BAB IV HASIL PENELITIAN
4.7 Analisa Statistik
4.7.5 Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012 N o Keadaan Sewaktu Pulang Bukan Biaya
Sendiri Biaya sendiri Jumlah
f % f % f %
1 Pulang Berobat Jalan 157 88,7 20 11,3 177 100
2 Pulang Atas
Permintaan Sendiri 18 75 6 25 24 100
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa 177 yang pulang berobat jalan, terdapat 157 orang (88,7%) bukan biaya sendiri dan 20 orang (11,3%) biaya sendiri. Dari 24 orang yang pulang atas permintaan sendiri, terdapat 18 orang (75%) bukan biaya sendiri dan 6 orang (25%) biaya sendiri.
Terdapat 1 sell (25%) expected count yang jumlahnya kurang dari 5 sehingga
3,9 4,5 3,9 5 6 2,5 3 2,5 2 10 13,9 17,9 7,4 6 6 3,5 2 0 10 5 0 5 10 15 20 15-22 23-30 31-38 39-46 47-54 55-62 63-70 71-78 79-86 Perempuan Laki-laki BAB V PEMBAHASAN
5.1 Distribusi Proporsi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan umur dan jenis kelamin rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.1 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat jenis kelamin laki-laki, mulai dari rentang umur 15-22 tahun mengalami peningkatan yang tidak terlalu tinggi sampai rentang umur 47-54 tahun, dan setelahnya mengalami penurunan. Pada rentang umur yang mengalami peningkatan penderita Asma Bronkial dapat dikaitkan dengan aktivitas yang lebih banyak dilakukan diluar rumah, dimana faktor lingkungan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi Asma Bronkial seperti tekanan jiwa, polusi udara dan lingkungan kerja.
Pada jenis kelamin perempuan mulai dari rentang umur 15-22 tahun terus mengalami peningkatan yang cukup tinggi sampai rentang umur 31-38 tahun, ini kemungkinan karena pada rentang usia tersebut aktivitas meningkat. Serangan Asma Bronkial pada orang dewasa dimulai pada umur lebih dari 35 tahun. Pada rentang umur tersebut dapat dikait dengan kategori pekerjaan pada penelitian ini, paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pada rentang umur tersebut aktivitas perempuan yang tinggi mengurus rumah tangga, ditambah lagi munculnya masalah didalam rumah tangga atau lingkungan tempat tinggal juga dapat membawa masalah kejiwaan bagi penderita yang menjadi faktor pencetus munculnya asma.
Pada gambar juga dapat dilihat bahwa proporsi jenis kelamin penderita Asma Bronkial lebih banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan yang berkurva miring kekiri dan pada jenis kelamin laki-laki bentuk kurva dapat dikatakan normal. Asma bronkial dapat terjadi pada semua golongan umur. Asma Bronkial pada orang dewasa dapat merupakan kelanjutan asma bronkial yang terjadi pada masa kanak-kanak atau asma yang kambuh lagi atau yang memang pertama kali muncul pada usia dewasa.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya asma pada orang dewasa, bila sudah mempunyai bakat kepekaan terhadap saluran nafas, maka faktor lingkungan sangat mempengaruhi dalam mencetuskan serangan asma, misalnya lingkungan kerja, emosi, dan polusi udara.23
68,6 27,4 2 1,5 0,5 0 10 20 30 40 50 60 70 80
Aceh Jawa Batak Padang Lainnya
Suku
5.2 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Sosiodemografi 5.2.1 Suku
Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan suku rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Suku Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi penderita Asma Bronkial paling banyak adalah Suku Aceh 68,6%, kemudian Suku Jawa 27,4%, Suku Batak 2%, Suku Padang 1,5% dan lainnya 0,5% Suku Melayu
Hal ini bukan berarti Suku Aceh memiliki risiko menderita Asma Bronkial, tetapi hanya menunjukkan bahwa proporsi penderita Asma Bronkial yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Langsa, lebih tinggi Suku Aceh (68,6%).
100%
Islam 5.2.2 Agama
Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan Agama rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Agama Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
Berdasarkan gambar 5.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan agama seluruhnya adalah beragama Islam (100%). Hal ini tidak berarti bahwa agama mempengaruhi kejadian Asma Bronkial, tetapi dikarenakan penderita Asma Bronkial yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Langsa adalah beragama Islam.
