• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

6 A. Landasan Teori

1. Definisi Akuntansi

Akuntansi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian dan pengikhtisaran dalam cara yang signifikan dan satuan mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang paling tidak sebagian diantaranya memiliki sifat keuangan dan selanjutnya mengintreprestasikan hasilnya.

Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran, transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan serta pengintrepretasian atas hasilnya. R I (2010:2)

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa:

a. Fungsi/peran akuntansi adalah menyediakan informasi kuantiatif terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas ekonomi. b. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dimaksudkan agar

berguna sebagai input yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang rasional.

2. Definisi Akuntansi Pemerintah

Mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi Negara dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN,

(2)

BUMD, LSM, dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta. Indra Bastian (2001:6)

3. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 pasal 1 point 4 menyatakan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah adalah Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 atau PSAP 07 adalah Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) tentang akuntansi Aset Tetap. Tujuan Pernyataan ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi Aset tetap yang meliputi pengakuan, penentuan nilai tercatat, serta penentuan dan perlakuan akuntansi aset penilaian kembali dan penurunan nilai tercatat (carrying value) Aset tetap.

Pernyataan Standar ini diterapkan untuk seluruh unit pemerintah yang menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum dan mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan, penilaian, penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP, 2010 Nomor 07 Paragraf 3) menyatakan Pernyataan Standar ini tidak diterapkan untuk:

a. Hutan dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (regenerative natural resources).

(3)

b. Kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas alam, dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui (non-regenerative natural resources).

4. Definisi Aset Tetap

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP, 2010 Nomor 07 Paragraf 4) mendefinisikan Aset adalah:

Aset sebagai sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alas an sejarah dan budaya.

Dengan batasan pengertian tersebut maka pemerintah harus mencatat suatu aset tetap yang dimilikinya meskipun aset tetap tersebut digunakan oleh pihak lain. Pemerintah juga harus mencatat hak atas tanah sebagai aset tetap. Dalam kasus lain, aset tetap yang dikuasai oleh Pemerintah tetapi tujuan penggunaannya untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah tidak termasuk dalam pengertian aset tetap karena tidak memenuhi definisi aset tetap diatas, contohnya aset tetap yang dibeli pemerintah untuk diserahkan kepada masyarakat.

5. Klasifikasi Aset Tetap

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP, 2010 Nomor 07 paragraf 7) dinyatakan bahwa aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas

(4)

operasi entitas. Klasifikasi aset tetap dalam PSAP 07 adalah sebagai berikut:

a. Tanah;

1) Definisi Tanah

Tanah yang termasuk dalam aset tetap dalam PSAP 07 Paragraf 08 adalah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Lebih lanjut, PSAP 07 menyediakan pembahasan tersendiri mengenai akuntansi tanah, yaitu pada Paragraf 61 sampai dengan 64 yang mengatur mengenai kepemilikan tanah dan pengakuan tanah di luar negeri.

2) Klasifikasi Tanah

Sesuai dengan sifat dan peruntukannya, tanah dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi dua kelompok besar, yaitu (i) tanah untuk gedung dan bangunan, dan (ii) tanah untuk bukan gedung dan bangunan, seperti tanah untuk jalan, irigasi, jaringan, tanah lapangan, tanah hutan, tanah untuk pertanian, dan tanah untuk perkebunan. Pengklasifikasian tanah ini bukan keharusan, tetapi tergantung pada kebutuhan rincian informasi yang diperlukan oleh entitas bersangkutan.

(5)

3) Pengakuan Tanah

PSAP 07 Paragraf 15 menyatakan bahwa:

Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Berwujud;

b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi

normal entitas; dan

e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Berdasarkan hal tersebut, apabila salah satu kriteria tidak terpenuhi maka tanah tersebut tidak dapat diakui sebagai aset tetap milik pemerintah.

Pengadaan tanah pemerintah yang sejak semula dimaksudkan untuk diserahkan kepada pihak lain tidak disajikan sebagai aset tetap tanah, melainkan disajikan sebagai persediaan. Misalnya, apabila Kementerian A mengadakan tanah yang di atasnya akan dibangun rumah untuk rakyat miskin. Pada Neraca Kementerian A, tanah tersebut tidak disajikan sebagai aset tetap tanah, namun disajikan sebagai persediaan.

Lebih lanjut PSAP 07 Paragraf 19 mengatur bahwa pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah. Hak

(6)

kepemilikan tanah didasarkan pada bukti kepemilikan tanah yang sah berupa sertifikat, misalnya Sertifikat Hak Milik (SHM), Sertifikat Hak Pakai (SHP), Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB), dan Sertifikat Hak Pengelolaan (SPL). Berdasarkan hal tersebut, untuk contoh kasus di atas, Kementerian A tetap mengakui/mencatat tanah sebagai persediaan sebelum terjadinya penyerahan hak kepemilikan atas tanah kepada rakyat miskin.

Pada praktiknya, masih banyak tanah-tanah pemerintah yang dikuasai atau digunakan oleh kantor-kantor pemerintah, namun belum disertifikatkan atas nama pemerintah. Atau pada kasus lain, terdapat tanah milik pemerintah yang dikuasai atau digunakan oleh pihak lain karena tidak terdapat bukti kepemilikan yang sah atas tanah tersebut. Terkait dengan kasus-kasus kepemilikan tanah dan penyajiannya dalam laporan keuangan, Buletin Teknis ini memberikan pedoman sebagai berikut:

a) Dalam hal tanah belum ada bukti kepemilikan yang sah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

(7)

b) Dalam hal tanah dimiliki oleh pemerintah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan, bahwa tanah tersebut dikuasai atau digunakan oleh pihak lain.

c) Dalam hal tanah dimiliki oleh suatu entitas pemerintah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh entitas pemerintah yang lain, maka tanah tersebut dicatat dan disajikan pada neraca entitas pemerintah yang mempunyai bukti kepemilikan, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Entitas pemerintah yang menguasai dan/atau menggunakan tanah cukup mengungkapkan tanah tersebut secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

d) Perlakuan tanah yang masih dalam sengketa atau proses pengadilan :

