• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI AJARAN TAUHID. A. Struktur Sastra Kitab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI AJARAN TAUHID. A. Struktur Sastra Kitab"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

125

A. Struktur Sastra Kitab

Sastra kitab memiliki ciri-ciri khusus, baik dari segi isi maupun dari segi gaya ekspresi. Di lihat dari segi isi, sastra kitab bertujuan untuk penanaman ajaran Islam, penguatan iman, dan pelurusan ajaran-ajaran yang menyimpang. Segi gaya ekspresi sastra kitab memiliki ciri khusus berupa struktur sastra kitab, gaya pengisahan, pusat pengisahan dan gaya bahasa yang digunakan (Taufiq, 2007:62). Sastra kitab memiliki ekspresi yang khusus yang berbeda dengan lainnya. Naskah Risālatu `t-Tauhīd tergolong sastra kitab yang didalamnya berisi tentang ajaran tauhid pada teks pertama dan tentang ramalan pada teks kedua. Naskah ini memiliki gaya ekspresi yang khusus.

1. Struktur Pengisahan Naskah Risālatu `t-Tauhīd 1.1. Pendahuluan yang terdiri atas:

a. - Doa dan Seruan,

Bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm. Artinya dengan nama Allah jua aku

memulai membaca kitab ini yang amat murah di dalam negeri akhirat dunia lagi amat mengasihani hambanya yang mukmin di dalam negeri akhirat jua . Bermula Allah itu nama bagi dzat yang wajib adanya yang mempunyai sekalian puji yaitu khusus pada lafadznya dan khusus pada maknanya. Maka sebab di kata khusus pada lafadznya itu karena tiada harus yang lain daripada Tuhan itu bernama Allah tetapi harus seorang-seorang dinamakan dengan nama Abdullah yaitu nama yang terlebih utama. Dan sebab dikata khusus pada maknanya itu karena makna Allah itu tertentu pada zat yang bersifat Al-Wahīd//yakni zat yang bersifat ketuhanan. (Risālatu `t-Tauhīd , hlm 1).

(2)

Pembuka teks ini berisi pujian terhadap Allah dan nama-nama Allah (Asma’ul

husna) yang tercantum pada kata Bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm.

- Ajaran takwa kepada pembaca

“Kullu amrim dzībālin lā yubdā’u fī-hi bismi `l-Lāhi `r-Rāhmani `r-Rahīm

fahuwa aqtha’u ay qalīlul ‘l-barakah.artinya bermula tiap-tiap pekerjaan yang kebajikan yang tiada dimulai dalamnya dengan membaca Bismi `l-Lāhi itu maka yaitu putus berkahnya yakni kurang berkahnya” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 5).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa makna Bismi ‘l-Lahi sebagai suatu hal yang digunakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik. Pembaca diwajibkan untuk membaca Bismi `l-Lāhi `r-Rāhmani `r-Rahīm sebelum

membaca naskah Risālatu `t-Tauhīd. Melakukan segala pekerjaan yang baik (ma’ruf) wajib pula membaca basmallah agar setiap pekerjaan yang kita kerjakan menjadi berkah. Hal itulah salah satu cara hamba Allah bertakwa kepada Allah Swt.

- Selawat kepada Nabi Muhammad saw.

Dalam teks ini tidak disebutkan salawat secara tersurat pada pembukaan. Naskah ini mengajarkan kepada umat muslim untuk meneladani Rasulullah dan para ulama. Sifat-sifat Rasul Allah yang disebutkan dalam naskah ini bertujuan agar umatnya meneladani sifat beliau. Hal ini merupakan salah satu keunikan dari naskah Risālatu `t-Tauhīd. Umumnya, dalam struktur sastra kitab dalam pendahuluan selalu dibuka dengan doa dan seruan, ajaran takwa kepada pembaca, dan selawat kepada Nabi.

(3)

a. Dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd ditemukan kata “wa, ba’ du” sebagai salah satu ciri sastra kitab.

b. Kepengarangan naskah ini belum ditemukan nama pengarang karena ketidakjelasan penulisan kolom keterangan pada bagian awal naskah. Naskah ini berisi tentang ajaran tauhid pada teks pertama dan tentang ramalan pada teks kedua.

