• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Agregasi Trombosit dan MPV pada Penderita Sindroma Metabolik dan Obesitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penilaian Agregasi Trombosit dan MPV pada Penderita Sindroma Metabolik dan Obesitas"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN AGREGASI TROMBOSIT DAN MPV

PADA PENDERITA SINDROMA METABOLIK DAN

OBESITAS

TESIS

NINDIA SUGIH ARTO

097111008 / PK

PROGRAM MAGISTER KLINIK – SPESIALIS ILMU

PATOLOGI KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

PENILAIAN AGREGASI TROMBOSIT DAN MPV PADA

PENDERITA SINDROMA METABOLIK DAN OBESITAS

T E S I S

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang

Ilmu Patologi Klinik / M. Ked (Clin.Path) pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

NINDIA SUGIH ARTO

097111008 / PK

PROGRAM MAGISTER KLINIK – SPESIALIS ILMU

PATOLOGI KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

Judul Tesis : Penilaian Agregasi Trombosit dan MPV pada

Penderita Sindroma Metabolik dan Obesitas

Nama Mahasiswa : Nindia Sugih Arto

Nomor Induk Mahasiswa : 097111008

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Patologi Klinik

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Pembimbing I

Prof. dr. Adi Koesoema Aman, Sp.PK-KH

Pembimbing II

DR. Dr. Dharma Lindarto, Sp. PD-KEMD

Disahkan oleh :

Ketua Departemen Patologi Klinik Ketua Program Studi Departemen

FK-USU/RSUP H. Adam Malik Patologi Klinik FK-USU/

Medan RSUP H. Adam Malik Medan

Prof. dr. Adi Koesoema Aman, Sp.PK-KH

NIP. 19491011 1979 01 1 001 NIP. 1948711 1979 03 2 001

Prof.DR.dr.Ratna Akbari Gani, Sp.PK-KH

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 17 Oktober 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Adi Koesoema Aman, Sp. PK-KH ...

Anggota : 1. Prof. DR. dr. Ratna Akbari Ganie, Sp.PK-KH ...

2. DR. dr. Dharma Lindarto, Sp. PD-KEMD ...

3. Prof. Herman Hariman, Ph.D, Sp. PK-KH ...

4. dr. Ricke Loesnihari, MKed (ClinPath), Sp.PK-K ...

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Alah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya serta atas ridha-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini disusun untuk memenuhi

persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan Magister Kedokteran

Klinik di bidang Ilmu Patologi Klinik pada Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

Selama penulis mengikuti pendidikan dan proses penyelesaian

penelitian untuk karya tulis ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan,

petunjuk, bantuan dan pengarahan serta dorongan baik moril dan materil

dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan

dan karya tulis ini.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu dengan

segala kerendahan hati, penulis mengharapkan masukan yang berharga

dari semua pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Prof. dr. Adi Koesoema Aman, Sp. PK – KH selaku pembimbing dan Ketua Departemen Patologi Klinik FK USU yang telah

memberikan bimbingan, bantuan serta saran – saran yang sangat

berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Prof. DR. dr. Ratna Akbari Ganie, Sp.PK – KH sebagai Ketua Program Studi di Departemen Patologi Klinik FK USU yang telah

memberikan bantuan dan masukan dalam pelaksanaan penelitian

(6)

3. DR. dr. Dharma Lindarto, Sp.PD – KEMD sebagai pembimbing II dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU/ RSUP. H. Adam

Malik Medan yang sudah memberikan bimbingan, bantuan serta

saran – saran mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya

tesis ini.

4. Prof. dr. Herman Hariman, PhD, Sp.PK – KH selaku Sekretaris Departemen Patologi Klinik FK USU yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, dan saran – saran selama saya mulai

pendidikan sampai dengan selesainya penulis tesis ini.

5. dr. Ricke Loesnihari, M.Ked (Clin Path), Sp.PK(K) selaku Sekretaris Program Studi di Departemen Patologi Klinik FK USU

yang telah memberikan bimbingan dan sumbangan pemikiran

sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis

ini.

6. Prof. dr. Burhanuddin Nasution, Sp.PK-KN, KGEH yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama

pendidikan dan menyelesaikan penulisan tesis ini.

7. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp.A(K) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Magister

Kedokteran Klinik di bidang Patologi Klinik dan Program Pendidikan

Dokter Spesialis (PPDS) Patologi Klinik di FK USU.

8. Dekan FK USU, Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan Magister Kedokteran Klinik di bidang Patologi Klinik dan

PPDS Patologi Klinik di FK USU.

9. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan selama di

(7)

10. Kepada para dosen saya dr. Muzahar, DMM, Sp.PK-K, (Alm) dr. Ardjuna, Sp.PK-K, dr. Zulfikar Lubis, Sp.PK-K, dr. Ozar Sahnuddin, Sp.PK-K, dr. Nelly E. Samosir, Sp.PK, dan dr. Ida Adhayanti, Sp.PK yang telah mengajarkan dan memberikan pengarahan selama saya mengikuti pendidikan Spesialis Patologi

Klinik dan selama penyelesaian tesis ini.

11. Teman – teman seangkatan saya yang tidak mungkin saya lupakan

Noviyanti F. Panggabean, Yasmine Mashabie, Tut Wuri Handayani,

Budi D. Sembiring, group Sero lainnya beserta Amie, Indy, Qiqi dan

Maya yang selalu saling menjaga silahturahmi dan mendukung

dalam suka dan duka, terima kasih atas dukungan dan bantuannya

selama ini.

12. Seluruh teman sejawat PPDS Patologi Klinik FK USU beserta para

analis di RSUP H. Adam Malik Medan yang telah banyak

membantu dan mengajarkan saya, serta semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam

terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Teristimewa kepada orang tua saya, Ibunda dan Ayahanda

Drg. T. Hermina Maimun dan Ir. R. Sugih Arto Yusuf yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan dan semangat

kepada saya untuk terus belajar. Kepada kakak saya Miranda Sugih Arto, amd, S. Sos, MA, dr. Karina Sugih Arto, MKed-Ped, Sp.A dan kepada abang saya Syamsul Aidi Bachtiar Lc, MA dan

dr. Dedy Hermansyah, Sp.B

Kepada para kurcaci saya, Fawwaz, Aira, Ain dan Naia, serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memberikan

dorongan, motivasi cinta dan kasih sayang, bantuan moril dan

(8)

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kasih sayang

dan karunia-Nya kepada kita semua dan segala budi baik yang

telah diberikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah yang

Maha Kuasa.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan

tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin, Wassalamualaikum

Wr. Wb.

Medan, November 2013

(9)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Tesis ... i

Lembar Penetapan Panita Penguji ... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

Daftar Singkatan ... xii

Abstrak ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesa Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum ... 6

1.4.2 Tujuan Khusus ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trombosit ... 7

2.1.1 Produksi Trombosit ... 7

2.1.2 Struktur Trombosit ... 8

2.1.3 Fungsi Trombosit ... 9

2.1.4 Pembentukan Sumbat Trombosit ... 9

2.1.4.1 Adhesi Trombosit ... 10

(10)

2.2 Tes Fungsi Trombosit ... 11

2.2.1 Light Transmission Aggregometry ... 12

2.2.1.1 Prinsip Kerja ... 12

2.2.1.2 Variabel Pemeriksaan Agregasi Trombosit ... 13

2.3.3 Patofisiologi Sindroma Metabolik ... 23

2.3.3.1 Resistensi Insulin ... 23

2.3.3.2 Obesitas ... 24

2.3.3.3 Dislipidemia ... 26

2.3.4 Trombosit Pada Sindroma Metabolik .... 28

2.4 Kerangka Teori ... 29

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 30

3.2 Tempat dan Waktu ... 30

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.4 Perkiraan Besar Sampel ... 31

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 32

3.5.1 Kriteria Inklusi ... 32

3.5.2 Kriteria Eksklusi ... 32

3.6 Bahan dan Cara Kerja ... 33

3.6.1 Bahan Yang Diperlukan ... 33

(11)

3.6.3 Pengambilan dan Pengolahan

Sampel ... 35

3.7 Pemeriksaan Laboratorium ... 35

3.7.1.1 Pemeriksaan Darah Lengkap ... 35

3.7.1.2 Pemeriksaan Kadar Gula Darah ... 35

3.7.1.3 Pemeriksaan Trigliserida ... 36

3.7.1.4 Pemeriksaan HDL-C ... 36

3.7.1.5 Pemeriksaan Agregasi Trombosit... 36

3.8 Pemantapan Kualitas ... 37

3.8.1 MPV ... 38

3.8.2 Agregasi Trombosit ... 39

3.8.3 Pemeriksaan Kimia ... 39

3.9 Definisi Operasional ... 40

3.10 Analisa Data ... 41

3.11 Ethical Clearance dan Informed Consent ... 42

3.12 Alur Penelitian ... 43

BAB 4 HASIL ... 44

BAB 5 PEMBAHASAN ... 49

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan ... 53

6.1 Saran ... 53

Daftar Pustaka ... 54

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria dari Sindroma Metabolik ... 21

