i
TUGAS AKHIR
APLIKASI SISTEM MANAJEMEN TRAFIK
HIERARCHICAL CELL STRUCTURE DI AREA
DEPOK
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mendapat Gelar Sarjana S-1 Pada Jurusan Teknik Elektro
Di Susun Oleh :
Zainul Askar
NIM: 41407110002PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2009
ii
LEMBAR PENGESAHAN
APLIKASI SISTEM MANAJEMEN TRAFIK
HIERARCHICAL CELL STRUCTURE DI AREA
DEPOK
Di Susun Oleh :
Nama : Zainul Askar
NIM : 41407110002
Program Studi : Teknik Elektro Fakultas : Teknologi Industri Universitas : Mercu Buana
Mengetahui
Pembimbing Koordinator TA / KaProdi
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdulillhan segala puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang telah menganugerahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
Laporan Tugas Akhir ini penulis memberi judul Aplikasi Sistem
Manajemen Trafik Hierarchical Cell Structure Di Area Depok. Penyusunan
laporan Tugas Akhir ini di ajukan diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi S-1 pada jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana.
Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis mendapat banyak bantuan moril maupun materiil dari banyak pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Allah SWT, Tuhan yang maha Kuasa. Berkat rahmat serta curahan hidayat Nya untuk selalu bersyukur atas nikmat Nya.
2. Bapak Ir. Yudhi Gunardi, MT. Selaku ketua jurusan dan koordinator Tugas Akhir Teknik Elektro Universitas Mercu Buana.
3. Bapak Ir. Said Attamimi, MT. Selaku pembimbing yang senantiasa memberikan dukungan, arahan serta bimbingan dan nasehatnya yang sangat berguna demi tercapainya penulisan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Dr-Ing. Mudrik Alaydrus dan Bapak Ir. AY. Syauki, MBAT. Selaku dosen penguji, terima kasih atas saran , kritik, dan koreksi selama pengujian Tugas Akhir ini.
5. Seluruh Dosen pengajar di jurusan Teknik Elektro yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingannya selama masa perkuliahan.
6. Kedua orang tua, kakak dan adik di rumah yang selalu memberikan dukungan do’a, moril sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir.
iv
7. Mekar Wahyuti Dewi, SH, Calon istri tercintaku yang selalu memberikan dukungan do’a, moril dan materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir.
8. Keluarga besar Oerip Budi Sudiantoro, SH yang senantiasa memberikan dukungan do’a maupun moril.
9. Keluarga Nurwahyudi Sarbini, ST dan rekan–rekan unit Optimasi PT. Excelcomindo yang telah memberikan bimbingan, referensi dan data-data yang menunjang dalam tercapainya Tugas Akhir ini.
10. Seluruh rekan kerja Departemen Pelayanan Teknik PT. Televisi Transformasi Indonesia, yang telah memberikan bantuan moril dan materiil.
11. Seluruh Keluarga Besar dan Civitas Akademika Universitas Mercu Buana yang selalu memberikan semangat kebersamaan dan sebagai sarana belajar yang bersahabat.
12. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Elektro PKK angkatan 11, yang berasal dari berbagai instansi kerja. Terima kasih atas bantuan moril maupun materiil, semoga dapat menyelesaikan Tugas Akhir juga pada waktunya.
Akhir kata penulis hanya memohon berkah kepada Allah SWT, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian.
Jakarta, Agustus 2009
v
ABSTRAK
Tingginya kebutuhan masyarakat yang mobile terhadap layanan telekomunikasi dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Kondisi ini secara otomatis akan meningkatkan beban traffik yang akan di tanggung masing-masing operator seluler yang berperan sebagi penyedia layanan komunikasi seluler. Berbagai cara di lakukan untuk mengatasi kepadatan traffik. Pengaturan sistem traffik ini secara tidak langsung mutlak di perlukan untuk meningkatkan kinerja dan kualitas layanan akibat traffik yang padat. Traffik yang padat pada waktu yang bersamaan pada area tertentu akan terdistribusikan berdasarkan prioritas pada suatu coverage tertentu.
Hierarchical Cell Structure ( HCS ) atau Struktur Sel Bertingkat merupakan
salah satu sistem pengaturan traffik dimana traffik yang masuk akan diditribusikan ke sel yang lebih memiliki prioritas untuk menghandle panggilan sehingga mengurangi beban traffik ketika traffik mecapai puncak. Sistem ini memungkinkan penerapan sel dengan susunan multiple layer. Sel kecil ( pikosel dan mikrosel ) menyediakan kapasitas utama dari seluruh traffik yang masuk sedangkan sel besar ( makrosel ) memberikan coverage yang lebih luas ketika level sinyal dari sel kecil tidak mencukupi.
Kata kunci : Coverage, Hierarchical Cell Structure, Makrosel, Mikrosel, Multiple
vi
Lembar Pernyataan Penulisan Tugas Akhir
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Zainul Askar
NIM : 41407110002
Jurusan : Teknik Elektro Fakultas : Teknologi Industri Universitas : Mercu Buana
Menyatakan
Dengan ini menyatakan Tugas Akhir ini saya buat sendiri, bukan hasil foto copy ( plagiat ) atau hasil karya orang lain. Data yang ada, di peroleh dari hasil survey di lapangan, buku-buku dan dokumen referensi serta informasi dari personal maupun instansi yang ada hubungannya dengan penulisan Tugas Ahir ini. Jika terbukti di kemudian hari, ada yang tidak benar dari penyataan ini, saya bersedia mempertanggung jawabkannya.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Jakarta, Agustus 2009
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Abstrak ... v
Halaman Pernyataan Penulisan Tugas Akhir ... vi
Daftar Isi ... vii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Tabel ... xi
BAB II. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 2 1.3 Batasan Masalah ... 2 1.4 Tujuan Penelitian ... 2 1.5 Metodologi Penulisan ... 3 1.6 Sistematika Penelitian ... 3
BAB II. Landasan Teori 2.1 Konsep Sistem Komunikasi Seluler GSM ... 5
2.2 Komponen-Komponen GSM ... 6
2.3 Konsep Sel ... 9
2.3.1 Tipe Sel ... 10
2.4 Pola Pengulangan Frekuensi ( Re Use ) ... 14
2.5 Konsep kanal ... 17
2.6 Trafik ... 20
2.6.1 Kapasitas kanal Trafik ... 21
2.6.2 Teori Rata-Rata dan Jumlah Pendudukan ... 23
2.6.3 Parameter Kerja Trafik ... 23
2.6.4 Blocking Formula ... 24
2.6.5 Tingkat Rasio Antrian ( Congestion Ratio ) ... 26
viii
2.6.7 Utilisasi ... 28
2.7 Hand Over ( H.O ) ... 29
2.8 Hierarchical Cell Structure ( HCS ) ... 31
BAB III. Kondisi Eksisting Sel Pondok Cina Depok Dan Hierachical Cell Structure 3.1 Area Pondok Cina Depok ... 34
3.2 Sel-Sel di Pondok Cina Depok ... 35
3.2.1 Makrosel GSM1800 03372 ... 35
3.2.2 Makrosel GSM900 11712 ... 36
3.2.3 Mikrosel MC5228 ... 37
3.2.4 Picosel PC0819 ... 38
3.3 Drive Test ... 39
3.4 Hierarchical Cell Structure ( HCS ) ... 40
BAB IV. Hasil Pengukuran dan Analisa 4.1 Statistik Sel ... 44
4.1.1 Statistik Sel 11712 ... 47
4.1.2 Statistik Sel 03372 ... 49
4.1.3 Statistik Sel MC5228 ... 51
4.1.1 Statistik Sel PC0819 ... 53
4.2 Simulasi Kondisi Trafik Sel 11712 Tanpa Adanya Sistem HCS . 55 4.3 Komposisi traffik ... 58
5. Penutup 5.1 Kesimpulan ... 59
5.2 Saran ... 59
Daftar Pustaka ... xii
Daftar Istilah ... xiii
Lampiran ... xv
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Spektrum GSM ... 6
Gambar 2.2 Arsitektur Komponen Jaringan GSM ... 6
Gambar 2.3 Mobile Station ... 7
Gambar 2.4 a) Sel Besar b) Sel kecil ... 9
Gambar 2.5 Bentuk Permodelan Sel ... 10
Gambar 2.6 Bentuk Sel yang menggunakan Antenna Omnidirectional .... 11
Gambar 2.7 Bentuk Sel yang menggunakan Antenna Sektor ... 11
Gambar 2.8 Makrosel, Mikrosel dan Pikosel ... 12
Gambar 2.9 Mikrosel ... 13
Gambar 2.10 Pikosel ... 14
Gambar 2.11 Frekuensi Reuse ... 14
Gambar 2.12 Kluster a) K = 3 ; b) K = 4 ; c) K = 7 ; d) K = 12 ... 15
Gambar 2.13 pola pengulangan frekuensi 4/12 ... 17
Gambar 2.14 konsep Time Slot menggunakan TDMA ... 18
Gambar 2.15 Struktur Frame GSM ... 20
Gambar 2.16 Hand Over ... 29
Gambar 2.17 Berbagai tipe Hand Over ... 31
Gambar 2.18 layer Struktur Sel ... 32
Gambar 3.1 Area Layanan Sel Pondok Cina ... 34
Gambar 3.2 Instalasi Perangkat TEMS untuk Drive Test ... 39
Gambar 3.3 Tampilan layar monitor pada Komputer TEMS ... 40
Gambar 3.4 Handover pada layer yang sama ... 42
Gambar 3.5 Handover pada layer yang berbeda ... 43
Gambar 4.1 Ilustrasi Perpotongan antar Sel ... 46
Gambar 4.2 Ilustrasi Prioritas dan Coverage Sel ... 46
Gambar 4.3 Komparasi Trafik tersibuk dan Utilisasi pada 11712 ... 47
Gambar 4.4 Komparasi Trafik tersibuk dan Utilisasi pada 03372 ... 49
x
Gambar 4.6 Komparasi Trafik tersibuk dan Utilisasi pada PC0819 ... 53
Gambar 4.7 Komparasi Trafik tersibuk dan Utilisasi pada 11712 non HCS ... 55
Gambar 4.8 Simulasi Utilisasi 11712 non HCS ... 56
Gambar 4.9 Komposisi Trafik Coverage Sel 11712 ... 58
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Erlang B ... 28
Tabel 3.1 Spesifikasi Makrosel GSM1800 03372 ... 36
Tabel 3.2 Spesifikasi Makrosel GSM900 11712 ... 37
Tabel 3.3 Spesifikasi Mikrosel 5228 ... 38
Tabel 3.4 Spesifikasi Picosel 0819 ... 39
Tabel 4.1 Data Trafik Makrosel 11712 ... 48
Tabel 4.2 Data Trafik Makrosel 03372 ... 48
Tabel 4.3 Data Trafik Makrosel MC5228 ... 48
Tabel 4.4 Data Trafik Picosel PC0819 ... 54
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dengan semakin meningkatkan kebutuhan masyarakat akan komunikasi seluler menyebabkan peningkatan beban trafik komunikasi seluler akan mempengaruhi unjuk kerja dan kualitas layanan komunikasi seluler akibat trafik yang padat. Hal ini yang menjadi perhatian khusus operator seluler sebagai penyelenggara jasa komunikasi seluler, dimana desain awal sebuah jaringan komunikasi seluler untuk coverage tertentu dan dengan kapasitas tertentu tidak akan bisa mengcover semua pengguna dalam coverage tersebut.