(1) Dalam hal belum ada bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan

(8)

sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

(2) Dalam hal pemerintah belum mempunyai bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

(3) Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

(4) Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut

(9)

tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, namun adanya sertifikat ganda harus diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Tanah dapat diperoleh melalui pembelian, pertukaran aset, hibah/donasi, dan lain-lain. Perolehan tanah melalui pembelian secara tunai diakui sebagai aset tetap-tanah, dan mengurangi Kas Umum Negara/Daerah pada neraca. Dalam rangka penyajian dalam Laporan Realisasi Anggaran, perolehan tanah melalui pembelian diakui sebagai belanja modal. Perolehan tanah melalui hibah/donasi diakui sebagai penambah nilai tanah pada neraca, dan sebagai pendapatan-LO. Perolehan tanah melalui pembelian kredit diakui sebagai aset tetap-tanah, dan sebagai kewajiban pada neraca.

Ilustrasi jurnal perolehan Aset Tetap Tanah melalui pembelian secara tunai adalah sebagai berikut:

(10)

Tabel 1 Jurnal Pemerintah Pusat

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap – Tanah

Kas di Kas Umum Negara

(Untuk mencatat perolehan Tanah melalui pembelian secara tunai)

XXX XXX Sumber : KSAP (2014:5) Tabel 2 Jurnal Pemerintah Daerah

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap – Tanah

Kas di Kas Umum Daerah

(Untuk mencatat perolehan Tanah pembelian secara tunai)

XXX

XXX

Sumber : KSAP (2014:5)

Ilustrasi jurnal atas transaksi pembelian Aset Tetap Tanah tersebut hanya merupakan jurnal umum akuntansi. Masing-masing entitas dapat mengembangkan jurnal dimaksud dalam sistem sesuai dengan karakteristik masing-masing entitas.

Pengakuan suatu aset tetap harus memperhatikan kebijakan pemerintah mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Namun, untuk aset tetap berupa tanah, berapapun nilai perolehannya seluruhnya

(11)

dikapitalisasi sebagai nilai tanah. Tanah Wakaf

Tanah wakaf yang digunakan oleh instansi pemerintah tidak disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah karena Pemerintah tidak memiliki dan/atau tidak menguasai tanah wakaf tersebut. Tanah wakaf tersebut diungkapkan secara memadai pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

4) Pengukuran Tanah

PSAP 07 Paragraf 20 menyatakan bahwa:

Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak dimungkinkan, maka penilaian aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.

Selanjutnya, PSAP 07 Paragraf 30 menyatakan bahwa:

Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak seperti biaya pengurusan sertifikat, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.

Apabila perolehan tanah pemerintah dilakukan oleh panitia pengadaan, maka termasuk dalam harga perolehan tanah adalah honor panitia pengadaan/pembebasan tanah

(12)

dan belanja perjalanan dinas dalam rangka perolehan tanah tersebut

PSAP 07 Paragraf 62 lebih jauh menjelaskan bahwa tidak seperti institusi nonpemerintah, pemerintah tidak dibatasi satu periode tertentu untuk kepemilikan dan/atau penguasaan tanah yang dapat berbentuk hak pakai, hak pengelolaan, dan hak atas tanah lainnya yang dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, setelah perolehan awal tanah, pemerintah tidak memerlukan biaya untuk mempertahankan hak atas tanah tersebut. Tanah memenuhi definisi aset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada PSAP 07.

Biaya yang terkait dengan peningkatan bukti kepemilikan tanah, misalnya dari status tanah girik menjadi Sertifikat Hak Pengelolaan, dikapitalisasi sebagai biaya perolehan tanah.

Biaya yang timbul atas penyelesaian sengketa tanah, seperti biaya pengadilan dan pengacara tidak dikapitalisasi sebagai biaya perolehan tanah.

(13)

5) Penyajian dan Pengungkapan Tanah

Tanah disajikan di neraca dalam kelompok Aset Tetap sebesar biaya perolehan atau nilai wajar pada saat Tanah diperoleh. Penyajian Aset Tetap – Tanah dalam neraca adalah sebagai berikut:

Tabel 3 PEMERINTAH …

NERACA

PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 31 DESEMBER 20X0

Uraian 31-12-20X1 31-12-20X0

Aset ….

Aset Tetap

Tanah XXX XXX

Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi, dan Jaringan Aset Tetap Lainnya

Konstruksi Dalam Pengerjaan ….

…. Kewajiban Ekuitas

Sumber : KSAP (2014:7)

Selain itu, dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:

a) Dasar penilaian yang digunakan untuk nilai tercatat (carrying amount) Tanah.

(14)

yang dalam hal tanah tidak ada nilai satuan minimum kapitalisasi tanah.

c) Rekonsiliasi nilai tercatat Tanah pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

(1) Penambahan (pembelian, hibah/donasi, pertukaran aset, reklasifikasi, dan lainnya); (2) Perolehan yang berasal dari pembelian

direkonsiliasi dengan total belanja modal untuk tanah;

(3) Pengurangan (penjualan, hibah/donasi, pertukaran aset, reklasifikasi, dan lainnya); (4) Perubahan nilai, jika ada.

b. Peralatan dan Mesin

1) Definisi Peralatan dan Mesin

Berdasarkan PSAP 07 Paragraf 10, Peralatan dan Mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

2) Klasifikasi Peralatan dan Mesin

Peralatan dan Mesin dapat diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya, seperti alat perkantoran, komputer, alat angkutan (darat, air, dan udara), alat komunikasi, alat

(15)

kedokteran, alat-alat berat, alat bengkel, alat olah raga, dan rambu-rambu.

3) Pengakuan Peralatan dan Mesin

PSAP 07 Paragraf 15 menyatakan bahwa:

Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Berwujud;

b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan

e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Untuk itu, suatu aset diakui sebagai Peralatan dan Mesin jika memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada PSAP 07 Paragraf 15.

