggal 27 Maret 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Grobogan. Sedangkan Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Grobogan diatur dalam Peraturan Bupati Grobogan Nomor 76 Tahun 2016. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Grobogan mempunyai peranan yang penting dalam upaya mewujudkan misi pembanguan jangka Menengah Daerah yang ke 4 (empat) yaitu Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat , keolahragaan pemuda, KB dan pelayanan sosial dasar lainnya, dan misi ke 9 (Sembilan) Meningkatkan pemerataan pendapatan, pembangunan antar wilayah, kesetaraan gender, perlindungan anak dan penanggulangan kemiskinan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Grobogan merupakan Unsur Pelaksana Teknis Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Kabupaten Grobogan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Grobogan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 06 Tahun 2012 tanggal 27 Maret 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Grobogan. Sedangkan Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Grobogan diatur dalam Peraturan Bupati Grobogan Nomor 10 Tahun 2012, dengan susunan organisasi sebagai berikut :

a. Kepala Badan;

(3)

3/42

c. Unsur Pelaksana.

Unsur Pelaksana, terdiri dari :

1. Kepala Pelaksana;

2. Sekretaris, membawahkan :

a. Sub bagian Program Dan Pelaporan;

b. Sub bagian Keuangan; dan

c. Sub bagian Umum Dan Kepegawaian.

3. Bidang Pencegahan, dan Kesiapsiagaan 1. 1. Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan;

4. Bidang Kedaruratan dan Logistik, membawahkan :

a. Seksi Kedaruratan; dan

b. Seksi Logistik.

5. Bidang Rehabilitasi Dan Rekonstruksi, membawahkan

a. Seksi Rehabilitasi; dan

(4)

4/42

6. Satuan Tugas; dan Kelompok Jabatan Fungsional

Badan Penanggulangan Bencana Daerah merupakan koordinator penanggulangan bencana yang meliputi sebelum (pra bencana), saat terjadi bencana dan setelah bencana terjadi (pasca bencana). Dari gambaran diatas, kinerja pelayanan dan permasalahan yang dihadapi Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Grobogan akan melakukan upaya dan langkah-langkah serta mensikapi respon dan harapan masyarakat,

Selanjutnya agar lebih terarah dalam penyusunan gagasan proyek perubahan maka akan dijabarkan mengenai tugas Bidang Pencegahan dan kesiapgiagaan yaitu “

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas pokok penyiapan perumusan kebijakan teknis dibidang pencegahan, dan kesiapsiagaan meliputi fasilitasi, pengkoordinasian serta pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan pada prabencana, dan pemberdayaan masyarakat.”

a. Kesiapsiagaan :

Kesiapsiagaan merupakan perencanaan terhadap cara merespons kejadian bencana. Perencanaan dibuat berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan terjadi. Tujuannya adalah untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan umum yang meliputi upaya mengurangi tingkat risiko, pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, serta pelatihan warga di wilayah rawan bencana

b. Pemberdayaan Masyarakat : adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri (Community development in perspective / edited by James A. Christenson & Jerry W. Robinson, Jr Ames : Iowa State University Press, 1989) Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut pula berpartisipasi. Masyarakat di proper ini lebih khusus adalah Perempuan

1. IDENTIFIKASI MASALAH

Kabupaten Grobogan adalah merupakan Kabupaten terluas kedua setelah Kabupaten Cilacap, dengan luas 1975 km2. Memiliki 19 Kecamatan dengan jumlah 280 Desa / Kelurahan, dengan kondisi daerah yag subur dengan hasil pertanian yang mampu menjadi sumber pangan dan alam yang mempesona namun dibalik keindahan Kabupaten Grobogan diintai dengan beragam jenis bencana alam yaitu bencana banjir, tahan longsor, putting beliung, kekeringan dan kebakaran.

