Namun pada kenyataannya kita tetap tidak lepas dari belajar di ruang virtual dengan interaksi digital. Artinya belajar di ruang virtual dengan interaksi digital merupakan bagian dari aktivitas sosial dan budaya yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan kita saat ini. Dari sini kita sangat memahami bahwa belajar di ruang maya dengan interaksi digital telah menjadi perilaku sosial dan budaya siswa saat ini.
Persoalannya kemudian apakah karakter siswa kita sejalan dengan budaya belajar di ruang maya dengan interaksi digital saat ini. Karakter siswa seperti apa yang dibutuhkan dalam budaya belajar di ruang virtual dengan interaksi belajar yang serba digital. Bagaimana mentransformasikan dan menginternalisasikan karakter peserta didik sesuai dengan kebutuhan budaya belajar di ruang maya dengan interaksi digital saat ini.
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN KITA
Dari sinilah, Pandemi Covid-19 melahirkan budaya belajar baru di dunia pendidikan kita, yaitu budaya belajar yang berlangsung di ruang virtual dengan interaksi digital (Putri, dkk., 2022). Pada akhirnya, kita terbiasa belajar di ruang virtual dengan interaksi digital (Sartika, 2021). Kita akhirnya sampai pada titik kecanduan belajar menggunakan perangkat digital di ruang maya.
Dengan keahlian tersebut, kita dapat mengatur kegiatan pembelajaran di ruang virtual dengan interaksi pembelajaran digital. Meskipun kegiatan pembelajaran di sekolah dapat dilakukan secara tatap muka, namun budaya belajar di ruang virtual tidak dapat dihilangkan dengan interaksi digital. Tak heran, meski PPKM dicabut yang berarti kegiatan pembelajaran di sekolah sudah bisa dilakukan di ruang kelas, pembelajaran di ruang virtual dengan interaksi digital tidak bisa ditinggalkan.
MENGIDENTIFIKASI INTERAKSI BELAJAR DIGITAL PESERTA DIDIK
Dari sini, interaksi yang diwujudkan siswa adalah hubungan sosial yang dinamis di sekolah. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dilakukan untuk mengubah sikap dan perilaku siswa. Secara alami, dalam proses pembelajaran ini, siswa terlibat dalam interaksi pembelajaran dengan siswa lainnya.
Di antara interaksi pembelajaran digital, penggunaan konsep blended learning bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan siswa. Interaksi pembelajaran sering dipandang sebagai hubungan tanggung jawab antara peran guru dan siswa. Interaksi pembelajaran digital ini menggunakan video sebagai media interaksi guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.
Bahwa siswa dapat memperoleh pengalaman yang menyenangkan dengan pembelajaran digital yang memuaskan bagi dirinya sendiri (Limilia dan Aristi, 2019). Media digital dan pembelajaran berperan dalam mengembangkan interaksi belajar siswa dalam perkembangan tahapan perkembangannya.
KONSEPTUALISASI KARAKTER PESERTA DIDIK
Dalam konteks kebutuhan transformasi karakter, pendidikan merupakan sarana untuk memperoleh karakter ideal peserta didik. Sebelum mengonsepkan karakter ideal peserta didik dalam proses interaksi pembelajaran yang dilakukan secara digital, terlebih dahulu kita harus menjelaskan masalah karakter. Tidak mengherankan jika karakter merupakan pegangan (trait/tingkah laku) yang menentukan arah suatu interaksi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa.
Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan bagi siswa dan guru agar proses interaksi belajar selalu menyenangkan. Menumbuhkan kebiasaan baik pada siswa sebagai bentuk pendidikan karakter melalui kegiatan belajar yang menyenangkan. Disini dapat kita identifikasi bahwa karakter dalam interaksi belajar siswa memiliki peranan penting.