Peralatan dan Mesin yang diperoleh dan yang dimaksudkan akan diserahkan kepada pihak lain, tidak dapat dikelompokkan dalam aset tetap Peralatan dan Mesin, tapi dikelompokkan pada aset persediaan. Misalkan Pemda Kabupaten AA melalui Dinas Pendidikan mengadakan perlengkapan sekolah yang terdiri dari komputer sebanyak 100 unit. Sumber pendanaan adalah APBD yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Berdasarkan ketentuan penggunaan DAK pelaksanaan kegiatan tersebut ditujukan untuk sekolah yang dikelola

(16)

oleh yayasan. Berdasarkan hal tersebut, komputer tersebut tidak dapat diakui sebagai aset tetap peralatan dan mesin karena ditujukan untuk sekolah yang dikelola oleh yayasan. Komputer tersebut disajikan dalam kelompok persediaan.

Pengakuan peralatan dan mesin dapat dilakukan apabila terdapat bukti bahwa hak/kepemilikan telah berpindah, dalam hal ini misalnya ditandai dengan berita acara serah terima pekerjaan, dan untuk kendaraan bermotor dilengkapi dengan bukti kepemilikan kendaraan.

Perolehan peralatan dan mesin dapat melalui pembelian, pembangunan, tukar menukar, hibah/donasi, dan lainnya. Perolehan melalui pembelian dapat dilakukan dengan pembelian tunai, kredit, atau angsuran. Perolehan melalui pembangunan dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) dan melalui kontrak konstruksi.

Perolehan peralatan dan mesin melalui pembelian tunai diakui sebagai penambah nilai peralatan dan mesin, dan mengurangi Kas Umum Negara/Daerah pada neraca. Dalam rangka penyajian dalam Laporan Realisasi

(17)

Anggaran, perolehan peralatan dan mesin melalui pembelian dan pembangunan diakui sebagai belanja modal. Perolehan peralatan dan mesin melalui hibah/donasi diakui sebagai penambah nilai Peralatan dan Mesin pada Neraca dan sebagai pendapatan-LO. Perolehan peralatan dan mesin melalui pembelian kredit diakui sebagai penambah nilai peralatan dan mesin, dan sebagai penambah kewajiban pada neraca.

Ilustrasi jurnal untuk mencatat perolehan Peralatan dan Mesin dari pembelian tunai adalah sebagai berikut:

Tabel 4 Jurnal Pemerintah Pusat

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap – Peralatan dan Mesin Kas di Kas Umum Negara (Untuk mencatat perolehan Peralatan dan Mesin melalui pembelian tunai)

XXX

XXX

(18)

Tabel 5 Jurnal Pemerintah Daerah

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap – Peralatan dan Mesin Kas di Kas Umum Daerah

(Untuk mencatat perolehan Peralatan dan Mesin melalui pembelian tunai)

XXX

XXX

Sumber : KSAP (2014:12)

Ilustrasi jurnal untuk mencatat perolehan Peralatan dan Mesin melalui hibah/donasi adalah sebagai berikut:

Tabel 6 Jurnal Pemerintah Pusat

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap – Peralatan dan Mesin Pendapatan Hibah-LO

(Untuk mencatat perolehan Peralatan dan Mesin melalui hibah/donasi) XXX XXX Sumber : KSAP (2014:12) Tabel 7 Jurnal Pemerintah Daerah

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap – Peralatan dan Mesin Pendapatan Hibah-LO

(Untuk mencatat perolehan Peralatan dan Mesin melalui hibah/donasi)

XXX

XXX

(19)

Ilustrasi jurnal untuk mencatat perolehan Peralatan dan Mesin melalui kredit adalah sebagai berikut:

Tabel 8 Jurnal Pemerintah Pusat

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap – Peralatan dan Mesin Kewajiban

(Untuk mencatat perolehan Peralatan dan Mesin melalui pembelian kredit) XXX XXX Sumber : KSAP (2014:12) Tabel 9 Jurnal Pemerintah Daerah

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap – Peralatan dan Mesin Kewajiban

(Untuk mencatat perolehan Peralatan dan Mesin melalui pembelian kredit)

XXX

XXX

Sumber : KSAP (2014:12)

Ilustrasi jurnal atas transaksi pembelian Aset Tetap Peralatan dan Mesin tersebut hanya merupakan jurnal umum akuntansi. Masing-masing entitas dapat mengembangkan jurnal dimaksud dalam sistem sesuai dengan karakteristik masing-masing entitas.

Pengakuan Peralatan dan Mesin harus memperhatikan kebijakan pemerintah mengenai ketentuan

(20)

nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Kebijakan nilai satuan minimum ini dapat berbeda-beda pada pemerintah daerah, sesuai dengan karakteristik daerah masing- masing. Jika biaya perolehan per satuan peralatan dan mesin kurang dari nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap, maka entitas mengakui/mencatat perolehan peralatan dan mesin sebagai beban operasional, dan karena itu tidak menyajikannya pada lembar muka neraca. Namun demikian, entitas tetap mengungkapkan perolehan peralatan dan mesintersebut dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

4) Pengukuran Peralatan dan Mesin

Berdasarkan PSAP 07 Paragraf 20, Aset Tetap dinilai dengan biaya perolehan, apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Peralatan dan Mesin dinilai dengan biaya perolehan atau nilai wajar pada saat aset tetap tersebut diperoleh. Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta

(21)

biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.

5) Penyajian dan Pengungkapan Peralatan dan Mesin

PSAP 07 Paragraf 52 menyatakan bahwa aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Selanjutnya PSAP 07 Paragraf 58 menyatakan bahwa selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Dengan demikian, Peralatan dan Mesin disajikan berdasarkan biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Metode penyusutan dijabarkan secara tersendiri dalam Buletin Teknis SAP tentang Akuntansi Penyusutan. Peralatan dan Mesin disajikan di Neraca dalam kelompok Aset Tetap. Penyajian Peralatan dan Mesin dalam Neraca adalah sebagai berikut:

(22)

Tabel 10 PEMERINTAH …

NERACA

PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 31 DESEMBER 20X0

Uraian 31-12-20X1 31-12-20X0

Aset

…. ….. ….

