• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ajeng Novita Sari 1) Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ajeng Novita Sari 1) Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta 1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)

189

Hubungan Motivasi Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Tindakan Pap

Smear Pada Wanita Usia Subur di Wilayah Gonilan

Correlation Between Motivation of Early Cervix Cancer Detection with Pap Smear Examination Behavior in Reproductive Age of Women in Gonilan District

Ajeng Novita Sari1)

Akademi Kebidanan Mamba’ul Ulum Surakarta1)

ajengnovitasari@yahoo.co.id

Abstract: Cervix cancer has become women’s health problem that should get serious concern. In Indonesia, there are about 40-45 new cases emerged every day, and 20-25 women are die from cervix cancer per day. It can be estimated that in every hour, a woman dies due to cervix cancer. These supposed to be minimized by primary prevention that is Pap Smear or IVA Test. The objective of this study is to know the correlation between motivation and Pap Smear test behavior of Reproductive age women in Gonilan District. This study used quantitative descriptive correlation with cross sectional method. The subjects are 50 reproductive age women in Gonilan district. We used purposive sampling method to obtain the subjects. Data collection were managed by using questionnaire and checklist, while data analysis used chi-square statistic test. The result shows that the majority of age joined in this study are 25-35 years’ old that is 46 women (92.0%); The respondent with Senior High School educational background is 35 women (75.0%); and there were 23 women (46.0%) working in private sector. The majority of reproductive age women, that is 27 people (54%), have not conducted for Pap Smear examination yet. There is significant correlation between motivation of early cervix cancer detection with behavior of doing Pap Smear test in reproductive age of women in Gonilan district (p=0.005).

Keywords: motivation of early detection, pap smear examination

Abstrak: Kanker leher rahim menjadi suatu permasalahan kesehatan wanita yang perlu mendapat perhatian serius.Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks. Hal tersebut seharusnya dapat ditekan dengan melakukan upaya pencegahan primer melalui pemeriksaan pap smear atau IVA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi dengan tindakan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif descriptif correlation dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah wanita usia subur di Wilayah Gonilan sebanyak 50 orang dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan checklist. Teknik analisis data menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden adalah 20-35 tahun sebanyak 46 orang (92,0%) dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 35 responen (75,0%) dan bekerja di sektor wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang (46,0%). Mayoritas motivasi wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah rendah yaitu sebesar 30 orang (60,0%). Mayoritas wanita usia subur belum pernah untuk melakukan pap smear yaitu sebesar 27 orang (54,0%). Ada hubungan yang bermakna antara motivasi deteksi dini kanker serviks dengan tindakan melakukan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan dengan p value (0,005 < 0,05).

Kata kunci : motivasi deteksi dini, pap smear

I. PENDAHULUAN

Kanker leher rahim menjadi suatu permasalahan kesehatan wanita yang perlu mendapat perhatian serius. Kanker leher rahim atau yang disebut dengan kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yaitu kanker yang terjadi pada serviks

uterus, suatu daerah pada organ

reproduksi wanita yang merupakan pintu

masuk ke rahim yang terletak antara uterus dengan liang sanggama (vagina) (Zuliyanti, 2015).

Kanker Serviks merupakan jenis kanker terbanyak yang ditemukan oleh Yayasan Kanker Indonesia setelah kanker

payudara. Menurut WHO sebanyak

490.000 perempuan didunia setiap tahun didiagnosa terkena kanker serviks dan 80 % berada di negara berkembang termasuk

(2)

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)

190

Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasus

baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang perempuan karena kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang

perempuan meninggal dunia karena

kanker serviks. Artinya Indonesia akan kehilangan 600-750 orang perempuan yang masih produktif setiap bulannya. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan, sekitar

sepertiga dari kasus-kasus kanker

termasuk kanker serviks datang ketempat pelayanan kesehatan pada stadium yang sudah lanjut dimana kanker tersebut sudah menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh sehingga biaya pengobatan semakin mahal dan angka kematian semakin tinggi (Hakim, 2015).

