ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)
189
Hubungan Motivasi Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Tindakan Pap
Smear Pada Wanita Usia Subur di Wilayah Gonilan
Correlation Between Motivation of Early Cervix Cancer Detection with Pap Smear Examination Behavior in Reproductive Age of Women in Gonilan District
Ajeng Novita Sari1)
Akademi Kebidanan Mamba’ul Ulum Surakarta1)
ajengnovitasari@yahoo.co.id
Abstract: Cervix cancer has become women’s health problem that should get serious concern. In Indonesia, there are about 40-45 new cases emerged every day, and 20-25 women are die from cervix cancer per day. It can be estimated that in every hour, a woman dies due to cervix cancer. These supposed to be minimized by primary prevention that is Pap Smear or IVA Test. The objective of this study is to know the correlation between motivation and Pap Smear test behavior of Reproductive age women in Gonilan District. This study used quantitative descriptive correlation with cross sectional method. The subjects are 50 reproductive age women in Gonilan district. We used purposive sampling method to obtain the subjects. Data collection were managed by using questionnaire and checklist, while data analysis used chi-square statistic test. The result shows that the majority of age joined in this study are 25-35 years’ old that is 46 women (92.0%); The respondent with Senior High School educational background is 35 women (75.0%); and there were 23 women (46.0%) working in private sector. The majority of reproductive age women, that is 27 people (54%), have not conducted for Pap Smear examination yet. There is significant correlation between motivation of early cervix cancer detection with behavior of doing Pap Smear test in reproductive age of women in Gonilan district (p=0.005).
Keywords: motivation of early detection, pap smear examination
Abstrak: Kanker leher rahim menjadi suatu permasalahan kesehatan wanita yang perlu mendapat perhatian serius.Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks. Hal tersebut seharusnya dapat ditekan dengan melakukan upaya pencegahan primer melalui pemeriksaan pap smear atau IVA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi dengan tindakan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif descriptif correlation dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah wanita usia subur di Wilayah Gonilan sebanyak 50 orang dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan checklist. Teknik analisis data menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden adalah 20-35 tahun sebanyak 46 orang (92,0%) dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 35 responen (75,0%) dan bekerja di sektor wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang (46,0%). Mayoritas motivasi wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah rendah yaitu sebesar 30 orang (60,0%). Mayoritas wanita usia subur belum pernah untuk melakukan pap smear yaitu sebesar 27 orang (54,0%). Ada hubungan yang bermakna antara motivasi deteksi dini kanker serviks dengan tindakan melakukan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan dengan p value (0,005 < 0,05).
Kata kunci : motivasi deteksi dini, pap smear
I. PENDAHULUAN
Kanker leher rahim menjadi suatu permasalahan kesehatan wanita yang perlu mendapat perhatian serius. Kanker leher rahim atau yang disebut dengan kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yaitu kanker yang terjadi pada serviks
uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu
masuk ke rahim yang terletak antara uterus dengan liang sanggama (vagina) (Zuliyanti, 2015).
Kanker Serviks merupakan jenis kanker terbanyak yang ditemukan oleh Yayasan Kanker Indonesia setelah kanker
payudara. Menurut WHO sebanyak
490.000 perempuan didunia setiap tahun didiagnosa terkena kanker serviks dan 80 % berada di negara berkembang termasuk
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)
190
Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasusbaru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang perempuan karena kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang
perempuan meninggal dunia karena
kanker serviks. Artinya Indonesia akan kehilangan 600-750 orang perempuan yang masih produktif setiap bulannya. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan, sekitar
sepertiga dari kasus-kasus kanker
termasuk kanker serviks datang ketempat pelayanan kesehatan pada stadium yang sudah lanjut dimana kanker tersebut sudah menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh sehingga biaya pengobatan semakin mahal dan angka kematian semakin tinggi (Hakim, 2015).
