• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kode Etik Promosi, Pelayanan Kebidanan dan Mal Praktik Yang Sering Terjadi Dalam Pelayanan Kebidanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kode Etik Promosi, Pelayanan Kebidanan dan Mal Praktik Yang Sering Terjadi Dalam Pelayanan Kebidanan"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

“Kode Etik Promosi, Pelayanan

Kebidanan dan Mal Praktik Yang

Sering Terjadi Dalam Pelayanan

Kebidanan”

(2)
(3)

Definisi Bidan

Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta memiliki

kompetensi dan kualifikasi untuk

diregister, sertifikasi dan atau scr sah mendapat lisensi untuk menjalankan

praktik

(4)

Pelayanan Kebidanan

Bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yg

diberikan oleh bidan yg telah

terdaftar (teregister)

yg dpt dilakukan scr

mandiri, kolabirasi, atau

rujukan.

(5)

LAYANAN PRIMER

adl layanan bidan yang sepenuhnya menjadi

tanggungjawab bidan

LAYANAN KOLABORASI

adl layanan yg dilakukan yg dilakukan oleh bidan

sbg

anggota tim

yg kegiatannya dilakukan scr bersamaan

atau sbg salah satu dr sebuah proses kegiatan

pelayanan kesehatan

 LAYANAN RUJUKAN

adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dlm rangka

rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi

(6)

Adl implimentasi dari atau

ilmu kebidanan oleh bidan yg

bersifat

otonom

, kpd perempuan,

keluarga

dan

komunitasnya,

didasari etika dan

kode etik

bidan.

(7)

Adl

proses

pengambilan

keputusan dan tindakan

yg

dilakukan oleh bidan sesuai dg

wewenang dan ruang lingkup

praktiknya berdasarkan

ilmu dan

kiat

kebidanan

(8)

Rumah Masyarakat Rumah Sakit Puskesmas Klinik

Ruang Lingkup

Pelayanan Kebidanan

WHERE ?

(9)

Perilaku Profesional Bidan

1. Bertindak sesuai keahliannya dan didukung o/ pengetahuan & pengalaman serta ketrampilan yg tinggi 2. Bermoral tinggi

3. Berlaku jujur, baik kpd org lain maupun diri sendiri

4. Tdk melakukan tindakan coba2 yg tdk didukung ilmu pengetahuan, profesinya

5. Tdk memberikan janji yg berlebihan

6. Tdk melakukan tindakan yg semata-mata didorong o/ pertimbangan komersial

7. Memegang teguh etika profesi 8. Mengenali batas2 kemampuan

(10)

SYARAT PRAKTIK BIDAN

1. Mempunyai lisensi / ijin praktik

2. Bekerja sesuai dg kewenangan dan

kompetensinya

3. Berdasarkan etika dan kode etik

kebidanan

4. Surat ijin praktik bidan (SIPB)

dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan

Kab/Kota dan ada rekomendasi dari

IBI Cabang

(11)

Dasar Kompetensi Bidan

KEPMENKES No 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan (9 kompetensi)

Kompetensi 1

Bidan mpy persyaratan

pengetahuan dan ketrampilan

dr

ilmu-ilmu sosial, kesehatan masy & etik yg membentuk

dasar dr asuhan yg bermutu tinggi sesuai dg budaya,

utk

wanita, BBL dan keluarganya

Kompetensi 2

Bidan memberikan

asuhan yg bermutu tinggi, pendidikan

kesehatan yg tanggap thd budaya dan pelayanan menyeluruh

di masy dlm rangka utk meningkatkan kehidupan keluarga yg

sehat, perencanaan kehamilan & kesiapam mjd orang tua.

(12)

Kompetensi 3

Bidan memberikan

asuhan antenatal bermutu tinggi

utk

mengoptimalkan kesehatan slm kehamilan yg meliputi :

deteksi dini, pengobatan atau rujukan dr komplikasi tertentu

Kompetensi 4

Bidan memberikan asuhan yg bermutu tinggi, tanggap thd

kebudayaan setempat slm

persalinan, memimpin slm

persalinan yg

bersih &

aman, menangani situsi

kegawatdaruratan

tertentu utk mengoptimalkan kesehatan

wanita & bayinya yg baru lahir.