1.1. Isi terdiri atas:

a. Pembukaan berupa pujian-pujian kepada Allah dan membaca Bismi `l-Lāhi

`r-Rāhmani `r-Rahīm beserta makna dari bacaan tersebut.

b. Hukum-hukum membaca Bismi `l-Lāhi ada empat yaitu wajib, sunah, jaiz, dan haram.

c. Pembahasan tentang ajaran tauhid berupa syara’, Jisim, dan jirim.

d. Sifat dua puluh Allah dan sifat mustahil Allah. Sifat-sifat Allah tersebut tergolong pula ke dalam empat golongan, yaitu:

- Sifat Nafsiyah - Sifat Salbiyah - Sifat Ma’ani - Sifat Ma’nawiyah

e. Sifat-sifat Rasul Allah yang wajib diteladani dan mukjizat yang diberikan Allah sebagai tanda-tanda kerasulannya.

f. Kepercayaan terhadap kitab Allah dan pembahasannya. Kitab Allah ada empat, yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Alquran.

g. Pembahasan dua kalimat syahadat sebagai awal pintu masuk dari Agama Islam.

(4)

1.2. Penutup

Penutup dalam teks pertama naskah Risālatu `t-Tauhīd berupa ucapan wallahu a’lam bissawab” yang artinya segala kebenaran hanya milik Allah. Kolofon dalam lembar penutup berisi tentang waktu pembuatan naskah Risālatu

`t-Tauhīd. Kata “tammat” sebagai tanda akhir dari penulisan teks naskah Risālatu `t-Tauhīd.

2. Gaya Pengisahan Naskah Risālatu `t-Tauhīd

Dalam menyampaikan isi ajaran tauhid dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd menggunakan gaya pengisahan yang berbentuk interlinier, yaitu doa dan kutipan dalil maupun hadist menggunakan bahasa Arab yang diikuti terjemahannya menggunakan bahasa Melayu. Naskah ini menyatakan pernyataan terlebih dahulu kemudian diikuti dengan keterangannya. Contoh naskah Risālatu `t-Tauhīd menggunakan gaya pengisahan berbentuk interlinier seperti yang dicontohkan pada berikut.

“Wasādisuhā jismun syifāfun nurānyyun artinya keenam bahagi itu jism

yang terus-menerus yang bangsa cahaya seperti sekalian malaikat shalawatu ‘l-Lāhu ‘alaihim dan segala beda dari yang elok parasnya tiada lagi lainnya” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 9).

Naskah Risālatu `t-Tauhīd meliputi pembukaan berupa bacaan Bismi ‘l-Lāhi kemudian diikuti dengan doa dan ajaran takwa. Isi meliputi penjabaran dari segala macam ajaran tauhid. Penjabaran isi diikuti pula dengan dalil ‘aqli dan

(5)

Penutup dari naskah dalam teks pertama yang berisi ajaran tauhid ini termasuk unik karena langsung pada kata “tammat”. Penutup tidak diikuti dengan doa penutup seperti halnya naskah-naskah lainnya. Kolofon yang terdapat dalam naskah ini hanya berisi waktu penulisan naskah Risālatu `t-Tauhīd teks pertama. Nama pengarang dan keterangan tahun terdapat dalam catatan pada bagian awal pada bagian awal naskah. Nama pengarang tidak ditemukan karena bagian keterangan awal, tulisannya tidak jelas sehingga sulit di baca.

3. Pusat Pengisahan Naskah Risālatu `t-Tauhīd

Pusat pengisahan naskah merupakan sudut pandang pengarang dalam memaparkan isi naskah Risālatu `t-Tauhīd. Ada dua sudut pandang pengarang, yaitu sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Pemapamaran sudut pandang orang pertama menggunakan kata “aku” dan orang ketiga menggunakan kata ia, mereka, dia.

Awal naskah Risālatu `t-Tauhīd menggunakan sudut pandang orang

pertama. “Bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm. Artinya dengan nama Allah jua

aku memulai membaca kitab ini yang amat murah di dalam negeri akhirat dunia lagi amat mengasihani hambanya yang mukmin di dalam negeri akhirat jua” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 1).

