• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Akuntansi ISSN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Akuntansi ISSN:"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Perbedaan Laba Perusahaan dengan Menggunakan Metode Penyusutan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Perpajakan

(Studi Dilakukan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2012)

1

Tharra Azizah, 2Diamonalisa Sofianty, dan 3Kania Nurcholisah

1,2,3

Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116

e-mail : tharraazizah92@gmail.com, diamonalisa@yahoo.co.id, kania_gunawan@yahoo.com

Abstract: Use of fixed assets in the company will decrease the longer the ability along with the potential, feasibility and the passage of time. As an element of recognition of the decrease in tangible fixed assets are allocated into depreciation. Depreciation expense deduction is one component of income, so the amount of depreciation expense generated each year is very influential on corporate profits.

Tangible fixed assets can be depreciated by some method of depreciation. Accounting depreciation method different from the method of depreciation according to tax, so it will produce different company profits jugaantara accounting profit with the profit according to the tax.

The method used is descriptive method of comparative analysis techniques paired samples t-test and the wilcoxon signed rank test. Samples used in this research are 31 companies manufacturing consumer goods industry sectors listed on the Indonesia Stock Exchange in 2012. The data collection technique used was documentation. Data used is secondary data. Source of data in this research is the company's annual financial statements.

The results showed there were significant differences in the profit companies use IFRSs with company profits using tax bill. Because the average cost of depreciation of fixed assets using SAK is higher than the average cost of depreciation of fixed assets using the tax bill, the average profit of the company using the tax bill higher than the average profit of the company using the SAK. The average profit of the company using the tax bill amounting to Rp 1,139,761,871,378, while the average profit companies using SAK amounted to Rp 1,017,651,236,993. So there is a difference of Rp 122 110 634 385 which can be classified as time difference.

Keywords: Fixed Assets, Depreciation methods, and Profit Company

Abstrak: Penggunaan aktiva tetap pada perusahaan semakin lama akan semakin berkurang kemampuannya seiring dengan potensi, kelayakan dan berlalunya waktu. Sebagai unsur pengakuan atas penurunan aktiva tetap berwujud tersebut dialokasikan ke dalam penyusutan. Biaya penyusutan merupakan salah satu komponen pengurang pendapatan, sehingga jumlah biaya penyusutan yang dihasilkan tiap tahunnya sangat berpengaruh terhadap laba perusahaan.

Aktiva tetap berwujud dapat disusutkan dengan beberapa metode penyusutan. Metode penyusutan menurut akuntansi berbeda dengan metode penyusutan menurut pajak, sehingga akan menghasilkan laba perusahaan yang berbeda juga antara laba akuntansi dengan laba menurut pajak.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode desktiptif komparatif dengan teknik analisis paired sampel t-test dan uji wilcoxon signed rank test. Sampel penelitian yang digunakan adalah 31 perusahaan manufaktur sektor industry barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada laba perusahaan menggunakan SAK dengan laba perusahaan menggunakan UU Perpajakan. Dikarenakan rata-rata biaya penyusutan aktiva tetap menggunakan SAK lebih tinggi dibanding rata-rata biaya penyusutan aktiva tetap menggunakan UU Perpajakan, maka rata-rata laba perusahaan menggunakan UU Perpajakan lebih tinggi disbanding rata-rata laba perusahaan menggunakan SAK. Rata-rata laba perusahaan menggunakan UU Perpajakan sebesar Rp 1.139.761.871.378, sedangkan rata-rata laba menggunakan SAK sebesar Rp 1.017.651.236.993. Jadi ada selisih Rp 122.110.634.385dapat digolongkan sebagai beda waktu.

(2)

A. Pendahuluan

Aktiva tetap merupakan salah satu alat yang penting dan pokok dalam suatu perusahaan terutama perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang kegiatannya melakukan proses produksi, karena pada perusahaan-perusahaan jenis ini aktiva tetap merupakan tulang punggung bagi aktivitas perusahaan sehari-hari. Aktiva tetap dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, sebab aktiva tetap merupakan salah satu investasi yang dimiliki oleh perusahaan yang dimana masa manfaatnya lebih dari satu tahun.

