• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA JAKARTA TAMANSARI DUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA JAKARTA TAMANSARI DUA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK

TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA

KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)

PRATAMA JAKARTA TAMANSARI DUA

Rahmawati Yuliana

Rahmawatiyuliana_lin@yahoo.com

ABSTRAK

Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

penagihan terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua,

mengingat peran pajak begitu penting dalam penerimaan negara. Penelitian ini

mengacu pada pendekatan kualitatif yang menggunakan data primer dan sekunder

dari wawancara, observasi, dokumentasi dan kepustakaan. Penulis membandingkan

jumlah Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP, dan Pemblokiran yang dilakuan dengan

hasil pencapaiannya selama

tiga tahun (2009,2010,dan2011), sehingga dapat dianalisa dan menghasilkan

kesimpulan, yaitu kinerja Seksi penagihan belum efektif dalam melaksanakan

penagihan sehingga hanya sebagian kecil penerimaan pajak pada KPP Pratama

Jakarta Tamansari Dua yang berasal dari penagihan. Dengan kata lain lebih banyak

wajib pajak yang sadar akan kewajiban perpajakannya tanpa perlu dilakukan

tindakan penagihan.(Ry)

Kata Kunci :

(2)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

_________________________________________________________________

Fakultas Ekonomi dan Komunikasi

Jurusan Akuntansi dan Keuangan

Skripsi Sarjana Strata 1 Akuntansi

Semester Genap tahun 2013/2014

EVALUASI ATAS PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

PADA KPP PRATAMA JAKARTA TAMANSARI

Rahmawati Yuliana

1301053396

Abstract

In this study the author aimed to determine the impact of tax revenue collection at

KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua, where it plays an important role on revenues

taxation in our country. This study refers to a qualitative approach using primary

and secondary data from interviews, observations, documentation and literature.

The author compared the number of Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP and

Pemblokiran that are done by the result that collected during three years (2009, 2010

and 2011), so that it could be analyzed and make the conclusion that the performance

of the taxation officer has not been effective in carrying out the collection that cause

small percentage on tax revenues at KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua in which

are derived from the tax collection. In other words, many taxpayers are aware of

their tax obligation without any billing coming to them. (Ry)

(3)

Tax Collection, Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP, Pemblokiran

PENDAHULUAN

Pajak merupakan pungutan berdasarkan Undang-Undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk penyediaan barang dan jasa publik, pengertian ini dijabarkan oleh Erly Suandy (2011:5). Pajak dipungut oleh pemerintah kepada rakyat yang sifatnya dipaksakan, tanpa memandang kaya atau miskin. Iuran pajak yang dipungut oleh pemerintah ini akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Kurang lebih 2/3 penerimaan Negara saat ini bersumber dari pajak, berdasarkan penerimaan tersebut pemerintah sekiranya dapat mengelola dengan baik untuk kepentingan Negara didalam Pembangunan nasional. Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar, terlebih ketika sumber daya alam, khususnya minyak bumi tidak bisa lagi diandalkan. Penerimaan dari sumber daya alam mempunyai umur yang relatif terbatas, suatu saat akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Hal ini berbeda dengan pajak; sumber penerimaan ini mempunyai umur tidak terbatas, terlebih dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk .

Pajak mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi budgeter dan fungsi mengatur. Dalam fungsinya yang budgetair pajak lebih berkaitan dengan fungsinya sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang nantinya akan digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan administrasi pemerintahan, sedang dalam fungsinya yang mengatur (regulerend) pajak lebih berkaitan dengan upaya pemerintah untuk mengatur : Perekonomian, alokasi sumber-sumber ekonomi, redistribusi pendapatan dan konsumsi.

Peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak sebagai salah satu sumber pembiayaan yang masih dimungkinkan dan terbuka luas, di dasarkan pada jumlah pembayar pajak dari tahun ke tahun yang diharapkan semakin banyak seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kesejahteraaan masyarakat. Pajak merupakan penerimaan negara yang akan digunakan untuk pembiayaan umum dari segala kegiatan pemerintah, bahkan pajak juga merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan perekonomi suatu negara.