Insiden kanker serviks sebenarnya dapat ditekan dengan melakukan upaya pencegahan primer seperti meningkatkan atau intensifikasi kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat, menghindari faktor risiko terkena kanker, melakukan imunisasi dengan vaksin HPV dan diikuti dengan deteksi dini kanker serviks tersebut melalui pemeriksaan pap smear atau IVA (inspeksi visual dengan menggunakan asam acetat). Saat ini cakupan “screening” deteksi dini kanker serviks di Indonesia melalui pap smear dan IVA masih sangat rendah
(sekitar 5 %), padahal cakupan “screening”
yang efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena kanker serviks adalah 85%. (Septadina, 2015)
Deteksi dini kanker serviks yang dikenal umum adalah pap smear, yang biasanya dilakukan di rumah sakit di bagian laboratorium. Namun, ada pula cara alternatif yakni metode IVA. IVA merupakan pemeriksaan dengan cara mengamati secara inspekulo serviks yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%) selama 1 menit. Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas tegas yang menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi pra kanker. Program pemeriksaan atau screening yang ideal dan optimal untuk kanker serviks menurut WHO, sangat dianjurkan pada setiap wanita dan dilakukan setiap 3 tahun pada usia 25–60 tahun. Metode ini sudah banyak digunakan di Puskesmas, BPS, ataupun di Rumah Sakit. Metode inspeksi
lebih mudah, lebih sederhana, sehingga skrining dapat dilakukan dengan cakupan lebih luas dan diharapkan temuan kanker servik dini akan bisa lebih banyak (Samadi, 2010).
Pemeriksaan apusan Pap Smear saat ini merupakan suatu keharusan bagi wanita sebagai sarana pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini seyogyanya dilaksanakan oleh setiap wanita yang telah menikah sampai dengan umur kurang lebih 65 tahun bila dalam dua kali pemeriksaan apusan Pap terakhir negatif dan tidak pernah mempunyai
riwayat hasil pemeriksaan abnormal
sebelumnya. Pap Test (Pap Smear) merupakan pemeriksaan sitologik epitel
porsio dan endoservik uteri untuk
penentuan adanya perubahan praganas maupun ganas di porsio atau servik uteri. Pap Test (Pap Smear) yaitu suatu pemeriksaan dengan cara mengusap leher rahim (scrapping) untuk mendapatkan sel leher rahim kemudian diperiksa sel-selnya, agar dapat diketahui terjadinya perubahan atau tidak (Lestadi, 2009).
Setiap wanita usia subur (WUS) hendaknya termotivasi untuk melakukan tes IVA. Motivasi sangat berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu dimulai, disokong, dikuatkan, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektifitas macam apakah yang timbul dalam organisasi ketika semua
berlangsung. Motivasi merupakan
keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk
memuaskan kebutuhan individu
(Robbins,2008). Hal-hal yang
mempengaruhi motivasi adalah faktor phisik dan mental, faktor hereditas,
lingkungan, kematangan usia, faktor
intrinsik seseorang (pengetahuan,
pendidikan dan pekerjaan), fasilitas
(sarana dan prasarana), sosial budaya,
dan media yang digunakan. Faktor
lingkungan mempengaruhi motivasi karena semua kondisi yang berasal dari internal dan eksternal yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan
perilaku seseorang dan kelompok.
Sedangkan yang termasuk faktor intrinsik
yang mempengaruhi motivasi yaitu
pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan (Safa’ah, 2010).
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara terhadap 10 orang WUS di Wilayah Gonilan, diperoleh hasil 7 responden (70,0%) yang tidak
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)
191
melakukan papsmear karena merasa maludan takut untuk diperiksa dokter
sedangkan serbanyak 3 (30,0%)
responden yang melakukan pemeriksaan
pap smear yang disebabkan oleh
keinginan diri sendiri untuk mengetahui kesehatan dalam dirinya serta melihat dari
kasus tetangganya yang terdiagnosa
kanker serviks.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah kuantitatif
descriptif correlation dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah wanita usia subur di wilayah Gonilan
sebanyak 50 orang dengan teknik
purposive sampling. Teknik pengumpulan
data menggunakan kuesioner dan
checklist. Selanjutnya peneliti melakukan
pengumpulan data kuisioner dan
melakukan penghitungan skor. Data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi ke dalam matriks pengumpulan data yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dan kemudian dilakukan analisis data. Hasil yang didapat kemudian dianalisis secara bivariat dengan uji statistik Chi Square (p ≤0,05).