Tabel 1.1

(5)

5/42

Kabupaten Grobogan

NO TAHUN JENIS BENCANA JUMLAH KETERANGAN

1. 2017 Angin puting beliung 17 Kasus Tertangani

Kebakaran 90 Kasus Tertangani

Banjir 17 Kasus Tertangani

Tanah longsor 3 Kasus Tertangani

Kekeringan 300 Kasus Tertangani

2. 2018 Angin puting beliung 11 Kasus Tertangani

Kebakaran 143 Kasus Tertangani

Banjir 6 Kasus Tertangani

Tanah longsor 9 Kasus Tertangani

Kekeringan 934 Kasus Tertangani

Sumber BPBD Kabupaten Grobogan tahun 2018

Selain bencana yang tertangani di Kabupaten Grobogan juga mempuanyai ancaman Sesar gempa di Jawa Tengah atau di Pegunungan Kendeng Utara. Peran BMKG sendiri bukan untuk memprediksi datangnya gempa. Yang terpenting, bagi masyarakat adalah memahami konsep evakuasi mandiri. Karena jika mengandalkan peringatan dini atau BMKG saja tak akan cukup. Untuk itu oleh BPBD Propinsi Jawa Tengah menghimbau agar Kabupaten / Kota melaksanakan latihan evakuasi mandiri untuk bencana gempa.

(6)

6/42

Perempuan adalah kelompok rentan terkena dampak bencana dalam masyarakat , terutama saat bencana alam terjadi. Sosiolog Elaine Enarson menyatakan dalam tulisannya bahwa korban terbanyak dalam bencana alam adalah perempuan . Perempuan menjadi korban terbanyak karena mendahulukan keselamatan anggota keluarga. Data yang ada menunjukkan kecenderungan yang serupa Pada bencana di Aceh 2004 , data menunjukkan sebanyak 55 – 70 % korban meninggal adalah perempuan. Tingginya jumlah perempuan yang menjadi korban bencana alam disebabkan beberapa hal.

1. adanya konstruksi nilai dalam masyarakat yang mengharapkan perempuan untuk lebih dahulu menyelamatkan anggota keluarganya.

2. perempuan sering tidak dapat hadir dalam latihan penyelamatan diri dari kondisi bencana alam.

3. ketidakhadiran perempuan dalam pendidikan bencana membuat pengetahuan mereka terkait pencegahan dan penanggulangan bencana menjadi minim.

4. ada factor memudarnya pengetahuan lokal dalam masyarakat tentang pengenalan gejala awal bencana alam. Dan perempuan sebagai kelompok dengan akses yang minim terhadap penyebaran pengetahuan menjadi rentan. Dengan tingkat kerentanan yang tinggi tersebut maka perempuan perlu mendapatkan edukasi pengurangan resiko bencana .

Permasalahan kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana melalui Perempuan Siaga Bencana ini merupakan penanganan yang kompleks dan lama .Penanganan bencana selama ini dilakukan tidak hanya oleh BPBD Kabupaten Grobogan saja tetapi seluruh OPD juga melaksanakan penanganan bencana, dan bersifat ego sektoral . Oleh kaena BPBD Kabupaten Grobogan adalah dinas yang mempunyai tusi sebagai Koordinator penanganan bencana maka perlu diupayakan adanya koordinasi kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan terbentuknya Forum terpadu dalam penanggulangan dan penanganan bencana . Terkait dengan program perubahan yang dilaksanakan oleh Project Leader ini adalah adanya kerjasama , kolaborasi, Integritas, Keperdualian, Apresiasi dan Komunikasi antara Kepala Pelaksana BPBD

Kabupaten Grobogan dengan OPD yang terkait.

Belum adanya SOP dalam penanganan bencana di BPBD Kabupaten Grobogan merupakan kendala yang perlu segera ditangani , SOP merupakan standart yang penting untuk segera dibuat sebagai bentuk kesiapsiagaan dan pedoman Kepala Pelaksana dalam melaksanakan tugas.

Dalam menghadapi bencana masyarakat perlu tahu langkah langkah apa yang perlu dilakukan agar masyarakat siaga terhadap adanya bencana dan terselamatkan, maka masyarakat / perempuan memerlukan panduan dalam menghadapi bencana.. Panduan ini perlu disampaikan kepada Perempuan Siaga Bencana , sebagai panduan siaga bencana untuk disampaikan kepada putra putrinya . Melalui Perempuan Siaga Bencana mampu menjadi pendidik di dalam rumah tangganya.

Di Kabupaten Grobogan belum terbentuk Forum Terpadu Penanggulangan Bencana sebagai bentuk upaya penanggulangan bencana dapat berjalan lancar , berhasil guna dan tepat sasaran . Selain itu agar kegiatan penanggulangan bencana dapat berjalan terkoordinir tidak ego sektoral.

