• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH METODE PERKUATAN DAN PERBAIKAN TANAH SURFACE REINFORCEMENT. Disusun Oleh : Ahmad Aldiansyah Pasaribu NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH METODE PERKUATAN DAN PERBAIKAN TANAH SURFACE REINFORCEMENT. Disusun Oleh : Ahmad Aldiansyah Pasaribu NIM :"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

METODE PERKUATAN DAN PERBAIKAN TANAH

“SURFACE REINFORCEMENT”

Disusun Oleh :

Ahmad Aldiansyah Pasaribu NIM : 1305131002

PROGRAM STUDI D-IV TPJJ

(TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN)

JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN

2016

(2)

DAFTAR ISI

Daftar Isi...ii

BAB I : Perkuatan Timbunan di Atas Tanah Lunak...1

1.1 Pendahuluan...1

1.2 Fungsi dan Aplikasi Perkuatan Timbunan...1

1.3 Pemilihan Sifat-sifat Teknis...3

BAB II : Jenis-jenis Geotekstil dan Geogrid...7

2.1 Geotekstil...7

2.1.1 Penggunaan Geotekstil...7

2.1.2 Jenis-jenis Geotekstil...11

2.2 Geogrid...14

2.2.1 Jenis-jenis Geogrid...14

BAB III : Metode Pemasangan...16

BAB IV : Kesimpulan dan Saran...20

Daftar Pustaka...21

(3)

BAB I

PERKUATAN TIMBUNAN DI ATAS TANAH LUNAK

1.1. Pendahuluan

Tanah lunak di defenisikan sebagai tanah lempung atau gambut dengan kuat geser kurang dari 25 kN/m2 berdasarkan Panduan Geoteknik 1 No. Pt T-08-2002-B

(DPU),2002a). Jika menggunakan korelasi dari AASHTO M288-06 (CBR≈30 CU), maka

nilai kuat geser ini setara dengan nilai CBR lapangan kurang dari 1.

Timbunan yang dibangun di atas tanah lunak cenderung untuk menyebar secara lateral akibat tekanan tanah horizontal yang bekerja di dalam timbunan. Tekanan tanah ini menimbulkan tegangan geser horizontal pada dasar timbunan yang harus ditahan oleh tanah pondasi. Apabila tanah pondasi tidak memiliki tahanan geser yang cukup, maka akan terjadi keruntuhan.

Pemasangan geotekstil atau geogrid berkekuatan tinggi yang direncanakan dengan tepat akan berfungsi sebagai perkuatan untuk meningkatkan stabilitas serta mencegah keruntuhan. Geotekstil atau geogrid juga akan mengurangi pergeseran horizontal dan vertikal tanah di bawahnya, sehingga dapat mengurangi penuruan diferensial.

Perlu diperhatikan bahwa perkuatan geosintetik tidak akan mengurangi besarnya konsolidasi jangka panjang atau penurunan sekunder timbunan. Oleh karena itu apabila criteria kinerja utama dari suatu bangunan (timbunan) adalah penurunan, maka penanganan dengan geosintetik tidak sesuai untuk dipilih.

1.2 Fungsi dan Aplikasi Perkuatan Timbunan

Fungsi perkuatan pada konstruksi timbunan adalah sebagai berikut: A. Meningkatkan factor keamanan rencana;

B. Menambah tinggi timbunan;

C. Mencegah pergeseran timbunan selama pelaksanaan;

D. Memperbaiki kinerja timbunan karena penurunan pasca konstruksi yang seragam.

Perkuatan timbunan yang dibangun di atas tanah lunak umumnya akan berada dalam dua kondisi, yaitu:

(4)

B. Timbunan dibangun di atas zona lemah local.

Aplikasi perkuatan timbunan yang paling umum untuk kondisi pertama adalah timbunan jalan, tanggul, atau bendungan yang dibangun di atas lapisan lanau, lempung atau gambut jenuh air yang sangat lunak (Lihat Gambar 1.1a). pada kondisi ini, arah terkuat dari geosintetik biasanya ditempatkan tegak lurus terhadap garis tengah timbunan. Perkuatan tambahan dengan arah terkuat yang ditempatkan sejajar dengan garis tengah timbunan dapat juga dibutuhkan pada ujung timbunan.

