• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Epidemiologi Asma Bronkial

2.5.2 Faktor Risiko Asma Bronkial

Faktor host adalah organisme, biasanya manusia atau hewan yang menjadi tempat persinggahan penyakit. Host/Penjamu bisa saja terkena atau tidak terkena penyakit.22

1. Genetik

Asma Bronkial timbul karena faktor genetik / keturunan dan lingkungan. Asma Bronkial tidak dapat timbul semata – mata hanya karena faktor lingkungan, namun juga harus di latar belakangi oleh adanya bawaan/keturunan yang memiliki Asma Bronkial.8 Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita alergi. Jika salah satu orangtua menderita alergi, kemungkinan anaknya menderita alergi adalah 25-50% dan kemungkinan bertambah 50-75% bila kedua orangtuanya menderita alergi.23

2. Hipereaktivitas saluran napas

Asma Bronkial dengan orang normal yang membedakannya adalah sifat saluran napas pasien Asma Bronkial yang sangat peka terhadap berbagai rangsangan seperti iritan (debu), zat kimia (histamine, metakolin) dan fisis (kegiatan jasmani). Sebagian hipereaktivitas saluran napas diduga didapat sejak lahir, tetapi sebagian lagi didapat.24 3. Umur

Asma Bronkial dapat terjadi pada semua golongan usia. Sekitar setengah kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada anak sering timbul pada usia dibawah 4 tahun, masalah pengobatan timbul

justru sesudah usia ini. Karena alasan yang belum diketahui, serangan Asma Bronkial pada sebagian besar anak akan berkurang dan bahkan menghilang. Bahwa 60% Asma Bronkial anak akan menghilang pada umur 10 tahun, 75-80% menghilang pada usia 14 tahun. Asma Bronkial pada orang dewasa dapat merupakan kelanjutan Asma Bronkial yang terjadi pada masa kanak-kanak, atau Asma Bronkial yang kambuh lagi atau yang memang pertama kali muncul pada usia dewasa. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa usia 10-20 tahun mempunyai angka kesembuhan yang paling tinggi. Semakin meningkatnya usia angka kekambuhan juga semakin besar. Jadi jangan heran bila Asma Bronkial akan kembali lagi pada usia 60 tahun, meskipun anda telah bebas Asma Bronkial selama 40 tahun.23

4. Jenis kelamin

pada masa kanak-kanak, penderita Asma Bronkial pada laki-laki lebih banyak dari pada penderita perempuan, pada usia dewasa terjadi sebaliknya.23 Berdasarkan penelitian Sihombing di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2004-2007, menunjukkan bahwa proporsi Asma Bronkial berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah perempuan (61,4%) sedangkan proporsi Asma Bronkial pada laki-laki (38,6%).25

2.5.2.2 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit.22

1. Alergen

Alergen merupakan faktor pencetus Asma Bronkial yang paling sering dijumpai pada penderita Asma Bronkial. Beberapa alergen faktor pencetus Asma Bronkial :

a. Debu rumah dan tungau

Debu rumah terdiri dari berbagai alergen seperti potongan rambut dan berbagai serpihan kulit binatang seperti kecoak dan serangga. Salah satu Sumber alergen yang di timbulkan kecoak baik dari kotoran maupun urinnya bila sudah kering menjadi debu, merupakan alergen yang cukup kuat.

Tungau (Dermatophagoides pteronyssynus) selalu terdapat dalam debu rumah apalagi di daerah lembab. Berkembang biak sangat cepat terutama di kamar tidur karena makanannya adalah serpihan kulit manusia yang terlepas sewaktu tidur, dan juga hidup di karpet, buku-buku tua, barang-barang yang berbulu seperti selimut, gorden, kursi dan lain-lain. Reaksi alergi juga dapat ditimbulkan dari kotoran, air seni dan potongan-potongan badan yang telah mati yang berasal dari tungau.