Tanggung jawab penanggulangan bencana menurut Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana adalah tanggungjawab Pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Perempuan Siaga Bencana merupakan relawan yang disiapkan untuk meningkat kapasiatas dalam Siaga Bencana, mendapatkan

(7)

7/42

pelatihan pelatihan Siaga Bencana dan berpartisipasi dalam kegiatan penanggulangan bencana. Untuk itu Perempuan Siaga Bencana juga perlu diikutsertakan dalam anggota Forum Relawan Siaga Bencana yang belum terrbentuk di Kabupaten Grobogan.

Tabel 1.2

DATA REKAPITULASI BENCANA YANG TERJADI

DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2018

No Jenis Bencana

Lokasi

Kecamatan Desa/Kelurahan/Kerusakan/Kasus

1 2 3 4

1 Banjir Grobogan

· Desa Lebak / 4 rumah roboh / 9 rumah rusak berat / 1.219 rumah tergenang

· Desa Putatsari / 4.413 rumah tergenang

· Desa Tanggungharjo / 998 rumah tergenang

· Desa Teguhan / 2.264 rumah tergenang

· Desa Karangrejo / 80 rumah tergenang

· Desa Ngabenrejo / 78 rumah tergenang

(8)
(9)

9/42

(10)

10/42

· Desa Nampu / 20 rumah tergenang / 10 ha pertanian padi

(11)
(12)

12/42

Tanggungharjo · Desa Ringinpitu / 25 rumah tergenang Tegowanu · Desa Sidorejo / 130 rumah tergenang

Brati

· Desa Kronggen / 12 rumah tergenang

· Desa Katong / 30 rumah tergenang

2 Angin Puting

Beliung Penawangan · Desa Pengkol / 2 rumah roboh / 4 rusak berat Geyer · Desa Kalangbancar / 1 rumah rusak ringan

Gabus

· Desa Tlogotirto / 9 rumah roboh /1 rusak ringan

· Desa Bendoharjo / 5 rumah roboh

· Desa Tunggulrejo / 1 rumah roboh

· Desa Sulursari / 2 rumah roboh

· Desa Keyongan / 1 rumah roboh

· Desa Pandanarum / 2 rumah roboh

· Desa Suwatu / 1 rumah roboh

(13)

13/42

Godong

· Desa Guyangan / 1 rumah roboh / 11 rusak ringan

· Desa Gundi / 1 rumah rusak berat / 3 rusak ringan

Purwodadi

· Desa Kedungrejo / 1 rumah roboh

· Desa Nambuhan / 4 rumah roboh

· Kelurahan Purwodadi / 5 rumah rusak ringan

· Kelurahan Danyang / 5 rumah rusak ringan

· Desa Cingkrong / 8 rumah rusak ringan

· Desa Genuksuran / 12 rumah rusak ringan Pulokulon · Desa Jetaksari / 2 rumah roboh

Grobogan

· Desa Ngabenrejo / 2 rumah roboh

· Desa Teguhan / 25 rumah rusak ringan Ngaringan · Desa Kalangdosari / 4 rumah roboh Brati · Desa Kronggen / 34 rumah rusak ringan

(14)

14/42

1 2 3 4

Tawangharjo

· Desa Tawangharjo / 1 rumah roboh

· Desa Kemadohbatur 2 rumah roboh

· Desa Godan / 2 rumah roboh

Wirosari

· Desa Dapurno / 1 rumah rusak berat

· Kelurahan Wirosari / 2 rumah rusak ringan

Kradenan

· Desa Crewek / 5 rumah roboh

· Desa Rejosari / 3 rumah roboh

· Desa Pakis / 1 rumah roboh

· Desa Tanjungsari / 2 rumah roboh

Toroh

· Desa Krangganharjo / 23 rumah rusak ringan

· Desa Pilangpayung / 27 rumah rusak ringan

· Desa Depok / 1 rumah roboh / 2 rusak ringan Karangrayung · Desa Sumberjosari / 1 rumah roboh

(15)
(16)

16/42

(17)

17/42

(18)
(19)

19/42

Karangrayung · Desa Nampu / 1 rumah roboh

Toroh · Desa Ngrandah / Talud Longsor panjang 25 meter dan lebar 10 meter

4 Kekeringan Grobogan

· Desa Rejosari / 11 tangki air

· Desa Getasrejo / 14 tangki air

· Desa Ngabenrejo / 11 tangki air

· Desa Teguhan / 12 tangki air

· Desa Tanggungharjo / 12 tangki air

· Desa Putatsari / 12 tangki air

· Desa Karangrejo / 10 tangki air

· Kelurahan Grobogan / 9 tangki air

Ngaringan

· Desa Sendangrejo / 12 tangki air

· Desa Sarirejo / 12 tangki air

· Desa Kalanglundo / 12 tangki air

(20)

