PERBEDAAN NILAI GFR PADA PENDERITA STROKE
DENGAN ATAU TANPA SINDROMA METABOLIK
T E S I S
OLEH
IRINA KEMALA NASUTION
Nomor Register CHS : 17923
PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
RSUP.H. ADAM MALIK
MEDAN
PERBEDAAN NILAI GFR PADA PENDERITA STROKE
DENGAN ATAU TANPA SINDROMA METABOLIK
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Spesialis dalam program studi Ilmu Penyakit Saraf pada Program Pendidikan Dokter Spesialis I
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan
Oleh
IRINA KEMALA NASUTION
Nomor Register CHS : 17923
PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN USU
RSUP H.ADAM MALIK MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : Perbedaan nilai GFR pada penderita stroke dengan atau tanpa sindroma metabolik
Nama : IRINA KEMALA NASUTION
Nomor Register CHS : 17923
Program Studi : Ilmu Penyakit Saraf
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Cut Aria Arina, SpS
NIP. 19771020 200212 2 001 NIP. 19530601 198103 1 004 Dr. Yuneldi Anwar, SpS(K)
Mengetahui/ Mengesahkan
Ketua Departemen/SMF Ketua Program Studi/ SMF
Ilmu Penyakit Saraf Ilmu Penyakit Saraf FK-USU/ RSUP.HAM Medan FK-USU/ RSUP.HAM Medan
Dr. Rusli Dhanu,SpS (K)
NIP. 19530916 198203 1 003 NIP. 19530601 198103 1 004 Dr. Yuneldi Anwar, SpS (K)
Telah diuji pada : Selasa, 26 Juli 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
1. Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp.S (K) 2. Prof.dr. Darulkutni Nasution,SpS(K) 3. Dr. Darlan Djali Chan,SpS
4. Dr. Yuneldi Anwar,SpS(K) 5. Dr. Rusli Dhanu,SpS(K)
6. Dr.Kiking Ritarwan,MKT,SpS(K) 7. Dr. Aldy S Rambe,SpS(K)
8. Dr. Puji Pinta O Sinurat,SpS 9. Dr.Khairul P Surbakti,SpS 10. Dr. Cut Aria Arina,SpS 11. Dr. Kiki M Iqbal,SpS 12. Dr. Alfansuri Kadri,SpS
13. Dr. Dina Listyaningrum,SpS,Msi,Med 14. Dr. Aida Fithrie,SpS
PERNYATAAN
PERBEDAAN NILAI GFR PADA PENDERITA STROKE DENGAN ATAU TANPA SINDROMA METABOLIK
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 26 Juli 2011
ABSTRAK
Latar Belakang dan Tujuan : Sindroma metabolik terdiri dari kumpulan faktor resiko vaskular dan abnormalitas metabolik yang terdiri dari: obesitas,dislipidemia atherogenik, peningkatan tekanan darah, hiperglikemia dan keadaan proinflammatory. Sindroma metabolik merupakan faktor resiko yang bermakna untuk penyakit ginjal dan stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai Glomerular Filtration Rate (GFR) pada penderita stroke dengan atau tanpa sindroma metabolik.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode potong lintang pada pasien stroke yang dirawat di bangsal Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan periode Agustus 2010 sampai April 2011. Nilai GFR diukur dengan menggunakan metode perhitungan Modification of Diet in
Renal Disease (MDRD). Sementara sindroma metabolik ditegakkan jika
dijumpai 3 kriteria atau lebih yaitu abdominal obesitas, peningkatan kadar trigliserida darah, penurunan kadar kolesterol HDL, peningkatan tekanan darah dan peningkatan kadar glukosa darah puasa.
Hasil : Terdapat 44 pasien dalam penelitian ini, terdiri dari 27 orang dengan sindroma metabolik dan 17 orang tanpa sindroma metabolik. Tidak dijumpai hubungan yang bermakna pada jenis kelamin,jenis stroke dan faktor resiko pada subjek dengan atau tanpa sindroma metabolik. Dijumpai hubungan yang bermakna antara umur dengan nilai GFR pada penderita stroke tanpa sindroma metabolik (p = 0,002). Juga dijumpai hubungan yang bermakna antara riwayat stroke dengan nilai GFR pada subjek dengan sindroma metabolik (p = 0,00). Uji chi square menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dari nilai GFR pada subjek dengan sindroma metabolik dan tanpa sindroma metabolik (p=0,001).
Kesimpulan: Dijumpai perbedaan yang bermakna dari nilai GFR pada penderita stroke dengan sindroma metabolik dibandingkan dengan penderita stroke tanpa sindroma metabolik. Penemuan ini menunjukkan bahwa sindroma metabolik mungkin merupakan faktor penting penyebab terjadinya penyakit ginjal
ABSTRACT
Background and Purpose: The metabolic syndrome consist of a constellation of vascular risk factors and metabolic abnormalities such as obesity,dyslipidemia, raised blood pressure, hyperglicemia and proinflammatory state. Metabolic syndrome is a significant risk factor for kidney disease and stroke. The purpose of this study was to differentiated level of Glomerular Filtration Rate (GFR) in stroke patients with or without metabolic syndrome.
Methods: This was an observational cross-sectional study performed on stroke patients in Adam Malik General Hospital in November 2010 until April 2011. Level of GFR was measured using Modification of Diet in Renal
Disease (MDRD). While metabolic syndrome includes 3 or more of the
following : obesity abdominal, increased level of serum trygliseride, low HDL cholesterol level, high blood pressure, and high fasting glucose level.
Results: Fourty four patients, consisted of 27 patients with metabolic syndrome and 17 patients without metabolic syndrome were studied. There was no significant association gender, stroke type and risk factors in subject with or without metabolic syndrome. There was significant association between age and GFR level in stroke patients without metabolic syndrome (p=002). Also there was significant association between history of stroke and GFR level in subject with metabolic syndrome (p=0,00). Chi square examine revealed significant difference between GFR level in subject with and without metabolic syndrome.
Conclusions: There was significant difference between GFR level in stroke patients with metabolic syndrome and without metabolic syndrome. This findings suggest that the metabolic syndrome might be an important factor in the cause of kidney disease.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir
Program Pendidikan Spesialisasi di bidang Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam
Malik Medan.
Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyatakan penghargaan dan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada :
Yang terhormat Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. Dr. H.
Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), atas kesempatan dan
fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan spesialisasi.
Yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD(KGEH), atas kesempatan dan
fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan spesialisasi.
Yang terhormat Prof. DR. dr. H. Hasan Sjahrir, Sp.S (K), (Ketua
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran USU saat penulis diterima
sebagai PPDS), yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menjadi
peserta didik serta memberi bimbingan selama mengikuti program pendidikan
Yang terhormat Dr. Rusli Dhanu, Sp.S (K), Ketua Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan
masukan-masukan berharga, kesempatan, bimbingan, arahan serta dorongan
kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Yang terhormat Dr. Yuneldi Anwar,SpS (K), Ketua Program Studi
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang
banyak memberikan masukan-masukan berharga, kesempatan, bimbingan,
arahan serta dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan
kepada Dr. Cut Aria Arina,SpS dan Dr. Yuneldi Anwar,SpS(K) selaku
pembimbing penulis yang dengan sepenuh hati telah mendorong,
membimbing, mengkoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari
perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.
Kepada guru-guru saya: Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir,SpS(K); Prof. Dr. H.
Darulkutni Nasution, Sp.S (K); Dr. H. Hasanuddin Rambe, Sp.S (K); Alm. Dr.
Syawaluddin Nasution, Sp.S (K); Alm. Dr. Ahmad Syukri, Sp.S (K); Dr. LBM
Sitorus, Sp.S; Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S; Dr. Aldy S Rambe,SpS; Dr. Kiking
Ritarwan, MKT, Sp.S; Dr. Irsan NHN Lubis, Sp.S; Alm. Dr. Dadan Hamdani,
Sp.S; Dr. Puji Pinta O.Sinurat, SpS; Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S; Dr. S.
Irwansyah, Sp.S; Dr. Kiki M.Iqbal, Sp.S; Dr. Alfansuri Kadri, Sp.S; Dr. Dina
Listyaningrum, Sp.S, Msi,Med; Dr. Aida Fithrie, Sp.S dan guru lainnya yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan
Kepada Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik
yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi
dengan penulis dalam pembuatan tesis ini.