(13)

Kompetensi 5

Bidan memberikan asuhan pd

ibu nifas & menyusui

yg

bermutu tinggi dan tanggap thd budaya stempat

Kompetensi 6

Bidan memberikan asuhan yg bermutu tinggi,

komperhensif pd

BBL sehat sampai dg 1 bulan

(14)

Kompetensi 7

Bidan memberikan asuhan yg bermutu tinggi,

komperhensif pd

bayi dan balita sehat 1 bulan – 5 th.

Kompetensi 8

Bidan

memberikan

asuhan

yg

bermutu

tinggi,

komperhensif pd

keluarga dan masy

sesuai dg budaya

setempat

Lanjut

Kompetensi 9

Melaksanakan asuhan kebidanan pada

wanita/ibu

(15)

Kewenangan BPM Diatur Dalam

Permenkes RI No. 1464/Menkes/Per/X/2010 (Izin

dan Penyelenggaraan Praktik Bidan)

Dlm memberikan pelayanan kebidanan mengacu pd

(16)

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk

memberikan pelayanan

:

- Kesehatan ibu

- Kesehatan anak

- Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana

Permenkes RI No. 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

(17)

Pasal 10

(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra harnil

kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. pelayanan konseling pada masa pra hamil; b. pelayanan antenatal pada kehamilan normal; c. pelayanan persalinan normal;

d. pelayanan ibu nifas normal; e. pelayanan ibu menyusui; dan

(18)

(3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk:

a. episiotomi;

b. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

c. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

d. pemberian tablet Fe pada ibu hamil;

e. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

f. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;

g. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;

h. penyuluhan dan konseling;

i. bimbingan pada kelompok ibu hamil;

j. pemberian surat keterangan kematian; dan k. pemberian surat keterangan cuti bersalin.

(19)

Pasal 11

(1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.

(2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk:

a. melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusltasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 - 28 hari), dan perawatan tali pusat;

b. penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;

c. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan

(20)

d. pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah; e. pemantauan tumbuh

kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah;

f. pemberian konseling dan penyuluhan;

g. pemberian surat keterangan kelahiran; dan

h. pemberian surat keterangan kematian.

(21)

Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan

reproduksi perempuan dan keluarga berencana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, berwenang untuk :

a. memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan

reproduksi perempuan dan keluarga berencana; dan b. memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

(22)

Pasal 13

(1) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12, Bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi:

a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi

dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit;

b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter;

c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan;

d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaia, dan penyehatan lingkungan;

(23)

Lanjut…

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita,

anak pra sekolah dan anak sekolah;

f. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;

g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan

penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS)

termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya;

h.Pencegahan penyalahgunaan Narkotika: Psikotropika

dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi

dan edukasi; dan

i. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program

Pemerintah.

(24)

(2) Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat

dilakukan oleh bidan yang dilatih

untuk itu. Lanjutan….

(25)

Pasal 14

(1) Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

(2) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditelapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.

(3) Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat dokter, kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku.

(26)

5 Aspek Dasar atau benang merah dalam

pelayanan kebidanan

Membuat keputusan klinik

Asuhan sayang ibu dan sayang

bayi

Pencegahan infeksi

Pencatatan (rekam medis)

Rujukan

(27)

Adalah berupa norma – norma

yang

harus diindahkan

oleh setiap

anggota perofesi yg bersangkutan

di dalam melaksanakan tugas

profesinya

dan

hidup

di

masyarakat

(28)

Tujuan Kode Etik

4. Untuk meningkatkan mutu profesi

3. Untuk meningkatkan pengabadian

para anggota profesi

2. Untuk menjaga dan memelihara

kesejahteraan para anggota

1. Untuk meningkatkan pengabadian

para anggota profesi

(29)

Kode

etik

hanya

dapat

ditetapkan oleh

organisasi IBI

untuk

para

anggotanya.

