• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT ILMU MENURUT K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT ILMU MENURUT K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB - Test Repository"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.)

Disusun oleh

AFRA FADLILAH MEYLIMA 111-14-232

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

▸ Baca selengkapnya: ceramah tentang menuntut ilmu beserta hadisnya

(2)

i

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

KepadaYth.

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa :

Nama : Afra Fadlilah Meylima NIM : 111 14 232

Judul : ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT ILMU MENURUT K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB

Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimuqosahkan. Demikian agar menjdi perhatian.

Wassalamu’alaikumWarahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 18 Februari 2018

Pembimbing,

Prof. Dr. H. Mansur ,M.Ag.

(3)

ii

SKRIPSI

ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT ILMU MENURUT K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB

Oleh

AFRA FADLILAH MEYLIMA NIM: 111 14 232

telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 26 Maret 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan

Susunan Panitia Penguji :

Salatiga, 18 Februari 2018

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Suwardi, M.Pd.

NIP. 1967021 199903 1 002 Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd.

Sekretaris Penguji : Prof. Dr. Mansur, M.Ag.

Penguji I : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Afra Fadlilah Meylima

NIM : 111 14 232

Fakultas : TARBIYAHDAN ILMU KEGURUAN

Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Judul Skripsi : ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT ILMU MENURUT K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 18 Februari 2018

Yang menyatakan

AFRA FADLILAH. M

(5)

iv

MOTTO

(6)

v

PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah berupa skripsi ini ku persembahkan kepada :

1. Alm. KH. Zoemri RWS dan Ibi Nyai Hj. Latifah Zoemry beserta keluarga yang mendidikku di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, untuk menjadi orang yang lebih baik.

2. Kedua Orang tuaku Sukiman dan Suprihatin yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta semangat kepadaku selama ini.

3. Saudara-saudaraku terutama bulikku mbok Sukas yang saya sayangi. 4. Guru-guruku di Madrasah Islamiyah Matholi’ul Hidayah ( MIMH)

Sapuran Wonosobo, terutama kepada Bp. Kyai. Miftahul Amin dan dewan asatidz Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Alfalah ( PPTI ) Al-Falah Salatiga.

5. Semua santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah. 6. Kepada seseorang yang selalu memberi aku semangat dan doa

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis lantunkan dalam lisan dan hati atas segala

ni’mat dzohir dan bathin yang telah Allah berikan. Shalawat serta salam penulis

sanjungkan kepada manusia sempurna dan penyempurna segala kema’rufan Nabi

Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Adab Peserta Didik dalam Menuntut Ilmu Menurut K.H Ahmad Rifa’i dalam Kitab Athlab” dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak berbagai pihak yang turut serta membantu kelancaran proses pembuatan skripsi, baik secara material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Bapak Drs. H. Ahmad Sulthoni, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis dalam menempuh studi di IAIN Salatiga 5. Bapak Prof. Dr.H. Mansur, M.Ag. selalu Dosen Pembimbing Skripsi yang

dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Alm.KH. Zoemri RWS dan Ibi Nyai Hj. Latifah Zoemry beserta keluarga yang mendidikku di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah, untuk menjadi orang yang lebih baik.

7. Kedua Orang tuaku Sukiman dan Suprihatin yang telah mendoakan dan memberi kasihsayang serta semangat kepadaku selama ini.

8. Saudara-saudaraku di rumah dan terutama kepada bulikku mbok Sukas yang saya sayangi yang senantiasa memberi doa dan dorongan.

(8)

vii

10. Semua santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah. 11. Kepada seseorang yang selalu memberi aku semangat dan doa

12. Kepada teman-teman PPTI Al-Falah angkatan 2014 yang senantiasa memberi dukungan pula dan Miladil yang selalu setia menemaniku dan membantuku menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Salatiga, 18 Februari 2018

Yang menyatakan

AFRA FADLILAH. M

(9)

viii

ABSTRAK

Meylima, Afra Fadlilah. 2018. Adab Peserta Didik dalam Menuntut Ilmu Menurut

K.H Ahmad Rifa’i dalam Kitab Athlab. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing Prof. Dr. Mansyur, M.Ag. Kata Kunci : athlab, menuntut ilmu, peserta didik.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui Adab peserta didik dalam menuntut ilmu dalam kitab Athlab karya K.H Ahmad Rifa’i. Pertanyaan

yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah biografi K.H Ahmad Rifa’i,

Adab peserta didik dalam menuntut ilmu menurut K.H Ahmad Rifa’i dalam kitab

Athlab, dan relevansi Adab peserta didik dalam menuntut ilmu di era modern. Metode penelitian yang digunakan yaitu literature (kepustakaan). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati pada sumber-sumber tertentu ,mencari, menelaah buku-buku, artikel atau lainya yang bersangkutan dengan skripsi ini. Pengumpulan data dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan sekunder.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Adab peserta didik dalam menuntut

menurut K.H Ahmad Rifa’i dalam kitab Athlab meliputi : kewajiban menuntut

ilmu, dalam menuntut ilmu harus mencari guru yang ‘alim dan adil, tidak boleh

menyakiti perasaan guru, mencari keberkahan guru dengan selalu menaati perintah dan menjauhi larangan dari guru. Menuntut ilmu harus memiliki etika terhadap guru, tidak pernah melawan guru, tidak menyakiti perasaan guru, karena keberkahan sebuah ilmu ada pada ridho seorang guru. Relevansi Adab peserta

didik dalam mennutut ilmu menurut K.H Ahmad Rifa’i dalam menuntut ilmu

(10)

ix

DAFTAR ISI

NOTA PEMBIMBING ... i

PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Hasil Penelitian... 7

E. Definisi Operasional ... 8

F. Metode Penelitian ... 10

G. Sistematika Penelitian ... 13

BAB II : BIOGRAFI K.H AHMAD RIFA’I IBN MUHAMMAD A. Latar Belakang Historis ... 14

(11)

x

C. Riwayat Pendidikan dan Karir K.H Ahmad Rifa’i ... 22

D. Guru-Guru K.H Ahmad Rifa’i ... 26

E. Murid-Murid K.H Ahmad Rifa’i ... 28

F. Hasil Karya K.H Ahmad Rifa’i ... 31

G. Gambaran Kitab Athlab ... 44

BAB III : PEMIKIRAN K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB MENGENAI ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT ILMU A. Pengertian Peserta Didik ... 49

B. Menuntut Ilmu ... 52

C. Adab Peserta Didik dalam Menuntut Ilmu dalam Kitab Athlab... 55

BAB IV : ANALISIS ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT ILMU MENURUT K.H AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB Analisis adap Peserta Didik dalam Menuntut Ilmu Menurut K.H Ahmad Rifa’i dalam Kitab Athlab ... 66

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 89

C. Penutup ... 90

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan di Indonesia saat memang menghadapi problematika yang sangat kompleks dan menuntut pembenahan secara seksama. Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar mengajar berlangsung secara menari dan menantang, sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, telah menyebabkan berkembangnya gaya hidup meterialistik dan hedonistik dikalangan warga masyarakat. dampak yang lebih jauh dari gaya hidup tersebut merebaknya dekadensi moral ataupelecehan nilai-nilai agama, baik dikalangan orang dewasa, remaja, maupun anak-anak. Akan tetapi, banyak dikalangan remaja, karena secara psikologis masa remaja merupakan masa yang penuh teka-teki (pertumbuhanya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar sehingga perkembangan jiwa mereka ataupun karakter mereka berbeda-beda, kepribadian mereka susah ditebak), dilematis (merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju usia dewasa sehingga cenderung coba-coba) dan sangat rentan.

(13)

2

mengemban tugas untuk mempersiapkan perananya dimasa yang akan datang agar kelak menjadi manusia yang berkulaitas ( Ali dan Asrori, 2006:107).

Ilmu menjadi sarana bagi setiap manusia untuk memperoleh kesejahteraan dunia maupun akhirat, maka mencari ilmu hukumnya wajib. Mengkaji ilmu itu merupakan pekerjaan mulia, karena banyak orang yang keluar mencari ilmu dengan didasari iman kepada Allah SWT. Maka semua dibumi mendoakannya. Karena mencari ilmu itu memerlukan perjuangan fisik dan akal, maka Nabi pernah bersabda bahwa orang yang keluar untuk mencari ilmu akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT, karena Allah suka menolong orang yang mau bersusah payahdalam menjalankan kewajiban agama ( Juwariyah, 2010: 141).

Rasulullah SAW bersabda :

ةملسمو ملسم لك ىلع ةضيرف ملعلا بلط

“Menuntut ilmu adalah fardhu bagi setiap muslim dan muslimat” (H.R

Ibnu Majah no 223)

Dalam hadis di atas telah dijelaskan bahwa menuntut ilmu hukumnya wajib bagi semua orang Islam, dalam Islam mewajibkan untuk menuntut ilmu bukan tanpa alasan akan tetapi Islam memerintahkan hal tersebut karena ada keutaman yang terkandung bagi seseorang yang memiliki ilmu.

