• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3 METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April dan Juli 2011. Proses pengambilan data dilakukan di PPN Pekalongan. Lokasi PPN Pekalongan dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus dengan satuan kasus kebijakan penghapusan retribusi pelelangan ikan di PPN Pekalongan. Beberapa hal yang diteliti adalah:

1. Kontribusi retribusi pelelangan ikan di TPI PPN Pekalongan;

2. Alokasi dana retribusi pelelangan ikan di TPI PPN Pekalongan untuk nelayan; 3. Pendapatan nelayan yang mendaratkan ikan di TPI PPN Pekalongan;

4. Ketersediaan fasilitas di TPI PPN Pekalongan yang menunjang aktivitas pelelangan ikan;

5. Dampak penghapusan retribusi pelelangan ikan terhadap pendapatan nelayan dan pengelolaan fasilitas di TPI PPN Pekalongan; dan

6. Prioritas kebijakan penghapusan retribusi pelelangan ikan.

3.3 Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kualitatif dan data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak bernilai numerik atau nilai bukan angka, sedangkan data kuantitatif adalah data yang nilainya berbentuk numerik atau angka. Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah:

1) Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari objeknya, sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung dari objeknya.

(2)

2) Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari para informan yang telah ditentukan oleh peneliti. Sumber data ini berupa hasil wawancara dengan pihak pengelola pelabuhan, nelayan, pemerintah daerah, serta Dinas Kelautan dan Perikanan Pekalongan yang terkait dengan pengadaan retribusi maupun upaya penghapusan retribusi pelelangan ikan. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh selain dari data primer yang

berupa arsip, buku, peraturan perundang-undangan, serta dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini yang berasal dari beberapa instansi yang terkait yaitu:

1) Tempat Pelelangan Ikan

a. Sarana dan prasarana yang ada;

b. Data tingkat pendidikan nelayan di TPI PPN Pekalongan;

c. Data pendapatan rata-rata nelayan di TPI PPN Pekalongan dalam kurun waktu 5 tahun;

d. Jenis alat tangkap yang digunakan oleh kapal perikanan yang berbasis di TPI PPN Pekalongan;

e. Struktur alokasi dana retribusi pelelangan ikan di TPI PPN Pekalongan;

2) PPN Pekalongan

a. Data produksi dan nilai produksi selama 5 tahun terakhir (2005-2010); b. Keadaan umum daerah perikanan Kota Pekalongan;

c. Jumlah TPI di Kota Pekalongan;

d. Jumlah nelayan, jenis perahu dan alat tangkap yang digunakan di PPN Pekalongan;

e. Tata letak PPN Pekalongan; 3) Badan Pusat Statistik (BPS)

a. Data keadaan umum daerah Kota Pekalongan selama 5 tahun terakhir; b. Data demografi dan tingkat pendidikan penduduk Kota Pekalongan.

(3)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui studi pustaka dan studi lapang. Studi pustaka yaitu kegiatan mempelajari dan mengumpulkan data tertulis untuk menunjang penelitian, data yang dikumpulkan berupa literatur yang berhubungan dengan topik permasalahan penelitian baik dalam bentuk buku, artikel, majalah, ensiklopedi, kamus, dokumen-dokumen atau arsip-arsip dan sebagainya yang berkaitan dengan objek penelitian. Pengumpulan data melalui studi lapang dilakukan dengan cara:

1) Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung objek yang diteliti, dalam hal ini adalah tempat pelelangan ikan di PPN Pekalongan. Hal yang akan diamati antara lain adalah kondisi tempat pelelangan ikan, fasilitas yang tersedia di tempat pelelangan ikan, proses penanganan dan pelelangan ikan yang meliputi kebersihan peralatan yang digunakan, dan lantai TPI, serta frekuensi dan waktu pelelangan ikan;

2) Wawancara. Wawancara dilakukan dengan berdialog langsung dengan pihak yang terkait baik tertulis maupun lisan kepada pengelola pelabuhan PPN Pekalongan, nelayan, maupun pihak terkait lainnya. Wawancara dilakukan dengan disertai pengisian daftar pertanyaan (kuisioner) terhadap responden. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling yang dapat mewakili tujuan penelitian.

Purposive sampling merupakan pemilihan sampel yang didasarkan pada alasan atau tujuan tertentu, dimana sampel yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara ilimiah (Eryanto, 2007).

Wawancara yang dilakukan antara lain: 1) Nelayan

Informasi yang diperoleh dari nelayan berupa rata-rata besarnya pendapatan nelayan per tahun, besarnya retribusi yang harus dibayarkan setiap kali terjadi pelelangan ikan, fasilitas yang didapat sebagai hasil pembayaran retribusi, kemudahan dalam mendapatkan fasilitas dari hasil pembayaran retribusi pelelangan ikan, dan persepsi nelayan terhadap adanya retribusi pelelangan ikan. Data responden yang berasal dari nelayan dapat dilihat pada Lampiran 2.

(4)

2) Pengelola TPI

Informasi yang diperoleh berupa sistem penjualan ikan, sistem administrasi lelang ikan, besarnya retribusi yang didapat pihak pengelola TPI dari proses pelelangan ikan, besarnya retribusi yang kembali ke nelayan, besarnya retribusi yang masuk ke KUD, dan alokasi penggunaan retribusi. Data responden dari pengelola TPI dapat dilihat pada Lampiran 3.

