KARAKTERISTIK PENDERITA ASMA BRONKIAL RAWAT INAP DI RSUD LANGSA TAHUN 2009-2012
SKRIPSI
Oleh: DESY ANRIYANI
NIM.101000319
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK PENDERITA ASMA BRONKIAL RAWAT INAP DI RSUD LANGSA TAHUN 2009-2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
DESY ANRIYANI NIM.101000319
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Asma Bronkial sebagai penyakit saluran pernapasan kronik, Penyakit ini dapat timbul pada semua usia. Berdasarkan data RISKESDA tahun 2007 prevalensi penyakit asma di Indonesia sebesar 3,5% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 1,9%.
Tujuannya mengetahui karakteristik penderita Asma Bronkial awat inap di RSUD langsa tahun 2009-2012. Dengan penelitian deskriptif dengan desain case series. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan uji Mann-Whitney. Populasi penelitian berjumlah 458 data. Sampel penelitian semua data penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Langsa tahun 2009-2012. Penarikan sampel dengan kriteria inklusi, penderita Asma Bronkial berumur ≥ 14 tahun mempunyai data yang tercatat secara lengkap dalam kartu status pada tahun pertama penderita dirawat.
Proporsi tertinggi penderita Asma Bronkial pada proporsi jenis kelamin perempuan (66,7%), Suku Aceh 68,6%, Agama Islam 100%, pekerjaan ibu rumah tangga (44,8%), status perkawinan sudah kawin (81,6%), berasal dari Kota Langsa (58,2%), lama rawatan rata-rata 4,5 hari (5 hari), pulang dengan berobat jalan (88,1%) dan bukan biaya sendiri (87,1%).
Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,059), artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara umur dengan jenis kelamin. Uji Mann-Whitney
didapatkan nilai p<0,05 (p=0,000), artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Hasil uji Mann-Whitney
didapatkan nilai p>0,05 (p=0,126),artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan sumber biaya. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,0815), artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara keadaan sewaktu pulang dengan daerah asal.
Di harapkan pihak RSUD Langsa, agar antara petugas kesehatan dan petugas rekam medik bekerja sama dalam melengkapi sistem pencatatan pada kartu status pasien terutama pada riwayat penyakit pasien dan kelengkapan data pendidikan penderita Asma Bronkial.
ABSTRACT
Asthma Bronchial as a chronic respiratory disease. this disease which can happen in all of age. Based on data from RISKESDA 2007 asthma prevalence in Indonesia by 3,5% and the prevalence of diagnosis by health workers was 1,9%.
To know caracteristic of patients asthma bronchial hospitalizations in Langsa general hospitals 2009-2012 years. A descriptive study by using case series design and data analysis by using Chi-Square and Mann-Whitney. Populations and samples in this study are all data of patient asthma bronchial hospitalizations in langsa general hospitals. Sampling with inclusion criteria, patient with asthma bronchial aged ≥14 years had complete data recorded on the card status of patients treated in the first year.
The highest proportion of patiens asthma bronchial sufferers in the proportion of female (66,7%, Acehnese (68,6%), Muslem (100%), Occupation housewife (44,8%), Marital status is married (81,6%), Derived from Langsa (58,2%), Old of maintainability average 4,5 days (5 days), home with outpatient care (88,1%), Instead of using their own expense (87,1%).
The results obtained with Chi-Square test p>0,05 (p=0,059), there was no differences significant between age with sex. Mann-Whitney test p<0,05 ( p=0,000), meaning that there is a significant difference between the average maintainability length with the state when go home. Mann-Whitney test p>0,05 ( p=0,126), meaning that there is no significant difference between the average treatment time with the source charge. Chi-Square test p>0,05 (p=0,0815), there is no differences significant between the staet when go home with areas of origin.
The Langsa general hospitals expected, among health care workers and medical records personnel to work together in a complementary system for recording patient status card, especially in a patient's disease history and adding patient education asthma bronchial.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Desy Anriyani
Tempat/Tanggal Lahir : Langsa, 09 Desember 1982
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat Rumah : Komplek BTN Seuriget Desa Serambi Indah Kota Langsa
Riwayat Penddidikan :
1. Tahun 1988-1994 : SD BTN Seuriget
2. Tahun 1994-1997 : SLTP Negeri 3 Langsa
3. Tahun 1997-2000 : SMU Negeri 1 Langsa
4. Tahun 2001-2004 : Akademi Keperawatan Depkes RI Langsa
5. Tahun 2005-2006 : Pendidikan Teknologi Transfusi Darah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada ALLAH SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Karakteristik Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus
Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan kritik dan
saran dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing, memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen penguji I yang
telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dr. Muhammad Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Penguji II yang
6. Bapak Direktur RSUD Langsa beserta staf yang telah membantu penulis
selama penelitian ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf/pegawai yang telah banyak membantu penulis
dalam proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
8. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Zainal Abidin dan ibunda Hernisyah
yang telah membesarkan dan mendidik penulis serta memberikan
dukungan moril maupun materil.
9. Kakanda Melly zia dan Nauli, dan adinda Syahril dan Syaiful atas semua
do’a dan dukungannya.
