• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pada era globalisasi saat ini sangat ketat sehingga berakibat terjadinya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pada era globalisasi saat ini sangat ketat sehingga berakibat terjadinya"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Persaingan pada era globalisasi saat ini sangat ketat sehingga berakibat terjadinya perubahan hampir pada seluruh sektor kehidupan. Persaingan nyata di bidang ekonomi dirasakan sejak adanya era perdagangan bebas AFTA tahun 2013, belum lagi tahun 2015 ini akan diberlakukan MEA dan APEC pada tahun 2020 nanti. Hal tersebut dikhawatirkan dapat memperumit usaha dalam menstabilkan kondisi perusahaan (Yanti, 2014).

Para pelaku bisnis harus memeberikan perhatian penuh pada perusahaannya apabila ingin memenangkan persaingan dalam dunia industri. Diharapkan perusahaan melakukan upaya agar mampu bertahan dalam kondisi tersebut, salah satunya adalah dengan menjaga kualitas perusahaan. Sebab kualitas menjadi unsur utama yang berpengaruh dan tidak dapat diabaikan dalam persaingan (Susanty Aries, Diana Puspita dan Siti Aisyah, 2011).

Persaingan mengakibatkan sektor-sektor dan bidang usaha di Indonesia mengalami masa-masa yang penuh ketidakpastian. Terkadang suatu bidang usaha akan mengalami peningkatan secara drastis atau penurunan yang tajam pula. Pada tahun 2010 sampai dengan 2014 terdapat perkembangan 12 besar impor industri non migas yang mengalami pertumbuhan, pertumbuhan tersebut bersifat positif dan negatif. Hal ini ditunjukan pada tabel berikut.

(2)

Tabel 1.1

Perkembangan 12 Besar Impor Industri Non Migas Tahun 2010 s.d Juni 2014

(US$ Juta) No Uraian 2010 2011 2012 2013 Jan-Jun %

2013 2014 1.

Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif 43.218,6 52.471,7 62.624,6 54.637,1 28.543,0 24.576,6 -13,87 2. Elektonika 14.176,2 16.116,6 16.702,5 16.564,5 8.504,1 8.098,1 -4,77 3. Kimia Dasar 11.431,5 15.413,3 16.077,1 16.387,9 8.303,1 8.405,5 1,23 4. Tekstil 5.031,2 6.735,2 6.805,5 7.116,2 3.653,3 3.627,8 -0,70 5. Makanan dan Minuman 4.514,2 6.851,9 6.158,4 5.801,3 2.981,8 3.012,1 1,20 6. Alat-alat Listrik 3.142,8 3.769,1 4.190,6 4.124,3 2.135,5 1.805,6 -15,45 7. Pulp dan Kertas 2.731,8 3.262,6 3.019,9 3.200,6 1.605,0 1.589,8 -0,95 8. Pupuk 1.509,2 2.707,0 2.918,4 1.941,6 1.034,9 899,7 -13,06 9. Makanan Ternak 1.871,6 2.220,5 2.799,7 3.044,5 1.408,3 1.549,3 10,01 10. Barang-barang Kimia Lainnya 2.199,3 2.592,3 2.753,6 2.945,7 1.489,1 1.436,4 -3,54 11. Plastik - - - 2.376,9 1.162,3 1.177,1 1,28 12. Pengolahan Tembaga, Timah dll 1.871,6 2.195,1 2.377,4 2.141,1 1.091,2 1.085,3 -0,54 13. Pengolahan Almunium 1.398,2 1.936,6 1.973,1 - - - - Total 12 Besar Industri 93.046,7 116.271,9 128.400,8 120.281,

6 61.902,7 57.263,4 -7,49 Total Industri 101.115,4 126.099,5 139.734,1 131.400,

7 67.417,4 62.509,6 -7,28 Sumber: BPS diolah Kemenprin

Tabel di atas menunjukkan beberapa industri yang memiliki perkembangan negatif. Salah satunya adalah industri tekstil. Hal yang menimpa industri tersebut dikarenakan kuatnya persaingan yang terjadi baik dari perusahaan yang sejenis maupun perusahaan dari industri lainnya. Hal tersebut diakibatkan karena adanya penurunan mutu produk sehingga akan berpengaruh terhadap penjualan dan juga kepuasan konsumen. Mutu produk yang baik dapat dilihat dari kualitas kerja karyawan yang baik (BPS diolah Kemenprin).