Tabel 2.2 Klasifikasi IMT ... 26

Tabel 2.3 Klasifikasi BMI untuk Asia ... 26

Tabel 4.1 Karakteristik pada Kelompok Sindroma Metabolik

dan Obesitas ... 45

Tabel 4.2 Perbandingan Agregasi Trombosit pada Kelompok

Sindroma Metabolik dan Obesitas ... 46

Tabel 4.3 Perbandingan MPV pada Kelompok Sindroma

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Lampiran 2 Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 3 Status Pasien

Lampiran 4 Ethical Clearance

Lampiran 5 Data Penelitian

Lampiran 6 Tabel Quality Control

(14)

DAFTAR SINGKATAN

LTA : Light Transmission Aggregometry

MPV : Mean Platelet Volume

GP Ia : Glikoprotein Ia

ADP : Adenosin diphosphate

PDGF : Platelet derived growth factor

vWF : von Willebrand Factor

LTA : Light Transmission Aggregometry

PRP : Platelet Rich Plasma

PPP : Platelet Poor Plasma

WHO : World Health Organization

IDF : the International Diabetes Federation

NCEP : National Cholesterol Education Program

ATP III : Third Adult Treatment Panel

AACE : American Association of Clinical Endocrinologists

NEFA : Non esterified fatty acids

TNF α : Tumor necrosis factor alpha

DM : Diabetes Melitus

ROS : Reactive Oxygen Species

IMT : Indeks Masa Tubuh

TG : Trigliserida

HDL : High Density Lipoprotein

LDL : Low Density Lipoprotein

VLDL : Very low density cholesterol

(15)

HDL : High Density Lipoprotein

NO : Nitrit Oxide

PGI2 : Prostaglandin I2

(16)

PENILAIAN AGREGASI TROMBOSIT DAN MEAN PLATELET VOLUME PADA PENDERITA SINDROMA METABOLIK DAN OBESITAS

Nindia Sugih Arto,(1), Adi K Aman,(1), Dharma Lindarto,(2),

1Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara/RSUP H. Adam Malik Medan

2Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Endokrinologi, Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik Medan

ABSTRAK

Latar Belakang: Terjadinya hiperaktivitas trombosit terlihat pada penderita sindroma metabolik yang dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti resistensi insulin, obesitas, dislipidemia dan hipertensi. Hiperaktivitas trombosit menyebabkan terjadinya agregasi trombosit yang dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.

Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan nilai agregasi trombosit dan MPV pada penderita sindroma metabolik dan obesitas

Metode: Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang 30 orang yang datang ke Departemen Patologi Klinik dan Departemen Penyakit Dalam bagian Endokrin RSUP H. Adam Malik Medan periode Mei 2013 sampai Agustus 2013. Diagnosa sindroma metabolik ditegakkan berdasarkan kriteria IDF 2005.

Hasil: Dari 30 subjek didapati 11 orang sindroma metabolik dan 15 dengan obesitas. 4 orang dieksklusi karena memiliki kadar trigliserida yang tinggi (> 200mg/dL). Nilai agregasi trombosit yang didapat dengan agonis ADP tidak dijumpai bermakna antara sindroma metabolik dan obesitas. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada nilai MPV pada penderita sindroma metabolik (9,6 ± 0,89) dengan obesitas (9,73 ± 0,74) dengan nilai p=0,672.

Kesimpulan: Tidak dijumpai perbedaan yang bermakna antara nilai agregasi trombosit dan MPV pada kelompok sindroma metabolik dibandingkan dengan kelompok obesitas.

(17)

PLATELET AGGREGATION AND MEAN PLATELET VOLUME ASSESSMENT IN PATIENTS WITH METABOLIC

SYNDROME AND OBESITY

Nindia Sugih Arto,(1), Adi K Aman,(1), Dharma Lindarto,(2), 1 Department of Clinical Pathology, School of Medicine, University of

Sumatera Utara / H. Adam Malik Medan Hospital

2 Department of Internal Medicine, School of Medicine, University of

Sumatera Utara / H. Adam Malik Medan Hospital

ABSTRACT

Background: Hyperactivity of platelet had been seen in patients with metabolic syndrome which can be caused by several factors such as insulin resistance, obesity, dyslipidemia and hypertension. Hyperactivity of platelet leads to platelet aggregation that can be increase the risk of cardiovascular disease.

Aim: To determine the platelet aggregation and mean platelet volume in patients with metabolic syndrome and obesity

Methode: 30 patients were choosen for this cross sectional study who came to the laboratory and policlinic in H. Adam Malik Medan Hospital, between May 2013 until August 2013. Diagnosis of metabolic syndrome criteria established by International Diabetic Federation 2005.

Result: From 30 patients with 15 metabolic syndrome and 15 obesity. Four patients were excluded because of the tryglyceride more than 200 mg/dl. There is no significant differences between platelet aggregation with agonist adenosin difosfat (ADP) in patient with metabolic syndrome and obesity. And there is no significant differences mean platelet volume values between metabolic syndrome (9,6 ± 0,93) and obesity (9,73 ± 0,74), with p value 0,846.

Conclusion: There is no significant differences between platelet aggregation and mean platelet volume values in metabolic syndrome and obese group

(18)

PENILAIAN AGREGASI TROMBOSIT DAN MEAN PLATELET VOLUME PADA PENDERITA SINDROMA METABOLIK DAN OBESITAS

Nindia Sugih Arto,(1), Adi K Aman,(1), Dharma Lindarto,(2),

1Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara/RSUP H. Adam Malik Medan

2Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Endokrinologi, Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik Medan

ABSTRAK

Latar Belakang: Terjadinya hiperaktivitas trombosit terlihat pada penderita sindroma metabolik yang dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti resistensi insulin, obesitas, dislipidemia dan hipertensi. Hiperaktivitas trombosit menyebabkan terjadinya agregasi trombosit yang dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.

Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan nilai agregasi trombosit dan MPV pada penderita sindroma metabolik dan obesitas

Metode: Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang 30 orang yang datang ke Departemen Patologi Klinik dan Departemen Penyakit Dalam bagian Endokrin RSUP H. Adam Malik Medan periode Mei 2013 sampai Agustus 2013. Diagnosa sindroma metabolik ditegakkan berdasarkan kriteria IDF 2005.

Hasil: Dari 30 subjek didapati 11 orang sindroma metabolik dan 15 dengan obesitas. 4 orang dieksklusi karena memiliki kadar trigliserida yang tinggi (> 200mg/dL). Nilai agregasi trombosit yang didapat dengan agonis ADP tidak dijumpai bermakna antara sindroma metabolik dan obesitas. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada nilai MPV pada penderita sindroma metabolik (9,6 ± 0,89) dengan obesitas (9,73 ± 0,74) dengan nilai p=0,672.

Kesimpulan: Tidak dijumpai perbedaan yang bermakna antara nilai agregasi trombosit dan MPV pada kelompok sindroma metabolik dibandingkan dengan kelompok obesitas.

(19)

PLATELET AGGREGATION AND MEAN PLATELET VOLUME ASSESSMENT IN PATIENTS WITH METABOLIC

SYNDROME AND OBESITY

Nindia Sugih Arto,(1), Adi K Aman,(1), Dharma Lindarto,(2), 1 Department of Clinical Pathology, School of Medicine, University of

Sumatera Utara / H. Adam Malik Medan Hospital

2 Department of Internal Medicine, School of Medicine, University of

Sumatera Utara / H. Adam Malik Medan Hospital

ABSTRACT

Background: Hyperactivity of platelet had been seen in patients with metabolic syndrome which can be caused by several factors such as insulin resistance, obesity, dyslipidemia and hypertension. Hyperactivity of platelet leads to platelet aggregation that can be increase the risk of cardiovascular disease.

Aim: To determine the platelet aggregation and mean platelet volume in patients with metabolic syndrome and obesity

Methode: 30 patients were choosen for this cross sectional study who came to the laboratory and policlinic in H. Adam Malik Medan Hospital, between May 2013 until August 2013. Diagnosis of metabolic syndrome criteria established by International Diabetic Federation 2005.

Result: From 30 patients with 15 metabolic syndrome and 15 obesity. Four patients were excluded because of the tryglyceride more than 200 mg/dl. There is no significant differences between platelet aggregation with agonist adenosin difosfat (ADP) in patient with metabolic syndrome and obesity. And there is no significant differences mean platelet volume values between metabolic syndrome (9,6 ± 0,93) and obesity (9,73 ± 0,74), with p value 0,846.

Conclusion: There is no significant differences between platelet aggregation and mean platelet volume values in metabolic syndrome and obese group

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sindroma metabolik merupakan suatu kumpulan faktor

resiko yang terdiri atas obesitas, hipertensi, hiperglikemia puasa

dan dislipidemia yang dapat menyebabkan peningkatan resiko

terjadinya diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler.