10. Rekan-rekan mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, Khususnya Mahasiswa/i Ekstensi B stambuk 2010 yang
telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
11. Rekan-rekan peminatan Epidemiologi FKM USU, atas semua do’a dan bantuan, dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta
masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan
kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, Maret 2013
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Asma Bronkial ... 6
2.3.1 Klasifikasi Asma Bronkial Berdasarkan Penyebabnya ... 8
2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Beratnya Asma Bronkial ... 9
2.4 Gejala Asma Bronkial ... 10
2.5 Epidemiologi Asma Bronkial ... 10
BAB III METODE PENELITIAN
3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26
3.6 Teknik Analisis Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 30
4.2 Umur dan Jenis Kelamin Penderita Asma Bronkial ... 32
4.3 Sosiodemografi Penderita Asma Bronkial ... 33
4.4 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial ... 34
4.5 Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial ... 35
4.6 Sumber Biaya Penderita Asma Bronkial ... 35
4.7 Analisa Statistik ... 36
4.7.1 Umur Berdasarkan jenis Kelamin... 36
4.7.2 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan sewaktu Pulang ... 37
4.7.3 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 38
4.7.4 Daerah Asal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 39
4.7.5 Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 40
BAB V PEMBAHASAN ... 41
5.1 Distribusi Proporsi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 41
5.2 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Sosiodemografi ... 43
5.3 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012 ... 49
5.4 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Keadaan sewaktu Pulang ... 50
5.5 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Sumber Biaya ... 52
5.6.1 Umur Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54
5.6.2 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan sewaktu Pulang ... 55
5.6.3 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya….. .... 57
5.6.4 Daerah Asal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 58
5.6.5 Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
6.1 Kesimpulan ... 61
6.2 Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Daerah Langsa Tahun 2009-2012………. 32
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Sosiodemografi Rawat Inap di Rumah sakit Umum Daerah
Langsa Tahun 2009-2012……….. 33
Tabel 4.3 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun
2009-2012………... 34
Tabel4.4 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Rawat Inap di Rumah sakit Umum
Daerah Langsa Tahun 2009-2012………. 35
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Sumber Biaya Rawat Inap di Rumah sakit Umum Daerah
Langsa Tahun 2009-2012……….. 35
Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah sakit Umum
Daerah Langsa Tahun 2009-2012………. 36
Tabel 4.7 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit
Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012………. 37
Tabel 4.8 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Daerah Langsa Tahun 2009-2012………. 38
Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Daerah Asal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di
Rumah sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012……… 39 Table 4.10 Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Normal dan Asma Bronkial……….. 6
Gambar 2.2 Spirometri………. 20
Gambar 5.1 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Rawat Inap di
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012... 41 Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial
Berdasarkan Suku Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Daerah Langsa Tahun 2009-2012……… 43
Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Agama Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Daerah Langsa Tahun 2009-2012.………... 44 Gambar 5.4 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial
Berdasarkan Pekerjaan Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Daerah Langsa Tahun 2009-2012……… 45
Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Status Perkawinan Rawat Inap di Rumah
Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012…………... 47 Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial
Berdasarkan Daerah Asal Rawat Inap di Rumah Sakit
Umum Daerah langsa Tahun 2009-2012……… 48 Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun
2009-2012……….. 50
Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Sumber Biaya Rawat Inap di Rumah Sakit
Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012……… 52
Gambar 5.9 Diagram Bar Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit
Gambar 5.10 Diagram Bar Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah
Langsa Tahun 2009-2012………. 55
Gambar 5.11 Diagram Bar Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun
2009-2012………. 57
Gambar 5.12 Diagram Bar Proporsi Daerah Asal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun
2009-2012……….. 58
Gambar 5.13 Diagram Bar Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Output Data Penelitian
Lampiran 2 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU
ABSTRAK
Asma Bronkial sebagai penyakit saluran pernapasan kronik, Penyakit ini dapat timbul pada semua usia. Berdasarkan data RISKESDA tahun 2007 prevalensi penyakit asma di Indonesia sebesar 3,5% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 1,9%.
Tujuannya mengetahui karakteristik penderita Asma Bronkial awat inap di RSUD langsa tahun 2009-2012. Dengan penelitian deskriptif dengan desain case series. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan uji Mann-Whitney. Populasi penelitian berjumlah 458 data. Sampel penelitian semua data penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Langsa tahun 2009-2012. Penarikan sampel dengan kriteria inklusi, penderita Asma Bronkial berumur ≥ 14 tahun mempunyai data yang tercatat secara lengkap dalam kartu status pada tahun pertama penderita dirawat.
Proporsi tertinggi penderita Asma Bronkial pada proporsi jenis kelamin perempuan (66,7%), Suku Aceh 68,6%, Agama Islam 100%, pekerjaan ibu rumah tangga (44,8%), status perkawinan sudah kawin (81,6%), berasal dari Kota Langsa (58,2%), lama rawatan rata-rata 4,5 hari (5 hari), pulang dengan berobat jalan (88,1%) dan bukan biaya sendiri (87,1%).
Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,059), artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara umur dengan jenis kelamin. Uji Mann-Whitney
didapatkan nilai p<0,05 (p=0,000), artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Hasil uji Mann-Whitney
didapatkan nilai p>0,05 (p=0,126),artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan sumber biaya. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,0815), artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara keadaan sewaktu pulang dengan daerah asal.
Di harapkan pihak RSUD Langsa, agar antara petugas kesehatan dan petugas rekam medik bekerja sama dalam melengkapi sistem pencatatan pada kartu status pasien terutama pada riwayat penyakit pasien dan kelengkapan data pendidikan penderita Asma Bronkial.
ABSTRACT
Asthma Bronchial as a chronic respiratory disease. this disease which can happen in all of age. Based on data from RISKESDA 2007 asthma prevalence in Indonesia by 3,5% and the prevalence of diagnosis by health workers was 1,9%.
To know caracteristic of patients asthma bronchial hospitalizations in Langsa general hospitals 2009-2012 years. A descriptive study by using case series design and data analysis by using Chi-Square and Mann-Whitney. Populations and samples in this study are all data of patient asthma bronchial hospitalizations in langsa general hospitals. Sampling with inclusion criteria, patient with asthma bronchial aged ≥14 years had complete data recorded on the card status of patients treated in the first year.
The highest proportion of patiens asthma bronchial sufferers in the proportion of female (66,7%, Acehnese (68,6%), Muslem (100%), Occupation housewife (44,8%), Marital status is married (81,6%), Derived from Langsa (58,2%), Old of maintainability average 4,5 days (5 days), home with outpatient care (88,1%), Instead of using their own expense (87,1%).
The results obtained with Chi-Square test p>0,05 (p=0,059), there was no differences significant between age with sex. Mann-Whitney test p<0,05 ( p=0,000), meaning that there is a significant difference between the average maintainability length with the state when go home. Mann-Whitney test p>0,05 ( p=0,126), meaning that there is no significant difference between the average treatment time with the source charge. Chi-Square test p>0,05 (p=0,0815), there is no differences significant between the staet when go home with areas of origin.
The Langsa general hospitals expected, among health care workers and medical records personnel to work together in a complementary system for recording patient status card, especially in a patient's disease history and adding patient education asthma bronchial.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Lebih dari 60 tahun arah pembangunan dibidang kesehatan selama ini
menekankan terhadap pengendalian penyakit menular. Kondisi yang sepenuhnya
belum tertanggulangi ini kemudian disertai dengan peningkatan angka kejadian
penyakit tidak menular.1
Penyakit tidak menular di Negara berkembang telah mengalami peningkatan
kejadian yang cepat, dan berdampak pada peningkatan angka kematian dan
kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020 penyakit tidak menular akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan
di dunia.