3) KUD Makaryo Mino

Informasi yang diperoleh berupa ketersediaan biaya operasional dalam penyelenggaraan pelelangan ikan dan kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan untuk pelelangan ikan. Data responden dari KUD Makaryo Mino dapat dilihat pada Lampiran 3.

4) Pemerintah Kota Pekalongan

Besarnya DAK untuk sektor perikanan tangkap khususnya untuk tempat pelelangan ikan, besarnya retribusi dari pelelangan ikan yang diterima pihak Pemkot, alokasi penggunaan retribusi, persepsi Pemkot dengan adanya retribusi, serta penyediaan dan perawatan fasilitas lelang ikan di TPI. Data responden dari pemerintah Kota Pekalongan dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.5 Analisis Data

Metode analisis yang digunakan untuk menjawab setiap tujuan dari penelitian ini yaitu:

3.5.1 Analisis Kajian Alokasi Dana Retribusi Pelelangan Ikan untuk Nelayan Analisis kajian alokasi dana retribusi pelelangan ikan untuk nelayan dan Pemerintah Daerah di PPN Pekalongan diuraikan secara deskriptif melalui wawancara dengan pihak terkait, sedangkan tahap-tahap yang dilakukan untuk mengkaji pengalokasian dana retribusi pelelangan ikan di PPN Pekalongan bagi nelayan dan pemerintah daerah yaitu:

1) Mengkaji peraturan daerah yang terkait dengan pengalokasian dana retribusi pelelangan ikan di PPN Pekalongan; dan

2) Melihat fakta yang ada di lapangan sehubungan dengan realisasi pengalokasian dana retribusi pelelangan ikan di PPN Pekalongan.

(5)

3.5.2 Analisis Dampak Penghapusan Retribusi Terhadap Pendapatan Nelayan

Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengetahui dampak penghapusan retribusi pelelangan ikan terhadap nelayan adalah:

1) Menghitung pendapatan nelayan yang mendaratkan ikan di TPI PPN Pekalongan.

Perhitungan pendapatan nelayan yang mendaratkan ikan di TPI PPN Pekalongan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

a) Menghitung biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh setiap armada dalam satu kali trip. Biaya operasional tersebut meliputi biaya bahan bakar, es, air tawar, konsumsi ABK, biaya perizinan, biaya perawatan kapal, mesin, dan alat tangkap, serta biaya-biaya lain yang dibutuhkan oleh nelayan;

b) Menghitung pendapatan kotor nelayan dalam satu kali trip. Pendapatan kotor merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil pelelangan ikan dengan cara mengalikan antara harga rata-rata ikan hasil tangkapan untuk setiap musim pada tahun 2010 dengan banyaknya ikan yang didapat;

c) Menghitung pendapatan bersih nelayan dalam satu kali trip. Pendapatan bersih diperoleh dengan menghitung selisih antara pendapatan kotor dengan biaya operasional dan biaya retribusi yang harus dibayarkan setiap kali melelang ikan yaitu sebesar 3%;

d) Menghitung pendapatan nelayan menurut bagiannya dalam satu kali trip untuk setiap musim. Sistem pendapatan nelayan berupa bagi hasil dengan ketentuan 50% untuk pemilik kapal dan 50% untuk nelayan. Nelayan sendiri dibagi dalam dua kategori yaitu ABK dan nahkoda dengan sistem bagi hasil ABK mendapat satu bagian dan nahkoda empat bagian; dan

e) Menghitung total pendapatan nelayan menurut bagiannya dalam satu tahun. Total pendapatan nelayan dalam satu tahun didapat dengan mengalikan pendapatan nelayan dalam satu kali trip untuk setiap musim

(6)

dengan jumlah trip maksimal yang dilakukan untuk setiap musim dalam satu tahun.

2) Mengetahui besarnya retribusi pelelangan ikan yang harus dibayarkan oleh nelayan dan hak-hak nelayan dari alokasi retribusi tersebut;

3) Mengetahui fasilitas atau jasa apa saja yang diterima oleh nelayan dengan adanya penarikan retribusi pelelangan ikan;

4) Menganalisis resiko penghapusan retribusi pelelangan ikan terhadap pendapatan nelayan secara deskriptif.

3.5.3 Analisis Dampak Penghapusan Retribusi terhadap Perawatan Fasilitas TPI

Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengetahui dampak penghapusan retribusi pelelangan ikan terhadap penyediaan fasilitas dan perawatan fasilitas di TPI PPN Pekalongan adalah:

1) Mengetahui fasilitas-fasilitas apa saja yang tersedia di TPI PPN Pekalongan untuk menunjang pelaksanaan proses pelelangan ikan;

2) Mengetahui alokasi dana retribusi bagi pembiayaan perawatan fasilitas tersebut; dan

3) Menganalisis sumber pembiayaan bagi perawatan fasilitas jika tidak ada pemungutan retribusi pelelangan ikan.