20/42

Kradenan

· Desa Banjardowo / 11 tangki air

· Desa Bago / 12 tangki air

· Desa Simo / 12 tangki air

· Desa Rejosari / 12 tangki air

· Desa Pakis / 12 tangki air

· Desa Crewek / 9 tangki air

· Desa Banjarsari / 9 tangki air

· Desa Grabagan / 13 tangki air

· Desa Tanjungsari / 9 tangki air

· Desa Kuwu / 9 tangki air

· Desa Kalisari / 9 tangki air

· Desa Kradenan / 12 tangki air

· Desa Sambongbangi / 8 tangki air

(21)

21/42

1 2 3 4

Kedungjati

· Desa Prigi / 9 tangki air

· Desa Panimbo / 12 tangki air

· Desa Kedungjati / 12 tangki air

· Desa Karanglangu / 11 tangki air

· Desa Jumo / 6 tangki air

(22)

22/42

Pulokulon

· Desa Randurejo / 3 tangki air

· Desa Mlowokarangtalun / 12 tangki air

· Desa Pojok / 9 tangki air

· Desa Jatiharjo / 12 tangki air

· Desa Sidorejo / 12 tangki air

· Desa Tuko / 11 tangki air

· Desa Mangunrejo / 12 tangki air

· Desa Panunggalan / 13 tangki air

· Desa Jetaksari / 9 tangki air

· Desa Pulokulon / 12 tangki air

· Desa Jambon / 9 tangki air

· Desa Karangharjo / 9 tangki air

(23)

23/42

Toroh

· Desa Ngrandah / 8 tangki air

· Desa Tunggak / 13 tangki air

· Desa Boloh / 7 tangki air

· Desa Kenteng / 7 tangki air

· Desa Genengsari / 3 tangki air

Purwodadi

· Dinas Sosial / 28 tangki air

· Desa Nglobar / 8 tangki air

· Desa Kandangan / 11 tangki air

· Desa Warukaranganyar / 9 tangki air

· Desa Kedungrejo / 9 tangki air

· Desa Nambuhan / 8 tangki air

· Kelurahan Kalongan / 6 tangki air

(24)

24/42

Gabus

· Desa Tunggulrejo / 8 tangki air

· Desa Gabus / 9 tangki air

· Desa Suwatu / 9 tangki air

· Desa Keyongan / 9 tangki air

· Desa Pandanarum / 9 tangki air

· Desa Sulursari / 9 tangki air

· Desa Nglinduk / 3 tangki air

· Desa Pelem / 9 tangki air

· Desa Tahunan / 9 tangki air

· Desa Bendoharjo / 12 tangki air

· Desa Kalipang / 9 tangki air

· Desa Karangrejo / 9 tangki air

· Desa Banjarejo / 9 tangki air

(25)

25/42

(26)

26/42

(27)

27/42

(28)
(29)

29/42

Geyer

· Desa Jambangan / 11 tangki air

· Desa Juworo / 12 tangki air

· Desa Geyer / 13 tangki air

· Desa Ledokdawan / 9 tangki air

· Desa Monggot / 9 tangki air

· Desa Karanganyar / 6 tangki air

· Desa Asemrudung / 12 tangki air

· Desa Bangsri / 11 tangki air

· Desa Ngrandu / 11 tangki air

(30)

30/42

Wirosari

· Desa Dapurno / 12 tangki air

· Desa Gedangan / 12 tangki air

· Desa Kropak / 9 tangki air

· Desa Tanjungrejo / 9 tangki air

· Desa Tambahrejo / 8 tangki air

· Desa Tambakselo / 3 tangki air

· Desa Kunden / 2 tangki air

Tawangharjo

· Desa Pulongrambe / 12 tangki air

· Desa Tawangharjo / 9 tangki air

· Desa Jono / 12 tangki air

· Desa Mayahan / 12 tangki air Gubug · Desa Penadaran / 6 tangki air

Penawangan

· Desa Bologarang / 6 tangki air

(31)

31/42

Karangrayung

· Desa Telawah / 6 tangki air

· Desa Gunungtumpeng / 3 tangki air Tanggungharjo · Desa Tanggungharjo / 2 tangki air

Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Grobogan Th 2018

Dengan adanya peta rawan bencana maka Badan Penanggulangan Daerah Kabupaten Grobohan mencoba menangkap isu strategis yang telah berkembang dimasyarakat dengan tujuan tercapainya sasaran dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat,

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas maka Project Leader selaku Kepala Bidang Pencegahan dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana berupaya untuk mencari solusi agar dapat menghasilkan pengelolaan dan penyelenggaraan program Perempuan Siaga Bencana secara efisien dan efektif.