Insiden kanker serviks sebenarnya dapat ditekan dengan melakukan upaya pencegahan primer seperti meningkatkan atau intensifikasi kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat, menghindari faktor risiko terkena kanker, melakukan imunisasi dengan vaksin HPV dan diikuti dengan deteksi dini kanker serviks tersebut melalui pemeriksaan pap smear atau IVA (inspeksi visual dengan menggunakan asam acetat). Saat ini cakupan “screening” deteksi dini kanker serviks di Indonesia melalui pap smear dan IVA masih sangat rendah

(sekitar 5 %), padahal cakupan “screening”

yang efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena kanker serviks adalah 85%. (Septadina, 2015)

Deteksi dini kanker serviks yang dikenal umum adalah pap smear, yang biasanya dilakukan di rumah sakit di bagian laboratorium. Namun, ada pula cara alternatif yakni metode IVA. IVA merupakan pemeriksaan dengan cara mengamati secara inspekulo serviks yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%) selama 1 menit. Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas tegas yang menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi pra kanker. Program pemeriksaan atau screening yang ideal dan optimal untuk kanker serviks menurut WHO, sangat dianjurkan pada setiap wanita dan dilakukan setiap 3 tahun pada usia 25–60 tahun. Metode ini sudah banyak digunakan di Puskesmas, BPS, ataupun di Rumah Sakit. Metode inspeksi

lebih mudah, lebih sederhana, sehingga skrining dapat dilakukan dengan cakupan lebih luas dan diharapkan temuan kanker servik dini akan bisa lebih banyak (Samadi, 2010).

Pemeriksaan apusan Pap Smear saat ini merupakan suatu keharusan bagi wanita sebagai sarana pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini seyogyanya dilaksanakan oleh setiap wanita yang telah menikah sampai dengan umur kurang lebih 65 tahun bila dalam dua kali pemeriksaan apusan Pap terakhir negatif dan tidak pernah mempunyai

riwayat hasil pemeriksaan abnormal

sebelumnya. Pap Test (Pap Smear) merupakan pemeriksaan sitologik epitel

porsio dan endoservik uteri untuk

penentuan adanya perubahan praganas maupun ganas di porsio atau servik uteri. Pap Test (Pap Smear) yaitu suatu pemeriksaan dengan cara mengusap leher rahim (scrapping) untuk mendapatkan sel leher rahim kemudian diperiksa sel-selnya, agar dapat diketahui terjadinya perubahan atau tidak (Lestadi, 2009).

Setiap wanita usia subur (WUS) hendaknya termotivasi untuk melakukan tes IVA. Motivasi sangat berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu dimulai, disokong, dikuatkan, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektifitas macam apakah yang timbul dalam organisasi ketika semua

berlangsung. Motivasi merupakan

keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk

memuaskan kebutuhan individu

(Robbins,2008). Hal-hal yang

mempengaruhi motivasi adalah faktor phisik dan mental, faktor hereditas,

lingkungan, kematangan usia, faktor

intrinsik seseorang (pengetahuan,

pendidikan dan pekerjaan), fasilitas

(sarana dan prasarana), sosial budaya,

dan media yang digunakan. Faktor

lingkungan mempengaruhi motivasi karena semua kondisi yang berasal dari internal dan eksternal yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan

perilaku seseorang dan kelompok.

Sedangkan yang termasuk faktor intrinsik

yang mempengaruhi motivasi yaitu

pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan (Safa’ah, 2010).

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara terhadap 10 orang WUS di Wilayah Gonilan, diperoleh hasil 7 responden (70,0%) yang tidak

(3)

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)

191

melakukan papsmear karena merasa malu

dan takut untuk diperiksa dokter

sedangkan serbanyak 3 (30,0%)

responden yang melakukan pemeriksaan

pap smear yang disebabkan oleh

keinginan diri sendiri untuk mengetahui kesehatan dalam dirinya serta melihat dari

kasus tetangganya yang terdiagnosa

kanker serviks.

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah kuantitatif

descriptif correlation dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah wanita usia subur di wilayah Gonilan

sebanyak 50 orang dengan teknik

purposive sampling. Teknik pengumpulan

data menggunakan kuesioner dan

checklist. Selanjutnya peneliti melakukan

pengumpulan data kuisioner dan

melakukan penghitungan skor. Data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi ke dalam matriks pengumpulan data yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dan kemudian dilakukan analisis data. Hasil yang didapat kemudian dianalisis secara bivariat dengan uji statistik Chi Square (p ≤0,05).