Sindroma Metabolik telah ada sejak ± 80 tahun yang lalu,

pada tahun 1933, Kylin, seorang dokter Swedia, merupakan orang

pertama yang menggambarkan sindroma metabolik sebagai

kumpulan dari gangguan metabolik yang dapat menyebabkan

resiko penyakit kardiovaskular aterosklerosis yaitu hipertensi,

hiperglikemi dan gout. Sindroma metabolik mendapat beberapa

nama lain seperti resistensi insulin, the deadly quartet, atau

sindroma dismetabolik.

1

Reaven mengemukakan tentang the role of insulin

resistance in human disease yang meliputi tiga topik yaitu adanya

sejumlah tanda – tanda dan gejala sehingga muncul sindroma yang

disebut sindroma X, sindroma ini umumnya meliputi resistensi

insulin dan komponen lain yang berhubungan dengan resistensi

(21)

menstimulasi asupan glukosa berperan penting pada prediksi

kejadian penyakit jantung koroner (PJK).

Sementara pada penelitian Kaplan mencentuskan the deadly

quartet yang meliputi obesitas tubuh bagian atas, hipertensi,

diabetes dan hipertrigliseridemia sebagai penyebab sindroma yang

berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular. 3

Tahun 1991, Zimmet menyarankan obesitas sentral masuk

dalam sindroma dan mengubah nama sindroma X menjadi

sindroma resistensi insulin atau metabolic syndrome (MetS).

4

Patofisiologi maupun etiologi yang terjadinya sindroma

metabolik masih belum jelas, tapi resistensi insulin dan obesitas

diduga merupakan patogenesis dari kelainan tersebut.

5

Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena

prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa dan anak

remaja baik di negara maju maupun negara sedang berkembang.

Diantara negara sedang berkembang, jumlah anak usia sekolah

dengan overweight terbanyak berada di kawasan Asia yaitu 60%

populasi atau sekitar 10,6 juta jiwa. Peningkatan prevalensi

obesitas terjadi karenga bekurangnya aktivitas fisik dan perubahan

pola makan.

5,7-8

Di Amerika Serikat, tahun 2005, data dari Behavioral Risk

Factor Surveillance System memperkirakan sebanyak 60,5% orang

(22)

Obesitas merupakan salah satu penyebab terjadinya sindroma

metabolik.

Secara global insiden sindroma metabolik meningkat secara

cepat, berdasarkan data The Third National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES). 10

11 Penelitian Ford dkk (2002),

terjadi peningkatan prevalensi sindroma metabolik dimana terjadi

peningkatan dari 6,7% menjadi 43,5% pada usia 20 sampai 29

tahun, sedangkan pada usia 60 sampai 69 tahun menjadi 42%.

Pada negara Mexico – Amerika juga terjadi peningkatan sebanyak

31,9%.

Penelitian Soegondo (2004) menunjukkan bahwa kategori

Indeks Masa Tubuh (IMT) obesitas ≥ 25 kg/m 12

2 lebih cocok

diterapkan pada orang Indonesia. Dari hasil penelitiannya didapat

prevalensi sindroma metabolik di Indonesia adalah 13,13%.

Penelitiannya yang lain, dilakukan di Depok (2001) didapati

prevalensi sindroma metabolik sebesar 25,7% pada pria dan 25%

pada perempuan serta tidak menutup kemungkinan prevalensi ini

akan terus meningkat seiring dengan waktu.

Soewondo dkk (2006) meneliti prevalensi sindroma

metabolik dengan menggunakan kriteria ATP III mendapatkan

prevalensi sindroma metabolik pada pria sebanyak 40,3% dan

perempuan sebanyak 59,7%.

13

(23)

Sindrom metabolik diprediksi menyebabkan kenaikan dua

kali lipat resiko untuk terjadinya penyakit jantung dan resiko

terjadinya diabetes mellitus (DM) tipe 2. Pada beberapa penelitian

dikatakan bahwa adanya aktivitas trombosit yang tinggi pada

penderita sindroma metabolik.15 Seperti halnya pada penelitian

Serebruany et al mengatakan adanya aktivitas trombosit yang

tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung. Kotani

et al juga mengatakan bahwa jumlah trombosit meningkat pada

penderita sindroma metabolik.

Perhitungan maupun penilaian terhadap fungsi trombosit

sangat penting. Salah satu fungsi trombosit yang sering diperiksa

adalah agregasi trombosit. Pemeriksaan agregasi trombosit

bertujuan mendeteksi abnormalitas fungsi trombosit. 16

Salah satu tes fungsi trombosit yang sudah banyak

digunakan adalah dengan light transmission aggregometry (LTA)

yang mengukur aggregasi trombosit dan juga merupakan gold

standard dari tes fungsi trombosit.

17

Namun pemeriksaan LTA tersebut hanya dapat dilakukan

dilaboratorium khusus dan membutuhkan waktu yang cepat. Maka

ada beberapa penelitian menggunakan Mean Platelet Volume

(MPV) sebagai indikator aktivitas trombosit pada sindrom metabolik

dimana MPV tersebut berhubungan dengan terjadinya penyakit

jantung.

16,17,18

(24)

Penelitian Yusuf Tavil, et al (2007) menemukan bahwa

terjadi peningkatan MPV pada pasien sindroma metabolik dengan

menggunakan kriteria ATP III.

Binita Shah et al (2004), mendapati hasil MPV yang

meninggi pada pasien diabetes melitus tetapi tidak pada penderita

sindroma metabolik.

20

Sehubungan data – data diatas sampai saat ini, studi

tentang penilaian aktivitas trombosit pada penderita sindroma

metabolik terutama menggunakan kriteria IDF belum pernah diteliti

di Indonesia, terutama di Medan. Oleh karena itu penulis ingin

meneliti ini.

21

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah ada perbedaan nilai agregasi trombosit dan MPV

pada penderita sindroma metabolik dan obesitas ?

1.3 HIPOTESIS PENELITIAN

Ada perbedaan nilai agregasi trombosit dan MPV pada

(25)

1.4 TUJUAN PENELITIAN 1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan nilai agregasi trombosit dan

MPV pada penderita sindroma metabolik dan obesitas.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui nilai agregasi trombosit pada penderita

sindroma metabolik dan obesitas.

2. Mengetahui nilai MPV pada penderita sindroma

metabolik dan obesitas.

3. Mengetahui nilai karakteristik antara subjek sindroma

metabolik dan obesitas

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Dengan pemeriksaan MPV dan agregasi trombosit dapat

memberi informasi tentang aktifitas trombosit pada penderita

sindroma metabolik dan dapat memprediksi seberapa jauh resiko

yang akan terjadi.

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TROMBOSIT

2.1.1 Produksi Trombosit

Sel trombosit merupakan pecahan fragmen kecil dari

sitoplasma megakariosit, berdiameter sekitar 2 – 5 μm. Ukurannya

dapat bervariasi bergantung dari jenis kelainan yang ada.

Trombosit diproduksi di sumsum tulang dengan cara fragmentasi

sitoplasma megakariosit yang dilepaskan ke dalam sirkulasi

darah.22 Prekusor megakariosit, megakarioblast, muncul melalui

proses diferensiasi sel induk hemopoetik. Megakariosit mengalami

pematangan dengan replikasi inti endomiotik yang sinkron,

memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan

lobus inti menjadi kelipatan duanya. Setelah replikasi berhenti

(biasanya pada saat jumlah inti mencapai delapan), sitoplasma

mengalami granulasi dan melepaskan trombosit. Tiap sel dari

megakariosit akan menghasilkan 1000 – 1500 trombosit yang

diperkirakan akan menghasilkan 3500/µl trombosit per hari. Jarak

interval waktu dimulai dari diferensiasi sel induk sampai produksi

trombosit berkisar sekitar 10 hari.

Trombopoetin merupakan pengatur utama produksi

(27)

mempunyai reseptor untuk trombopoetin dan mengeluarkannya

dari sirkulasi.23,26,27

Jumlah trombosit normal adalah sekitar 250 x 10

9/l (rentang

150-400 x 109/l) dan lama hidup trombosit yang normal adalah 7-10

hari. Hingga sepertiga dari trombosit produksi sumsum tulang dapat

terperangkap dalam limpa yang normal, tetapi jumlah ini meningkat

menjadi 90% pada kasus splenomegali berat.22,27

2.1.2 Struktur Trombosit

Membran trombosit terdiri atas 2 lapis fosfolipid dan pada

permukaannya terdapat glikoprotein. Glikoprotein ini berfungsi

sebagai reseptor. Glikoprotein permukaan sangat penting dalam

reaksi adhesi dan agregasi trombosit. Adhesi pada kolagen

difasilitasi oleh glikoprotein Ia (GP Ia). Glikoprotein Ib dan IIb/IIIa

penting dalam perlekatan trombosit pada von Willebrand factor

(vWF) dan subendotel vascular. Reseptor IIb/IIIa juga merupakan

reseptor untuk fibrinogen yang penting dalam agregasi

trombosit.