Semua jenis aktiva tetap, kecuali tanah, akan makin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi. Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai aktiva tetap yang bersangkutan. Sebagai unsur pengakuan atas penurunan aktiva tetap berwujud tersebut dialokasikan ke dalam penyusutan. Biaya penyusutan merupakan salah satu komponen pengurang pendapatan, sehingga jumlah biaya penyusutan yang dihasilkan tiap tahunnya sangat berpengaruh terhadap laba perusahaan.

Aktiva tetap berwujud dapat disusutkan dengan beberapa metode penyusutan. Metode penyusutan menurut akuntansi berbeda dengan metode penyusutan menurut pajak, dikarenakan dasar penyusutan yang digunakan oleh akuntansi berbeda dengan pajak seperti pada penentuan umur ekonomis penyusutan, tarif dan pengelompokan aktiva tetap sehingga biaya penyusutan menurut akuntansi akan berbeda hasilnya dengan biaya penyusutan menurut pajak. Hal ini akan berdampak pada laba perusahaan, dimana laba perusahaan menurut akuntansi akan berbeda dengan laba perusahaan menurut pajak.

B. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Latar belakang dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana laba perusahaan apabila menggunakan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan?

2. Bagaimana laba perusahaan apabila menggunakan metode penyusutan menurut Undang-Undangan Perpajakan?

3. Apakah terdapat perbedaan antara laba perusahaan dengan menggunakan metode penyusutan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Perpajakan?

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui laba perusahaan apabila menggunakan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan.

2. Untuk mengetahui laba perusahaan apabila menggunakan metode penyusutan menurut Perundang-Undangan Perpajakan.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan laba perusahaan dengan menggunakan metode penyusutan berdasarkan standar akuntansi keuangan dan undang-undang perpajakan.

(3)

C. Landasan Teori Laba Perusahaan

Pengertian laba menurut Sofyan Syafri Harahap (2002: 147) adalah perbedaan antara revenue yang diralisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu yang dihadapkan dengan biaya – biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut.

Perbedaan antara laba menurut akuntansi dan pajak ada dua, yakni sebagai berikut: 1. Perbedaan Permanen

Perbedaan permanen adalah perbedaan perlakuan terhadap penghasilan dan biaya dimana penghasilan dan biaya diakui oleh akuntansi komersial, tetapi tidak diakui oleh akuntansi perpajakan. Contoh perbedaan permanen yaitu penghasilan dalam bentuk natura (beras, minyak, dll). Dalam akuntansi komersial, penghasilan dalam bentuk natura diakui sebagai penghasilan, tetapi dalam akuntansi perpajakan, penghasilan dalam bentuk natura bukan merupakan objek pajak.

2. Perbedaan Temporer

Perbedaan temporer adalah perbedaan metode pembebanan yang digunakan oleh akuntansi komersial dan akuntansi fiskal dalam akhir tahun buku atau tahun pajak. Contoh perbedaan temporer yaitu penyusutan, dalam akuntansi komersial pembebanan biaya penyusutan dilakukan berdasarkan umur ekonomis suatu aset, tetapi dalam akuntansi perpajakan, pembebanan biaya penyusutan dilakukan berdasarkan golongan kelompok.

Metode Penyusutan Menurut Standar Akuntansi Keuangan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ETAP bab 15 tentang aktiva tetap, dinyakatakan bahwa berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu aktiva selama umur manfaatnya, metode tersebut yakni metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining balance method), dan metode jumlah unit produksi (sum of the unit method).

Metode Penyusutan Menurut Ketentuan Perpajakan

Metode penyusutan menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan sebagaimana telah diatur dalam Pasalh 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah metode garis lurus (straight line method) dan metode saldo menurun (declining balance method).

Perbedaan Metode Penyusutan Menurut SAK dan Perpajakan

Penyusutan untuk kepentingan perpajakan secara substansial berbeda dengan penyusutan kepentingan akuntansi. Metode penyusutan menurut akuntansi didesain untuk mempersandingkan antara pengeluaran investasi modal dengan penghasilan sesuai prosedur investasi. Periode penyusutan atau masa manfaat yang digunakan untuk kepentingan perpajakan didasarkan kepada ketentuan perundang-undangan perpajakan dan sama sekali tidak terkait dengan masa manfaat aktiva yang bersangkutan atau dengan perkataan lain tidak ada usaha untuk memperbandingkan antara penghasilan dan pengeluaran.