Asma Bronkial atau lebih popular disebut asma atau sesak napas, telah
dikenal luas masyarakat adalah penyakit saluran pernapasan kronik yang penting dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai Negara diseluruh
dunia. Penyakit ini bisa timbul pada semua usia paling banyak pada usia anak.2
Data WHO pada tahun 2005 prevalensi asma di berbagai Negara sangat
bervariasi diperkirakan bahwa jumlah asma akan meningkat hingga 400 juta pada
tahun 2025.3
Menurut America Academy of Allergy Organization Di Amerika Serikat jumlah penderita asma terus bertambah. 1 dari 12 orang (sekitar 25 juta, atau 8% dari
penduduk AS) menderita asma pada tahun 2009, dibandingkan dengan 1 dari 14
Menurut WHO tahun 2005, beban penyakit asma di Asia Tenggara sangat
berat yaitu 1 dari 4 orang penderita asma dewasa tidak bekerja dan kehilangan hari
kerja selama lebih dari 6 hari karena asma mencapai 19,2%, sementara 1 dari 3 anak
yang menderita asma absen sekolah karena kekambuhan asma.5
Di Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam dan Singapura, asma merupakan
termasuk penyebab kematian kedelapan. Penelitian pada guru-guru di India
menghasilkan prevalensi asma sebesar 4,1%, sementara laporan dari Taiwan sebesar
6,2%. Di Indonesia, asma masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan
kematian, dengan jumlah penderita tahun 2002 sebanyak 12,5 juta.6
Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) atau National Health Interview Survey dengan menggunakan kuesioner
ISAAC(International Study on Asthma and Allergy in Children), mengemukakan bahwa, di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2 %
menjadi 5,4 %.7
Berdasarkan data RISKESDA tahun 2007 prevalensi penyakit asma di
Indonesia sebesar 3,5% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
adalah 1,9%. Menurut Provinsi, prevalensi asma berkisar antara 1,5% di Provinsi
Lampung hingga 7,2% di Gorontalo. Terdapat 17 Provinsi dengan prevalensi asma
lebih tinggi dari angka nasional diantaranya Provinsi Aceh sebesar 4,9%, Provinsi
Jawa Barat sebesar 4,1%, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 6,5%.8 Di Aceh
prevalensi asma tertinggi adalah Aceh Barat 13,6% dan terendah di Sabang dan Gayo
Di Rumah Sakit Persahabatan sebagai salah satu pusat rumah sakit khusus
paru di Indonesia, didapatkan data jumlah pasien asma yang masuk ruang gawat
darurat mengalami peningkatan dari 1.653 pasien pada tahun 1998 menjadi 2,210
pada tahun 2000 dan meningkat 3 kali lipat di tahun 2011.7
Hasil survei pendahuluan di RSUD Langsa di peroleh data penderita Asma
Bronkial rawat inap tahun 2009-2012 sebanyak 458 orang. Pada tahun 2009,
penderita Asma Bronkial rawat inap berjumlah 95 orang dari jumlah keseluruhan
pasien rawat inap yang berjumlah 14.470 orang (proporsi 0,66%). Tahun 2010
berjumlah 89 orang dari jumlah keseluruhan pasien rawat inap yang berjumlah
11.983 orang (proporsi 0,75%). Tahun 2011 berjumlah 133 orang dari jumlah
keseluruhan rawat inap yang berjumlah 20.002 (proporsi 0,66%) dan tahun 2012
berjumlah 141 orang dari jumlah keseluruhan pasien rawat inap yang berjumlah
18.831 orang (proporsi 0,75%)
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka perlu dilakukan
peneliti tentang karakteristik penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Langsa
Tahun 2009-2012.
1.2 Rumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD
Langsa Tahun 2009-2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan
data sosiodemografi yaitu : Umur, Jenis Kelamin, Suku, Agama, Pekerjaan,
Status Perkawinan, Daerah Asal.
b. Untuk mengetahui distribusi lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan
keadaan sewaktu pulang.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan
sumber biaya.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan jenis kelamin
f. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu
pulang.
g. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya
h. Untuk mengetahui distribusi proporsi daerah asal berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.
i. Untuk mengetahui distribusi proporsi sumber biaya berdasarkan keadaan
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Sebagai bahan masukan kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita Asma Bronkial.
1.4.2 Memberikan tambahan informasi dan pengetahuan penulis terhadap masalah
kesehatan terutama tentang penyakit Asma Bronkial dan sebagai bahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Asma Bronkial
Kata “Asthma” berasal dari bahasa yunani yang berarti “terengah-engah” atau
sukar bernapas. Menurut “United States National Tuberculosis Association” 1967,
Asma Bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang
meningkat dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan
manifestasi berupa kesukaran bernapas yang disebabkan oleh penyempitan yang
menyeluruh dari saluran napas.10
Gambar 2.1. Normal dan Asma Bronkial11
Asma Bronkial adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai
sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam atau dini hari yang
umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan.12
Asma Bronkial dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi.
Gejala-gejala tersebut disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Penyempitan
tersebut disebabkan oleh mengkerutnya otot-otot yang melingkari saluran napas,
membengkaknya dan meradangnya jaringan sekitar selaput lendir saluran dan
meningkatnya produksi lendir atau dahak yang ditumpahkan ke saluran napas.
Akibatnya aliran udara yang masuk maupun keluar dari paru terganggu.10
Asma Bronkial bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa
gejala, tidak menganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan
sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian.12
2.2 Anatomi Paru-Paru 2.2.1 Trakea
Trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan puncak paru,
panjangnya sekitar 10-12 cm dengan diameter 2,5 cm. Tersusun dari 16 sampai 20
cincin tulang rawan berbentuk huruf C yang terbuka pada bagian belakangnya.
Terdapat silia yang memicu terjadinya reflek batuk/bersin. Pada ujung trakea
bercabang 2 kanan dan kiri disebut bronkus.
2.2.2 Bronkus
Trakea bercabang menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri
yang menyalurkan udara kesetiap paru-parunya. Bronkus kemudian
mempunyai diameter 0,5 mm. berfungsi menghangatkan, melembabkan dan
membersihkan udara.
2.2.3 Alveoli
Alveoli merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus dan bertanggung
jawab akan struktur paru-paru yang menyerupai kantong kecil terbuka pada salah satu
sisinya. Disini terjadi pertukaran gas antara gas bersih (O2) dengan gas kotor (CO2).13
2.3 Klasifikasi Asma Bronkial
2.3.1 Klasifikasi Asma Bronkial Berdasarkan Penyebabnya
1. Asma Bronkial Ekstrinsik/Alergik/Atopik
a. Asma dengan alergen seperti bulu binatang, debu, tepung sari, makanan
dan lain-lain. Alergen terbanyak adalah airborne dan musiman (seasonal).
b. Memiliki riwayat penyakit alergi pada keluarga.
c. Biasanya dimulai sejak kanak-kanak.