3.5.4 Analisis Kebijakan Retribusi Pelelangan Ikan dengan Metode PHA Tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam menyelesaikan persoalan dengan menggunakan PHA yaitu:

1) Menyusun hirarki

Menyelesaikan permasalahan yang kompleks seperti pengambilan suatu keputusan, diperlukan pemecahan masalah tersebut ke dalam elemen-elemen pokok, kemudian elemen tersebut dibagi lagi ke dalam sub-sub elemennya, dan seterusnya sampai membentuk suatu hirarki. Dalam menyusun hirarki tersebut diperlukan penyusunan suatu rincian relevan yang cukup untuk menggambarkan persoalan dengan sebaik mungkin. Ada empat tingkatan

(7)

dalam penelitian ini untuk menyusun hirarki melalui rincian yang relevan, yaitu:

1) Tingkat pertama adalah adanya fokus yang akan diidentifikasi yaitu kebijakan penghapusan retribusi tempat pelelangan ikan di PPN Pekalongan;

2) Tingkat kedua adalah pihak yang berkepentingan, dalam hal ini adalah nelayan, pengelola TPI, bakul, dan Pemerintah Daerah Kota Pekalogan; 3) Tingkat ketiga adalah kriteria yaitu hal-hal yang berhubungan dengan

kepentingan pihak-pihak terkait dengan pengambilan suatu kebijakan. Kriteria-kriteria ini diambil berdasarkan tujuan alokasi dana retribusi pelelangan ikan tersebut antara lain adalah:

a) Tersalurkannya dana retribusi kepada nelayan; b) Tersedianya fasilitas TPI yang baik;

c) Terpeliharanya organisasi nelayan; d) Lancarnya pemasukan untuk kas daerah; e) Terpeliharanya kesejahteraan bakul ikan; dan

f) Kesadaran nelayan dan bakul ikan untuk membayar retribusi;

4) Tingkat keempat adalah alternatif tindakan yang diusulkan. Tujuan dari penentuan alternatif ini adalah untuk memberi pandangan menyeluruh terhadap berbagai hubungan yang kompleks yang melekat pada situasi dan memungkinkan dalam pengambilan keputusan sebagai dasar penilaian. Alternatif yang diusulkan dalam penelitian ini adalah adanya penghapusan retribusi pelelangan ikan dan tidak dihapuskannya retribusi pelelangan ikan. 2) Menetapkan prioritas

Menurut Nurani (2002) tujuan dari penetapn prioritas adalah untuk dapat membandingkan tingkat kepentingan dari berbagai pertimbangan yang ada. Perbandingan dilakukan dengan membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam kaitannya dengan elemen pada satu tingkatan di atasnya. Penilaian disajikan dalam bentuk matriks berbanding berpasangan (Pairwise Comparison) dan dibuat untuk setiap tingkat hirarki. Prioritas setiap elemen diperoleh dengan cara menyatukan atau mensintesis

(8)

pertimbangan yang telah dibuat. Langkah-langkah dalam menetapkan prioritas yaitu:

a. Membuat matriks banding berpasangan

Matriks banding berpasangan sebagai langkah pertama dalam menetapkan prioritas dibuat dari puncak hirarki, kemudian satu tingkat di bawahnya dan seterusnya dibuat untuk keseluruhan tingkat hirarki. Matriks banding berpasangan dapat berdasarkan pendapat perseorangan (matrik individu), dapat pula berdasarkan pendapat dari beberapa orang (matrik gabungan).

Matriks banding berpasangan diisi dengan suatu bilangan yang menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen atas elemen yang lain, berkenaan dengan sifat yang dibandingkan. Bilangan yang digunakan adalah suatu skala nilai dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 1. Penggunaan skala 1 sampai 9 dianggap mampu untuk membedakan intensitas tata hubungan antar elemen. Matriks untuk pembandingan berpasangan:

Tabel 2 Matriks pembanding berpasangan

C A1 A2 A3 A4 ... An

A1 1 a 12 a 13 a 14 … a 1n

A2 1/ a 12 1 a 23 a 24 … a 2n

A3 1/ a13 1/ a23 1 a 34 … a 3n

A4 1/ a14 1/ a24 1/ a34 1 … a 4n

… … … …

… … … …

An 1/ a1n 1/ a2n 1/ a3n 1/ a4n … 1

Keterangan :

C : Kriteria atau sifat yang digunakan untuk pembanding A1, A2,…Cn : Set elemen yang akan dibandingkan, satu tingkat di bawah C a12, a13....1 : Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi yang mencerminkan

(9)

Penilaian tingkat kepentingan diperiksa dari suatu elemen yang berada di sebelah kiri dibandingkan dengan suatu elemen yang berada di baris atas matriks. Penilaian perbandingan berdasarkan pada pertanyaan seberapa kuat suatu elemen berkontribusi, mendominasi, mempengaruhi, dan memenuhi atau menguntungkan pada suatu pertimbangan (sifat yang dibandingkan) dibandingkan dengan elemen lain. Susunan pertanyaan harus mencerminkan tata hubungan yang tepat antara elemen-elemen di suatu tingkat dengan sifat yang ada setingkat diatasnya.

b. Mensintesis berbagai pertimbangan

Prioritas menyeluruh dari berbagai pertimbangan dalam permasalahan pengambilan keputusan diperoleh dengan cara mensintesis terhadap keseluruhan pertimbangan. Sintesis dilakukan dengan pembobotan dan penjumlahan untuk menghasilkan bilangan tunggal yang menunjukkan prioritas setiap elemen. Pembobotan dapat dilakukan dengan menggunakan rata-rata aritmatik atau dapat pula dilakukan dengan menggunakan rata-rata geometrik.