Aset Tetap

Tanah ….. …..

Peralatan dan Mesin XXX XXX

Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi, dan Jaringan Aset Tetap Lainnya

Konstruksi Dalam Pengerjaan

Akumulasi Penyusutan (XXX) (XXX) …. …. …. …. ... …. Kewajiban XXX XXX Ekuitas XXX XXX Sumber : KSAP (2014:13)

Penyusutan atas Peralatan dan Mesin pada suatu periode disajikan sebagai beban penyusutan dalam Laporan Operasional.

Selain itu, dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:

a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount) Peralatan dan Mesin.

b) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Peralatan dan Mesin.

(23)

c) Rekonsiliasi nilai tercatat Peralatan dan Mesin pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: (1) Penambahan (pembelian, hibah/donasi,

reklasifikasi dari Konstruksi dalam Pengerjaan, pertukaran aset, dan lainnya); (2) Perolehan yang berasal dari

pembelian/pembangunan direkonsiliasi dengan total belanja modal untuk Peralatan dan Mesin;

(3) Pengurangan (penjualan, hibah/donasi, pertukaran aset, dan lainnya);

(4) Perubahan nilai, jika ada.

d) Informasi penyusutan Peralatan dan Mesin yang meliputi: nilai penyustan, metode penyusutan yang digunakan, alasan pilihan metode penyusutan, perubahan metode penyusutan (jika ada), masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode. Gedung dan Bangunan 1) Definisi Gedung dan Bangunan

PSAP 07 Paragraf 9 menyatakan bahwa:

“Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.”

(24)

Termasuk dalam kelompok Gedung dan Bangunan adalah gedung perkantoran, rumah dinas, bangunan tempat ibadah, bangunan menara, monumen/bangunan bersejarah, gudang, dan gedung museum.

Menurut UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

Gedung dan bangunan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan gedung dan bangunan yang ada di atasnya. Tanah yang diperoleh untuk keperluan dimaksud dimasukkan dalam kelompok Tanah. 2) Klasifikasi Gedung dan Bangunan

Gedung dan Bangunan dapat diklasifikasikan menurut jenisnya, seperti gedung perkantoran, rumah dinas, bangunan tempat ibadah, menara, monumen/bangunan bersejarah, gudang, gedung museum. Gedung bertingkat pada dasarnya terdiri dari

(25)

komponen bangunan fisik, komponen penunjang utama yang berupa mechanical engineering (lift, instalasi listrik beserta generator, dan sarana pendingin Air Conditioning), dan komponen penunjang lain yang antara lain berupa saluran air dan telepon. Masing-masing komponen mempunyai masa manfaat yang berbeda, sehingga umur penyusutannya berbeda, serta memerlukan pola pemeliharaan yang berbeda pula. Perbedaan masa manfaat dan pola pemeliharaan menyebabkan diperlukannya sub-akun pencatatan yang berbeda untuk masing-masing komponen gedung bertingkat, misalnya menjadi sebagai berikut:

Gedung:

a) Bangunan Fisik

b) Taman, Jalan, dan Tempat Parkir, Pagar c) Instalasi AC

d) Instalasi Listrik dan Generator e) Lift

f) Penyediaan Air, Saluran Air Bersih, dan Air Limbah g) Saluran Telepon

Disarankan agar akuntansi pengakuan gedung bertingkat diperinci sedemikian rupa, sehingga setidak-tidaknya terdapat perincian per masing-masing komponen

(26)

bangunan yang mempunyai umur masa manfaat yang sama. Data untuk perincian tersebut dapat diperoleh pada dokumen penawaran yang menjadi dasar kontrak konstruksi pekerjaan borongan bangunan.

3) Pengakuan Gedung dan Bangunan

PSAP 07 Paragraf 15 menyatakan bahwa:

Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Berwujud;

b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi

normal entitas; dan

e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Dengan demikian, untuk dapat diakui sebagai Gedung dan Bangunan, maka gedung dan bangunan harus berwujud dan mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, biaya perolehannya dapat diukur secara handal, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kondisi normal entitas dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan. Pengakuan Gedung dan Bangunan harus dipisahkan dengan tanah di mana gedung dan bangunan tersebut didirikan.

Gedung dan bangunan yang dibangun oleh pemerintah, namun dengan maksud akan diserahkan

(27)

kepada masyarakat, seperti rumah yang akan diserahkan kepada para transmigrans, maka rumah tersebut tidak dapat dikelompokkan sebagai “Gedung dan Bangunan”, melainkan disajikan sebagai “Persediaan.”

Gedung dan Bangunan diakui pada saat gedung dan bangunan telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah serta telah siap dipakai. Hal tersebut sesuai dengan PSAP 07 Paragraf 18 yang menyatakan bahwa:

Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.

Saat pengakuan Gedung dan Bangunan akan lebih dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum, misalnya akte jual beli atau Berita Acara Serah Terima. Apabila perolehan Gedung dan Bangunan belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian gedung kantor yang masih harus diselesaikan proses jual beli (akta) dan bukti kepemilikannya di instansi berwenang, maka Gedung dan Bangunan tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas

(28)

Gedung dan Bangunan tersebut telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas bangunan. Perolehan Gedung dan Bangunan dapat melalui pembelian, pembangunan, atau tukar menukar, hibah/donasi, dan lainnya. Perolehan melalui pembelian dapat dilakukan dengan pembelian tunai, kredit, atau angsuran. Perolehan melalui pembangunan dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) dan melalui kontrak konstruksi.

Perolehan gedung dan bangunan melalui pembelian tunai diakui sebagai penambah nilai gedung dan bangunan, dan mengurangi Kas Umum Negara/Daerah pada neraca. Dalam rangka penyajian dalam Laporan Realisasi Anggaran, perolehan gedung dan bangunan melalui pembelian tunai diakui sebagai belanja modal. Perolehan peralatan dan mesin melalui hibah/donasi diakui sebagai penambah nilai gedung dan bangunan pada Neraca dan sebagai pendapatan-LO. Perolehan gedung dan bangunan melalui pembelian kredit diakui sebagai penambah nilai peralatan dan mesin, dan sebagai kewajiban pada neraca.