Kepada Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan,
Rumah Sakit Umum Tembakau Deli Medan, Rumah Sakit Kesdam I Bukit
Barisan, Direktur RSU. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga, Direktur RS. Sri
Pamela Tebing Tinggi, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.yang telah memberikan kesempatan, fasilitas dan suasana kerja
yang baik sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan spesialisasi ini
sampai selesai.
Ucapan terima kasih penulis kepada seluruh rekan-rekan sejawat peserta
PPDS-I Departemen Neurologi FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan, atas
bantuan dan kerjasama yang terjalin baik serta dorongan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan studi.
Ucapan terima kasih penulis kepada Bapak Amran Sitorus, Sukirman
Ariwibowo dan Syafrizal serta seluruh perawat dan pegawai yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan
kepada kedua orang tuaku, Drs. H. Zulkarnain Nasution dan Hj. Hartati Lubis,
yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, dan senantiasa
memberi dukungan moril dan materi, bimbingan dan nasehat serta doa yang
tulus agar penulis tetap sabar dan tegar dalam mengikuti pendidikan ini
sampai selesai.
Ucapan terima kasih kepada kedua Bapak / Ibu mertua saya, Drs. Ali
semangat dan nasehat serta doa yang tulus agar tetap sabar dan tegar
dalam mengikuti pendidikan sampai selesai.
Teristimewa kepada suamiku tercinta Sutan Tolang Lubis, SSTP, MSP
dan adinda Raisa Nadhira Lubis yang selalu dengan sabar dan penuh
pengertian, mendampingi dengan penuh cinta dan kasih sayang dalam suka
dan duka, saya ucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya.
Kepada adikku Indri Kemala Nasution,S.Psi, Psikolog beserta seluruh
keluarga yang senantiasa membantu, memberi dorongan, pengertian, kasih
sayang dan doa dalam menyelesaikan pendidikan ini, penulis haturkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Kepada semua rekan dan sahabat yang tidak mungkin saya sebutkan
satu persatu yang telah membantu saya sekecil apapun, saya haturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah melimpahkan rahmat dan
kasihnya kepada kita semua. Akhirnya penulis mengharapkan semoga
penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : Dr. Irina Kemala Nasution
Tempat / tanggal lahir : Medan, 03 September 1980
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Nama Ayah : Drs. H. Zulkarnain Nasution
Nama Ibu : Hj. Hartati Lubis
Nama Suami : Sutan Tolang Lubis, SSTP, MSP
Nama Anak : Raisa Nadhira Lubis
Riwayat Pendidikan
1. Sekolah Dasar di SD. Harapan I Medan, Tamat tahun 1993
2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Medan tamat tahun 1996.
3. Sekolah Menengah Atas di SMA. Negeri 1 Medan tamat tahun 1999.
DAFTAR ISI
Abstrak ……….. i
Abstract ………. ii
Kata pengantar ……… iii
Daftar Riwayat hidup ……….. vii
Daftar Isi ……… viii
II.1.3 Klasifikasi stroke 9
II.1.4 Faktor resiko 10
II.1.5 Patofisiologi 12
II.1.5.1 Stroke Iskemik 12
II.1.5.2 Stroke hemorragik 13
II.2 Sindroma Metabolik 14
II.2.1 Definisi 14
II.2.2 Epidemiologi 15
II.2.3 Patofisiologi 15
II.3 Glomerular Filtration Rate 21
II.4 Kerangka Teori 24
II.5 Kerangka Konsepsional 25
BAB III. METODE PENELITIAN
III.1. Tempat dan Waktu 26
III.2. Subjek penelitian 26
III.2.1 Populasi sasaran 26
III.2.2 Populasi terjangkau 26
III.2.3 Besar sampel 26
III.2.4 Kriteria inklusi 27
III.2.5 Kriteria eksklusi 27
III.3 Batasan operasional 28
III.5 Pelaksanaan penelitian 29
III.5.1 Instrumen 29
III.5.1.1 Pemeriksaan GFR 29
III.5.1.2 Pemeriksaan lipid profile 29 III.5.1.3 Pemeriksaan kadar gula darah 30
III.5.2 Pengambilan sampel 30
III.5.3 Kerangka operasional 31
III.5.4 Variabel yang diamati 31
III.5.5 Analisa statistik 32
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil penelitian 34
IV.1.1 Karakteristik subjek penelitian 34 IV.1.2 Karakteristik dasar subjek stroke dengan
sindroma metabolik dihubungkan dengan
nilai GFR 37
IV.1.2.1 Jenis Kelamin 37
IV.1.2.2 Umur 37
IV.1.2.3 Jenis stroke 38
IV.1.2.4 Faktor resiko 39
IV.1.2.5 Riwayat stroke 39
IV.1.3 Karakteristik dasar subjek stroke tanpa Sindroma metabolik dihubungkan dengan
Nilai GFR 40
IV.1.3.1 Jenis kelamin 40
IV.1.3.2 Umur 41
IV.1.3.3 Jenis stroke 41
IV.1.3.4 Faktor resiko 42
IV.1.3.5 Riwayat stroke 43
IV.1.4 Perbedaan nilai GFR pada penderita stroke dengan sindroma metabolik dibandingkan dengan penderita stroke tanpa sindroma
metabolik 44
IV.2 Pembahasan 45
IV.2.1 Karakteristik subjek penelitian 45 IV.2.2 Hubungan antara jenis kelamin dengan nilai
GFR pada penderita stroke dengan atau
tanpa sindroma metabolik 47
IV.2.3 Hubungan antara umur dengan nilai GFR pada penderita stroke dengan atau tanpa
sindroma metabolik 48
IV.2.4 Hubungan antara jenis stroke dengan nilai
GFR pada penderita stroke dengan atau
IV.2.5 Hubungan antara faktor resiko dengan nilai
GFR pada penderita stroke dengan atau
tanpa sindroma metabolik 50
IV.2.6 Hubungan antara riwayat stroke dengan nilai
GFR pada penderita stroke dengan atau
tanpa sindroma metabolik 50
IV.2.7 Perbedaan nilai GFR pada penderita stroke
dengan atau tanpa sindroma metabolik 51
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan 53
V.2 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
DAFTAR SINGKATAN
ADMA : Asymmetric Dimethylarginine
AP-1 : Activator Protein-1
ASNA : Asean Neurological Association
CEBP : C-Enhancer Binding Protein
CHD : Coronary Heart Disease
CHF : Congestive Heart Failure
CRP : C-Reative Protein
CSS : Cairan Serebrospinal
CT-Scan : Computed Tomography Scanning
FFA : Free Fatty Acid
GFR : Glomerular Filtration Rate
HDL : High Density Lipoprotein
IDF : International Diabetes Federation
IL : Interleukin
iNOS : inducible Nitric Oxide Synthase
IRS-1 : Insulin Receptor Substrate-1
KEEP : Kidney Early Evaluation Program
MDRD : Modification of Diet in Renal Disease
MIF : Macrophage migration Inhibitor Factor
NADPH : Nicotinamide Adenin Dinucleotide Phosphate
NFkB : Nuclear Factor-Kb
NO : Nitric Oxide
NOS : Nitirc Oxide Synthase
O2
-PAI-1 : Plasminogen Activator Inhibitor-1
: Anion superoxide
PGI2 : Prostaglandin I2
RAGE : Receptor for Advanced Glication End products
RAS : Renin Angiotensin System
ROS : Reactive Oxygen Species
SKRT : Survey Kesehatan Rumah Tangga
SPSS : Statistical Product and Science Service
TF : Tissue Factor
TIA : Transient Ischemic Attack
TLR : Toll Like Receptors
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pathomekanisme yang menghubungkan 18 penyakit ginjal dengan sindroma metabolik
Tabel 2 Klasifikasi penyakit ginjal kronis 23
Tabel 3. Karakteristik subjek penelitian 36
Tabel 4. Hubungan nilai GFR dengan jenis kelamin pada 37 subjek stroke dengan sindroma metabolik
Tabel 5. Hubungan nilai GFR dengan umur pada subjek 38 stroke dengan sindroma metabolik
Tabel 6. Hubungan nilai GFR dengan jenis stroke pada 38 subjek stroke dengan sindroma metabolik
Tabel 7. Hubungan nilai GFR dengan faktor resiko pada 39 subjek stroke dengan sindroma metabolik
Tabel 8. Hubungan nilai GFR dengan riwayat stroke pada 40 subjek stroke dengan sindroma metabolik
Tabel 9. Hubungan nilai GFR dengan jenis kelamin pada 40 subjek stroke tanpa sindroma metabolik