Masalah yang muncul adalah jika suatu suatu sel besar harus menampung semua trafik yang masuk dimana dalam waktu bersamaan banyak pengguna yang melakukan percobaan panggilan. Akan sangat mahal jika mendesain suatu jaringan untuk trafik yang maksimal hanya dengan menggunakan banyak sel kecil. Tetapi juga akan sangat sulit untuk mendesain sebuah sel besar untuk menampung semua penambahan trafik. Untuk itu diperlukan adanya Hierarchical Cell
Structure ( HCS ) atau Struktur Sel Bertingkat yang merupakan suatu sistem
pengaturan trafik dimana meningkatnya jumlah pengguna seluler dimana trafik yang masuk akan diditribusikan ke sel yang lebih memiliki prioritas untuk menghandle panggilan sehingga mengurangi beban trafik ketika trafik mencapai puncak.
HCS merupakan sistem management trafik yang menggunakan struktur sel bertingkat. Hierarchical Cell Structure ( HCS ) membangun sebuah jaringan dengan struktur dua atau tiga layer sel. Sel dengan layer yang lebih tinggi digunakan untuk memberikan coverage area yang cukup luas, sedangkan sel dengan layer yang lebih rendah digunakan untuk menghandle penambahan trafik ketika trafik mencapai kondisi puncak ( Overload Traffic ). Dalam sistem ini terdiri dari beberapa tipe sel yaitu Macrocell GSM 900/1800, Microcell dan
xiii
Picocell. Masing – masing sel tersebut memiliki coverage yang spesifik dan
didesain untuk mobilitas trafik yang spesifik pula. Masing – masing tipe sel tersebut dibedakan dengan menggunakan layer.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Seiring dengan pertumbuhan populasi dan tata kota di daerah yang di observasi yang berawal umumnya merupakan daerah residensial tidak begitu padat menjadi semakin padat ditambah dengan adanya pembangunan jalan baru dan percabangan, kemudian munculnya pusat perbelanjan yang menciptakan hot spot baru dengan karakteristik coverage dan trafik yang unik. Hot Spot yang unik tersebut memerlukan sistem pengaturan trafik yang unik juga. Dengan adanya HCS diharapkan beban trafik yang tinggi di daerah tujuan observasi dengan adanya percabangan jalan dan pusat perbelanjaan tersebut ditangani dengan baik.
1.3. BATASAN MASALAH
Dalam tugas akhir ini akan dibahas cara kerja sistem pengaturan trafik dengan algoritma sistem Hierarchical Cell Structure ( HCS ) dengan adanya implementasi Makrosel GSM 900, Makrosel GSM 1800, Mikrosel dan Pikosel. Pembahasan masalah dibatasi sebagai berikut:
1. Cara kerja sistem HCS yang diterapkan untuk pengaturan trafik di daerah observasi dengan sel-sel yang mengcover .
2. Pengesetan beberapa tipe sel di tiap-tiap layer seperti Pikosel, Mikrosel,
Makrosel 1800 dan Makrosel 900. 1.4. TUJUAN PENELITIAN
Menunjukkan kemampuan hasil kerja Hierarchical Cell Structure ( HCS ) yang merupakan sistem pengaturan trafik dalam proses distribusi ke sel-sel yang lebih memiliki proritas untuk menghandle panggilan sehingga mengurangi beban trafik ketika trafik mencapai puncak disaat meningkatnya jumlah pengguna
xiv
seluler. Sehingga akhirnya mampu meningkatkan kualitas layanan operator seluler bagi konsumen.
1.5. METODOLOGI PENULISAN
Metodologi yang digunakan untuk penulisan tugas akhir adalah : 1. Studi Literatur
Metoda ini dilakukan dengan mencari literatur mengenai teknik penerapan Hierarchical Cell Structure ( HCS ).
2. Studi Lapangan
Metoda ini dilakukan melalui pengkuran dengan di masing-masing sel untuk mendapatkan data – data trafik.
3. Analisa data
Metoda ini dilakukan untuk menganalisa data – data coverage dari data statistik sel.
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan tugas akhir ini dibagi secara sistematis yang terjabar dalam bab-bab sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini memberikan penjelasan umum mengenai tugas akhir, mencakup latar belakang, pokok dan batasan masalah, metodologi dan sistematika penulisan.
xv Bab II : Struktur Jaringan GSM
Bab ini akan menjelaskan Jaringan GSM yang meliputi konsep, arsitektur dasar, cell planning, radio network serta interkoneksi dengan jaringan-jaringan telekomunikasi lainnya. Bab ini juga akan menjelaskan beberapa hal seperti perhitungan kanal trafik radio seluler, penempatan fisik BTS, layering cell, pembagian kanal, dan pembagian kanal frekuensi carrier.
Bab III : Kondisi eksisting sel daerah observasi dan Hierachical Cell
Structure.
Bab ini menjelaskan kondisi dan karaketristik masing – masing sel di daerah Observasi, konsep Hierarchical Cell Structure, dan penjelasan singkat mengenai perangkat yang digunakan untuk melakukan pengukuran.
Bab IV : Pengukuran data statistik trafik observasi dan analisa hasil Bab ini menunjukkan hasil pengukuran sel di daerah observasi untuk menunjukkan coverage masing – masing sel dan kontribusinya dalam menghandle trafik di daerah target Observasi. Analisa sistem dalam menunjang performansi traffik
Bab V : Penutup
Bab ini menunjukkan perlunya penerapan HCS untuk pengaturan trafik serta parameter-parameter mana yang perlu di perbaiki dalam penggunaannya.
xvi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Sistem Komunikasi Seluler GSM
Komunikasi Bergerak (Mobile Communication) mulai dirasakan perlu sejak orang semakin dinamis serta memiliki mobiltas yang tinggi dan memerlukan alat telekomunikasi yang siap dipergunakan di setiap waktu dan di setiap tempat. Kebutuhan ini yang mendorong munculnya komunikasi bergerak, salah satunya adalah GSM (Global System for Mobile Communication). Alokasi spektrum frekuensi untuk GSM awalnya dilakukan tahun 1979. Spektrum ini terdiri dari dua buah sub band masing-masing sebesar 25 MHz, antara 890 MHz – 915 MHz dan 935 MHz – 960 MHz. Sebuah sub-band dialokasikan untuk frekuensi Uplink, dan sub-band lainnya sebagai Downlink. Kedua sub-band tersebut dibagi-bagi lagi menjadi kanal-kanal, sebuah kanal pada satu sub-band memiliki pasangan dengan kanal pada sub-band yang lain. Tiap sub-band dibagi menjadi 124 kanal, yang kemudian diberi nomor yang disebut ARFCN (Absolute Radio Frequency
Channel Number).