Berdasarkan data BAPENAS Aceh tahun 2011, dari persentase penduduk menurut pemeluk Agama di Kota Langsa tahun 2010 berjumlah 99,53% memeluk Agama Islam, Agama Kristen protestan 0,25%, Agama Hindu 0,03% dan Agama Budha 0,021%.34
44,8 20,4 12,9 11,4 7 3,5
pekerjaan
5.2.3 PekerjaanProporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan pekerjaan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.4 Diagram Bar Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Pekerjaan Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa pekerjaan penderita Asma Bronkial paling banyak adalah ibu rumah tangga sebesar 44,8% dan proporsi terendah adalah pegawai swasta 3,5%.
Hal ini bukan berarti ibu rumah tangga lebih berisiko untuk menderita Asma Bronkial. Pada proporsi pekerjaan ibu rumah tangga lebih tinggi karena pada penelitian ini penderita Asma Bronkial ditemukan paling banyak pada perempuan dan pada usia dewasa Asma Bronkial lebih banyak terjadi pada perempuan.
Hal ini kemungkinan bisa dikaitkan dengan debu rumah dan tungau yang merupakan salah satu faktor pencetus Asma Bronkial yang bersifat allergen, dimana
81,6% 18,4%
Kawin Tidak Kawin
aktifitas membersihkan rumah lebih sering dilakukan ibu rumah tangga, sehingga dapat mencetuskan serta memperberat Asma Bronkial yang dideritanya. Menderita Asma bronkial yang berat, masalah didalam keluarga atau dilingkungan tempat tinggal memungkinkan menjadi faktor pencetus dan memperberat Asma Bronkialnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Melfa, B di RS Marta Friska tahun 2007-2008 dengan desain case series menemukan bahwa proporsi tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah pekerjaan ibu rumah tangga sebesar 29,7%.31
5.2.4 Status Perkawinan
Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan status perkawinan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Status Perkawinan Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009- 2012
Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa status perkawinan penderita Asma Bronkial paling banyak berstatus sudah kawin adalah 81,6% sedangkan yang
58%
42% Kota Langsa
Luar Kota Langsa
tidak kawin adalah 18,4%. Tingginya penderita Asma Bronkial yang berstatus sudah kawin disebabkan data yang diteliti berusia ≥ 14 tahun
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sihombing, S di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2004-2007 menemukan status perkawinan terbanyak penderita Asma Bronkial adalah berstatus kawin (74%).25 Hal ini dapat dikaitkan dengan pekerjaan penderita Asma Bronkial yang terbanyak adalah bekerja sebagai ibu rumah tangga.
5.2.5 Daerah Asal
Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan daerah asal rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Daerah Asal Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012. Berdasarkan gambar 5.6 dapat dilihat bahwa daerah asal penderita Asma Bronkial paling banyak adalah berasal dari Kota Langsa sebesar 58,2%, sedangkan
yang berasal dari Luar Kota Langsa sebesar 41,8%. Hal ini dapat dikaitkan dengan letak Rumah Sakit Umum Daerah Langsa bertempat di Kota Langsa, sehingga yang datang berobat ke Rumah Sakit tersebut lebih banyak berasal dari Kota Langsa
5.3 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2009-2012.
Lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsatahun 2009-2012 adalah 5 hari, dengan standar deviasi (SD) 2,239 hari, hal ini menunjukan lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial bervariasi dimana lama rawatan minimum 1 hari dan maksimum 10 hari, dengan 95%
confidence interval artinya pada tingkat kepercayaan 95% lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial berada dalam rentang 4,19-4,81 hari.
88,1% 11,9%
Pulang Berobat Jalan Pulang Atas
Permintaan Sendiri
5.4 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan keadaan sewaktu pulang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
Berdasarkan gambar 5.7 dapat dilihat bahwa penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Langsa tahun 2009-2012 berdasarkan keadaan sewaktu pulang, yang paling banyak adalah pulang berobat jalan sebesar 88,1%, pulang atas permintaan sendiri sebesar 11,9% dan tidak ditemukan yang meninggal dunia.