2. Asma Bronkial Non Atopik /Intrinsik/Non Alergenik
a. Faktor-faktor pencetus : common cold, infeksi saluran pernapasan atas,
aktivitas, emosi/stress, dan polusi lingkungan. Beberapa agen farmakologi
seperti bahan sulfat (penyedap makanan)
b. Serangan Asma Bronkial ini dengan berjalannya waktu dapat berkembang
menjadi bronkitis dan empisema
c. Pada beberapa kasus dapat menjadi Asma Bronkial campuran
3. Asma Bronkial Campuran / Mixed Asma Bronkial
a. Asma Bronkial yang paling sering ditemukan
b. Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis Asma Bronkial alergi dan
non alergi.14
2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Beratnya Asma Bronkial (GINA, 2007)
1. Asma Bronkial Intermiten
Gejala-gejala kurang dari satu kali perminggu, kekambuhan
(eksaserbasi) sebentar, gejala-gejala di malam hari tidak lebih dari dua kali per
bulan, APE (Arus Puncak Ekspirasi) ≥ 80% prediksi, variabilitas APE < 20%. 2. Asma Bronkial Persisten Ringan
Gejala-gejala lebih dari sekali per minggu tetapi kurang dari satu kali
per hari, eksaserbasi dapat mempengaruhi aktivitas dan tidur, gejala-gejala di
malam hari lebih dari dua kali per bulan, APE ≥ 80% prediksi, variabilitas APE < 20-30 %.
3. Asma Bronkial Persisten Sedang
Gejala-gejala setiap hari, eksaserbasi dapat mempengaruhi aktivitas
dan tidur, gejala-gejala di malam hari lebih dari dua kali per bulan, APE ≥ 80% prediksi dan variabilitas APE > 30%.
4. Asma Bronkial Persisten Berat
Gejala-gejala setiap hari, eksaserbasi sering kali, gejala-gejala Asma
Bronkialdi malam hari sering kali, keterbatasan aktivitas fisik,
2.4 Gejala Asma Bronkial
Gejala Asma Bronkial bersifat episodik, seringkali reversible dengan atau
tanpa pengobatan. Gejala awal berupa :
1. Batuk terutama pada malam atau dini hari
2. Sesak napas
3. Napas berbunyi (mengi) yang terdengar saat menghembuskan napas
4. Rasa berat di dada
5. Dahak sulit keluar
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa, yang
termasuk gejala yang berat adalah :
1. Serangan batuk yang hebat
2. Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
3. Sianosis
4. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
5. Kesadaran menurun.16
2.5 Epidemiologi Asma Bronkial
2.5.1 Distribusi Frekuensi Asma Bronkial (Orang, Tempat dan Waktu)
Penyakit Asma Bronkial biasa terjadi pada semua kelompok umur baik
laki-laki maupun perempuan dan dapat muncul kapan saja. Menurut angka kejadian Asma
Bronkial diseluruh dunia (GINA/Global Initiative For Asthma) tahun 2003, lebih dari
5,2 juta orang Inggris mendapat terapi Asma Bronkial. Jumlah ini terdiri dari 1,1 juta
Berdasarkan jenis kelamin, perbandingan Asma Bronkial pada anak laki-laki
dan perempuan sebesar 1,5:1 dan perbandingan ini cenderung menurun pada usia
yang lebih tua. Pada orang dewasa serangan Asma Bronkial dimulai pada umur lebih
dari 35 tahun. Perempuan lebih banyak dari pada pria. Di Inggris perbandingan
tersebut 25% perempuan dan 10% pria.10
Penelitian Feni,dkk (2008) prevalensi Asma Bronkial pada siswa SLTP yang
berusia 13-14 tahun di daerah hijau di Jakarta Selatan adalah 129 orang (6,4%)
terdiri atas 63 orang (48,8%) laki-laki dan 66 orang (51,2%) perempuan.18 Penelitian
wahani (2007) di Rs Prof.R.D.Kandouw Malalayang Manado menyebutkan bahwa
berdasarkan usia kejadian Asma Bronkial terbanyak pada usia 5-9 tahun adalah
(58,1%), jenis kelamin laki-laki (52,5%).19
Penelitian Sundaru H tahun 1990, prevalensi Asma Bronkial pada usia > 14
tahun di kelurahan Utan Kayu Jakarta sebesar 6,91 %.20 Berdasarkan hasil
RISKESDA tahun 2007 prevalensi Asma Bronkial pada anak ≤ 14 tahun sebesar 2%
jauh dibawah hasil temuan Depkes pada tahun 1995 Asma Bronkial pada anak usia
2.5.2 Faktor Risiko Asma Bronkial 2.5.2.1 Faktor Host (Penjamu)
Faktor host adalah organisme, biasanya manusia atau hewan yang menjadi
tempat persinggahan penyakit. Host/Penjamu bisa saja terkena atau tidak terkena
penyakit.22
1. Genetik
Asma Bronkial timbul karena faktor genetik / keturunan dan lingkungan.
Asma Bronkial tidak dapat timbul semata – mata hanya karena faktor lingkungan, namun juga harus di latar belakangi oleh adanya bawaan/keturunan yang memiliki
Asma Bronkial.8 Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat yang juga menderita alergi. Jika salah satu orangtua menderita alergi,
kemungkinan anaknya menderita alergi adalah 25-50% dan kemungkinan bertambah
50-75% bila kedua orangtuanya menderita alergi.23
2. Hipereaktivitas saluran napas
Asma Bronkial dengan orang normal yang membedakannya adalah sifat saluran
napas pasien Asma Bronkial yang sangat peka terhadap berbagai rangsangan seperti
iritan (debu), zat kimia (histamine, metakolin) dan fisis (kegiatan jasmani). Sebagian
hipereaktivitas saluran napas diduga didapat sejak lahir, tetapi sebagian lagi didapat.24
3. Umur
Asma Bronkial dapat terjadi pada semua golongan usia. Sekitar setengah
kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
justru sesudah usia ini. Karena alasan yang belum diketahui, serangan Asma Bronkial
pada sebagian besar anak akan berkurang dan bahkan menghilang. Bahwa 60% Asma
Bronkial anak akan menghilang pada umur 10 tahun, 75-80% menghilang pada usia
14 tahun. Asma Bronkial pada orang dewasa dapat merupakan kelanjutan Asma
Bronkial yang terjadi pada masa kanak-kanak, atau Asma Bronkial yang kambuh lagi
atau yang memang pertama kali muncul pada usia dewasa. Penelitian di Amerika
menunjukkan bahwa usia 10-20 tahun mempunyai angka kesembuhan yang paling
tinggi. Semakin meningkatnya usia angka kekambuhan juga semakin besar. Jadi
jangan heran bila Asma Bronkial akan kembali lagi pada usia 60 tahun, meskipun
anda telah bebas Asma Bronkial selama 40 tahun.23
4. Jenis kelamin
pada masa kanak-kanak, penderita Asma Bronkial pada laki-laki lebih banyak
dari pada penderita perempuan, pada usia dewasa terjadi sebaliknya.23 Berdasarkan
penelitian Sihombing di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2004-2007, menunjukkan
bahwa proporsi Asma Bronkial berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah
perempuan (61,4%) sedangkan proporsi Asma Bronkial pada laki-laki (38,6%).25
2.5.2.2 Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi
luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan
1. Alergen
Alergen merupakan faktor pencetus Asma Bronkial yang paling sering
dijumpai pada penderita Asma Bronkial. Beberapa alergen faktor pencetus Asma
Bronkial :
a. Debu rumah dan tungau
Debu rumah terdiri dari berbagai alergen seperti potongan rambut dan
berbagai serpihan kulit binatang seperti kecoak dan serangga. Salah satu Sumber
alergen yang di timbulkan kecoak baik dari kotoran maupun urinnya bila sudah
kering menjadi debu, merupakan alergen yang cukup kuat.
