PENERAPAN PENAGIHAN PAJAK DI KPP
PRATAMA JAKARTA PENJARINGAN
Nama:SERLIANA
Alamat: Komplek DHI Blok N.19
Telp: 021-6605962
E – Mail:
Serli_ana@yahoo.com
PENERAPAN PENAGIHAN PAJAK DI KPP
PRATAMA JAKARTA PENJARINGAN
ABSTRAK
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat memahami kegiatan penagihan pajak dalam rangka untuk dapat mengetaui target penerimaan pajak yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Penjaringan. Metode analisis yang dilakukan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah metode analisisi deskriptif yaitu analisa yang di lakukan dengan mengumpulkan data-data yang sebenarnya, menyajikan dan menganalisa data sehingga dapat informasi yang akan memberi gambaran secara jelas atas objek yang diteliti kemudian ditarik suatu kesimpulan, selain metode deskriptif peniulis juga memakai metode kepustakaan dan penelitian lapangan yang dilakukan dengan observasi langsung
ke KPP dan wawancara dengan pihak yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa prosedur penagihan pajak yang dilakukan dikantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Penjaringan masih terdapat banyak kekurangan dan hambatan dalam
pelaksanaan penagihan pajak diantaranya kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajiban pajaknya juga tidak tuntasnya tindakan penagihan pajak karena wajib pajak tidak ditemukan
lagi, disamping itu berlarutnya tindakan penagihan pajak dikarenakan KPP kurang memperhatikan jadwal penagihan pajak. Sebaiknya KPP Penjaringan mendata ulang kembali data wajib pajak dan mengingat kurangnya kesadaran wajib pajak atas pembayaran hutang pajaknya, maka KPP harus aktif mensosialisasikan tentang penagihan dengan Surat Paksa dan Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan,
sehingga kedepannya tidak menghambat pelaksanaan penagihan pajak.
Kata Kunci: Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan, Lelang.
APPLICATION OF TAX COLLECTION IN KPP
Pratama Jakarta Penjaringan
ABSTRACT
The purpose of this research is to understand the tax collection activities in order to be able mengetaui tax revenue target contained in the Jakarta Tax Office Primary Penjaringan. The method of analysis conducted by the author in the preparation of this thesis is a method analisisi descriptive analysis is done
by collecting the actual data, presenting and analyzing data so that the information can be given a clear picture of the object under study and then drawn a conclusion, in addition to methods peniulis descriptive
method also uses literature and field research conducted by direct observation and interviews with the LTO to the parties concerned.
Based on the research results that the procedure of tax collection office Pratama Tax Penjaringan Jakarta there are still many shortcomings and obstacles in the implementation of tax collection such as lack of awareness of the taxpayer to pay the tax liability nor the completion of tax collection action because the taxpayer is not found anymore, besides tax collection action was protracted due to lack of attention LTO
tax collection schedule. KPP should Penjaringan record replay taxpayer data and given the lack of awareness of the taxpayer for the payment of the tax debt, the LTO should actively socialize with letter Forced billing and Taxation General Provisions, so the future does not hamper the implementation of tax
collection.
Keywords: tax assessment, tax collection letter, Letter of Reprimand, Letters Forced Warrant Doing Foreclosure, Auction.
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Penelitian
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.
Pajak dipungut pemerintah berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup
biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan
umum.
Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal
yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak, dapat
dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi usaha-usaha untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat (Wajib Pajak) dalam memenuhi kewajibannya membayar
pajak sebagai bentuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Mengoptimalkan
dan mengefektifkan penerimaan dari sektor pajak ini tergantung pada kedua belah
pihak, yaitu pemerintah sebagai aparat perpajakan (fiskus) dan masyarakat
sebagai wajib pajak atau yang dikenai pajak.
Dalam Self Assesment System, wajib pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung, memperhitungkan, menetapkan, membayar dan melaporkan pajaknya
sendiri. Hal ini tentu saja memberikan kemudahan bagi wajib pajak dalam
mengurus masalah pajak. Landasan hukumnya diatur di dalam Pasal 12 Undang–
undang Nomor 6 Tahun 1983. Undang–undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang
Ketentuan Umun dan Tata Cara Perpajakan.