III. HASIL PENELITIAN

Hasi peneitian menenai karakteristik

responden dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik f % Umur < 20 tahun 0 0,0 20-35 tahun 46 92,0 36-49 tahun 4 8,0 Total 50 100 Pendidikan f % SD 11 16,7 SMP 6 12.0 SMA 35 70.0 PT 9 18.0 Jumah 50 100 Pekerjaan IRT 17 34.0 Wiraswasta 23 46.0 Swasta 7 14.0 PNS 3 6.0 Total 66 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden adalah 20-35 tahun sebanyak 46 orang (92,0%)dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 35 responen (75,0%) dan bekerja di sektor

wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang (46,0%).

Hasil motivasi wanita usia subur untuk deteksi dini kanker serviks diperoleh hasil pada tabel 2.

Tabel 2. Motivasi Wanita Usia Subur untuk Deteksi Dini Kanker Serviks

Motivasi f %

Tinggi 20 40,0

Rendah 30 60,0

Total 50 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas motivasi wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah rendah yaitu sebesar 30 orang (60,0%).

Hasil tindakan wanita usia subur untuk melakukan pap smear diperoleh hasil pada tabel 3.

Tabel 3. Tindakan Wanita Usia Subur untuk Melakukan Pap Smear

Tindakan Melakukan Pap Smear f % Belum Pernah 27 54.0 Pernah 23 46.0 Total 50 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas wanita usia subur belum pernah untuk melakukan pap smear yaitu sebesar 27 orang (54,0%).

Hasil chi square hubungan motivasi

deteksi dini kanker serviks dengan

tindakan untuk melakukan pap smear dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Chi Square Hubungan Motivasi Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Tindakan untuk Melakukan Pap Smear

Motivasi Deteksi Dini Kanker Serviks Tindakan Melakukan Pap Semar 2 p valu e Belum Pernah Pernah F % F % Rendah 21 42,0 9 18, 0 7, 7 2 9 0,00 5 Tinggi 6 12,0 1 4 28, 0 Total 27 54,0 2 3 . 0 46, 0

Hasil uji Chi-Square menunjukkan p value (0,005 < 0,05), berarti ada hubungan yang bermakna antara motivasi deteksi dini

kanker serviks dengan tindakan

melakukan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan.

(4)

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)

192

IV. PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden adalah 20-35 tahun sebanyak 46 orang (92,0%).Umur adalah lamanya hidup yang telah dilalui

oleh seseorang. Wanita usia subur

dianjurkan secara rutin melakukan skrining

kesehatan secara berkala. Wanita

usiasubur berumur 30-50 tahun

merupakan sasaran deteksi dini kanker serviks dan payudara di Indonesia. Wanita dengan rentang usia tersebutmenjadi sasaran deteksi dini kanker serviks mengingat kanker serviks invasifbiasanya terjadi pada wanita berusia 30 sampai 50

tahun (Otto, 2013). Sumber lain

menyebutkan bahwa umur rata-rata wanita yang terserang kanker serviks adalah usia 50 tahun. (Yatim, 2010)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat pendidikan SMA sebanyak 35 responen (75,0%). Seseorang yang berpendidikan

lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuanyang lebih luas dibandingkan seseorang yang tingkat pendidikannya

lebih rendah.Tingkat pendidikan

merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Pernah atau tidaknya seseorang

melakukan pemeriksaan pap smear

merupakan salah satu cerminan perilaku kesehatan wanita khususnya terhadap

kesehatan reproduksi (Notoatmodjo,

2010). Hal ini diperkuat dari hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap motivasi ibu mengikuti deteksi dini kanker serviks (Ningrum, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden adalah bekerja di sektor wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang

(46,0%). Pekerjaan seseorang dapat

menentukan status sosial ekonominya. Status sosial ekonomi merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat

kemampuan sosial ekonomi akan

menambah tingkat pengetahuan

seseorang dan memudahkan dirinya untuk

mencukupi kebutuhannya terhadap

kesehatan, seperti melakukan

pemeriksaan IVA (Soekanto, 2006). Hal ini diperkuat dari hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa status ekonomi

berpengaruh terhadap motivasi ibu

mengikuti deteksi dini kanker serviks (Ningrum, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas motivasi wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah rendah yaitu sebesar 30 orang (60,0%). Deteksi dini kanker ialah usaha untuk mengidentifikasi atau mengenali penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes (uji), pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat untuk

membedakan orang-orang yang

kelihatannya sehat, benar-benar sehat, dan yang tampak sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan (Rasjidi, 2008).