Tungau (Dermatophagoides pteronyssynus) selalu terdapat dalam debu
rumah apalagi di daerah lembab. Berkembang biak sangat cepat terutama di
kamar tidur karena makanannya adalah serpihan kulit manusia yang terlepas
sewaktu tidur, dan juga hidup di karpet, buku-buku tua, barang-barang yang
berbulu seperti selimut, gorden, kursi dan lain-lain. Reaksi alergi juga dapat
ditimbulkan dari kotoran, air seni dan potongan-potongan badan yang telah mati
yang berasal dari tungau.
b. Hewan peliharaan
Hewan peliharaan juga dapat menimbulkan Asma Bronkial seperti :
anjing, kucing, kelinci serta kuda.23
c. Makanan
Makanan tertentu dapat menyebabkan serangan Asma bronkial pada
ikan dan kerang. Makanan-makanan tersebut hanya akan memicu Asma Bronkial
pada sejumlah kecil orang yang sensitif. Zat pengawet makanan seperti asam
benzoate, dan zat pewarna kuning tartarazin yang di pakai dalam industri
makanan dan minuman kadang-kadang dapat menimbulkan serangan Asma
Bronkial.17,23
2. Infeksi Saluran Napas
Diperkirakan 2/3 penderita Asma Bronkial anak dan 1/3 penderita Asma
Bronkial dewasa serangan Asma Bronkialnya ditimbulkan oleh infeksi saluran
napas. Berbagai macam virus, seperti virus influenza sangat sering dijumpai pada
penderita yang sedang mendapat serangan Asma Bronkial.
3. Tekanan Jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab Asma Bronkial tetapi pencetus Asma
Bronkial. Tekanan jiwa juga bisa memperberat serangan Asma Bronkial yang
sudah ada. Di samping gejala Asma Bronkial yang timbul harus segera diobati,
penderita Asma Bronkial yang mengalami tekanan jiwa juga perlu mendapat
nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Asma Bronkial yang berat bisa
membawa masalah kejiwaan bagi penderita dan keluarganya. Serangan Asma
Bronkial sering mengakibatkan kehidupan penderita terganggu baik di sekolah,
pekerjaan maupun aktivitas lainnya dan dapat berakibat kepada keluarganya.
4. Olah Raga/Kegiatan Jasmani
Sebagian besar penderita Asma Bronkial akan mendapat serangan Asma
olah raga menentukan timbulnya Asma Bronkial. Lari cepat paling mudah
menimbulkan Asma Bronkial, kemudian bersepeda, sedangkan renang dan jalan
kaki yang paling kecil resikonya. Serangan Asma Bronkial karena kegiatan
jasmani biasanya terjadi segera setelah selesai olahraga, lamanya sesak antara
10-60 menit dan jarang serangan Asma Bronkial timbul beberapa jam setelah olah
raga.
5. Obat-Obatan
Obat yang sering mencetuskan serangan Asma Bronkial yaitu obat-obat
yang termasuk golongan penyekat resptor-beta atau lebih dikenal dengan nama
“beta-blocker” golongan obat ini sangat sering dipakai untuk pengobatan penyakit
jantung koroner dan darah tinggi. Aspirin dan obat-obatan antirematik dapat
mencetuskan serangan Asma 2-10% penderita Asma Bronkial.23
6. Polusi Udara
Polusi udara dapat terjadi di luar ruangan maupun di dalam ruangan.
Pendirian pabrik-pabrik yang mengeluarkan hasil sampingan berupa debu dan
uap. Polusi dari asap kendaraan bermotor dan asap dari hasil pembakaran lainnya.
Polusi udara di dalam rumah seringkali terjadi seperti asap rokok, semprotan obat
nyamuk dan semprotan rambut yang dapat mencetuskan Asma Bronkial. Bagi
penderita Asma Bronkial, rokok merupakan masalah yang nyata. Asap rokok
dapat merusak paru-paru dan mungkin menghentikan kerja obat Asma Bronkial
asap rokok dapat membuat gejala memburuk dan bahkan memicu serangan Asma
Bronkial.17,23
Asma Bronkial pekerjaan (occupational asthma) adalah Asma Bronkial yang dipicu oleh zat-zat khusus yang terdapat di lingkungan kerja seperti enzim
bakteri subtilis pada industri deterjen, debu kopi dan teh pada tempat pengolahan
kopi dan teh, debu kapas pada industri tekstil, amoniak, sulfur dioksida, asam
klorida, klorin pada industri kimia dan perminyakan. Keluhan akan terjadi setelah
penderita terpapar dengan zat-zat tersebut, tetapi ada kalanya gejala baru timbul
setelah 6-12 jam terpapar.23
2.6 Pencegahan Penyakit Asma Bronkial
Target utama pengobatan Asma Bronkial adalah pencegahan timbulnya serangan Asma Bronkial. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghindari faktor penyebab timbulnya Asma Bronkial. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk
mengidentifikasi pemicu pada penderita Asma Bronkial dan menghindarinya.7
2.6.1 Pencegahan Primordial
Primordial prevention (pencegahan tingkat awal) memberikan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan penyakit itu tidak mendapat dukungan dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Prinsipnya upaya pencegahan
primordial adalah mempertahankan gaya hidup yang sudah ada dan benar dalam
masyarakat, serta memodifikasi, penyesuaian terhadap risiko yang ada atau
hidup bersih dan sehat, menghindari rokok, menghindari bahan pengawet, pewarna,
makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, dan olah raga yang teratur.
2.6.2 Pencegahan Primer
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan
penyakit Asma Bronkial antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik,
minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olah raga yang sesuai. Penderita
dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit
lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat. Banyak minum akan
mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga dahak mudah
dikeluarkan. Banyak penderita kekurangan cairan pada serangan penyakit Asma
Bronkial berat, Ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang
minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas
cepat dan dalam.
Lingkungan tempat penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan penyakit Asma Bronkial. Keadaan rumah harus diperhatikan,
Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran
pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat
perhatian khusus, karena di tempat tersebut tungau sangat cepat berkembang biak.