Penetapan

kode

etik

IBI

ditentukan dalam

Kongres IBI

(30)

Kode Etik Promosi Dalam Pelayanan Kebidanan

Dengan makin banyaknya BPS/RB

dan RS maka

persaingan makin ketat

untuk mendapatkan pasien dan

berdampak pada

aspek promosi

yang

kurang menghargai kode etik dalam

layanan kesehatan

(31)

Etika Persaingan Pelayanan Kesehatan

Usaha pelayanan kesehatan dg kegiatan pemasarannya tdk terhindar dr persaingan dan berhadapan dg pesaing di bidang usaha yg mengandung komersil

Penyelenggaraan kesehatan msh terikat dgn “kepentingan kemanusiaan” shg nilai komersil dlm usaha pelayanan kesehatan dibebani nilai kemanusiaan

Usaha pelayanan kesehatan mpy nilai sosial lbh drpd nilai komersial

(32)

1. Usaha pengembangan kesmas selain melalui

peningkatan

iptek

jg

didukung

dg

pengembangan promosi

2. Promosi kesmas tdk boleh bertentangan dg

dasar nilai norma, doktrin di bid. Kesehatan

Perkembangan Promosi Kesehatan Masyarakat

(33)

2. Norma Etika

Tatanan hidup utk menjaga kepercayaan serta

mutu profesi

3. Norma Hukum

Tatanan hidup yg diatur oleh hukum negara

melalui peraturan perundangan

1. Norma Kesusilaan

Tatanan hidup pergaulan kemasyarakatan

(34)

Hak utk menentukan diri sendiri (the right to

self determination)

Hak memperoleh pemeliharaan kesehatan (the right to health care)

Hak utk memperoleh informasi scr terbuka (the

right to information) Hak asasi manusia (The

right to protection of privacy)

Hak utk pendapat

dokter/nakes kedua, tlh tjd bagian peradaban tmsk didalamnyah idup sehat (the right second opinion)

(35)

4 Pokok Pikiran

Yg hrs dikembangkan dlm hubungan pelayanan

kesehatan

1) Menumbuhkan rasa

tanggungjawab

pasien sendiri

utk memulihkan kesehatannya.

2) Penanganan kesehatan pasien yg dilakukan oleh

nakes

hny sbgi suatu upaya kesehatan

shg tdk

sepatutnya tindakan medik itu

dipaksakan

kpd yg

bersangkutan, kecuali ada pernyataan scr tegas

hubungan dg wabah epidemi yg membahayakan

orang lain disekitarnya

(36)

3) Menumbuhkan

jalinan kerjasama

utk kesehatan

antara nakes dan pasien akan lebih efektif.

4)Menempatkan kedudukan pasien yg lemah

sedemikian rupa dg kedudukan nakes yg tdk lagi

menonjolkan sifat kesehatan paternalistik seperti

lampau

(37)

(1) Tenaga kesehatan berhak mendapatkan

imbalan dan perlindungan hukum dlm melaksanakan tugas sesuai dg profesinya

(2) Tenaga kesehatan dlm melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yg dimiliki

(3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sbmn dimaksud pd ayat (1) dan (2) diatur dlm PP

1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 27

(38)

1. Dalam keadaan

darurat

, fasilitas pelayanan

kesehatan, baik pemerintah maupun swasta,

wajib

memberikan pelayanan kesehatan bagi

penyelamatan

nyawa pasien dan pencegahan

kecacatan terlebih dahulu

2. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan

kesehatan, baik pemerintah maupun swasta

dilarang menolak pasien dan/atau meminta

uang muka

(39)

Pasal 32

(1) Dalam keadaan darurat

, fasilitas pelayanan

kesehatan, baik pemerintah maupun swasta,

wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi

penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan

kecacatan terlebih dahulu.

(2) Dalam keadaan darurat

, fasilitas pelayanan

kesehatan, baik pemerintah maupun swasta

dilarang menolak pasien dan/atau meminta

uang muka.

(40)

(1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sbgian atau seluruh tindakan pertolongan yg akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut scr lengkap (2) Hak menerima atau menolak sbgmn dimaksud pd

ayat (1) tdk berlaku pd :

a. Penderita penyakit yg penyakitnya dpt scr cpt menular ke dlm masy lbh luas;

b. Keadaan seseorang yg tdk sadarkan diri; atau c. Gangguan mental berat

(3) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sbmn dimaksud pd ayat (1) diatur sesuai dg ketentuan peraturan perUU

(41)

PASAL 68

(1) Pemasangan

implan obat

dan/atau

alat kesehatan dlm tubuh manusia

hny dpt dilakukan oleh tenaga

kesehatan yg mpy

keahlian dan

kewenangan

serta dilakukan di

fasilitas

pelayanan

kesehatan

tertentu

(2) Ketentuan mengenai syarat dan

tata

cara

penyelenggaraan

pemasangan implan obat dan/atau

alat kesehatan sbgmn dimaksud pd

ayat (1) ditetapkan dg PP

(42)