(14)

3

keberanian, ketegasan, kedermawana, dan kasih sayang. Dengan ilmu pula Allah memberikan keunggulan kepada Nabi Adam As atas para Malaikat. Dan Allah menyuruh para Malaikat untuk besujud kepada Adam. Keutamaan ilmu hanya kerena menjadi pengantar menuju ketaqwaan yang menyebabkan orang berhak mendapat kemulyaan disisi Allah dan kebahagiaan yang abadi, dalam syair Muhammad bin Hasan bin Abdillah menjelaskan :

دم احملا لكل ناونعو لضفو # هلهلأ نيز ملعلا ناف ملعت

دءاوفلا روخب يف حبساو ملعلا نم# ةدايز موي لك اديفتسم نكو

“ Tuntutlah ilmu karena ilmu merupakan perhiasan bagi pemiliknya, keunggulan dan pertanda segala pujian , jadikankanlah dirimu sebagai orang yang selalu

menambah ilmu setiap hari, dan berenanglah di lautan makna “(Ma’ruf Asrori,

2012 : 12-15).

Emha Ainun Najdib ( Cak Nun) berkata “ jika ilmu meningkat maka jiwa

akan meluas”, menurutnya orang pintar itu harus menyesuaikan diri dengan orang

bodoh, bukan orang bodoh yang harus menyesuaikan orang pandai. Karena apa gunanya kepandaian kalau tidak digunakan untuk menampung orang bodoh, apa gunanya mempunyai ilmu kalau tidak bisa menyesuaikan diri dengan orang bodoh ( Emha Ainun Nadjib, 2015:223).

(15)

4

dan peserta didik, dan dua ikon tersebut memiliki kewajiban tersendiri. Terutaman kaitannya dengan kewajiban ataupun etika peserta didik.

Dalam hal ini telah dipahami bahwa peserta didik memiliki beberapa kewajiban dalam menuntut ilmu, menurut Imam al-Ghazali (Muhammad Jawwad Ridla,2002:124-127) kewajiban atau wadlifah anatalain pertama, memprioritaskan penyucian diri dari akhlak tercela dan sifat buruk, kedua, menjaga diri dari kesibukan duniawi dan seyogyanya berkelana jauh dari tempat tinggalnya, dalam kitab alala karangan Al’alamah Syaikh Burhanuddin Az -zaarnuji :

Lungoho songko deso perlu ngudi kamulyan Kerono limang faidah den temu ing pelungan Siji ilange susah loro rizkine tambah

Kaping telu merkoleh ilmu nyebabake bungah”

Artinya :

“ Pergilah kamu keluar adri desamu

Karena ada lima manfaat yang akan kamu dapat Satu hilangnya ksesdihan dua tambah rizki

Ketiga mendaptkan ilmu yang membuat bahagia”

(16)

5

memecah konsentrasi, kelima, penuntut ilmu tidak mengabaikan suatu disiplin ilmu apapun yang terpuji, melainkan bersedia mempelajarinya hingga tahu akan orientasi dan disiplin ilmu yang diamaksud, keenam, penuntut ilmu dalam usaha mendalimi suatu ilmu tidak dilakukan secara sekaligus, akan tetapi perlu bertahap dan memprioritaskan yang terpenting (Muhammad Jawwad Ridla, 2002: 124-127).

Berkaitan dengan hal tersebut, kedudukan etika murid atau peserta didik dalam menuntut ilmu menempati posisi yang sangat penting. Sebab apabila murid mempunyai etika yang baik maka akan pula lahir dan batinya, akan tetapi apa bila etika dan akhlaknya buruk, maka rusaklah lahir dan batinya.

Pada masa sekarang ini banyak ditemukan adanya kekeliruan bagaimana dalam menuntut ilmu yang baik dengan tatakrama yang ada. Pada saat di sekolah anak sering tidak patuh dengan guru, ketika guru menjelaskan mereka asik berbicara dengan temanya, sehingga mereka tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan. Padahal guru merupakan spiritual father (bapak ruhani) bagi muridnya yang senatiasa memberi santapan jiwa dengan ilmunya (Soeharto, 2006:120)

(17)

6

patah tulang hidung setelah ditinjau oleh muridnya sendiri yang tidak terima setelah ditegur lantaran berbuat kesalahan di ruang kelas

(http://pojoksatu.id:27/09/2017).

Melihat kasus di atas menunjukkan bahwa kewajiban seorang peserta didik kurang diterapkan secara baik dan belum dipahami oleh peserta didik sehingga menjadikan peserta didik berani dengan guru.

Salah satu kitab yang membahas tentang menuntut ilmu yaitu kitab Athlab

( بلطا( karya K.H Ahmad Rifa’i ibn Muhammad yang dikarang pada tahun 1842 Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu yang terdiri dari 1 koras (Ridlo, 2016:88). Ridlo, Muhammad Amin. 2016. USFITA (Usul, Fiqh, Tasawuf).

Wonosobo:Manba’ul Anwar Press. KH Ahmad Rifa’i bin RKH. Muhammad

Marhum bin RKH. Abisuja’ alias Raden Soetjowidjojo yang brasal dari Kendal,

(18)

7

Beranjak dari latar belakang yang sudah penulis paparkan di atas maka

penulis mencoba menulis sebuah skripsi dengan mengangkat judul tentang “

ADAB PESERTA DIDIK DALAM MENUNTUT ILMU MENURUT K.H

AHMAD RIFA’I DALAM KITAB ATHLAB”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana biografi K.H Ahmad Rifa’i ibn Muhammad?

2. Bagaimana adab peserta didik dalam menuntut ilmu menurut K.H

Ahmad Rifa’i dalam kitab Athlab?

3. Bagaimana relevansi adab peserta didik dalam menuntut ilmu di era modern dalam kitab Athlab

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bigrafi K.H Ahmd Rifa’i

2. Untuk menjelaskan adab peserta didik dalam menuntut ilmu dalam kitab

Athlab karangan K.H Ahmad Rifa’i

3. Untuk mengetahui relevansi adab peserta didik dalam menuntut ilmu di era modern dalam kitab Athlab

D. Manfaat Hasil Penelitian

(19)

8

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi para akademis khususnya penulis untuk mengetahui lebih lanjut tentang adab peserta didik dalam menuntut ilmu dalam kitab Athlab. Dengan ini dapat memperluas kepustakaan yang dapat menjadi referensi penelitian-penelitian selanjutnya.

b. Untuk memberikan wawasan bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Agar dapat memberikan gambaran pada peserta didik betapa pentinganya menuntut ilmu.

b. Memberikan pengetahuan tentang adabp peserta didik dalam menuntut ilmu

c. Bahan acuan bagi para peserta didik agar memiliki semangat dalam menuntut ilmu.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan pembaca dalam memahami istilah dalan judul penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan-penjelasan definisi operasionalnya. Beberapa istilah yang dipandang perlu untuk dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Peserta Didik

(20)

9

peserta didik umumnya merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan oran lain untuk bisa tumbuh dan berkembang menuju kedewasaan (Siswoyo,2007:87).

Menurut Khoiron Rosyadi (2004) Anak didik sebagai komponen pendidikan yang tidak bisa terlepas dari sistem kependidikan, sehingga ada aliran pendidikan yang menempatkan anak didik sebagi pusat segala usaha pendidikan. Meningat pendidikan itu merupakn proses pembinaan dan perkembangan terhdap profesi fitrah yang dimiliki anak didik, maka ada hal-hal yang penting yang harus dipahami seorang pendidik. Rosyadi, Khoiron. 2004. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

2. Kitab Athlab

Kitab Athlab merupakan salah satu kitab karangan K.H

Ahmad Rifa’i,kitab ini berisi tentang kewajiban menuntut ilmu.

Kitab Athlab menggunakan bahasa terjemah atau biasa disebut bahas Tarajumah karena kitab tersebut merupakan kitab terjemahan dari kitab-kitab arab yang berupa syair atau nadzom. Adapun beberapa pembahasan yang ada dalam kitab Athlab diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kewajiban mencari ilmu

(21)

10

e. beberapa santri yang dianggap bodoh taqsir ( bodoh tidak ada usaha untuk belajar)

f. tanda-tanda mukmin yang jujur

g. mengistiqomahkan syukur kepada Allah SWT

h. Hati orang kafir adalah hati yang penuh dengan penyakit karena tanpa iman

F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitiaan keputakaan (Library Research), yaitu suatu bentuk penelitian terhadap literatur dengan pengumpulan data atau informasi dengan bantuan buku-buku

tentang K.H Ahmad Rifa’i dan kitab-kitab karangan K.H Ahmad

Rifa’i yang berkaitan dengan pemikiran mengenai peserta didik dalam

menuntut ilmu, yang ada di perpustakaan dan materi pustaka lainya. Dalam hal ini Arif Furchan,(1982:98), menegaskan bahwa penelitian kepustakaan yang dimaksud adalah studi yang sebenarnya digali dari buku-buku, disertai dengan indeks penerbitan berkala (majalah atau surat kabar), sistem penyimpanan dan pencarian informasi.

2. Sumber Data

(22)

11

Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan dikaji dalam permasalahan. Karena sifat dari penelitian literer, maka datanya besumber dari literatur. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah dari kitab karangan K.H Ahmad

Rifa’i dalam kitab Athlab. b. Sumber data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan peserta didik dan menuntut ilmu sebagai pendukung dalam pembahasan skripsi ini yang ada di dalamnya di anataranya:

1). Dwi Siswoyo, dkk. Ilmu Pendidikan.

2). Muhammad Jawwad Ridla. Tiga Aliran Utama Teori Pendidkan Islam

3). Khoiron Rosyadi. Pendidikan Profetik.