Dalam interaksi pembelajaran ini, guru mempunyai tugas menjadikan siswa lebih manusiawi (humanistik) guna mewujudkan kesejahteraan belajar, yang dapat mengangkat derajat dan martabat siswa yang semula tidak tahu, menjadi pribadi yang berilmu dan memiliki keterampilan dan pengetahuan. (Freire, 1972) . Di sini, ini berarti bahwa siswa harus memiliki karakter dalam interaksi belajarnya yang sesuai dengan tuntutan belajarnya. Siswa juga diposisikan sebagai individu yang harus memiliki karakter siswa yang dibutuhkan dan mendukung proses interaksi belajar.
Siswa misalnya harus memiliki karakter yang baik dan bertanggung jawab, sehingga dapat dijadikan sebagai modal dasar untuk proses interaksi belajar. Berdasarkan fakta tersebut, kami mencoba membahas tentang sifat ideal siswa dalam interaksi pembelajaran secara paradigmatik. Kebutuhan karakter peserta didik yang dimiliki masih berorientasi pada bagaimana menanamkan pendidikan sebagai proses menuju kemandirian.
Agar dapat berinteraksi dengan baik dalam pembelajaran, maka siswa harus memiliki karakter yang kreatif dan inovatif. Sifat siswa di era digital dipengaruhi oleh teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat. Kreatif dan inovatif merupakan karakter utama yang menjadi kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran di era digital ini.
INTERNALISASI KARAKTER PESERTA DIDIK
Karakter-karakter tersebut merupakan karakter yang penting untuk dikuasai siswa di era pembelajaran interaksi dengan media dan sumber daya digital. Karakter ini juga harus diinternalisasikan dalam diri siswa melalui kegiatan pembelajaran berbasis perangkat digital. Tentunya internalisasi karakter religius dalam beragama bagi siswa dalam proses pembelajaran digital interaktif menjadi hal yang penting.
Karakter kreatif dan inovatif dalam berpikir berkaitan dengan kemampuan siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan inovatifnya dalam interaksi pembelajaran digital. Karakter kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran digital menjadikan siswa mampu menggunakan dan. Artinya, dalam kegiatan interaksi pembelajaran digital, guru harus membangun keterlibatan pribadi siswa dalam pembelajaran dengan baik.
Untuk itu, dalam interaksi pembelajaran digital, siswa harus diberikan tanggung jawab untuk melakukan tanggung jawab sesuai dengan kemampuannya. Dengan menginternalisasikan karakter tanggung jawab dalam kehidupan pribadi, sosial dan budaya, dimungkinkan untuk memperoleh karakter tanggung jawab dalam diri siswa melalui interaksi pembelajaran digital. Dalam interaksi pembelajaran digital, akan selalu ada tugas dan kewajiban yang harus diselesaikan siswa selama proses pembelajaran dengan perangkat digital.
Untuk itu, pemberian tugas dan kewajiban dalam interaksi pembelajaran digital merupakan sarana yang efektif untuk membangun atau memperoleh karakter tanggung jawab dalam diri siswa. Oleh karena itu, pemberian tugas dalam interaksi pembelajaran digital membangun kepribadian atau karakter peserta didik yang bertanggung jawab. Untuk itu penilaian dalam interaksi pembelajaran digital akan mampu mendorong siswa untuk selalu berperilaku bertanggung jawab dalam pembelajaran yang diinginkan secara sosial dan budaya.
Apresiasi dalam interaksi pembelajaran digital dilakukan sebagai langkah internalisasi karakter tanggung jawab siswa.
IDEALITAS KARAKTER PESERTA DIDIK DALAM INTERAKSI BELAJAR DIGITAL
Yang perlu kita bahas disini adalah karakter ideal siswa yang dibutuhkan di era digital. Dalam pembahasan di atas, kami menemukan dan mengidentifikasi tiga karakter penting yang harus dimiliki siswa di era digital, dimana interaksi pembelajaran dengan perangkat digital sudah seharusnya dan sudah dilakukan, yaitu karakter religius dalam beragama, karakter kreatif dan inovatif dalam berpikir, dan karakter tanggung jawab. . pribadi, sosial dan budaya. Ketiga karakter tersebut memungkinkan siswa memiliki integritas dalam menggunakan perangkat digital dalam interaksi pembelajaran.