Jadi sebuah MS ( Mobile Station ) yang dialokasikan pada sebuah ARFCN akan beroperasi pada satu frekuensi untuk mengirim dan satu frekuensi untuk menerima sinyal. Untuk GSM, jarak antar pasangan dengan ARFCN sama selalu 25 MHz, dan bandwidth tiap kanal sebesar 200 KHz. Kanal pada tiap awal sub-band digunakan dengan guard-sub-band. Maka spektrum GSM akan menghasilkan 124 ARFCN, masing-masing diberi nomor 1 sampai 124. Kanal sebanyak 124 inilah yang nantinya dibagi-bagi operator-operator GSM yang ada di suatu negara. Adapun deskripsi pembagian ARFCN pada spektrum GSM di tunjukkan pada gambar 2.1
xvii
Gambar 2.1 Spektrum GSM 1
2.2. Komponen - komponen GSM
GSM terdiri dari komponen-komponen jaringan seperti pada gambar 2.2 di bawah ini :
Gambar 2.2 Arsitektur Komponen Jaringan GSM 2
1
Nachwan Mufti A. Manajemen Komunikasi dan Pemetaan Kanal Logik pada Kanal Fisik, EE4712 Modul 8
2
xviii
a) Mobile Station ( MS )
Adalah perangkat radio yang berfungsi sebagai alat penghubung antara pelanggan dengan jaringan GSM. MS terdiri dari dua bagian yaitu Mobile
Equipment (ME) dan elektronik ‘smart card’ yaitu Subscriber Identity Module (SIM). SIM card berisi seluruh informasi user dan beberapa feature
dari GSM. Tanpa adanya SIM, ME hanya dapat melakukan emergency calls. ME di identifikasikan dengan IMEI ( International Mobile Equipment
Identity ) tertentu sedangkan SIM card dilindungi oleh sebuah mekanisme Personal Identity Number (PIN) yang dimiliki masing-masing user.
Gambar 2.3 Mobile Station
b) Base Service Sistem ( BSS )
Adalah komponen jaringan system GSM yang menyediakan jalur hubungan antara MS dengan MSC (Mobile Service Switching Centre).
BSS memiliki 3 komponen utama yaitu:
1. Transcoder ( XCDR )
Transcoder digunakan untuk merubah kecepatan transmisi informasi dari MSC (64 kpbs) menjadi 16 kpbs dan sebaliknya, dan sebagai perangkat kompresi untuk menghemat tansmisi.
2. Base Station Controller ( BSC )
BSC merupakan penghubung antara BTS dengan MSC. BSC digunakan untuk mengontrol BTS yang ada dibawahnya dan sebagai manajemen
xix
BSS. BSC mengatur sumber radio untuk sebuah BTS atau lebih. BSC menangani radio-channel setup, frequency hopping, and handover intern BSC.
3. Base Transceiver Station ( BTS )
Base transceiver station berfungsi untuk menjaga dan memonitor
hubungan ke MS serta memancarkan dan menerima data dari / ke MS.
c) Network Switching Subsystem ( NSS )
Adalah komponen dari sistem GSM yang terdiri dari:
¾ Mobile Switching Centre ( MSC )
MSC adalah perangakat switching untuk sistem selular, fungsinya sama dengan sentral telepon pada umumnya. MSC berfungsi untuk routing panggilan dari / ke MS, mengatur seluruh panggilan, gateway ke network lain serta billing / charging.
¾ Home Location Register ( HLR )
HLR berfungsi untuk menyimpan semua data dan informasi mengenai pelanggan yang tersimpan secara permanen dan memberikan informasi posisi pelanggan berada kepada VLR.
¾ Visitor Location Register ( VLR )
VLR berfungsi sebagi database pelanggan yang bersifat dinamis, selalu berubah setiap waktu, menyesuaikan dengan pelanggan yang memasuki atau berpindah naungan MSC.
¾ Authentication Centre ( AuC )
AuC berfungsi untuk menyimpan semua informasi yang diperlukan untuk memerikasa keabsahan pelanggan dan menyimpan data yang diperlukan untuk melindungi komunikasi pelanggan.
xx ¾ Equipment Identity Register ( EIR )
EIR digunakan untuk meneliti keabsahan pesawat telepon selular yang digunakan pelanggan. EIR merupakan register penyimpan data seluruh mobile stations. EIR berisi IMEIs ( International Mobile Equipment
Identities ), yang merupakan nomor seri perangkat dan tipe code tertentu. Mobile Equipment dibagi menjadi tiga kelompok : Blacklist, Grey list,
White list. Sebagai catatan EIR belum diterapkan di Indonesia.
2.3. Konsep Sel
Salah satu yang mendasari perlunya adanya perkembangan sistem komunikasi seluler adalah faktor keterbatasan spektrum frekuensi dan upaya efisiensi penggunaan frekuensi. Dalam sistem komunikasi wireles seluler ( mobile ataupun fixed ) daerah pelayanan akan di bagi-bagi menjadi daerah-daerah cakupan kecil yang di sebut sel. Istilah seluler mengandung pengertian adanya sel-sel dengan dengan radius tertentu yang mencakup suatu area. Model dari suatu sel-sel merepresentasikan cakupan dari suatu base station. Dengan pembagian cakupan-cakupan daerah yang kecil ini memungkinkan menara transmiter yang cukup rendah dan daya pancar yang cukup rendah juga, sehingga dari segi biaya akan lebih murah dari sistem komunikasi generasi sebelumnya.
Gambar 2.4 a) Sel Besar b ) Sel Split
Pada model sel besar akan mempunyai coverage area yang luas dan membutuhkan Daya transmisi yang besar pula. Sedangkan pada Sel spliting
xxi
coverage area yang kecil atau terbatas sesuai dengan desain, daya yang di transmisikan juga rendah, Pengembangan teknologi frekuensi reuse, mekanisme
Hand Over, Kontrol sentral dan pembagian sel-sel ini akan menambah kapasitas
panggilan. Dalam proses perencanaan sistem seluler, bentuk sel yang digunakan adalah bentuk sel heksagonal. Karena dengan bentuk heksagonal susunan sel menjadi beraturan dan simetris seperti terlihat pada gambar 2.5 :
Gambar 2.5 Bentuk Permodelan Sel
2.3.1. Tipe Sel
Mobile Station hanya dapat berhubungan dengan BTS di dalam daerah
cakupan BTS tersebut. Besarnya daerah cakupan BTS tersebut tergantung pada tipe antenna yang di gunakan. Tipe antenna yang digunakan menentukan tipe sel . Ada dua macam tipe sel berdasarkan tipe antenna yang digunakan :
a. Omnidirectional Cell
Dalam sel ini, BTS di lengkapi dengan Omnidirectional Antenna yang memiliki pola radiasi yang sama untuk semua arah seperti pada gambar 2.6 Agar mencakup semua arah, BTS di letakkan di tengah-tengah. Maka MS yang sedang berada di daerah ini dapat berhubungan dengan BTS tersebut dengan baik.
xxii
Gambar 2.6 Tipe sel yang menggunakan antenna Omnidirectional
b. Sectoral Cell
Dalam sel ini mengarahkan pancaran dari suatu BTS di bentuk ke arah tertentu seperti pada gambar 2.7 Sektorisasi dilakukan karena kenaikan trafik suatu sel pada sektor tertentu saja atau trafik pada suatu sel tidak merata sehingga kapasitas kanal lebih banyak dialokasikan pada sektor yang trafiknya lebih tinggi. Biasanya sektorisasi dibagi menjadi sektorisasi 60˚ dan 120˚.
Gambar 2.7 Tipe sel yang menggunakan antenna sektor
Pada sektorisasi 60˚ pengarahan antena menuju ke enam arah sedangkan pada sektorisasi 120˚ pengarahan antena menuju ke tiga arah. Pada sektorisasi ini juga diadakan perubahan alokasi kanal, sehingga untuk sektor dengan trafik yang tinggi dialokasikan kanal yang lebih banyak
xxiii
dibandingkan dengan trafik yang lebih rendah. Adapun beberapa manfaat dari penggunaan sektoral cell adalah untuk menambah kapasitas dan mengurangi interferensi.
Sedangkan berdasarkan tipe coverage sel terdiri dari :
a. Macrocell
Jenis ini yang paling mudah dilihat, sebab ditempatkan di atas gedung tinggi atau tower dengan ketinggian sekitar 50 meter lebih dengan antena base. Makrosel digunakan untuk melayani coverage di dalam maupun di luar gedung. Ciri makrosel yakni memiliki transmit power yang tinggi, dan cakupan yang luas.
Umumnya makrosel banyak ditempatkan didaerah pinggiran kota yang mempunyai kepadatan rendah (low traffic), dan sesuai bagi pelanggan yang membutuhkan mobilitas tinggi. Jarak jangkauan bisa berbeda antar operator, tergantung desain yang dibutuhkan. Maksimum makrosel mempunyai jangkauan hingga 35 km, pada realitanya makrosel hanya beroperasi hingga 20 km saja Ini disebabkan adanya halangan-halangan yang menganggu penetrasi sinyal.