Ilustrasi jurnal untuk mencatat perolehan aset tetap gedung dan bangunan dari pembelian adalah sebagai berikut:

(29)

Tabel 11 Jurnal Pemerintah Pusat

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap – Gedung dan Bangunan Kas di Kas Umum Negara

(Untuk mencatat perolehan gedung dan bangunan melalui pembelian)

XXX XXX Sumber : KSAP (2014:18) Tabel 12 Jurnal Pemerintah Daerah

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap – Gedung dan Bangunan

Kas di Kas Umum Daerah (Untuk mencatat perolehan gedung dan bangunan melalui pembelian)

XXX

XXX

Sumber : KSAP (2014:18)

Ilustrasi jurnal untuk mencatat perolehan gedung dan bangunan melalui hibah/donasi adalah sebagai berikut:

(30)

Tabel 13 Jurnal Pemerintah Pusat

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap – Gedung dan Bangunan Pendapatan Hibah-LO

(Untuk mencatat perolehan gedung dan bangunan melalui hibah/donasi)

XXX XXX Sumber : KSAP (2014:19) Tabel 14 Jurnal Pemerintah Daerah

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap – Gedung dan Bangunan Pendapatan Hibah-LO

(Untuk mencatat perolehan gedung dan bangunan melalui hibah/donasi)

XXX

XXX

Sumber : KSAP (2014:19)

Ilustrasi jurnal untuk mencatat perolehan Gedung dan Bangunan melalui kredit adalah sebagai berikut:

Tabel 15 Jurnal Pemerintah Pusat

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap – Gedung dan Bangunan Kewajiban

(Untuk mencatat perolehan gedung dan bangunan melalui pembelian kredit)

XXX

XXX

(31)

Tabel 16 Jurnal Pemerintah Daerah

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap – Gedung dan Bangunan Kewajiban

(Untuk mencatat perolehan gedung dan bangunan melalui pembelian kredit)

XXX

XXX

Sumber : KSAP (2014:19)

Ilustrasi jurnal atas transaksi pembelian Aset Tetap - Gedung dan Bangunan tersebut hanya merupakan jurnal umum akuntansi. Masing-masing entitas dapat mengembangkan jurnal dimaksud dalam sistem sesuai dengan karakteristik masing-masing entitas.

Pengakuan Gedung dan Bangunan harus memperhatikan kebijakan pemerintah mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Jika biaya perolehan per satuan gedung dan bangunan kurang dari nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap, maka entitas mengakui/mencatat perolehan gedung dan bangunan sebagai beban operasional, dan oleh karena itu tidak menyajikannya pada lembar muka neraca. Namun demikian, entitas tetap mengungkapkan perolehan gedung dan bangunan tersebut dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

(32)

4) Pengukuran Gedung dan Bangunan PSAP 07 Paragraf 20 menyatakan bahwa:

Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar saat perolehan.

Berdasarkan PSAP tersebut, maka gedung dan bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan gedung dan bangunan meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak. Apabila penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan. Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut seperti pengurusan IMB,

(33)

notaris, dan pajak. Sementara itu, Gedung dan Bangunan yang dibangun melalui kontrak konstruksi, biaya perolehan meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan, dan pajak. Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari sumbangan (donasi) dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan. 5) Penyajian dan Pengungkapan Gedung dan Bangunan

Sesuai dengan PSAP 07 Paragraf 52, aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Selanjutnya PSAP 07 Paragraf 58 menyatakan bahwa selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Dengan demikian, Gedung dan Bangunan disajikan berdasarkan biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Metode penyusutan atas gedung dan bangunan diatur dalam Buletin tentang Akuntansi Penyusutan

Gedung dan Bangunan disajikan di Neraca dalam kelompok Aset Tetap. Penyajian gedung dan bangunan dalam Neraca adalah sebagai berikut .

(34)

Tabel 17 PEMERINTAH …

NERACA

PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 31 DESEMBER 20X0

Uraian 31-12-20X1 31-12-20X0

Aset

…. ….. ….

Aset Tetap Tanah

Peralatan dan Mesin

Gedung dan Bangunan XXX XXX

Jalan, Irigasi, dan Jaringan Aset Tetap Lainnya

Konstruksi Dalam Pengerjaan

Akumulasi Penyusutan (XXX) (XXX) …. …. …. …. ... …. Kewajiban XXX XXX Ekuitas XXX XXX Sumber : KSAP (2014:21)

Penyusutan atas gedung dan bangunan pada suatu periode disajikan sebagai beban penyusutan dalam Laporan Operasional.

Selain itu, dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:

a) Dasar penilaian yang digunakan untuk mencatat Gedung dan Bangunan.

b) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Gedung dan Bangunan.

(35)

c) Rekonsiliasi nilai tercatat Gedung dan Bangunan pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: (1) Penambahan (pembelian, hibah/donasi,

reklasifikasi dari Konstruksi dalam Pengerjaan, pertukaran aset, dan lainnya); (2) Perolehan yang berasal dari

pembelian/pembangunan direkonsiliasi dengan total belanja modal untuk gedung dan bangunan;

(3) Pengurangan (penjualan, hibah/donasi, pertukaran aset, dan lainnya);

(4) Perubahan nilai, jika ada.

d) Informasi penyusutan Gedung dan Bangunan yang meliputi: nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

d. Aset Tetap Lainnya

1) Definisi Aset Tetap Lainnya

PSAP 07 Paragraf 12 menyatakan bahwa:

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

(36)

Aset Tetap Lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok Aset Tetap Tanah, Aset Tetap Peralatan dan Mesin, Aset Tetap Gedung dan Bangunan, Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. 2) Klasifikasi Aset Tetap Lainnya