Tabel 10. Hubungan nilai GFR dengan umur pada subjek 41 stroke tanpa sindroma metabolik
Tabel 11. Hubungan nilai GFR dengan jenis stroke pada 42 subjek stroke tanpa sindroma metabolik
Tabel 12. Hubungan nilai GFR dengan faktor resiko pada 43 subjek stroke tanpa sindroma metabolik
Tabel 13. Hubungan nilai GFR dengan riwayat stroke pada 43 subjek stroke tanpa sindroma metabolik
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Efek Insulin resistance pada sindroma metabolik 19 terhadap vaskular
Gambar 2. Mekanisme molekular yang melibatkan 21
insulin resistance
Gambar 3. Diagram batang jenis kelamin penderita stroke 37 dengan dan tanpa sindroma metabolik
Gambar 4. Diagram batang umur penderita stroke dengan 37 dan tanpa sindroma metabolik
Gambar 5. Diagram batang suku bangsa penderita dengan 38 dan tanpa sindroma metabolik
Gambar 6. Diagram batang pendidikan penderita stroke dengan 38 dan tanpa sindroma metabolik
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat persetujuan ikut dalam penelitian
2. Lembar pengumpulan data penelitian
3. Lembar persetujuan komite etik tentang pelaksanaan penelitian bidang
kesehatan
ABSTRAK
Latar Belakang dan Tujuan : Sindroma metabolik terdiri dari kumpulan faktor resiko vaskular dan abnormalitas metabolik yang terdiri dari: obesitas,dislipidemia atherogenik, peningkatan tekanan darah, hiperglikemia dan keadaan proinflammatory. Sindroma metabolik merupakan faktor resiko yang bermakna untuk penyakit ginjal dan stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai Glomerular Filtration Rate (GFR) pada penderita stroke dengan atau tanpa sindroma metabolik.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode potong lintang pada pasien stroke yang dirawat di bangsal Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan periode Agustus 2010 sampai April 2011. Nilai GFR diukur dengan menggunakan metode perhitungan Modification of Diet in
Renal Disease (MDRD). Sementara sindroma metabolik ditegakkan jika
dijumpai 3 kriteria atau lebih yaitu abdominal obesitas, peningkatan kadar trigliserida darah, penurunan kadar kolesterol HDL, peningkatan tekanan darah dan peningkatan kadar glukosa darah puasa.
Hasil : Terdapat 44 pasien dalam penelitian ini, terdiri dari 27 orang dengan sindroma metabolik dan 17 orang tanpa sindroma metabolik. Tidak dijumpai hubungan yang bermakna pada jenis kelamin,jenis stroke dan faktor resiko pada subjek dengan atau tanpa sindroma metabolik. Dijumpai hubungan yang bermakna antara umur dengan nilai GFR pada penderita stroke tanpa sindroma metabolik (p = 0,002). Juga dijumpai hubungan yang bermakna antara riwayat stroke dengan nilai GFR pada subjek dengan sindroma metabolik (p = 0,00). Uji chi square menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dari nilai GFR pada subjek dengan sindroma metabolik dan tanpa sindroma metabolik (p=0,001).
Kesimpulan: Dijumpai perbedaan yang bermakna dari nilai GFR pada penderita stroke dengan sindroma metabolik dibandingkan dengan penderita stroke tanpa sindroma metabolik. Penemuan ini menunjukkan bahwa sindroma metabolik mungkin merupakan faktor penting penyebab terjadinya penyakit ginjal
ABSTRACT
Background and Purpose: The metabolic syndrome consist of a constellation of vascular risk factors and metabolic abnormalities such as obesity,dyslipidemia, raised blood pressure, hyperglicemia and proinflammatory state. Metabolic syndrome is a significant risk factor for kidney disease and stroke. The purpose of this study was to differentiated level of Glomerular Filtration Rate (GFR) in stroke patients with or without metabolic syndrome.
Methods: This was an observational cross-sectional study performed on stroke patients in Adam Malik General Hospital in November 2010 until April 2011. Level of GFR was measured using Modification of Diet in Renal
Disease (MDRD). While metabolic syndrome includes 3 or more of the
following : obesity abdominal, increased level of serum trygliseride, low HDL cholesterol level, high blood pressure, and high fasting glucose level.
Results: Fourty four patients, consisted of 27 patients with metabolic syndrome and 17 patients without metabolic syndrome were studied. There was no significant association gender, stroke type and risk factors in subject with or without metabolic syndrome. There was significant association between age and GFR level in stroke patients without metabolic syndrome (p=002). Also there was significant association between history of stroke and GFR level in subject with metabolic syndrome (p=0,00). Chi square examine revealed significant difference between GFR level in subject with and without metabolic syndrome.
Conclusions: There was significant difference between GFR level in stroke patients with metabolic syndrome and without metabolic syndrome. This findings suggest that the metabolic syndrome might be an important factor in the cause of kidney disease.
BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada
usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian
sesudah penyakit jantung pada sebahagian besar negara di dunia. Di negara
barat yang telah maju, stroke menempati urutan ketiga sebagai penyebab
kematian sesudah penyakit jantung iskemik dan kanker. (Sjahrir, 2003)
Di Indonesia, menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 1995, stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
yang utama yang harus ditangani dengan segera, tepat dan cermat
(Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri Perdossi, 1999).
Meskipun dapat mengenai semua usia, insiden stroke meningkat
dengan bertambahnya usia dan merupakan penyebab kecacatan yang utama
diantara semua orang dewasa dan kecacatan yang memerlukan fasilitas
perawatan jangka panjang diantara populasi usia tua (Johnson dan Kubal,
1999; Ropper and Brown, 2005; Gilroy, 2000 ).
Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh
Survei ASNA (ASEAN Neurological Association) di 28 rumah sakit diseluruh
Indonesia, pada penderita stroke akut yang dirawat di rumah sakit, dan
dilakukan survey mengenai faktor-faktor resiko, lama perawatan, mortalitas
dan morbiditasnya. Penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan profil
usia dibawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun
Dari data penderita rawat inap di bangsal neurologi Rumah Sakit H.
Adam Malik Medan pada tahun 2009 diperoleh bahwa dari 622 orang yang
opname, (250) orang merupakan stroke iskemik dan (96) orang merupakan
stroke hemoragik (Departemen Neurologi, 2009).
Sindroma metabolik terdiri dari kumpulan faktor resiko vaskular dan
abnormalitas metabolik yang terdiri dari: obesitas,dislipidemia atherogenik,
peningkatan tekanan darah, hiperglikemia dan keadaan proinflammatory.
(Adult Treatment Panel III, 2001; Arenillas dkk,2007; Albala dkk,2008).
Suatu studi multietnik, kohort population-based menemukan hubungan
yang signifikan antara sindroma metabolik dengan resiko stroke iskemik.
(Albala dkk, 2008). Berdasarkan studi kohort prospektif menunjukkan
hubungan antara sindroma metabolik dengan resiko stroke iskemik pada pria
usia pertengahan yang tidak menderita diabetes ataupun penyakit jantung.
(Kurl dkk, 2006).