b. Hewan peliharaan

Hewan peliharaan juga dapat menimbulkan Asma Bronkial seperti : anjing, kucing, kelinci serta kuda.23

c. Makanan

Makanan tertentu dapat menyebabkan serangan Asma bronkial pada beberapa orang. Alergi makanan ditemukan pada susu, telur, kacang, gandum,

ikan dan kerang. Makanan-makanan tersebut hanya akan memicu Asma Bronkial pada sejumlah kecil orang yang sensitif. Zat pengawet makanan seperti asam benzoate, dan zat pewarna kuning tartarazin yang di pakai dalam industri makanan dan minuman kadang-kadang dapat menimbulkan serangan Asma Bronkial.17,23

2. Infeksi Saluran Napas

Diperkirakan 2/3 penderita Asma Bronkial anak dan 1/3 penderita Asma Bronkial dewasa serangan Asma Bronkialnya ditimbulkan oleh infeksi saluran napas. Berbagai macam virus, seperti virus influenza sangat sering dijumpai pada penderita yang sedang mendapat serangan Asma Bronkial.

3. Tekanan Jiwa

Tekanan jiwa bukan penyebab Asma Bronkial tetapi pencetus Asma Bronkial. Tekanan jiwa juga bisa memperberat serangan Asma Bronkial yang sudah ada. Di samping gejala Asma Bronkial yang timbul harus segera diobati, penderita Asma Bronkial yang mengalami tekanan jiwa juga perlu mendapat nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Asma Bronkial yang berat bisa membawa masalah kejiwaan bagi penderita dan keluarganya. Serangan Asma Bronkial sering mengakibatkan kehidupan penderita terganggu baik di sekolah, pekerjaan maupun aktivitas lainnya dan dapat berakibat kepada keluarganya. 4. Olah Raga/Kegiatan Jasmani

Sebagian besar penderita Asma Bronkial akan mendapat serangan Asma Bronkial jika melakukan olah raga yang cukup berat. Macam, lama, dan beratnya

olah raga menentukan timbulnya Asma Bronkial. Lari cepat paling mudah menimbulkan Asma Bronkial, kemudian bersepeda, sedangkan renang dan jalan kaki yang paling kecil resikonya. Serangan Asma Bronkial karena kegiatan jasmani biasanya terjadi segera setelah selesai olahraga, lamanya sesak antara 10-60 menit dan jarang serangan Asma Bronkial timbul beberapa jam setelah olah raga.

5. Obat-Obatan

Obat yang sering mencetuskan serangan Asma Bronkial yaitu obat-obat yang termasuk golongan penyekat resptor-beta atau lebih dikenal dengan nama

“beta-blocker” golongan obat ini sangat sering dipakai untuk pengobatan penyakit

jantung koroner dan darah tinggi. Aspirin dan obat-obatan antirematik dapat mencetuskan serangan Asma 2-10% penderita Asma Bronkial.23

6. Polusi Udara

Polusi udara dapat terjadi di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Pendirian pabrik-pabrik yang mengeluarkan hasil sampingan berupa debu dan uap. Polusi dari asap kendaraan bermotor dan asap dari hasil pembakaran lainnya. Polusi udara di dalam rumah seringkali terjadi seperti asap rokok, semprotan obat nyamuk dan semprotan rambut yang dapat mencetuskan Asma Bronkial. Bagi penderita Asma Bronkial, rokok merupakan masalah yang nyata. Asap rokok dapat merusak paru-paru dan mungkin menghentikan kerja obat Asma Bronkial tertentu, seperti kortikosteroid inhalasi (suatu obat pencegah/preventer), sehingga tidak dapat bekerja dengan semestinya. Pada orang yang tidak merokok, terhirup

asap rokok dapat membuat gejala memburuk dan bahkan memicu serangan Asma Bronkial.17,23