Langkah-langkah mengurangi jumlah tungau debu rumah antara lain :
1. Bersihkan debu (gunakan alat penyedot debu) diseluruh rumah secara teratur.
2. Cucilah sarung atau penutup yang didesain khusus untuk kasur, guling dan bantal
3. Gunakan sarung atau penutup yang didesain khusus untuk kasur, guling dan
bantal. Penutup ini menjadi penghalang dan mungkin akan mengurangi gejala
Asma Bronkial.
Hewan peliharaan seperti kucing, anjing, burung perlu mendapat perhatian
dengan menjaga kebersihan hewan peliharaan dan lebih baik lagi jika tidak
memelihara hewan dirumah. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperti asap
rokok, asap kendaraaan, uap bensin, semprotan nyamuk dan lain-lain yang
mencetuskan penyakit Asma Bronkial harus dihindari.
Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, pergantian cuaca yang ekstrim
atau olahraga yang melelahkan. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat
perhatian, zat-zat kimia yang ada dilingkungan kerja yang dapat menimbulkan
serangan Asma Bronkial sebaiknya di hindari atau menggunakan sarana pengaman
seperti masker dan lain-lain.23
2.6.3 Pencegahan Sekunder
Jika dengan cara-cara pencegahan primer gejala Asma Bronkial masih tetap
timbul maka barulah kita menggunakan obat-obatan antiasma. Tujuan pengobatan
Asma Bronkial yaitu membebaskan penderita dari serangan Asma Bronkial atau
mencegah serangan Asma Bronkial jangan sampai terjadi. Mengobati disini berarti
menghilangkan gejala-gejala yang berupa sesak, batuk dan mengi. Keadaan yang
sudah bebas dari gejala Asma Bronkial ini harus dipertahankan agar serangan Asma
2.6.3.1 Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometri
Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara
obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat
yang digunakan disebut spirometer.
Gambar 2.2 Spirometri27
Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis Asma
Bronkial adalah melihat respons pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan
spirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator hirup (inhaler
atau nebulizer). Caranya, setelah penderita menghirup udara sebanyak-banyaknya
lalu diminta meniupkan udara dengan cepat sampai habis ke dalam alat
spirometer.28 Untuk anak yang sudah besar (>6 tahun) pemeriksaan faal/fungsi
paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang sederhana dengan peak flow meter.29
2. Pemeriksaan Darah
Pada penderita yang mengalami stress, dehidrasi dan infeksi, leukosit
normal (normal = 250/mm3). Pada Asma Bronkial tipe alergi, eosinofil dapat
meningkat sampai 800-1000/mm3. Bila peningkatan eosinofil ini melebihi
1000/mm3, ada kemungkinan peningkatan ini disebabkan infeksi, bila eosinofil
tetap tinggi setelah diberi kortekosteroid, maka Asma Bronkial tipe ini disebut
steroid resistant bronchial asthma.10
Pemeriksaan analisis gas darah hanya dilakukan pada Asma Bronkial yang
berat, saat penderita sudah tidak dapat lagi meniup spirometer, karena sudah
terlalu sesak. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan berat ringannya suatu serangan
Asma Bronkial, yang di ukur adalah tekanan oksigen dan tekanan karbon dioksida
dan keasaman darah. Pada Asma Bronkial yang berat tekanan oksigen ini
menurun, bila lebih berat lagi tekanan karbon dioksida meninggi dan darah
menjadi asam.
3. Uji Kulit
Tes ini bertujuan untuk menunjukkan adanya antibody IgE spesifik dalam
tubuh. Uji ini hanya mendukung anamnesis, karena uji alergen yang positif tidak
selalu merupakan penyebab Asma Bronkial, demikian pula sebaliknya.
4. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan rontgen hanya sedikit membantu dalam diagnosis Asma
Bronkial, karena pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan adanya penyempitan
saluran napas. Tujuan pemeriksaan rontgen pada Asma Bronkial adalah untuk
melihat adanya penyakit paru lain seperti empisema, tuberkulosis atau
5. Uji Provokasi Bronkus
Pemeriksaan provokasi baru dilakukan bila dokter masih belum dapat
memastikan diagnosis Asma Bronkial meskipun sudah melakukan berbagai
macam pemeriksaan. Untuk menunjukan adanya hipereaktivitas bronkus
dilakukan uji provokasi Bronkus. Ada beberapa cara melakukan uji provokasi
bronkus seperti uji provokasi dengan histamine, metakolin, kegiatan jasmani,
udara dingin, larutan garam, hipertonik, dan bahkan dengan aqua destilata.23
Provokasi dengan zat kimia penderita diminta untuk menghirup uap zat kimia.
Sedangkan provokasi dengan kegiatan jasmani penderita diminta berlari cepat
selama 6 menit sehingga mencapai denyut jantung 80-90% dari maksimum.
Dianggap bermakna bila menunjukkan penurunan APE (Arus Puncak Ekspirasi)
paling sedikit 10%. Sama halnya uji provokasi dengan alergen, hanya dilakukan
pada pasien yang alergi terhadap elergen yang di uji.28
2.6.3.2 Obat Asma Bronkial dikelompokkan menjadi :
1. Obat pereda/pelega (reliever)/Golongan bronkodilator a. Obat untuk serangan Asma Bronkial akut.
b. Obat yang dapat melebarkan saluran napas dengan jalan melemaskan otot-otot
2. Obat pencegahan serangan Asma Bronkial (preventer)/Golongan kortikosteroid
sistemik
a. Obat yang menjaga agar peradangan saluran napas tetap terkontrol dan
mencegah agar saluran napas tidak terus menyempit hingga tahap yang dapat
menimbulkan serangan Asma Bronkial.
b. Tidak dapat segera menghilangkan gejala Asma Bronkial karena untuk
mengurangi peradangan diperlukan paling sedikit 6-8 jam.
c. Diberikan bila obat-obat bronkodilator sudah tidak mempan lagi.17
3. Obat-obat yang sering digunakan bersamaan dengan obat antiasma seperti
Antibiotika, antihistamin, obat batuk dan lain-lain.
2.6.4 Pencegahan Tersier
1. Psikologik
Pada sebagian penderita, bila Asma Bronkialnya sukar dikendalikan
meskipun telah mencoba berbagai macam obat antiasma. Dalam keadaan seperti
ini penderita memerlukan motivasi untuk membesarkan hati.