III. HASIL PENELITIAN
Hasi peneitian menenai karakteristik
responden dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik f % Umur < 20 tahun 0 0,0 20-35 tahun 46 92,0 36-49 tahun 4 8,0 Total 50 100 Pendidikan f % SD 11 16,7 SMP 6 12.0 SMA 35 70.0 PT 9 18.0 Jumah 50 100 Pekerjaan IRT 17 34.0 Wiraswasta 23 46.0 Swasta 7 14.0 PNS 3 6.0 Total 66 100.0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden adalah 20-35 tahun sebanyak 46 orang (92,0%)dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 35 responen (75,0%) dan bekerja di sektor
wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang (46,0%).
Hasil motivasi wanita usia subur untuk deteksi dini kanker serviks diperoleh hasil pada tabel 2.
Tabel 2. Motivasi Wanita Usia Subur untuk Deteksi Dini Kanker Serviks
Motivasi f %
Tinggi 20 40,0
Rendah 30 60,0
Total 50 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas motivasi wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah rendah yaitu sebesar 30 orang (60,0%).
Hasil tindakan wanita usia subur untuk melakukan pap smear diperoleh hasil pada tabel 3.
Tabel 3. Tindakan Wanita Usia Subur untuk Melakukan Pap Smear
Tindakan Melakukan Pap Smear f % Belum Pernah 27 54.0 Pernah 23 46.0 Total 50 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas wanita usia subur belum pernah untuk melakukan pap smear yaitu sebesar 27 orang (54,0%).
Hasil chi square hubungan motivasi
deteksi dini kanker serviks dengan
tindakan untuk melakukan pap smear dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Chi Square Hubungan Motivasi Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Tindakan untuk Melakukan Pap Smear
Motivasi Deteksi Dini Kanker Serviks Tindakan Melakukan Pap Semar 2 p valu e Belum Pernah Pernah F % F % Rendah 21 42,0 9 18, 0 7, 7 2 9 0,00 5 Tinggi 6 12,0 1 4 28, 0 Total 27 54,0 2 3 . 0 46, 0
Hasil uji Chi-Square menunjukkan p value (0,005 < 0,05), berarti ada hubungan yang bermakna antara motivasi deteksi dini
kanker serviks dengan tindakan
melakukan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan.