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia yaitu Ade Sudrajat menjelaskan pada triwulan pertama tahun 2015 industri tekstil sedang melemah

(3)

sebab secara global permintaan menurun (Ralali, 2015). Hal ini diakibatkan produk belum memenuhi standar kualitas, penampilan atau desain yang tidak menarik, pelayanan yang tidak prima dan tepat waktu, penyerahan produk masih terdapat yang cacat/rusak, produk berdaya tahan lama, tidak memiliki keistimewaan, tidak ada garansi, dan harga tidak bersaing. Penurunan jumlah ekspor yang terjadi dari tahun ketahun ditandai dengan adanya perusahaan tekstil yang menghentikan atau mengurangi produksinya.

Pertumbuhan ekspor tekstil Indonesia tahun 2009 yang diharapkan mencapai 21,2% ternyata hanya mencapai kisaran 10-12%. Terhadap penurunan pertumbuhan yang terjadi, pihak Indonesia Textile Association (API) menyatakan: “The Government that could help improve the competitiveness of the domestic textiles through incentive support such as tax holidays and reduction in electricity tarif” (Indonesian Textile Association (API), 2012).

Sehubungan dengan permasalahan di atas, strategi bisnis yang dapat dilakukan agar mampu bertahan dalam persaingan adalah dengan memberi perhatian pada kepuasan konsumen. Diantaranya adalah meningkatkan produk berkualitas tinggi (quality), harga murah (cost), dan pelayanan (service) yang memuaskan. Kualitas perusahaan menjadi salah satu kunci memenangkan persaingan global saat ini. Kualitas merupakan kesesuaian suatu produk atau jasa terhadap konsumen dan dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh para pemakainya (Juran, 1988).

Menjaga kualitas perusahaan dapat dilakukan melalui cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Yanti, Sinulingga dan Ukurtataringan, 2014).

(4)

Menurut Yanti, et al (2014) bahwa kualitas sumber daya manusia yang baik merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan daya kompetisi perusahaan. Kualitas sumber daya manusia yang baik dapat dilihat dari para pekerja apakah memiliki rasa tanggung jawab dan mampu memberikan kontribusi maksimal bagi kemajuan perusahaan. Dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia adalah salah satu aset terpenting bagi setiap perusahaan, sumber daya manusia dalam hal ini yaitu para karyawan yang berkontribusi pada perusahaan untuk mewujudkan tujuan suatu perusahaan. Karena dalam mewujudkan tujuan yang optimal tentunya perusahaan memerlukan kinerja karyawan yang baik (Ruyatnasih, 2013).

Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja (Hadari Nawawi, 2006: 63). Menurut Setiawan dan Wardin (2006) kinerja karyawan merupakan hasil atau prestasi kerja karyawan yang dinilai dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang ditentukan oleh pihak organisasi. Organisasi yang baik adalah organisasi yang berusaha meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya, karena hal tersebut merupakan faktor kunci untuk meningkatkan kinerja karyawan.

Menurut Reza (2010), peningkatan kinerja karyawan akan membawa kemajuan bagi perusahaan agar dapat bertahan dalam persaingan bisnis yang tidak stabil. Upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan merupakan suatu tantangan besar bagi manajemen karena keberhasilan mencapai tujuan perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada kualitas kerja karyawannya.

(5)

Keberhasilan di negara-negara maju banyak didorong oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dari pada sumber daya alam yang melimpah. Seperti di Jepang yang sumber daya alamnya terbatas tetapi sumber daya manusianya memiliki potensi yang tinggi, sehingga mampu mendongkrak kemajuan negara untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain (Sularso dan Murdijanto, 2004).

PT. World Yamatex Spinning Mills merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri tekstil yaitu memproduksi benang kapas 100% combed. Perusahaan ini beralamatkan di Jalan Padasuka Nomor 47A Bandung. Dalam melakukan kegiatannya, PT. World Yamatex Spinning Mills mempunyai misi untuk selalu menjaga kualitas dan produktivitas. Untuk menjamin kualitas dan produk benang yang dihasilkan dan selalu menjaga eksistensi perusahaan dalam menghasilkan produk benang yang berkualitas (PT. World Yamatex Spinning Mills, 2015).