Studi di Finlandia yang dilakukan selama 14 tahun pada orang berusia
tua mendapatkan hasil bahwa sindroma metabolik dapat memprediksi
terjadinya stroke pada orang berusia tua. ( Wang dkk, 2008)
Sindroma metabolik berhubungan dengan endogenous fibrinolytic
capacity, hiperglikemia, disfungsi endotel, kerusakan endotel kronik dan
keadaan proinflammatory yang menjelaskan terjadinya kerusakan iskemik
serebral dan menghalangi rekanalisasi arteri. (Kurl dkk, 2006; Arenillas dkk,
2007)
Sindroma metabolik merupakan faktor resiko yang penting pada stroke
atherosklerosis intrakranial. Hubungan antara aterosklerosis intrakranial
individu dengan sindroma metabolik seperti obesitas abdominal, hipertensi,
level kolesterol HDL. (Bang dkk, 2005)
Insulin resistance merupakan faktor penghubung antara sindroma
metabolik dengan aterosklerosis sehingga terjadi peningkatan resiko kejadian
iskemik otak.(Arenillas dkk, 2007)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sindroma metabolik
merupakan faktor resiko yang signifikan untuk penyakit jantung, kematian dan
penyakit ginjal kronis pada populasi umum. Pada studi dengan 6980
partisipan yang dilakukan oleh Tanaka dkk, meneliti bahwa sindroma
metabolik secara signifikan menyebabkan penyakit ginjal kronis (odds ratio
1,54).( cit Johnson dkk,2007)
Suatu studi pada populasi umum dewasa di AS menunjukkan bahwa
sindroma metabolik dan insulin resistance berhubungan dengan terjadinya
gangguan ginjal. (Chen dkk,2004)
Dari kelima kriteria sindroma metabolik, empat diantaranya
(hipertrigliseridemia, hipertensi, hiperglikemia, dan obesitas abdominal) dapat
menyebabkan peningkatan oxidative stress sistemik. (Hansel dkk, 2004)
Sindroma metabolik pada penyakit ginjal kronis berhubungan dengan
oxidative stress dan penurunan level adiponectin. Dimana insulin resistance
dan hiperinsulinemia berhubungan dengan penurunan nitric oxide (NO) dari
produksi endotel dan meningkatkan oxidative stress. (Johnson dkk,2007).
Penurunan GFR berhubungan dengan insulin resistance dan
konsentrasi fasting insulin pada partisipan tanpa diabetes menurut NHANES
kronis merupakan prediktor dari mortalitas dan outcome yang buruk pada
pasien dengan akut stroke. (Yahalom dkk, 2009).
Glomerular Filtration Rate merupakan gold standart untuk menentukan
fungsi ginjal. Konsentrasi serum kreatinin digunakan untuk menentukan GFR
dan sebagai indeks fungsi renal pada pemeriksaan klinis. (MacWalter dkk,
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian-penelitian terdahulu seperti
yang telah diuraikan diatas, dirumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah terjadi perbedaan nilai GFR pada penderita stroke dengan
atau tanpa sindroma metabolik
I.3. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan :
I.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui adanya perbedaan nilai GFR pada penderita stroke
dengan atau tanpa sindroma metabolik
I.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui perbedaan nilai GFR pada penderita stroke dengan atau tanpa sindroma metabolik di RSUP H.Adam Malik
Medan.
1.3.2.2 Untuk melihat karakteristik demografi (umur, sex, tingkat pendidikan, pekerjaan, suku) pada penderita stroke dengan atau
tanpa sindroma metabolik di RSUP H.Adam Malik Medan.
1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan karakteristik demografi (umur, sex) dengan nilai GFR pada penderita stroke dengan sindroma
metabolik di RSUP H.Adam Malik Medan.
1.3.2.4 Untuk mengetahui hubungan karakteristik demografi (umur, sex) dengan nilai GFR pada penderita stroke tanpa sindroma metabolik
1.3.2.5 Untuk mengetahui hubungan nilai GFR pada penderita stroke iskemik dan stroke hemorragik dengan sindroma metabolik di
RSUP H.Adam Malik Medan.
1.3.2.6 Untuk mengetahui hubungan nilai GFR pada penderita stroke iskemik dan stroke hemorragik tanpa sindroma metabolik di RSUP
H.Adam Malik Medan.
1.3.2.7 Untuk mengetahui hubungan nilai GFR pada penderita stroke baru dan stroke berulang dengan sindroma metabolik di RSUP H.Adam
Malik Medan.
1.3.2.8 Untuk mengetahui hubungan nilai GFR pada penderita stroke baru dan stroke berulang tanpa sindroma metabolik di RSUP H.Adam
Malik Medan.
1.3.2.9 Untuk mengetahui hubungan antara faktor resiko stroke (hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia) dengan nilai GFR pada
penderita stroke dengan atau tanpa sindroma metabolik di RSUP
H.Adam Malik Medan
I.4. HIPOTESIS
Ada perbedaan nilai GFR pada penderita stroke dengan sindroma
I.5. MANFAAT PENELITIAN
1.5.1 Dengan mengetahui adanya perbedaan nilai GFR pada penderita stroke dengan sindroma metabolik dapat dijadikan sebagai dasar
dalam penatalaksanaan pada penderita stroke yang dirawat di
bangsal Neurologi RS.H.Adam Malik Medan.
1.5.2 Dengan mengetahui adanya perbedaan nilai GFR pada penderita stroke dengan sindroma metabolik dapat dilakukan strategi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. STROKE II.1.1. Definisi
Stroke adalah Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian,
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO,2005).
II.1.2. Epidemiologi
Stroke merupakan satu dari tiga penyebab terbesar kematian di
Amerika Serikat, termasuk di banyak negara lainnya di dunia, setelah
penyakit jantung dan kanker. Hampir ¾ juta individu di Amerika Serikat
mengalami stroke tiap tahunnya dan dari jumlah tersebut sebanyak 150.000
(90.000 perempuan dan 60.000 laki-laki) mati akibat stroke. Di China, kira-kira
1,5 juta penduduk mati setiap tahun oleh karena stroke (Sacco dkk, 2000;
Caplan, 2000).
Di Jerman didapatkan insiden pertahun 1,74 per 1000 penduduk (pria
1,47 dan wanita 2,01) (Kolominsky-Rabas dkk, 1998). Di Amerika Selatan
rerata insiden pertahun 0,35-1,83 per 1000 penduduk (Saposnik, 2003).
Insiden pertahun di Australia adalah 2,06 per 1000 penduduk (pria 1,95 dan
wanita 2,17) (Thrift dkk, 2000). Di Jepang didapatkan insiden pertahun pada
populasi usia > 35 tahun adalah pria 2,687 per 1000 penduduk dan wanita
Berdasarkan data dari Behavioural Risk Factor Surveillance System
tahun 2005, 2,7% pria dan 2,5% wanita berusia ≥ 18 tahun memiliki riwayat menderita stroke. Diantaranya 2,3% kulit putin non-Hispanik dam 4,0% kulit
hitam non-Hispanik, dan 1,6% adalah orang Asia/Pasifik. (Lloyd-Jones 2009)
Penelitian yang dilakukan oleh Machfoed di beberapa rumah sakit di
Surabaya diperoleh data bahwa dari 1.397 pasien yang didiagnosa dengan
stroke, 808 adalah pria dan 589 adalah wanita. Sebanyak 1001 (71,73%)
pasien adalah stroke iskemik dan 396 (28,27%) adalah stroke hemoragik.
Umur rata-rata untuk semua pasien stroke adalah 76,43 tahun dengan umur
rata-rata untuk pasien stroke iskemik 77,43 tahun dan 75,21 tahun untuk
stroke hemoragik (Machfoed, 2003).
II.1.3. Klasifikasi Stroke
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas patologi
anatomi (lesi), stadium dan lokasi (sistem pembuluh darah) (Misbach, 1999).