(4)

Adanya pengelompokan harta berwujud berdasarkan masa manfaat dan sekaligus penetapan presentase tarif penyusutan yang telah diatur dalam Pasal 11 Undang – Undang Pajak Penghasilan mengakibatkan adanya perbedaan, yang dikenal dengan beda waktu (time difference). Untuk aktiva yang disusutkan harus dikelompokkan terlebih dahulu sesuai masa manfaat. Akuntansi komersial mengatur estimasi masa manfaat suatu aktiva yang dapat disusutkan dengan dasar pertimbangan yang biasanya didasarkan pada pengalaman dengan jenis aktiva yang serupa. Sedangkan ketentuan perpajakan untuk pengelompokan aktiva tetap berdasarkan masa manfaat yang mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No. 96/PMK.03/2009 Tanggal 15 Mei 2009 berlaku per 1 Januari 2009.

Pengaruh Penggunaan Metode Penyusutan Terhadap Besarnya Laba

Jumlah dari biaya penyusutan aktiva tetap sangat tergantung pada metode penyusutan yang diterapkan di dalam perusahaan. Nilai penyusutan akan dialokasikan pada biaya operasional di laporan laba rugi, sehingga besarnya nilai penyusutan akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Pemilihan metode penyusutan dari beberapa metode yang ada haruslah tepat karena nilai penyusutan akan mempengaruhi besarnya laba perusahaan. Naik turunya laba perusahaan di setiap periode tergantung dari pemilihan metode penyusutan.

Faktor yang mempengaruhi penyusutan aktiva tetap ialah metode penyusutan aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan untuk menghitung beban penyusutan aktiva tetap yang ada pada perusahaan, metode tersebut dapat mempengaruhi besarnya laba perusahaan setiap periode.

Adanya perbedaan dasar penyusutan menurut akuntansi dan perpajakan mengakibatkan jumlah biaya penyusutan yang berbeda, sehingga hal tersebut berdampak pada berbedanya laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut akuntansi dengan laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut perpajakan.

Mei Rida Dwi A (2008) meneliti Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Ditinjau dari Sudut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Perpajakan pada PT. Pesona Remaja Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat selisih antara laba bersih menurut standar akuntansi keuangan dengan laba bersih menurut perpajakan. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan metode dalam perhitungan penyusutan menurut SAK dan perpajakan. Hasil selisih tersebut dapat digolongkan sebagai beda waktu (timing difference).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Terdapat perbedaan yang signifikan antara laba perusahaan dengan menggunakan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan laba perusahaan dengan menggunakan metode penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan.

D. Metode Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah laba perusahaan dengan metode penyusutan aktiva tetap garis lurus menurut standar akuntansi keuangan dengan undang-undang perpajakan dari perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2012. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan komparatif.

(5)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variable yang berhubungan dengan objek yang diteliti yaitu:

1. Variabel Bebas 1 (independent variable) atau variabel X1

Variabel independen/bebas 1 (X1) yaitu laba perusahaan yang menggunakan metode penyusutan berdasarkan standar akuntansi keuangan.

2. Variabel Bebas 2 (independent variable) atau variabel X2

Variabel independen/bebas 2 (X2) yaitu laba perusahaan yang menggunakan metode penyusutan berdasarkan undang-undang perpajakan.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi.

Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 yang terdiri dari 36 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purpose sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 31 perusahaan yang masuk dalam kriteria sampling.

E. Hasil Penelitian

Deskripsi Laba Perusahaan Menggunakan Metode Penyusutan Menurut SAK

Jumlah laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan sebesar Rp 31.547.188.346.785. Rata-rata laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan sebesar Rp 1.017.651.236.993. Kemudian laba akuntansi paling tinggi terdapat pada PT.H.M. Sampoerna Tbk yang mencapai Rp 9.945.296.000.000. Sebaliknya laba akuntansi paling rendah terdapat pada PT. Kedaung Indag Can Tbk yaitu Rp 2.259.475.494.