Pengamatan yang dilakukan dilapangan pada beberapa tahun terakhir menunjukan bahwa terjadi penurunan kepuasan kerja karyawan di PT. World Yamatex Spinning Mills Bandung pada bagian produksi yakni dilihat dari tingkat kedisiplinan yang dirasakan semakin berkurang dan fluktuatif. Tingkat kedisiplinan yang rendah ini dapat terlihat dari tabel dan grafik ketidakhadiran karyawan bagian produksi sebagai berikut:

(6)

Tabel 1.2

Presentase Ketidakhadiran Karyawan Bagian Produksi PT. World Yamatex Spinning Mills Bandung

Bulan Juni 2013 – Mei 2014

Juni 6.40% Juli 4.40% Agustus 5.10% September 5.50% Oktober 5.50% November 5.40% Desember 5.90% Januari 4.60% Febuari 5.50% Maret 4.90% April 5.50% Mei 5.20%

Bulan Presentase Ketidakhadiran

Sumber : Bagian HRD PT. World Yamatex Spinning Mills Bandung

Gambar 1.1 Grafik Presentase Ketidakhadiran Karyawan BagianProduksi PT. World Yamatex Spinning Mills Kota BandungBulan Juni 2013 – Mei 2014

Tabel 1.2 dan Gambar 1.1 menunjukan bahwa tingkat ketidakhadiran karyawan bagian produksi PT. World Yamatex Spinning Mills Kota Bandung

Jun i Juli Ag ust us Sep tem ber Okt obe r No ve mb er De se mb er Jan uar i Feb uar i Ma ret Ap ril Me i Presentase Ketidakhadiran 6,4 4,4 5,1 5,5 5,5 5,4 5,9 4,6 5,5 4,9 5,5 5,2 0,00% 1,00% 2,00% 3,00% 4,00% 5,00% 6,00% 7,00% Presentase Ketidakhadiran

(7)

mengalami kenaikan dan penurunan. Angka yang ditunjukan cukup berfluktuatif namun cenderung meningkat terutama pada bulan April 2014 yang awalnya 5.5% mengalami penurunan kembali pada bulan Mei menjadi 5.2%. Apabila tingkat ketidakhadiran karyawan terus meningkat, maka hal ini akan berakibat pada tidak maksimalnya produktivitas kerja karyawan yang pada akhirnya akan berakibat pada penurunan tingkat produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Keith Davis dalam Mangkunegara (2007:118) menyatakan bahwa:

“Pegawai-pegawai yang kurang puas, tingkat ketidakhadirannya cenderung tinggi. Mereka sering tidak hadir kerja dengan alasan yang tidak logis dan subjektif”. Ketidakhadiran karyawan ini memberi pengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia yang kurang baik. Ketidakhadiran karyawan juga dapat memberi dampak terhadap pencapaian target perusahaan.

Produktivitas kerja seorang karyawan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya sikap mental karyawan tersebut dalam bekerja, kebijakan dari manajemen, tingkat pendidikan dan keterampilan karyawan, tingkat teknologi perusahaan, dan kondisi iklim dan lingkungan. Karyawan PT. Yamatex Spinning Mills masih perlu mendapatkan pelatihan (training) terutama karyawan yang berpendidikan SMP dan SMA karena masih belum meratanya pelatihan yang di berikan perusahaan untuk karyawan. Perusahaan lebih sering memberikan pelatihan untuk karyawan yang berpendidikan diploma dan sarjana. Training tersebut dibagi menjadi dua katagori, yakni training yang diselenggarakan secara internal maupun yang diselenggarakan oleh perusahaan luar.

PT. World Yamatex Spinning Mills selalu berupaya menjaga mutu produknya sesuai dengan standar mutu yang berlaku bagi standar nasional maupun standar internasional dengan menerapkan sistem manajemen kualitas

(8)

yang berstandar ISO 9001:2000 dan diterapkannya Total Quality Management oleh PT. World Yamatex Spinning Mills dengan memaksimalkan seluruh sumber daya dan komponen perusahaan yang diharapkan akan dapat memberikan dampak yang positif terhadap kinerja karyawan dan kualitasnya (PT. World Yamatex Spinning Mills, 2015).

Sinaga (2006) mengemukakan bahwa secara umum kualitas sumber daya manusia pada kebayakan perusahaan belum maksimal. Untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, perusahaan perlu menerapkan sistem manajemen mutu TQM (Total Quality Management).