Gambar 2.8 Makrosel, Mikrosel dan Pikosel 3
3
xxiv
b. Microcell
Mikrosel merupakan suatu sel kecil pada daerah urban di luar gedung
dengan antena base station ditempatkan pada ketinggian yang rendah, dibawah tinggi gedung di sekitarnya. Umumnya 5-10 meter di atas permukaan tanah. Jenis ini biasanya ditempatkan di pinggiran jalan atau di plafon atau langit – langit suatu ruangan, namun ada juga yang dipasang tanpa antena yaitu diletakan pada dinding. Street Cell merupakan bentuk yang biasa dari tipe mikrosel. Mikrosel dirancang bagi komunikasi pelanggan dengan kecepatan tinggi, namun bermobilitas rendah.
Gambar 2.9 Mikrosel 4
Ciri mikrosel yakni cakupannya kecil namun kapasitas besar dengan transmit power yang rendah dan area layanannya mengikuti bentuk jalan. cukup dipasang Maksimum mikrosel mempunyai jangkauan antara 100 meter hingga 1 km.
c. Picocell
Pikosel merupakan bentuk sel yang dipakai untuk daerah layanan
perluasan trafik dari suatu mikrosel. Hal ini disebabkan karena mikrosel over load trafik sehingga mikrosel harus diperluas lagi trafiknya dengan
pikosel. Pikosel biasanya berada dalam gedung yang kurang mendapat
sinyal karena daya output yang rendah dan banyak user yang menggunakan mobile phone, adapun area layanannya mengikuti bentuk
4
Peter Håkansson. GSM and WCDMA 3G networks for hospital use. Ericsson Research Publising
xxv
gedung , seperti bandar udara, stasiun kereta , perkantoran dan pusat perbelanjaan. IndoorCell merupakan bentuk yang biasa dari tipe sel ini.
Gambar 2.10 Pikosel 5
2.4. Pola pengulangan frekuensi ( Reuse )
Sebuah kanal radio terdiri dari sepasang frekuensi, dimana masing-masing frekuensi digunakan untuk membentuk operasi full-duplex. Kanal radio tertentu, katakan F2, digunakan di suatu zona geografis untuk melakukan panggilan di suatu sel, dengan radius cakupan sel R, dimana sinyal yang di inginkan C dapat digunakan di sel yang lain dengan radius cakupan sel yang sama pada jarak D dimana jarak bebas interferensi I.
Gambar 2.11 Frekuensi Reuse 6
5
Peter Håkansson. GSM and WCDMA 3G networks for hospital use. Ericsson Research Publising
6
xxvi
Konsep Pengulangan frekuensi ( Frequency Reuse ) adalah konsep inti dari sistem radio seluler. Dalam sistem Frequency Reuse ini, pengguna di lokasi geografis yang berbeda ( sel yang berbeda ) dapat menggunakan kanal frekuensi yang berbeda secara simultan di luar jangkauan interferensinya. Sistem frequency
reuse dapat secara drastis meningkatkan efisiensi spektrum, namun jika sistem
tidak didesain dengan cermat, interferens serius akan terjadi. Interferens yang disebabkan oleh penggunaan bersama suatu kanal disebut Cochannel interference.
Dari gambar 2.11 kasus terburuk pada titik A, kondisi di mana perbandingan antara daya carrier terhadap daya interferensi ( C/I Carrier to Interference Ratio ). Namun kondisi ini harus lebih besar atau sama dari C/I minimum yang di syaratkan oleh sistem seluler yang bersangkutan. Terdapat sejumlah sel
Cochannel dalam sistem. Total alokasi spektrum frekuensi dibagi menjadi K frequency reuse pattern. Beberapa nilai K ( kluster ) yang bisa diaplikasikan
antara lain 3, 4, 7 dan 12.
Gambar 2.12 Kluster a) K = 3 ; b) K = 4 ; c) K = 7 ; d) K = 12 7
7
xxvii
Di mana :
N
= Jumlah sel penginterferensiK
= Ukuran kluster
R
= Jari-jari coverage SelD
= Jarak bebas interferensiJarak minimum yang memungkinkan frekuensi yang sama dapat diulang dan akan tergantung pada banyak faktor, seperti jumlah sel cochannel dalam BTS, tipe kontur geografis area, ketinggian antena, dan daya pancar di setiap sel. Sebelum mulai merencanakan frekuensi, seluruh frekuensi yang tersedia biasanya disusun kedalam group frekuensi. Contoh pola pengulangan frekuensi yang sering dipakai adalah pola 4/12 seperti pada gambar 2.13 berikut :
xxviii
Gambar 2.13 Pola pengulangan frekuensi 4/12
Gambar 2.13 diatas menyatakan pola pengulangan frekuensi 4/12 dimana base station menggunakan antenna directional 120º atau digunakan 3 sektor untuk setiap BTSnya. Dengan demikian terdapat 12 set kanal frekuensi pada setiap klusternya.
2.5. Konsep Kanal
Istilah kanal ( channel ) dalam sistem komunikasi seluler memiliki 2 pengertian yaitu :
1. Kanal Fisik
Adalah lebar pita tertentu dengan rate tertentu yang di sediakan untuk mengirim informasi ( suara atau data) maupun informasi kontrol.
¾ Satu TimeSlot (TS) frame TDMA merupakan satu kanal fisik ¾ Setiap carrier RF terdiri dari 8 TS (CH 0 – 7) yang disediakan tiap
ARFCN dan mempunyai lebar 200 MHz.
2. Kanal Logic
Adalah tipe data yang di lewatkan pada kanal fisik, baik berupa data trafik, data control dan signaling.
xxix
Kanal Trafik (TCH) dapat membawa suara atau data untuk layanan komunikasi. TCH dibagi dua jenis, full rate channel dengan Bit rate 13 Kbps dan half rate channel dengan kecepatan bit 6,5 Kbps. Kanal kontrol digunakan untuk keperluan signaling.
Kanal logik ditumpangkan pada kanal fisik.
Interface antara BTS dan MS secara uplink maupun downlink dalam GSM diakses melalui TDMA (Time Division Multiple Access) digital. Kanal pembicaraan maupun data untuk pelanggan diberikan melalui TS ( time slot ), dimana satu modul transceiver (TRX) dapat memberikan delapan kanal fisik (0 s/d 7) seperti pada gambar 2.14 dibawah :
Gambar 2.14 Konsep Time Slot menggunakan TDMA 8
Kemudian akses dari MS ke BTS dan sebaliknya untuk pembangunan hubungan telepon dibedakan menjadi beberapa kanal logik. Kanal-kanal tersebut diantaranya :
1. BCCH ( Broadcast Control Channel )
Kanal ini biasanya menempati TS0 pada satu TRX dalam satu cell secara terus-menerus, dan mengakses pelanggan secara downlink saja. Kanal ini membawa informasi sel-sel tetangga, kuat sinyal baik yang diterima MS maupun sel yang melayani. BCCH juga memberi
8
xxx
informasi LAC (Location Area Code) yaitu identitas sel-sel bertetangga yang membentuk satu area tertentu dan diberi satu identitas tertentu.
2. SDCCH (Stand-Alone Dedicated Control Channel)
Kanal ini biasanya menempati satu TS ketika satu pelanggan memulai suatu hubungan telepon baik suara, SMS maupun GPRS. Kanal ini berperan membangun hubungan signaling dan prosedur hubungan antar pelanggan melalui jaringan GSM maupun interkoneksinya ke jaringan lain. Setelah pelanggan berhasil memulai hubungan telepon, kanal ini akan dilepaskan kembali.
3. TCH (Traffic channel)
Adalah kanal-kanal yang disediakan untuk dipakai oleh pelanggan ketika melakukan hubungan telepon. Jadi bila dalam satu sel terdapat 2 TRX, maka 16 time slot yang tersedia setelah dikurangi 1 TS untuk BCCH dan 1 TS untuk SDCCH sisanya akan menjadi kanal telepon yang digunakan pelanggan. Satu TS digunakan oleh satu pelanggan ketika melakukan hubungan telepon dan SMS, sedangkan pada GPRS lebih dari satu TS. Time slot ini kemudian akan menjadi sebuah kapasitas trafik dalam sel-sel radio yang ada.
Kanal logik harus di petakan ke kanal fisik, artinya informasi pada kanal logik harus di tumpangkan atau di tempatkan pada kanal fisik untuk di transmisikan, misalnya pada GSM informasi digital speech yang di bawa oleh kanal logik yang di sebut TCH ( Traffic Channel ) selama transmisi di alokasikan pada kanal fisik tertentu dalam satu Time Slot.
xxxi
Gambar 2.15 Struktur frame GSM 9
2.6. Trafik
Teori trafik di berkembang berdasarkan konsep trunking yaitu sejumlah besar user membagi sejumlah besar kanal yang terbatas. Dimana tiap user di alokasikan pada kanal berdasarkan panggilan, jika semua kanal di gunakan maka user baru akan di blok atau menunggu sesuai antrian. Terori trunking di kembangkan oleh AK Erlang pada tahun 1917.
Satuan trafik biasanya di ukur dalam Erlang, Persentasi Okupasi, 100 call
second / Cent Call Second ( CCS ), ada juga yang mengukur dalam Peg Count.
Ukuran intensitas trafik pada umumnya di ukur dengan besaran Erlang. Adapun hubungan antara besaran Erlang dengan CCS adalah sebagai berikut.