Aplikasi kedua adalah konstruksi timbunan yang berada di atas tanah yang mempunyai zona lemah lokal atau tanah berongga. Zona atau rongga ini dapat diakibatkan oleh lubang amblasan (sink hole), aliran sungai tua, atau kantung lanau, lempung atau gambut (lihat Gambar 1.1b). Untuk aplikasi ini, fungsi perkuatan adalah sebagai jembatan di atas zona lemah lokal atau rongga, dan perkuatan tarik yang dibutuhkan dapat lebih dari satu arah. Oleh karena itu, arah terkuat dari geosintetik harus ditempatkan dengan arah yang benar terhadap garis tengah timbunan.

Perkuatan geotekstil atau geogrid dapat dipasang satu lapis atau lebih tergantung besarnya gaya geser yang akan ditahan.

(5)

(a) Timbunan di Atas Tanah Lunak

(b) Timbunan di Atas Zona Lemah Setempat dan Tanah Berongga

Gambar 1.1 Aplikasi Timbunan yang Diperkuat

1.3 Pemilihan Sifat-sifat Teknis

Pemilihan sifat-sifat geotekstil dan geogrid serta material timbunan sebaiknya mempertimbangkan kriteria berikut:

1.3.1 Tanah Timbunan

Penghamparan timbunan beberapa lapis pertama di atas geosintetik sebaiknya merupakan bahan berbutir lolos air. Penggunaan material dengan jenis ini akan memungkinkan terjadinya interaksi gesekan terbaik antara material timbunan dan geosintetik. Bahan ini juga berfungsi sebagai lapisan drainase yang dapat mendisipasi air pori berlebih dari tanah di bawahnya. Bahan timbunan lain dapat digunakan di atas lapisan ini selama dilakukan evaluasi kompatibilitas regangan geosintetik dengan material timbunan. Bahan berbutir lapis pertama di atas geosintetik tersebut dapat mempunyai ketebalan 0,5 m sampai dengan 1.0 m, sedangkan sisanya dapat menggunakan material local yang memenuhi syarat timbunan.

1.3.2 Sifat-sifat Elektrokimia

Sebagian besar kondisi perkuatan timbunan, geotekstikl dan geogrid memiliki daya tahan tinggi terhadap serangan kimiawi maupun biologis, sehingga kompatibilitas terhadap kondisi kimiawi maupun biologi tidak perlu dipertimbangkan. Meskipun demikian, pada

(6)

kondisi pH tanah yang sangat rendah (pH < 3) atau sangat tinggi (pH > 9), serta lingkungan kimia yang tidak umum (daerah industry, tambang atau tempat pembuangan limbah), kompatibilitas kimiawi polimer di dalam geotekstil dan geogrid harus mampu menahan kekuatan rencana setidaknya sampai tanah dasar cukup kuat menahan struktur tanpa perkuatan.

1.3.3 Sifat-sifat Geosintetik

Sifat yang sangat penting adalah kuat tarik, modulus tarik perkuatan, kekuatan sambungan, tahanan rangkak, serta gesekan antara tanah dan geosintetik.