Aset yang termasuk dalam klasifikasi Aset Tetap Lainnya adalah koleksi perpustakaan/buku dan non buku, barang bercorak kesenian/kebudayaan/olah raga, hewan, ikan, dan tanaman. Termasuk dalam kategori Aset Tetap Lainnya adalah Aset Tetap-Renovasi, yaitu biaya renovasi atas aset tetap yang bukan miliknya, dan biaya partisi suatu ruangan kantor yang bukan miliknya. 3) Pengakuan Aset Tetap Lainnya

Aset Tetap Lainnya diakui pada saat Aset Tetap Lainnya telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah serta telah siap dipakai oleh entitas. Khusus mengenai pengakuan biaya renovasi atas aset tetap yang bukan milik dapat mengacu pada Buletin Teknis Nomor 04 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah sebagai berikut:

(37)

a) Apabila renovasi aset tetap tersebut meningkatkan manfaat ekonomi dan sosial aset tetap misalnya perubahan fungsi gedung dari gudang menjadi ruangan kerja dan kapasitasnya naik, maka renovasi tersebut dikapitalisasi sebagai Aset Tetap-Renovasi. Apabila renovasi atas aset tetap yang disewa tidak menambah manfaat ekonomik, maka dianggap sebagai Beban Operasional. Aset Tetap-Renovasi diklasifikasikan ke dalam Aset Tetap Lainnya. b) Apabila manfaat ekonomi renovasi tersebut lebih

dari satu tahun buku, dan memenuhi butir 1 di atas, biaya renovasi dikapitalisasi sebagai Aset Tetap-Renovasi, sedangkan apabila manfaat ekonomik renovasi kurang dari 1 tahun buku, maka pengeluaran tersebutdiperlakukan sebagai Beban Operasional tahun berjalan.

c) Apabila jumlah nilai moneter biaya renovasi tersebut material, dan memenuhi syarat butir 1 dan 2 di atas, maka pengeluaran tersebut dikapitalisasi sebagai Aset Tetap–Renovasi. Apabila tidak material, biaya renovasi dianggap sebagai Beban Operasional.

(38)

Perolehan Aset Tetap Lainnya, selain Aset Tetap-Renovasi, pada umumnya melalui pembelian atau perolehan lain seperti hibah/donasi. Perolehan Aset Tetap Lainnya melalui pembelian diakui sebagai penambah nilai Aset Tetap Lainnya, dan mengurangi Kas Umum Negara/Daerah pada neraca. Dalam rangka penyajian dalam Laporan Realisasi Anggaran, perolehan Aset Tetap Lainnya melalui pembelian diakui sebagai belanja modal. Perolehan Aset Tetap Lainnya melalui hibah/donasi diakui sebagai penambah nilai Aset Tetap Lainnya pada Neraca dan sebagai pendapatan-LO.

Ilustrasi jurnal untuk mencatat perolehan Aset Tetap Lainnya dari pembelian adalah sebagai berikut:

Tabel 18 Jurnal Pemerintah Pusat

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap Lainnya

Kas di Kas Umum Negara (Untuk mencatat perolehan Aset Tetap Lainnya melalui

pembelian)

XXX

XXX

(39)

Tabel 19 Jurnal Pemerintah Daerah

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap Lainnya

Kas di Kas Umum Daerah (Untuk mencatat perolehan Aset Tetap Lainnya melalui pembelian)

XXX

XXX

Sumber : KSAP (2014:30)

Ilustrasi jurnal untuk mencatat perolehan Aset Tetap Lainnya melalui hibah/donasi adalah sebagai berikut:

Tabel 20 Jurnal Pemerintah Pusat

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap Lainnya Pendapatan Hibah-LO

(Untuk mencatat perolehan Aset Tetap Lainnya melalui hibah/donasi) XXX XXX Sumber : KSAP (2014:30) Tabel 21 Jurnal Pemerintah Daerah

Tanggal Uraian Debet Kredit

Aset Tetap Lainnya Pendapatan Hibah-LO

(Untuk mencatat perolehan Aset Tetap Lainnya melalui hibah/donasi)

XXX

XXX

(40)

Pengakuan Aset Tetap Lainnya harus memperhatikan kebijakan pemerintah tentang ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Sebagai contoh, pada pemerintah Pusat kebijakan nilai satuan minimum kapitalisasi adalah: Aset Tetap Lainnya berupa koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak kesenian/kebudayaan tidak ada nilai satuan minimum sehingga berapa pun nilai perolehannya dikapitalisasi. 4) Pengukuran Aset Tetap Lainnya

Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai.

Aset Tetap Lainnya dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diperoleh melalui kontrak meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, pajak, serta biaya perizinan.

Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diadakan melalui swakelola, misalnya untuk Aset Tetap Renovasi, meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, pajak, dan jasa konsultan.

(41)

dan dilaporkan di dalam Neraca. Aset Tetap Lainnya yang tidak dikapitalisasi tidak disajikan dalam Neraca, namun tetap diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 5) Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Lainnya

Sesuai dengan PSAP 07 Paragraf 52, aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Metode penyusutan atas Aset Tetap Lainnya diatur dalam Buletin Teknis Nomor 05 tentang Akuntansi Penyusutan. Aset Tetap Lainnya berupa hewan, tanaman, buku perpustakaan tidak dilakukan penyusutan secara periodik, melainkan diterapkan penghapusan pada saat aset tetap lainnya tersebut sudah tidak dapat digunakan atau mati. Untuk penyusutan atas Aset Tetap-Renovasi dilakukan sesuai dengan umur ekonomik mana yang lebih pendek (which ever is shorter) antara masa manfaat aset dengan masa

pinjaman/sewa.

Aset Tetap Lainnya disajikan di Neraca dalam kelompok Aset Tetap. Penyajian Aset Tetap Lainnya pada Neraca adalah sebagai berikut:

(42)

Tabel 22 PEMERINTAH …

NERACA

PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 31 DESEMBER 20X0

Uraian 31-12-20X1 31-12-20X0

Aset

…. ….. ….