Namun demikian, kemudahan yang diberikan pemerintah kepada wajib
pajak dalam mengurus pajak sering menemui kendala dan hambatan. Dalam
pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai perpajakan masih sering
terdapat utang pajak yang tidak dilunasi oleh wajib pajak sebagaimana mestinya
sehingga diperlukan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang
bersifat mengikat dan memaksa.
Masih seringnya dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak
dilunasinya hutang pajak, memerlukan tindakan penagihan yang mempunyai
kekuatan hukum yang memaksa, yang merupakan pertimbangan khusus
ditetapkannya Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Dengan kata
lain, Undang–Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa diharapkan dapat
mengatasi semua permasalahan yang ada dalam hal penagihan pajak, khususnya
masalah penunggakan hutang pajak oleh wajib pajak.
Penagihan pajak dengan surat paksa dilakukan apabila wajib pajak atau
penanggung pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam waktu
sebagaimana telah ditentukan dalam pemberitahuan sebelumnya (Surat Teguran),
maka penagihan selanjutnya dilakukan oleh jurusita pajak dengan menggunakan
surat paksa yang diberitahukan oleh jurusita pajak dengan pernyataan dan
penyerahan kepada penanggung pajak. Penagihan pajak dengan surat paksa ini
dilakukan oleh jurusita pajak pusat maupun daerah.
Jadi, Surat Paksa dalam proses penagihan tunggakan pajak mempunyai
peranan yang sangat penting yang bisa menentukan berhasil atau tidaknya proses
penagihan tunggakan pajak tersebut.
Dari survei pendahuluan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jakarta Penjaringan diperoleh gambaran bahwa pajak merupakan
sumber pendapatan utama sehingaa permasalahan penagihan pajak mendapatkan
perhatian yang serius dari pemerintah. Dalam pelaksanaan penagihan pajak di
wilayah hukum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Penjaringan, antara lain
banyaknya wajib pajak yang dikenai penagihan pajak dengan surat paksa karena
adanya utang pajak yang belum atau tidak dilunasi sampai batas waktu
pembayaran berakhir. Pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa itu
sendiri, juga menemui kendala–kendala yang menghambat pelaksanaan penagihan
tersebut. Oleh karena itu penulis memilih topik “PENERAPAN PENAGIHAN
PAJAK PADA KPP PRATAMA JAKARTA PENJARINGAN”
Ringkasan Metodologi Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian dengan cara pendekatan studi kasus yaitu penelitian untuk mencari permasalahan dengan menganalisis penagihan utang pajak dengan surat paksa dan tata cara penagihanya.
Karakteristik penagihan yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Jenis dari risetnya adalah deskriptif. 2. Dimensi waktunya adalah banyak waktu.
3. Metode pengumpulan datanya adalah tidak langsung dan data arsip. 4. Menentukan lingkungan risetnya adalah lingkungan rill.
5. Unit analisinya adalah instansi di Jakarta.
PEMBAHASAN
IV.1 Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP)
Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak. Oleh karena itu dalam hal ini petugas pajak dapat melihat dan menilai apakah wajib pajak telah memenuhi tugas dan kewajibanya dalam pelaksanaan pembayaran pajak. Dalam hal ini maksud dari Surat Tagihan Pajak(STP) adalah surat yang digunakan untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Sedangkan SKP adalah surat ketetapan yang meliputi SKPKB atau SKPKBT atau SKPN atau SKPLB (pasal 1 angka 15 UU KUP). Berdasarkan keputusan
Direktur Jenderal Pajak kewenangan mengeluarkan SKP dilimpahkan kepada KPP. Ketetapan pajak ini dapat diteritkan berdasarkan pemeriksaan atau penelitian pajak.
IV.2 Penerbitan Surat Teguran
Apabila Wajib Pajak(WP) tidak dapat memenuhi kewajiban dan tidak dapat melunasi tunggakan pajak yang telah jatuh tempo maka petugas pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak(SKP) dan Surat Tagihan Pajak(STP). Sebelum dikeluarkanya STP dan SKP maka petugas pajak harus melakukan Langkah awal dalam tindakan penagihan pajak adalah pada saat surat ketetapan pajak (SKP) atau surat tagihan pajak (STP) diterbitkan dengan jatuh tempo/ dalam batas waktu 7 hari maka diterbitkan surat teguran.