1. Setiap bayi

berhak mendapatkan air

susu ibu

eksklusif sejak dilahirkan slm

6 (enam) bulan

, kecuali

atas indikasi medis

PASAL 128

2. Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga,

pemerintah, pemerintah daerah, dan masy hrs

mendukung ibu bayi

scr penuh dg penyediaan waktu

dan fasilitas khusus

3. Penyediaan fasilitas khusus sbgmn dimaksud pd ayat

(2) diadakan di

tempat kerja dan tempat sarana

umum

(43)

KETENTUAN PIDANA

Pasal 194

43

Setiap orang yg dg sengaja

melakukan aborsi

tdk sesuai dg ketentuan sbgmn dimaksud

dlm pasal 75 ayat (2) dipidana dg pidana

penjara paling lama

10 (sepuluh) thn dan

denda paling byk Rp. 1.000.000.000,00 (satu

(44)

Setiap orang yg dg sengaja

menghalangi

program pemberian air susu ibu eksklusif

sbgmn dimaksud dalam pasal 128 (2) dipidana

penjara paling

lama 1 (satu) tahun dan denda

paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta

rupiah)

Lanjut

(45)

PASAL 201

1) Dalam hal tindak pidana sbgmn dimaksud dlm pasal 190 (1), pasal 191, pasal 192, pasal 196, pasal 197, pasal 198, pasal 199 dan pasal 200 dilakuka oleh korporasi, selain pidana penjara dan denda thd pengurusnya, pidana yg dpt dijatuhkan thd korporasi berupa pidana denda dg pemberatan 3 (tiga) kali dr pidana sbgmn dimaksud dlm pasal 190 ayat (2), pasal 192, pasal 196, pasal 197, pasal 198, pasal 199 dan pasal 200

2) Selain pidana denda sbgmn dimaksud pd ayat (1), korporasi dpt dijatuhi pidana tambahan berupa :

a. Pencabutan izin usaha; dan/atau b. Pencabutan status badan hukum

(46)

Pasal 77

Setiap Penerima Pelayanan Kesehatan yang dirugikan akibat kesalahan atau kelalaian Tenaga Kesehatan dapat meminta ganti rugi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undang

Undang-Undang No 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehata

(47)

Prof. dr. M Jusuf Hanafiah, SpoG (K)

Kelalian dokter dlm menggunakan ketrampilan dan

ilmu pengetahuan yg lazim digunakan dlm negobati

pasien atau orang yang terluka.

World Medical Assembly, Marbella

Kegagalan dokter mematuhi standar pelayanan medis,

atau kekurangan-cakapan, atau kelalian dlm memberi

pelayanan kpd pasien, yg mrp penyebab lgsg dan

cedera pd pasien

(48)

Macam dan Bentuk Malpraktik

Kesalahan atau

pelanggaran etik

Kesalahan atau

pelanggaran disiplin

Kesalahan atau

pelanggaran hukum

(49)

FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA

MALPRAKTEK

Tidak melakukan tindakan medis sesuai

dengan

standar profesi

Tidak melakukan tindakan medis sesuai

dengan

Standar Prosedur Operasionla (SOP)

Tidak memberikan

informed consent

Petugas kesehatan yg

tidak memahami

(50)

Sebab - Sebab Terjadinya Gugatan Malpraktek

KOMUNIKASI YG TIDAK

BAIK

HASIL PERAWATAN YG TIDAK MEMUASKAN

BIAYA YANG DIANGGAP TERLALU TINGGI

(51)

1)

Bersifat

bertentangan

dg hukum

2)

Akibat

sebenarnya dpt

dibayangkan

4) Perbuatan tsb dpt

disalahkan

3)

Akibat

sebenarnya dpt

dihindarkan

Unsur-unsur kesalahan dlm hukum

pidana (mnrt Jonkers) :

(52)

Tuntutan Hukum dapat ditinjau dari 3 aspek,

yaitu :

a. Hukum Pidana

Contoh : Kelalaian

b. Hukum Perdata

Contoh : Perbuatan Melawan Hukum,

Wanprestasi

c. Hukum Administrasi

(53)

Beberapa penyebab tuntutan,

antara lain :

1. Kurangnya komunikasi

2. Informed Consent yang kurang

benar

3. Tidak adanya manajemen resiko

4. Tanggung jawab kesehatan tidak terkualifikasi oleh

(54)

Pasal 359 KHUP :

“Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya)

menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.”