1.3.3.1 Kuat Tarik dan Modulus Tarik

Diantara beberapa alternatif pengujian yang tersedia, uji tarik lebar yang mengacu kepada ASTM D 4595 atau RSNI M-05-2005 dapat digunakan untuk menghitung kekuatan di dalam tanah yang merupakan standar pengujian untuk kuat tarik dan modulus tarik. kriteria minimum kuat tarik adalah sebagai berikut:

a. Kuat tarik rencana Td adalah nilai terbesar dari Tg dan Tls dengan modulus sekan yang

dibutuhkan berada pada regangan 2% sampai dengan 5%. Tg adalah gaya perkuatan

yang dibutuhkan untuk stabilitas geser rotasional, sedangkan Tls kekuatan untuk

mencegah penyebaran lateral. Tg harus dinaikkan untuk memperhitungkan kerusakaan

saat pemasangan dan durabilitas. Tls harus dinaikkan untuk memperhitungkan rangkak,

kerusakan saat pemasangan dan durabilitas.

b. Kuat tarik puncak Tult harus lebih besar dari kuat tarik rencana Td.

c. Regangan perkuatan pada saat terjadi keruntuhan sekurang-kurangnya 1.5 kali regangan modulus sekan guna mencegah keruntuhan getas (brittle failure). Untuk pondasi yang sangat lunak dimana perkuatan akan mendapatkan tegangan tarik yang sangat besar saat konstruksi, geosintetik harus mempunyai kekuatan yang cukup untuk mendukung timbunan itu sendiri, atau perkuatan dan timbunan harus diijinkan untuk berdeformasi. Untuk kasus kedua, elongasi saat putus sampai 50% dapat diterima. Pada kedua kasus tersebut, diperlukan geosintetik dengan kekuatan tinggi dan prosedur konstruksi khusus.

d. Jika terdapat kemungkinan terjadinya retak tarik pada timbunan atau munculnya tingkat regangan yang tinggi selama konstruksi (contohnya pada timbunan tanah kohesif), maka dibutuhkan kekuatan terhadap penyebaran lateral Tls pada kondisi

(7)

e. Persyaratan kekuatan geosintetik harus dievaluasi dan ditentukan untuk arah mesin dan arah melintang mesin. Biasanya kekuatan jahitan menentukan persyaratan kekuatan geosintetik dalam arah melintang mesin.

1.3.3.2 Penggunaan Beberapa Lapis Perkuatan

Bergantung pada syarat perkuatan, ketersediaan geosintetik dan efisiensi sambungan, beberapa lapis perkuatan dapat digunakan untuk memperoleh kuat tarik yang dibutuhkan. Jika digunakan beberapa lapis perkuatan, maka suatu lapisan berbutir setebal 200 mm sampai dengan 300 mm harus ditempatkan di antara setiap lapisan geosintetik tersebut atau lapis-lapis perkuatan tersebut harus digabungkan secara mekanis (misalnya dijahit). Geosintetik yang digunakan di tiap lapisan juga harus memiliki sifat regangan yang sesuai, atau dengan kata lain gunakan jenis geosintetik yang sama untuk seluruh lapisan.

1.3.3.3 Tahanan Rangkak

Untuk kepentingan perencanaan, usahakan agar tegangan yang bekerja lebih rendah daripada batasan rangkaknya. Nilai tegangan batas yang digunakan adalah 40-60% dari tegangan yang bekerja. Sebaiknya dipertimbangkan pula kombinasi beban hidup terhadap beban mati. Aplikasi beban hidup jangka pendek hanya memberikan sedikit pengaruh terhadap rangkak dibandingkan dengan aplikasi beban mati jangka panjang.

1.3.4 Interaksi Tanah dan Geosintetik

Uji geser langsung atau uji cabut (Pull Out) digunakan untuk menentukan besarnya gesekan antara tanah dan geosintetik, ϕsg. Jika hasil pengujian tidak tersedia, maka nilai

yang disarankan untuk timbunan pasir adalah 2/3 sampai dengan pasir ( adalah sudutϕ ϕ ϕ geser tanah). Untuk tanah lempung, pengajian ini, harus dilakukan pada situasi apapun

1.3.5 Persyaratan Pengaliran Air

Geosintetik harus dapat menjamin terjadinya pengaliran air vertikal dari tanah pondasi secara bebas untuk mengurangi peningkatan tekanan pori di bawah timbunan. Disarankan permeabilitas geosintetik sekurang-kurangnya 10 kali lipat dari permeabilitas tanah di bawahnya.