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)
192
IV. PEMBAHASANHasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden adalah 20-35 tahun sebanyak 46 orang (92,0%).Umur adalah lamanya hidup yang telah dilalui
oleh seseorang. Wanita usia subur
dianjurkan secara rutin melakukan skrining
kesehatan secara berkala. Wanita
usiasubur berumur 30-50 tahun
merupakan sasaran deteksi dini kanker serviks dan payudara di Indonesia. Wanita dengan rentang usia tersebutmenjadi sasaran deteksi dini kanker serviks mengingat kanker serviks invasifbiasanya terjadi pada wanita berusia 30 sampai 50
tahun (Otto, 2013). Sumber lain
menyebutkan bahwa umur rata-rata wanita yang terserang kanker serviks adalah usia 50 tahun. (Yatim, 2010)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai tingkat pendidikan SMA sebanyak 35 responen (75,0%). Seseorang yang berpendidikan
lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuanyang lebih luas dibandingkan seseorang yang tingkat pendidikannya
lebih rendah.Tingkat pendidikan
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Pernah atau tidaknya seseorang
melakukan pemeriksaan pap smear
merupakan salah satu cerminan perilaku kesehatan wanita khususnya terhadap
kesehatan reproduksi (Notoatmodjo,
2010). Hal ini diperkuat dari hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap motivasi ibu mengikuti deteksi dini kanker serviks (Ningrum, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden adalah bekerja di sektor wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang
(46,0%). Pekerjaan seseorang dapat
menentukan status sosial ekonominya. Status sosial ekonomi merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat
kemampuan sosial ekonomi akan
menambah tingkat pengetahuan
seseorang dan memudahkan dirinya untuk
mencukupi kebutuhannya terhadap
kesehatan, seperti melakukan
pemeriksaan IVA (Soekanto, 2006). Hal ini diperkuat dari hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa status ekonomi
berpengaruh terhadap motivasi ibu
mengikuti deteksi dini kanker serviks (Ningrum, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas motivasi wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah rendah yaitu sebesar 30 orang (60,0%). Deteksi dini kanker ialah usaha untuk mengidentifikasi atau mengenali penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes (uji), pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat untuk
membedakan orang-orang yang
kelihatannya sehat, benar-benar sehat, dan yang tampak sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan (Rasjidi, 2008).
Rendahnya motivasi ibu ini dapat
disebabkan karena rendahnya
pengetahuan yang dimiliki oleh ibu tentang kanker serviks. Hal ini terbukti dari hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap motivasi ibu mengikuti deteksi dini kanker serviks, hal ini berarti bahwa motivasi akan tumbuh jika seseorang
mengetahui dengan baik objek
motivasinya, termasuk motivasi dalam
mengikuti pemeriksaan pap smear
(Ningrum, 2012).
Pada Tindakan wanita usia subur untuk
untuk melakukan pap smear ,hasil
penelitian menunjukkan bahwa mayoritas wanita usia subur belum pernah untuk melakukan pap smear yaitu sebesar 27 orang (54,0%).Pap Smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel
cairan dinding leher rahim dengan
mengunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasil
yang akurat (Wijaya, 2010). Pap smear
dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya proses infeksi, kelainan pra kanker dan kanker di vagina dan serviks. (Lestadi,2009). Hasil pemeriksaan pap
smear dapat menunjukkan adanya
penyakit lain dalam vaginadan serviks,
diantaranya yaitu infeksi Human
papillomavirus yang memiliki hubungan yang kuat dengan kejadian kanker serviks.
Dengan diketahuinya penyakit atau
keabnormalan pada vagina atau serviks dari hasil pemeriksaan papsmear, maka
dapat dilakukan pengobatan yang
seksama sehingga akibat lebih lanjut menjadi kanker serviks dapat dihindari.
Rendahnya tindakan untuk melakukan pap smear di wilayah wilayah Gonilan
disebabkan karena kurangnya
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)
193
ini menurut peneliti disebabkan karenapromosi dan sosialisasi tentang masalah deteksi dini kanker serviks oleh petugas kesehatan ke masyarakat masih sangat kurang. Peningkatan pengetahuan tidak akan selalu menyebabkan perubahan
perilaku, namun memperlihatkan
hubungan yang positif antara kedua
variabel tersebut sehingga jika
pengetahuan tinggi maka perilakunya cenderung baik. Untuk berperilaku sehat,
masyarakat memerlukan sarana dan
prasarana mendukung. Seperti halnya pemeriksaan deteksi dini kanker leher
rahim dengan metode pap smear
memerlukan sarana prasarana seperti
tenaga kesehatan terlatih, alat-alat
pemeriksaan dan lain-lain.
Fasilitas-fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Hal ini
sesuai dengan penelitian yang
menyatakan bahwa adanya hubungan dukungan petugas kesehatan dengan deteksi dini kanker serviks melalui metode pap smear. Hal ini berarti bahwa semakin
banyak petugas kesehatan yang
memberikan dukungan terkait dengan deteksi dini kanker serviks melalui metode pap smear maka semakin banyak wanita usia subur yang melakukan tindakan pap smear (Damailia, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara motivasi deteksi dini kanker serviks dengan tindakan melakukan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan tindakan pap
smear pada wanita usia subur. (Widiani,
2015).
Motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan,
menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya dan menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan
atau dikerjakan akan memberikan
kepercayaan diri yang tinggi karena sudah
melakukan proses penyeleksian
(Notoatmodjo, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang (18,0%) mempunyai motivasi deteksi dini kanker serviks yang rendah tetapi pernah melakukan pap smear. Hal ini disebabkan karena adanya dukungan dari suami. Suami merupakan orang terdekat dengan responden. Dalam rumah tangga, perlakuan suami akan
mempengaruhi perilaku istri, dimana
dukungan suami terhadap tindakan pap smear yang dilakukan istri adalah dengan
bersedia mengantar ke layanan
kesehatan, dukungan dana, dan dukungan
persetujuan (Linadi, 2013). Hasil ini
diperkuat penelitian terdahulu yang
menunjukkan bahwa ada hubungan
dukungan suami dengan perilaku
melakukan pemeriksaan IVA. (Kurniawati,
2015) Faktor yang paling dominan
berhubungan dengan perilaku
pemeriksaan pap smear pada wanita usia subur (WUS) adalah faktor dukungan sosial. Berdasarkan hasil penelitian ini ibu-ibu yang melakukan pemeriksaan pap
smear sebagian besar sudah
mendapatkan dukungan suami dengan baik maupun cukup untuk melakukan pemeriksaan pap smear (Salmah, 2013).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 6 orang (12,0%) mempunyai motivasi deteksi dini kanker serviks yang tinggi tetapi belum pernah melakukan pap smear. Hal ini dapat disebabkan bahwa adanya motivasi tetapi diiringi rasa malu dan rasa takut untuk memeriksa organ
reproduksi serviks kepada tenaga
kesehatan, faktor biaya khususnya pada golongan ekonomi yang lemah, sumber informasi dan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang masih minim untuk
melakukan pemeriksaan Pap smear.
Selain itu, faktor agama atau keyakinan dan sosial budaya yang dianut wanita usia subur juga mempengaruhi keputusannya untuk tidak melakukan pemeriksaan Pap smear. (Ompusunggu, 2012)
Faktor penghambat lainnya adalah faktor sosial budaya dimana bahwa anggota keluarga turun-temurun tidak
pernah melakukan pemeriksaan Pap
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)
194
bahwa tanpa disadari kebudayaan telahmewarnai sikap anggota keluarga untuk menuruti kebiasaan dalam keluarga untuk tidak melakukan pemeriksaan Pap smear sehingga pengaruh tersebut menyebabkan
mereka tidak ingin melakukan
pemeriksaan Pap smear. Rasa malu dan takut untuk melakukan pemeriksaan Pap smear juga menjadi alasan mayoritas responden dalam melakukan pemeriksaan organ reproduksi serviksnya. Sejalan dengan penelitian terdahulu bahwa faktor sosial budaya yang diyakini responden
mempengaruhi keputusannya untuk
melakukan pemeriksaan Pap smear
(Nurhasanah, 2008). V. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Mayoritas umur responden adalah 20-35 tahun sebanyak 46 orang (92,0%) dengan tingkat pendidikan
SMA sebanyak 35 responen
(75,0%) dan bekerja di sektor wiraswasta yaitu sebanyak 23 orang (46,0%).
2. Mayoritas motivasi wanita usia subur untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah rendah yaitu sebesar 30 orang (60,0%).
3. Mayoritas wanita usia subur belum pernah untuk melakukan pap smear yaitu sebesar 27 orang (54,0%). 4. Ada hubungan yang bermakna
antara motivasi deteksi dini kanker serviks dengan tindakan melakukan pap smear pada wanita usia subur di Wilayah Gonilan dengan p value (0,005 < 0,05).