Penyakit Asma Bronkial bersifat fluktuatif (hilang timbul), jadi tetap dikontrol setelah penderita pulang dari Rumah Sakit sehingga kondisi penderita Asma Bronkial menjadi lebih baik dan tidak menimbulkan kekambuhan yang lebih parah.12
Tingginya proporsi yang pulang berobat jalan, kemungkinan keadaan penderita sudah dinyatakan membaik oleh dokter yang merawat dan tetap dilanjutkan dengan pengobatan rawat jalan agar keadaan penderita terus terkontrol dengan baik. Pada penderita yang pulang atas permintaan sendiri, kemungkinan penderita merasa sudah sembuh, tidak adanya keluarga yang menjaga penderita saat dirawat diRumah Sakit, penderita mempunyai bayi yang masih menyusui sehingga tidak memungkinkan penderita lama dirawat di Rumah Sakit, dari berbagai kondisi tersebut sehingga penderita menghentikan sendiri pengobatannya di Rumah Sakit dan meminta izin untuk pulang kepada dokter yang merawat dan kondisi pasien memungkinkan untuk dirawat jalan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Melfa, B di RS Marta Friska tahun 2007-2008 didapat proporsi penderita Asma Bronkial tertinggi berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pulang dengan berobat jalan sebesar 89,2%.31
87% 13%
sumber biaya
Bukan Biaya Sendiri Biaya sendiri 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Sumber Biaya
Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan Sumber Biaya rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi Penderita Asma Bronkial Berdasarkan Sumber Biaya Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
Berdasarkan gambar 5.8 dapat dilihat sumber biaya yang paling banyak di gunakan penderita Asma Bronkial rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 adalah Bukan menggunakan biaya sendiri ada 175 orang (87,1%) dan yang menggunakan biaya sendiri 26 orang (12,9%)
Tersedianya asuransi-asuransi kesehatan untuk pegawai negeri, pegawai swasta dan Sudah adanya program pengobatan gratis dari pemerintah pusat dan daerah bahwa seluruh masyarakat yang berobat ke pelayanan kesehatan pemerintah tidak di kenai biaya.
Walaupun demikian masih ada penderita asma bronkial yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa membiayai sendiri pengobatannya. Pekerjaan penderita yang biaya sendiri rata-rata wiraswasta dan ibu rumah tangga. Daerah asal penderita semuanya masih berada dalam wilayah Aceh. Masih adanya penderita yang membiayai sendiri perawatannya kemungkinan Untuk program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA), baru di mulai pada bulan juni tahun 2010, jadi penderita yang di rawat inap mulai dari tahun 2009 sampai pertengahan 2010 belum ada program tersebut. Selain itu pada awal program JKA dimulai masih banyak kendala-kendala yang di hadapi seperti belum siapnya data yang akurat dari Pemerintahan Aceh pada awal diberlakukannya JKA sehingga masyarakat belum dapat memanfaatkan JKA, serta belum optimalnya pemanfaatan program JKA oleh masyarakat akibat kurangnya sosialisasi, dan kemungkinan lain masih ada penderita yang ingin membiayai sendiri perawatannya selain merasa terlalu sulit untuk mengurus syarat-syarat JKA seperti harus adanya surat rujukan dari puskesmas sehingga lebih memilih membiayai sendiri perawatannya.
70,1 82,8 29,9 17,2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Laki-laki Perempuan <55 ≥55 5.6 Analisa Statistik
5.6.1 Umur Berdasarkan Jenis Kelamin
Proporsi umur penderita Asma Bronkial berdasarkan jenis kelamin rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.9 Diagram Bar Perbedaan Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
Berdasarkan gambar 5.9 diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita Asma Bronkial dengan jenis kelamin laki-laki pada kelompok umur <55 tahun sebesar
70,1% dan pada rentang umur ≥55 tahun sebesar 29,9%, sedangkan proporsi
penderita Asma Bronkial dengan jenis kelamin perempuan pada rentang umur <55
tahun sebanyak 82,8% dan pada rentang umur ≥55 tahun sebanyak 17,2%.