1 Erlang = 1 X 3600 Call Second = 36 CCS
Percentasi Ocupansi di definisikan sebagai persentase waktu kanal sibuk
selama waktu pengamatan, sedangkan untuk Peg Count di devinisikan sebagai jumlah usaha pendudukan sebuah kanal.
9
Nachwan Mufti A. Manajemen Komunikasi dan Pemetaan Kanal Logik pada Kanal Fisik,
xxxii
Di mana :
U
= Waktu pendudukan total ( Usage )PC
= Peg Count tiap periode pengamatanO
= Overflow tiap periode pengamatanH
= Rata-rata waktu pendudukan kanalLingkungan trafik pada umumnya juga akan di klasifikasikan berdasarkan kepadatan dan memiliki karakteristik distribusi trafik yang berbeda, Adapun klasifikasi dari lingkungan trafik adalah sebagai berikut :
a) Metropolitan
Daerah utama metropolitan dengan trafik sebagian besar di sebabkan oleh aktifitas bisnis.
b) Single System City ( SSC )
Daerah layanan adalah kota ukuran sedang.
c) Sub Urban
Daerah layanan dengan sebagian besar daerah pemukiman.
d) Rural
Daerah layanan berupa daerah pertanian dan pemukiman.
2.6.1 Kapasitas Kanal Trafik
Jumlah kanal trafik yang tersedia untuk melayani sejumlah pelanggan merupakan salah satu faktor ketika merencanakan sistem seluler. Adapun yang di sebut jalur trafik ( kanal ) adalah suatu rangkaian ( circuit ) dimana komunikasi
xxxiii
individual bisa di lewatkan. Jalur trafik tersebut bisa jadi adalah kanal RF, time slot, saluran transmisi, trunk atau bahkan switch. Usaha untuk menentukan jumlah kanal trafik sangat diperlukan untuk memperkirakan besar trafik yang dihasilkan oleh setiap pelanggan. Penggunaan jalur trafik di definisikan atas 2 parameter yaitu:
a. Calling Rate
Adalah ukuran jumlah beberapa kali suatu jalur trafik di gunakan selama waktu pengamatan tertentu, atau sering juga di definisikan sebagai intensitas call tiap jalur trafik ( kanal ) selam jam sibuk.
b. Holding Time
Adalah rata-rata penggunaan jalur trafik ( kanal ) tiap panggilan.
Trafik untuk setiap pelanggan didefinisikan oleh rate kedatangan panggilan ( calling rate ) dan rata-rata waktu percakapan ( call holding time ).
Di mana :
I
= Intensitas trafik
T
= Durasi waktu pengamatan
hi
= Holding time dari panggilan individual ke 1
Nc
= Jumlah total panggilan selama pengamatanh
= Rata-rata holding time panggilan
nc
= Jumlah panggilan tiap satuan waktu1 Erlang adalah jumlah intensitas trafik yang di bawa oleh kanal yang secara penuh di gunakan dalam durasi waktu tertentu. Intensitas trafik di definisikan sebagai rata-rata jumlah waktu pendudukan suatu kanal selama pengamatan
xxxiv
waktu tertentu. Trafik rata-rata untuk setiap pelanggan didefinisikan sebagai berikut :
Dimana :
A
= Trafik (dalam Erlang)
T
= Rata-rata waktu percakapan (dalam detik)N
= Jumlah panggilan setiap jam dan pelanggan Jika N = 1 dan T = 180 detik, maka :
2.6.2 Teori Rata-Rata dan Jumlah Pendudukan
Dalam teorema umum trafik, baik kanal radio maupun kanal-kanal pembicaraan lainnya yang berbasis time slot, dipergunakan pula rata-rata ( average ) dalam pendudukan yang dirumuskan berikut :
Jumlah pendudukan = Σ A
Rata-rata pendudukan merupakan jumlah volume pendudukan dibandingkan dengan banyaknya pendudukan dalam suatu periode waktu pengamatan. Atau dapat dituliskan sebagai berikut :
Average Traffic = Σ A / N
2.6.3 Parameter kerja Trafik
Parameter tingkat layanan atau parameter unjuk kerja layanan di tinjau dari sisi trafik telekomunikasi dapat di kategorikan atas 2 hal yang utama yaitu :
a) Dial Tone Delay
Adalah jumlah waktu maksimum pelanggan harus menunggu panggilannya sebelum di putuskan di tolak. Kondisi di mana sejumlah
xxxv
besar call user yang bersaing untuk mendapatkan sejumlah server. Dial tone delay di asumsikan bahwa user akan menunggu selama kanal masih tersedia.
b) Probabilitas Penolakan Layanan
Adalah kemungkinan service trunk tidak tersedia untuk panggilan tersebut. Jenis ini mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan dial tone delay yaitu: sejumlah user bersaing untuk mendapatkan sejumlah layanan trunk yang tersedia. Kedua, diasumsikan tidak ada delay yang di berikan untuk menunggu di mana user di berikan akses ke kanal atau di berikan nada sibuk. Ketiga, user dapat memulai usaha panggilan kembali setelah menerima nada sibuk dan di berikan perlakuan yang sama seperti sebelumnya.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa ukuran dasar dari kinerja trafik adalah probabilitas bahwa waktu menunggu layanan ( service delay ) melebihi waktu yang di berikan. Dengan kata lain disebut juga dengan probabilitas blocking. Pada sistem dengan panggilan di buang ketika trunk tidak tersedia ( system loss ) maka probabilitas blocking ini adalah sebagai ukuran kerja yang utama.
2.6.4 Blocking Formula
a. Rumus Erlang B
Rumus Erlang B di gunakan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut : Terdapat jumlah panggilan datang yang tak terbatas.
Jumlah trunk atau kanal terbatas.
Masing-masing call independent satu sama lain.
Probabilitas user menggunakan kanal ( waktu services ) berbasis pada distribusi eksponensial.
xxxvi
b. Rumus Poison
Di gunakan untuk sistem tunggu dengan delay tunggu sebesar Mean Holding Time.
Di mana :
A
= Offered trafik
T
= Jumlah Trunk ( kanal )PB
= Probabilitas Blockingc. Rumus Erlang C
Rumus Erlang C di gunakan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut : ¾ Di gunakan untuk sistem antrian. Untuk panggilan yang tidak dapat
di layani segera, akan di masukkan dalam antrian selama yang di perlukan.
¾ Mempunyai sumber yang tak terbatas. ¾ Input Poison.
xxxvii
d. Rumus Binomial
Rumus Binomial di gunakan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut : • Sumber terbatas.
• Kerapatan trafik adalah sama dengan sumber. • Loss call dapat di tangani.
2.6.5 Tingkat Rasio Antrian ( Congestion Ratio )
Bila suatu sistem kapasitas trafik sudah melayani semua pelanggan sesuai kemampuan maksimumnya dan kemudian masih ada pelanggan lain yang harus dilayani, maka dengan teorema antrian disebut dengan Congestion, atau pelanggan tersebut mengantri. Hal ini juga terjadi pada Sel pada BTS dimana pada keadaan tertentu BTS tersebut harus melayani sejumlah pelanggan yang melebihi kemampuan maksimum kapasitas layanannya. Call congestion adalah probabilitas panggilan yang ditawarkan menemui kondisi kongesti, biasanya merupakan perbandingan antara jumlah loss call dengan jumlah offered call. Namun dalam kenyataannya jumlah loss call dan offered call sangat sulit diukur karena sering terjadi Repeated Call Attempt. Secara umum teori antrian panggilan dapat ditulis :
xxxviii
2.6.6 Grade of Services (GoS)
Apabila diinginkan suatu panggilan dapat dilayani tanpa mengalami delay atau loss seperti pada konsep antrian ( congestion ), maka harus disediakan kanal radio sebanyak jumlah pelanggan. Tapi hal ini sangat tidak ekonomis, apalagi tidaklah mungkin bagi pelanggan untuk melakukan panggilan pada saat seluruh kanal sedang digunakan. Panggilan ditolak atau menunggu merupakan konsekuensi dari pertimbangan ekonomis tersebut. Sistem telepon pada umumnya tidak di rancang mengatasi maksimum beban puncak, tetapi dari tipikal beban busiest hournya.