Sebelum membuat terobosan maka diperlukan satu analisa yang lebih terinci untuk mengetahui sampai dimana permasalahan yang ada, untuk itu digunakan model analisa yang dianggap tepat dalam menggambarkan permasalahan yaitu : Leavitt’s model yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Levitt’s Model menfokuskan pada 4 (empat) variabel / komponen dalam organisasi, dimana perubahan pada salah satu variabel / komponen akan mempengaruhi variabel / komponen yang lain. Keempat komponen tersebut adalah Tugas (Task), Sumber Daya Manusia (People), struktur (structure) dan Tekhnologi (Technologi)

(32)

32/42

Tabel. 1.3

DESKRIPSI DAN ANALISA KONDISI ORGANISASI DENGAN LEAVITT’S MODEL

KOMPONEN KONDISI SETIAP KOMPONEN KOMPONEN YANG PALING PERLU DIINTERVENSI DAMPAK PERUBAHAN KOMPONEN YG DIINTERVENSI THD KOMPONEN LAIN 1. TUGAS/ TASK Kualitas kinerja Aparatur BPBD dalam penanggulangan bencana belum maksimal

Keterkaitan antara Tugas struktur adalah

pemenuhan pendukung tugasaparatur agar pelaksanaan Perempuan Siaga Bencana dapat terlaksana dengan baik

2. PEOPLE Rendahnya pemahaman dan kapasiats masyarakat (perempuan) dalam kesiagaan bencana , dan perempuan adalah kelompok pendidik di rumah Pengembangan Kapasitas building Perempuan Siaga Bencana sebagai penguatan kesiapsiagaan penanggulangan bencana

(33)

33/42

KOMPONEN KONDISI SETIAP KOMPONEN KOMPONEN YANG PALING PERLU DIINTERVENSI DAMPAK PERUBAHAN KOMPONEN YG DIINTERVENSI THD KOMPONEN LAIN 3. STRUCTURE Belum adanya pedoman sebagai petunjuk tekhnis pemberdayaan masyarakat Keterkaitan struktur dengan masyarakat adalah. Memudahkan masyarakat dalam peningkatan kapasitas building 4. TECHMOLOGY Kurangnyaa aparatur untuk sosialisasi Perempuan Siaga Bencana kepada masyarakat Keterkaitan tekhnologi dengan masyarakat adalah untuk memudahkan masyarakat dalam memperoleh data dan informasi

kesiapsiagaan bencana

Sesuai dengan hasil analisa menggunakan diagram model Levitt diatas maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama adalah rendahnya pemahaman dan kapasitas masyarakat (perempuan) dalam kesiapsiagaan bencana sehingga komponen yang paling perlu diintervensi adalah , pengembangan kapasitas building Perempuan Siaga Bencana diperlukan terobosan terobosan agar Kesiapsiagaan penanggulangan bencana lebih optimal.

Pada tanggal 20 sampai dengan 23 Pebruari 2018 telah dilaksanakan benchmarking di Dinas Pertanian Kabupaten Klungkung Provinsi Bali , dengan hasil sebagai berikut :

1. Inovasi dengan pendekatan BIMA JUARA , yaitu suatu inovasi terhadap hasil produksi padi di Kabupaten Klungkung yang mana KUD membeli mahal bibit Padi dan menjual hasil panen dengan harga yang murah

2. Adanya komitmen pimpinan yang siap untuk melangkah lebih maju lagi dengan semangat, inovasi, integritas,kolaborasi , apresiasi , bekerja bersama optimisme , komunikasi dan komitmen untuk memberikan yang terbaik bagi pemerintah dan masyarakat.