Surat teguran atau juga dapat juga disebut surat peringatan atau surat lain yang sejenis, surat teguran diterbitkan oleh pejabat untuk melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo. Surat teguran juga dimaksudkan agar penanggung pajak mempunyai kesempatan sampai dengan jangka waktu 14 (empat belas) hari, sebelum dilakukan upaya paksa dengan diterbitkan surat paksa.
Berdasarkan data keterlambatan pembayaran tunggakan pajak yang di peroleh dari sistem, Juru Sita pajak mencetak konsep Surat Teguran penagihan dan meneruskannya kepada kepala seksi penagihan. Surat Teguran penagihan tersebut di cetak minimal rangkap 2 (dua) , yang selanjutnya lembar pertama diberikan untuk wajib pajak dan lembar kedua untuk arsip kantor pelayanan pajak. Kepala seksi penagihan pajak meneliti dan memparaf konsep Surat Teguran pengihan dan meneruskannya kepada kepala kantor pelayanan pajak, tetapi jika dalam hal ini kepala seksi penagihan pajak tidak menyetujui maka Juru Sita pajak harus memperbaiki dahulu dokumen tersebut sampai disetujui oleh kepala seksi penagihan pajak dan di tanda
tangani oleh kepala kantor pelayanan pajak. Setelah semua proses tersebut diatas, Surat Teguran penagihan paksa dikembalikan kepada kepala seksi penagihan pajak untuk di tata usahakan dan di kirimkan ke wajib pajak yang dilakukan oleh juru sita pajak untuk mencatat surat teguran pada kartu pengawasan tunggakan pajak. Kemudian Surat Teguran di arsipkan dan di sampaikan kepada sub bagian umum untuk dikirim kepada wajib pajak.
IV.3 Penerbitan Surat Paksa
Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
Surat paksa diterbitkan apabila:
• Penanggung pajak tidak melunasi pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis
• Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus; atau
• Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penunaan pembayaran pajak.
Jika jumlah utang pajaknya dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan (SKP), Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding tidak di lunasi oleh Wajib Pajak maka kantor pajak dapat menerbitkan Surat Paksa. Proses penagihan penerbitan Surat Paksa dimulai berdasarkan data Surat Teguran yang sudah lewat waktu dari sistem. Dalam hal ini Juru Sita pajak meneliti dan mencetak konsep Surat Paksa dan berita acara pemberitahuan Surat Paksa serta meneruskannya kepada kepala sesksi penagihan, kepala seksi penagihan pajak meneliti dan memparaf konsep Surat Paksa dan berita acara serta meneruskannya kepada kepala
kantor pelayanan pajak, yang selanjutnya menyetujui dan menandatangani Surat Paksa yang seterusnya disampaikan kembali kepada Juru Sita pajak dan Juru Sita pajak melanjutkannya kepada wajib pajak.
IV.4 Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP)
Apabila wajib pajak masih belum dapat melunasi tunggakan pajaknya maka petugas pajak dapat mengeluarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dalam jangka waktu 2x24 jam dari dikeluarkanya surat paksa. Tindakan penyitaan adalah tindakan hukum dalam bentuk keputusan, penetapan dari instansi-instansi, penguasa, administrator, yang diberi wewenang berdasarkan undang-undang atau ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk menyita barang-barang milik seseorang dalam kedudukan sebagai debitur atau yang “kalah” dalam suatu perkara atau gugatan.
Juru Sita pajak meneliti data tunggakan pajak beserta pelunasannya (SSP/ STTS/SSB/bukti Pbk) atau pengurangan keputusan pembetulan/ keputusan keberatan putusan banding/ keputusan pengurangan atau pembatalan ketatapan pajak/ keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, membuat konsep SPMP dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi penagihan pajak. Selanjutnya Kepala Seksi penagihan pajak meneliti dan memaraf konsep SPMP yang kemudian menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
IV.5 Lelang
Apabila setelah dikeluarkanya SPMP maka petugas pajak dapat melakukan sita asset sesuai dengan tindakan hukum dalam bentuk keputusan, penetapan dari instansi-instansi, penguasa, administrator, yang diberi wewenang berdasarkan undang-undang atau ketentuan-ketentuan yang
berlaku untuk menyita barang-barang milik seseorang dalam kedudukan sebagai debitur atau yang “kalah” dalam suatu perkara atau gugatan.