4). Buku-buku pendukung lainya 3. Tekhnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membaca buku-buku sumber, baik primer maupun sekunder b. Mempelajari dan mengkaji serta memahami isi yang ada dalam

(23)

12

c. Menganalisis sekaligus mengidentifikasi serta mengelompokan sesuai dengan masing-masing bab

4. Metode Analisi Data

Metode anslisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisi atau content analysis. Analisis ini adalah metode yang digunakan untuk menganalisis teks, sifatnya terus terang dan mengandung makna yang tersurat (Sarosa, 2012:71). Dalam menganalisis data dari pengumpulan data yang telah dilakukan penulis menggunakan analisis data sebagai berikut :

a. Deskriptif

Sebagai sebuah karya ilmiah yang bersifat literal, maka segala sesuatu yang terkait topik pembahasan hasilnya apa adanya sejauh yang dipahami penulis. Adapun tekhnik diskriptif yang penulis gunakan adalah analisis kualitatif. Dengan analisis ini akan diperoleh gambaran mengenai isi buku yang diteliti.

b. Content Analysis

(24)

13

G. Sistematika Penulisan

Penulisan karya ilmiah harus bersifat sistematis,di dalam penulisan skripsi ini pun harus dibangun secara berkesinambungan. Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang isinya adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Biografi tentang K.H Ahmad Rifa’i meliputi nasabnya,

kelahiran K.H Ahmad Rifa’i, masa kanak-kanak , cikal bakal menjadi

ulama, riwayat pendidikan, karya-karya serta ringkasan tentang kitab

Athlab.

Bab III : Pemikiran K.H Ahmad Rifa’i dalam kitab Athlab

mengenai peserta didik dalam menuntut ilmu.

Bab IV : Analisis adab Peserta Didik dalam Menuntutt Ilmu dalam kitab Athlabkarya K.H Ahmad Rifa’i.

(25)

14

BAB II

BIOGRAFI K.H AHMAD RIFA’I IBN MUHAMMAD

A. Latar Belakang Historis

Seorang ulama terkenal di Jawa Tengah bernama KH Ahamad

Rifa’i ibn Muhammad, pada abad 19 M, pasca perang Diponegoro. Beliau

dilahirkan di desa Tempuran Kendal, pada 9 Muharam 1208 H / 1786 M, dalam buku (Ahmad Syadzirin Amin,1995:40), disebutkan bahwa pada 9 Muharam adalah hari kamis, dan beliau wafat pada usia 84 tahun hari Ahad 6 Rabiul Akhir 1286 H/ 1870 M (Muhammad Amin Ridlo,2008:103). Dalam buku Gerakan Syaikh Ahmad Rifa’i dalam

Menentang Kolonial Belanda (Ahmad Syadzirin Amin,1995:40), disebutkan bahwa ada tiga macan perbedaan mengenai tanggal dan tahun

wafatnya K.H Ahmad Rifa’i. Pertama,ia meninggal pada hari Ahad manis tanggal 6 Rabiul Akhir 1286 H, dalam usia 85 tahun dalam hitungan tahun Hijriyah. Kedua, hari Ahad Rabiul Awwal 1070 M dalam usia 84 tahun menurut kalender Masehi. ketiga, menurut ulama generasi kedua, setelah generasi Haji Abdul Qahhar, Syekh Ain Abdul Muthalib Kendal, Ahmad

Bajuri yang berasal dari Batang, mengatakan bahwa Syaikh Ahmad Rifa’i

meninggal pada hari Kamis manis 25 Rabiul Awwal 1286 H, atau tahun Jim Awwal, dalam usia 84 tahun (Ahmad Syadzirin Amin,1995:99).

(26)

15

produktif baik karya asli maupun terjemahan. Bisa dikatakan beliau sebagai tokoh ulama yang menulis kitab dengan Jawa Pegon. KH Ahmad

Rifa’i yang terkenal dengan sebutan mbah Ripangi, merupakan ulama

yang mempunyai pengaruh kuat di kalangan santri-santrinya dan masyarakat luas. Santrinya terkenal dengan santri Tarajumah (Muhammad Bibit Suprapto, 2003:202).

Syaikh Ahmad Rifa’i seorang ulama intelektual lulusan Makkah

dan Mesir yang mempunyai reputasi tinggi, yang berjiwa patriotik, seorang ulama ahli fiqh, penyair, pengarang paling produktif, mubaligh handal, juru dakwah ulung, ahli sufi berorientasi fiqh, dan pendidik yang banyak muridnya. Ada sekitar 65 kitab yang dikarang beliau (Ahmad Syadzirin Amin, 1996:25).

Sebagai pembaharu dan pemurni Islam, KH Ahmad Rifa’i merasa

tidak puas dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat. Ia menanamkan kesadaran umat bahwa praktek kehidupan agama sudah jauh menyimpang dari tatanan syariah (Ahmad Syadzirin Amin, 1996:25-26).

Jelaslah bahwa K.H Ahamad Rifa’i atau mbah Ripangi adalah

seorang ulama besar, dan pengarang kitab yang produktif, baik dalam bab Ushul, Fikih, dan Tasawuf dalam (Muhammad Amin Ridlo,2008:106), kitabnya adalah Riayatul Himmah, kitab tersebut ada dua jilid yaitu yang terdiri dari 25 koras, dalam kitab tersebut membahas mengenai Ushul,fiqh dan Tasawuf (Muhammad Amin Ridlo,2008:106), kitab Abyanal Hawaij

(27)

16

dalam Riayatul Himmah jilid I , Tasawuf ada dalam kitab Riayatul Himmah jilid II (Muhammad Amin Ridlo,2008:106). Seorang ulama penantang penjajah Belanda yang radikal dan non cooperative, hingga rela hidup dalam pembuangan nan jauh dari tanah kelahirannya, tetapi pengaruhnya tetap hidup dan berkembang sampai sekarang (Muhammad Bibit Suprapto, 2003:208).

B. Waktu dan Tempat Kelahiran K.H Ahmad Rifa’i

Syekh Haji Ahmad Rifa’i lahir di desa Tempuran yang teletak di

sebelah selatan Masjid Agung Kendal pada hari kamis 9 Muharam 1208 H/1786 M dan meninggal pada usia 84 tahun hari ahad 6 Rabi’ul Akhir 1286 H/ 1870 M. Ayahnya bernama Muhammad Marhum, anak seorang penghulu landeraad Kendal bernama RKH. Abu Sujak alias Sutowidjojo (Muhammad Amin Ridlo,2008:103).

Sejak lahir hingga usia enam tahun Ahmad Rifa’i hidup diasuh

langsung oleh kedua orang tuanya. Sesuai dengan tradisi di kalangan santri, setiap anak dikenalkan huruf-huruf Arab, Alif, Ba’, Ta’, Tsa’, Jim,

Ha’diajarkan tulis menulis dan merangkai huruf menjadi bentuk kalimat

lalu dibaca. Dan diajari pula bacaan surat Fatihah, Al-Ikhlas, surat Falaq bin Nas hingga hafal. Dikenalkan siapa pencipta dirinya dan alam semesta, diajarkan bahasa kromo inggil, bahasa sopan santun pada orangtua pada kawan sebaya yang lazim digunakan di kalangan bangsawan keturunan

keraton. Selain itu Ahmad Rifa’i dilatih tatacara melaksanakan sholat

(28)

17

mengkaji Al-Qur’an bin Nadlar kepada seorang guru desa di Tempuran (Ahmad Syadzirin Amin,1995:42).

Ayahnya meninggal pada tahun 1207 H/ 1794 M, ketika beliau masih berusia 6 tahun, kemudian beliau diasuh oleh kakak iparnya

bernama KH. Asy’ari, seorang ulama terkenal di wilayah Kaliwungu. Dua

Tahun setelah ayahnya meninggal kakeknya meninggal dan dimakamkan di pemakaman Masjid Agung Kendal. Hanya dari ibunya saja Ahmad

Rifa’i mendapat asuhan dan bimbingan serta pengawasan selanjutnya.

Ibunya yang bernama Siti Rahmah semakin bertambah berat beban hidup yang ditanggung. Tujuh anak dalam rumah tangga sederhana, biaya hidupnya masih membutuhkan belas kasih ibundanya (Ahmad Syadzirin Amin,1995:42).

Sesuai dengan pesan Nabi :

اهيلع مه وبرضاو نينس عبس ء انبأ مهو ة لاصل اب مكد لاوأ اورم

عج اضملا يف مهنيب اوقرفو رشع ء انبأ مهو

Perintahlah kamu pada anak-anakmu untuk mengerjakan shalat setelah usia tujuh tahun dan memukulah kamu (karena pendidikan) pada anak-anakmu setelah berusia sepuluh tahun jika meninggalkanya” (Hadis Shohih riwayat Ahmad, Abu Dawud, Hakim dari Umar (Jalaluddin Suyuthi: Al Jamius Shaghir: Bairut, Darulfikri,1981,jld.II.hal.535.).