Formulasi untuk menentukan vektor prioritas dari elemen-elemen pada setiap matriks adalah sebagai berikut:

1) Formulasi dengan menggunakan rata-rata aritmatik  Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom (Nkj)

Nkj = aij(k)

Keterangan:

Nkj : Nilai kolom kej

aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris I dan kolom j n : Jumlah elemen

 Membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom untuk memperoleh matriks yang dinormalisasi (Ndij)

= aij Nkj

(10)

Keterangan:

Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j

aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j Nkj : Nilai kolom j

 Vektor prioritas dari setiap elemen, diperoleh dengan merata-ratakan nilai sepanjang baris (Vpi)

= Ndij

∑ Ndij

Keterangan:

Vpi : Vektor prioritas dari elemen i

Ndij : Nilai dari setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j

2) Formulasi dengan menggunakan rata-rata geometrik  Perkalian baris (Zi) dengan menggunakan rumus

= ( )

Keterangan:

Zi : Perkalian baris n : Jumlah elemen

aij : Nilai entri setiap matriks pada baris i dan kolom j k : Kolom pertama

 Perhitungan vektor prioritaas atau vektor cirri (eigen vector) =

∑ Keterangan:

Vpi : Vektor prioritas elemen i Zi : Perkallian baris 1

Jika pengambilan keputusan melibatkan banyak orang, dapat dibuat matriks gabungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(11)

Keterangan:

M : Jumlah responden aij : Pendapat individu

3) Konsistensi

Rasio konsistensi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

 Perhitungan akar ciri atau nilai eigen maksimum (λ maks) dengan rumus:

= = ( )

Dimana VA adalah Vektor Antara

= =

Dimana VB adalah nilai eigen =∑

 Perhitungan Indeks Konsistensi (CI), dengan rumus:

= −

− 1  Perhitungan Rasio Konsistensi (CR), dengan rumus:

=

Nilai indeks acak (RI) dari matriks berordo 1 sampai 10 yang digunakan untuk menentukan Rasio Konsistensi (CR) tercantum pada tabel 3.

Tabel 3 Nilai random consistency index (RI) untuk jumlah elemen (n) 1 sampai 10 N RI n RI 1 0,00 6 1,24 2 0,00 7 1,32 3 0,58 8 1,41 4 0,90 9 1,45 5 1,12 10 1,49

(12)

Keterangan : n : Ordo

RI : Nilai Indeks Acak

Data yang didapat dari hasil wawancara pada penelitian ini diolah dengan program komputer Proses Hirarki Analitik, dengan menggunakan alat analisis Expert Choice 9.5 sehingga didapatkan hasil masing-masing kriteria dan sub kriteria.

(13)

Kerangka pendekatan studi

Gambar 2 Kerangka pendekatan studi.

Analisis Kebijakan Penghapusan Retribusi Pelelangan Ikan di TPI PPN Pekalongan

Pendekatan Kualitatif Pendekatan Kuantitatif

Kajian Alokasi Dana

Retribusi Dampak Penghapusan

Retribusi Pelelangan Ikan Analisis Kebijakan Penghapusan Retribusi Pelelangan Ikan Perda Terkait Dana Retribusi Realisasi Alokasi Dana Retribusi Terkait Pendapatan Nelayan dan Pengelolaan Fasilitas TPI Metode PHA

1) Melakukan kajian terhadap pengalokasian dana retribusi pelelangan ikan di PPN Pekalongan. 2) Menganalisis dampak penghapusan retribusi

pelelangan ikan terhadap pendapatan nelayan di PPN Pekalongan dan pengelolaan fasilitas di TPI PPN Pekalongan.

3) Melakukan analisis kebijakan retribusi pelelangan ikan di PPN Pekalongan dengan metode Proses Hirarki Analitik (PHA).

(14)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Kota Pekalongan 4.1.1 Keadaan Geografi dan Demografi

Kota Pekalongan merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang terletak di Pantai Utara Jawa. Letak kota Pekalongan ini berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan, Kabupaten Batang di sebelah barat, serta Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan di sebelah timur. Secara geografis kota Pekalongan terletak antara 6 50’ 42” hingga 6 55’ 44” Lintang Selatan dan 109 37’ 55” hingga 109 42’ 19” Bujur Timur. Luas wilayah Kota Pekalongan ini adalah 45,25 km2.

Kota Pekalongan terbagi dalam 47 kelurahan yang tersebar di 4 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Pekalongan Barat, Pekalongan Timur, Pekalongan Utara, dan Pekalongan Selatan. Penelitian ini dilakukan di Kota Pekalongan khususnya di kecamatan Pekalongan Utara, kabupaten Panjang Wetan. Luas daerah ini adalah 14,88 km2.

Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2009 adalah 276.158 jiwa yang terdiri dari 134.332 laki-laki (48,64%) dan 141.826 perempuan (51,36%), sedangkan banyaknya rumah tangga adalah 68.432. Kepadatan penduduk di Kota Pekalongan cenderung meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Tabel 4 Jumlah penduduk Kota Pekalongan menurut jenis kelamin

Tahun Jenis Kelamin Jumlah Total

Laki-laki Perempuan 2005 132.217 135.357 267.574 2006 132.557 135.913 268.470 2007 132.196 139.794 271.990 2008 133.215 140.696 273.911 2009 134.332 141.826 276.158

(15)

Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk Kota Pekalongan jika dibandingkan dengan total jumlah penduduk Kota Pekalongan menurut jenis kelamin pada tahun 2009, penduduk yang mengenyam bangku sekolah hanya 17,5%. Pendidikan terbesar yang didapat oleh penduduk Kota Pekalongan adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 9,1%, sedangkan yang terendah adalah tingkat SMA/ SMK yaitu 3,8%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat pendidikan penduduk Kota Pekalongan tahun 2009

Tingkat Pendidikan Jumlah Total Prosentase (%)

SD 24.908 9,1%

SMP 12.635 4,6%

SMA/SMK 10.377 3,8%

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekalongan tahun 2009

4.1.2 Profil Kehidupan Nelayan

Selama lima tahun terakhir jumlah nelayan yang melakukan aktivitas penangkapan ikan yang memanfaatkan PPN Pekalongan sebagai fishing base- nya secara umum mengalami kenaikan sebesar 1% per tahun, untuk tahun 2010 jumlah nelayan mengalami penurunan karena banyak kapal pendatang yang masuk ke PPN Pekalongan. Para nelayan dari luar Kota Pekalongan berasal dari Jawa Timur, Pemalang, Kendal, dan Tegal. Tabel 6 adalah data jumlah nelayan di PPN Pekalongan dari tahun 2005-2010.