Asma Bronkial pekerjaan (occupational asthma) adalah Asma Bronkial yang dipicu oleh zat-zat khusus yang terdapat di lingkungan kerja seperti enzim bakteri subtilis pada industri deterjen, debu kopi dan teh pada tempat pengolahan kopi dan teh, debu kapas pada industri tekstil, amoniak, sulfur dioksida, asam klorida, klorin pada industri kimia dan perminyakan. Keluhan akan terjadi setelah penderita terpapar dengan zat-zat tersebut, tetapi ada kalanya gejala baru timbul setelah 6-12 jam terpapar.23

2.6 Pencegahan Penyakit Asma Bronkial

Target utama pengobatan Asma Bronkial adalah pencegahan timbulnya serangan Asma Bronkial. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghindari faktor penyebab timbulnya Asma Bronkial. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk mengidentifikasi pemicu pada penderita Asma Bronkial dan menghindarinya.7

2.6.1 Pencegahan Primordial

Primordial prevention (pencegahan tingkat awal) memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit itu tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Prinsipnya upaya pencegahan primordial adalah mempertahankan gaya hidup yang sudah ada dan benar dalam masyarakat, serta memodifikasi, penyesuaian terhadap risiko yang ada atau berlangsung dalam masyarakat.26 Upaya yang dapat dilakukan antara lain : berprilaku

hidup bersih dan sehat, menghindari rokok, menghindari bahan pengawet, pewarna, makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, dan olah raga yang teratur.

2.6.2 Pencegahan Primer

Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit Asma Bronkial antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olah raga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat. Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga dahak mudah dikeluarkan. Banyak penderita kekurangan cairan pada serangan penyakit Asma Bronkial berat, Ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.

Lingkungan tempat penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit Asma Bronkial. Keadaan rumah harus diperhatikan, Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus, karena di tempat tersebut tungau sangat cepat berkembang biak.

Langkah-langkah mengurangi jumlah tungau debu rumah antara lain : 1. Bersihkan debu (gunakan alat penyedot debu) diseluruh rumah secara teratur. 2. Cucilah sarung atau penutup yang didesain khusus untuk kasur, guling dan bantal

3. Gunakan sarung atau penutup yang didesain khusus untuk kasur, guling dan bantal. Penutup ini menjadi penghalang dan mungkin akan mengurangi gejala Asma Bronkial.

Hewan peliharaan seperti kucing, anjing, burung perlu mendapat perhatian dengan menjaga kebersihan hewan peliharaan dan lebih baik lagi jika tidak memelihara hewan dirumah. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperti asap rokok, asap kendaraaan, uap bensin, semprotan nyamuk dan lain-lain yang mencetuskan penyakit Asma Bronkial harus dihindari.

Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, pergantian cuaca yang ekstrim atau olahraga yang melelahkan. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian, zat-zat kimia yang ada dilingkungan kerja yang dapat menimbulkan serangan Asma Bronkial sebaiknya di hindari atau menggunakan sarana pengaman seperti masker dan lain-lain.23

2.6.3 Pencegahan Sekunder

Jika dengan cara-cara pencegahan primer gejala Asma Bronkial masih tetap timbul maka barulah kita menggunakan obat-obatan antiasma. Tujuan pengobatan Asma Bronkial yaitu membebaskan penderita dari serangan Asma Bronkial atau mencegah serangan Asma Bronkial jangan sampai terjadi. Mengobati disini berarti menghilangkan gejala-gejala yang berupa sesak, batuk dan mengi. Keadaan yang sudah bebas dari gejala Asma Bronkial ini harus dipertahankan agar serangan Asma Bronkial jangan kembali.23

2.6.3.1 Pemeriksaan Penunjang

1. Spirometri

Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometer.