Perbandingan jumlah pelanggan yang tidak berhasil mendapatkan kanal terhadap jumlah total pelanggan yang melakukan panggilan selama jam sibuk disebut Grade of Sevices (GoS). Dalam prakteknya GoS menunjukkan prosentase pelanggan yang diperbolehkan gagal selama jam sibuk berkaitan dengan keterbatasan jumlah kanal trafik radio TCH. Probabilitas panggilan tersebut gagal atau ditolak tergantung jumlah kanal yang disediakan dan trafik yang ditawarkan. Pada umumnya standar nilai 2% merupakan GoS yang digunakan untuk dimensioning pada sistem komunikasi seluler. Dalam penerapannya tabel Erlang B ( tabel 2.1 ) digunakan sebagai rujukan perhitungan Gos (%) terhadap jumlah kanal TCH yang dialokasikan oleh satu sel.
xxxix
Tabel 2.1. Tabel Erlang B
Erlang-B table 0.10% 0.20% 0.50% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 1 0.001 0.002 0.005 0.01 0.02 0.03 0.041 0.052 0.063 2 0.045 0.065 0.105 0.152 0.223 0.281 0.333 0.381 0.426 3 0.193 0.248 0.349 0.455 0.602 0.715 0.812 0.899 0.98 4 0.439 0.535 0.701 0.896 1.092 1.258 1.399 1.524 1.639 5 0.762 0.899 1.132 1.36 1.657 1.875 2.057 2.218 2.365 6 1.145 1.325 1.621 1.909 2.275 2.543 2.764 2.96 3.138 7 1.578 1.798 2.157 2.5 2.935 3.249 3.509 3.737 3.945 8 2.051 2.31 2.729 3.127 3.627 3.986 4.282 4.542 4.779 9 2.557 2.854 3.332 3.782 4.344 4.747 5.079 5.37 5.634 10 3.092 3.426 3.96 4.461 5.084 5.529 5.895 6.215 6.506 11 3.651 4.021 4.61 5.159 5.841 6.327 6.727 7.076 7.393 12 4.231 4.636 5.278 5.875 6.614 7.141 7.572 7.95 8.292 13 4.83 5.27 5.963 6.607 7.401 7.966 8.43 8.834 9.202 14 5.446 5.919 6.663 7.351 8.2 8.803 9.297 9.729 10.212 15 6.077 5.582 7.375 8.108 9.009 9.649 10.174 10.632 11.048 16 6.721 7.258 8.099 8.875 9.828 10.505 11.059 11.543 11.982 17 7.378 7.945 8.833 9.651 10.655 11.368 11.951 12.461 12.923 18 8.045 8.643 9.578 10.436 11.49 12.238 12.85 13.385 13.87 19 8.723 9.351 10.33 11.23 12.332 13.114 13.755 14.314 14.822 20 9.411 10.068 11.091 12.03 13.181 13.997 14.665 15.249 15.778 21 10.107 10.792 11.859 12.837 14.035 14.885 15.58 16.188 16.74 22 10.812 11.525 12.634 13.651 14.895 15.778 16.5 17.132 17.705 23 11.524 12.264 13.416 14.47 15.76 16.675 17.424 18.079 18.674 2.6.7 Utilisasi
Utilisasi digunakan untuk melihat seberapa penuh sebuah kapasitas cell digunakan dalam suatu derajat pelayanan (GoS) tertentu. Utilisasi dihitung sebagai perbandingan antara nilai traffic maksimum sebuah cell (jam sibuk) terhadap kemampuan cell tersebut menghandle traffic pada standar GoS tertentu.
xl
2.7 Hand Over ( H.O )
Hand over adalah peristiwa perpindahan kanal dari mobile stasion tanpa
terjadinya pemutusan hubungan dan tanpa campur tangan dari pemakai. Peristiwa
hand over umumnya terjadi karena pergerakan mobile stasion sehingga keluar
dari cakupan coverage sel asal dan masuk ke cakupan sel yang baru. Hand over tidak berbeda dengan hand off melainkan hanya istilah penamaan saja, Hand over lazim di gunakan di Eropa sedangkan hand off lazim di gunakan di Amerika. Ilustrasi terjadinya hand over di tunjukkan oleh gambar 2.16 di bawah ini.
Gambar 2.16 Hand Over 10
Ada beberapa Alasan terjadinya hand over , beberapa diantaranya adalah mobile stasion keluar dari cakupan Base Transceiver Station ( alasan klasik ), dimana level sinyal yang di terima terlalu rendah dan Bit Error Rate ( BER ) terlalu tinggi. Alasan berikutnya adalah untuk keseimbangan beban jaringan, di mana mekanismenya adalah trafik di salah satu sel terlalu tinggi sehingga beberapa mobile station di serahkan ke sel yang lain. Sebagai catatan standar GSM mencatat ada 40 alasan alasan terjadinya hand over. Adapun perbedaan konsep sistem seluler generasi pertama dengan generasi kedua mengenai hand
over adalah sebagi berikut :
10
xli
a. Generasi I ( Sistem Analog )
• Pengukuran kuat sinyal di lakuakan oleh Base Transceiver Station dan di supervisi oleh Mobile Switching Centre.
• Base Transceiver Station secara konstan melalukan pengukuran dari tiap kanal voice.
• Locator receiver mengukur kuat sinyal Mobile Station dari sel tetangga.
• Mobile Switching Centre menentukan terjadinya hand over atau tidak .
b. Generasi II ( Sistem Digital TDMA )
• Keputusan hand over di bantu oleh mobile station ( MAHO –
Mobile Assisted Hand Over ).
• Tiap mobile station mengukur sinyal yang di terima oleh Base
Transceiver Station yang mengelilinginya dan melporkan kembali
ke Base Transceiver Station.
• Hand Over di inisialisasi jika level terima dari Base Transceiver
Station tetangga mulai meningkat melebihi dari level sinyal Base Transceiver Station sendiri.
• Keputusan atas dasar periode waktu atau derajat level tertentu ( Margin HO ).
• Base Transceiver Station menentukan terjadinya hand over atau tidak.
Mekanisme Hand Over dibagi menjadi beberap jenis, antara lain :
1. Intra-Cell Hand Over
Pemindahan hubungan ke kanal yang berbeda pada satu BTS yang sama.
xlii
2. Intern-Cell Hand Over
Pemindahan hubungan antar BTS yang berbeda dalam satu BSC.
3. MSC intern Hand Over
Pemindahan hubungan yang terjadi antar BSC dalam satu MSC.
4. MSC ekstern Hand Over
Pemindahan hubungan antar BTS dari MSC yang berbeda.
Gambar 2.17 Berbagai tipe Hand Over 11
2.8 Hierarchical Cell Structure (HCS)
Kapasitas trafik dapat ditingkatkan dengan banyak cara. Cara yang paling sering digunakan adalah dengan membuat sel mejadi lebih kecil. Tetapi cara ini dinilai tidak efektif karena harus menggeser atau menempatkan ulang posisi-posisi BTS. Operator berusaha meningkatkan kapasitas dan unjuk kerja jaringan tanpa membuat banyak sel. Maka solusi alternatifnya adalah dengan Hierarchical
Cell Structures (HCS) dimana jaringan radio ( radio network ) di organisir dengan
11
xliii
membagi-bagi layer berdasarkan ukuran sel. Dimana implementasinya terbagi menjadi 3 sel layer yaitu :
Upper layer (macrocells dan atau umbrella cells) Middle layer (macrocells)
Lower layer (microcells dan picocells)
Jaringan radio didistribuskan menjadi beberapa layer berdasarkan kecepatan mobilitasnya, dan di jelaskan sebagai berikut :
• Upper layer melayani mobile station yang berada di outdoor dan mempunyai mobilitas pergerakan yang cepat.
• Middle layer melayani mobile station yang berada di area outdoor dan mempunyai mobilitas pergerakan yang sedang.
• Lower layer melayani mobile station yang berada baik di area indoor ataupun outdor dan mempunyai mobilitas yang rendah ataupun statis.
Gambar 2.18 Layer struktur sel 12
HCS membangun jaringan kedalam dua atau tiga layer struktur sel. Kombinasi dari microcell, macrocell dan umbrellacell dapat diterapkan seperti pada gambar 2.18. Dengan HCS trafik dapat dikontrol antara mikrosel dan
makrosel. Mikrosel dengan antenna dan daya output yang lebih rendah dibanding
12
User Description and Engineering Guidelines for Radio Network Features, Hierarchical
xliv
dengan makrosel akan memberikan tambahan kapsitas trafik untuk daerah hot spot, yaitu suatu daerah dimana beban trafiknya sangat tinggi. Dalam hal ini
makrosel bertindak sebagai umbrellacell untuk mikrosel. Ketika menerapkan HCS
pada jaringan yang terdapat mikrosel, makrosel didefinisikan sebagai sel layer 2 dan mikrosel sebagai sel layer 1. Dalam hal ini makrosel bertindak sebagai
umbrellacell.
Area mikrosel lebih kecil karena mempunyai tinggi antenna dan daya output yang rendah. Alasan menerapkan mikrosel, baik untuk daerah hot spot atau
mikrosel sebagai bagian dari jaringan makrosel yang lebih luas adalah untuk
mengurangi beban trafik dari sel makro yang melingkupinya. Mikrosel akan melayani terlebih dahulu seluruh beban trafik dengan kuat sinyal yang cukup, bahkan jika terdapat makrosel yang mempunyai kuat sinyal yang lebih kuat pada area tersebut. Kuat sinyal yang dipertimbangkan cukup untuk suatu suatu sel ditentukan oleh sel paramater LAYERTHR yang merupakan level sinyal
threshold yang digunakan untuk melewati antar sel secara sistematis. Threshold
ini memungkinkan untuk menetapkan ukuran sel dari layer yang lebih rendah pada suatu area dengan satu atau lebih sel tetangga pada layer yang lebih tinggi.
xlv
BAB III
KONDISI EKSISTING SEL PONDOK CINA DEPOK
DAN HIERACHICAL CELL STRUCTURE
3.1 Area Pondok Cina Depok
Pondok Cina Depok merupakan area yang tingkat tumbuh kembang yang positif. Perumahan atau residensial, jalan raya, rel kereta, stasiun dan beberapa hot spot seperti tempat berbelanja atau mall, di samping itu terdapat area kampus yang memungkinkan mobilitas konsentrasi user. Masing-masing tipe area tersebut memiliki supply coverage dengan tipe yang berbeda - beda pula sesuai dengan karakteristik trafiknya.
xlvi
Perumahan/residensial memiliki karakteristik trafik yang berasal dari subscriber dengan mobilitas rendah dan melakukan komunikasi dengan intensitas medium. Jalan/akses memiliki karakteristik trafik yang berasal dari subscriber dengan mobilitas tinggi karena mayoritas berada dalam aktivitasnya di (sekitar) jalan. Di area jalan juga terdapat pemberhentian sementara seperti di lampu lalu lintas. Kondisi seperti ini juga akan lebih optimal jika diberikan supply coverage yang spesifik yang sesuai dengan karakteristik trafiknya. Gedung-gedung perbelanjaan ataupun perkantoran memiliki trafik yang berasal dari subscriber yang ada di dalam gedung itu. Mobilitas subscriber relatif rendah hanya sebatas di dalam gedung tersebut namun umumnya memiliki intensitas komunikasi yang relatif lebih tinggi.