Tekad pemerintah dalam membudayakan pajak untuk mewujudkan masyarakat Indonesia menjadi sadar pajak rupanya sudah bulat. Hal ini dilaksanakan dalam rangka melanjutkan pembangunan nasional menuju kemandirian bangsa. Ujung tombak dari kesadaran dan kepatuhan wajib pajak terletak pada Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Pajak, karena penyuluhan pada hakekatnya memegang peranan penting. Tanpa pengetahuan dan pemahaman yang mendasar tentang pajak, maka wajib pajak tidak akan merespon adanya kebutuhan dan pembangunan yang berasal dari ketentuan peraturan perpajakan.

Kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya merupakan hal penting dalam penarikan pajak tersebut. Selain dari pihak wajib pajak, suatu hal yang paling menentukan dalam keberhasilan pemungutan pajak adalah kemauan wajib pajak untuk melakukan kewajiban tersebut. Penyebab kurangnya kemauan tersebut antara lain adalah asas perpajakan, yaitu bahwa hasil pemungutan pajak tersebut tidak langsung dinikmati oleh para wajib pajak, memang harus disadari bahwa jalan-jalan raya yang halus, pusat-pusat kesehatan masyarakat, pembangunan sekolah-sekolah negeri, irigasi yang baik, dan fasilitas-fasilitas publik lainnya yang dapat dinikmati masyarakat itu merupakan hasil dari pembayaran pajak. Masyarakat sendiri dalam kenyataanya tidak suka membayar pajak. Hal ini disebabkan masyarakat tidak pernah tahu wujud konkret imbalan dari uang yang dikeluarkan untuk membayar pajak.

Dan kesadaran masyarakat yang rendah tersebut mengakibatkan munculnya tunggakan pajak. Oleh karena itu tindakan dalam penagihan pajak sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan tunggakan pajak tersebut dan dengan harapan dapat memberikan motivasi peningkatan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak.

(4)

Pengertian penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penaghian seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Tindakan penaghian pajak berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan tidaklah harus tuntas dilakukan seluruhnya, namun urutan urutan tindakan hanya dilakukan apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya.

Penagihan pajak dimulai dengan Surat teguran, apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak tidak dilunasi sampai batas waktu jatuh tempo maka selanjutnya akan diterbitkan Surat Paksa. Dan ketika telah diterbitkan surat paksa tetapi Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajak nya, maka akan diterbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP). Dan selanjutnya akan di lakukan penyitaan harta milik wajib pajak dan atau pemblokiran dengan cara membekukan dana Wajib Pajak dalam bank, pengumuman lelang dan terakhir akan dilelang jika wajib pajak tetap tidak mau melunasi utang pajaknya.

Dalam pelaksanaanya yang bertugas untuk melakuan penagihan pajak adalah juru sita, oleh karena itu juru sita harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang mendalam mengenai peraturan perpajakan yang mengatur mengenai penagihan pajak dan sistematisnya, sehingga proses penagihan pajak dapat berjalan lancar. Dan diharapkan fiskus dapat lebih bersemangat dalam melakukan tindakan penagihan pajak demi tercapainya target penerimaan negara yang sudah di tetapkan.

Adapun tujuan dari di susunnya penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui apakah Penagihan Pajak yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua sudah sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

2. Mengetahui tingkat efektifitas Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dalam rangka Peningkatan Penerimaan Pajak

3. Mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan Penagihan pajak

4. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut.

METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan penelitian serta dalam menganalisis datanya dilakukan secara utuh, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a.Penelitian Lapangan 1. Observasi

Penulis mengamati dan melihat langsung kegiatan yang dilakukan oleh para petugas KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua untuk mendapatkan informasi dan data.

2. Wawancara

Mengumpulkan informasi dan data melalui tanya jawab secara langsung kepada informan yang dianggap mengetahui tentang objek penelitian dengan tujuan untuk menggali informasi yang dibutuhkan dan sebagai data pendukung. 3. Dokumentasi

Melakukan pengumpulan data baik berupa dokumen maupun catatan-catatan lainnya yang terkait dengan penelitian.

b.Penelitian Kepustakaan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan sejumlah data dengan mempelajari dan mengkaji bahan-bahan tertulis (buku), dokumen, dan peraturan perundang-undangan yang relevan dengan objek dan masalah penelitian.

(5)
(6)

1.