Rendahnya motivasi ibu ini dapat

disebabkan karena rendahnya

pengetahuan yang dimiliki oleh ibu tentang kanker serviks. Hal ini terbukti dari hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap motivasi ibu mengikuti deteksi dini kanker serviks, hal ini berarti bahwa motivasi akan tumbuh jika seseorang

mengetahui dengan baik objek

motivasinya, termasuk motivasi dalam

mengikuti pemeriksaan pap smear

(Ningrum, 2012).

Pada Tindakan wanita usia subur untuk

untuk melakukan pap smear ,hasil

penelitian menunjukkan bahwa mayoritas wanita usia subur belum pernah untuk melakukan pap smear yaitu sebesar 27 orang (54,0%).Pap Smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel

cairan dinding leher rahim dengan

mengunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasil

yang akurat (Wijaya, 2010). Pap smear

dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya proses infeksi, kelainan pra kanker dan kanker di vagina dan serviks. (Lestadi,2009). Hasil pemeriksaan pap

smear dapat menunjukkan adanya

penyakit lain dalam vaginadan serviks,

diantaranya yaitu infeksi Human

papillomavirus yang memiliki hubungan yang kuat dengan kejadian kanker serviks.

Dengan diketahuinya penyakit atau

keabnormalan pada vagina atau serviks dari hasil pemeriksaan papsmear, maka

dapat dilakukan pengobatan yang

seksama sehingga akibat lebih lanjut menjadi kanker serviks dapat dihindari.

Rendahnya tindakan untuk melakukan pap smear di wilayah wilayah Gonilan

disebabkan karena kurangnya

(5)

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)

193

ini menurut peneliti disebabkan karena

promosi dan sosialisasi tentang masalah deteksi dini kanker serviks oleh petugas kesehatan ke masyarakat masih sangat kurang. Peningkatan pengetahuan tidak akan selalu menyebabkan perubahan

perilaku, namun memperlihatkan

hubungan yang positif antara kedua

variabel tersebut sehingga jika

pengetahuan tinggi maka perilakunya cenderung baik. Untuk berperilaku sehat,

masyarakat memerlukan sarana dan

prasarana mendukung. Seperti halnya pemeriksaan deteksi dini kanker leher

rahim dengan metode pap smear

memerlukan sarana prasarana seperti

tenaga kesehatan terlatih, alat-alat

pemeriksaan dan lain-lain.

Fasilitas-fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Hal ini

sesuai dengan penelitian yang

menyatakan bahwa adanya hubungan dukungan petugas kesehatan dengan deteksi dini kanker serviks melalui metode pap smear. Hal ini berarti bahwa semakin

banyak petugas kesehatan yang

memberikan dukungan terkait dengan deteksi dini kanker serviks melalui metode pap smear maka semakin banyak wanita usia subur yang melakukan tindakan pap smear (Damailia, 2015).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara motivasi deteksi dini kanker serviks dengan tindakan melakukan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan tindakan pap

smear pada wanita usia subur. (Widiani,

2015).

Motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap

kegiatan yang akan dikerjakan,

menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya dan menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan

atau dikerjakan akan memberikan

kepercayaan diri yang tinggi karena sudah

melakukan proses penyeleksian

(Notoatmodjo, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang (18,0%) mempunyai motivasi deteksi dini kanker serviks yang rendah tetapi pernah melakukan pap smear. Hal ini disebabkan karena adanya dukungan dari suami. Suami merupakan orang terdekat dengan responden. Dalam rumah tangga, perlakuan suami akan

mempengaruhi perilaku istri, dimana

dukungan suami terhadap tindakan pap smear yang dilakukan istri adalah dengan

bersedia mengantar ke layanan

kesehatan, dukungan dana, dan dukungan

persetujuan (Linadi, 2013). Hasil ini

diperkuat penelitian terdahulu yang

menunjukkan bahwa ada hubungan

dukungan suami dengan perilaku

melakukan pemeriksaan IVA. (Kurniawati,

2015) Faktor yang paling dominan

berhubungan dengan perilaku

pemeriksaan pap smear pada wanita usia subur (WUS) adalah faktor dukungan sosial. Berdasarkan hasil penelitian ini ibu-ibu yang melakukan pemeriksaan pap