2. Latihan pernapas dan kesegaran jasmani
Latihan pernapasan ini untuk memperkuat otot-otot pernapasan dan
mempermudah pengeluaran dahak dari saluran napas. Latihan dilakukan secara
teratur dan dilakukan diluar serangan agar mendapatkan manfaat yang
2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik Penderita Asma Bronkial 1. Sosiodemografi
Umur
Jenis Kelamin Suku
Agama Pekerjaan
Status Perkawinan Daerah Asal
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain case series. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Pertimbangan
memilih lokasi penelitian ini adalah karena tersedianya data penderita Asma
Bronkial, kesediaan dari Rumah Sakit untuk memberikan izin dilakukannya
penelitian serta belum pernah dilakukan penelitian Asma Bronkial di Rumah Sakit
tersebut. Rumah Sakit Umum Daerah Langsa juga sebagai Rumah Sakit rujukan dari
3 kabupaten kota yaitu Aceh Tamiang, Kota Langsa dan Aceh Timur.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari bulan September 2012 sampai Maret 2013
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh data penderita Asma Bronkial rawat
inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 yang tercatat dalam
kartu status berjumlah 458 data
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah semua data penderita Asma Bronkial rawat inap
di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012. Penarikan sampel dengan
data yang tercatat secara lengkap dalam kartu status pada tahun pertama penderita
dirawat.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder, diperoleh dari kartu status yang
berasal dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012.
Semua data pada kartu status penderita Asma Bronkial tahun 2009-2012 yang dipilih
sebagai sampel dikumpulkan, kemudian dilakukan pencatatan dan tabulasi data sesuai
dengan jenis variabel yang akan diteliti.
3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian
3.5.1 Penderita Asma Bronkial
Penderita Asma Bronkial adalah seseorang yang dinyatakan menderita
penyakit Asma Bronkial berdasarkan diagnosa dokter dan sesuai dengan yang
tercatat pada kartu status.
3.5.2 Sosiodemografi penderita Asma Bronkial dibedakan menjadi :
3.5.2.1 Umur adalah usia penderita Asma Bronkial yang terhitung sejak lahir
hingga ulang tahun terakhir yang terdapat pada kartu status,
dikategorikan berdasarkan rumus sturgess :
Untuk analisis statistik umur dikategorikan berdasarkan dibawah usia
lanjut dan usia lanjut keatas menurut Dep Kes RI dibedakan atas :
1. <55 tahun 2. ≥55 tahun
3.5.2.2 Jenis kelamin adalah suatu ciri khas penderita Asma Bronkial,
dikategorikan atas :
1. Laki-laki 2. Perempuan
3.5.2.3 Suku adalah suatu kebudayaan yang dianut penderita Asma Bronkial,
dikategorikan atas :
1. Aceh 2. Jawa 3. Batak ` 4. Padang 5. Lainnya
3.5.2.4 Agama adalah suatu keyakinan yang di anut penderita Asma Bronkial,
dikategorikan atas :
1. Islam
2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik
3.5.2.5 Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan penderita Asma
Bronkial, dikategorikan atas :
1. Pegawai Negeri (Sipil, TNI, Polri, Pensiunan, Honorer) 2. Pegawai Swasta
3. Wiraswasta
4. Ibu Rumah Tangga 5. Pelajar/Mahasiswa
6. Tidak Bekerja
3.5.2.6 Status perkawinan adalah status pernikahan penderita Asma Bronkial
yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :
1. Kawin 2. Tidak Kawin
3.5.2.7 Daerah asal adalah tempat tinggal, menetap atau asal penderita Asma
Bronkial, dikategorikan atas :
1. Kota Langsa 2. Luar Kota Langsa 3.5.3 Lama rawatan rata-rata
Lama rawatan rata-rata adalah waktu rata – rata penderita Asma Bronkial di rawat di Rumah Sakit, dari pertama masuk sampai hari terakhir
perawatan sesuai yang terdapat pada kartu status.
3.5.4 Keadaan sewaktu pulang
Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita Asma Bronkial
pada waktu pulang sesuai yang terdapat pada kartu status, dikategorikan atas :
1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)
3.5.5 Sumber biaya
Sumber biaya adalah sumber pembiayaan yang digunakan oleh
penderita Asma Bronkial selama dirawat di Rumah Sakit yang terdapat pada
kartu status, dikategorikan atas :
1. Bukan Biaya Sendiri (Jamkesmas, JKA, Askes, Jamsostek, Pt) 2. Biaya Sendiri (Umum)
3.6 Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh diolah dan dianalisa dengan menggunakan sistem
komputerisasi. Data univariat di jelaskan secara deskriptif dan data bivariat di analisa menggunakan uji statistik uji Chi-Square dan uji Mann-Whitney kemudian di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, diagram pie dan diagram bar.
HASIL PENELITIAN 4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Langsa merupakan bagian dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
terletak pada 04o 24’ 35,68” – 04o33’27,03” Lintang Utara dan 97o 53’14,59” – 98o
04’42,16” Bujur timur. Luas wilayah keseluruhan 262,41 Km2, panjang garis pantai
16 Km dengan batasan wilayah Kota Langsa.
Adapun lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa yang terletak di
Kecamatan Langsa Kota, dengan status pemilikan Pemerintahan Kota Langsa, yang
berdasarkan wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur
4. Sebelah Timur berbataan dengan Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh
Tamiang.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa didirikan pada tahun 1915 oleh
Pemerintah Kolonial Belanda diatas areal tanah seluas ± 35.800 M2 sebagai balai
pengobatan serdadu Belanda, Pemerintah Kolonial Belanda mulai melakukan
pengembangan dari segi fisik bangunan, peralatan kesehatan dan tenaga medis, akibat
agresi militer di Aceh banyak serdadu Belanda yang tewas dan luka. Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia membuat Pemerintah Kolonial Belanda harus pergi
dari Bumi Rencong Aceh sehingga meninggalkan bangunan fisik dan membuat
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa merupakan Rumah Sakit Rujukan atas mata
rantai sistem kesehatan di wilayah Pemerintah Kota Langsa dan sekitar.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
51/Men.Kes/SK/II/1979 tanggal 22 Februari 1979 diberikan status menjadi Rumah
Sakit dalam klasifikasi type C, Kemudian pada tahun 1997 ditingkatkan
klasifikasinya menjadi Rumah Sakit type B Non Pendidikan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 479/Men.Kes/SKV/1997
tanggal 20 Mei 1997. Kemudian berdasarkan Keputusan Presiden No. 40 tahun 2001
berubah status menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa dan telah juga
ditetapkan dengan Qanun Pemerintah Kota Langsa No. 5 Tahun 2005, dan qanun
Pemerintah Kota Langsa No.10 Tahun 2009 tentang rincian pokok dan fungsi
pemangku jabatan struktural dilingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa.