Aset Tetap Tanah

Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Aset Tetap Lainnya XXX XXX

Konstruksi Dalam Pengerjaan

Akumulasi Penyusutan (XXX) (XXX) …. …. …. …. ... …. Kewajiban XXX XXX Ekuitas XXX XXX Sumber : KSAP (2014:5)

Penyusutan atas Aset Tetap Lainnya pada suatu periode disajikan sebagai beban penyusutan dalam Laporan Operasional. Selain itu, dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula:

a) Dasar penilaian yang digunakan untuk mencatat Aset Tetap Lainnya;

b) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap Lainnya;

c) Rekonsiliasi nilai tercatat Aset Tetap Lainnya pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

(43)

(1) Penambahan (pembelian, hibah/donasi, reklasifikasi dari Konstruksi dalam Pengerjaan, pertukaran aset, dan lainnya); (2) Perolehan yang berasal dari

pembelian/pembangunan direkonsiliasi dengan total belanja modal untuk Aset Tetap Lainnya.

(3) Pengurangan (penjualan, hibah/donasi, pertukaran aset, dan lainnya);

(4) Perubahan nilai, jika ada.

d) Informasi penyusutan Aset Tetap Lainnya yang meliputi: nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan

akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode. 6. Pengukuran Berikutnya (Subsequent Measurement) Terhadap

Pengakuan Awal

Peraturan Menteri Keuangan No.1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara yang berupa Aset Tetap pada entitas Pemerintah Pusat menjelaskan bahwa

a. Penyusutan Aset Tetap dilakukan untuk:

1) Menyajikan nilai Aset Tetap secara wajar sesuai dengan manfaat ekonomi aset tetap dalam laporan keuangan pemerintah pusat.

(44)

2) Mengetahui potensi Barang Milik Negara dengan memperkirakan sisa Masa Manfaat suatu BMN yang masih dapat diharapkan dapat diperoleh dalam beberapa tahun ke depan.

3) Memberikan bentuk pendekatan yang lebih sistematis dan logis dalam menganggarkan belanja pemeliharaan atau belanja modal untuk mengganti atau menambah Aset Tetap yang sudah dimiliki.

b. Barang Milik Negara yang dapat memiliki objek penyusutan diantaranya adalah:

1) Gedung dan Bangunan 2) Peralatan dan Mesin 3) Jalan, Irigasi, dan Jaringan

4) Aset Tetap lainnya berupa Aset Tetap renovasi dan alat music modern. (Renovasi atas Aset Tetap bukan milik suatu satuan kerja atau satuan kerja pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan kapitalisasi Aset Tetap). 5) Aset Tetap yang direklasifikasikan sebagai Aset Lainnya

dalam neraca berupa Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga dan Aset Idle disusutkan sebagaimana layaknya Aset Tetap.

(45)

c. Penyusutan tidak dilakukan terhadap:

1) Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber yang sah dan telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusannya.

2) Aset Tetap dalam kondisi rusak berat dan/atau using yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan.

d. Nilai yang dapat disusutkan:

1) Nilai yang dapat disusutkan pertama kali merupakan nilai buku per 31 Desember 2012 untuk Aset Tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2012 (merupakan nilai yang tercatat dalam pembukuan).

2) Untuk Aset Tetap yang diperoleh setelah 31 Desember 2012, nilai yang dapat disusutkan merupakan nilai perolehan (jika nilai perolehan tidak diketahui, digunakan nilai wajar yang merupakan nilai estimasi).

3) Jika terjadi perubahan nilai Aset Tetap sebagai akibat penambahan atau pengurangan kualitas dan/atau nilai Aset Tetap, maka penambahan atau pengurangan tersebut diperhitungkan dalam nilai yang dapat disusutkan (meliputi penambahan dan pengurangan yang memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan).

(46)

4) Jika terjadi perubahan nilai Aset Tetap akibat koreksi nilai Aset Tetap yang disebabkan oleh kesalahan dalam pencantuman nilai yang diketahui dikemudian hari, maka dilakukan penyesuaian terhadap Penyusutan Aset Tetap tersebut yang meliputi penyesuaian atas:

a) Nilai yang dapat disusutkan b) Nilai akumulasi penyusutan

5) Penentuan nilai yang dapat disusutkan dilakukan untuk setiap unit Aset Tetap tanpa ada nilai residu.

6) Nilai yang dapat disusutkan didasarkan pada nilai buku semesteran dan tahunan, kecuali untuk penyusutan pertama kali, didasarkan pada nilai buku akhir tahun pembukuan sebelum diberlakukannya penyusutan.

e. Masa Manfaat

1) Faktor prakiraan dalam penentuan Masa Manfaat Aset Tetap harus memperhatikan :

a) Daya pakai

b) Tingkat keausan fisik dan/atau keusangan, dari Aset Tetap yang bersangkutan.

2) Penetapan Masa Manfaat Aset Tetap pada awal penerapan penyusutan dilakukan sekurang-kurangnya untuk setiap kelompok Aset Tetap, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kodefikasi BMN

(47)

3) Masa Manfaat Aset Tetap tidak dapat dilakukan perubahan, kecuali dalam hal:

a) Terjadi perubahan karakteristik fisik/penggunaan Aset Tetap

b) Terjadi perbaikan Aset Tetap yang menambah Masa Manfaat atau kapasitas manfaat atau terdapat kekeliruaan dalam penetapan Masa Manfaat Aset Tetap yang baru diketahui dikemudian hari.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP, 2010 Nomor 07 paragraf 57) menyatakan metode penyusutan yang dapat dipergunakan pada aset pemerintah antara lain:

a. Metode garis lurus (straight line method)

Metode garis lurus ini tepat digunakan apabila manfaat ekonomis yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut setiap periode sama. Sehingga, apabila metode garis lurus ini menghasilkan beban penyusutan yang jumlahnya sama setiap periode, maka akan terjadi pembandingan yang tepat antara pendapatan dengan beban dalam laporan operasional.

Metode Garis Lurus dapat dirumuskan sebagai berikut: Depresiasi =Harga Perolehan − Nilai Sisa

(48)

b. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method ) Metode ini beranggapan bahwa aktiva baru sangat besar peranannya dalam usaha mendapatkan manfaat, peranan aktiva tersebut semakin lama semakin mengecil seiring dengan semakin tuanya aktiva tersebut.