I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :
1. Stroke iskemik
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis serebri
c. Emboli serebri
2. Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
II. Berdasarkan stadium
1. TIA
2. Stroke in evolution
3. Completed stroke
III. Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah)
1. Tipe karotis
2. Tipe vertebrobasiler
II.1.4. Faktor Resiko
Faktor resiko untuk terjadinya stroke yang pertama dapat
diklasifikasikan berdasarkan pada kemungkinannya untuk dimodifikasi
(nonmodifiable, modifiable, or potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well
documented or less well documented) (Goldstein, 2006)
1. Non-modifiable risk factors :
1. Age
2. Sex
3. Low birth weight
4. Race / ethnicity
5. Genetic
2. Modifiable risk factors
a. Well-documented and modifiable risk factor
1. Hipertensi
2. Terpapar asap rokok
3. Diabetes
5. Dislipidemia
6. Stenosis arteri carotis
7. Sickle cell disease
8. Terapi hormon postmenopause
9. Poor diet
10. Physical inactivity
11. Obesitas dan distribusi lemak tubuh
b. Less well-documented and modifiable risk factor
1. Sindroma metabolik
2. Alcohol abuse
3. Penggunaan kontrasepsi oral
4. Slepp-disordered breathing
5. Nyeri kepala migren
6. Hiperhomosisteinemia
7. Peningkatan lipoprotein (a)
8. Elevated lipoprotein-associated phospholipase
9. Hypercoagulability
10. Inflamasi
II.1.5. Patofisiologi II.1.5.1. Stroke Iskemik
Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara
bertahap (Sjahrir, 2003) :
Tahap 1 : a. Penurunan aliran darah
b. Pengurangan O
c. Kegagalan energi
2
d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostatsis ion
Tahap 2. : a. Eksitoksitas dan kegagalan homeostasis ion
b. Spreading depression
Tahap 3 : Inflamasi
Tahap 4 : Apoptosis
II.1.5.2. Stroke hemorragik
II.1.5.2.1 Perdarahan intraserebral
Perdarahan ke parenkim otak sering didahului dengan hipertensi.
Kebocoran dari pembuluh darah kecil menghasilkan efek penekanan lokal
dan tiba-tiba pada kapiler dan arteri disekitarnya sehingga menyebabkan
pecahnya arteri. Efek “snowball rowling downhills” terjadi pada pembuluh
darah yang sekelilingnya rusak, sehingga terjadi penambahan volume yang
menyebabkan perdarahan semakin besar.(Caplan, 2000)
Trauma, gangguan perdarahan dan perubahan degenerative pada
kelainan kongenital pembuluh darah termasuk vascular malformation juga
dapat menyebabkan perdarahan intraserebral. Peningkatan ukuran hematom
ukuran akhir. Hematom berhenti membesar dan keluar sendiri dengan cara
pengosongan ke sistem ventrikel atau cairan serebrospinal (CSS) di
permukaan pial. (Caplan, 2000)
II.1.5.2.2 Perdarahan subarachnoid
Pada perdarahan subarachnoid, keluarnya darah dari pembuluh darah
ke permukaan otak dan meluas secara cepat melalui jalur CSS ke ruangan
disekeliling otak.(Caplan, 2000)
Perdarahan kebanyakan disebabkan oleh aneurysma atau malformasi
arterivenous, tetapi perdarahan karena trauma juga bisa menyebabkan
perdarahan subarachnoid. Ruptur anerysma menyebabkan pelepasan darah
secara cepat dan mempengaruhi tekanan darah sistemik, dimana perdarahan
yang disebabkan penyebab lain sifatnya lebih lambat dan tekanannya juga
rendah.(Caplan, 2000)
II.2. SINDROMA METABOLIK II.2.1 Definisi
Deskripsi sindroma metabolik pertama kali dikemukakan oleh Reaven,
yang terdiri dari: obesitas, insulin resistance, hipertensi, gangguan toleransi
glukosa atau diabetes, hiperinsulinemia dan dislipidemia dengan karakteristik
peningkatan trigliserida dan penurunan konsentrasi High Density Lipoprotein
Berdasarkan International Diabetes Federation (IDF), Sindrom
Metabolik adalah seseorang dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut:
1). Obesitas abdominal
Lingkar pinggang ≥ 80 cm untuk wanita dan ≥ 90 cm untuk pria 2). Peningkatan kadar trigliserida darah ≥ 150 mg/dL
3). Penurunan kadar kolesterol HDL
Pada Pria < 40 mg/dL dan < 50 mg/dL pada wanita
4). Peningkatan tekanan darah ≥130 mmHg/≥ 85 mmHg atau sedang
memakai obat anti hipertensi
5). Peningkatan glukosa darah puasa ≥ 10 0 mg/dL atau sedang memakai obat anti diabetes. (Alberti, 2006).
II.2.2 Epidemiologi
Sindroma metabolik merupakan masalah kesehatan utama di Negara
Barat dan mengenai sekitar sedikitnya 20% dari orang dewasa dan sekitar
40% pada dewasa diatas 60 tahun. Selama periode 1988-1994 dan
1999-2000, prevalensi sindroma metabolik meningkat menjadi 23,5% pada wanita
dan 2,2% pada pria (Johnson, 2007).Berdasarkan data dari NHANES III
diperkirakan > 47 juta orang di Amerika Serikat menderita sindroma metabolik
(Albala, 2008).
Prevalensi pada pria berusia 20-29 tahun sekitar 14,9%, 51,6% pada
usia 60-69 tahun dan 46,6% untuk usia≥ 70 tahun. Sementara prevalensi pada wanita berusia 20-29 tahun sekitar 12,1%, pada usia 60-69 tahun
Prevalensi pada pria kulit putih, kulit hitam dan Mexican-American
adalah 34,5%, 24,5% dan 40,3%. Untuk wanita kulit putih, kulit hitam dan
Mexican-American sebesar 31,5%, 36,4% dan 44%. (Lloyd-Jones 2009)
II.2.3 Patofisiologi
Insulin dihasilkan oleh sel β pulau Langerhan dari organ pankreas.
Glukosa merupakan pengatur sekresi insulin oleh sel β pankreas, walaupun
asam amino, keton, berbagai nutrisi, peptida gastrointestinal dan
neurotransmitter juga mempengaruhi sekresi insulin. Level glukosa > 3,9
mmol/L (70 mg/dl) merangsang sintesis insulin, terutama dengan
meningkatkan translasi dan pengolahan protein. (Powers, 2005)
Homeostasis glukosa menggambarkan secara tepat keseimbangan
antara produksi glukosa hati dan pengambilan serta penggunaan glukosa
perifer. Insulin adalah penggerak utama dari keseimbangan ini. Pada saat
puasa, level insulin yg rendah meningkatkan produksi glukosa dengan cara
glukoneogenesis hati dan glikogenolisis. Glukagon juga merangsang
glikogenolisis dan glukoneogenesis melalui hati dan ginjal. Level insulin yang
rendah menurunkan sintesis glikogen dan pengambilan glukosa dari jaringan
dan meningkatkan mobilisasi precursor simpanan. (Powers,2005)
Insulin mempunyai efek antiapoptosis, dimana pada binatang
percobaan dengan penambahan insulin pada cairan reperfusi dijumpai
pengurangan ukuran miokard infark sekitar 50%. Sedangkan studi pada
manusia, pemberian infus insulin dosis rendah dengan heparin dan agen
trombolitik menunjukkan efek kardioprotektif. Selain itu efek anti inflamasi
percobaan bahwa pemberian insulin menunjukkan pengurangan
mediator-mediator inflamasi (IL-β, IL-6, macrophage migration inhibitor factor [MIF], Tumor Necrosis Factors-α (TNF-α), dan expression of proinflammatory
transcription factors CEBP (C enhancer binding protein) dan cytokines).
Kemampuan insulin dalam efek antioksidan didukung dengan
kemampuannya untuk menekan reactive oxygen species (ROS) (Dandona,
2005).
Insulin resistance didefinisikan sebagai gangguan metabolik yang
ditandai dengan produksi insulin yang normal namun telah terjadi penurunan
sensitivitas jaringan terhadap kerja insulin. Telah dilaporkan sejumlah individu
dengan sindroma metabolik juga mengalami insulin resistance (Powers, 2005;
Arenillas, 2007). Insulin resistance merusak penggunaan glukosa oleh
jaringan dan meningkatkan pengeluaran glukosa hati sehingga berkembang
menjadi keadaan hiperglikemi. (Powers, 2005)
Insulin resistance dan hiperinsulinemia berhubungan dengan
penurunan produksi endotelial yang berupa nitric oxide (NO) dan peningkatan
oxidative stress. (Johnson, 2007)
Penyakit ginjal pada subjek dengan sindroma metabolik
dihubungkan oleh obesitas viseral dan insulin resistance dengan cara
mengaktivasi Renin Angiotensin System (RAS) dan oxidative stress di ginjal
sehingga menyebabkan gangguan tekanan/ natriuresis¸sensitivitas garam
terhadap tekanan darah, pengeluaran aldosteron, hipertensi glomerular
Tabel 1. Pathomekanisme yang menghubungkan penyakit ginjal dengan sindroma metabolik
Insulin resistance dengan kompensasi hiperinsulinemia Aktivasi Renin Angiotensi System
Oxidative stress
Akibat pada ginjal:
Gangguan antara tekanan-natriuresis
Insulin induced salt-sensitivity
Dikutip dari : Ritz E. 2008. Metabolic syndrome and Kidney disease. Blood Purification;26: 59-62
Oxidative stress didefinisikan sebagai suatu gangguan pada
keseimbangan pro-oksidan dan anti-oksidan, yang dapat menimbulkan
kerusakan jika keadaan pro-oksidan yang lebih banyak. Otak menggunakan
jumlah oksigen yang relatif banyak, sehingga rentan terhadap oxidative
stress. Pembentukan oksidan secara alami sewaktu transpor elektron
mitokondrial, auto-oksidasi beberapa neurotransmitter dan kejadian sewaktu
hipoksia atau iskemia sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
(Warner dkk,2004 dan Hansel dkk, 2004).