Struktur organisiasi RSUD Kota Langsa berdasarkan peraturan qanun
Pemerintah Kota Langsa No. 4 tahun 2008 tanggal 27 Oktober 2008 / 27 Syawal
1429 H, yaitu terdiri dari :
1. Direktur
2. Wakil Direktur Pelayanan
3. Wakil Direktur Administrasi Umum
4. Bidang Pelayanan Medis
5. Bidang Keperawatan
6. Bidang Penunjang Medis
8. Bagian Penyusunan Program
9. Bagian Tata Usaha
10. Staf Fungsional
Ketersediaan alat kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa seperti
Alat untuk memeriksa fungsi paru (Spirometer) tersedia di Rumah Sakit ini di bagian
rawat jalan.
4.2 Umur dan Jenis Kelamin Penderita Asma Bronkial
Proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap berdasarkan umur dan
jenis kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa proporsi jenis kelamin
perempuan (66,7%) dan jenis kelamin laki-laki (33,3%). Kasus terbanyak pada
kelompok umur 31-38 tahun (21,8 %) dan terendah pada kelompok umur 79-86 tahun
4.3 Sosiodemografi Penderita Asma Bronkial
Proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap berdasarkan sosiodemografi di
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui proporsi penderita asma bronkial
tertinggi berdasarkan sosiodemografi yaitu suku tertinggi adalah Suku Aceh ada
68,6% sedangkan proporsi terendah suku lainnya ada 0,5%.
Berdasarkan agama, proporsi Agama Islam ada 100%. Berdasarkan pekerjaan,
proporsi tertinggi yang bekerja sebagai ibu rumah tangga ada 44,8% sedangkan
proporsi terendah pekerjaan lain-lain ada 3%.
Berdasarkan status perkawinan, proporsi tertinggi berstatus kawin ada 81,6%
sedangkan terendah yang status perkawinannya tidak kawin ada 18,4%. Berdasarkan
daerah asal, proporsi tertinggi yang berasal dari Kota Langsa ada 58,2% dan yang
terendah dari luar Kota Langsa ada 41,8%.
4.4 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial
Lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit
Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita
Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012
yaitu 4,5 hari (5 hari), standar deviasi (SD) 2,239 hari, sedangkan lama rawatan
4.5 Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial
Proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap berdasarkan keadaan sewaktu
pulang di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
No Keadaan Sewaktu Pulang Jumlah
f %
1 Pulang Berobat Jalan 177 88,1
2 Pulang Atas Permintaan Sendiri 24 11,9
Jumlah 201 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa penderita Asma Bronkial rawat
inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 berdasarkan keadaan
sewaktu pulang, paling banyak adalah pulang berobat jalan ada 177 orang (88,1%)
sedangkan pulang atas permintaan sendiri ada 24 orang (11,9%).
4.6 Sumber Biaya Penderita Asma Bronkial
Proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap berdasarkan sumber biaya di
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
Langsa tahun 2009-2012 adalah Bukan menggunakan biaya sendiri ada 175 orang
(87,1%) dan yang menggunakan biaya sendiri 26 orang (12,9%)
4.7 Analisa statistik
4.7.1 Umur Berdasarkan Jenis Kelamin
Proporsi umur berdasarkan jenis kelamin penderita Asma Bronkial rawat inap
di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
N
umur <55 tahun dan ada 20 orang (29,9%) Pada rentang umur ≥55 tahun. Terdapat
134 orang penderita asma bronkial dengan jenis kelamin perempuan, yaitu 111 orang
(82,8%) pada rentang umur <55 tahun dan 23 orang (17,2%) pada rentang umur ≥55 tahun.
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,059), artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara umur
4.7.2 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita Asma
Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.7 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012.
No Keadaan Sewaktu Pulang Lama Rawatan Rata-rata (Hari)
n Mean SD
1. Pulang Berobat Jalan 177 4,71 2,122
2. Pulang atas permintaan Sendiri 24 2,92 2,483
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa terdapat 177 penderita yang
Pulang Berobat Jalan, lama rawatan rata-ratanya 4,71 hari (5 hari) dengan standar
deviasi 2,122 hari, terdapat 24 penderita yang Pulang Atas Permintaan sendiri, lama
rawatan rata-ratanya 2,92 hari (3 hari) dengan standar deviasi 2,483 hari.
Hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p<0,05 (p=0,000), artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata yang pulang berobat jalan
4.7.3 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya
Lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya penderita Asma Bronkial
rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 4.8 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
No Sumber Biaya Lama Rawatan Rata-rata (Hari)
n Mean SD
1. Bukan Biaya sendiri 175 4,57 2,229
2. Biaya Sendiri 26 4 2,280
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa terdapat 175 penderita yang
menggunakan sumber biaya bukan biaya sendiri, lama rawatan rata-rata 4,57 hari (5
hari) dengan standar deviasi 2,229 hari. Terdapat 26 penderita yang menggunakan
biaya, lama rawatan rata-rata 4 hari dengan standar deviasi 2,280 hari.
Hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p>0,05 (p=0,126), artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata bukan biaya sendiri
4.7.4 Daerah Asal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi daerah asal berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita Asma
Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Daerah Asal Berdasarkan Keadaan Sewaktu
Kota Langsa Luar Kota Langsa
f %
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa dari 177 orang yang pulang berobat
jalan terdapat 102 orang (5,6%) berasal dari Kota Langsa dan 75 orang (42,4%)
berasal dari luar Kota Langsa. Terdapat 24 orang yang pulang atas permintaan sendiri
diantaranya terdapat 15 orang (62,5%) berasal dari Kota Langsa dan 9 orang (37,5%)
berasal dari luar Kota Langsa.
4.7.5 Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita Asma
Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
N o
Keadaan Sewaktu Pulang
Bukan Biaya
Sendiri Biaya sendiri Jumlah
f % f % f %
1 Pulang Berobat Jalan 157 88,7 20 11,3 177 100
2 Pulang Atas
Permintaan Sendiri 18 75 6 25 24 100
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa 177 yang pulang berobat jalan,
terdapat 157 orang (88,7%) bukan biaya sendiri dan 20 orang (11,3%) biaya sendiri.
Dari 24 orang yang pulang atas permintaan sendiri, terdapat 18 orang (75%) bukan
biaya sendiri dan 6 orang (25%) biaya sendiri.
Terdapat 1 sell (25%) expected count yang jumlahnya kurang dari 5 sehingga
3,9
5.1 Distribusi Proporsi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan umur dan jenis kelamin rawat
inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 5.1 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat jenis kelamin laki-laki, mulai dari
rentang umur 15-22 tahun mengalami peningkatan yang tidak terlalu tinggi sampai
rentang umur 47-54 tahun, dan setelahnya mengalami penurunan. Pada rentang umur
yang mengalami peningkatan penderita Asma Bronkial dapat dikaitkan dengan