Metode Saldo Menurun Ganda dirumuskan sebagai berikut:

𝑟 = 1

Umur ekonomisx 100%x 2 c. Metode unit produksi (unit of production method)

Dalam metode ini umur keguanaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi.

Metode Unit Produksi dirumuskan sebagai berikut: Depresiasi = Harga Perolehan − Nilai Sisa tafsiran Hasil Produksi (unit)

(49)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang membahas Analisi Penerapan Akuntansi Aset Tetap, yang diperoleh oleh penulis dijelaskan pada tabel berikut ini :

Tabel 23

Hasil Penelitian Terdahulu Identitas Peneliti Aspek Nama : Muhammad Reza Nim : 0912110030 Fakultas Ekonomi Universitas Tridinanti Palembang

Nama : Adi Pratsa Fitri Ramadhani

NIM : A03120031 Politeknik Negeri Banjarmasin

1. Judul Analisa Penerapan

Akuntansi Aset Tetap Sesuai PSAP No.07 pada UPTD Panti Sosial Karya Wanita Harapan Palembang

Analisis Penerapan Akuntansi Aset Tetap Pada Kantor Pertanahan Kota Banjarmasin Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Aset Tetap

2. Institusi/Perusahaan

Yang Diteliti

UPTD Panti Sosial Karya Wanita Harapan Palembang

Kantor Pertanahan Kota Banjarmasin

3. Permasalahan Apakah Akuntansi Aset Tetap pada UPTD Panti Sosial Karya Wanita Harapan Palambang telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah No.07

Bagaimana Penerapan PSAP No.07 Tentang Akuntansi Aset Tetap pada Kantor Pertanahan Kota Banjarmasin ?

4. Tujuan Penelitan Untuk mengevaluasi Aset Tetap pada UPTD Panti Sosial Karya Wanita Harapan Palembang sesuai dengan PSAP

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan PSAP No.07 tentang Akuntansi Aset Tetap pada Kantor

(50)

No.07 ? Banjarmasin. 2. Untuk menganalis

penerapan PSAP No.07 tentang

Akuntansi Aset Tetap pada Kantor

Pertanahan Kota Banjarmasin. 5. Metode Penelitian Metode Analisis

Kuantitatif dan Kualitatif

Metode Analisis Kuantitatif dan Kualitatif 6. Hasil Penelitian 1. Dari harga

perolehan, aset tetap dicatat sebagai aset tetap pada saat aset tetap dimaksud diterima dengan dinyatakan dalam berita acara serah terima aset tetap dan dinilai berdasarkan harga perolehannya ditambah biaya-biaya yang timbul dari proses

pembelian hingga aset tetap tersebut siap digunakan. 2. Dari saat pemakaian

aset tetap, pengeluaran-pengeluaran yang terjadi selama masa penggunaan aset tetap di golongkan dalam dua bagian yaitu pengeluaran yang dikapitalisasi dan pengeluaran yang tidak dikapitalisasi. Dalam hal pencatatan pengeluaran-1. Dari pengklasifikasian aset tetap, pencatatan pada akun Gedung dan Bangunan dicatat terlalu rendah, seharusnya Kantor Pertanahan Kota Banjarmasin melakukan reklasifikasi sebesar Rp191.822.600,00 atas Mesin dan Peralatan sehingga untuk kelompok Gedung dan Bangunan dapat mengalami peningkatan. 2. Dari penyusutan, harus dilakukan pengkoreksian atas aset tetap yang dimiliki sebelum tanggal 31 Desember 2012 dan membuat perhitungan penyusutan untuk tahun setelah 31 Desember 2012.

(51)

pengeluaran setelah perolehan aset tetap telah sesuai dengan PSAP Nomor 07. 3. Dari penyusutan,

perlakuan akuntansi penyusutan aset tetap pada UPTD Panti Sosial Karya Wanita Harapan Palembang tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 07. Hal ini menjadi kelemahan

perlakuan akuntansi aset tetap pada instansi ini. 4. Dari pelaporan,

perlakuan akuntansi aset tetap mulai dari pengakuan,

penilaian dan penyajian pada UPTD Panti Sosial Karya Wanita Harapan Palembang telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintah Nomor 07.

Gambar

Tabel 1  Jurnal  Pemerintah Pusat
Tabel 3  PEMERINTAH …
Ilustrasi  jurnal  untuk  mencatat  perolehan  Peralatan  dan Mesin dari pembelian tunai adalah sebagai berikut:
Tabel 5  Jurnal  Pemerintah Daerah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lihat dalam buku Adrian S utedi, Sertifikat hak Atas Tanah, (Jakarta: S inar Grafika, 2012), p.. land, 3) to assist the government in creating an atmosphere of community

Atom Hidrogen terdiri dari sebuah elektron yang bergerak dalam suatu lintas edar berbentuk lingkaran (orbit-orbit) mengelilingi inti atom; gerak elektron tersebut

Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

Cacat jenis ini biasanya disebabkan oleh [8] : Logam cair yang teroksidasi, temperatur penuangan yang rendah, tidak cukup keringnya saluran cerat dan

diperlukan bagi setiap calon pendidik. Praktik Pengalaman Lapangan 2 merupakan aplikasi mahasiswa praktikan ke depan sebagai calon pendidik yang profesional dan

8 Adapun peran yang dimaksud oleh penulis disini adalah usaha yang menjadi bagian terpenting dari guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan nilai-nilai

Diameter kristal nanopartikel ZnO lebih kecil daripada diameter nanopartikel ZnO, maka jenis kristal nanopartikel ZnO yang terbentuk berupa polikristal dimana

f. Penafsiran Undang-Undang yang Mengandung Ketentuan Umum 2. Orang Sebagai Subyek Hukum. 1) Pengertian dan Ruang Lingkup. 4) Kekuasaan Terhadap Harta Pribadi Seorang Anak. 5)