Jumlah biaya penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan sebesar Rp 4.465.845.379.920. Rata-rata biaya penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan sebesar Rp 144.059.528.835. Biaya penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan paling tinggi terdapat pada PT.Indofood Sukses Makmur Tbk yang mencapai Rp 1.128.059.000.000. Sebaliknya biaya penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan paling rendah terdapat pada PT.Kedaung Indah Can Tbk yang mencapai Rp 6.204.389.993.

Deskripsi Laba Perusahaan Menggunakan Metode Penyusutan Menurut Pajak

Jumlah laba perusahaan menurut Undang-Undang Perpajakan sebesar Rp 35.332.618.012.719. Rata-rata laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan sebesar Rp 1.139.761.871.378. Kemudian laba perusahaan menurut Undang-Undang Perpajakan paling tinggi terdapat pada PT.H.M. Sampoerna Tbk yang mencapai Rp 10.800.177.000.000. Sebaliknya laba perusahaan menurut Undang-Undang Perpajakan paling rendah terdapat pada PT. Kedaung Indag Can Tbk yaitu Rp 4.251.979.930.

Jumlah biaya penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan sebesar Rp 680.415.713.986. Rata-rata biaya penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan sebesar Rp 21.948.894.000. Biaya penyusutan paling tinggi terdapat pada PT.Indofood Sukses Makmur Tbk yang mencapai Rp 1.228.684.000.000. Sebaliknya biaya penyusutan paling rendah terdapat pada PT. H.M. Sampoerna Tbk yang mencapai Rp

(6)

Deskripsi Perbedaan Laba Perusahaan Menggunakan Metode Penyusutan Berdasarkan SAK dan Pajak

Jumlah besarnya perbedaan laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan sebesar Rp 3.785.429.665.934. Sedangkan jumlah rata-rata laba laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan sebesar Rp 122.110.634.385

Analisis Pengujian Hipotesis

Sebelum hipotesis diuji terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk menentukan jenis uji yang digunakan, apakah uji parametrik atau nonparametrik. Apabila data berdistirbusi normal maka digunakan uji t dua sampel berpasangan. Sebaliknya apabila data tidak berdistribusi normal digunakan Wilcoxon signed rank test untuk menguji perbedaan hasil perhitungan laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi maupun laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan.

1. Uji Normalitas Data

Berdasarkan hasil uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) dapat dilihat bahwa data kedua variabel yang diteliti tidak berdistribusi normal. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov (asymp.sig) kedua variabel masih lebih kecil dari 0,05. Sejalan dengan hasil uji normalitas data, maka untuk menguji perbedaan hasil perhitungan laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan digunakan Wilcoxon signed rank test. Pengujian dilakukan menggunakan uji dua sampel berpasangan, karena data yang diuji merupakan data dari perusahaan yang sama.

Hipotesis penelitian yang akan diuji dituangkan kedalam hipotesis statistik sebagai berikut.

Ho: SAK = Fiskal Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara laba menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan laba menurut Perundang – Undangan Perpajakan.

Ha: SAK ≠ Fiskal Terdapat perbedaan yang signifikan antara laba menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan laba menurut Perundang – Undangan Perpajakan.

2. Uji Wilcoxon Signed Rank Test

Untuk menguji perbedaan hasil perhitungan laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 digunakan Wilcoxon signed rank test.

Hasilnya dapat dilihat laba perusahaan dengan menggunakan metode penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan, yaitu sebesar Rp 1.139.761.871.378 lebih besar dibanding laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan sebesar Rp 1.017.651.236.993 sehingga ada selisih sebesar Rp 122.110.634.385. Kemudian dari hasil pengujian terbukti bahwa laba perusahaan

(7)

menggunakan metode penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan berbeda dengan laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pengujian dimana nilai Zhitung (2,141) lebih besar dari ttabel (1,96) atau nilai probabilitas (p=0,032) lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak.

Jadi berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012, laba perusahaan menggunakan metode penyusutan berdasarkan Undang-Undang Perpajakan lebih tinggi dibandingkan laba perusahaan menggunakan metode penyusutan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan.

Berdasarkan hasil uji perbandingan laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut SAK dan Undang-Undang Perpajakan terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada laba perusahaan menggunakan Standar Akuntansi Keuangan dengan laba perusahaan menggunakan Undang-Undang Perpajakan.