(8)

1.3.6 Kekauan Geosintetik dan Kemampuan Kerja (Workability)

Untuk tanah dasar yang sangat lunak, kekauan geosintetik atau kemampuan kerja (Workability) merupakan pertimbangan yang sangat penting. Kemampuan kerja merupakan kemampuan geosintetik untuk menahan pekerja selama penggelaran dan penjahitan geosintetik serta untuk menahan alat berat saat penghamparan timbunan lapisan pertama.

Kemampuan kerja umumnya berhubungan dengan kekakuan geosintetik, akan tetapi, teknik evaluasi kekakuan dan korelasi dengan kemampuan kerja di lapangan masih belum memadai. Apabila tidak ada informasi lainnya tentang kekakuan, direkomendasikan untuk menggunakan pengujian menurut ASTM D 1388, Option A dengan menggunakan benda uji 50 mm x 300 mm. Nilai yang diperoleh harus dibandingkan dengan kinerja lapangan actual untuk menetapkan criteria perencanaan. Aspek-aspek lapangan lainnya seperti absorpsi air dan berat isi juga harus dipertimbangan khususnya pada lokasi dengan tanah dasar yang sangat lunak.

(9)

BAB II

JENIS-JENIS GEOTEKSTIL DAN GEOGRID

2.1 Geotekstil

Geotekstil merupakan salah satu bahan dari geosintetik yang paling luas penggunaannya dalam bidang teknik sipil. Geotekstil sendiri adalah setiap bahan tekstil yang umumnya lolos air yang dipasang bersama pondasi,tanah, batuan,atau material geoteknik lainnya sebagai suatu kesatuan dari system struktur, atau suatu produk buatan manusia.

2.1.1 Penggunaan Geotekstil

2.1.1.1 Pada Perkerasan Jalan Tanah (sementara)

Disini geotextile dihamparkan di atas tanah dasar yang lunak dan kemudian di atas geotextile ditimbunkan bahan-bahan granular (bergradasi kasar). Fungsi geotextile disini adalah sebagai separator (pemisah), reinforcer (penguat) dan filter (penyaring). Sebagai separator, geotextile mencegah bercampurnya bahan dengan tanah subgrade yang lunak dengan bahan timbunan di atasnya. Sebagai reinforcer, geotextile berfungsi sebagai lapisan penahan tegangan tarik dari lapisan perkerasan. Tegangan tarik tersebut terjadi karena adanya deformasi dari lapisan perkerasan akibat beban roda kendaraan sehingga terjadilah tegangan tarik pada geotextile tersebut. Adanya tegangan tersebut menaikkan daya dukung perkerasan tersebut. Sebagai filter, bahan geotextile tersebut menahan butiran tanah dasar supaya tidak "lari" (keatas) kearah bahan timbunan yang bergradasi kasar bilamana ada aliran air tanah keatas akibat "pumping" oleh roda kendaraan, terutama kendaraan berat. Contoh penggunaannya seperti pada Gambar 1.a

2.1.1.2 Pada Perkerasan Jalan Permanen

Geotextile dihamparkan antara lapisan tanah subgrade yang lunak dan berbutir halus dan lapisan base course dari tanah granular (pasir atau kerikil). Disini bahan geotextile tersebut berfungsi terutama untuk separator filter. Bilamana pada tanah dasar terjadi deformasi, misalnya akibat muatan roda truck yang berlebihan atau akibat adanya konsolidasi yang tidak sama dari tanah subgrade, geotextile juga berfungsi sebagai reinforcer. Contoh penggunaannya seperti pada Gambar 1.b

(10)

2.1.1.3 Pada Lapis Ulang Perkerasan Aspal

Disini geotextile diletakkan di bawah lapis ulang aspal, di atas muka jalan aspal yang lama. Fungsi geotextile disini adalah untuk penguat dan pemegang permukaan aspal yang lama. Adanya geotextile disini mencegah menjalarnya retak (cracking) pada lapisan aspal lama kepada lapisan tambahan yang baru, sebagaimana halnya sering terjadi pada perkerasan lapis ulang tanpa bahan geotextile. Jadi geotextile disini berfungsi sebagai reinforcer. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 1.c.