Vincent Gasperrzs (2001:56) mendefinisikan Total Quality Management adalah:

“Suatu cara untuk meningkatkan performa secara terus menerus pada setiap level operasi, dalam setiap era fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua SDM dan modal yang tersedia. Fokus utama manajemen mutu terpadu adalah kepuasan pelanggan terhadap mutu dan jasa perusahaan”.

Tahun 1970-an kualitas barang manufaktur di Jepang melampaui kualitas yang dihasilkan pesaing dari barat. Total Quality Management atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Manajemen Mutu Terpadu merupakan konsep yang terlahir dari studi tentang keberhasilan perusahaan-perusahaan Jepang dalam menerapkan pengendalian mutu (Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, 2001:9).

Menurut Goetsch dan Davis dalam Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1994):

Total Quality Management memiliki beberapa unsur pokok yaitu fokus pada pelanggan, obsesi pada kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerja sama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan, serta adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

(9)

Pengendalian mutu tersebut melibatkan seluruh aktivitas secara fungsional di seluruh organisasi. Oleh sebab itu setiap departemen dalam suatu organisasi akan menyumbangkan kontribusi terhadap pencapaian standar mutu organisasi secara menyeluruh. Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa Total Quality Management berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi, dalam hal ini karyawan. Sehingga karyawan merupakan pihak yang melaksanakan proses perbaikan berkesinambungan dalam konsep Total Quality Management. Kinerja karyawan yang baik adalah hasil dari proses perbaikan berkesinambungan.

Total Quality Management (TQM) yang dasar pemikirannya terletak pada konsep bahwa cara terbaik untuk meningkatkan daya saing dan unggul dalam persaingan bisnis adalah dengan menghasilkan kualitas terbaik. Untuk menghasilkan kualitas yang terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses dan lingkungan (Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, 2001:10).

Baik buruknya kinerja karyawan tidak lepas dari persepsi karyawan mengenai proses perbaikan berkesinambungan sesuai dengan pendekatan Total Quality Management. Semakin tinggi persepsi karyawan terhadap proses perbaikan berkesinambungan, semakin tinggi kepuasan karyawan, yang berdampak pada kinerjanya yang semakin baik. Ketika kinerja sumber daya manusia di suatu perusahaan baik, walau bukan satu-satunya faktor, namun menunjukkan kinerja organisasi yang baik, yang pada akhirnya menimbulkan kepuasan pelanggan, dimana tujuan utama Total Quality Management dapat tersalurkan (Andrianto, 2011).

(10)

Meningkatkan kinerja karyawan tidak hanya dilihat dari aspek Total Quantity Management, akan tetapi ada faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin-pemimpin perusahaan. Karena menurut Nurita (2008), untuk menunjang kinerja karyawan agar lebih baik diperlukan peran pimpinan yang memiliki gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi kinerja karyawannya.

Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain (Suranta, 2002). Gaya kepemimpinan cocok apabila tujuan perusahaan telah dikomunikasikan dan bawahan telah menerimanya. Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya (Waridin dan Bambang Guritno, 2005). Suranta (2002) dan Tampubolon (2007) telah meneliti pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja, menyatakan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan Andi Sularso dan Murdijanto (2004) menyatakan bahwa kemampuan teoritis karyawan, kemampuan teknis karyawan, kemampuan konseptual karyawan, kemampuan moral karyawan, keterampilan teknis karyawan, kualitas SDM secara nyata dipengaruhi oleh peran karyawan, peran pimpinan, hubungan pimpinan dengan karyawan, aspek organisasi dan aspek lingkungan pengaruh tersebut bersifat nyata. Keberhasilan perusahaan

(11)

dengan memiliki kinerja keryawan tidak terlepas dari peran pimpinan perusahaan tersebut.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2006) menyatakan bahwa penerapan peran Total Quality Management (TQM) yang terdiri dari peran karyawan, peran pemimpin, peran hubungan karyawan dan pimpinan, peran aspek organisasi, dan peran aspek lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas sumber daya manusia. Secara parsial ada tiga peran Total Quality Management yang berpengaruh positif dan signifikan yaitu peran karyawan, peran pimpinan, dan peran aspek lingkungan kerja dan yang paling dominan berpengaruh adalah peran pimpinan.