Maka untuk mengurangi beban berat Siti Rahmah dan demi kelangsungan pendidikan masa depan, setelah memasuki usia tujuh tahun,

Ahmad Rifa’i dibawa oleh kakak kandungnya Nyai Radjiyah ke

Kaliwungu dan tinggal di rumahnya. Selama di kaliwungu ia mendapatkan

(29)

18

kharismatik pendiri dan pengasuh pondok pesantren Kaliwungu, dalam sumber tidak dijelaskan nama pondoknya, dan dapat disimpulkan pondok

K.H Asy’ari masih apa tidak tidak disebutkan dalam sumber. Dari

permulaan mengaji ilmu agama sampai cabang-cabang dan rantingnya,

Ahmad rifa’i hampir tak pernah lepas dari binaan ulama Kaliwungu

keistimewaan yang merupakan tanda kekuasaan kebesaran Allah sebagai alamat cikal bakal ulama besar dikemudian hari, diperlihatkan kepada masyarakat kaum santri di Kaliwungu, terutama pada kakak iparnya Kiai

Asy’ari. “pada suatu malam gelap gulita Kiai Asy’ari secara diam-diam memeriksa para santri yang sedang berada dalam asrama pondok, tiba-tiba dikejutkan dengan seberkas cahaya menerangi asrama dan memancar tinggi ke atas. Dia menyangka cahaya itu berasal dari lampu milik anak santri yang sedang menelaah kitab, tetapi sangkaan itu meleset karena ternyata cahaya itu berasal dari lekuk di tengah-tengah perut (pusar)

seorang santri kecil yang belum diketahui identitasnya. Kiai Asy’ari

terheran karena belum pernah menyaksikan kejadian seperti itu, kemudian beliau bersiasat untuk menyobek sarung anak tersebut dengan dugaan besok ada salah satu anak yang akan menangis karena sarungnya

sobek,alasan mengapa sarung anak tersebut disobek karena K.H Asya’ri

benar-benar tidak tahu siapa anak kecil itu, sehingga inisiatif yang muncul adalah dengan cara menyobek sarung bagian bawahnya, sehingga nanti akan ketahuan siapa anak itu. Dan sungguh tepat sekali dugaan sang Kiai

asrama santri geger karena Ahmad Rifa’i menangis dan marah-marah

karena sarungya sobek, kemudia diatasi oleh Kiai Asy’ari dan diganti

dengan sarung yang baru. Dan ternyata santri yang memancarkan cahaya dari pusarnya adalah adik iparnya sendiri, yang menurut kepercayaan masyarakat sekitar adalah tanda cikal bakal menjadi ulama besar

dikemudian hari” (Ahmad Syadzirin Amin,1995:43-44).

Pada masa remaja Ahmad Rifa’i, atas pola dasar pemikiran itu.

(30)

19

keperluan lain kecuali menuntut ilmu agama pada kiai Asy’ari dan kiai

lainnya. Tiada hari tanpa mengaji, tiada waktu tanpa menuntut ilmu, tiada saat tanpa belajar semangat dan tiada hidup tanpa amar ma’ruf. KH

Ahmad Rifa’i mendasarkan pula pada cita-cita suci yaitu Pemuda

sekarang! Pemimping di masa mendatang!.

KH Ahmad Rifa’i di Kaliwungu Kendal belajar ilmu agama yaitu:

nahwu, shorof, fiqh, badi’, bayan, dan ilmu hadis Alqur’an ( Muhammad Amin Ridla, 2016:84). Dalam buku Gerakan Syaih Ahmad Rifa’i dalam

menentang Kolonial Belanda karya Ahmad Syadzirin Amin,1995:45, ilmu

pokok yang dipelajari KH Ahmad Rifa’i adalah ada 3 yaitu Ilmu Fiqh,

Ilmu Tasawuf dan Ketuhanan. Untuk memperluas pemahaman tentang ilmu-ilmu agama, KH Ahmad Rifa’i kemudian mendalami cabang-cabang beserta ranting-ranting yang berkaitan dengan tiga ilmu di atas, cabang-cabangnya di antaranya adalah :Ulumul Qur’an, Mushthalahuh Hadist,

Lugahotul Arabiyah, Balaghoh, Mantiq, Falak, Arudl, dan lain-lain. Setelah melampaui masa pancaroba dengan selamat menjadi orang

dewasa, Ahmad Rifa’i memulai babak baru di dalam meneruskan cita

-citanya. Yaitu mempersunting seorang gadis desa bernama Umul Umroh, mereka menikah dengan adat kebiasaan di sana. Semua kegiatan resepsi dilaksanakan dengan tertib.

Permualan dakwah KH Ahmad Rifa’i perlu perjuangan keras,

berangkat dari firman Allah dalam surat An Nahl ayat 125 :

(31)

20

“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk”.

Kiai Ahmad Rifa’i menyayangkan banyak orang mukmin yang

tergolong ahli agama (‘alim), bersekutu dengan pihak Hindia-Belanda,

dalam kitab Sawalih , beliau menulis : “Satengah alim akeh podo sarekat Maring raja negara dosa dhalim Lan raja kafir atine tan taslim Tan ngistoaken ing quran Adzim Nyatru ing panutan adil alim Artinya :

Diantara orang alim ada yang bersekutu Kepada raja yang berdosa dan dzalim

Dan kepada raja yang kafir hatinya tidak Islam Tidak mempertimbangkan Al-Quran Adzim

Membenci panutan yang adil alim (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2010:396).

Sebagai tokoh yang terisolasi dari lingkungan pejabat pemerintah

kolonial, Kiai Rifa’i tidak saja menentang pemerintah Hindia-Belanda,

(32)

21

Islam secara murni dan konsekuen. Dan ia juga menentang para pengulu yang berserikat dengan pemerintah Belanda, sehingga dalam kitab karangannya yaitu Riayatul Himmah beliau menuliskan :

Utawi wali fasik iku sah tinutur

Mlakeaken ing wong wadon sebab uzur Ora nang sekabehe wali adil lan jujur Ikulah werdi syara’ kang pitutur Artinya :

Bila wali fasik itu sah ucapanya

Menikahkan yang perempuan karena uzur Tidak semua wali itu adil dan jujur

Itulah tuntunan syarak yang benar

Sebagai protes keras beliau terhadap para penghulu yang dianggap tidak adil sehingga menurut beliau pernikahan tidak sah (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2010:396).Maka KH

Ahmad Rifa’i merasa terpanggil umtuk segera menyampaikan dakwah

kepada masyarakat Islam di sekitar Kendal. Bahwa sempat pula berdakwah keluar daerah, seperti ke Wonosobo. Dakwah Ahmad Rifa’i lebih mengajarkan ke masalah-masalah dasar seperti ibadah sholat, jamaah

dan shalat jum’at, serta tentang arah kiblat, penikahan dan muamalah.

Akan tetapi dakwah keras Ahmad Rifa’i tidak disukai oleh para ulama di

derah Kendal, oleh karena itu Ahmad Rifa’i di usir dari Kendal beliau

(33)

22

hanya di Kendal saja, melainkan di mana saja, kapan saja selama hukum-hukum Allah belum ditegakakkan secara maksimal (Ahmad Syadzirin Amin,1995:47-49).

K.H Ahmad Rifa’i juga pernah dipenjarakan di Wonosono gara

-gara pihak Belanda menganggap bahwa tindakan KH Ahmad Rifa’i terlalu

berlebihan ketika berdakwah di Wonosobo, beliau ditangkap dan dipenjarakan di Wonosobo tanpa melalui peradilan resmi, karena penahanan hanya bersifat preventif . akan tetapi ruapaya penjara bukan menjadi penghalang dakwah, menurutnya lebih baik di penjara daripada harus menaati peraturan pemerintah kafir yang merobek tatanan sayriat Islam dan tatanan budaya leluhur di bumi Nusantara ini (Ahmad Syadzirin Amin,1995:47-49).

C. Riwayat Pendidikan dan Karir KH Ahmad Rifa’i

Kebiasaan KH Ahmad Rifa’i dengan dakwah yang tegas tersebut

membuat was-was keluarga yang ada di Kendal, sebenarnya keluarga

Ahmad Rifa’i sudah sering menasehati beliau agar tidak bersifat keras

terhadap pemerintah agar dapat terhindar dari resiko yang membahayakan.

Ahmad Rifa’i adalah seorang ulama dan kader tangguh yang sudah

banyak makan asam garam perjuangan dakwah. Kendari resiko matipun akan dihadapi dengan sikap kesatria. Nampaknya dia diilhami semboyan :

Hiduplah merdeka! Atau matilah syahid!, sehingga dalam kancah

kehidupan Ahmad Rifa’i lebih mementingkan keselamatan agama dari

(34)

23

Ketika Ahmad Rifa’i berusia 30-an tahun meminta restu dari

keluarga di Kaliwungu dan Kendal untuk pergi menuntut ilmu ke Makkah. Mereka merestui permintaan tersebut, bahkan mereka berharap agar ia tidak cepat kembali ke kampung sampai suasana sudah tenang kembali. Namun sebenarnya keluarga kurang ikhlas dalam melepaskan Ahmad

Rifa’i ke Makkah karena mereka harus hidup jauh dengan Rifa’i (Ahmad

Syadzirin Amin,1995:51-52), tapi mereka harus merelakan sebab kepergian tersebut untuk maksud baik dan terhormat, yaitu untuk melaksanakan ibadah haji dan umroh, ziarah ke makam Rasulullah SAW, dan menuntut Ilmu Agama yang selama ini belum tersebar di Jawa.

Sekitar tahun 1230 H atau 1826 M Ahmad Rifa’i memutuskan

untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah dan menuntut ilmu di Makkah

selama 8 tahun. Di Makkah Ahmad Rifa’i menerima ilmu agama dari

Syaikh Isa al Barawi, Syaikh Faqih Muhammad bin Abdul Azizi Al Jaisyi

(al Habisyi) dan Syaikhul A’dham Ahmad Utsman. Guru-guru tersebut

mengajari mengenai Ahlusunnah (Ahmad Syadzirin Amin,1995:51-52).