Gambar 2.2 Spirometri27

Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis Asma Bronkial adalah melihat respons pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator hirup (inhaler atau nebulizer). Caranya, setelah penderita menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu diminta meniupkan udara dengan cepat sampai habis ke dalam alat spirometer.28 Untuk anak yang sudah besar (>6 tahun) pemeriksaan faal/fungsi paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang sederhana dengan peak flow meter.29

2. Pemeriksaan Darah

Pada penderita yang mengalami stress, dehidrasi dan infeksi, leukosit dapat meningkat (15.000/mm3), sedangkan eosinofil meningkat diatas nilai

normal (normal = 250/mm3). Pada Asma Bronkial tipe alergi, eosinofil dapat meningkat sampai 800-1000/mm3. Bila peningkatan eosinofil ini melebihi 1000/mm3, ada kemungkinan peningkatan ini disebabkan infeksi, bila eosinofil tetap tinggi setelah diberi kortekosteroid, maka Asma Bronkial tipe ini disebut

steroid resistant bronchial asthma.10

Pemeriksaan analisis gas darah hanya dilakukan pada Asma Bronkial yang berat, saat penderita sudah tidak dapat lagi meniup spirometer, karena sudah terlalu sesak. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan berat ringannya suatu serangan Asma Bronkial, yang di ukur adalah tekanan oksigen dan tekanan karbon dioksida dan keasaman darah. Pada Asma Bronkial yang berat tekanan oksigen ini menurun, bila lebih berat lagi tekanan karbon dioksida meninggi dan darah menjadi asam.

3. Uji Kulit

Tes ini bertujuan untuk menunjukkan adanya antibody IgE spesifik dalam tubuh. Uji ini hanya mendukung anamnesis, karena uji alergen yang positif tidak selalu merupakan penyebab Asma Bronkial, demikian pula sebaliknya.

4. Pemeriksaan Rontgen

Pemeriksaan rontgen hanya sedikit membantu dalam diagnosis Asma Bronkial, karena pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan adanya penyempitan saluran napas. Tujuan pemeriksaan rontgen pada Asma Bronkial adalah untuk melihat adanya penyakit paru lain seperti empisema, tuberkulosis atau komplikasi Asma Bronkial, seperti infeksi paru atau pecahnya alveoli.

5. Uji Provokasi Bronkus

Pemeriksaan provokasi baru dilakukan bila dokter masih belum dapat memastikan diagnosis Asma Bronkial meskipun sudah melakukan berbagai macam pemeriksaan. Untuk menunjukan adanya hipereaktivitas bronkus dilakukan uji provokasi Bronkus. Ada beberapa cara melakukan uji provokasi bronkus seperti uji provokasi dengan histamine, metakolin, kegiatan jasmani, udara dingin, larutan garam, hipertonik, dan bahkan dengan aqua destilata.23 Provokasi dengan zat kimia penderita diminta untuk menghirup uap zat kimia. Sedangkan provokasi dengan kegiatan jasmani penderita diminta berlari cepat selama 6 menit sehingga mencapai denyut jantung 80-90% dari maksimum. Dianggap bermakna bila menunjukkan penurunan APE (Arus Puncak Ekspirasi) paling sedikit 10%. Sama halnya uji provokasi dengan alergen, hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap elergen yang di uji.28

2.6.3.2 Obat Asma Bronkial dikelompokkan menjadi :

1. Obat pereda/pelega (reliever)/Golongan bronkodilator a. Obat untuk serangan Asma Bronkial akut.

b. Obat yang dapat melebarkan saluran napas dengan jalan melemaskan otot-otot saluran napas yang sedang mengkerut.

2. Obat pencegahan serangan Asma Bronkial (preventer)/Golongan kortikosteroid sistemik

a. Obat yang menjaga agar peradangan saluran napas tetap terkontrol dan mencegah agar saluran napas tidak terus menyempit hingga tahap yang dapat menimbulkan serangan Asma Bronkial.

b. Tidak dapat segera menghilangkan gejala Asma Bronkial karena untuk mengurangi peradangan diperlukan paling sedikit 6-8 jam.

c. Diberikan bila obat-obat bronkodilator sudah tidak mempan lagi.17

3. Obat-obat yang sering digunakan bersamaan dengan obat antiasma seperti Antibiotika, antihistamin, obat batuk dan lain-lain.

Dokumen terkait