Bagian dalam pada trombosit terdapat kalsium, nukleotida

(terutama ADP, ATP dan serotonin) yang terkandung dalam

granula padat. Granula alfa mengandung antagonis heparin, faktor

pertumbuhan (PDGF), β-tromboglobulin, fibrinogen, vWF. Organel

(28)

dan peroksisom yang mengandung katalase. Selama reaksi

pelepasan, isi granula dikeluarkan ke dalam sistem

kanalikular.26,27,28

2.1.3 Fungsi Trombosit

Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat

mekanik selama respon hemostasis normal terhadap cedera

vascular. Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan

melalui pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit berupa adhesi,

sekresi, agregasi dan fusi serta aktivitas prokagulannya sangat

penting untuk fungsinya. Trombosit memainkan peranan penting

dalam keadaan perdarahaan dan trombosis. Sebagian besar fungsi

trombosit digunakan untuk mendiagnosis pasien pada keadaan

perdarahan.28,29,30

2.1.4 Pembentukan Sumbat Trombosit

Agar dapat terjadi hemostasis primer yang normal, trombosit

harus dalam jumlah yang cukup di dalam sirkulasi, dan trombosit

tersebut harus dapat berfungsi dengan normal. Fungsi hemostasis

yang normal diperlukan peran, serta trombosit yang berlangsung

secara teratur. Hal ini melibatkan pada awalnya, adhesi trombosit,

agregasi trombosit dan akhirnya reaksi pembebasan trombosit

(29)

2.1.4.1 Adhesi Trombosit

Setelah cedera pembuluh darah, trombosit akan melekat

pada jaringan ikat subendotel yang terbuka. Trombosit menjadi

aktif apabila terpajan dengan kolagen subendotel dan bagian

jaringan yang cedera. Adhesi trombosit melibatkan suatu

interaksi antara glikoprotein membrane trombosit dan jaringan

yang terpajan atau cedera. Adhesi trombosit bergantung pada

faktor protein plasma yang disebut faktor von Willebrand, yang

memiliki hubungan yang integral dan kompleks dengan faktor

koagulasi anti hemofilia VIII plasma dan reseptor trombosit yang

disebut glikoprotein Ib membran trombosit. Adhesi trombosit

berhubungan dengan peningkatan daya lekat trombosit

sehingga trombosit berlekatan satu sama lain serta dengan

endotel atau jaringan yang cedera. Maka terbentuklah sumbat

hemostatik primer atau inisial. Pengaktifan permukaan trombosit

dan rekrutmen trombosit lain akan menghasilkan suatu massa

trombosit lengket dan dipermudah oleh proses agregasi

trombosit.29-32

2.1.4.2 Agregasi Trombosit

Agregasi merupakan suatu kemampuan trombosit untuk

melekat satu sama lain untuk membentuk suatu sumbat.

(30)

pembebasan ADP dari trombosit lain yang melekat ke

permukaan endotel. Hal ini disebut gelombang agregasi primer.

Kemudian, seiring dengan makin banyaknya trombosit yang

terlibat, maka akan lebih banyak ADP yang dibebaskan

sehingga terjadi gelombang agregasi sekunder disertai

rekrutmen lebih banyak trombosit. Agregasi berkaitan dengan

perubahan bentuk trombosit dari discoid menjadi bulat.

Gelombang agregasi sekunder merupakan suatu fenomena

ireversibel, sedangkan perubahan bentuk awal dan agregasi

primer masih reversible. 29-32

2.2 TES FUNGSI TROMBOSIT

Trombosit pertama kali diidentifikasi melalui mikroskop yang

sudah ada semenjak 120 tahun yang lalu, namun penggunaan

perhitungan trombosit dan hapusan darah tepi untuk menilai

trombosit tidak digunakan secara luas hingga tahun 1950.

Perhitungan darah rutin secara otomatis termasuk jumlah

trombosit, pertama kali pada tahun 1970-an, yang memungkinkan

untuk mengukur parameter – parameter seperti mean platelet

volume (MPV), platelet distribution width (PDW), dan platelet large

cell ratio.

Tes fungsi trombosit dilakukan dengan bleeding time in vivo

(31)

tes skreening untuk fungsi trombosit sampai awal tahun 1990–an.

Lebih kurang 10 – 15 tahun terjadi penurunan penggunaan

bleeding time karena keterbatasannya dan berkembangnya tes

penyaring lainnya.

Pengukuran aggregasi trombosit (LTA) ditemukan pada

tahun 1960–an yang dapat mengidentifikasikan diagnosis

kerusakan hemostatik primer. LTA merupakan gold standar untuk

tes fungsi trombosit, dengan menambahkan agonis dari berbagai

konsentrasi yang berbeda pada trombosit, yang dapat

memungkinkan untuk mendapatkan informasi yang banyak dari

berbagai aspek yang berbeda pada fungsi dan biokimia trombosit. 34,35

37

2.2.1 Light Transmission Aggregometry 2.2.1.1 Prinsip Kerja

Platelet agregometry bekerja berdasarkan prinsip

turbidimetri seperti yang dilakukan Born pada tahun 1962,

dimana absorbans lebih tergantung pada jumlah partikel

dibandingkan dengan ukurannya. Pada prosedur pemeriksaan

ini lebih ditekankan pada pemeriksaan agregasi trombosit

dengan menggunakan agonis ADP. Alat ini distandarisasi

memakai plasma kaya trombosit (PRP) sebagai 0% agregasi

dan plasma miskin trombosit (PPP) sebagai 100% agregasi.

(32)

trombosit yang diaduk pada suhu 37°C. Bila terbentuk aggregat

setelah penambahan agonis, dijumpai peningkatan transmisi

cahaya. Agonis yang berbeda menghasilkan pola agregasi yang

berbeda. Pola agregasi trombosit dikenal respon primer

terhadap penambahan agonis eksogen seperti ADP, diikuti

respon sekunder dari pelepasan adenine nukleotida yang

terdapat dalam granula padat trombosit. Respon tersebut

dikenal sebagai gelombang pertama dan kedua. Respon bifasik

ini dapat tidak terlihat pada penambahan agonis konsentrasi

tinggi. Dengan agonist kolagen, pola agregasi menggambarkan

adhesi trombosit dengan fibril kolagen diikuti agregasi trombosit.

Aspirin dapat menghambat agregasi trombosit dengan agonis

kolagen dosis rendah, tetapi pada dosis yang lebih tinggi

agregasi masih terjadi.35,36,37

2.2.1.2 Variabel Pemeriksaan Agregasi Trombosit a. Vena punksi

Pengambilan sampel darah pada orang dewasa sebaiknya

menggunakan jarum ukuran 18-20G dengan, sedangkan

pada anak sebaiknya menggunakan jarum ukuran 23-25G.

peningkatan respon terhadap ADP dosis rendah dijumpai

(33)

b. Antikoagulan

Antikoagulan yang digunakan untuk agregasi trombosit

adalah sitrat (0,1 dan 0,129 M) dengan rasio perbandingan 9

bagian darah dengan 1 bagian antikoagulan. Antikoagulan

yang baik untuk dipakai agregasi adalah 0,1M sodium sitrat

bufer yang juga dapat mempertahankan pH bila dilakukan

pengerjaan 1 – 2 jam.

c. Tabung Kaca vs Tabung Plastik

36,38,39

Pemeriksaan agregasi trombosit harus menggunakan

tabung plastik atau tabung kaca yang dilapisi silikon. Tabung

kaca yang tidak dilapisi akan menyebabkan terjadinya

aktivasi trombosit dan akan mempengaruhi hasil.

d. Jumlah Trombosit

36,38,39

Pemeriksaan agregasi trombosit dipengaruhi oleh jumlah

trombosit, namun masih dalam perdebatan untuk

menstandarisasi jumlah trombosit PRP yang digunakan

untuk pemeriksaan agregasi trombosit. Biasanya

pemeriksaan agregasi trombosit dilakukan pada jumlah

250.000 – 300.000/mm3.

e. pH

36,38,39

pH yang digunakan untuk pemeriksaan agregasi trombosit

pH 7,2 – 7,4. Bila pH menurun sampai 6,5 maka tidak akan

(34)

terjadi agregasi spontan. Disarankan untuk menyimpan

plasma trombosit pada tabung yang tertutup.

f. Suhu

36,38,39

Suhu yang dipakai untuk melakukan agregasi trombosit

pada suhu 370C agar menyerupai keadaan tubuh,

sedangkan suhu yang digunakan untuk menyimpan sampel

selama persiapan tes sebaiknya pada suhu ruangan.