Sindroma metabolik berhubungan dengan peningkatan oxidative stress
sistemik terutama anion superoxide (O2-) . Akibat dari banyaknya O2
-menyebabkan inaktif dari NO sehingga terjadi disfungsi endotel dan
abnormalitas vaskular. Anion superoxide juga mempengaruhi oksidasi LDL
sehingga menyebabkan terjadinya atherosklerosis. Sistem oksidasi
Nicotinamide Adenin Dinucleotide Phospate (NADPH) merupakan pengahasil
O2- yang sangat penting di dinding pembuluh darah, yang berada di sel
Overaktivitas dari oksidasi NADPH vaskular mungkin terlibat dalam terjadinya
atherosklerosis. (Fortuno dkk, 2006)
Keadaan insulin resistant merupakan proinflammatory. Beberapa
artikel menunjukkan netralisasi TNF-α dengan reseptor TNF-α yang dapat larut menyebabkan perbaikan sensitivitas insulin. Jadi, sitokin
proinflammatory TNF-α merupakan mediator dari insulin resistance.
Perluasan sindroma metabolik akibat terjadinya insulin resitance dapat dilihat
pada Gambar 1. (Dandona dkk, 2005).
Gambar 1. Efek Insulin resistance pada sindroma metabolik terhadap vaskular
Figure 1. Extension of metabolic syndrome on the basis of resistance to the novel actions of insulin.
Dikutip dari : Dandona, P., Aljada,A. and Chaudhuri A. 2005. Metabolic syndrome. A Comprehensive Perspective Based on Interactions Between Obesity, Diabetes,and Inflammation. Circulation; 111: 1448-1454
Nitric oxide adalah gas inorganik yang berperan untuk mengkontrol
aliran darah otak, trombogenesis dan modulasi aktivitas neuronal. Nitric oxide
dari enzim nitric oxide synthase (NOS). Nitric oxide synthase memperantarai
perubahan L-arginin dan oksigen menjadi NO dan sitrullin (Castillo, 2000)
Dalam kondisi iskemik otak, konsentrasi tinggi dari NO yang
ditimbulkan oleh aktivasi calcium-dependent dari constitutive neuronal NOS
(nNOS) dan aktivasi inducible NOS (iNOS) di makrofag dan sel-sel lain yang
menghalangi inflamasi dan aksi sitotoksik yang menyebabkan kematian
neuronal. (Castillo, 2000).
Disregulasi dari sekresi faktor yang berasal dari jaringan lemak (mis:
adipokin seperti leptin, adiponectin, resistin, retinol berikatan dengan
protein-4, dan visfatin juga kemokine dan sitokin seperti tumor necrosis factor-α)
pada orang dengan obesitas berperan dalam terjadinya kondisi inflamasi
kronis. Aktivasi dari imunitas bawaan lahir melalui Toll-like receptors
menyebabkan peningkatan level asam lemak sehingga terjadinya inflamasi.
Gangguan aktivitas mitokondria juga menyebabkan terjadinya insulin
resistance pada pasien dewasa dan anak-anak dengan diabetes tipe-2. (
Gambar 2. Mekanisme molekular yang melibatkan insulin resistance
Figure 2. Molecular mechanisms involved in insulin resistance. Inflammatory signaling is triggered after activation of membrane receptors (such as tumor necrosis factor receptors, Toll-like receptors, receptors for advanced glycation end products) or by intracellular signals such as oxidative stress. This results in the activation of intracellular kinases (I_B kinase, Jun kinase) leading to phosphorylation of targets such as insulin receptor substrate-1 and to the activation of transcription factors such as nuclear factor _B or AP-1 responsible
for the transcription of inflammatory genes. Defects in mitochondrial activity also lead to insulin resistance.
Dikutip dari : Arenillas J.F, Moro M.A, and Davalos A. 2007. The metabolic syndrome and stroke. Potential treatment approach. Stroke; 38: 2196-2203.
II.3. GLOMERULAR FILTRATION RATE (GFR)
Glomerular Filtration Rate berguna untuk menentukan fungsi ginjal
dalam keadaan sehat atau sakit. Penurunan GFR dicurigai jika terjadi:
1. Penurunan tekanan hydrolik glomerular
2. Peningkatan tekanan hidrolik tubule akibat obstruksi traktus urinarius
3. Peningkatan level tekanan osmotik plasma koloid
4. Penurunan aliran darah ginjal
6. Penurunan daerah permukaan filtrasi, melalui hilangnya nefron pada
kerusakan ginjal progresif. (Brenner dkk, 2005)
Penurunan GFR bisa diakibatkan oleh penurunan perfusi ginjal,
penyakit ginjal intrinsik atau proses postrenal. Untuk menentukan GFR secara
tepat digunakan marker yaitu urea dan kreatinin. Kreatinin serum digunakan
secara luas sebagai marker GFR, dimana GFR berhubungan langsung
dengan ekskresi kreatinin urin dan berbanding terbalik dengan kreatinin
serum. Berdasarkan hubungan diatas, GFR akan turun jika terjadi
peningkatan .kreatinin serum (Denker dkk, 2005)
Glomerular Filtration Rate dipertahankan oleh relaksasi prostaglandin
mediated dari arteriol eferen dan konstriksi angiotensin II-mediated. Sekali
saja Mean Arterial Pressure turun dibawah 80 mmhg, terjadi penurunan
bertahap dari GFR. (Denker dkk, 2005)
Glomerular Filtration Rate bisa dihitung dengan kalibrasi kreatinin
serum dan persamaan Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) atau
formula Cockcroft-Gault. (Levey dkk, 2005)
Keparahan penyakit ginjal dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkat
Tabel 2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronis
Stage Deskripsi GFR
(mL/ min/ 1,73m2) 1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau
meningkat
≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR
ringan
60-89
3 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR
sedang
30-59
4 Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR
berat
15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
II.4. KERANGKA TEORI
Stroke
Sindroma Metabolik Tanpa Sindroma Metabolik
Hiperglikemia
Kurl dkk, 2006 : sind.metabolik tanpa DM & peny.jantung SI
Wang dkk, 2008: sind.metabolik
prediksi SI pd usia tua
Albala dkk, 2008 : sind. metabolik metabolik & insulin resistance ggn ginjal
Disfungsi Platelet
Stroke iskemik Stroke hemorragik
II.5. KERANGKA KONSEPSIONAL
Stroke
Sindroma Metabolik Tanpa Sindroma Metabolik
Nilai GFR
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK USU/RSUP H.Adam
Malik Medan dari tanggal 10 Agustus 2010 s/d 30 April 2011.
III.2. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian diambil dari populasi pasien rumah sakit.
Penentuan subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling non random
secara konsekutif.
III.2.1 Populasi Sasaran
Semua penderita stroke yang ditegakkan dengan pemeriksaan klinis
dan CT Scan kepala.
III.2.2 Populasi Terjangkau
Semua penderita stroke yang dirawat di ruang rawat inap terpadu
(Rindu) A4 Departemen Neurologi FK USU / RSUP.H.Adam Malik Medan.
III.2.3 Besar Sampel
Besar sampel dihitung menurut rumus (Tumbelaka, 1995)
P0
= Selisih proporsi yang dianggap bermakna (10%) 0,10
]
1. Semua pasien stroke yang dirawat di bangsal Neurologi Rindu A4
RSUP H.Adam Malik Medan
2. Memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian ini
III.2.5 Kriteria Eksklusi
1. Pasien stroke yang tidak dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT Scan
kepala.
