• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN TERA DAN TERA ULANG TIMBANGAN TERHADAP PEDAGANG PASAR RAYA PADANG YANG DILAKUKAN OLEH DINAS PERDAGANGAN KOTA PADANG ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERIKSAAN TERA DAN TERA ULANG TIMBANGAN TERHADAP PEDAGANG PASAR RAYA PADANG YANG DILAKUKAN OLEH DINAS PERDAGANGAN KOTA PADANG ARTIKEL"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN TERA DAN TERA ULANG TIMBANGAN TERHADAP PEDAGANG PASAR RAYA PADANG YANG DILAKUKAN OLEH DINAS PERDAGANGAN KOTA

PADANG ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh : Aulia Fitra 1310012111110

Bagian Hukum Perdata

Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta

P A D A N G 2017

(2)
(3)

PEMERIKSAAN TERA DAN TERA ULANG TIMBANGAN TERHADAP PEDAGANG PASAR RAYA PADANG YANG DILAKUKAN OLEH DINAS PERDAGANGAN KOTA

PADANG

Aulia Fitra1, As Suhaiti Arief,S.H.,M.H1, Suamperi,S.H.,M.H1 Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta

Email : auliafitra55@yahoo.com

ABSTRACT

One way to ensure that consumers get the goods in accordance with the exchange rate and conditions that should be is to ensure the scales or the dose used by businesses or traders improperly. The problems examined by the authors, namely (1) How is the inspection of calibration and calibration reset the scales against merchant Pasar Raya Padang, which was conducted by the Department of Trade Padang (2) Are the barriers experienced by the Trade Office of Padang in examinations Tera and tera re-scales against Market traders Raya Padang (3) efforts to what is being done by the Department of Trade Padang to reduce the barriers experienced in conducting examination and tera tera re-scales against merchant Pasar Raya Padang. This study uses a type of sociological law research. The data used include primary data and secondary data. Data collection techniques were obtained through interviews and document studies. Data were analyzed qualitatively. From the research, it can be concluded that (1) The implementation of tera and re-scales in Pasar Raya Padang has been done routinely every once a year by attending sidak and can re-order directly to UPTD Office of Legal Metrology of Padang City (2) And re-examination in this research the lack of interest of traders in doing the examination scales (3) Efforts are made to do more socialization and coaching in the framework of consumer protection.

Keywords: Examination, Tera and Re-Setting, Legal Metrology.

PENDAHULUAN

Pembangunan serta perkembangan perekonomian pada umumnya terhadap berbagai kemajuan yang terjadi pada bidang teknologi, industri, ekonomi maupun perdagangan, mengakibatkan semakin banyak permasalahan yang terjadi di negara

kita, khususnya adalah permasalahan mengenai perlindungan konsumen di dalam bidang perindustrian perdagangan nasional yang telah menghasilkan berbagai variasi

(4)

barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat1.

Hukum Perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup perhatian karena menyangkut aturan-aturan guna mensejahterakan masyarakat, bukan saja masyarakat selaku konsumen saja yang mendapat perlindungan, namun pelaku usaha juga mempunyai hak yang sama untuk mendapat perlindungan, masing-masing ada hak dan kewajiban. Pemerintah berperan mengatur, mengawasi, dan mengontrol, sehingga tercipta sistem yang kondusif saling berkaitan satu dengan yang lain

dengan demikian tujuannya

menyejahterakan masyarakat secara luas dapat tercapai2.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) menyebutkan bahwa perlindungan

konsumen merupakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.

Salah satu hak konsumen yang penting adalah memilih dan mendapatkan barang dan jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan . Untuk itu, informasi dan kondisi yang jujur dan benar mengenai barang yang ditransaksikan harus tersampaikan dengan baik.

Salah satu cara untuk memastikan bahwa konsumen mendapatkan barang sesuai dengan nilai tukar dan kondisi yang seharusnya adalah dengan menjamin timbangan atau takaran yang digunakan oleh pelaku usaha atau pedagang tepat dan benar. Jaminan tersebut dilakukan melalui pelayanan tera dan tera ulang terhadap alat ukur dan timbangan oleh pemerintah daerah setempat. Dengan demikian, konsumen dapat memperoleh barang sesuai dengan

(5)

ukuran yang seharusnya dan nilai tukar yang dibayarkan. Pemerintah, dalam hal ini kementrian perdagangan melaksanakan pengawasan terhadap alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP) dalam rangka meningkatkan perlindungan kepada konsumen dan menjaga kualitas barang beredar dan jasa.

Pengawasan adalah salah satu bentuk kegiatan guna mengevaluasi sampai sejauh mana peraturan perundang-undangan dapat dilaksanakan, baik oleh pemerintah selaku pelaksana peraturan perundang-undangan tersebut.