Laporan menunjukkan penyimpanan pada suhu dingin akan

menyebabkan agregasi spontan yang terjadi sewaktu

penghangatan sampel kembali.

g. Kontaminasi Sel Darah Merah, Hemolisis dan Lipemia

36,38,39

Pemeriksaan agregasi trombosit dilakukan dengan

menggunakan transmisi optik, adanya partikel kontaminan

seperti sel darah merah dan lipid akan dapat mempengaruhi

agregometer dan penurunan persentasi agregasi. Sel darah

merah yang lisis akan melepaskan ADP, yang dapat

mengganggu jumlah ADP yang diberikan sebagai

agonis.

h. Kecepatan Putaran Agregometer

36,38,39

Agar agregasi terjadi, trombosit harus kontak satu sama lain.

Jika agonis ditambahkan pada trombosit yang tidak diputar,

maka trombosit hanya akan teraktifasi namun tidak

(35)

alat diperhitungkan berdasarkan tinggi kolom PRP, diameter

kuvet dan ukuran batangan pemutar yang digunakan.

Batasan Waktu

36,38,39

Trombosit membutuhkan waktu satu jam ”istirahat”

setelah persiapan PRP untuk mendapatkan respon stabil

pada ketiga konsentrasi (2, 5, 10 µM) dari agonis ADP yang

digunakan pada pemeriksaan agregasi. Kestabilan respon

trombosit ini akan bertahan selama 3 jam, kemudian akan

mulai menghilang dimulai dari konsentrasi ADP yang paling

rendah. Karena itu direkomendasikan untuk menyelesaikan

pemeriksaan agregasi dalam waktu kurang dari 3 jam

setelah persiapan PRP dilakukan. 36,38,39

2.2.1.3 Agonis

Penentuan agonis platelet yang akan digunakan sangat

penting sebelum melakukan pemeriksaan fungsi platelet. Agonis

merangsang platelet melalui dua macam signaling system.

Yang pertama tergantung pada phospholipase A 33, 36,37,39

2 (PLA2) dan

penggunaan COX serta sintesa thromboxane untuk

menghasilkan agonis thromboxan A2, yang akan mengaktifkan

platelet melalui reseptornya. Sistem lainnya tergantung pada

(36)

triphosphat (IP3) dan diasil gliserol (DAG). Masing – masing

mengaktifkan reseptor IP3 dan protein kinase C.

Agonis yang sering digunakan antara lain:

40,41,42

1. ADP

Konsentrasi ADP 1-10 µM sering dipakai pada pemeriksaan

agregasi trombosit. Konsentrasi ADP yang rendah (1-3 µM)

menghasilkan kurva tunggal (monophasik) atau kurva

bifasik. Pada konsentrasi yang rendah, ikatan fibrinogen

biasanya bersifat reversible dan trombosit akan disagregasi.

Konsentrasi ADP yang lebih tinggi (10-20 µM) dapat

menutupi respon biphasic yang ditimbulkan pelepasan ADP

endogen. Ini masih dianggap respon biphasic karena terjadi

pelepasan ADP tetapi tidak tampak pada kurva. Aspirin akan

menghambat respon agregasi ADP dengan konsentrasi

rendah, karena hambatan jalur siklooksigenase dan

pelepasan isi granul.

2. Epinephrin

Konsentrasi epinephrine yang dipakai 5-10 µM untuk

pemeriksaan agregasi. Respon pertama yang muncul

berupa gelombang kecil, kadang diikuti respon gelombang

kedua yang lebih besar. Gelombang kedua ini dihambat oleh

aspirin, obat anti inflamasi non steroid (NSAIDs),

(37)

merupakan agonis yang paling tidak konsistensi dari

keseluruhan agonis yang sering digunakan.

3. Kolagen

Biasanya dipakai kadar 1-5 µg/ml. Kolagen adalah agonist

yang paling kuat. Agregasi trombosit yang diinduksi kolagen

menunjukkan lag phase sekitar 1 menit, dimana pada saat

itu trombosit berikatan pada fibril kolagen dan mengalami

perubahan bentuk dan reaksi pelepasan. Respon agregasi

yang diukur adalah gelombang kedua setelah aktivasi dan

pelepasan trombosit. Pada kolagen konsentrasi rendah,

respon agregasi trombosit dapat dihambat aspirin dan obat

anti trombosit lain.

4. Asam Arakidonat

Asam arakidonat direaksikan dengan siklooksigenase, asam

arakidonat diubah menjadi tromboksan A2

5. Ristocetin

. Aspirin

menghambat siklooksigenase dan respon agregasi terhadap

asam arakidonat. Pasien yang mengkonsumsi aspirin atau

memiliki gangguan pelepasan intrinsik atau Glanzman

thromboasthenia akan memberikan hasil agregasi trombosit

yang abnormal.

Pada keadaan trombosit normal, antibiotik ristocetin dengan

(38)

tergantung GpIb/vWF. Bila responnya abnormal, dicurigai

penyakit von Willebrand atau sindroma Bernard Soulier

(kekurangan kompleks GpIb-IX-V).

6. α - Trombin

α - trombin adalah agonist trombosit yang sangat kuat.

Peptida sintetik Gly-Pro-Arg-Pro (GPRP) menghambat

polimerisasi fibrin yang diinduksi thrombin, sehingga dapat

terjadi agregasi trombosit yang diinduksi thrombin.

Konsentrasi α-trombin 0,1-0,5 U/mL dapat digunakan untuk

mengakifasi trombosit, melalui proses pencucian dan

gel-filtered.

7. TRAP

Thrombin receptor activating peptide (TRAP) adalah peptide

sintetik yang berikatan dengan sekuens asam amino

N-terminal dari “tethered ligand” yand dibentuk setelah

hidrolisis thrombin protease activated receptor (PAR1).

Penambahan TRAP 10 µM menyebabkan aktivasi respon

trombin yang sangat kuat tanpa pemecahan fibrinogen dan

pembentukan clot. Pada umumnya trombosit menunjukkan

respon agregasi normal terhadap TRAP kecuali pada

Glanzmann thromboasthenia. Sekarang ini TRAP dipakai

(39)

yang menghambat ikatan fibrinogen dengan trombosit atau

yang mengganggu reseptor PAR di trombosit.

2.2.2 MPV (Mean Platelet Volume)

MPV dan trombosit dihitung menggunakan automated blood

cells counter yang menggunakan teknologi aperture-impedance

untuk mengukur trombosit. Di samping itu, sel-sel difokuskan

melewati celah kecil secara hidrodinamik, dan gelombang listrik

yang sesuai dengan ukuran dan volume sel dihasilkan. Pemisah

autodiscriminators” yang bergerak memisahkan antara machine

noise pada bagian bawah dan sel darah merah pada bagian atas

dari setiap distribusi volume trombosit. MPV dihitung dengan

menggunakan rumus: MPV (fL)=Pct (%)x1000 Plt (x103/µL),

dimana Plt adalah jumlah trombosit dan jumlah partikel diantara

pemisah atas dan bawah, Pct merupakan platelet crit dan dihitung

secara elektronik dari data histogram.43

2.3 SINDROMA METABOLIK 2.3.1 Definisi

Reaven mengidentifikasikan pertama kali tentang sindroma

metabolik yang disebut juga dengan sindrom X, dimana yang

termasuk kedalam sindrom tersebut adalah hiperinsulinemia,

(40)

trigliserida. Ada 3 komite yang dapat diambil sebagai kriteria

sindrom metabolik, yakni World Health Organization (WHO),

National Cholesterol Education Program - Third Adult Treatment

Panel (NCEP ATP III), dan the International Diabetes Federation

(IDF).1, 11

Tabel 2.1 Kriteria dari Sindroma Metabolik KOMPONEN

Dislipidemia TG > 150 mg/dL; HDL-C

Lain – lain Mikroalbuminuria

Kriteria

TG: Trigliserida; HDL-C: Kolesterol; DM: Diabetes Melitus : L: Laki – laki; W: Wanita, IMT: Indeks Masa Tubuh,

(41)

2.3.2 Epidemiologi

Prevalensi sindroma metabolik sangat bervariasi

berdasarkan definisi maupun populasi studi. Berdasarkan data dari

third National Health and Nutrition Examination Survey tahun 1988–

1994 dengan menggunakan kriteria NCEP – ATP III didapatkan

16% pria berkulit hitam dan 37% wanita. Prevalensi meningkat

dengan bertambahnya usia dan berat tubuh.

Prevalensi di negara Ghana didapatkan 102 (49,5%) pria

dan 104 (50,5%) wanita yang masing – masing berusia antara

40-60 tahun dengan kriteria IDF dan ATP III.

11,46,47

Prevalensi pada remaja cenderung lebih rendah daripada

prevalensi dewasa yang biasanya dikaitkan dengan overweight dan

obesitas. Di Amerika, terjadi peningkatan prevalensi sindroma

metabolik sebesar 22% baik wanita maupun pria. Peningkatan lebih

tinggi bila dihubungkan dengan overweight (20%) dan obesitas

(60%). Analisa data dari 991 orang dewasa, dari tahun 1999-2000

dengan kriteria NHNES ditemukan terjadi peningkatan disemua

gejala sekitar 6,4%.