Perbedaan tersebut disebabkan di dalam akuntansi tidak ada pengelompokkan harta berwujud, selain itu dalam penentuan umur ekonomisnya berdasarkan kebijakan perusahaan dengan dasar pertimbangan yang biasanya didasarkan pada pengalaman dengan jenis aktiva tetap. Serta dalam penentuan tarifnya berdasarkan rumus sesuai Standar Akuntansi Keuangan.

Sedangkan dalam ketentuan Perpajakan terdapat pengelompokkan aktiva tetap beserta tarif, dan umur ekonomis aktiva tetap berdasarkan pada Pasal 11 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Selain itu terdapat Peraturan Menteri Keuangan No.96/KMK.03/2009 yang mengatur tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk memberikan keseragaman dalam pengelompokkan harta berwujud.

F. Kesimpulan

1. Laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan lebih rendah dari pada laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan.

2. Laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan lebih tinggi dari pada laba perusahaan menggunakan metode penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan.

3. Terdapat perbedaan antara laba perusahaan menggunakan Standar Akuntansi Keuangan dengan laba perusahaan menggunakan Undang-Undang Perpajakan.

Daftar Pustaka

Beams and A Floyd., Amir Abadi Jusuf. 1998. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi 6 Jakarta.

C, Rollin Niswoncer., Philip E, Fees and Carls S, Waren. 1999. Prinsip – Prinsip

Akuntansi. Edisi 6. Jakarta: Erlangga.

Carl S, Warren., James M, Reeve., and Philip E, Fess. 2005. Pengantar Akuntansi.Edisi 21 Jakarta: Salemba Empat.

Cooper, Donald R. and Schindler, Pamela S. 2014 Bussines Research Methods 12th edition. McGraw.Hill New York.

(8)

Hendriksen, Eldon S., dan W., Nugroho. 2002. Teori Akuntansi. Cetakan Kedelapan. Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Kartikahadi, Hans. et al. 2012. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.

Mairuhu, Samuel., Tinangon, Jantje J. Desember 2014. Analisis Penerapan Metode

Penyusutan Aktiva Tetap dan Implikasinya terhadap Laba Perusahaan Pada Perum Bulog Divre Sulut dan Gorontalo. Jurnal EMBA. Volume 2, No. 4. 19

Maret 2015.

Nuryatno, Muhammad., Nazir, Nazmel., Adinugraha Ramaditya. Juli 2007. “Analisis

Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Pemilihan Metode Depresiasi untuk Aktiva Tetap Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik.

Volume 2, No. 2. 19 Maret 2015

S.R, Soemarso. 2013. Akuntansi Satu Pengantar. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Setiawan, Juniady S. November 2001, Kajian terhadap Beberapa Metode Penyusutan

dan Pengaruhnya terhadap Perhitungan Beban Pokok Penjualan. Jurnal

Akuntansi Petra. Volume 3, No.2. 22 Maret 2015.

Singgih Santoso 2002, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Jakarta: PT Elex Media Komputind

Waluyo. 2014. Akuntansi Pajak. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. www.idx.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan melekat bakteri Esherichia coli pada sel epitel pipi sapi berhubungan dengan peranan toksin untuk melekat pada reseptor permukaan baik yang spesifik maupun

Mengetahui hubungan antara IQ, intelegensi ganda dengan hasil belajar siswa pada pokok bahasan kesebangunan kelas IX di SMP Baitussalam Surabaya..

Pengujian menggunakan TLC menunjukkan hasil positif pada pelarut n-heksana, etil asetat dan metanol ditandai dengan adanya perubahan warna yang sama antara sampel

A total number of students involved in this study were 60 student, divided in two classes, the experimental class (N=30) received a project based learning using Edublog,

kerjaya kepada golongan profesional dan pelajar Malaysia. Para profesional juga dihubungkan dengan majikan yang berpotensi di Malaysia melalui pelbagai platform. Pada

Hasilnya memberikan dasar yang unik untuk menghubungkan hasil kuantitatif dengan wawasan kualitatif dan untuk mendukung pembuatan strategi reformasi yang berorientasi pada

KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar,

Dengan peningkatan pembiayaan Bank Syariah Mandiri cabang Jambi, diharapkan dapat membantu pendanaan pembangunan pemerintah daerah, mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi dengan