Pengumuman Lelang dilakukan segera oleh Pejabat apabila utang pajak dan biaya Penagihan yang masih harus dibayar atau utang pajak yang belum di lunasi oleh Penanggung Pajak/Wajib Pajak setelah lewat dari 14 hari setelah tanggal pelaksanaan Penyitaan.Namun dalam pelaksanaan pada KPP Pratama Jakarta Penjaringan belum pernah dilakukan pelaksanaan lelang.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis kemukakan mengenai Pelaksanaan Penagihan pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Penjaringan, maka pada bab ini akan menyajikan beberapa kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan tersebut dan semoga akan bermanfaat bagi pihak Penagihan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Penjaringan.
V.I SIMPULAN
1. Petugas pajak mengalami kesulitan dalam memberikan surat Surat Tagihan pajak, Surat Teguran, Surat Paksa kepada Wajib Pajak karena wajib pajak biasanya tidak diketemukan/ pindah alamat.
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Penjaringan melakukan penagihan pajak karena wajib pajak tidak dapat melaksanakan kewajibanya.
3. Pada saat petugas pajak ingin melakukan penyitaan tidak diketemuka objek sita oleh petugas pajak.
V.II SARAN
1. Karena masih banyaknya terdapat kesulitan dalam penyampaian Surat Tagihan pajak , Surat Teguran, Surat Paksa kepada Wajib Pajak maka disarankan untuk meningkatkan kerja sama dengan pihak – pihak yang terkait seperti kecamatan, kelurahan, kepolisian dan pengadilan sehingga surat tagihan tersebut sampai kepada Wajib Pajak.
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Penjaringan harus menjalankan tugas-tugas
dengan baik khusus dibagian seksi pelaksanaan penagihan pajak yang sesuai dengan ketetapan umum tata cara perpajakan dan mematuhi Undang-Undang perpajakan.
3. Karena tidak diketemukanya objek sita oleh petugas pajak maka Wajib pajak yang tetap
tidak mampu melakukan kewajibanya setelah melewati serangkaian prosedur yang dilakukan oleh petugas pajak, maka petugas pajak menerbitkan surat paksa dan petugas yang tidak menemukan objek sita maka, petugas pajak dapat melakukan penyandraan atau sita badan kepada wajib pajak.
DAFTAR ACUAN
H.Moeljo Hadi.(2001),Dasar Dasar Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Oleh Juru Sita Pajak
Pusatdan Daerah, Jakarta Raja GrafindoPersada.
H .Moeljo Hadi (2000) Dasar - Dasar Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Oleh Juru Sita
Pajak Pusat dan Daerah Penerbit :Rajawali Pers.
http://satriobnugroho.blogspot.com/2011/05/hapusnya-hutang-pajak-dan penagihan.html. diakses tanggal 03 mei 2011.
http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=1022”n.d”
Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-459/PJ./2002. www.klikpajak.com 22 agustus 2012.
Keputusan Dirjen Pajak No.184/PMK.03/200.www. pajak.co.id. 11 juni 2012.
Mardiasmo.(2009). Perpajakan(edisi revisi).Yogyakarta: PenerbitAndi.
Prabowo Yusdianto.(2004). Akuntansi Perpajakan Terapan (edisi revisi). Jakarta : penerbit grasindo.
Sukrisno Agoes, Estralita Trisnawati .(2008) Akuntansi Perpajakan.
WaluyodanWirawan B. Ilyas(2001)Perpajakan Indonesia, Jakarta:SalembaEmpat.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
N a m a : SERLIANA Nim :1200975892
Tempat/Tanggal lahir :Medan,22 sep-1990
A l a m a t : KOMPLEK DUTA HARAPAN INDAH BLOK N.19
No Telp/Email : 021-6605962/Serli_ana@yahoo.com PENDIDIKAN FORMAL
1. (2008- sekarang), mahasiswa tingkat terakhir Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Jurusan
Akuntansi Universitas Bina Nusantara di Jakarta. 2. (2008), lulus Sekolah Menengah Umum Pusaka Abadi 3. (2005), lulus Sekolah Menengah Pertama Pusaka Abadi. 4. (2002), lulus Sekolah Dasar Harapan Zaman
PENDIDIKAN INFORMAL/PELATIHAN/KURSUS