Ketiga karakter tersebut kemudian harus diinternalisasikan dalam diri siswa melalui interaksi pembelajaran digital antara guru dan siswa di dalam kelas. Pembahasan di atas juga menjelaskan langkah dan upaya yang dapat dilakukan sekolah atau guru dalam merancang interaksi pembelajaran digital dalam menginternalisasi karakter religius dalam iman, karakter kreatif dan inovatif dalam berpikir, dan karakter tanggung jawab pribadi, sosial dan budaya pada peserta. mendidik. Sebuah gagasan penting yang akan memastikan bahwa karakter ideal siswa di era digital terdistribusi dan terinternalisasi dengan baik di kalangan siswa.
Karakter inilah yang menjadi dasar utama yang mampu mengkondisikan siswa untuk dapat menggunakan dan menggunakan perangkat digital dalam interaksi pembelajaran dengan baik dan benar. Era digital menuntut siswa untuk mengakses banyak pengetahuan dan informasi dari perangkat digital. Akibatnya siswa kehilangan kepribadiannya, kehilangan interaksi sosialnya dan tidak menghargai budaya masyarakat.
Internalisasi karakter yang bertanggung jawab akan membentuk kesadaran dan tindakan peserta didik agar tidak teralienasi dalam ruang pribadi, sosial dan budaya. Dari sinilah, melalui karakter tanggung jawab, cita-cita siswa akan terus berkembang dengan baik, terus melakukan aktivitas, pribadi, sosial dan budaya. Dengan ketiga cita-cita karakter siswa tersebut, interaksi pembelajaran digital dilakukan oleh siswa.
Hasilnya tentu saja melalui interaksi pembelajaran digital, siswa dapat menjadi individu yang memiliki karakter ideal yang sangat dibutuhkan di era digital.
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Interaksi Pembelajaran Online Siswa dan Guru Melalui Google Classroom: English For Learner” dalam Edu Scholar Journal: Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 1 Nomor 2 Tahun 2021. Pengaruh Media Pembelajaran Digital Animasi dan Kepercayaan Diri terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam pada Anak. Dampak pandemi Covid-19 terhadap kultur sekolah dan permasalahan sekolah di SD Negeri Jatisari” dalam Jurnal Wahana DIdaktika Volume 20 Nomor 2 Tahun 2022.
Pemanfaatan media digital dalam pembelajaran di masa pandemi” dalam Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya volume 11 nomor 2 tahun 2021. Literasi Digital: Penguatan Etika dan Interaksi Mahasiswa di Media Sosial” dalam Jurnal Masyarakat Mandiri volume 6 nomor 2 tahun 2022. Memiliki menempuh pendidikan S1 di Universitas Khairun Ternate pada tahun 2004; S2 di Universitas Negeri Malang tahun 2009; PhD di Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2013.
Jabatan yang dijabat : Ketua Badan Akademik Pendidikan Profesi Guru tahun 2022 sampai sekarang; Sekretaris Senat FKIP Universitas Khairun Tahun Koordinator Program Studi PPG PGSD Tahun Pusat Kajian Pedagogik Universitas Khairun Tahun Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2009-2011. (3) Pengaruh model pembelajaran Drta (directed reading and thinking activity) terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa menurut minat bacanya; Sedangkan publikasi buku dan hasil penelitian meliputi: (1) Penelitian Tindakan Kelas 2013; (2) Strategi dan teknik pembelajaran membaca tahun 2011; (3) Penilaian pendidikan tahun 2022; (4) Pengaruh model pembelajaran DRTA terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa menurut minat bacanya; (5) Pendidikan karakter di sekolah dasar; (6) Literasi sebagai pemenuhan kebutuhan pendidikan Indonesia; (7) Meningkatkan kemampuan menulis berita dengan media audiovisual; (8) Permainan Tradisional di Desa Bukumatiti Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat; (9) Menggunakan teknik skimming dan scanning untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman; (10) Pembelajaran menulis teks dengan strategi.
Telah menulis ratusan buku ajar tentang pendidikan anak usia dini, pengajaran bahasa Indonesia, dan keterampilan menulis, mengasuh anak, dan aktivitas membaca anak.