Surat Teguran

Tabel 1. Rekapitulasi Surat Teguran yang diterbitkan dan yang dibayar

TAHUN PENERBITAN ST Pembayaran ST JUMLAH ST JK. WKT TERBIT JUMLAH ST JK. WKT BAYAR 2009 495

Lembar 195 Hari 267 Lembar 169 Hari

2010 638

Lembar 163 Hari 284 Lembar 68 Hari

2011 1086

Lembar 99 Hari 531 Lembar 59 Hari

Dari tabel diatas dapat kita lihat jumlah Surat Teguran yang dibayar atau telah dicairkan hanya sebagian dari jumlah Surat Teguran yang diterbitkan, hal ini menunjukan tingkat kesadaran masyrakat yang buruk. Dan apabila jika kita perhatikan dari sisi jangka waktu yang dibutuhkan untuk menerbitkan dan mencairkan Surat Teguran dari tahun ke tahun waktu yang dibutuhkan semakin berkurang. Namun tetap saja masih jauh dari jangka waktu minimal yang telah ditetapkan.

2.

Surat Paksa

Tabel 2. Rekapitulasi Surat Paksa yang diterbitkan dan yang dibayar

TAHUN PENERBITAN SP PEMBAYARAN SP JUMLAH SP JK. WKT TERBIT JUMLAH SP JK. WKT BAYAR 2009 331 Lembar 771 Hari 242 Lembar 213 Hari 2010 424 Lembar 951 Hari 230 Lembar 239 Hari 2011 909 Lembar 1580 Hari 185 Lembar 199 Hari

jika kita amati pada tahun 2009 merupakan tahun yang memiliki kinerja terbaik dalam upaya mencairkan Surat Paksa yang telah diterbitkan. Selain itu, dalam tabel diatas

menunjukan jumlah Surat Paksa yang diterbitkan dari tahun ke tahun semakin banyak, namun jangka waktu yang dibutuhkan untuk menerbitkan dan mencairkan piutang dalam Surat Paksa tersebut juga sangat jauh dari jangka waktu minimal dalam ketetapan yang ada. Hal ini

(7)

disebabkan oleh sebagian besar jumlah Surat Paksa yang diterbitkan merupakan Surat Paksa yang berasal dari Surat Teguran dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini mengakibatkan angka pada jangka waktu yang dibutuhkan untuk menerbitkan Surat Paksa melonjak tinggi. Berikut data Surat Paksa yang berasal dari tahun-tahun bersangkutan :

Tabel 3. Surat Paksa yang berasal dari Surat Teguran tahun bersangkutan

TAHUN ST TAHUN BERSANGKUTAN

2009 21 Lembar

2010 72 Lembar

2011 12 Lembar

Dari data diatas kita dapat mengetahui ternyata dari 331 lembar Surat Paksa yang diterbitkan pada tahun 2009 hanya 21 lembar yang berasal dari Surat Teguran tahun 2009, begitu pula hal nya untuk tahun 2010 dan 2011 hanya ada sebagian kecil Surat Paksa yang berasal pada tahun-tahun bersangkutan. Hal inilah yang mengakibatkan perhitungan dalam menentukan jangka waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menerbitkan Surat Paksa sangat lama, dan memberikan dampak yang buruk juga bagi penerimaan KPP yang berasal dari penagihan akibat tertundanya proses penagihan yang dilakukan.

3.

Surat Perintah Melaksanakan Pemblokiran (SPMP)

Pada prakteknya KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua tidak menggunakan tindakan penyitaan, melainkan menggunakan metode pemblokiran. Hal ini disebabkan, Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua menganggap pemblokiran lebih mudah untuk dilakukan karena hanya membutuhkan kerjasama dengan bank dan Bank Indonesia tanpa harus mendapatkan persetujuan Penanggung Pajak. beda hal nya dengan proses penyitaan yang membutuhkan kerja sama dengan Penanggung pajak untuk menunjukan dimana saja harta nya disimpan untuk disita karena pada kenyataanya tidak mudah untuk membujuk Penanggung pajak untuk menunjukan tempat dimana hartanya tersimpan. Berikut data mengenai SPMP yang telah diterbitkan dan dicairkan oleh juru sita;

Tabel 4. Rekapitulasi SPMP yang diterbitkan dan yang dibayar

TAHUN PENERBITAN SPMP PEMBAYARAN SPMP JUMLAH SPMP JK WKT TERBIT JUMLAH SPMP JK. WKT BAYAR

2009 17 Lembar 250 Hari 3 Lembar 95 Hari

2010 21 Lembar 295 Hari 5 Lembar 92 Hari

(8)