(55)

Pasal 360 KHUP

:

1. Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya)

menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

2. Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

(56)

UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

Pasal 84 :

(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan Penerima Pelayanan

Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.

(2) Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian, setiap Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.

(57)

1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian.

2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tidak berlaku tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.

3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 58 :

(58)

1. Litigasi :

Melalui Pengadilan

2. Non Litigasi :

Melalui Mediasi (Lebih diutamakan)

(59)

Keunggulan Mediasi

Keunggulan mediasi dalam menyelesaikan sengketa medis memiliki beberapa karakteristik, antara lain :

a. Voluntary (sukarela)

Keputusan bermediasi diserahkan kepada kesepakatan para pihak.

b. Informal/fleksibel

Para pihak dapat mendesain sendiri prosedur mediasi.

c. Interest based (dasar kepentingan)

(60)

Lanjutan….

d. Future looking (memandang ke depan)

Lebih menekankan untuk menjaga hubungan para pihak ke depan.

e. Parties oriented

Para pihak dapat secara aktif mengontrol proses mediasi dan pengambilan penyelesaian tanpa bergantung pada pengacara.

f. Parties control

Penyelesaian sengketa melalui mediasi merupakan keputusan dari masing-masing pihak. Mediator tidak dapat memaksakan untuk tercapainya kesepakatan.

(61)

Dasar Mediasi

UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 29

“Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus

(62)

a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis).

b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.

c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.

Strategi Untuk Menangggulangi Permasalahan Malpraktek

(63)

d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior / dokter.

e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dg memperhatikan segala kebutuhannya.

f. Menjalin komunikasi yg baik dg pasien, keluarga dan masy sekitarnya.

(Lanjut) Strategi Untuk Menangggulangi Permasalahan Malpraktek

(64)

Informe

d

concent

Rekam

medis

Sistem

rujukan

Pelanggaran yg sering dijumpai dalam pelayanan

Kesehatan

(65)

Adalah Persetujuan yg diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medik yg akan dilakukan thd pasien tsb

Informed Consent

(Persetujuan Tindakan Medis)

PERMENKES no 290/MenKes/Per/III/2008

Demi kepentingan pasien, informed consent tdk diperlukan bagi pasien gawat darurat dlm keadaan tdk sadar & tdk didampingi oleh keluarga pasien yg berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis.

(66)

1. Perlindungan pasien utk segala tindakan medik

2. Perlindungan nakes thd terjadinya akibat yg tdk terduga serta dianggap merugikan hak orang lain.

3. Perlindungan thd pasien dimaksudkan sgl tindakan medik yg ditujukan pd badaniah & rohaniah yg dilakukan tanpa sepengetahuan pasien dr perlakuan prosedur medik yg sebenarnya tdk perlu/tanpa ada dasar kepentingan medik yg pd titik klimaksnya mrp penyalahgunaan dr standar profesi medik

yg merugikan/membahayakan pasien

(67)

4. Perlindungan thd nakes yg telah melakukan tindakan medik atas dasar standar profesi medik ttpi menghadapi adanya akibat yg tdk terduga serta dianggap merugikan pihak lain, maka tindakan medik yg bermasalah itu memperoleh jaminan perlindungan berdasarkan “risk of treatment” dan

“error of judgement” utk kepentingan kesehatan

(68)

Penjelasan Risk of Treatment dan Error of Judgement

Risk of Treatment

Kejadian yg

tdk bisa dihindarkan

walaupun sdh berusaha

pencegahan sedapat mungkin & bertindak

dg sangat

berhati-hati atas resiko tsb.

Error of Judgement

Sbg manusia yg tdk akan terhindar dr kesalahan yg

wajar, maka bisa saja

didiagnosa atau terapi yg

ditegakkan tnyt keliru dlm batas-batas tertentu

(69)

Rekam Medis

Permenkes RI No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis.

BAB I

Ketentuan Umum Pasal 1

(1) Rekam Medis : berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

(70)

UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

Bagian Keenam Rekam Medis

Pasal 70

(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan perseorangan wajib membuat rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan.