2.1.1.4 Pada Jalan Kereta Api

Geotextile diletakkan diantara lapisan balast dan tanah dasar yang lunak. Tujuannya ialah supaya jangan sampai terjadi penyampuran antara tanah dasar yang berbutir, halus dengan lapisan kerikil balast. Juga bilamana terjadi banjir pada badan balast, dapat dicegah larinya partikel halus tanah dasar menuju lapisan balast. Disini geotextile berfungsi sebagai separator dan filter, seperti pada gambar berikut

2.1.1.5 Pada Reklamasi Pengurugan Diatas Tanah Lunak

Reklamasi dengan cara pengurugan pada tanah lunak/rawa-rawa biasanya harus dilakukan sepotong demi sepotong, dan tidak dapat sekaligus. Disamping itu, untuk

(11)

pekerjaan pengurugan diperlukan alat-alat berat. Problema yang timbul dengan tanah lunak ialah bahwa alat-alat berat tersebut biasanya tidak dapat beroperasi di atas tanah yang lunak dan berlumpur karena roda-roda kendaraan mudah ter "jeblos" dalam lumpur. Disamping itu, pada pengurugan tanah sepotong demi sepotong biasanya sukar dilaksanakan karena urugan tersebut mudah "ambles" kedalam tanah dasar akibat daya dukung tanah dasar yang sangat kecil. Biasanya di tepi-tepi urugan, tanah dasar tersebul keluar akibat adanya "bearing-capacity failure". Penghamparan lapisan geotextile di atas tanah dasar umumnya menyebabkan alat-alat berat dapat berjalan di atasnya tanpa terperosok. Selain itu sistem pengurugan juga dapat diatur sehingga tidak terjadi bearing capacity failure sebagaimana terlihat pada gambar dibawah. Disini geotextile berfungsi sebagai reinforcer dan separator.

2.1.1.6 Pada Embankment Tanah

Geotextile umumnya dihamparkan di dasar embankment yang harus dibangun di atas tanah lunak. Fungsi geotextile disini adalah sebagai separator dan reinforcer. Adanya geotextile sebagai pemisah memudahkan pengurugan embankment tersebut karena tidak banyak material timbunan yang hilang karena masuk kedalam lapisan tanah dasar. Sedangkan sebagai reinforcer, adanya geotextile juga meningkatkan daya dukung tanah dasar sehingga timbunan dapat dibuat lebih tinggi. Embankment juga dapat diletakkan di atas tiang-tiang pancang (atau sand column dan stone column). Fungsi geotextile adalah untuk memindahkan beban timbunan keatas tiang-tiang pancang tersebut seperti terlihat pada gambar berikut

(12)

Bahan geotextile dapat dipakai sebagai reinforcer pada tanah di talud yang relatip curam sehingga talud tersebut tidak dapat runtuh sebagaimana terlihat pada Gambar 5. Bilamana bahan geotextile tersebut cukup tebal, masing-masing lembaran geotextile tersebut juga dapat berfungsi sebagai pengalir air tanah (drainage) arah horizontal. Akan tetapi fungsi geotextile sebagai drainage murni seperti ini praktis sudah tidak diabaikan orang lagi karena sudah ada jenis-jenis geocomposite yang jauh lebih effective sebagai drainage.