Tabel 6 Data jumlah nelayan PPN Pekalongan tahun 2005-2010

Tahun Jumlah Nelayan

(orang) 2005 14.120 2006 10.400 2007 9.835 2008 15.825 2009 22.075 2010 15.335

(16)

Masyarakat nelayan khususnya nelayan Kota Pekalongan pada umumnya tidak mengetahui secara pasti pendapatan mereka setiap bulannya. Jika ditanya pendapatan mereka setiap harinya atau setiap bulan, rata-rata mereka akan menjawab tidak menentu, tergantung ikan yang didapat. Terkadang satu kali melaut bisa mendapatkan untung karena banyaknya ikan yang didapat dan terkadang merugi.

Kebiasaan para nelayan Kota Pekalongan jika mendapatkan hasil yang banyak adalah mereka akan menghabiskan uangnya dalam waktu yang singkat, jarang sekali dari mereka yang menabung. Bila dalam beberapa kali melaut tidak ada hasil yang didapat, maka untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka akan meminjam pada KUD atau berhutang.

4.2 Keadaan Umum PPN Pekalongan 4.2.1 Kondisi PPN Pekalongan

Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPN Pekalongan) adalah Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan di bidang prasarana pelabuhan perikanan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.

PPN Pekalongan merupakan pelabuhan perikanan yang diusahakan karena sebagian sarana dan prasarana yang produktif dan ekonomis dikelola oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Pekalongan.

Jenis pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh PPN Pekalongan antara lain adalah:

1) Pelayanan Kapal Perikanan a) Dilaksanakan oleh Perum:

 Tambat dan labuh kapal perikanan;  Pembongkaran hasil tangkapan;

 Perbaikan kapal atau docking dan alat tangkap;

 Pengisian bahan perbekalan (BBM, air, es, garam, dll); b) Dilaksanakan oleh PPN Pekalongan:

 Informasi peta fishing ground dari data satelit;  Pelayanan perizinan kapal;

(17)

 Kegiatan keluar masuk kapal perikanan;  Penerbitan SIB;

 Implementasi Log Book perikanan; 2) Pelayanan Pemasaran dan Distribusi Ikan

a. Dilaksanakan oleh Perum:

 Pengadaan sewa Tempat Pelelangan Ikan; b. Dilaksanakan oleh PPN Pekalongan:  Sanitasi dan higienis lingkungan;  Distribusi air cuci ikan;

 Penyediaan TPI Higienis;  Penyajian data-data statistik;  Pengendalian mutu ikan;

3) Pelayanan Masyarakat dan Industri Perikanan a. Dilaksanakan oleh Perum:

 Penyediaan areal industri perikanan dengan fasilitas penunjang (air, listrik, jalan lingkungan);

b. Dilaksanakan oleh PPN Pekalongan:  Fasilitas Wisata Bahari;

 Kios iptek dan informasi hasil riset;  Koordinasi pembinaan nelayan;  Fasilitasi riset perikanan;

 Keamanan, ketertiban, dan kebersihan;  Penyediaan depo logistik; dan

 Penyediaan alat berat;

4.2.2 Karakteristik Usaha Penangkapan Ikan PPN Pekalongan

Ada beberapa faktor yang menentukan suatu usaha penangkapan bisa memperoleh hasil yang optimal dengan mutu yang lebih baik yaitu faktor teknis, faktor sumberdaya manusia, dan faktor sarana dan prasarana. Faktor teknis berkaitan dengan teknologi penangkapan (jenis perahu dan alat tangkap) yang digunakan oleh nelayan untuk melaut. Faktor sumberdaya manusia berkaitan

(18)

dengan nelayan atau penduduk yang terlibat dalam usaha di sektor penangkapan ikan, sedangkan faktor sarana dan prasarana berkaitan dengan jasa-jasa lingkungan seperti Tempat Pelelangan Ikan, pabrik-pabrik pengalengan, serta prasarana lain yang dapat dimanfaatkan dalam menunjang usaha-usaha nelayan (Abdullah, 2004).

a) Jenis Perahu dan Alat Tangkap

Jumlah armada penangkapan ikan di PPN Pekalongan pada tahun 2010 adalah sebesar 665 unit yang terdiri dari Purse Seine 149 unit, Mini Purse Seine 429 unit, Gillnet 87 unit, Longline 0 unit, lainnya adalah 0 unit, dapat dilihat pada Tabel 7. Jika dibandingkan dengan jumlah armada penangkapan ikan pada tahun 2009 sebesar 871 unit, berarti armada perikanan di PPN Pekalongan mengalami penurunan sebesar 10%.