smear sebagian besar sudah

mendapatkan dukungan suami dengan baik maupun cukup untuk melakukan pemeriksaan pap smear (Salmah, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 6 orang (12,0%) mempunyai motivasi deteksi dini kanker serviks yang tinggi tetapi belum pernah melakukan pap smear. Hal ini dapat disebabkan bahwa adanya motivasi tetapi diiringi rasa malu dan rasa takut untuk memeriksa organ

reproduksi serviks kepada tenaga

kesehatan, faktor biaya khususnya pada golongan ekonomi yang lemah, sumber informasi dan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang masih minim untuk

melakukan pemeriksaan Pap smear.

Selain itu, faktor agama atau keyakinan dan sosial budaya yang dianut wanita usia subur juga mempengaruhi keputusannya untuk tidak melakukan pemeriksaan Pap smear. (Ompusunggu, 2012)

Faktor penghambat lainnya adalah faktor sosial budaya dimana bahwa anggota keluarga turun-temurun tidak

pernah melakukan pemeriksaan Pap

(6)

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)

194

bahwa tanpa disadari kebudayaan telah

mewarnai sikap anggota keluarga untuk menuruti kebiasaan dalam keluarga untuk tidak melakukan pemeriksaan Pap smear sehingga pengaruh tersebut menyebabkan

mereka tidak ingin melakukan

pemeriksaan Pap smear. Rasa malu dan takut untuk melakukan pemeriksaan Pap smear juga menjadi alasan mayoritas responden dalam melakukan pemeriksaan organ reproduksi serviksnya. Sejalan dengan penelitian terdahulu bahwa faktor sosial budaya yang diyakini responden

mempengaruhi keputusannya untuk

melakukan pemeriksaan Pap smear

(Nurhasanah, 2008). V. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Mayoritas umur responden adalah 20-35 tahun sebanyak 46 orang (92,0%) dengan tingkat pendidikan

SMA sebanyak 35 responen

(75,0%) dan bekerja di sektor wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang (46,0%).

2. Mayoritas motivasi wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah rendah yaitu sebesar 30 orang (60,0%).

3. Mayoritas wanita usia subur belum pernah untuk melakukan pap smear yaitu sebesar 27 orang (54,0%). 4. Ada hubungan yang bermakna

antara motivasi deteksi dini kanker serviks dengan tindakan melakukan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan dengan p value (0,005 < 0,05).

DAFTAR PUSTAKA

Damailia, HT & Oktavia, TR. 2015. Faktor -Faktor Determinan Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Metode Pap Smear Pada Pasangan Usia Subur

(PUS). Gaster : Jurnal Ilmu

Kesehatan, 12 (2) , 99-106.

Hakim A, Buraerah, Salma, Ummu A, Wahyu A, Ikhsan , et al. 2015. Cervical Cancer and Its Impact on Patients Quality of Life in Fatimah

and Labuang Baji Hospitals,

Makassar. International Journal of

Sciences: Basic and Applied

Research, 24(3),187-202.

Kurniawati, I. 2015. Pengaruh

Pengetahuan, Motivasi dan

Dukungan Suami Terhadap Perilaku Pemeriksaan Iva Pada Kelompok Wanita Usia Subur Di Puskesmas

Kedungrejo. Tesis. Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lestadi, J. 2009. Sitologi Pap Smear: Alat

Pencegahan dan Deteksi Dini

Kanker Leher Rahim: Panduan Dokter Umum dan Bidan. Jakarta: EGC.

Linadi, KE. 2013. Dukungan Suami

Mendorong Keikutsertaan Pap

Smear Pasangan Usia Subur (PUS)

di Perumahan Pucang Gading

Semarang. Jurnal Kesehatan

Reproduksi, 4 (2), 61 – 71.

Ningrum, RS & Fajarsari, D. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Mengikuti Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Metode Inspeksi

Visual Asam Asetat (IVA) di

Kabupaten Banyumas Tahun 2012. Purwokerto : Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nurhasanah, C. 2008. Pengaruh

Karakteristik dan perilaku PUS Terhadap Pemeriksaan Pap smear di RSUZA Banda Aceh. Medan : USU

Ompusunggu, F & Bukit, EK. 2012.