KH Ahmad Rifa’i melanjutkan studinya ke Mesir, maksud beliau

pindah ke Mesir karena ingin menambah ilmu agama yang lebih banyak pada guru-guru yang berafiliasi dengan faham Imam Syafi’i, karena ia

(35)

24

Mesir. Imam Syafi’i wafat pada malam jum’at selesai shalat maghrib, 29

Rajab 204 H atau 19 juni 820 M dalam usia 54 tahun

Selama 12 tahun bermukim di Mesir, Ahmad Rifa’i berguru

kepada guru kenamaan di sana. Di antara guru-gurunya ialah Syaikh Ibrahim al Bajuri, penyusun kitab Hasyiah Al Bajuri Syarah Fathul Qarib al Mujib, atau Ghayatul ikhyishar karya Syaikh Abi Suja’ dalam madzhab Syafi’i (Ahmad Syadzirin Amin,1995:52-53).

Setelah KH Ahmad Rifa’i telah beberapa lama tinggal di Makkah

beliau berjumpa dengan Syekh Nawawi al-Bantani dan Syekh Muhammad Kholil dari Madura. Mereka sering berdiskusi tentang keadaan tanah air yang sangat memeprihatinkan terutama dalam hal pendidikan Islam. Sewaktu pulang ke tanah air, ketika ulama ini bertemu di atas kapal dan membicarakan bagaimana cara untuk mengentaskan umat dari belenggu kebodohan. Dalam diskusi tersebut mereka menetapkan, bahwa mereka berkewajiban menyusun kitab memakai metode yang sesuai dengan

keadaan setempat, dengan pembagian : Syekh Haji Ahmad Rifa’i

menerjemahkan fikih, Syekh Nawawi menerjemahkan ushuluddin,syekh Kholil menerjemahkan tasawuf.

Kesimpulan dari hasil diskusi mereka adalah: Menerjemahkan dan menulis kitab dalam bahasa daerah, mendirikan pondok pesantren di daerah masing-masing, melaksanakan kegiatan dakwah Islamiyah

(36)

25

Makkah, pulang ke Kendal ke kampung halamanya, dan pindah ke Kalisalak dan mendirikan pondok di sana ( Abdul Djamil, 2001: 16). Dan menurut Shadiq Abdullah ( 2006:32), dengan pendapat yang sama dengan

Abdul Jamil bahwa setelah menuntut ilmu ke Makkah K.H Ahmad Rifa’i

langsung pulang ke Kendal dan kemudian menetap di Kalisalak, Batang.

Sekembali dari Makkah beliau kembali ke Kendal dan ahirnya pindah ke Kalisalak Kabupaten Batang, kemudian mendirikan pesantren, selama 18 tahun (tahun 1255-1273 H), beliau mangajar santri-santrinya yang berasal dari berbagai daerah di pulau Jawa. Selama di Kalisalak beliau telah menulis lebih dari 60 kitab dan 500 tanbih yang berbentuk nadhom dan atsar, yang meliputi berbagai ilmu-ilmu ke-Islaman (Muhammad Amin Ridlo, 2008:104).

Tetapi Syekh Ahmad Rifa’i tidak hanya mengerjakan apa yang

telah disepakati bersama, karena sampai di kampung halaman beliau segera mengarang kitab yang tidak hanya berfokus pada masalah fikih, namun menyangkut semua problematika umat.

(37)

26

D. Guru-guru KH Ahmad Rifa’i

Silsilah guru-guru KH Ahmad Rifa’i, sebagaimana disebutkan

bahwa Syekh Ahmad Rifa’i di Makkah berguru dengan Syaikh Ahmad

Utsman dan di Mesir berguru dengan Syaikh Ibrahim al- Bajuri. Bila ditelusuri Silsilah Masikhah (matarantai guru-guru) kedua ulama besar itu

akan bertemu dengan Imam Syafi’i urutan ke-30 dari bawah, kemudian ke

atas dari imam tersebut akan brmuara kepada Rasulullah sebagai pembawa risalah kerasulan terahir dan termulya, seperti tersebut di bawah ini:

1. Allah SWT sebagai sumber pemilik wahyu

2. Malaikat Jibril pembawa wahyu dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW

3. Nabi Muhammad penerima wahyu Alqur’an ( wafat 1H.) 4. Imam Abdullah bin Abbas As-Shahabi (w: 68H.)

5. Imam ‘Atho’ bin Abi Rabbah al Maki al Quraisy( 115H.) 6. Imam Abdul Muluk bin Juraij (125H. )

7. Iman Muslim bin Khalid az-Zanji (160-an H)

8. Imam al-Mujtahid Muhammad bin Idris as-Syafi’i (204H.) 9. Syaikh Ibrahim bin Ismail bin Yahya al-Muzani (264H.) 10.Syaik Abul Qasim Utsman bin Said bin Bayar al- Anmari 11.Syaikh Abul Abbas Ahmad bin Suraji (306H.)

(38)

27

15.Syaikh Abdullah bin Yusuf al Juwaini (438H.)

16.Imamul Haramain Abdul Muluk bin Abdullah al Juwaini (478H.)

17.Hujjatul Islam Abu Hamid bin Muhammad al Ghazali ( 505H.) 18.Syaikh Abu Fadhol bin Yahya(560-an H.)

19.Syaikh Abul Qasim Abdul Karim al Rafi’i (623H.)

20.Syaikh Abdul Rahman bin Abdul Ghaffar al Quzwaini (665H.) 21.Syaikh Muhammad bi Muhammad Shahibus Syamil Shaghir 22.Syaikh al Kamal Siral al Ardabili

23.Syaikh Muhyiddin Syaraf al Nawawi(676H.) 24.Syaikh Islam ‘Ulauddin al Athar (750-an H.) 25.Al Hafidl Abdurahim bin Husaini al Iraqi (806H.) 26.Al Hafidl Ahmad bi Hajar al Asqolani(852H.) 27.Syaikhul Islam Zakaria al Anshari (925H.)

28.Syaikh Syihabuddin Ahmadbin Hamzah al Ramli (981H.) 29.Syaikh Ibnu Hajar al Haitami (983H.)

30.Syaikh Jamaluddin al Jamal Muhammad al Ramli (1004H.) Al Ramli ini mempunyai murid banyak, diantaranya Ali bin Isa al Halabi dan Ahmad bin Muhammad al Ghanami,kemudia: 31.Syaikh Ali bin Isa al Halabi (1010H.)

32.Syaikh Sultan al Mujazi

(39)

28

35.Syaikh al Syamsu al Hifni (1178H.)

36.Syaikh Abdullah bin Hijazi al Syarqowi (1227H.) 37.Syaikh Ibrahim al Bajuri (1276H.)

Syaikh Ahmad Rifa’i bin Muhammad bin Abi Sujak (286H.) (Ahmad Syadzirin Amin,1995:54-55).

E. Murid-murid KH Ahmad Rifa’i

Selama menetap di Jawa, Syaikh Ahmad Rifa’i mendirikan

pondok,pesantren di Kaliwungu Kendal dan kemudian di Kalisalak Batang, akan tetapi penulis belum menemukan nama pondok yang didiriakan beliau. Akan tetapi penulis menemukan sumber dari Ahmamad Syadzirin Amin (1996 : 13), di Kalisalak, Pondok tempat santri-santri mengaji dirusak, dan sebagian kitab yang tersisa diangkut Batang. Menurut Muhammad Bibit Suprapto (2003: 204), sekembalinya dari

Makkah Rifa’i mengasuh Pesantren kakak iparnya Kyai Asy’ari,

kemudian setelah itu pindah ke Kalisalak dan mendirikan Pondok Pesantren di sana, santrinya dari berbagai kota sperti Wonosobo, Pekalongan, hingga Pati.

Dari penulisan di atas dan berdasarkan sumber yang ada penulis tidak menemukann nama pondok yang didirikan oleh K.H Ahmad

Rifa’i,baik di Kendal maupun Batang, akan tetapi berdasarkan sumber di

atas hampir semua sumber menyatakan bahwa memang di dua daerah

(40)

29

Di kalisalak beliau mengajar santri-santri dari berbagai penjuru pulau Jawa ( Muhammad Amin Ridlo, 2008:104-107). Murid-murid KH

Ahmad Rifa’i di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kiai Ilham (Abu Ilham), Kalipucang Batang

2. Kiai Maufuro bin Nawawi, Keranggonan Limpung, Batang 3. KH Abdul Qahar, Bekinkin, Cepiring, Kendal

4. Kiai Abdul Aziz, Tempusari, Wonosobo

5. KH Muhammad Thubo bin Radan, Purwasari, Kendal 6. Kiai Abu Hasan, Tangkilan, Kepil, Wonosobo

7. Kiai Hasan Dimedjo bin Abu Hasan, Tangkilan, Kepil, Wonosobo

8. Kiai Abdul Hamid, Karangsambo, Wonosobo 9. Kiai Manshur, Sapuran, Wonosobo

10.Kiai Manshur, Ngadisalam , Wonosobo 11.Kiai Muhammad Iskaq, Candi, Wonosobo 12.Kiai Abdul Ghani, Ngadisalam, Wonosobo 13.Kiai Abdul Hadi, Dalangan, Kertek, Wonosobo 14.Kiai Muhammad Thayib, Kalibening, Wonosobo 15.Kiai Muhammad Hasan, Bugangan, Wonosobo 16.Kiai Muharrar, Bengkek, Purworejo

17.Kiai Imam Tani ( Mantani), Kutawinangun, Kebumen 18.Kiai Muhsin, Cempokomulya, Gemuh, Kendal

(41)

30

20.Kiai Asnawi, Wonoyoso, Buaran, Pekalongan 21.Kiai Idris bin Ilham, Kalipucang, Batang, Indramayu 22.Kiai Abdul Hadi, Karangsemut