(2) Rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah Penerima Pelayanan Kesehatan selesai menerima pelayanan kesehatan.

(71)

Lanjutan….

(3) Setiap rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan

harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan atau paraf Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan atau tindakan.

(4) Rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh Tenaga Kesehatan dan pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

(72)

Lanjutan….

Pasal 71

(1) Rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 merupakan

milik Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

(2) Dalam hal dibutuhkan, Penerima Pelayanan Kesehatan dapat meminta resume rekam medis

(73)

Isi Rekam Medis

• Catatan Medis

Semua informasi tentang riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis, pengobatan serta hasilnya, laporan dokter, perawat, hasil

pemeriksaan laboratorium, rontgen, dll.

• Catatan Non Medis

Semua informasi lain yang tidak bersifat medis (identitas pasien, kondisi sosial ekonomi, dll)

• Dokumen

Kelengkapan penunjang catatan medis (hasil lab, foto rontgen, dll)

(74)

Permenkes RI No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis

Bab V

Pemilikan, Pemanfaatan dan Tanggung Jawa

b

Pasal 12

(1) Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.

(2) lsi rekam medis merupakan milik pasien.

(3) lsi rekam medis sebaqaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan rekam medis.

(4) Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.

(75)

Pasal 13

(1) Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai

a. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;

b. Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi;

c . Keperluan pendidikan dan penelitian;

d. Dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan; dan data statistik kesehatan

(76)

(2) Pemanfaatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang menyebutkan identitas pasien harus mendapat persetujuan secara tertulis dan pasien atau ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya.

(3) Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan penelitian tidak diperlukan persetujuan pasien, bila dilakukan untuk kepentingan negara.

(77)

• Ditinjau dari segi medis, hasil pelayanan

kebidanan :

(78)

Jika hasil penanganan

BAIK,

hal

tersebut dianggap

biasa karena

sudah menjadi tugas nakes. Pujian

juga jarang didapatkan, meskipun

dalam penanganan

kegawatdaruratan, seluruh

kemampuan kita kerahkan

(79)

Jika hasil penanganan

BURUK

, nakes beresiko mendapatkan

tuntutan/gugatan atas ketidakpuasan klien terhadap proses

pelayanan yang kita berikan. Oleh karena itu, yang

harus

dipersiapkan nakes

untuk

mengantisipasi hal

tersebut adalah :

1. Rekam Medis

2. Kewenangan

3. Kompetensi

4. SOP

(80)

KESIMPULAN

Bidan wajib memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang baik.

Bidan wajib memahami peraturan-peraturan terkait dengan kebidanan

Bidan senantiasa meningkatkan kemampuan profesionalnya secara terus menerus dalam menghadapi tuntutan masyarakat untuk mendapatkan

pelayanan yang terbaik dan memuaskan.

Jika terjadi sengketa medis, maka solusi terbaik diutamakan dengan mediasi.

(81)

Referensi

Dokumen terkait

Kendala Yang Dihadapi Peradi Dalam Menjalankan Peran Untuk Menjaga Serta Memelihara Martabat Dan Kehormatan Profesi Advokat Di Indonesia. Kendala yang dihadapi adalah

melakukan registrasi sidik jari terhadap seluruh pegawai ASN dilingkungan unit kerja masing-masing ke dalam mesin absensi sidik jari pada awal penggunaan dan/ atau

Degradasi dengan variasi potensial, pH dan waktu dilakukan pada larutan metanil yellow yang mengandung elektrolit pendukung NaCl 0,1 M. Hasil analisis diperoleh kondisi optimum

Surat Teguran dan Surat Paksa yang diterbitkan dibayar dengan waktu yang bervariasi, ada beberapa yang membayar sebelum diterbitkannya Surat Teguran atau Surat

paradigma, teori dan metodologi.Dalam hal ini, setelah peneliti berhasil mendapatkan data dan informasi dari obyek yang diteliti, langkah yang diambil kemudian

016 Jumlah Lembaga Pendidikan Keagamaan Katolik Tingkat Dasar dan Menengah yang mendapat bantuan Sarana Prasarana [buku perpustakaan]. 017 Jumlah PTAKS

TENS (Transcutaneus electrical nerve stimulation) adalah cara alami yang digunakan untuk mengatasi rasa sakit dengan menggunakan mesin TENS yang dipasang di bagian pinggang,