Di daerah Pondok Cina terdiri dari beberapa tipe sumber trafik. Secara garis besar, sumber trafik bisa dibagi dalam beberapa kriteria tempat yaitu :
1. Perumahan/residensial di beberapa jalan kecil di Jl Margonda. 2. Jalan Margonda dan Jalan Juanda
3. Petigaan Jalan Juanda dan Jalan Margonda 4. Stasiun KA Pondok Cina
5. Pusat perbelanjaan Margo City
3.2 Sel-Sel di Pondok Cina Depok
Daerah Pondok Cina dicover oleh 4 sel utama yaitu Makrosel 11712,
Makrosel 03372, Mikrosel 5228, dan Pikosel PC819 dengan spesifikasi seperti
pada penjelasan berikut :
3.2.1. Makrosel GSM1800 03372
Cell 03372 merupakan tipe makrosel dengan frekuensi kerja 1800 MHz. Dengan pemakaian frekuensi kerja yang tinggi, maka daya pancar sinyal dari 03372 akan lebih kecil mengingat rugi-rugi pathloss akan lebih besar untuk sinyal dengan frekuensi yang lebih tinggi. Transmit (TX) power diset maksimum pada
xlvii
RBS DCS1800 sebesar 45dBm dan penempatan antenna di ketinggian tower 30 meter.
Semua konfigurasi tersebut menciptakan 03372 mempunyai coverage yang relatif lebih pendek. Dengan kondisi coverage seperti itu, maka 03372 didesign untuk memberikan supply coverage terhadap subscriber yang berada di jarak dekat terhadap tower yaitu mereka yang mayoritas berada di komplek residensial di tepi Jalan Margonda dan Jalan Juanda.. Sebagian kecil lagi adalah subscriber yang berada di Jalan Margonda namun memiliki jarak yang dekat terhadap tower dimana sinyal diterima masih memadai untuk melakukan komunikasi.
Tabel 3.1 Spesifikasi Makrosel GSM1800 03372
Cell 0337
Cell Id ( spesifik) 03372 Nama cell Depok UI Frekuensi kerja 1800 MHz Data RBS
Jumlah radio kabinet 2 Jumlah TRU 12
Konfigurasi TRU 4+4+4 Antena
Jumlah Antena 3
Tinggi Antena/Sektor 30 meter
Arah Antena/Sektor 90+210+330 Daya Pancar/Sektor 45 dBm
Layer Thr - 83 dBm
3.2.2. Makrosel GSM900 11712
Cell 11712 merupakan tipe makrosel dengan frekuensi kerja 900 MHz. Pemakaian frekuensi kerja yang lebih rendah menyebabkan daya pancar sinyal dari 11712 menjadi lebih jauh mengingat rugi-rugi pathloss untuk sinyal dengan
xlviii
frekuensi yang lebih rendah akan menjadi kecil. Transmit (TX) power diset maksimum pada RBS DCS900 sebesar 47dBm dan penempatan antenna di ketinggian tower 50 m.
Semua konfigurasi tersebut menciptakan 11712 mempunyai coverage yang lebih jauh dari cell 03372. Dengan kondisi coverage seperti itu, maka 11712 didesain untuk memberikan supply coverage terhadap subscriber yang tidak mendapatkan sinyal terima yang memadai dari 03372 dan suscriber yang berada di jarak lebih jauh serta seperti subscriber di Stasiun KA Pondok Cina juga subscriber yang berada pada kondisi mobile berada di Jalan Margonda dan Jalan Juanda.
Tabel 3.2 Spesifikasi Makrosel GSM900 11712 Cell 1171
Cell Id ( spesifik) 11712 Nama cell Depok UI_2 Frekuensi kerja 1800 MHz Data RBS
Jumlah radio kabinet 2 Jumlah TRU 12
Konfigurasi TRU 4+4+4 Antena
Jumlah Antena 3
Tinggi Antena/Sektor 50 meter
Arah Antena/Sektor 90+210+330 Daya Pancar/Sektor 47 dBm
Layer Thr - 95 dBm
3.2.3. Mikrosel MC5228
Cell MC5228 adalah tipe mikrosel dengan frekuansi kerja 1800 Mhz.
Mikrosel ini didesign untuk meng-cover subscriber yang berada di persimpangan
Jalan Margonda dan Jalan Juanda. Tinggi monopole adalah 4 m dan transmit power 37dBm.
xlix
Persimpangan jalan atau lampu lalu lintas memiliki karakteristik yang unik yaitu subscriber yang mobile akan berhenti untuk beberapa saat di spot tersebut. Dalam masa berhenti tersebut, besar kemungkinan subscriber akan melakukan aktivitas komunikasi tertentu. Kondisi subscriber yang terkonsentrasi di spot kecil tersebut dan dalam siklus waktu yang singkat memerlukan satu perlakuan network yang khusus karena jika tidak, konsentrasi subscriber tersebut bisa mengganggu alokasi channel makrosel yang meng-covernya dimana makrosel didesain untuk mengcover suatu area luas dengan distribusi subscriber yang merata. Karenanya didesainlah adanya mikrosel yang bertujuan untuk menghandle subscriber di spot tersebut. Mikrosel ini berfungsi sebagai stabilizer untuk makrosel yang melayani spot persimpangan terhadap kemungkinan terjadinya spike (lonjakan tinggi) trafik yang berasal dari persimpangan tersebut.
Tabel 3.3 Spesifikasi Mikrosel MC5228 MC5228
Cell Id ( spesifik) MC5228 Nama cell Depok Juanda Frekuensi kerja 1800 MHz Data RBS
Jumlah radio kabinet 1 Jumlah TRU 2
Konfigurasi TRU 2+ Antena
Jumlah Antena 1 Tinggi Antena/Sektor 4 meter Arah Antena/ Sektor - Daya Pancar/ Sektor 37 dBm Layer Thr - 80 dBm
3.2.4. Pikosel PC0819
Pikosel ini didesain untuk melayani subscriber yang berada di dalam suatu
l
dipasang di setiap lantai gedung. Pikosel PC0819 melayani subscriber yang berada di dalam pusat perbelanjaan Margo City.
Tabel 3.4 Spesifikasi Pikosel PC0819 PC819
Cell Id ( spesifik) PC0819 Nama cell Margo City Frekuensi kerja 1800 MHz Data RBS
Jumlah radio kabinet 1 Jumlah TRU 2
Konfigurasi TRU 2+ Antena
Jumlah Antena Per Lantai Tinggi Antena/Sektor 3 meter
Arah Antena/ Sektor - Daya Pancar/ Sektor 37 dBm Layer Thr - 75 dBm
3.3 Drive Test
Secara teknis Drive Test berguna untuk mengukur parameter-parameter radio frekuensi dari sistem seluler. Instalasi dari perangkat TEMS untuk melakukan Drive test ditunjukkan pada gambar 3.2.
li
Melalui tampilan komputer Program Drive-Test TEMS ( TEst Mobile
System ) yang dikeluarkan oleh Ericsson, kita dapat melihat mode handset yang
kita gunakan ( idle atau dedicated ), sel mana dan frekuensi berapa yang tengah melayani beserta informasi tentang sel tersebut. Dapat juga kita temukan data tentang Receive Level (RXLev) dari Serving Cell dan beberapa Neighbour Cell, parameter Carrier to Interference ( C/I ), Speech Quality Index ( SQI ) maupun
Timing Advance ( TA ) secara visual baik dalam bentuk numerik atau juga grafis,
seperti ditunjukkan pada gambar 3.3
Gambar 3.3 Tampilan layar Monitor pada Komputer TEMS
3.4 Hierarchical Cell Structure (Struktur Sel Bertingkat)
HCS pada dasarnya adalah sebuah cara untuk merubah batas cell dari batas cell nominalnya. Dengan HCS, suatu cell dapat diberikan prioritas terhadap cell lain yang lebih kuat melalui sebuah cara yang efisien dan aman. Selanjutnya, HCS juga mampu membentuk sebuah kelompok cell (misalnya makrosel 1800 MHz) dan memberikan prioritas lebih kepada kelompok tersebut terhadap kelompok cell yang lain.
lii
HCS juga menyediakan probabilitas dan fleksibilitas dalam memberikan prioritas kepada cell yang bukan merupakan terkuat namun memiliki signal level memadai. Prioritas sebuah cell dilakukan dengan memberikan nilai LAYER terhadap cell tersebut. Semakin kecil nilai LAYER semakin tinggi prioritasnya. Penentuan nilai LAYER harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti :
1. Strategi distribusi trafik diantara cell-cell yang berbeda. 2. Kapasitas maksimum trafik dari setiap cell.
3. Pengaruh interference pada setiap cell.
Dalam kombinasi antara cell besar dan cell kecil, kapasitas tinggi dan coverage bagus dapat diraih. Alasan adanya cell layer lebih rendah (mikrosel dan
pikosel) dan memberikannya prioritas dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Site akuisisi lebih mudah jika perangkatnya kecil.