2.1.1.8 Pada Pencegahan/ Penahan Erosi

Disini geotextile bukan benar-benar sebagai pencegah erosi langsung tetapi geotextile lebih berfungsi sebagai filter atau juga sebagai pembungkus. Contohnya seperti terlihat pada gambar berikut

Gambar a menunjukkan penggunaan geotextile di tepi lereng pantai. Batu-batu besar berfungsi sebagai pemecah combak sehingga tidak menggerus pantai. Geotextile disini berfungsi sebagai filter mencegah larinya partikel tanah dasar keluar kearah lapisan batuan proteksi lereng pantai. Pada Gambar.b terlihat penggunaan geotextile pada tanggul pemecah gelombang. Geotextile disini berfungsi sebagai filter dan separator. Ada kalanya untuk menghindarkan erosi akibat gelombang dan aliran air yang cukup deras (pada sungai-sungai misalnya) digunakan lapisan geotextile sebagai pembungkus beton tak bertulang. Bahan geotextile dapat dirakit dan dijahit sesuai dengan design yang diinginkan seperti terlihat pada Gambar.c.

2.1.1.9 Pada Drainage Bawah Tanah

Disini geotextile digunakan terutama sebagai filter dari suatu sistem drainage bawah tanah seperti terlihat pada gambar berikut

(13)

2.1.2 Jenis-jenis Geotekstil

2.1.2.1 Geotekstil Woven (anyaman)

Geotextile (Geotekstil) Woven adalah jenis Geotextile yang teranyam. Bahan dasar pembuatannya biasanya Polypropilene (PP). Untuk mempermudah visualisasi, Geotextile Woven ini mirip dengan karung beras (bukan yang dari bahan goni) tetapi berwarna hitam.

Fungsi Geotextile Woven adalah sebagai bahan stabilisasi tanah dasar (terutama tanah dasar lunak), karena Geotextile jenis ini mempunyai Tensile Strength (kuat tarik) yang lebih tinggi dibandingkan dengan Geotextile Non Woven (sekitar 2 kali lipat untuk gramasi atau berat per m2 yang sama).

Cara kerja Geotextile Woven adalah membrane effect, yang hanya mengandalkan tensil strength, sehingga tidak mereduksi terjadinya penurunan setempat (differensial

settlement) akibat tanah dasar yang lunak atau jelek.

Beberapa merk Geotextile Woven lokal yang biasa digunakan di proyek infrastruktur adalah : Multitex (seri M), HaTe Reinfox (seri HRX), G-Tex, GKTex.

(14)

Geotekstil Woven

2.1.2.2 Geotekstil Non Woven (Tanpa anyaman)

Geotekstil Non Woven adalah sebuah jenis geotekstil yang tidak teranyam, berbentuk seperti karpet kain. Dan pada umumnya bahan dasarnya terbuat dari bahan

Polimer Polyesther (PET) atau Polypropylene (PP). Cara kerja geotekstil ini hanya

mengandalkan tensil strength, sehingga tidak meruduksi terjadinya penurunan setempat akibat tanah dasar yang lunak.

Fungsi dari geotekstil Non Woven adalah sebagai separator atau pemisah dengan kata lain sebagai pencegah tercampurnya lapisan material yang satu dengan material yang lain. Misalnya, pada proyek pembangunan jalan yang dilakukan diatas tanah dasar lunak (berlumpur). Disini geotekstil Non Waven berfungsi untuk mencegah naiknya lumpur ke system perkerasan, agar tidak terjadinya Pumping Effect yang akan mudah merusak perkerasan jalan. Dan juga berfungsi mempermudah proses pemadatan system perkerasan.

Fungsi lainnya adalah sebagai penyaring. Geotekstil Non Woven berfungsi untuk mencegah terbawanya partikel-partikel tanah yang ada pada aliran air. Salah satu kelebihan bahan ini adalah dapat membuat air melewati geotekstil tetapi partikel tanah tertahan. Hal ini dikarenakan geotekstil non woven memiliki sifat permeable (tembus air)

(15)

Geotekstil Non Woven

2.2 Geogrid

Geogrid adalah salah satu jenis material Geosintetik (Geosynthetic) yang mempunyai bukaan yang cukup besar, dan kekakuan badan yang lebih baik dibanding Geotextile. Material dasar Geogrid bisa berupa : Polyphropylene, Polyethilene dan Polyesther atau material polymer yang lain