Dari hasil analisa statistik dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,059) artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara umur dengan jenis
2,92
4,71
0 2 4 6
Pulang atas permintaan Sendiri Pulang Berobat Jalan
Lama rawatan rata-rata
Mean
kelamin penderita Asma bronkial. Proporsi penderita Asma Bronkial pada laki-laki dan perempuan ditemukan paling tinggi pada kelompok umur <55 tahun.
Asma Bronkial dapat terjadi di segala jenjang umur, pada orang dewasa dapat merupakan lanjutan dari Asma Bronkial pada masa anak-anak, kambuh kembali atau baru pertama kali muncul. Penderita Asma Bronkial pada usia dewasa lebih banyak terjadi pada perempuan dari pada laki-laki dan sepertiga dari kasus asma bronkial terjadi sebelum usia 40 tahun.23
5.6.2 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial berdasarkan keadaan sewaktu pulang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.10 Diagram Bar Perbedaan Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
Berdasarkan gambar 5.11 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata yang pulang berobat jalan adalah 4,71 hari (5 hari) dan yang pulang atas permintaan sendiri lama rawatan rata-ratanya adalah 2,92 hari (3 hari).
Dari hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p<0,05 (p=0,000), artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan keadaan sewaktu pulang. Lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial yang pulang berobat jalan dan lama rawatan rata-rata yang pulang atas permintaan sendiri.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sipayung, Julienso di RS Dr Pirngadi Medan tahun 2002-2003, yang mengemukakan bahwa proporsi penderita Asma Bronkial terbesar pada penderita yang pulang berobat jalan 3,93 hari dan pulang atas permintaan sendiri 3,25 hari.32
4
4,57
3,6 3,8 4 4,2 4,4 4,6 4,8
Biaya Sendiri Bukan Biaya sendiri
Mean
Mean 5.6.3 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya.
Proporsi lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial berdasarkan sumber biaya rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.11 Diagram Bar Perbedaan Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
Berdasarkan gambar 5.12 dapat dilihat bahwa terdapat 175 penderita yang menggunakan sumber biaya bukan biaya sendiri, lama rawatan rata-rata 4,57 hari (5 hari) dan terdapat 26 penderita yang menggunakan biaya, lama rawatan rata-rata 4 hari.
Dari hasil uji Mann-Whitney didapat nilai p>0,05 (p=0,126), hal ini menyatakan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan sumber biaya. Lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial berdasarkan sumber biaya tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
57,6 62,5 42,4 37,5 0 10 20 30 40 50 60 70
Pulang Berobat Jalan (PBJ) Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)
Kota Langsa Luar Kota Langsa 5.6.4 Daerah Asal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi daerah asal penderita Asma Bronkial berdasarkan keadaan sewaktu pulang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.12 Diagram Bar Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Daerah Asal Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012
Berdasarkan gambar 5.13 dapat dilihat bahwa penderita Asma Bronkial yang pulang berobat jalan berasal dari Kota Langsa sebesar 57,4% dan Luar Kota Langsa sebesar 42,4%. Pulang atas permintaan sendiri berasal dari Kota Langsa sebesar 62,5% dan Luar Kota Langsa 37,5%.
Hasil uji Chi-Square didapat nilai p>0,05 (p=0,815), artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara keadaan sewaktu pulang dengan daerah asal.
88,7 75 11,3 25 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Pulang Berobat Jalan (PBJ)
Pulang atas permintaan Sendiri (PAPS)
Bukan Biaya Sendiri Biaya sendiri 5.6.5 Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi sumber biaya penderita Asma Bronkial berdasarkan keadaan sewaktu pulang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 5.13 Diagram Bar Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa tahun 2009-2012
Berdasarkan gambar 5.14 dapat dilihat bahwa penderita Asma Bronkial yang pulang berobat jalan yang bukan biaya sendiri sebesar 88,7% dan biaya sendiri sebesar 11,3%. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri yang bukan biaya sendiri sebesar 75% dan biaya sendiri sebesar 25%. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi keadaan sewaktu pulang penderita yang bukan biaya sendiri lebih tinggi dari pada yang biaya sendiri.
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square terdapat 1 sell (25%) expected count yang besarnya kurang dari 5, sehingga uji Chi-Square tidak dapat dilakukan.