Frekuensi kegiatan keluar masuk kapal perikanan di PPN Pekalongan cukup tinggi. Tercatat kapal masuk tahun 2010 sebanyak 4309 kali dan untuk kapal keluar tercatat 1346 kali, sedangkan untuk kegiatan bongkar ikan dalam tahun 2010 tercatat sebanyak 4476 kali. Frekuensi ini mengalami penurunan dari tahun 2009 yang tercatat kapal masuk sebanyak 4938 kali, kapal keluar sebanyak 1577 kali, dan untuk kegiatan bongkar sebanyak 5375 kali. Dari armada perikanan yang melakukan aktivitas di PPN Pekalongan, aktivitas terbanyak dilakukan oleh armada perikanan Mini Purse Seine baik dari segi keluar masuk pelabuhan maupun aktivitas bongkar ikan hasil tangkapan, hal ini dapat dilihat pada Tebel 8.

(19)

Tabel 7 Jumlah armada penangkapan ikan di PPNP (unit) Tahun Purse Seine Mini Purse Seine Gillnet Long Line Lainnya Jumlah Total 2005 353 4 96 65 50 568 2006 229 14 137 26 38 444 2007 225 10 180 10 0 425 2008 170 328 110 0 0 608 2009 146 609 116 0 0 871 2010 149 429 87 0 0 665

Sumber: Statistik Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan 2010

Tabel 8 Frekuensi aktivitas armada penangkapan ikan di PPN Pekalongan (Times/ kali)

Tahun Purse Seine Mini Purse Seine Gillnet Lainnya

M K B M K B M K B M K B 2005 1.416 1.882 2.605 2.124 - 2.124 6.60 - 6.60 5.97 - 5.97 2006 9.40 1.044 1.498 4.328 - 4.328 9.20 - 9.20 3.02 - 3.02 2007 6.85 8.24 1.384 3.826 - 3.826 1.052 - 1.052 0 0 0 2008 5.10 6.44 9.20 3.545 - 3.545 9.40 - 9.40 0 0 0 2009 4.44 5.23 8.81 3.601 5.57 3.601 8.93 4.97 8.93 0 0 0 2010 3.51 3.78 5.18 3.346 6.12 3.346 6.12 2.36 6.12 0 0 0 Total 4.346 5.295 7.806 20.770 1.169 20.770 5.077 7.33 5077 899 0 899

Keterangan: M: Masuk K: Keluar B: Bongkar

Sumber: Statistik Pelabuhan Nusantara Pekalongan 2010 b) Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor yang menentukan suatu kegiatan usaha dapat mencapai hasil yang maksimal terlebih tingkat pendidikannya. Secara umum terdapat hubungan positif antara pendidikan dengan pendapatan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang, maka kecenderungannya adalah semakin tinggi juga tingkat pendapatannya yang disebabkan oleh semakin bagus kegiatan usahanya. Demikian juga dalam usaha penangkapan ikan, sumberdaya manusia yang

(20)

berpendidikan tinggi juga merupakan penentu keberhasilan usaha penangkapan ikan tersebut. Sumberdaya manusia yang sangat terkait dengan usaha penangkapan ikan adalah nelayan.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat Kota Pekalongan pada Tabel 5, sebagian besar masyarakat Pekalongan adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah. Sembilan koma satu persen masyarakat Pekalongan adalah lulusan Sekolah Dasar (SD). Hal ini terkait dengan kemampuan para nelayan untuk mengelola keuangan dengan baik, akibat dari rendahnya pendidikan para nelayan mengakibatkan pengelolaan keuangan para nelayan kurang baik. Nelayan seringkali menghabiskan uang dari hasil melaut atau pendapatan mereka sekaligus tanpa memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang, yang berakibat pada seringnya para nelayan melakukan peminjaman uang kepada pihak KUD atau pihak lain.

c) Sarana dan Prasarana

Keberhasilan suatu usaha penangkapan ikan tidak terlepas dari adanya sarana dan prasarana yang mendukungnya. Pemerintah menyediakan sarana dan prasarana berupa beberapa fasilitas yang terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas pendukung untuk melaksanakan usaha tersebut. Fasilitas-fasilitas yang ada di PPN Pekalongan antara lain adalah:

1) Fasilitas Pokok

Fasilitas pokok yang ada di PPN Pekalongan antara lain adalah breakwater, dermaga, alur pelayaran, dan sarana navigasi. Pemecah gelombang (breakwater) adalah suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah di sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut. Pemecah gelombang (breakwater) yang ada di PPN Pekalongan terletak di dua bagian berbeda yaitu sebelah timur dengan panjang 275 mdan di sebelah barat dengan panjang 320 m.

Dermaga adalah suatu bangunan kelautan dari kayu atau beton yang berfungsi sebagai tempat labuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut. Bila ditinjau dari bentuk dan dimensinya, dermaga yang ada di PPN

(21)

Pekalongan berbentuk quay, yaitu suatu konstruksi dermaga yang paralel dengan garis pantai dan umumnya dekat dengan pantai. PPN Pekalongan memiliki dua buah dermaga yaitu di sebelah barat dengan panjang 345 m dan di sebelah timur dengan panjang 220 m.

Alur pelayaran merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai ke dermaga. Sarana navigasi adalah alat bantu yang berfungsi untuk memberikan peringatan atau tanda-tanda terhadap bahaya yang tersembunyi, memberikan petunjuk atau bimbingan agar kapal dapat berlayar dengan aman di sepanjng pantai, sungai, dan perairan lainnya, serta memberikan petunjuk dan bimbingan pada waktu kapal akan keluar masuk pelabuhan atau ketika kapal merapat dan membuang jangkar.

2) Fasilitas Fungsional

Fasilitas fungsional yang ada di PPN Pekalongan berdiri di atas tanah seluas 13050 m2. Fasilitas fungsional yang ada di PPN Pekalongan dimiliki bukan saja oleh pihak PPN Pekalongan, tetapi juga oleh Perum PPS.