48

Penelitian Soegondo (2004) didapatkan prevalensi sindroma

metabolik di Indonesia adalah 13,13% penelitiannya yang lain,

dilakukan di Depok (2001) didapati prevalensi sindroma metabolik

sebesar 25,7% pada pria dan 25% pada wanita. 8,11,12

(42)

2.3.3 Patofisiologi Sindroma Metabolik

Patogenesis sindroma metabolik masih tidak jelas, tetapi

kelainan dasarnya adalah resistensi insulin.48 Resistensi insulin

didefinisikan sebagai suatu kondisi dijumpainya produksi insulin

yang normal namun telah terjadi penurunan sensitivitas jaringan

terhadap kerja insulin, sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin

sebagai bentuk kompensasi sel Beta. Resistensi insulin ini sering

mendahului onset dari diabetes tipe 2 dan mempunyai kontribusi

dalam perkembangan terjadinya keadaan hiperglikemi. Dan

resistensi insulin dijumpai pada sebagian besar pasien dengan

sindroma metabolik.6, 49

2.3.3.1Resistensi Insulin

Hipotesis yang paling diterima untuk menggambarkan

patofisiologi sindroma metabolik adalah resistensi insulin dan

obesitas sentral. Penumpukan sel lemak bebas (NEFA) akan

meningkatkan asam lemak bebas dari hasil lipolisis, yang akan

menurunkan sensitifitas terhadap insulin. Peningkatan NEFA ini di

liver akan meningkatkan glukoneogenesis, meningkatkan produksi

glukose dan menurunkan ekstraksi insulin sehingga terjadi

hiperinsulinemia. Di otot akan menurunkan pemakaian glukosa dan

di sel β pankreas akan menurunkan sekeresi insulin.49 Sel lemak

(43)

leptin yang berhubungan dengan penurunan resistensi terhadap

insulin.50 TNF α menyebabkan resistensi dengan cara menghambat

aktifitas tirosin kinase pada reseptor insulin dan menurunkan

ekspresi glucose transporter-4 (GLUT-4) di sel lemak dan otot.

Sementara adiponektin yang dapat menurunkan resistensi

terhadap insulin kadarnya menurun pada sindroma metabolik.50

Resistensi insulin dan hiperinsulinemia pada gilirannya akan

menyebabkan perubahan metabolik, sehingga timbul hipertensi,

dislipidemia, peningkatan respon inflamasi dan koagulasi, melalui

mekanisme yang kompleks, diantaranya mekanisme disfungsi

endotel dan oksidatof stres.51 Resistensi insulin semakin lama

semakin berat dan sekresi insulin akhirnya menurun, sehingga

terjadi hiperglikemia dan manifestasi DM type 2.46,50

2.3.3.2 Obesitas

Obesitas merupakan komponen utama terjadinya sindroma

metabolik, namun mekanisme yang jelas belum diketahui degan

pasti. Obesitas yang diikuti dengan meningkatnya metabolisme

lemak akan menyebabkan produksi Reactive Oxygen Species

(ROS) meningkat baik disirkulasi maupun sel adiposa.

Meningkatnya ROS didalam sel adiposa dapat menyebabkan

keseimbangan reaksi reduksi oksidasi terganggu, sehingga enzim

(44)

stres oksidatif. Meningkatnya stres oksidatif menyebabkan

disregulasi jaringan adiposa dan merupakan awal patofisiologi

terjadinya sindroma metabolik, hipertensi dan aterosklerosis.

Obesitas umumnya diakibatkan oleh ketidakseimbangan

antara asupan dan penggunaan energi, dimana asupan lebih besar

daripada penggunaan energi. Obesitas disebabkan oleh banyak hal

tetapi terutama oleh faktor genetik dan lingkungan.

53, 54

Tipe obesitas dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh

bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah

(lower body obesity). Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara,

Metode yang lazim digunakan saat ini antara lain pengukuran IMT

(Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta perbandingan lingkar

pinggang dan panggul.

53, 54

Diantara kedua pemeriksaan ini, IDF dan

NCEP ATP III lebih merekomendasikan untuk menggunakan

pemeriksaan lingkar pinggang sebagai pemeriksaan obesitas

(45)

Tabel 2.2 Klasifikasi IMT Negara/Grup Etnis

46, 55

Lingkar Pinggang (cm) pada Obesitas

Eropa Pria > 94, Wanita > 80

Asia Selatan Populasi Cina, Melayu, dan Asia-India

Pria > 90, Wanita > 80

China Pria > 90, Wanita > 80

Jepang Pria > 85, Wanita > 90

Amerika Tengah Gunakan rekomendasi Asia Selatan hingga tersedia data spesifik

Sub Sahara Afrika Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik

Timur Tengah Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik

Tabel 2.3 Klasifikasi IMT untuk Asia Klasifikasi

55

IMT (kg/m2) Resiko Underweight < 18.5 Rendah

Normal Range 18.5 – 24.99 Sedang

Ciri daripada dislipidemia adalah peningkatan trigliserida

(TG), penurunan HDL, peningkatan small dense LDL meskipun

total LDL kadang normal. Dislipidemia diduga berhubungan dengan

hiperinsulinemia. Pada resistensi insulin terjadi peningkatan

(46)

plasma selanjutnya akan meningkatkan uptake asam lemak bebas

ke dalam liver.

Asam lemak bebas yang meningkat akan menyebabkan

peningkatan trigliserida, sehingga VLDL yang terbentuk pada

keadaan resistensi insulin akan sangat kaya dengan trigliserida.

Pada resistensi insulin akan terjadi hiperinsulinemia dimana

aktifitas enzim hepatik lipase juga meningkat dan akan

menghidrolisis trigliserida yang dikandung LDL sehingga

menghasilkan LDL yang kecil dan padat. LDL tersebut sangat

mudah teroksidasi dan lebih mudah menempel pada dinding

pembuluh darah dan bersifat atherogenik. 54,57

Hal ini diperparah oleh adanya komponen apo-B yang

membuat partikel LDL tertahan lebih lama di lapisan dalam dinding

pembuluh darah lapisan intima yang menyebabkan terjadinya

oxidative stress. Oxidative stress menyebabkan terjadinya disfungsi

endotel. Disfungsi endotel ini menyebabkan terjadinya

vasokonstriksi pada dinding pembuluh darah dan bila berlangsung

lama dapat menyebabkan terjadinya atherosklerosis. 54,57-60

(47)

2.3.4 Trombosit Pada Sindrom Metabolik

Peningkatan respon trombosit terlihat pada penderita

sindroma metabolik yang diakibatkan oleh beberapa mekanisme,

seperti resistensi insulin, obesitas khususnya obesitas sentral,

dislipidemia, maupun hipertensi.

Pada keadaan resistensi insulin (dependent) terjadi

peningkatan pada konsesntrasi kalsium intraseluler yang

mempercepat degranulasi trombosit dan agregasi trombosit,

sedangkan yang tidak tergantung pada resistensi insulin terjadi

gangguan terhadap NO dan PGI2 yang meningkatkan reaktivitas

trombosit.

14,15

Obesitas juga berperan dalam disfungsi trombosit, terutama

dalam adhesi dan aktifasi, akibat meningkatmya konsentrasi

kalsium sitosolik. Abnormalitas profil lemak, khususnya trigliserida

juga mempengaruhi reaktifitas trombosit melalui mekanisme yang

berbeda termasuk merangsang terjadinya disfungsi endotel.

Disfungsi endotel akibat terjadinya penurunan produksi NO dan

PGI2 dan memicu timbulnya keadaan prothrombotic melalui

peningkatan produksi tissue factor (TF). 30,58,60

(48)

Genetik Lingkungan

Obesitas

Resistensi Insulin

Sindroma Metabolik

Disfungsi Endotel

Hiperaktivasi Trombosit

Thrombus

Atherosklerosis

PKV

(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara cross sectional (potong

lintang). Dimana jumlah sampel dibatasi minimal sesuai perkiraan

jumlah sampel atau sampai batas waktu pengumpulan sampel

yang ditetapkan. Pengukuran variabel dilakukan hanya satu kali.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Departemen Patologi

Klinik RSUP. H. Adam Malik Medan bekerja sama dengan

Departemen ilmu Penyakit Dalam RSUP. H. Adam Malik Medan.

Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

Kelompok kasus adalah pasien – pasien dengan sindroma

metabolik yang datang ke Poliklinik Endokrin Penyakit Dalam dan

Laboratorium Patologi Klinik RSUP. H. Adam Malik Medan. Dan

sebagai pembanding adalah subjek dengan obesitas yang telah

disesuaikan umur dan jenis kelaminnya serta tidak pernah terkena

sindroma metabolik. Seluruh peserta yang ikut dalam penelitian ini

(50)

tentang prosedur penelitian dan kemungkinan efek yang kurang

menyenangkan yang mungkin timbul meskipun kecil.

3.4 Perkiraan Besar Sample

Pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling

dimana jumlah sampel minimal sesuai perkiraan jumlah sampel

atau sampai batas waktu pengumpulan sampel yag ditetapkan.