23.Kiai Muhammad Ilyas Sembung, Kampil, Wiradesa, Pekalongan

24.Kiai Ahmad Hasan, Wiyanggong, Wiradesa, Pekalongan 25.Kiai Muhammad Thayib, Kalibari, Batang

26.Kiai Munawir, Wonobodro, Batang, Pekalongan 27.Kiai Abdul Manan, Terpuro, purwodadi, Grobogan 28.Kiai Abdul Fatah, Sikidang. Wonosobo

29.Kiai Kertoyudho, Plandi, Kertek, Wonosobo 30.Kiai Murdoko, Krakal, Karangluhur, Wonosobo 31.Kiai Kentol Jariyah, Wonoyoso, Buaran, Pekalongan 32.Kiai Cholifah, Longkeyan, Pemalang

33.Kiai Salamon, Wonosobo

34.Kiai Abdul Muhyi, Bekinkin, Cepiring, Wonosobo 35.Kiai Hasan Madjakir, Wonosobo

36.Kiai Mas Soemodiwerjo, Salatiga 37.Kiai Abdul Saman, Trobo, Kendal

38.Kiai Hasan Moecharam, Limbang, Wonosobo 39.Kiai Hasan Iman, Wonosobo

(42)

31

42.Kiai Srie Kasri, Wonosobo 43.Kiai Abdul Yahya

44.Kiai Mangoenpoetip 45.Kiai Abdoel Jalil

46.Sayyid Abdurrahman, Saparua, Ambon 47.Sayyid Abdullah, Ambon, Maluku 48.Sayyid Abu Bakar, Ambon, Maluku

49.Kiai Abdursyid, Tursino, Kutorajo, Kebumen, Puworejo 50.Kiai Hasan Murtojo, Tursino, Kutorajo, Kebumen, Puworejo 51.Kiai Hasan Mukmin

Hampir bisa dikatakan semua murid tersebut mengembangkan

ajaran Islam dan pemikiran Ahmad Rifa’i di daerah masing-masing

melalui sarana pondok pesantren dan majlis taklim.

F. Hasil Karya K.H Ahmad Rifa’i

Sebagai tradisi ulama-ulama Mutaqaddimin (dahulu) dan ulama-ulama Mutaakhirin (kumudian). Syaikh Ahmad Rifa’i disamping mengajar dan mendidik para murid juga sebagian waktunya dimanfaatkan untuk menulis. Karya-karya ilmiahnya mencapai sekitar 65 judul, kitab-kitab tersebut dikarang dari tahun 1254H sampai 1275H, di desa Kalisalak, Batang, Pekalongan.

Karya-karya ilmiah yang dihasilkan dari kecerdasan dan kemahiran

(43)

32

1. Surat undang-undang Biyawara (Maklumat) untuk anak murid di mana saja, sebuah surat yang berisi fatwa Syaikh Ahmad

Rifa’i tentang pentingnya mengamalkan Tarjamah Syari’ah

karangannya, tebal 20 halaman, 178 baris, berbentuk natsar, selesai tahun 1254 H.

2. Nasihatul Awam ( nasihat untuk kaum awam), kitab yang

membicarakan amar ma’ruf nahi mungkar, bentuk natsar, dan

selesai tahun 1254H atau 1837 M.

3. Syarihul Iman (penjelasan tentang Iman), membicarakan Iman, Islam, Ihsan, bentuk natsar, tebal 16 koras, 330 halaman, selesai tahun 1255H atau 1838M

4. Taisir (kemudahan), kitab yang membahas tentang shalat

jum’at menurut Imam Syafi’i qaul qadim dan qaul muktamad,

bentuk natsar, tebal 20 halaman atau satu koras, selesai tahun 1256H atau 1839M.

5. ‘Inayah (Pertolongan) sebuah kitab yang membahas tentang

khalifah Syar’iyah dan Dunyawiyah, berbentuk syair atau

nadzom, selesai tahun 1256H atau 1839H.

6. Bayan (penjelasan), sebuah kitab besar yang membahas ilmu

pendidikan dan dakwah Islam mencakup amar ma’ruf,

(44)

33

7. Targhib ( kegemaran ibadah), sebuah kitab tetang mengetahui tatacara mengetahui keagungan dan kekuasaan Allah (Ma’rifat)

8. dan rasa kecintaan kepada Allah berbentuk nadzom atau syair selesai tahun 1257H atau 1840 M.

9. Thariqod ( jalan kebenaran), kitab besar yang berisi tentang cara menempuh keridhoan Allah, berbentuk nadzon atau syair. Selesai tahun 1257H atau 1840M.

10.Thariqat ( jalan kebenaran), sebuah kitab yang membahas tentang jalan kebenaran dan pegangan hidup untuk menempuh keselamtan dunia dan ahirat, berbentuk natsar( prosa), selesai tahun 1257 H atau 1840 M.

11.Athlab ( menuntut), sebuah kitab kecil yang membicarakan hal menuntut ilmu agama, 1 koras atau 20 halaman, berbentuk nadzam, selesai 1259H atau 1842 M.

12.Husnul Mithalab (kebaikan ilmu yang dituntut), membahas ilmu Ushuluddin, Fikih dan Tsawuf. Berbentuk syair , 12 koras atau 136 halaman, dengan13 x 2 baris, selesai 1259H atau 1842 M.

13.Thulab (pencari kebenaran), kitab yang menjelaskan tentang kiblat di Jawa, berbentuk nadzam, selesai 1259 H atau 1842 M. 14.Abysar (mengupas), sebuah kitab kecil mengupas tentang arah

(45)

34

15.Tafriqah (pemisah hak dan batil), membicarakan soal kewajiban mukallaf kepada Allah dan masyarakat, berbentuk syair atau nadzom, 30 koras atau 596 halaman, selesai 1260 H atau 1843 M.

16.Asnal Miqasad ( ketetapan yang harus dikerjakan), menguraikan ilmu Ushuluddin, fikih, dan Tasawuf , terdiri dari 30 koras dengan 2 jilid besar, selaesai tahun 1261 H atau 1845 M.

17.Tafshilah ( perincian), tentang Iman, Islam dan Ibadah, berbentuk syair, selesai tahun 126H atau atau 1845 M.

18.Imdad (pertolongan), membahas sifat takabur dan segala akibatnya, berbentuk nadzam dan 22 halaman atau 226 x 2 baris, selesai tahun 1261 H atau 1845 M.

19. Irsyad (petunjuk), membahas tentang ma’rifat kepada Allah,

berbentuk nadzom 11 x 12 baris, selesai tahun 1261 H atau 1845 M.

20.Irfaq (memberi manfaat), membicarakan Iman dan Islam, merupakan ringkasan dari kitab-kitab aqidah Islamiyah, mirip dengan Takhyiroh Mukhtasor, berbentuk nadzam, satu koras atau 19 halaman, atau 186 x 2 baris, selesai tahun 1261 H atau 1845 M.

21. Nadzom arja’ (pengharapan, penangguhan), kitab tentang

(46)

35

berbentuk syair, sebanyak 5 koras ataun 96 halaman ( termasuk syair dan doa) selasai tahun 1261 H atau 1845 M.

22. Jam’ul Masail (kumpulan masalah-maslah),membicarakan tiga bidang ilmu agama yaitu Ushuluddin, Fikih dan Taswuf, berbentuk syair sebanyak 376 halaman atau 19 koras, selesai tahun 1261 H atau 1845 M. Kitab ini masih tersimpan di perpustakaan pribadi milik Prof. Dr. Snouck Hourgronje di Negeri Belanda ( saudara Drs. Abdul Djamil MA. Pada tahun

1991 telah melakukan penelitian tentang K.H Ahmad Rifa’i di

Universitas Leiden dan tempat lain di Negara Belanda, ia berhasil memfoto copy kita-kitab Ahmad Rif’i dan data-data lain. Kemudian dibawa pulang ke Indonesia sebagai bukti

otentik. Beliau juga menemukan adamya kitab Jam’ul Masail19

koras, di perpustakaan milik Prof. Dr. Snouck Hurgronje d Belanda) (Ahmad Syadzirin Amin,1995:54-55).

23. Jam’ul Masail (II), membicarakan bidang ilmu Tasawuf dan Fikih dengan bentuk prosa atau natsar, sebanyak 7 koras atau 136 halaman , selesai 1261 H atau 1845 MJam’ul Masail ( III), membicarakan tentang ilmu Tasawuf dengan bentuk natsar, sebanyak 6 koras atau 116 halaman, selesai tahun 1261 H atau 1845 M.

(47)

36

25.Tahsin (memperbaiki, mempercantik), menerangkan tentang kewajiban fidyah puasa, berbentuk syair 11 x 2 baris 22 halaman atau 208x 2 baris juga, selesai tahun 1260 H atau 1844 M.

26.Shawalih (perdamaian), membicarakan soal kerukunan ummat dan Ukhuwah Islamiyah, berbentuk nadzom selesai tahun 1262 H atau 1846

27.Miqshadi (tujuan), membahas soal bacaan surat Al-Fatihah yang benar, berbentuk nadzom selesai tahun 1262 H atau 1846 M.

28. As’ad (membahagiakan, menolong), kitab yang membahas soal

Iman dan Ma’rifat kepada Allah, berbentuk syair, selesai tahun

1262 H atau 1846 M.

29.Fauziah (keberuntungan, kemenangan), membicarakan sebagian dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil, berbentuk nadzom, selesai tahun 1262 H atau 1846 M.

30.Hasaniyah (kebagusan), membicarakan tentang fardhu mubadaroh bagi mukallap, berbentuk syair dengan 11 x 2 baris, selesai tahun 1262 H atau 1846 M.