Fasilitas fungsional yang dimiliki oleh PPN Pekalongan antara lain adalah tempat parkir, menara air bersih dan jaringan instalasi air sebanyak dua unit, tempat peristirahatan nelayan seluas 131 m2, pasar pengecer ikan seluas 135 m2, rumah genset dan genset sebanyak satu unit, kantor PPN Pekalongan seluas 376 m2, balai pertemuan PPN Pekalongan seluas 214 m2, unit pengolah limbah sebanyak dua unit, pagar keliling sepanjang 600 m, pos pemeriksaan terpadu seluas 132 m2, drainase sepanjang 1000 m, pos keamanan seluas 18 m2, jalan komplek pelabuhan sepanjang 1150 m, tempat pelelangan ikan higienis seluas 400 m2, talud sebelah timur sungai sepanjang 70 m, depo logistik, kantor syahbandar, laboratorium mini, dan timbangan digital.

Fasilitas fungsional yang dimiliki oleh Perum PPS antara lain adalah tanah areal industri sebelah timur sungai seluas 308.560 m2, tanah sebelah barat sungai seluas 45280 m2, perbengkelan sebanyak satu unit, slipway sebanyak satu unit, tempat perbaikan atau penjemuran jaring, menara air bersih dan jaringan instalasi air sebanyak dua unit, tempat pelelangan ikan di sebelah selatan seluas 1930 m2 dan di sebelah utara seluas 3704 m2, rumah genset dan genset sebanyak satu unit,

(22)

kantor Perum Prasarana Perikanan Samudera (PPS) Cabang Pekalongan, gudang perlengkapan seluas 180 m2, bangunan penyaluran BBM seluas 342,73 m2, dan gudang keranjang ikan seluas 243 m2.

3) Fasilitas Pendukung

Fasilitas pendukung yang ada di PPN Pekalongan terdiri dari waserda (warung serba ada) seluas 120 m2, rumah dinas seluas 60 m2, kawasan wisata bahari seluas 1 Ha, mushola, aquarium, anjungan, gedung pertemuan, dan kantin. Fasilitas-fasilitas yang ada di PPN Pekalongan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Fasilitas PPN Pekalongan

Fasilitas Ukuran Terpasang

Fasilitas Pokok

1. Penahan Gelombang (Break water) Sebelah Timur

275 m 2. Penahan Gelombang (Break water)

Sebelah Barat

320 m

3. Dermaga Sebelah Barat 345 m

4. Dermaga Sebelah Timur 220 m

5. Alur Pelayaran -

6. Sarana Navigasi -

Fasilitas Fungsional -

1. Tanah 13.050 m2

2. Tempat Parkir -

3. Menara Air Bersih dan Jaringan Instalasi Air

2 unit 4. Tempat Peristirahatan Nelayan 131 m2

5. Pasar Pengecer Ikan 135 m2

6. Rumah Genset dan Genset 1 unit

7. Kantor PPN Pekalongan 376 m2

8. Balai Pertemuan PPN Pekalongan 214 m2

(23)

10. Pagar Keliling 600 m

11. Pos Pemeriksaan Terpadu 132 m2

12. Drainase 1000 m

13. Pos Keamanan 18 m2

14. Jalan Komplek Pelabuhan 1150 m

15. Tempat Pelelangan Ikan Hiigienis 400 m2

16. Talud Sebelah Timur Sungai 70 m

17. Depo Logistik - 18. Kantor Syahbandar - 19. Laboratorium Mini - 20. Timbangan Digital - Fasilitas Penunjang - 1. Waserda 120 m2 2. Rumah Dinas 60 m2

3. Kawasan Wisata Bahari 1 Ha

4. Mushola -

5. Aquarium -

6. Anjungan -

7. Gedung Pertemuan -

Sumber: Direktorat Jendral Perikanan Tangkap PPN Pekalongan, 2010

Jenis usaha perikanan yang ada di sekitar PPN Pekalongan bukan saja berupa penangkapan ikan tetapi juga ikan segar, pemindangan, pengasinan, pengalengan ikan, cold storage, bengkel, Dock, BAP, pabrik es, dan surimi. Perkembangan berbagai jenis usaha yang dijalankan di sekitar PPN Pekalongan dapat dilihat pada Tabel 10.

(24)

Tabel 10 Usaha perikanan yang berkembang di sekitar PPN Pekalongan

Jenis Usaha Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010 Penangkapan ikan 209 186 153 121 125 125 Ikan Segar 10 2 2 3 5 5 Pemindangan 2 1 - 1 3 3 Pengasinan 18 10 9 11 13 13 Pengalengan 1 1 1 1 1 1 Cold storage 2 2 2 3 4 4 Bengkel 11 8 5 5 5 5 Dock 5 5 5 5 5 5 BAP 5 5 4 4 4 4 Pabrik es 5 4 3 3 3 3 Surimi - - 1 2 2 2

Sumber: Direktorat Jendral Perikanan Tangkap PPN Pekalongan, 2010

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu 2005 sampai 2010 usaha perikanan di sekitar PPN Pekalongan mengalami fluktuasi, hampir 75% dari usaha tersebut adalah berasal dari usaha penangkapan ikan. Hal ini membuktikan bahwa di sekitar PPN Pekalongan, mayoritas penduduk mengandalkan hidupnya sebagai nelayan. Usaha perikanan yang menduduki peringkat kedua yang banyak diminati adalah pengasinan yaitu sekitar 8%, hal ini menunjukkan bahwa ikan hasil tangkapan yang didapatkan oleh nelayan yang mendaratkan ikannya di PPN Pekalongan belum dapat dimanfaatkan atau diolah dengan baik yang dapat meningkatkan nilai jualnya. Selain diasinkan, pilihan lain yang banyak diminati untuk menangani ikan hasil tangkapan adalah dijual dalam keadaan segar. Hal ini terkait dengan pola pikir nelayan, mereka berfikir bahwa jika ikan asin saja sudah bisa mendatangkan uang kenapa harus bersusah payah mengolah ikan hasil tangkapan tersebut.