Karakteristik, Hambatan Wanita

Usia Subur Melakukan Pap Smear di Puskesmas Kedai Durian. Jurnal Keperawatan Klinis,1,(1).

Otto, S. 2013. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC

Rasjidi, I. 2008. Manual Prakanker Serviks. Jakarta: Sagung Seto.

(7)

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)

195

Robbins, Stephen P, Timothy A. Judge.

2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Safa’ah, N. 2010. Faktor-Faktor yang

Berhubungan Dengan Motivasi

Wanita Usia Subur Yang

Melakukan Pemeriksaan Iva

Dalam Upaya Deteksi Kanker Serviks. Prodi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban.

Salmah, Rajab, Djulaeha. 2013. Faktor

Dominan yang Berhubungan

dengan Perilaku Pemeriksaan Pap Smear Pada Wanita Usia Subur. Jurnal Ilmu & Teknologi Ilmu Kesehatan,1,(1),5-11.

Samadi, P. 2010. Yes,I Know Everything About Kanker Serviks! Jakarta : Tiga Kelana.

Septadina, IS. 2015. Upaya Pencegahan

Kanker Serviks Melalui

Peningkatan Pengetahuan

Kesehatan Reproduksi Wanita dan

Pemeriksaan Metode IVA

(Inspeksi Visual Asam Asetat) di Wilayah Kerja Puskesmas Kenten

Palembang). Jurnal Pengabdian Sriwijaya.

Soekanto, S. 2006. Sosiologi suatu

pengantar. Jakarta: PT Raja

Gravindo Persada.

Widiani, Runiari, Prapti, 2015. Hubungan Motivasi Dengan Tindakan Pap Smear Pada Wanita Usia Subur Di

Wilayah Kerja Puskesmas II

Denpasar Barat. Denpasar :

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Wijaya, D. 2010. Pembunuh Ganas Itu

Bernama Kanker Serviks.

Yogyakarta: Sinar Kejora.

Yatim, F. 2010. Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Zuliyanti, NI & Widiastuti. 2015. Hubungan

Pengetahuan Ibu Tentang Kanker

Serviks Dengan Motivasi

Pemeriksaan IVA di Puskesmas

Rowokele Kabupaten Kebumen.

Jurnal Komunikasi Kesehatan, (edisi 11) P3M Akbid Purworejo, 6, (2).

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Responden  Karakteristik   f  %  Umur   &lt; 20 tahun  0  0,0  20-35 tahun  46  92,0  36-49 tahun  4  8,0  Total   50  100  Pendidikan   f  %  SD  11  16,7  SMP  6  12.0  SMA  35  70.0  PT  9  18.0  Jumah  50  100  Pekerjaan  IRT  17

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Strata Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tatanan rumah tangga dan kondisi sanitasi lingkungan dengan status BTA pada suspek TB Paru studi

Tugas akhir ini adalah tinjauan perencanaan geometrik dan tebal perkerasan kaku pada jalan batas kota Palembang – Tanjung Api-Api STA 33+300 – STA 41+500.. Proyek ini

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jumlah lalu lintas harian rata-rata yang melalui jalan perkerasan lentur Simpang Fajar – Lintas Bono Kabupaten

Berdasarkan beberapa tinjauan pustaka dari penelitian terdahulu yang telah dijabarkan, maka penulis akan membangun sistem pakar yang dapat mendiagnosa kelainan sistem ortopedi

Berbeda dengan penelitian lainnya yang menguji tingkat kesehatan dan pengaruh antara RGEC, CAMELS, dan kinerja keuangan perusahaan perbankan, penelitian yang dilakukan

Tahap selanjutnya (penelitian utama) dilakukan optimasi suhu dan mol FAME yang ditambahkan pada sintesa SPE dan menentukan derajat esterifikasi dari SPE hasil

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap variabel pengamatan pertumbuhan dan produksi tanaman bayam yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan berat segar tajuk dengan

Contoh: Kristus disimbolisasikan oleh seekor ikan, sebuah salib, atau seekor domba, atau oleh kombinasi huruf-huruf Yunani chi dan rho (cΡ = C dan R, dua huruf