(48)

37

32.Tabyianal Islah (perbaikan hubungan), menerangkan khusus fasal Nikah, Thalaq, Rujuk, dan lain-lain, berbentuk nadzom atau syair ,11 koras atau 216 halaman, selesai tahun selesai tahun 1263 H atau 1847 M.

33.Abyanal Hawaij (penjelasan beberapa hajat pokok), membicarakan bidang ilmu Ushuluddin (Teologi), Fikih dan Tasawuf,berbentuk nadzom, berisi 6 jilid besar, tebal 82 koras, 35.992 baris atau 1636 halaman dengan 11 x 2 baris, selasai tahun 1264 H atau 18478 M.

34.Tashriyatal Muhtaj(penguraian bagi yang membutuhkan),

membicarakan tentang muammalah atau bai’, dan lain-lain, satu

jilid besar, tebal 10 koras atau 196 halaman dengan 11 x 2, selesai tahun 1265 H atau 1879 M.

35.Takhyiroh Muhtashar (pilihan akidah yang diringkas), kitab kecil yang menerangkan soal Iman, Islam, dan Ihsan, berbentuk natsar, tebal 1 koras atau 20 halaman selesai tahun 1265 H atau 1848 M.

(49)

38

37.Mishbahah (lampu petunjuk), kitab membahas tentang orang yang meninggalkan shalat fardhu, berbentuk nadzam, tebal 23 halaman atau 390 baris dengan 19 x 2 baris, selesai tahun 1266 H atau 1849M.

38.Riayatul Himmah (penjagaan hendak mengerjakan ibadah), kitab ini membicarakan ilmu Ushuluddin, Fiqh, dan Tasawuf, berbentuk syair tebal 25 koras atau 496 halaman dengan 11x 2 atau 10.602 baris, selesai tahun 1266 H atau 1849 M.

39. Ma’uniyah ( bantuan, pertolongan), kitab yang membahas mukmin dan kafir, berbentu syair atau nadzom tebal 22 halaman dengan 19 x 2 baris atau 392 x 2 baris, selesai tahun 1266 H atau 1849 M.

40. ‘Uluwiyah (kemulyaan, ketinggian), sifat orang takabur dan akibat dari orang-orang yang menumpuk harta, berbentuk nadzom, tebal 22 halaman, dengan 19 x 2 dengan 390 baris, selesai tahun 1266 H atau 1849 M.

41.Rujumiyah (pelemparan), membicarakan akibat orang yang anti agama dan mengikuti adat maksiat, berbentuk syair dan tebal 39 halam dengan 19 x 2 atau 1378 baris, selesai tahun 1266 H atau 1849 M.

(50)

39

halaman, terdiri dari 790 baris, selesai tahun 1266 H atau 1849 M.

43.Basthiyah (keluasan dalam ilmu), kitab yang berisi tentang

kebenaran hujjah Alqur’an, dan sunah Rasul dan mencegah

bid’ah sesat, berbentuk syair dengan 11 x 2 baris, tebal 7 koras,

atau 136 halaman atau 2989 baris, selesai tahun 1267 H atau 1850 M.

44.Tahsinah (memperbaiki bacaan), menerangkan tajwid bacaan,

menurut Imam ‘Asham dengan bersandaran Imam Jazariy,

berbentuk nadzom tebal 5 koras atau 98 halaman 11 x 2 baris atau 2139 baris, selesai tahun 1268 H atau 1851 M.

45.Tazkiyah (penyembelihan binatang), menejelaskan hukum dan tatacara penyembelihan binatang dan yang berkaitan dengan perkara halal-haram dalam Islam, berbentuk syair, tebal 6 koras atau 120 halaman dengan 11 x 2 baris atau 2584 baris, selesai tahun 1269 H atau 1852 M.

46.Fatawiyah (fatwa-fatwa Agama), menjelaskan orang yang berhak mendapat gelar mufti dan penasehat agama yang penting untuk kaum awam, berbentuk nazdzom dengan 11 x 2 baris, selesai tahun 1269 H atau 1852 M.

(51)

40

48.Rukhsinah (kemudahan hukum), menerangkan kemudahan musafir dalam shalat jamak qasar, berbentuk syair, dengan 11 x 2 baris atau 40 baris, tebal 20 halaman, selesai dikarang tahun 1269 H atau 1853 M.

49.Maslahah (pembaharuan keadaa, reformasi), kitab yang membicarakan hukum pembagian harta pusaka, berbentuk syair, tebal 10 koras atau 200 halaman, dengan 11 x 2 baris atau 4360 halaman, selesai dikarang tahun 1269 H atau 1853 M. 50.Wadlilah (yang tampak jelas), membicarakan khusus manasik

haji, berbentuk syair, 12 koras atau 240 halaman, 11 x 2 atau 5244 baris, selesai dikarang tahun 1272 H atau 1855 M.

51.Munawirl Himmah (minwaril himmah: lampu penerang cita-cita), kitab yang berisi kalimat-kalimat yang mengingatkan orang yang baru meninggal dan orang yang masih hidup, 6 halaman, berbentuk nadzom, selesai dikarang tahun 1272 H atau 1855 M.

52.Tasyrihatal (penyiarab, penyebaran berita), kitab yang memuat tentang kewajiban esensial seorang pemuka agama, sebanyak 10 fasal, berbentuk syair, tebal 20 halaman dengan 11 x 2 baris, selesai dikarang tahun 1273 H atau 1856 M.

(52)

41

halaman denga 11 x 2 atau 624 baris, berbentuk syair dan selesai dikarang tahun 1273 H atau 1857 M.

54. Mirghabut Ta’at (yang menimbulkan keinginan patuh),

membahas kebenaran Iman dan Islam, berbentuk syair dan merupakan kitab ringkasan, tebal 26 halaman attau 536 baris, dengan 11 x 2 baris, selesai dikarang tahun 1273 H atau 1857 M.

55.Hujahiyah (Hujajiyah: mengalahkan), menerangkan tatacara dialog dan diskusi menurut Islam. Berbentuk nadzom dengan 19 x 2 baris. Selesai tahun 1273 H atau 1857 M.

56.Tashfiyah (penjernihan), menerangkan makna surat Fatihah, berbentuk syair dengan 19 x 2 baris, Selesai tahun 1273 H atau 1857 M.

57.700 Nadzom doa dan jawabnya,berisi berbagai bacaan yang muktabarah, bahasa Arab dan terjemahannya berbahasa Jawa. Berbentuk syair dengan 8 x 2 baris ditulis mulai 1270 H sampai 1273 M.

58.500 Tanbih Bahasa Jawa, setiap satu tanbihun berisi satu masalah agama. Berbentuk nadzom dengan 19 x 2 baris. Setiap tanbihun berisi 3 halaman atau 114 baris, dikarang sejak 1260-an sampai 1273 H. Maksud dari T1260-anbihun adalah

(53)

42

banyak kitab yangb berisi kata Tanbihun dan itu maksudnya adanya pergantian judul pembahasan dalam setiap kitab.

59.Sihhatun Nikah, (keabsahan nikah), merupakan ringkasan dari kitab Tabyanal Islah .

60.Nadzom Wiqayah (pemeliharaan, penjagaan), kitab yang

menerangkan amar ma’ruf dan perang fisabilillah, berbentuk

nadzom, dikarang sekitar tahun 1273 H atau 1857 M.

61.Tanbih Rejeng (miring), tanbih tulisan miring berisi fatwa-fatwa agama, berbentuk natsar terdiri dari puluhan judul, yang tidak menyebut tahun karangan.

62.Surat-surat penting, berisi fatwa-fatwa agama, yang ditunjukan kepada penghulu di Pekalongan dan di daerah lain. Disebutkan pula dalam surat tersebut sejumlah kitab karangan yang disita oleh penghulu, dan penolakan mereka terhadap ajaran-ajaranya. 63.Kitab tajwid , merupakan ringkasan kitab Tahsinah, tebal 41

halaman, dengan 11 x 2 baris tanpa tahun.

64.Kitab tanpa Judul ,(kemungkinan tersobek), yang berisi fatwa-fatwa agama, tebal 300 halaman dengan 11 x 2 baris tanpa tahun.

65. Puluhan lembar tulisan KH Ahmad Rifa’i, dengan bahasa

(54)

43

Apabila diamati mulai tahun 1254 H samapi 1275 H, Syaikh Ahmad Rifa’i

telah menulis karangan kitab sebanyak 65 karya tulis. Diantara tahun yang tidak mengarang kitab adalah 1258, 1264, 1268, 1271, 1274 dan 1275H, karena kesibukan beliau mengajar para santri, dan juga sulit untuk mendapatkan tinta. Tetapi bisa jadi juga karena tekanan politik dri Belanda. Atau juga bisa jadi kitab-kitab yang karang beliau pada tahun itu disita pihak Belanda (Ahmad Syadzirin Amin,1995:119-127).

Dari penulisan di atas, dapat diketahui bahwa K.H Ahmad Rifa’i

merupakan seseorang yang mempunyai cikal bakal seorang ulama, dari nasab keluarga beliau saja sudah dapat diketahui bahwa dia berasal dari keluarga yang kental dalam ilmu Agamnya, disebutkan pula kakek serta ayahnya selalu mengajarinya bab agama baik membaca ataupun menulis Al-Qur’an. Bahkan setelah ayah dan kakeknya meninggal beliau tinggal bersama kakak kandungnya di mana kakak kandung Rifa’i adalah istri dari seorang kiai di daerah Kendal yaitu

H. Asy’ari, kakak iparnyapun mengajari Rifa’i dengan berbagai ilmu pokok dan

Rifa’i juga belajar dengan para ulama di daerah sana. Setelah beliau menjadi

ulama santrinya pun banyak datang dari berbagai daerah di dekitar Jawa.