Perkiraan besar sampel minimum dan subjek yang diteliti dipakai

rumus uji tidak berpasangan, rumus sebagai berikut:

2σ2 (Z1 - α/2 + Z1 - β)

(51)

Menurut rumus diatas maka diperlukan sampel dan kontrol

sebanyak :

n1= n2 = 2. 1,492 . (1,96 + 1,282)

2

2

2

= 11,6 = 12 sampel

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1 Kriteria Inklusi

1. Bersedia ikut dalam penelitian.

2. Penderita sindroma metabolik sesuai dengan kriteria

menurut IDF 2005, sebagai pembanding pada penderita

yang obesitas IMT ≥ 25 kg/m

3. Pasien dengan usia 30 – 60 tahun 2

3.5.2 Kriteria Eksklusi

1. Tidak mau ikut serta dalam penelitian ini

2. Pasien yang sedang menggunakan obat anti trombosit

(aspirin, clopidogrel, dll)

3. Perokok

4. Penderita – penderita yang secara klinis terbukti

(52)

3.6 Bahan dan Cara Kerja

3.6.1 Bahan Yang diperlukan

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

darah EDTA, darah sitrat dan darah tanpa antikoagulan.

3.6.2 Anamnese dan Pemeriksaan Fisik

Terhadap semua pasien yang bersedia ikut dalam penelitian

dilakukan:

a. Anamnese dan pencatatan umur, jenis kelamin, riwayat

merokok, riwayat keluarga menderita diabetes,

hipertensi, infark miokard, riwayat penggunaan obat,

serta aktifitas fisiknya.

b. Pengukuran Tinggi Badan (cm) dengan menggunakan

pengukur tinggi badan, kemudian subjek diminta

melepaskan alas kaki (sepatu/sandal), dan topi. Subjek

berdiri tegak dengan posisi kepala dan bahu bagian

belakang, lengan, bokong dan tumit menempel pada

dinding tempat microtoise di pasang. Pandangan lurus

kedepan dan tangan dalam posisi bergantung bebas.

Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu

angka dibelakang koma.

c. Pengukuran berat badan (kg) menggunakan timbangan

merk camry. Letakkan timbangan di lantai yang rata,

(53)

pinggang, serta mengeluarkan isi kantong yang berat

seperti kunci dan lain-lain, kemudian subjek diminta naik

ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat

timbang tapi tidak menutupi jendela baca. Minta subjek

bersikap tenang (tidak bergerak-gerak) dan kepala tidak

menunduk (memandang lurus kedepan).

d. Pengukuran tekanan darah dengan alat

sphygmomanometer (nova), dimana pasien dibaringkan

selama 5 menit kemudian dipasang manset pada lengan

kanan dan dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali dan

diambil nilai reratanya.

e. Pengukuran lingkar pinggang dengan pita pengukur

merk buterfly (tanpa ada penghalang seperti tali

pinggang, korset) dalam keadaan akhir ekspirasi dengan

posisi berdiri tegak tanpa alas kaki dengan jarak kedua

tungkai 20-25 cm. Pengukuran dilakukan melingkar

pertengahan antara puncak krista iliaca dan tepi bawah

kosta terakhir. Hasil pengukuran dinyatakan dengan

sentimeter. Pengukuran yang benar di lakukan dengan

menempelkan pita pengukur di atas kulit langsung.

(54)

3.6.3 Pengambilan dan Pengolahan Sampel

Darah subjek diambil setelah subjek berpuasa selama

10-12 jam sebelumnya . Dilakukan tindakan flebotomi pada

vena mediana cubiti sejumlah 12 mL darah vena yang

diambil dan dibagi kedalam 3 tabung sodium sitrat 3,2% (2,7

mL), satu tabung serum (2 mL) dan satu tabung K2EDTA (2

mL). Tempat vena terlebih dahulu dibersihkan dengan

alkohol 70% dan dibiarkan kering.

3.7 Pemeriksaan Laboratorium

Untuk pengukuran KGDP, TG, HDL-C, dilakukan segera

setelah sampel terkumpul. Sedangkan untuk pengukuran agregasi

trombosit dilakukan dengan segera.

3.7.1.1 Pemeriksaan Darah lengkap

Dengan alat automatic cell counting Sysmex XT 2000i.

Bahan sampel darah EDTA. Prinsip pemeriksaan

flowcytometri.

3.7.1.2 Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Pemeriksaan dilakukan dengan metode enzimatik

heksokinase dengan alat Automatic Cobas 6000 C 501.

Panjang gelombang 340 nm.

Sampel stabil : 8 jam pada suhu 20 – 25 0

pada suhu 4 – 8

C, 72 jam

(55)

3.7.1.3 Pemeriksaan Trigliserida

Pemeriksaan dengan metode enzimatik kolorimetrik,

dengan alat Automatic Cobas 6000 C 501. Panjang

gelombang 512 nm.

Sampel stabil : 7 hari pada 4 0C, 3 bulan pada -20 0

Beberapa tahun -70

C,

0

3.7.1.4 Pemeriksaan HDL-C

C

Pemeriksaan dengan metode enzimatik kolorimetrik,

dengan alat Automatic Cobas 6000 C 501. Panjang

gelombang 583 nm.

Sampel stabil : 7 hari pada suhu 2-80

suhu - 70

C, 30 hari pada

0C, 7-14 hari pada suhu -200

3.7.1.5 Pemeriksaan Agregasi Trombosit

C

Menggunakan alat Platelet Aggregometer AggRam

Analyzer Helena.

Persentase aggregasi trombosit diperiksa menggunakan

light transmission aggregometre (LTA) AggRAM Helena

Laboratories yang menggunakan prinsip turbidimetri.

Tiga tabung (9 mL) darah sodium sitrat 3,2% dengan

perbandingan 9 bagian darah dengan 1 bagian

antikoagulan dihomogenkan perlahan sebanyak 4 kali

lalu diputar dengan kecepatan 500 rpm selama 10 menit.

(56)

dengan hati – hati (hindari terkena bagian buffy coat) ke

cuvette, ditutup rapat, dan didiamkan selama 15-30

menit untuk menunggu trombosit dalam posisi istirahat.

Pengolahan sampel

1. Platelet Rich Plasma (PRP)

Darah sitrat disentrifus 500 rpm selama 10 menit. Plasma yang

diperoleh adalah PRP, kemudian dipindahkan ke dalam tabung

plastik tertutup. Hindarkan kontaminasi oleh leukosit maupun

eritrosit. Jumlah trombosit PRP harus 200.000 – 300.000/uL.

2. Platelet Poor Plasma (PPP)

Sisa darah dalam tabung sitrat yang telah dipisahkan PRP-nya,

disentrifus lagi 4000 rpm selama 15 menit. Plasma yang

diperoleh adalah PPP.

3. PRP dan PPP baik pada pemutaran maupun penyimpanan

dilakukan pada suhu kamar antara 15 – 300

4. Pemeriksaan agregasi dilakukan sesudah 30 menit dari

persiapan PRP. Untuk menghindari bias, seluruh pemeriksaan

harus sudah selesai dikerjakan dalam waktu 60 menit, karena

trombosit menjadi reaktif bila dibiarkan lebih dari 2 jam. C

3.8 Pemantapan Kualitas

Pemantapan kualitas dilakukan setiap kali pada saat awal

(57)

dikerjakan. Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah prosedur

pemeriksaan, penggunaan alat – alat yang harus sesuai dengan

petunjuk, ataupun reagensia yang digunakan. Pemeriksaan

laboratorium klinik baik apabila test tersebut teliti (precision) dan

akurat dengan batas nilai yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya

(ada nilai target).

Pemantapan kualitas berguna untuk mencegah terjadinya

kesalahan dalam pemeriksaan. Untuk itu sebelum melakukan

pemeriksaan perlu dilakukan persiapan yang cukup untuk

menghindari kesalahan dalam pemeriksaan. Prosedur yang harus

diperhatikan diantaranya adalah dimulai dari preanalitik, analitik

dan postanalitik.

3.8.1 MPV

Pemantapan kualitas pada MPV dilakukan dengan cara

memasukkan darah kontrol ke dalam file kontrol pada alat sysmex

XT-2000i. Dimana darah kontrol tersebut telah diketahui nilainya

yaitu tinggi, rendah dan normal. Sebelum pemantapan kualitas

kontrol dianalisa, pastikan file pemantapan kualitas telah disiapkan.

Homogenkan darah kontrol dengan baik dan benar. Pastikan hasil

(58)

3.8.2 Agregasi Trombosit

Pemerikaan fungsi agregasi trombosit harus dilakukan

segera dan tidak dapat ditunda. Untuk itu ada pemantapan kualitas

pemeriksaan agregasi trombosit melalui kalibrasi panjang

gelombang cahaya dengan larutan Scale Set yang dilakukan setiap

bulan sebelum pemeriksaan sampel. Dicatat nilai absorben untuk

larutan jernih dan keruh. Nilai absorben untuk larutan jernih

berkisar antara 0,160 – 0,180. Nilai absorben untuk larutan keruh

berkisar antara 0,600 – 0,800. Hasil yang diperoleh (V/OD) berkisar

0,350 – 0,370. Untuk kalibrasi harian, dipakai larutan aquabidest

dengan nilai target absorben berkisar 0,160 – 0,180. Kalibarasi ini

dilakukan setiap hari sebelum pemeriksaan agregasi platelet

dilakukan.