Penerbitan SPMP tidak dilakukan untuk semua Surat Paksa yang telah diterbitkan, hanya yang memenuhi kriteria dalam penerbitan SPMP saja. Berikut kriteria dalam penerbitan SPMP :

1. Apakah wajib pajak memiliki itikad baik terhadap proses penagihan yang telah dilakukan sebelumnya?

2. Bagaimana respon wajib pajak ketika dipanggil untuk datang ke KPP? 3. Jumlah tunggakan Wajib Pajak yang besar

Dari pemilihan tunggakan pajak yang memenuhi kriteria tersebut didapatkan lah jumlah SPMP seperti pada tabel diatas.

4.

Pemblokiran

Tabel 5. Rekapitulasi SPMP yang diblokir dan yang dibayar

TAHUN SPMP YG DIBLOKIR SPMP YG DIBAYAR JUMLAH SPMP JK. WKT TERBIT JUMLAH SPMP JK. WKT BAYAR 2009 14 Lembar 132 Hari 14 Lembar 82 Hari

2010 16 Lembar 129 Hari 16 Lembar 79 Hari

2011 19 Lembar 112 Hari 19 Lembar 86 Hari

SPMP yang dilakukan pemblokiran didapat dari jumlah SPMP yang diterbitkan dikurangi dengan jumlah SPMP yang dibayar, dan SPMP yang tidak ditanggapi oleh penanggung pajak akan dilakukan pemblokiran. Dari data diatas dapat kita lihat bahwa jangka waktu yang dibutuhkan untuk menerbitkan dan mencairkan SPMP yang diblokir semakin berkurang. Dan dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa semua SPMP yang diblokir akhrinya dapat dicairkan seluruhnya.

Target Pencairan Piutang Vs Realisasi Pencairan Piutang

Tabel 6. Target dan Realisasi Pencairan Piutang TAHUN TARGET PENCAIRAN PIUTANG REALISASI PENCAIRAN PIUTANG % PERSENTASE 2009 5.102.166.580 6.033.596.190 118,3% 2010 27.897.980.477 12.577.296.130 45,1% 2011 17.890.504.115 15.537.944.596 86,9%

(9)

meningkat, hal ini cukup baik dengan menandakan performa yang semakin baik, namun jika dibandingkan dengan target yang ditentukan, kinerja Seksi Penagihan tidak dapat dikatakan efektif. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua paling efektif dalam melakukan tindakan pencairan piutang pajak dengan persentase 118,3%, ini menunjukan bahwa target yang ditentukan benar-benar terealisasi dengan baik. Tetapi jika diperhatikan, target yang ditetapkan terlalu kecil sehingga dapat tercapai melebihi target yang ditetapkan.Selain itu ada juga penyebab lainnya yang mengakibatkan target pada tahun 2009 tercapai dengan baik, yaitu disebabkan karena pada tahun 2009 masih terdapat kebijakan pemerintah berupa program sunset policy, sehingga banyak Wajib Pajak yang membayarkan hutang pajaknya.Sedangkan untuk tahun 2010 merupakan performa KPP terbilang paling rendah dengan prosentase 45,1%. Dengan melihat dari keberhasilan pada tahun 2009, maka KPP menetapkan target pencairan piutang untuk tahun 2010 sebesar Rp.27.897.980.477 namun kenaikan target tersebut tidak berbanding lurus dengan pencairan piutang yang dihasilkan, sehingga hanya menghasilkan realisasi sebesar Rp.12.577.296.130. Tetapi jika dilihat dari sisi realisasi pencairan piutang, kinerja Seksi penagihan sudah bagus karena naik 100% lebih dari tahun 2009. Dan untuk tahun 2011 KPP menurunkan target pencairan piutang, sehingga berhasil meraih realisasi pencairan piutang sebesar 86,9% dari target yang ditetapkan.