2. Pasien stroke dengan hemodialisa
III.3. BATASAN OPERASIONAL
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa
Glomerular Filtration Rate : estimasi fungsi ginjal yang dihitung
dengan menggunakan perhitungan berdasarkan kreatinin serum dengan
metode perhitungan MDRD, dengan rumus :
GFR = 186 X (Scr)-1.154 X (age)-0.203 Nilai normal GFR adalah ≥ 90 mL /min/1.73 m
X 0.742 jika wanita
2
Klasifikasi penyakit ginjal kronis:
(Levey dkk, 2005)
- Kerusakan ginjal dengan GFR normal / meningkat : ≥90 mL /min/1.73 m - Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR ringan : 60-89 mL/min/1,73 m
2
- Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR sedang: 30-59 mL/min/1,73 m
2
- Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR berat : 15-29 mL /min/1,73 m
2
- Gagal ginjal : < 15 mL /min/1,73 m
2 2
Sindroma Metabolik : seseorang yang memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: 1). Obesitas abdominal (lingkar pinggang ≥ 80 cm untuk wanita dan ≥ 90 cm untuk pria); 2). Peningkatan kadar trigliserida darah (≥ 150 mg/dL);
3).Penurunan kadar kolesterol HDL (< 40 mg/dL pada pria dan < 50 mg/dL
pada wanita); 4). Peningkatan tekanan darah (tekanan darah sistolik ≥ 130
mmHg, tekanan darah diastolik ≥ 85 mmHg atau sedang memakai obat anti hipertensi); 5). Peningkatan glukosa darah puasa (kadar glukosa puasa ≥ 100 mg/dL atau sedang memakai obat anti diabetes) (Alberti, 2006).
atau dialisis
III.4. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode
potong lintang, dengan sumber data primer diperoleh dari semua penderita
stroke yang dirawat di Departemen Neurologi FK-USU / RSUP H.Adam Malik
a. Studi observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran karakteristik
demografi
b. Studi perbandingan dilakukan untuk memperoleh perbedaan nilai GFR
pada penderita stroke dengan atau tanpa sindroma metabolik.
c. Studi korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan nilai GFR pada
penderita stroke baru dan stroke berulang dengan dan tanpa sindroma
metabolik, dan untuk mengetahui hubungan nilai GFR pada penderita
stroke iskemik dan stroke hemorragik dengan dan tanpa sindroma
metabolik
III.5. PELAKSANAAN PENELITIAN III.5.1. Instrumen
III.5.1.1. Pemeriksaan GFR
Nilai GFR diukur dengan menggunakan metode perhitungan MDRD.
Nilai normal GFR : ≥ 90 mL/min/1,73 m
III.5.1.2. Pemeriksaan kadar lipid profile
2
Pemeriksaan kadar lipid profile diukur dengan menggunakan alat
Cobas 6000.
III.5.1.3. Pemeriksaan KGD puasa
Pengukuran kadar gula darah dengan metode glukosa oksidase
dengan alat Hitachi-902 dan Cobas Integra 480+
III.5.2. Pengambilan Sampel
Semua penderita stroke akut yang dirawat di ruang rawat inap
neurologi RSUP HAM Medan dan telah ditegakkan dengan pemeriksaan CT
diambil darah vena ± 5 ml setelah berpuasa selama lebih kurang 8 jam.
Darah kemudian dikirim ke Laboratorium Patologi Klinik RSUP. H. Adam
Malik untuk pemeriksaan kreatinin serum dan lipid profile.
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan memakai
spigmomanometer standar, pasien harus tenang. Diraba arteri brachialis,
kemudian letakkan cuff sejajar dengan jantung. Pasang cuff pada lengan
dengan posisi 2 jari diatas fossa antecubital. Raba pulse pada fossa
antecubital. Pompa spigmomanometer dengan cepat sampai pulse tidak
terdengar, kemudian diturunkan dengan cepat. Hentikan setelah pulse tidak
terdengar lagi. Ulangi pada lengan sebelahnya setelah 1-2 menit. Tekanan
darah yang digunakan adalah yang tertinggi.
Lingkar pinggang dihitung berdasar nilai rata-rata dari 2 kali
pengukuran, yaitu setelah inspirasi dan setelah ekspirasi. Pengukuran
dilakukan dengan mengambil titik tengah antara tulang rusuk paling bawah
III.5.3. Kerangka Operasional
Penderita Stroke
Anamnese
Pemeriksaan Neurologis
CT sken Kepala
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Surat Persetujuan Ikut Penelitian
Pemeriksaan sindroma metabolik
Stroke dengan Stroke tanpa
sindroma metabolik sindroma metabolik
Perhitungan GFR
Analisa data
III.5.4. Variabel yang diamati
Variabel bebas: Sindrom Metabolik, nilai GFR
III.5.5. Analisa Statistik
Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistic dengan bantuan
program computer Windows SPSS (Statistical Product and Science Service)
Analisis dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :
1. Analisis deskriptik digunakan untuk melihat nilai GFR pada penderita
stroke dengan atau tanpa sindroma metabolik dan gambaran umur,
jenis kelamin, suku bangsadan tingkat pendidikan
2. Untuk melihat perbedaan nilai GFR pada penderita stroke dengan
atau tanpa sindroma metabolik digunakan uji chi square
3. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik demografi (umur, sex)
dengan nilai GFR pada penderita stroke dengan dan tanpa sindroma
metabolik digunakan uji gamma jika variabel setara atau uji somers d
jika variabel tidak setara.
4. Untuk mengetahui hubungan nilai GFR pada penderita stroke iskemik
dan stroke hemorragik dengan dan tanpa sindroma metabolik
digunakan uji gamma jika variabel setara atau uji somers d jika variabel
tidak setara.
5. Untuk mengetahui hubungan nilai GFR pada penderita stroke baru dan
stroke berulang dengan dan tanpa sindroma metabolik digunakan uji
gamma jika variabel setara atau uji somers d jika variabel tidak setara.
6. Untuk mengetahui hubungan antara faktor resiko stroke dengan dan
tanpa sindroma metabolik (hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia)
dengan GFR digunakan uji gamma jika variabel setara atau uji somers
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. HASIL PENELITIAN
IV.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Dari keseluruhan pasien stroke yang dirawat di Bangsal Neurologi
RSUP H.Adam Malik Medan pada periode Agustus 2010 hingga April 2011
2010, terdapat 44 pasien stroke yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
sehingga diikutkan dalam penelitian.
Dari 27 orang penderita stroke dengan sindroma metabolik yang
dianalisa, terdiri dari 18 pria (40,9%) dan 9 (20,5 %) wanita. Rerata usia
subjek adalah 56,7 tahun dengan rentang usia 33 tahun hingga 79 tahun,
dimana kelompok usia terbanyak adalah 50-69 tahun yaitu 14 orang (31,8%).
Sedangkan jumlah terkecil adalah pada usia ≥ 70 tahun yaitu 5 orang
(11,4%).
Suku bangsa yang terbanyak adalah suku Batak yaitu 9 orang (20,5%)
dan yang paling sedikit adalah suku Mandailing yaitu 1 orang (2,3%).
Tingkat pendidikan yang paling banyak adalah Sekolah Lanjut Tingkat
Atas (SLTA) yaitu 13 orang (29,5%) dan yang paling sedikit adalah Sekolah
Dasar yaitu 1 orang (2,3%). Berdasarkan pekerjaan, yang paling banyak
adalah bertani yaitu 9 orang (20,5%) dan yang paling sedikit adalah Pegawai
swasta yaitu 1 orang (2,3%).
Sementara itu sebanyak 17 orang penderita stroke tanpa sindroma
metabolik yang dianalisa pada penelitian ini terdiri dari 6 pria (13,6%) dan 11
(25 %) wanita. Rerata usia subjek adalah 58 tahun dengan rentang usia 34
yaitu 6 orang (13,6%) dan usia ≥ 70 tahun yaitu 6 orang (13,6%). Sedangkan
jumlah terkecil adalah pada usia 31-49 tahun yaitu 5 orang (11,4%).