2.2.1 Jenis-Jenis Geogrid

2.2.1.1 Geogrid Uniaxial

Adalah Geogrid yang mempunyai bentuk bukaan tunggal dalam satu segmen (ruas). Berfungsi sebagai material perkuatan pada sistem konstruksi dinding penahan tanah (Retaining Wall) dan perkuatan lereng (Slope reinforcement)

(16)

Geogrid Uniaxial

2.2.1.2 Geogrid Biaxial

Adalah Geogrid yang mempunyai bukaan berbentuk persegi. Berfungsi sebagai stabilisasi tanah dasar. Seperti pada tanah dasar lunak (soft clay maupun tanah gambut). Metode kerjanya adalah interlocking, artinya mengunci agregat yang ada di atas Geogrid sehingga lapisan agregat tersebut lebih kaku, dan mudah dilakukan pemadatan.

Geogrid Biaxial 2.2.1.2 Geogrid Triax

Adalah Geogrid yang mempunyai bukaan berbentuk segitiga. Fungsinya sama dengan Biaxial sebagai material stabilisasi tanah dasar lunak, hanya saja performance nya lebih baik. Hal ini disebabkan bentuk bukaan segitiga lebih kaku sehingga penyebaran beban menjadi lebih merata.

(17)
(18)

BAB III

METODE PEMASANGAN

3.1 Pemasangan Subgrade/ Tanah Dasar

 Hal yang pertama dilakukan adalah membersihkan lokasi dari benda-benda tajam dan benda lainnya yang dapat menghambat proses subgarade

 Hal kedua, singkirkan atau ganti tanah dasar yang lunak dengan material yang lebih baik. Hal ini disesuaikan dengan perencanaan

 Hal ketiga, padatkan tanah dasar dengan alat pemadatan yang memadai.

3.2 Penggleran Geotextile

 Dalam tahap penggelaran yang harus dilakukan adalah geotextile harus digelar secara melintang dijalan

 Sesudah itu Geotextile harus digelar di atas tanah dalam keadaan terhampar tanpa gelombang atau kerutan. Dan pada lahan yang luas pemasangan geotextile dapat dil lakukan secara flesibel (melintang atau memanjang)

 Geotextile dapat dipotong terlebih dahulu ditempat yang memungkinkan. Hal ini bertujuan untuk lokasi yang sulit untuk dilakukan pemotongan dan penyambungan.

3.2 Penggleran Geotextile

 Penyambungan Geo Textile yang satu ke lainnya dapat dilakukan dengan cara saling melewati (overlapp) atau dengan cara dijahit (Sewn).

 Dengan metode overlap, jarak minimal yang overlapnya adalah 30 cm – 100 cm, langkah ini tergantung dengan kondisi subgrade dan teknik pelaksanaan  Penjahitan panel geotextile dapat dilakukan di lapangan menggunakan mesin

jahit portable atau menggunakan tenaga generator

 Penjahitan di lapangan biasanya memerlukan tiga sampai empat pekerja. Panel yang belum di jahit dapat disiapkan di gudang (workshop) dalam berbagai macam panjang dan lebar yang diperlukan.

3.3 Penyebaran dan Penempatan Agregat

 Sesudah Geo textile selesai disambung dan rapi, langkah selanjutnya adalah menebar dan menempatkan agregat yang sudah kita pilih untuk diletakkan diatas geo textile

(19)

 Penempatan agregat dilakukan dengan cara mendorong maju tumpukan agregat, sehingga lapisan geotextile tidak tergilas langsung oleh roda truk pengangkut agregat maupun alat berat yang kita gunakan untuk meratakan karena dapat merusak lapisan geotextile.

 Ketebalan agregat disesuaikan dengan perencanaan yang kita buat sebelumnya.  Material agregat kemudian diratakan, dapat menggunakan alat berat, dozer, dll.

Jika lapisan agregat tipis, sebaiknya alat berat jangan berlalu?lalang diatasnya, khawatir dapat merusak lapisan geotextile.