Dalam Pasal 1 huruf q Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal menera ialah hal menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar,

timbang dan

perlengkapannya yang belum dipakai.

Menurut Pasal 1 huruf r Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tera ulang ialah hal menandai berkala dengan tanda-tanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tera batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai-pegawai yang

berhak melakukan

berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapan yang telah ditera.

Lebih lanjut, dalam peraturan berikut yang merupakan regulasi turunan dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Utuk di Tera dan/atau Tera Ulang Serta Syarat-Syarat Bagi Alat Ukur, Takar, Timbang danPerlengkapannya, kemudian Peraturan Mentri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/3/2010 tentang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) Yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang, dan Surat Edaran Direktur Jendral Standardisasi dan Perlindungan Konsumen

(6)

Nomor 01/SPK/SE/5/2011 tentang Tera UTTP mengamanatkan agar UTTP yang secara langsung atau tidak langsung digunakan atau disimpan dalam keadaan siap pakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan wajib ditera atau ditera ulang.

Alat-alat ukur dan timbangan yang digunakan dalam transaksi dagang, digunakan oleh pedagang sepanjang waktu dengan frekuensi yang cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadinya perubahan pada bagian tertentu. Hal tersebut berpotensi untuk terjadinya kesalahan timbangan atau ukuran yang akan mergikan konsumen dan juga pelaku usaha. Untuk itu, tera dan tera ulang terhadap UTTP berperan penting dalam usaha perlindungan konsumen. Dari sisi pelaku usaha, mereka yang dalam melakukan transaksi dagangnya menggunakan UTTP wajib untuk memeriksakan atau tera ulang UTTP tersebut melalui sidang tera. Jika ada pelaku

usaha yang tidak tertib dalam memeriksakan UTTP yang digunakan maka akan dapat dikenakan sanksi. Akurasi dan reliabilitasi UTTP sebagai alat ukur barang yang diperdagangkan diperlukan agar masing-masing pihak memperoleh perlindungan yang setara. Pedagang dilindungi dari kerugian karena memberikan barang yang melebihi volume yang disepakati, sedangkan konsumen dilindungi dari kerugian karena menerima jumlah barang yang lebih rendah dari volume yang dibayarkan.

Dalam kegiatan perekonomian, keberadaan pasar merupakan salah satu faktor yang paling penting karena merupakan tempat untuk melakukan kegiatan jual beli barang bagi kebutuhan masyarakat. Keberadaan pasar juga menjadi salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah, dalam perkembangannya pasar yang ada dimasyarakat dapat dibagi menjadi pasar modern dan pasar tradisional. Pasar

(7)

tradisional saat ini kalah bersaing dibanding dengan pasar modern dalam memberikan pelayanan ke masyarakat sebagai konsumen. Konsumen, terutama diperkotaan merasa lebih nyaman berbelanja di pasar modern dibanding berbelanja di pasar tradisional. Untuk meningkatkan pelayanan di pasar tradisional pemerintah mencanangkan program perbaikan pengelolaan dan pemberdayaan pasar tradisional. Salah satu tujuannya adalah terciptanya pasar tradisional yang tertib, terarur, aman, bersih dan sehat, seperti yang tercantuk dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 20 tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar Tradisional dan Peraturan Mentri Perdagangan Nomor 86/M-DAG/PER/12/2012 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Sarana Perdagangan Tahun Anggaran 2013.

Berdasarkan hasil pra-penelitian yang sudah penulis lakukan di Pasar Raya Padang

ditemukan adanya para pedagang yang melakukan kecurangan terhadap alat timbang seperti menempelkan magnet dibawah tempat pemberat, menarik dengan benang untuk memberatkan timbangan dan ada juga timbangan yang tidak layak pakai. Timbangan yang sering disalahgunakan adalah timbangan meja dan timbangan bobot ingsut.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “PEMERIKSAAN TERA DAN TERA ULANG TIMBANGAN

TERHADAP PEDAGANG PASAR

RAYA PADANG YANG DILAKUKAN OLEH DINAS PERDAGANGAN KOTA PADANG”.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas permasalahan yang dapat dirumuskan untuk selanjutnya diteliti dan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

(8)

1.Bagaimanakah Pelaksanaan Pemeriksaan Tera dan Tera Ulang Timbangan terhadap pedagang Pasar Raya Padang yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Kota Padang?

2.Apakah hambatan yang dialami oleh Dinas Perdagangan Kota Padang dalam melakukan pemeriksaan tera dan tera ulang timbangan terhadap Pedagang Pasar Raya Padang? 3.Upaya apa saja yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Kota Padang untuk mengurangi hambatan yang dialami dalam melakukan pemeriksaan tera dan tera ulang timbangan terhadap pedagang Pasar Raya Padang?