(34)

34/42

3. Kebijakan dan ketegasan pimpinan untuk menekan ego sektoral dan lebih mengedepankan kebersamaan (komitmen) pemerintah

Berdasarkan latar belakang , analisa permasalahan dan hasil benchmarking , maka disusunlah gagasan Proyek Perubahan dengan judul “ Perempuan Siaga Bencana

di Kabupaten Grobogan”.

Manfaat

Manfaat perubahan yang akan dicapai dalam Proyek Perubahan ini adalah :

A. Bagi masyarakat adalah :

1. meningkatnya pemahaman, kewaspadaan , kapabilitas dan kapasitas masyarakat khusunya Perempuan sebagai penguatan kesiapsiagaan mengahadapi bencana sebagai upaya mitigasi atau pengurangan resiko bencana .dengan memberdayakan masyarakat utamanya seorang ibu .

2. Menjadikan masyarakat utamanya perempuan menjadi tangguh dalam menghadapi bencana

3. Terkoordinirnya masyarakat utamanya perempuan dalam penanggulangan bencana

B. BPBD Kabupaten Grobogan :

1. Munculnya buku panduan siaga bencana sebagai panduan dalam meningkatkan kapasitas Perempuan Siaga Bencana dalam menghadapi bencana gempa, banjir , kekeringan, putting beliung dan tanah longsor.

2. Terjalinnya koordinasi Internal di BPBD Kabupaten Grobogan yang harmonis dikarenakan adanya kerjasama, inovasi, kolaborasi, Integritas, Keperdulian, Apresiasi, Komunikasi

3. Adanya Rencana Kontijensi sebagai upaya perencanaan untuk memastikan masa depan lebih baik dalam menghadapi berbagai bencana

(35)

35/42

C. Bagi Kabupaten Grobogan adalah :

a. Terkoordinirnya stake holder (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) dalam partisipasi penanganan bencana di Kabupaten Grobogan. Melalui Forum Terpadu Penanggulangan Bencana

b. Terpadunya pelaksanaan pencegahan dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana antar OPD di Kabupaten Grobogan

c. Adanya aksi berkesinambungan untuk melaksanakan pencegahan dini dan penanggulangan bencana dengan adanya Program Perempuan siaga bencana di Kabupaten Grobogan

Milestone

No. TAHAPAN OUTPUT WAKTU

I. Jangka Pendek

1. Pembentukan tim efektif

a. Rapat pembentukan tim

b. Menyusun draf SK tim

c. Revisi draf SK tim

d. Pengesahan SK tim

e. pendistribusian SK tim

Terbentuknya tim efektif dengan SK Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Minggu Ke II Maret 2019

(36)

36/42

No. TAHAPAN OUTPUT WAKTU

2. Koordinasi dengan stakeholder internal & ekstrnal

a. Identifikasi dukungan stake holder

b. Penyusunan rancangan surat dukungan stake holdel

c. Permohonan dukungan dan komitmen

Terwujudnya koordinasi dengan stakeholder terkait dengan Perempuan Siaga Bencana

Minggu Ke II s/d minggu ke IV Aprril

2019

3. Membentuk Forum Terpadu Penanggulangan Bencana dan Forum Relawan Siaga Bencana

a. Menyusun draft SK

b. Revisi Draft

c. Pengesahan SK

d. Rapat Forum Terpadu Penanggulangan Bencana

Terbentuknya Forum Terpadu Penanggulangan Bencana dan Forum Relawan Siaga Bencana

Minggu Ke III Maret 2019 II April 2019

(37)

37/42

No. TAHAPAN OUTPUT WAKTU

4. Penyusunan SOP Penanganan Bencana

a. Menyusun SOP

b. Konsultasi SOP ke Kabag Hukum

c. Revisi SOP

d. Pengsahan SOP

Terwujudnya koordinasi dengan stakeholder terkait dengan Perempuan Siaga Bencana

Minggu Ke IV

Maret 2019 s/d

Minggu ke I April 2019

5. Membuat buku panduan Perempuan Siaga Bencana

a. Menyusun buku panduan perempuan siaga bencana

b. Revisi buku panduan

c. Pengesahan / penandatanganan buku panduan Perempuan Siaga Bencana

d. Pencetakan buku panduan Perempuan siaga bencana

Tercetaknya buku panduan Siaga Bencana

Minggu Ke IV

Maret 2019 s/d

Minggu ke II April 2019

(38)

