BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Resistensi insulin berarti ketidaksanggupan insulin memberi efek biologik yang normal pada kadar gula darah tertentu. Dikatakan resisten insulin bila dibutuhkan kadar insulin yang lebih banyak untuk mencapai kadar glukosa darah yang normal (Merentek, 2006).
Prevalensi dari resistensi insulin di dunia cukup tinggi. Tercatat 10-25% populasi telah terkena kondisi ini. Sebuah penelitian juga menyebutkan bahwa 1/3 dari populasi yang terlihat sehat, sebenarnya telah terkena resistensi insulin (Ezra, 2006). Pada negara maju seperti Amerika, prevalensi resistensi insulin mencapai seperempat dari total populasi (Radikova, 2003).
Telah terbukti pada berbagai studi bahwa resistensi insulin pada sindroma metabolik bertanggungjawab terhadap peningkatan angka kematian, dengan menderita penyakit jantung koroner, hal ini terjadi meskipun pada subjek non-diabetik (Ascaso , 2003).
(HOMA) merupakan metode yang paling berkorelasi dengan pengukuran baku emas resistensi insulin sehingga dapat disarankan untuk mengukur resistensi insulin (Simanjuntak, 2013).
Sindroma metabolik beresiko menyebabkan diabetes mellitus 5 kali lipat dan beresiko 2 kali lipat terjadinya penyakit kardiovaskular dalam 5 – 10 tahun ke depan (Kaur, 2013). Sindroma metabolik adalah kumpulan dari beberapa faktor penyebab yang memiliki resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler (Byrne, 2005).
up diperoleh prevalensi sindroma metabolik sebesar 34,8% (Panjaitan ,2006).
Yang disebut sindroma metabolik termasuk obesitas sentral, intoleransi glukosa atau diabetes, hipertensi dan dislipidemia dengan kadar trigliserida yang tinggi dan rendahnya kadar high density lipoprotein cholesterol, yang mempunyai resiko menyebabkan penyakit kardiovaskuler (Madsen,2012).
Berdasarkan data Riskedas tahun 2013 jika digunakan status gizi IMT prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9% dan laki-laki dewasa sebanyak 19,7%. Sedangkan berdasarkan lingkar perut , prevalensi obesitas sentral adalah 26,6%, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%) (Riskedas,2013).
Walaupun penyebab sindroma metabolik masih belum diketahui pasti, namun diduga patofisologi terjadinya sindroma metabolik dihubungkan dengan resistensi insulin dan obesitas sentral (Cornier, et. Al, 2008).
Berdasarkan data Riskedas 2013 penduduk >15 tahun didapatkan kolesterol total abnormal dengan kategori borderline 200–239 mg/dl dan tinggi > 240 mg/dl sebesar 35,9 %, HDL dengan kategori rendah (≤ 40
mg/dl) dengan prevalensi 22,9 %. Low-density lipoprotein (LDL) dengan kategori gabungan near optimal (nilai LDL 100-129 mg/dl) dan borderline
tinggi (nilai LDL 130 – 159 mg/dl) dengan prevalensi 60,3 % dan gabungan kategori tinggi (nilai LDL 160 – 189 mg/dl) dan sangat tinggi (nilai LDL ≥190 mg/dl) dengan prevalensi 15,9 %. Trigliserida abnormal dengan kategori borderline tinggi (150-199 mg/dl) dengan prevalensi 13,0 % dan kategori tinggi (200-499 mg/dl) dan sangat tinggi (≥500 mg/dl) dengan prevalensi 11,9 % (Riskesdas,2013).
Satu Penelitian menyatakan resistensi insulin berhubungan signifikan dengan kadar insulin puasa , total kolesterol, Low density lipoprotein (LDL), Trigliserida (TG), Very low density lipoprotein (VLDL) pada obesitas dibandingkan kontrol dan kadar high density lipoprotein cholesterol (HDL) sangat rendah pada obesitas dibandingkan kontrol (Gurung ,2013). Pada penelitian di Jepang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara resistensi insulin dan rasio lipid dari TG/HDL, TK/HDL, LDL/HDLC pada sindroma metabolik namun pada orang sehat resistensi insulin hanya berhubungan signifikan dengan rasio TG/HDL (Kawamoto, 2011).
TK/HDL dan TG pada laki-laki dengan berat badan normal dan pada wanita
overweight/obesitas (Zhang,2015). Sedangkan penelitian di Meksiko pada penderita sindroma metabolic, resistensi insulin berhubungan signifikan dengan peningkatan rasio TG/HDL (Chaves,2011).
Penderita sindroma metabolik umumnya terdapat di seluruh negara, hampir sepertiga dari penderita dengan hipertensi essensial beresiko menderita penyakit kardiovaskular dan gangguan ginjal, terutama penderita dengan sindroma metabolik (Redon, 2008). Penelitian di Korea menyatakan bahwa prevalensi sindroma metabolik 27% dari populasi umum, didapati sekitar 60% dengan hipertensi (Lee, 2011). Penelitian di Nigeria menyatakan dari penderita hipertensi baru 135 orang ditemukan angka prevalensi sindroma metabolik 40,74% (Adekunle 2014). Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah berkisar 25,8% (Riskesdas, 2013).
Sehubungan dengan data-data diatas, karena belum banyaknya penelitian tentang resistensi insulin pada sindroma metabolik di Indonesia, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan resistensi insulin yang menggunakan HOMA-IR dengan rasio profil lipid pada penderita sindroma metabolik di RSUP H.Adam Malik Medan.
Apakah ada hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan rasio profil lipid pada penderita sindroma metabolik .
1.3. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan rasio profil lipid pada penderita sindroma metabolik.
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan rasio profil lipid pada penderita sindroma metabolik.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran karateristik dari penderita sindroma metabolik
2. Untuk mengetahui kadar profil lipid pada penderita sindroma metabolik.
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Di bidang penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi data dasar tentang hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan rasio profil lipid pada penderita sindroma metabolik, sehingga dapat dipakai pada penelitian selanjutnya.
1.5.2. Di bidang Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai hubungan antara resistensi insulin (HOMA-IR) dengan rasio profil lipid pada penderita sindroma metabolik.
1.5.3. Untuk Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai sarana untuk melatih cara berfikir dan membuat suatu penelitian berdasarkan metodologi yang baik dan benar dalam proses pendidikan
1.5.4. Untuk Masyarakat.