Beberapa penelitian berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Zusrony (2013). Zusrony dalam penelitiannya menyatakan bahwa peran TQM dalam mempengaruhi kualitas SDM karyawan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas SDM. Akan tetapi, peran pimpinan dan hubungan pimpinan dan karyawan tidak pengaruh signifikan terhadap kualitas SDM.

Berdasarkan permasalahan dari teori yang telah di kemukakan sebelumnya, bahwa pentingnya dalam meningkatkan kinerja karyawan agar mampu bersaing dalam persaingan global serta peran Total Quantity Management dan gaya kepemimpinan demi meningkatkan kinerja karyawan. Peneliti tertarik melakukan penelitian berdasarkan kasus yang dialami oleh PT. World Yamatex Spinning Mills Kota Bandung dengan judul : “Pengaruh Penerapan Total Quality Management (TQM) terhadap Kinerja Karyawan Dengan Gaya

(12)

Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating” (Studi Kasus Pada PT. World Yamatex Spinning Mills Kota Bandung).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah masih rendahnya kinerja karyawan, maka penulis mengidentifikasikan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah Total Quality Management (TQM) berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. World Yamatex Spinning Mills Kota Bandung.

2. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap inerja karyawan pada PT. World Yamatex Spinning Mills Kota Bandung.

3. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap hubungan antara Total Quality Management (TQM) dengan kinerja karyawan pada PT. World Yamatex Spinning Mills Kota Bandung .

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini sesuai dengan identifikasi masalah, yaitu untuk:

1. Mengetahui pengaruh Total Quality Management (TQM) terhadap Kinerja Karyawan pada PT. World Yamatex Spinning Mills Kota Bandung.

2. Mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada PT. World Yamatex Spinning Mills Kota Bandung.

3. Mengetahui pengaruh moderasi gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara Total Quality Management (TQM) dengan kinerja karyawan pada PT. World Yamatex Spinning Mills Kota Bandung.

(13)

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang telah penulis lakukan, diharapkan akan berguna, bagi:

1. Penulis

a. Merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan terutama mengenai pengaruh penerapan Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja karyawan dengan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating.

2. Perusahaan

a. Memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan yang menjadi objek penelitian mengenai permasalahn yang dihadapi khususnya masalah Total Quality Management (TQM), gaya kepemimpinan dan kinerja karyawan. b. Sebagai bahan analisis mengenai penerapan teori tentang Total Quality

Management (TQM), gaya kepemimpinan dan kinerja karyawan pada perusahaan yang bersangkutan.

3. Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian dengan topik yang sama.

(14)

1.5 Batasan Masalah

Penulis hanya memfokuskan penelitian pada pengaruh penerapan Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja karyawan dengan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating pada PT. World Yamatex Spinning Mills Kota Bandung untuk menghindari meluasnya masalah.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian PT. World Yamatex Spinning Mills Kota Bandung untuk memperoleh data yang objektif sebagaimana yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2015 sampai dengan 2 November 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini di harapkan menjadi bahan pertimbangan untuk memperbaiki dan mengoptimalkan kinerja karyawan dengan mengaplikasikan konsep antara self efficacy dan

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Sistem Insentif Pengembangan Kegiatan (SIPK) Karyawan Bank “X” Cabang Cirebon Rewards sesuai program SIPK Performa nce Mencapai target sesuai

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada konveksi QOF, bahwa terdapat pengendalian kualitas perusahaan yang belum optimal seperti kurangnya pelatihan kepada

Mengingat semakin ketatnya persaingan usaha bisnis kafe saat ini serta pentingnya peran pelanggan yang loyal dalam persaingan tersebut, maka pihak Kafe Kopi Progo tidak hanya

Hasil tersebut juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2013) yang menyatakan bahwa kelengkapan produk berpengaruh signifikan terhadap minat beli

Ultrajaya mempunyai kekuatan utama yang terletak dalam visi pemasaran yang terfokus terus menerus membangun merek yang kuat dan memperlebar ragam produk makanan dan minuman untuk

Dengan demikian, judul penelitian ini adalah Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Solvabilitas, Tingkat Bunga SBI dan Inflasi terhadap Harga Saham (Studi

G (Pria) Karyawan G merasa kepuasan kerja karyawan kurang optimal karena masih ada karyawan yang merasa kebutuhannya dalam bekerja tidak terpenuhi dari sarana yang disediakan