Dari riwayat pendidikan K.H Ahmad Rifa’i dapat diketahui bahwa belaiu

merupakan orang yang sangat rajin belajar dan selalu ingin belajar dan terus belajar, sembari dia sudah berkeluarga tidak menyurutkan semangatnya untuk pergi belajar ke Makkah dan Mesir, bahkan di sana sampai sekitar 2 tahun

(55)

44

dipungkiri pula Rifa’i adalah seorang yang sangat cerdas, dapat diukur dari

berbagai kitab yang telah beliau tulis, memang beliau terkenal sebagai seorang penulis yang produktif dengan berbagai karyanya di bidang Ushul, Fikih, maupun Tasawuf tertamanya, bahkan sampai sekitar 65 kitab yang beliau tulis. K.H

Ahmad Rifa’i merupakan seorang ulama yang tegas dalam berprinsip dan tidak

takut tantangan dari manusia, keculai yang beliau takuti hanya Allah semata, bahka pemerintahan Belanda belaiu tidak sedikitpun takut. Dan beliau mempunyai semangat keras untuk menegakkan hukum Allah yang sudah banyak diselewengakan terutama di daerah Jawa, dakwahnya memang agak keras tapi semua itu demi tegaknya syariat Allah.

G. Gambaran Kitab Athlab (بلطا)

Kitab Athlab adalah kitab yang berisi tentang kewajiban menuntut ilmu bagi semua orang. Dalam hal semua orang diwajibkan menuntut ilmu apabila tidak mau belajar (menuntut ilmu), maka mengajarlah (menjadi

guru). Dalam syair K.H Ahmad Rifa’i :

ينوملع عرش نكءاسورج همجرت # ينمن بلطأ مظن هل ىكيا ىكم

يتقرط ةنس لها يبهذم ةيعفاش# دمحم نبا يعافرلا دمحا جاح عكس

اتي # ةجاحد الله يهتنرف ينوكلاعاجن

ةعيرش ملع ايفوع نكء

Mongko ikilah nadzom athlab namane Terjemah jurusaken syarak ngilmune

Saking haji ahmad rifa’i ibn muhammad Syafi’iyah madzhabe ahli sunah thariqote

Nejo ngelakoni parintahe Allah dihajat Nyataaken ngupoyo ngilmu syariat Artinya:

(56)

45

Terjemahan yang menuju pada ilmu syarak

Dari Kyai Haji Ahmad Rifa’i ibn Muhammad Yang bermadhab syafi’i ahli tariqat

Berniat menjalankan perintah Allah

Menyatakan untuk menuntut ilmu syari’at

Dalam syair di atas menyatakan bahwa kita Athlab pembahasannya mengenai kewajiban menuntut ilmu.

ينوكف الله يعولونت عولوت ةوق عك # يناسوكس ملاسأ ستا بجو

ينلا نل كيجيب ودوب عا ىكهوريم# ينريعف عا ديو نل ىكيجب نوكا ستا

Wajib atas ahli Islam sakuwasane Tulung tinulunge Allah pakune Atas akon becike lan wedi ing Allah Meruhake ing bodo becik lan alane

Artinya :

Wajib untuk semua ahli agama dalam kuasanya Yang mampu saling tolong menolong karena Allah Dengan perintah kebaikan dan takut pada Allah

Memberi pengetahuan pada orang yang bodoh baik dan buruknya

Dalam syair di atas, menyatakan bahwa orang yang berilmu tidak diwajibkan menuntut ilmu, akan tetapi dia diwajibkan mengajarkan ilmu

pada orang yang bodoh ( Ahmad Rifa’i, 1842: 1-2).

Dalam kitab Bayan Awwal menjelaskan :

اهوهنب

Hujjah iro kabeh arep bener pepanggerane Kerono satuhune siro kabeh tinamune Tinakonan kabeh bisuk ahirat pertelane Artinya :

(57)

46 Karena hujjah untuk kebenaran Karena sesungguhnya kalian semua Akan menjadi pertanyaan diahirat nanti

Dalam nadzam di atas menjelaskan bahwa, mencari ilmu di dunia itu diwajibkan demi hujjah kebenaran, karena sesungguhnya nanti akan menjadi pertanyaan di ahirat. Maksudnya, menuntut ilmu itu diwajibkan

ketika di dunia, agar nanti akan menjadi bekal di ahirat (Ahmad Rifa’i,

jilid awwal :22)

Kitab Athlab sebuah kitab kecil yang membicarakan hal menuntut ilmu agama, 1 koras atau 20 halaman, berbentuk nadzam, selesai 1259H atau 1842 M. Kitab ini merupakan kitab kecil yang isinya mengenai kewajiban menuntut ilmu. Kitab dalam bahasa Jawa Pegon, atau biasa disebut dengan kitab Tarajumah .

Gambaran mengenai isi kitab Athlab antara lain adalah :

a. Kewajiban mencari ilmu

b. kewajiban saling tolong-menolong dalam mencari ilmu c. kewajiban orang yang alim untuk berbagi ilmunya d. orang bodoh taqsir tidak boleh mengajar

e. beberapa santri yang dianggap bodoh taqsir (bodoh tidak ada usaha untuk belajar)

f. tanda-tanda mukmin yang jujur

(58)

47

h. Hati orang kafir adalah hati yang penuh dengan penyakit karena tanpa iman. i. Kewajiban orang yang sudah Mukallaf

j. Tata krama seorang santri (Ahmad Rifa’i, 1842: 1-18).

Dapat dikatakan bahwa dalam kitab Athlab berisi mengenai kewajiban menuntut ilmu bagi siapapun, bagi mereka yang sudah pintar diwajibkan mengajar, dan diwajibkan tolong menolong dalam mencari ilmu, jadi bagi orang yang faham tentang suatu ilmu diwajibkan untuk mengajarkan kepada orang lain bukan hanya menyimpannya sendiri. Dalam kitab juga menyebutkan syarat seorang guru harus adil dan alim. Dalam kegiatan belajar mengajar tentunya ada etika-etika atau tata krama bagi seorang santri (peserta didik).

Dari biografi mengenai K.H Ahmad Rifa’i tersbut dapat diketahui

kelebihan dan kekurangan kitab karya Ahmad Rifa’i serta kelemahan serta

kelebihan pribadi seorang K.H Ahmad Rifa’i. Kelebihan kitab karya

beliau yaitu : pembahasan mengenai bab yang dibahas sangat lengkap, pembahasan masih relevan sampai zaman sekarang. Kekurangan dari kitab

karya Ahmad Rifa’i yaitu: bahasa yang digunakan menggunakan bahasa

(59)

48

Kelebihan sosok K.H Ahmad Rifa’i yaitu beliau merupakan

seseorang yang gigih dalam belajar, memiliki tekad yang kuat, selalu berpegang teguh terhadap keyakinannya, tidak mudah putus asa, cerdas dan tegas, selalu mementingkan kepentingan umat dibanding kepentingan pribadi. Kekurangan beliau yaitu, beliau merupakan orang yang sangat keras kepala, fanatik dalam penyampaian dakwah, keras dalam penyampaian dakwah.

Berkaitan dengan penulisan skripsi ini, peserta didik zaman sekarang yaitu peserta didik yang berada pada zaman serba modern, penulis berharap agar peserta didik tetap memahami posisi sebagai peserta didik, memahami kewajibannya, seperti tetap belajar denga rajin, selalu menghormati orang tua dan menghormati guru-guru di mana pun mereka belajar. Diharapkan pula untuk peserta didik di era modern ini dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya agar tidak salah pergaulan karena semakin maraknya kebebasan penggunaan android serta internet, diharapkan pula mereka selalu memiliki semangat dalam menuntut ilmu agar kelak menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama dan bermaRtabat serta berbobot dalam segala bidang.

BAB III

Referensi

Dokumen terkait

MOHAMMAD LUTFIANTO, 2016, Metode Kritik al-Alba>ni> dalam Kitab D } a ‘ i > f al-Adab al-Mufrad, Skripsi Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan

Di dalam kitab tersebut Nā ir ad- Dīn a - ūsī mengemukakan tentang hakikat ilmu dan keutamaannya, serta berbagai etika yang harus dilakukan bagi orang yang.

Judul Skripsi : Strategi Guru Fikih dalam Menumbuhkan Religiusitas Peserta Didik Melalui Pembelajaran Kitab Kuning di MTsN 2 Kediri Menyatakan dengan sebenarnya bahwa

Hal ini terlihat dari adanya kesamaan mengenai etika peserta didik menuntut ilmu menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dengan etika peserta didik menuntut ilmu

Setelah dilakukan kajian yang mendalam, diketahui terdapat adab interaksi peserta didik terhadap pendidik dalam surah al-Kahfi ayat 60-82 yaitu belajar dengan

6) Jika peserta didik menerangkan ringkasan hafalannya dan memberi kode hal-hal yang musykil dan faedah-faedah yang penting, hendaknya membahas melalui kitab- kitab

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etika peserta didik perspektif imam al ghazali terlah dalam kitab ihya’ ulumuddin yaitu, Seorang peserta didik harus membersihkan /

Dalam kitab Washoya al aba‟ lil Abna‟ terkait mengenai etika menuntut ilmu, bahwasanya kita sebagai generasi muda muslim harus mengerti, memahami dan mengamalkan