Penerimaan Global Vs Penerimaan Penagihan

Grafik 1. Penerimaan Global Vs Penerimaan Atas Penagihan

Penagihan termasuk salah satu unsur dalam penerimaan global pada suatu Kantor Pelayanan Pajak, sama seperti hal nya pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tamansari Dua penagihan juga mempunyai peran serta. Penerimaan yang berasal dari penagihan pada tahun 2009 hanya 2% dari total penerimaan global, pada tahun 2010 dan 2011 penerimaan yang berasal dari penagihan hanya sebesar 4% dari total penerimaan global KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua. Persentase yang kecil ini wajar adanya, dikarenakan ketidakefektifan Seksi Penagihan dalam melaksanakan penagihan terutama dalam masalah jangka waktu penerbitan yang sangat terlampau lama. Selain itu dengan persentase yang kecil

(10)

ini menunjukan bahwa penerimaan global KPP pada Tahun 2009 Rp298.151.454.000 hanya sebagian kecil yang berasal dari penagihan yaitu Rp6.033.596.190. begitu pula dengan tahun 2010 dan tahun 2011. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penerimaan global pada KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua sangat bagus karena hanya sebagian kecil yang berasal dari Penagihan, yang berarti sisanya merupakan penerimaan yang dbayarkan sendiri oleh wajib pajak yang sadar akan kewajibannya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Setiap tahunnya penerimaan pajak mengalami peningkatan dengan kontribusi terbesar PPn dan PPnBM. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendapatan masyarakat mengalami peningkatan.

2. Dengan adanya Sunset Policy, dibuktikan dengan penerimaan atas pencairan tunggakan pada tahun 2009 yang berhasil melebihi target yang ada.

3. Peningkatan tunggakan setiap tahunnya disebabkan oleh kurangnya kesadaran Wajib Pajak dan rendahnya efektivitas penagihan. \

4. Dalam proses penagihan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tamansari Dua telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Yang bermula dengan diterbitkannya Surat Teguran(ST) lalu dilanjutkan dengan Surat Paksa(SP), Surat Perintah Melaksanakan Pemblokiran(SPMP) dan terakhir dengan dilakukan pemblokiran. Tetapi kinerja Seksi Penagihan belum dapat dikatakan efektif karena penerbitan atas ST, SP, SPMP dan Pemblokiran yang dilakukan masih jauh dari jangka waktu minimal yang telah ditetapkan. Sehingga penagihan yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua belum dapat mengoptimalkan pencairan atas piutang yang ada, dan akan berpengaruh pada penerimaan global KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua;

5. Surat Teguran dan Surat Paksa yang diterbitkan dibayar dengan waktu yang bervariasi, ada beberapa yang membayar sebelum diterbitkannya Surat Teguran atau Surat Paksa yang mengakibatkan angka minus pada perhitungan jangka waktu pembayaran yang terlampir dalam lampiran, ada yang membayar pada tahun yg bersamaan dengan tahun penerbitan Surat teguran dan Surat Paksa, dan ada yang membayar setelah tahun penerbitan Surat Teguran atau Surat Paksa sehingga membuat jangka waktu rata-rata penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa menjadi jauh dari waktu minimal sesuai ketetapan yang berlaku;

6. Surat Paksa yang diterbitkan banyak yang berasal dari Surat Teguran pada tahun-tahun sebelumnya sehingga mengakibatkan jangka waktu penerbitannya yang sangat jauh dari jangka waktu minimal;

7. Penerbitan SPMP dan pelaksanaan Pemblokiran dilakukan tidak untuk semua Surat Paksa yang diterbitkan. SPMP dan Pemblokiran dilakukan hanya untuk Wajib Pajak kriteria tertentu sesuai yang sudah dijelaskan pada bab 4.

8. Pembayaran yang terjadi akibat penerbitan Surat Teguran, Surat Paksa dan SPMP, belum dapat dikatakan efektif karena masih sedikit Wajib Pajak yang sadar akan kewajiban perpajakannya. Yang terlihat dari persentase pembayaran atas Surat Teguran masih dibawah 54%, pembayaran atas Surat Paksa yang masih dibawah 50% pada tahun 2010 dan 2011 serta SPMP yang masih jauh dari 50% . Sedangkan untuk pemblokiran kiranya sudah cukup efektif dengan berhasil mencairkan seluruh SPMP yang diterbitkan. Tetapi pembayaran yang terjadi atas seluruh proses penagihan yang ada belum dapat dikatakan efektif karena masih jauh dari target pencairan tunggakan yang ada khususnya untuk tahun 2010 dan 2011.