(25)

4.2.3 Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan TPI di PPN Pekalongan Berdasarkan data usaha perikanan yang berkembang di sekitar PPN Pekalongan, terlihat bahwa sebagian besar kegiatan perikanan yang ada di Kota Pekalongan pada umunya terfokus pada kegiatan di sektor perikanan laut. Pada tahun 2010, volume produksi perikanan laut di Kota Pekalongan khususnya di PPN Pekalongan adalah sebesar 18.363.481 kg dengan nilai Rp 120.298.600.000,00. Jumlah produksi dan nilai produksi perikanan laut yang ada di Kota Pekalongan khususnya di PPN Pekalongan mulai dari tahun 2005-2010 dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Perkembangan jumlah produksi dan nilai produksi perikanan laut di PPN Pekalongan periode 2005-2010 Tahun Produksi (Kg) Nilai (Rp.) Rata-Rata Harga Ikan 2005 43.219.705 177.205.561.000 4.100 2006 31.936.351 150.522.629.000 4.713 2007 29.179.110 131.324.500.000 4.501 2008 22.978.042 145.579.177.000 6.336 2009 24.781.928 133.771.818.000 5.398 2010 18.363.481 120.298.600.000 6.551 Sumber: Statistik Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan 2010

Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa jumlah produksi perikanan laut yang tertinggi ada pada tahun 2005 yaitu sebesar 43.219.705 kg dan yang terendah ada pada tahun 2010 yaitu sebesar 18.363.481 kg. Nilai produksi perikanan laut tertinggi ada pada tahun yang sama dengan jumlah produksi tertinggi yaitu tahun 2005 dengan nilai sebesar Rp 177.205.561.000,00, demikian juga dengan nilai produksi perikanan laut terendah ada pada tahun yang sama dengan jumlah produksi terendahnya yaitu pada tahun 2010 dengan nilai produksi sebesar Rp 120.298.600.000,00. Pada tahun 2008 dapat dilihat bahwa jumlah produksi perikanan laut lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2007 dan 2009 yaitu 22.978.042 kg justru menunjukkan nilai produksi perikanan laut yang tertinggi yaitu Rp 145.579.177.000,00 dibandingkan tahun 2007 dan 2009 yang memiliki jumlah produksi perikanan laut yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena jenis ikan hasil tangkapan yang didapat adalah jenis ikan dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan yang berhasil

(26)

tertangkap pada tahun 2007 dan 2009, dapat dibuktikan dengan harga rata-rata ikan per kg pada tahun 2008 lebih besar dari harga ikan per kg pada tahun 2007 dan 2009 yaitu Rp 6.336,00. Secara keseluruhan selama periode tahun 2005-2010, jumlah produksi perikanan laut cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya sedangkan untuk nilai produksi perikanan cenderung mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

Gambar

Tabel 2  Matriks pembanding berpasangan
Tabel 3    Nilai random consistency index (RI) untuk jumlah elemen (n) 1  sampai 10  N  RI  n  RI  1  0,00  6  1,24  2  0,00  7  1,32  3  0,58  8  1,41  4  0,90  9  1,45  5  1,12  10  1,49
Gambar 2  Kerangka pendekatan studi.
Tabel 7  Jumlah armada penangkapan ikan di PPNP (unit)  Tahun  Purse  Seine  Mini  Purse Seine  Gillnet  Long Line  Lainnya  Jumlah Total  2005  353  4  96  65  50  568  2006  229  14  137  26  38  444  2007  225  10  180  10  0  425  2008  170  328  110
+3

Referensi

Dokumen terkait

Eksistensi akal dan fungsinya pada prinsipnya mendapat tempat yang tinggi pada diri manusia, bahkan akal bisa menguasai manusia sepenuhnya, seseorang akan

Pada penulisan ini akan disampaikan hasil percobaan tentang pemotretan ruang yang hanya menggunakan sebuah lampu flash eksternal berintensitas kecil, yang bisa

Responden pada penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan para pekerja yang sedang melakukan pekerjaan beton, baja dan bata dengan jumlah responden adalah

Maksud dari pelaksanaan pekerjaan PEMBANGUNAN RUMAH DINAS ESELON II, III Dan PREASARANA LINGKUNGAN ini sesuai dengan apa yang telah direncanakan dari sisi kualitas,

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah laba perusahaan dengan metode penyusutan aktiva tetap garis lurus menurut standar akuntansi keuangan dengan undang- undang

siswa menunjukkan hasil kompetensi kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, hal itu menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sehingga terdapat

Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh peserta Indonesia dalam mengikuti olimpiade internasional serta tingkat kesukaran soal yang dilombakan dalam olimpiade tersebut,

Di dalam sebuah kelompok manusia, mungkin saja ada satu atau dua orang yang berpengetahuan lebih dari orang lainnya, mungkin saja seorang pemimpin di sebuah organisasi