Dengan adanya permasalahan diatas, penelitian yang dilakukan untuk membahas permasalahan tersebut mempunyai tujuan sebagai berikut :

1.Untuk mengetahui pelaksanaan Pemeriksaan Tera dan Tera Ulang Timbangan terhadap pedagang Pasar Raya

Padang yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Kota Padang.

2.Untuk mengetahui hambatan yang dialami oleh Dinas Perdagangan Kota Padang dalam melakukan pemeriksaan tera dan tera ulang timbangan terhadap Pedagang Pasar Raya Padang.

3.Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Kota Padang untuk mengurangi hambatan yang dialami dalam melakukan pemeriksaan tera dan tera ulang timbangan terhadap pedagang Pasar Raya Padang

Metodologi

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan jenis penelitian hukum sosiologis yaitu penelitian yang berupa studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan megenai proses bekerjanya hukum dalam masyarakat. Di samping itu juga dilakukan penelitian terhadap bahan-bahan kepustakaan untuk mendapatkan data

(9)

sekunder, dan juga melalui penelitian hukum dengan melihat norma hukum yang berlaku dan menghubungkannya dengan fakta yang ada di tengah masyarakat, dihubungkan dengan masalah yang dirumuskan dalam penelitian yang membahas pemeriksaan tera dan tera ulang timbangan terhadap pedagang pasar raya padang yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Kota Padang.

Dalam penelitian ini mempunyai dua sumber data yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung di lapangan dengan melakukan wawancara dengan informan yaitu :

1. Kepala UPTD Metrologi Legal Kota Padang Ibu Yenni Rizal.

2. Kepala Tata Usaha UPTD Metrologi Legal Kota Padang Bapak Faisal. 3. Sekretaris Dinas Perdagangan Kota

Padang Bapak Jasman.

4. Pedagang Cabe di Pasar Raya Padang Bapak Puji dan Ibu Emi. 5. Pedagangan Daging di Pasar Raya

Padang Bapak Jun dan Bapak Tosman.

b.Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan, berupa:

1) Bahan Hukum Primer

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b) Undang- undang Nomor 9 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

c) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. d) Peraturan Pemerintah Nomor 2

Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk ditera dan / atau ditera ulang serta syarat-syarat bagi alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya.

(10)

e) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/3/2010 tentang Alat-alat ukur, takar, timbang dan pelengkapannya (UTTP) yang wajib di tera dan tera ulang.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang menjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian, buku-buku, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan karya ilmiah yang ada kaitannya dengan permasalahan.

3. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi atau petunjuk serta penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Kamus Hukum dan Ensiklopedia.

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini :

a. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data untuk memperoleh keterangan dengan tanya jawab secara lisan dengan informan. Wawancara ini dilakukan dengan wawancara semi terstruktur yaitu penulis membuat pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu kemudian dikembangkan sesuai dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari bahan kepustakaan atau literatur-literatur yang ada, terdiri dari peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, buku ilmiah , yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dan hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti3. Bahan kepustakaan yang penulis gunakan yaitu :

1. Undang-undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

(11)

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

3. Buku-buku yang berkaitan dengan penelitian yang ada di Perpustakaan Pusat Universitas Bung Hatta.

Berdasarkan data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder, maka dilakukan analisis terhadap data tersebut dengan menggunakan metode kualitatif yaitu dengan mengelompokkan data sesuai dengan aspek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakuka dapat disimpulkan bawah Pemeriksaan tera dan tera ulang timbangan terhadap pedagang pasar raya padang yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Kota Padang sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Pemeriksaan Tera dan Tera Ulang Timbangan terhadap

pedagang Pasar Raya Padang yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Kota Padang sebagai berikut :

a. Pelaksanaan tera ulang timbangan meja di Pasar

Raya Padang sudah

terlaksana secara rutin yakni setiap satu tahun sekali, berdasarkan masa berlakunya tanda tera yang tercantum

pada Pasal 38

Kepmenperindag No.

61/MPP/Kep/2/1998 Tentang Penyelenggaraan

Kemetrologian yang

mengatakan bahwa jangka waktu tera ulang UTTP berlaku 1 (satu) tahun kecuali

UTTP sebagaimana

tercantum pada lampiran IV keputusan lain ini.

2. Hambatan yang dialami oleh Dinas Perdagangan Kota Padang dalam

(12)

melakukan pemeriksaan tera dan tera ulang timbangan terhadap Pedagang Pasar Raya Padang adalah :

Kurangnya minat para pedagang untuk melakukan pemeriksaan timbangan yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Kota Padang melalui UPTD Metrologi Legal Kota Padang.

3. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Kota Padang untuk mengurangi hambatan yang dialami dalam melakukan pemeriksaan tera dan tera ulang timbangan terhadap pedagang Pasar Raya Padang adalah perlu lebih banyak dilakukan sosialisasi dan pembinaan dalam rangka perlindungan konsumen, program kegiatan dilakukan secara lebih bersinergi, untuk selalu

menjaga kesinambungan

peningkatan pelayanan tera atau tera

ulang serta memonitor

perkembangan pelaporan tera atau tera ulang

Ucapan Terimakasih

Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Dwi Astuti Palupi, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang.

2. Ibu DR. Sanidjar Pebrihariati,S.H., M.H., selaku Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang. 3. Bapak H. Adri, S.H., M.H., selaku

Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang. 4. Ibu As Suhaiti Arief, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Suamperi, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan dan penyempurnaan karya tulis akhir ini.

5. Ibu Deswita Rosra, S.H.,M.H, selaku Pembimbing Akademik yang telah

(13)

membimbing dan memberikan banyak arahan kepada penulis untuk memilih dan menentukan mata kuliah setiap semester selama kuliah di Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang. 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum, yang selama ini telah banyak memberikan bekal ilmu bagi penulis selama belajar di Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang.

7. Staf Karyawan dan Karyawati Biro Akademik dan Biro Kemahasiswaan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang.

8. Ibu Yenni Rizal, M.I.Kom selaku Kepala UPTD Metorlogi Legal Kota Padang dan Bapak Muhammad Faisal selaku Kepala Tata Usaha UPTD Metrologi Legal Kota Padang yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan wawancara sehingga skripsi ini dapat selesai.

Daftar Pustaka

Ahmadi Miru, 2013, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali Pres, Jakarta

, 2013, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia, ed.2, Rajawali Pres, Jakarta Bambang Sunggono, 2012, Metodologi

Penelitian Hukum, cet. 12, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Celine Tri Siwi Kristiyanti, 2014, Hukum Perlindungan Konsumen, ed.1 cetakan 4, Sinar Grafika, Jakarta

Djainul Arifin, 2014, Pengawasan Kemetrologian, Metrologi Publishing Bekerja sama dengan Pusat Pengembangan SDM Kemetrologian, Bandung

Eli Wuria Dewi, 2015, Hukum Perlindungan Konsumen, ed.1, Graha Ilmu, Yogyakarta

Gunawan Widjaja, 2000, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Intan Nur Rahmawanti dan Rukiyah Lubis, 2014, Win win Solution Sengketa Konsumen, Pustaka Yustisia, Yogyakarta.

Janus Sidabalok, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

(14)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk di Tera dan/atau Tera Ulang Serta Syarat-Syarat Bagi Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/3/2010 tentang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) Yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang.

Evaluasi Kinerja UPT/UPTD Dalam Pelayanan Tera dan Tera Ulang UTTP, http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2015/0 1/16/Analisis%20Evaluasi%20Pelaksanaan %20Pelayanan%20Tera%20atau%20Tera% 20Ulang%20UTTP.pdf, diakses pada 04

(15)

Referensi

Dokumen terkait

tidak cukup didalam satu silinder karena katup atau gasket bocor, atau cincin torak yang macet atau patah. Penemuan dari penyebab yang tepat dan perbaikannya sangat penting

Sebagaimana kita tau pasar adalah sebuah tempat bertemunya pembeli dengan penjual guna melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli suatu barang

Berdasarkan percakapan tersebut dapat disimpulkan, bahwa alih kode tidak hanya terbatas pada pengalihan dari satu bahasa ke bahasa yang lain seperti dalam masyarakat dwibahasa

Memasuki tahun 2018, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai diberlakukan untuk negara-negara yang tergabung dalam ASEAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan bentuk

Puri merupakan tempat tinggal untuk kasta Ksatria yang memegang pemerintahan Umumnya menempati bagian kaja kangin di sudut pempatan agung di pusat desa.. Puri umumnya

Jika Anda ingin menonaktifkan audio panel belakang (hanya didukung bila mengguna- kan modul audio panel depan HD), lihat Bab 5, “Mengkonfigurasi Audio 2/4/5.1/7.1 Kanal”. •

Giliran dalam penyajian makanan atau disebut dengan Courses pada masa sekarang dikenal dengan Menu Moderen atau Modern Menu yang terdiri dari 4 giliran makan atau courses

Pada tanaman kelapa sawit muda, jumlah bunga jantan lebih sedikit dibandingkan dengan bunga betina, tetapi perbandingan tersebut akan berubah sesuai dengan