3.4 Pemadatan Agregat

 Setelah agregat diratakan, agregat tersebut dipadatkan, dapat menggunakan alat berat, mesin giling, vibrator roller, dll.

(20)
(21)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

 Pelaksanaan konstruksi jalan di atas lahan basah dengan perkuatan geotextile dapat menghindarkan terjadinya keruntuhan lokal pada tanah lunak karena rendahnya daya dukung tanah. Keuntungan pemasangan geotextile pada pelaksanaan jalan di atas tanah lunak adalah kecepatan dalam pelaksanaan dan biaya yang relative lebih murah di bandingkan dengan metode penimbunan konvensional.

 Geosintetik banyak jenisnya dalam bahan yang digunakannya diantaranya Geogrid dan Geotekstil

 Geotekstil adalah bahan tekstil yang umumnya lolos air yang dipasang bersama pondasi,tanah, batuan,atau material geoteknik lainnya sebagai suatu kesatuan dari system struktur, atau suatu produk buatan manusia.

 Geogrid adalah salah satu jenis material Geosintetik (Geosynthetic) yang mempunyai bukaan yang cukup besar, dan kekakuan badan yang lebih baik dibanding Geotextile. Material dasar Geogrid bisa berupa : Polyphropylene, Polyethilene dan Polyesther atau material polymer yang lain

4.2 SARAN

 Pemasangan geotextile harus sesuai dengan gambar .kerja.serta memperhatikan agar geotextile yang telah terhampar tidak merosot terlipat atau sobek pada saat ditimbuni material lain di atasnya,maka dari itu sebelum penghamparan geotextile disusun kayu terlebih dahulu karena kondisi tanah yang lunak dan basah harus berhati hati dalam penghamparan geotextile ini

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Departamen Pekerjaan Umum, 2009, “Perencanaan dan Pelaksanaan Perkuatan Tanah

dengan Geosintetik”. No.003/BM/2009

Blog.”geotekstil non woven apakah itu dan apakah fungsinya”. http://www.hiloninside.com/blog/geo-textile-non-woven-apakah-itu-dan-apakah-fungsinya/

“geosintetik”. November 2015. http://www.ilmukonstruksi.com/2015/11/geosintetik.html

Blog.”Mengenal 4 langkah sederhana pemasangan geotekstil”. http://www.hiloninside.com/blog/mengenal-4-langkah-sederhan-pemasangan-geo-textile/

”Makalah Perbaikan tanah geotekstil non woven”.

Gambar

Gambar   a   menunjukkan   penggunaan   geotextile   di   tepi   lereng   pantai.   Batu-batu   besar berfungsi sebagai pemecah combak sehingga tidak menggerus pantai

Referensi

Dokumen terkait

Degradasi pada pakan sorgum ditunjukkan dengan hasil kecernaan bahan kering, bahan organik, protein, lignin, selulosa dan hemiselulosa yang diberi probiotik lebih tinggi

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan di antaranya adalah jaringan saraf tiruan backpropagation dapat digunakan dalam melakukan perkiraan biaya perangkat

7 persen dari kasus spondilitis tuberkulosis mempunyai skipped lesion pada kolom vertebra dan 12% melibatkan tulang lain dan persendian (kecuali spinal), 20% dari kasus

Proceeding: Research, Innovation, Entrepreneurship and Tourism Conference (RIETC, 2018) Langkawi Tourism Academy @ Kolej Komuniti Langkawi, Kedah, Malaysia. 7 th October,

Pengabdian kepada masyarakat merupakan pelaksanaan pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya langsung pada masyarakat secara kelembagaan melalui

Selain karena faktor diatas juga terjadi penolakan apabila dalam barang yang diasuransikan terdapat kecacatan pada benda tersebut dan apabila kerugian yang dialami

Hasil analisis sidik ragam pada taraf 5% menunjukkan bahwa tidak ada interaksi perlakuan suhu dan jenis isolat namun perlakuan suhu berpengaruh nyata terhadap