38/42

No. TAHAPAN OUTPUT WAKTU

I. Jangka Pendek

6. Menyusun Rencana Kontijensi

a. Pengumpulan data

b. Rapat penyusunan Rekon

c. Menyusun Rencana Kontijensiu

Tersusunnya Draft Rencana Kontijensi sebagai acuan penanggulangan bencana

Minggu ke IV Maret s/d Minggu ke IV April 2019

7. Sosialisasi perempuan Siaga Bencana

a. Koordinasi dengan OPD yang lain

b. Pelaksanaan sosialisasi

c. Analisis hasil

Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang Perempuan Siaga Bencana

Minggu Ke III

(39)

39/42

8. Lounching Perempuan Siaga Bencana

a. Rapat persiapan

b. Permohonan bantuan / sponsor

c. Pelaksanaan lounching d. Analisis hasil Dikenalkannya dan diluncurkannya Perempuan Siaga Bencana Sebagai program Minggu Ke IV April 2019

9. Penerapan Perempuan Siaga Bencana dengan OPD terkait

a. Suvey dan komunikasi dengan OPD terkait untuk melaksanakan program

b. Penyampaian materi Program siaga bencana kepada kelompok perempuan (2 kelompok)

c. Pelatihan / simulasi bencana gempa

Diterapkannya Perempuan Siaga Bencana di Kabupaten Grobogan dengan meningatkan kewaspadaan dan kapasitas building perempuan

Minggu Ke V

Apri s/d minggu 1 Mei 2019l 2019

(40)

40/42

10. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan

Perempuan sebagai guru siaga bencana dan rumah adalah sekolahnya

a. Identifikasi hambatan dan kendala

b. Menganalisa hambatan dan kendala

c. Membuat rencana tindak lanjut

Rekomendasi untuk perbaikan

Mingu I Mei 2019

(41)

41/42

1.Penerapan Perempuan Siaga Bencana di 2 (dua) Desa sebagai peningkatan sasaran

a. Monitoring desa rawan bencana

b. Penyampaian materi siaga bencana

c. Pelatihan / simulasi bencana gempa

d. Penyusunan Rencana Tindak lanjut

Diterapkannya Perempuan

Siaga Bencana di 2 Desa Mei s/d September 2019

2.Tindak Lanjut pengembangan Perempuan Siaga Bencana dengan sasaran yang lain

a. Penentuan lokus b. Membuat rancangan Pengembangan b. Terwujudnya Perempuan Siaga Bencana di Kabupaten Grobogan September 2019– September 2020 III. Jangka Panjang

(42)

42/42

1.Penetapan dan pengundangan Perbup Perempuan Siaga Bencana

a.Pengiriman Draft ke Bagian Hukum

b. Pembahasan akhir draft Perbup

c. Pengesahan draft Perbup menjadi Perbup

c.

Terbitnya Peraturan Bupati tentang Perempuan Siaga Bencana

September 2020 - dst

Monitoring dan evaluasi

Terlaksananya monev program Perempuan Siaga Bencana

September 2019 - dst

Dicetak melalui website E-Proper BPSDMD Provinsi Jawa Tengah (https://bpsdmd.jatengprov.go.id/eproper) pada 12 Jul 2021 17:18:26

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis pada tahun 2007 menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara kedua variabel tersebut pada PT Asuransi Bumi

- Warna merah untuk Dinas Pendidikan Prov.Jatim - Warna kuning untuk Dinas Pendidikan Kota Surabaya - Warna putih untuk Pendma Kankemenag Kota Surabaya - Warna biru untuk

Dalam pembelajaran kooperatif, sekelompok siswa diberi tugas pembelajaran atau proyek untuk diselesaikan oleh kelompoknya. Siswa dikelompokkan secara heterogen menurut faktor yang

KESATU : Perubahan Atas Keputusan Bupati Bantul Nomor 40A Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Perijinan di Dinas

Universitas Negeri

Dalam penelitian ini variabel yang dilihat yaitu perkembangan yang dialami peserta didik di SMP Swasta Bina Siswa Desa Laut Dendang, dan peran guru bidang studi, wali kelas, PKS

Terapi individu sosialisai dalam penelitian ini terbukti efektif untuk diterapkan dalam perubahan perilaku isolasi sosial pada pasien skizofrenia selama proses penyembuhan pasien

Kinerja Agustus 2017: Portofolio reksa dana memberikan imbal hasil sebesar 4.31% sejak awal tahun sampai dengan akhir Agustus, di bawah performa dari tolak ukur yang memberikan