9. Melihat efektifitas pelaksanaan penagihan yang sangat rendah menunjukan bahwa penerimaan global dari KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua yang besar hanya

(11)

sebagian kecil yang berasal penagihan. Apabila penagihan yang terlaksana dapat memaksimalkan efektivitasnya mungkin target pencairan piutang akan tercapai dengan baik sehingga memberikan pengaruh yang positif terhadap penerimaan global KPP.

Keterbatasan Penelitian

1.Penelitian ini hanya dilakukan pada salah satu Kantor Pelayanan pajak (KPP) Jakarta, padahal masih cukup banyak KPP yang berada di kota Jakarta.

2.Peneliti hanya menguji Proses Penagihan yang terdiri dari penerbitan Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP dan Pemblokiran. Penulis tidak menganalisis mengenai pencegahan dan penyanderaan disebabkan tidak ada tindakan tersebut pada tahun 2009 sampai 2011.

3.Adanya keterbatasan informasi yang dikarenakan peneliti hanya berhasil mewawancarai jurusita pada KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua.

Saran

Dari kesimpulan yang didapat, berikut saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua agar tindakan penagihan yang dilakukan dapat semakin efektif sehingga dapat mengoptimalkan penerimaan global KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua :

1. KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua harus dapat memaksimalkan pekerjaan Seksi Penagihan dalam tugasnya melakukan penagihan sehingga target-target yang telah ditetapkan oleh KPP dapat selalu tercapai dan selalu meningkat setiap tahunnya sehingga penerimaan global KPP pun akan ikut meningkat.

2. Menambah jurusita dengan menyesuaikan pada jumlah Wajib Pajak yang menunggak, sehingga penagihan dapat berjalan efektif dan penerbitan Surat Teguran ,Surat Paksa,SPMP dan pelaksanaan pemblokiran tidak jauh dari ketetapan minimal yang ada dalam peraturan yang berlaku.

3. KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua harus menyesuaikan Saldo Tunggakan yang ada dalam menentukan target pencairan piutang sehingga diharapkan dapat memacu kinerja Seksi Penagihan untuk dapat merealisasikan Target yang ditetapkan dan tunggakan yang ada dapat berkurang setiap tahunnya.

4. Menambah fasilitas kendaraan untuk melancarkan proses penagihan.

5. Meningkatkan komunikasi antara Seksi Pelayanan dan Seksi-seksi lainnya yang bersangkutan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penerbitan Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP dan pelaksanaan pemblokiran.

6. Membuat Sistem Informasi yang berguna untuk mengingatkan Seksi Penagihan untuk menerbitkan Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP dan Pelaksanaan Pemblokiran sehingga dapat dilakukan dengan tepat waktu.

Dan berikut Saran untuk Peneliti selanjutnya :

1. Disarankan untuk peneliti selanjutnya menggunakan sampel di wilayah KPP yang lain, sehingga dapat di jadikan referensi untuk peneliti-peneliti yang selanjutnya. 2. Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti menyarankan untuk peneliti

selanjutnya melakukan penelitian terhadap KPP yang melakukan Proses penagihan secara lengkap.

REFERENSI

Ilyas, W.B & Richard Burton. (2010). Hukum Pajak (edisi 5). Jakarta: Salemba Empat. Mardiasmo. (2011). Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta : Andi Publisher.

Priantara, Diaz. (2012). Kupas Tuntas Pengawasan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Jakarta : PT Indeks.

Suandy, Erly. (2011). Perencanaan Pajak. Jakarta : Salemba Empat.

(12)

Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia (edisi 10). Jakarta: SalembaEmpat.

Siahaan,M,P. (2004). Utang Pajak,Pemenuhan Kewajiban dan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Jakarta: Raja grafindo persada.

Alm,J and Rath,D,M. (1998). Tax Policy Analysis: The Introduction of Russian Tax Amnesty. United States: GSU Andrew Young School of Policy Studies.

Ortax (no date). Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 562/KMK.04/2000 Tentang Syarat-Syarat, Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Jurusita Pajak.

http://www.ortax.org. Diakses tanggal 8 Januari 2013.

Ortax (no date). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/PMK.03/2010 Tentang Tata cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak. http://www.ortax.org. Diakses tanggal 8 Januari 2013.