DAFTAR PUSTAKA
Damailia, HT & Oktavia, TR. 2015. Faktor -Faktor Determinan Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Metode Pap Smear Pada Pasangan Usia Subur
(PUS). Gaster : Jurnal Ilmu
Kesehatan, 12 (2) , 99-106.
Hakim A, Buraerah, Salma, Ummu A, Wahyu A, Ikhsan , et al. 2015. Cervical Cancer and Its Impact on Patients Quality of Life in Fatimah
and Labuang Baji Hospitals,
Makassar. International Journal of
Sciences: Basic and Applied
Research, 24(3),187-202.
Kurniawati, I. 2015. Pengaruh
Pengetahuan, Motivasi dan
Dukungan Suami Terhadap Perilaku Pemeriksaan Iva Pada Kelompok Wanita Usia Subur Di Puskesmas
Kedungrejo. Tesis. Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Lestadi, J. 2009. Sitologi Pap Smear: Alat
Pencegahan dan Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim: Panduan Dokter Umum dan Bidan. Jakarta: EGC.
Linadi, KE. 2013. Dukungan Suami
Mendorong Keikutsertaan Pap
Smear Pasangan Usia Subur (PUS)
di Perumahan Pucang Gading
Semarang. Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 4 (2), 61 – 71.
Ningrum, RS & Fajarsari, D. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Mengikuti Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Metode Inspeksi
Visual Asam Asetat (IVA) di
Kabupaten Banyumas Tahun 2012. Purwokerto : Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nurhasanah, C. 2008. Pengaruh
Karakteristik dan perilaku PUS Terhadap Pemeriksaan Pap smear di RSUZA Banda Aceh. Medan : USU
Ompusunggu, F & Bukit, EK. 2012.
Karakteristik, Hambatan Wanita
Usia Subur Melakukan Pap Smear di Puskesmas Kedai Durian. Jurnal Keperawatan Klinis,1,(1).
Otto, S. 2013. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC
Rasjidi, I. 2008. Manual Prakanker Serviks. Jakarta: Sagung Seto.
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line)
195
Robbins, Stephen P, Timothy A. Judge.2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Safa’ah, N. 2010. Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Motivasi
Wanita Usia Subur Yang
Melakukan Pemeriksaan Iva
Dalam Upaya Deteksi Kanker Serviks. Prodi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban.
Salmah, Rajab, Djulaeha. 2013. Faktor
Dominan yang Berhubungan
dengan Perilaku Pemeriksaan Pap Smear Pada Wanita Usia Subur. Jurnal Ilmu & Teknologi Ilmu Kesehatan,1,(1),5-11.
Samadi, P. 2010. Yes,I Know Everything About Kanker Serviks! Jakarta : Tiga Kelana.
Septadina, IS. 2015. Upaya Pencegahan
Kanker Serviks Melalui
Peningkatan Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi Wanita dan
Pemeriksaan Metode IVA
(Inspeksi Visual Asam Asetat) di Wilayah Kerja Puskesmas Kenten
Palembang). Jurnal Pengabdian Sriwijaya.
Soekanto, S. 2006. Sosiologi suatu
pengantar. Jakarta: PT Raja
Gravindo Persada.
Widiani, Runiari, Prapti, 2015. Hubungan Motivasi Dengan Tindakan Pap Smear Pada Wanita Usia Subur Di
Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Barat. Denpasar :
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Wijaya, D. 2010. Pembunuh Ganas Itu
Bernama Kanker Serviks.
Yogyakarta: Sinar Kejora.
Yatim, F. 2010. Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Zuliyanti, NI & Widiastuti. 2015. Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang Kanker
Serviks Dengan Motivasi
Pemeriksaan IVA di Puskesmas
Rowokele Kabupaten Kebumen.
Jurnal Komunikasi Kesehatan, (edisi 11) P3M Akbid Purworejo, 6, (2).