Interference mungkin sering lebih mudah dihindari diruangan yang terbatas. Karena itu sel yang kecil mungkin menyediakan kualitas lebih walaupun bukan merupakan sel yang terkuat. HCS merupakan pengecualian dari prinsip sel yang terkuat yang melayani dan membutuhkan interference rendah untuk implementasi yang efisien. Trafik di dalam sel dengan output power rendah dan posisi antena
rendah atau indoor menciptakan interferensi lebih kecil daripada trafik yang terjadi di makrosel.
Sedangkan tujuan dari cell layer lebih tinggi (umbrella cell) :
¾ Mengisi radio coverage hole.
¾ Menyediakan kapasitas cadangan; sebuah cell dengan layer yang lebih tinggi dapat dipilih jika terjadi kongesti di cell layer lebih rendah.
liii
¾ Berfungsi sebagai cell cadangan pada kondisi gangguan radio.
Handover ke cell layer lebih tinggi dapat dilakukan pada kondisi
kualitas buruk.
¾ Melayani handset yang bergerak cepat untuk mengurangi jumlah
handover.
3.5 Handover dalam sistem HCS.
Dalam network dimana HCS tidak diimplementasikan, maka handover akan ditentukan berdasarkan kuat sinyal dari setiap cell. Mudahnya, cell dengan RxLEv terkuatlah yang akan meng-handle. Hal ini sama halnya jika handover terjadi antar cell dengan LAYER yang sama seperti ditunjukkan pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Handover sel pada layer yang sama 13
Untuk mengontrol terjadinya Handover antar cell yang berbeda layer, terdapat parameter threshold LAYERTHR. Nilai dari parameter LAYERTHR ini akan menentukan kapan sebuah cell dengan LAYER lebih rendah akan
13
User Description and Engineering Guidelines for Radio Network Features, Hierarchical
liv
handle sebuah panggilan. Jika sebuah handset yang tengah dihandle oleh suatu cell kemudian handset tersebut mengukur RXLev dari cell layer lebih rendah lebih kuat dari LAYERTHR cell layer lebih rendah tersebut, maka panggilan akan
di-handover-kan ke cell layer lebih rendah tersebut.
Pengaruh dari mekanisme tersebut menghasilkan tipikal Handover seperti
yg diilustrasikan gambar 3.5
Gambar 3.5 Handover pada layer yang berbeda 14
Sebagai catatan, handover antar sel dengan LAYER yang sama akan memiliki mekanisme yang sama dengan sistem tanpa HCS artinya handover akan ditentukan berdasarkan kuat sinyal sel - sel tersebut.
14
User Description and Engineering Guidelines for Radio Network Features, Hierarchical Cell Structures. Ericsson Radio System AB
lv
BAB IV
HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA
4.1 Statistik Sel.
Statistik sel merupakan data yang yang di gunakan oleh operator penyedia layanan untuk memonitoring kinerja dan kapasitas traffik dari masing-masing sel pencoverage pada area tertentu dan pada range waktu tertentu pula. Adapun komponen-komponen informasi yang di tampilkan pada data statistik adalah adalah sebagai berikut.
• cell_name, Secara umum penamaan berdasarkan nama daerah tempat coverage Base Station berada.
• cell_Id , merupakan penanda unik yang di gunakan untuk identitas sel pada sistem. Pada Antena jenis sektoral biasanya Cell Id akan di tambahkan urutan range yang berada di belakang berdasarkan posisi sektoral antena, misalnya pada makrosel 1171 (GSM 900) dan 0337 dengan sectoring 1200 Identifikasi menjadi 11711 dan 03371 untuk posisi awal 900 di lanjutkan dengan 11712 dan 03372 pada posisi 2100 dan yang terakhir 11713 dan 03373 pada posisi 3300. Sedangkan untuk antena jenis omnidirectional seperti mikrosel ( MC228 ) dan
pikosel ( PC 0819 ) namanya tunggal dan tidak di ikuti oleh angka.
• Tanggal, menunjukkan informasi waktu pengambilan data traffik tersebut.
• tch_ avail, menunjukkan kanal-kanal yang disediakan untuk dipakai oleh pelanggan ketika melakukan hubungan telepon. Karena sistem pembagian kanal pada jaringan radio GSM kanal fisik yang dapat di berikan sebanyak delapan dalam hal ini frame 0 sampai frame 7 jadi bila dalam satu sel terdapat 2 TRX, maka 16 time slot yang tersedia
lvi
setelah dikurangi 1 TS untuk BCCH ( Broadcast Control Channel ) dan 1 TS untuk SDCCH (Stand-Alone Dedicated Control Channel) sisanya akan menjadi kanal telepon yang digunakan pelanggan. Dalam realisasinya perumusan jumlah kanal yang tersedia kadangkala tidak dapat mencapai 100% hal ini di karenakan adanya beberapa kanal yang gagal di duduki ataupun rusak.
• tch_avail_rate, merupakan informasi prosentase perbandingan tch_ avail yang mampu di duduki pada saat di lakukan pengambilan data dengan tch_ avail fisik yang benar-benar di sediakan.
• tch_tot_traffic, merupakan akumulasi jumlah traffik yang terjadi pada range waktu penggukuran.Satuan traffic berupa besaran Erlang.
• tch_traffic_bsyhr, memberikan informasi mengenai traffik pada jam terpadat pada satu hari .
• utilisasi, merupakan komponen tambahan untuk mempermudah analisa data traffic. Utilisasi merupakan prosentase perbandingan antara tch_traffic_bsyhr dengan traffic maksimum yang mampu di handle oleh masing-masing sel dengan batasan parameter GoS sebesar 2%. Adapun nilainya di tentukan dengan jumlah kanal yang tersedia dan untuk mempermudah penggunaannya dapat di langsung di lihat pada tabel Erlang B.
Handset yang berada di coverage suatu sel akan dihandle oleh sel yang bersangkutan. Pada sistem HCS jika handset berada di suatu irisan coverage antara satu sel dengan sel yang lain, maka sel dengan layer yang lebih rendahlah yang akan diprioritaskan untuk menghandle. Sel dengan layer yang lebih tinggi akan menghandle handset di area irisan itu pada kondisi sel dengan layer lebih rendah sudah terisi penuh atau dengan kata lain sel layer tinggi akan menerima limpahan traffik dari sel dengan layer rendah. Ilustrasi perpotongan coverage antar sel di tunjukkan pada gambar 4.1.
lvii
Gambar 4.1 Ilustrasi perpotongan antar sel
Tingkatan prioritas sel untuk menghandle panggilan di spot tertentu yang berada di daerah Pondok Cina ditunjukkan pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Ilustrasi prioritas dan coverage cell
11712 3372 PC 819 MC 5228 11712 ( Layer 6 ) 03372 ( Layer 4 ) PC0819 Layer 2 MC5228 Layer 3 Jl. Margonda Residential
Margo City Persimpangan Jl. Juanda Prioritas Cell
lviii
4.1.1 Statistik Sel 11712.
Makrosel 11712 memiliki 4 TRX sehingga trafik channel (TCH) yang
tersedia adalah (4 x 8) – 2 = 30 TCH. Berdasarkan tabel erlang B, maka trafik maksimum yang bisa dihandle oleh 11712 dengan satandar GoS 2% yang di gunakan oleh operator adalah 21,932 erlang. Data statistik makrosel 11712 dari peride tanggal 16 Maret 2009 sampai dengan tanggal 15 April 2009 ditunjukkan pada gambar 4.3 dan tabel 4.1. Pada gambar dan tabel tersebut diinformasikan bahwa trafik tertinggi yang dihandle oleh sel tersebut adalah 21,603 Erlang, dimana angka tersebut masih di bawah kapasitas trafik maksimal yang bisa di handle oleh makrosel 11712. Makrosel 11712 berfungsi sebagai umbrella cell pada sistem HCS pada area pondok cina ini. Di mana secara sistem sel ini berfungsi sebagai sel penyangga dan cadangan terhadap sel – sel dengan layer yang lebih rendah ( Makrosel 03372, Mikrosel 5228 dan Pikosel 819 ). Sedangkan untuk komparasi antara trafik pada jam tersibuk dengan utilisasi di tunjukkan pada gambar 4.3. Pada tabel tersebut nilai utilisasi tertinggi pada sel 11712 ialah sebesar 98.5 %.