3.8.3 Pemeriksaan Kimia

Kalibrasi alat untuk pemeriksaan KGDP C.f.a.s. (calibrator

for automated system) Lot No. 667583 dan TG digunakan C.f.a.s.

Lot No. 671262.

Kalibrasi alat untuk pemeriksaan HDL-C digunakan c.f.a.s.

lipid Lot No. 668383 .

Kalibrator dalam bentuk serbuk kemudian diencerkan

dengan 3mL aquadest, larutan dihomogenkan dengan

(59)

gelembung, kemudian dibiarkan selama 30 menit kemudian

dilakukan kalibrasi. Kalibrasi dilakukan 1 kali pada waktu membuka

reagen baru.

3.9 Definisi Operasional Agregasi Trombosit

a. PPP

PPP merupakan plasma yang diperoleh dari memutar darah

sodium sitrat pada kecepatan 4000 rpm selama 15 menit.

b. PRP

PRP merupakan plasma yang diperoleh dari memutar darah

sodium sitrat pada kecepatan 500 rpm selama 10 menit.

MPV

MPV menggambarkan ukuran trombosit, yang ditentukan dari

kurva histogram trombosit. Nilai normal: 7,0-10,2 fL.

Sindroma Metabolik, adalah kumpulan kelainan metabolik lipid dan karbohidrat yang dikaitkan dengan peningkatan resiko

diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular. Ditentukan

menggunakan kriteria IDF 2005 yang terdiri dari:

a. Obesitas

Lingkar pinggang digunakan untuk menentukan ada tidaknya

(60)

ditetapkan oleh IDF 2005 yaitu pada wanita ≥ 80cm dan

pada pria ≥ 90cm.

b. Dislipidemia

Adalah gangguan profil lipid darah, ditandai dengan

peningkatan konsentrasi trigliserida (≥150 mg/dl ) dan atau

penurunan HDL (Laki-laki < 40 mg/dl, wanita < 50 mg/dl)

atau pernah menderita dyslipidemia atau sedang minum obat

anti lipid.

a. Hipertensi

Adalah peningkatan tekanan darah (≥130/85 mmHg) atau

pernah menderita hipertensi atau sedang mengkonsumsi

obat-obat antihipertensi.

b. Intoleransi glukosa

Meliputi toleransi glukosa puasa terganggu ataupun DM tipe

2, sesuai dengan kriteria IDF 2005 yaitu kadar gula darah

puasa > 100 mg/dl.

3.10 Analisa Data

Analisa statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical

Package for the Social Science) versi 17. Menerangkan variabel

karakteristik antara kedua kelompok disajikan dalam bentuk

tabulasi dan dideskripsikan. Untuk melihat perbedaan nilai MPV

(61)

obesitas dilakukan uji T Independent jika data kedua kelompok

berdistribusi normal, data yang tidak berdistribusi normal dilakukan

analisis dengan menggunakan uji non parametrik yaitu Mann

Whitney. Hasil tes dikatakan bermakna apabila nilai p < 0,05

3.11 Ethical Clearance dan Informed Consent

Ethical clearance diperoleh dari komite Penelitian Bidang

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Medan. Informed consent diminta secara tertulis dari subjek

penelitian atau diwakili oleh keluarganya yang menyatakan

bersedia ikut dalam penelitian setelah mendapat penjelasan

mengenai maksud dan tujuan dari penelitian ini.

Ethical Clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(62)

3.12 Alur Penelitian dalam penelitian ini

• Pasien yang sedang menggunakan obat (aspirin, clopidogrel, dll)

• Perokok

(63)

BAB 4

HASIL

Penelitian dilakukan secara cross sectional study (potong lintang)

selama periode Mei 2013 sampai dengan Agustus 2013 dengan

melakukan pemeriksaan fungsi trombosit dan parameter lainnya.

Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi akhirnya didapat 30 orang

penderita sindroma metabolik dan obesitas di Poliklinik Instalasi Penyakit

Dalam Divisi Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik Medan. Tetapi hanya

11 dari 15 orang yang memenuhi kriteria sindroma metabolik dikarenakan

memiliki nilai trigliserida yang tinggi, dan 15 orang lagi yang tidak

memenuhi kriteria sindroma metabolik dijadikan kontrol setelah

disesuaikan umur dan jenis kelaminnya. Subjek penelitian dibagi dalam 2

(64)

Tabel 4.1 Karakteristik pada Kelompok Sindroma Metabolik dan Keterangan: *menyatakan signifikan hasil penelitian dengan p-value < 0.05

Usia, LP (Lingkar Pinggang), Tekanan Darah Sistole, Tekanan

Darah Diastole, TG (TriGliserida), HDL-C (High Density

Lipoprotein-Cholesterol), KGDP (Kadar Gula Darah Puasa). * Uji kemaknaan dengan

t-independent, bermakna jika p < 0.05.

Rata – rata umur subjek adalah 37,2 ± 4,1 tahun dan kontrol 36,5 ±

2,5 tahun dan tidak ditemukan perbedaan antara subjek dan kontrol (p =

0,503). Rata – rata lingkar pinggang pada kelompok sindroma metabolik

99,2 ± 9,3 dan kelompok obesitas 95,5 ± 7,3 dengan (p = 0.131) tidak

berbeda signifikan secara statistik. Rata – rata IMT pada kelompok

sindroma metabolik (31,3 ± 1,9) dan kelompok obesitas (29,0 ± 3,1)

dengan (p = 0.135) tidak berbeda signifikan secara statistik. Rata– rata

(65)

dan kelompok obesitas (112 ± 4,6) dengan (p = 0,507) tidak berbeda

signifikan secara statistik. Rata – rata tekanan diastole pada kelompok

sindroma metabolik (74,5 ± 9,4) dan kelompok obesitas (74 ± 6,3) dengan

(p = 0,869) tidak berbeda signifikan secara statistik. Rata – rata TG pada

kelompok SM (171 ± 16,9) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok

obesitas (97,7 ± 40,6) dengan ( p = 0,000) berbeda signifikan secara

statistik. Sementara rata – rata HDL-C pada kelompok sindroma metabolik

(39,8 ± 5,13) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok obesitas (54,1

± 13,4) dengan (p = 0,001) berbeda signifikan secara statistik. Rata – rata

KGD-P pada kelompok sindroma metabolik (94,5 ± 19) dan kelompok

obesitas (84,9 ± 9,3), dengan (p = 0,145) tidak berbeda signifikan secara

statistik. Pada jumlah trombosit ditemukan berbeda secara signifikan

antara kelompok sindroma metabolik (295,0 ± 9,3) dan kelompok obesitas

(270,5 ± 34,7) dengan (p = 0.018).

Tabel 4. 2 Perbandingan Agregasi Trombosit pada Kelompok Sindroma Metabolik dan Obesitas

VARIABEL

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria dari Sindroma Metabolik ............................... 21
Tabel 2.1 Kriteria dari Sindroma MetabolikDikutip dari 8,12,44,45
Tabel 2.2 Klasifikasi IMT 46, 55
Tabel 4.1 Karakteristik pada Kelompok Sindroma Metabolik dan    Obesitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

2 Nikah mut’ah Nikah dalam waktu empat hari. Apapun yang terjadi dalam peristiwa yang dilakukan oleh pelaku nikah sirri tersebut sangat melukai perempuan dan bahkan cenderung

Pesawat terbang yang lebih berat dari udara diterbangkan pertama kali oleh Wright Bersaudara (Orville Wright dan Wilbur Wright) dengan menggunakan pesawat rancangan sendiri

– Risiko tersengat listrik pada pekerjaan installation electrical pipe , pasang kusen dan pintu kayu, eksternal wall , pasang keramik dan finishing (grinding, chipping,

Makanan yang mengandung banyak lemak dapat menyebabkan penimbunan lemak disepanjang pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan pada pembuluh darah dan memacu

Menurut penulis relevansi adab peserta didik dalam menuntut ilmu dalam kitab Athlab , pada era modern saat itu yaitu di mana era yang penuh dengan android dan media digital

Peran tersebut ditentukan oleh latar belakang, peran, dan intervensi budaya serta menjalin hubungan kerjasama yang baik antar warga sekolah, memberikan contoh sikap

pemajuanekonomi, antara lain, perluasan perdagangan, investasi, kepariwisataan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta di bidang pendidikan; ASEAN adalah organisasi kawasan

menyerahkan berupa media tersebut ke kantor arsip dan perpustakaan daerah kiranya. akan menghadapi kesulitan yang besar, khususnya dalam