Suku bangsa yang terbanyak adalah suku Jawa yaitu 8 orang (18,2%)
dan yang paling sedikit adalah suku Minang yaitu 0 orang (0%).
Tingkat pendidikan yang paling banyak adalah Sekolah Lanjut Tingkat
Atas (SLTA) yaitu 7 orang (15,9%) dan yang paling sedikit adalah Sarjana
yaitu 0 orang (0%). Berdasarkan pekerjaan, yang paling banyak adalah ibu
rumah tangga yaitu 10 orang (22,7%) dan yang paling sedikit adalah bertani
dan pegawai swasta yaitu 1 orang (2,3%).
Data lengkap mengenai karakteristik subjek penelitian ini disajikan
Tabel 3. Karakteristik Subjek Penelitian
Gambar 3. Diagram batang jenis kelamin penderita stroke dengan dan
Gambar 5. Diagram batang suku bangsa penderita stroke dengan dan
Gambar 7. Diagram batang pekerjaan penderita stroke dengan dan tanpa
IV.1.2. Karakteristik dasar subjek stroke dengan sindroma metabolik dihubungkan dengan nilai GFR
IV.1.2.1. Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin yang dihubungkan dengan nilai GFR,
subjek terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 18 orang (66,7%). Hasil
analisa statistik dengan menggunakan uji somers d diperoleh hubungan yang
tidak bermakna (p = 0,210). (Tabel 4)
IV.1.2.2. Umur
Berdasarkan pada kelompok umur pada subjek dengan sindroma
metabolik paling banyak ditemukan pada kelompok umur 50-69 tahun yaitu
14 orang (51,9%). Hasil analisa statistik yang menghubungkan kelompok
umur dengan nilai GFR dengan menggunakan uji somers d menunjukkan
hubungan yang tidak bermakna (p = 0,523). (Tabel 5)
Tabel 5. Hubungan nilai GFR dengan umur pada subjek stroke dengan sindroma metabolik
Umur GFR Total p
Normal pe↓ Ringan pe↓Sedang n (%) n(%) n(%) n(%)
30-49 thn 1 (3,7) 4 (14,8) 3 (11,1) 8 (29,6)
50-69 thn 3 (11,1) 7 (25,9) 4 (14,8) 14 (51,9) 0,523
≥ 70 thn 0 (0) 2 (7,4) 3 (11,1) 5 (18,5) Keterangan : uji somers d * p < 0,05
IV.1.2.3. Jenis Stroke
Berdasarkan jenis stroke yaitu stroke hemorragik dan stroke
iskemik. Hasil analisa statistik yang menghubungkan jenis stroke dengan nilai
GFR dengan menggunakan uji somers d menunjukkan hubungan yang tidak
Tabel 6. Hubungan nilai GFR dengan jenis stroke pada subjek stroke
Faktor resiko stroke seperti hipertensi, diabetes mellitus dan
dislipidemia dihubungkan dengan nilai GFR. Hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji somers d menunjukkan hubungan yang tidak bermakna.
(Tabel 7)
IV.1.2.5. Riwayat stroke
Ada atau tidaknya riwayat stroke pada subjek dengan sindroma
metabolik, setelah dihubungkan dengan nilai GFR menunjukkan hasil yang
bermakna (p = 0,00). (Tabel 8)
Tabel 8. Hubungan nilai GFR dengan riwayat stroke pada subjek stroke dengan sindroma metabolik
IV.1.3. Karakteristik dasar subjek stroke tanpa sindroma metabolik dihubungkan dengan nilai GFR
IV.1.3.1. Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin yang dihubungkan dengan nilai GFR
diperoleh hasil yang tidak bermakna (p = 754), dimana subjek terbanyak
adalah perempuan yaitu sebanyak 11 orang (64,7%). (Tabel 9)
IV.1.3.2. Umur
Berdasarkan pada kelompok umur pada subjek tanpa sindroma
metabolik yang dihubungkan dengan nilai GFR dengan menggunakan uji
somers d menunjukkan hubungan yang bermakna (p = 0,002). Dimana
subjek yang paling banyak ditemukan pada kelompok umur 50-69 tahun dan
≥ 70 tahun yaitu 6 orang (35,3%). (Tabel 10)
Tabel 10. Hubungan nilai GFR dengan umur pada subjek stroke tanpa sindroma metabolik
Umur GFR Total p
Normal pe↓ Ringan pe↓Sedang n (%) n(%) n(%) n(%)
30-49 thn 5 (41,7) 0 (0) 0 (0) 5 (41,7)
50-69 thn 5 (41,7) 0 (0) 1 (5,9) 6 (35,3) 0,002*
≥ 70 thn 2 (11,8) 3 (17,6) 1 (5,9) 6 (35,3) Keterangan : uji somers d * p < 0,05
IV.1.3.3. Jenis Stroke
Hasil analisa statistik yang menghubungkan jenis stroke yaitu
stroke iskemik dan stroke hemorragik dengan nilai GFR dengan
menggunakan uji somers d menunjukkan hubungan yang tidak bermakna (p =
Tabel 11. Hubungan nilai GFR dengan jenis stroke pada subjek stroke
Faktor resiko stroke seperti hipertensi, diabetes mellitus dan
dislipidemia dihubungkan dengan nilai GFR. Hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji somers d menunjukkan hubungan yang tidak bermakna.
(Tabel 12)
IV.1.3.5. Riwayat stroke
Ada atau tidaknya riwayat stroke pada subjek dengan sindroma
metabolik, setelah dihubungkan dengan nilai GFR menunjukkan hasil yang
tidak bermakna (p = 0,20). (Tabel 13)
Tabel 13. Hubungan nilai GFR dengan riwayat stroke pada subjek stroke tanpa sindroma metabolik
Riwayat stroke GFR Total p
Normal pe↓ Ringan pe↓Sedang n (%) n(%) n(%) n(%)
Ada 5 (29,4) 3 (17,6) 1 (5,9) 9 (52,9)
0,20
Tidak ada 1 (41,2) 0 (0) 1 (5,9) 8 (47,1)
Keterangan : uji somers d * p < 0,05
IV.1.4. Perbedaan nilai GFR pada penderita stroke dengan sindroma metabolik dibandingkan dengan penderita stroke tanpa sindroma metabolik
Untuk mengetahui perbedaan antara nilai GFR pada penderita
stroke dengan sindroma metabolik dibandingkan dengan penderita stroke
tanpa sindroma metabolik dilakukan uji chi square. Dengan uji ini, didapatkan
perbedaan yang bermakna antara nilai GFR pada penderita stroke dengan
sindroma metabolik dan penderita stroke tanpa sindroma metabolik (p =
Tabel 14. Perbedaan nilai GFR pada penderita stroke dengan dan tanpa sindroma metabolik
Sindroma GFR Total p
Metabolik Normal pe↓ Ringan pe↓Sedang n (%) n(%) n(%) n(%)
Ada 4 (9,1) 13 (29,5) 10 (22,7) 27 (61,4)
0,001*
Tidak ada 12 (27,3) 3 (6,8) 2 (4,5) 17 (38,6)
Keterangan : uji chi square * p < 0,05
IV.2 PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan tujuan
untuk melihat perbedaan nilai GFR pada penderita stroke dengan sindroma
metabolik dibandingkan dengan penderita stroke tanpa sindroma metabolik.
Pada penelitian ini diagnosis pasien stroke ditegakkan dengan
anamnese, pemeriksaan fisik dan neurologis kemudian dilakukan
pemeriksaan Head CT-scan. Bagi pasien yang memenuhi kriteria inklusi,
dilakukan pemeriksaan sindroma metabolik yakni pengukuran lingkar
pinggang serta tekanan darah, pemeriksaan laboratorium darah yaitu
trigliserida darah, Kolesterol HDL dan glukosa darah puasa. Kemudian
dilakukan pemeriksaan serum kreatinin untuk menentukan nilai GFR.
IV.2.1 Karakteristik subjek penelitian
Pada penelitian ini subjek penelitian adalah sebanyak 44 orang,
dimana dijumpai lebih banyak pria dibandingkan wanita, yaitu 54,5 % (n=24)
pria dan 45,5 % (n=20) wanita. Studi dari Misbach, 2007 dijumpai pada