Ortax (no date). Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-82/PJ/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-36/PJ/2010 Tentang Prosedur Penerbitan Kembali Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan/atau Surat Tagihan Pajak. http://www.ortax.org. Diakses tanggal 8 Januari 2013. Ortax (no date). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 84/PMK.03/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.03/2007 Tentang Tata cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak. http://www.ortax.org. Diakses tanggal 8 Januari 2013. Ortax (no date). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 Tentang Tata Cara Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus.

http://www.ortax.org. Diakses tanggal 8 Januari 2013.

Ortax (no date). Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-08/PJ.75/2000 Tentang Tata Cara Penerbitan Ulang Surat Teguran, Penerbitan Surat Paksa Pengganti dan Pembetulan atau Penggantian Surat-Surat Dalam Rangka Pelaksanaan Penagihan Pajak. http://www.ortax.org. Diakses tanggal 8 Januari 2013.

Ortax (no date). Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Pengihan Pajak dengan Surat Paksa. http://www.ortax.org. Diakses tanggal 8 Januari 2013.

Ortax (no date). Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 Tanggal 20 Desember 2000 Tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan yang Dikecualikan dari Penjualan Secara Lelang Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. http://www.ortax.org. Diakses tanggal 8 Januari 2013.

Ortax (no date). Peraturan Pemerintah Nmor 137 Tahun 2000 Tanggal 20 Deseber 2000 Tentang Tempat dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak dan Pemberian Ganti Rugi dalam Rangka Penagihan Paja Dengan Surat Paksa. http://www.ortax.org. Diakses tanggal 9 Januari 2013.

Ortax (no date). Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 563/KMK.04/2000 Tentang Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. http://www.ortax.org. Diakses tanggal 9 Januari 2013.

Ortax (no date). Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-109/PJ/2007 Tentang Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-627/PJ/2001 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Ortax (no date). Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan

(13)

pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. http://www.ortax.org. Diakses tanggal 9 Januari 2013.

Ortax (no date). Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-627/PJ/2001 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. http://www.ortax.org. Diakses tanggal 9 Januari 2013.

Ortax (no date). Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-05PJ.04/2007 Tentang Pengantar Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-109/PJ/2007 Tentang Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-627/PJ/2001 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. http://www.ortax.org. Diakses tanggal 9 Januari 2013. Ortax (no date). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. http://www.ortax.org. Diakses tanggal 8 Januari 2013.

Ortax (no date). Undang-Undang No.19 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. http://www.ortax.org. Diakses tanggal 8 Januari 2013.

RIWAYAT PENULIS

Rahmwati Yuliana lahir di kota Pekalongan pada 8 Februari 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1

Gambar

Tabel 2. Rekapitulasi Surat Paksa yang diterbitkan dan yang dibayar
Tabel 3. Surat Paksa yang berasal dari Surat Teguran tahun bersangkutan
Tabel 6. Target dan Realisasi Pencairan Piutang  TAHUN  TARGET  PENCAIRAN  PIUTANG  REALISASI  PENCAIRAN PIUTANG  %  PERSENTASE  2009  5.102.166.580  6.033.596.190  118,3%  2010  27.897.980.477  12.577.296.130  45,1%  2011  17.890.504.115  15.537.944.596
Grafik 1. Penerimaan Global Vs Penerimaan Atas Penagihan

Referensi

Dokumen terkait

Prestasi kerja yang lebih baik akan mengakibatkan penghargaan yang lebih tinggi apabila penghargaan tersebut dianggap adil dalam memadai, maka kepuasan kerja

Simpulan dan Saran: Pendidikan kesehatan P4K memberikan pengaruh terhadap tingkat pengetahuan, namun tidak memberikan pengaruh pada sikap ibu hamil primigravida

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “ Analisis Kinerja Perusahaan Terhadap Return Saham: Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur

Pertumbuhan sektor industri non-migas Indonesia pada SM-I/2015 sebesar 5,26% menurun 0,29% jika dibandingkan dengan semester yang sama pada tahun 2014, dimana pertumbuhan

PDA Tigi Ma’aya Tour & Travel haruslah terus dievaluasi agar mengetahui strategi promosi mana yang harus dipertahankan dan tidak perlu dipertahankan, karena setiap

Peubah amatan yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang pada cabang utama, umur berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi, jumlah polong

Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan

Hasil pengujian simultan (uji statistik F) pada tabel 4.16 menunjukkan nilai F-hitung 18,953 dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05) sehingga