Naskah Risālatu `t-Tauhīd juga memaparkan dengan orang ketiga sebagai

tokoh. Orang ketiga itu digambarkan sebagai ia, dia, atau mereka. Misal “Yang

pertama itu wujud artinya ada Allah Taala itu dengan zatnya mustahil tiada ia dengan zatnya” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 11).

(6)

Pengarang memiliki sifat maha tahu, sebab ia bertugas sebagai penyampai yang mewajibkan ia harus tahu apa yang disampaikan. Metode ini disebut metode orang ketiga atau amnicient author (Taufiq, 2007:67).

Metode orang ketiga yang digunakan oleh pengarang naskah Risālatu `t-Tauhīd menggunakan metode romantik-ironik, yaitu menjabarkan pembahasan dengan pendapat pengarang yang didukung oleh dalil naqli atau ‘aqli. Misalnya sebagai berikut.

“… karena hambanya sebab tiada berdiri padanya itu dalil naqli dan ‘aqli karena kata Allah taala subhanahuwataala, lā yukallifullāhunafsan illā wus’ahā. Artinya tiada memberati Allah ta’al\a\ akan seorang melainkan barang yang kuasanya. Adapun segala sifat Allah taala yang tiada diberati berdiri padanya itu dalil naqli dan ‘aqli itu tiada kuasa segala mukalaf mengenal akan dia dengan satu-satunya melainkan kuasanya. Ia mengenal akan setengahnya jua yang wajib yang berdiri dengan dalil tetapi wajib atas

tiyang-tiyang mukalaf mengenal segala sifat Allah taala yang tiada

hingganya itu atas ijmalnya jua” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 10).

Metode orang ketiga, yaitu metode romantik-ironik sesuai dengan amanat yang ingin disampaikan karena Risālatu `t-Tauhīd ingin memberikan pengajaran tentang agama, khususnya ajaran Tauhid.

4. Gaya Bahasa Naskah Risālatu `t-Tauhīd

Gaya bahasa sastra kitab bersifat khusus, yaitu khusus dalam kosakata, istilah, dan kalimat yang mempergunakan istilah Islam dan istilah Arab. Istilah tasawuf banyak dijumpai dalam naskah-naskah yang mengandung ajaran tasawuf. Istilah fikih dijumpai dalam naskah yang berisi ajaran fikih. Istilah akidah banyak dijumpai dalam naskah-naskah yang berisi ajaran tauhid (Taufiq, 2007:63).

(7)

Kalimat dalam sastra kitab umumnya diawali dengan kata “dan”, “bermula”, dan “maka”. Itu merupakan salah satu ciri khusus sastra kitab. Tanda penghubung kata dan frasa umumnya juga menggunakan kata “dan” yang

memiliki fungsi sebagai tanda koma (,). Terjemahan bahasa Melayu dari bahasa Arab masih terlihat pengaruh dari bahasa Arab itu sendiri. Sarana retorika yang digunakan adalah gaya penguraian, penguatan, hiperbola, pertanyaan retorika, gaya retorika, gaya pertentangan, penyimpulan, ulangan, kiasan, dan polisindenton (Taufiq, 2007:63-64).

Sebagaimana lazimnya sastra kitab, naskah Risālatu `t-Tauhīd memiliki gaya bahasa yang sesuai dengan struktur sastra kitab. Kosakata istilah ajaran Islam khususnya istilah ajaran tauhid dan pengaruh bahasa Arab banyak dijumpai dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd. Kosakata pengaruh ajaran tauhid seperti: Jirīm, jisim, syara’, Wujud, Qidam, Baqa’, Mukhālafatuhu Ta’ala lil Hawadiśi, dsb.

Ungkapan yang biasa digunakan dalam sastra kitab yang terpengaruh dari lingkungan agama Islam yang telah menjadi formula dalam teks pertama naskah Risālatu `t-Tauhīd. Ungkapan itu seperti: Taala, shalla ‘l-Lahu ‘alaihi wa sallam, subhanahu wata’ala, radliya ‘l-Lahu ‘anhu, ‘alahi ‘l-salam, dan sebagainya yang dipergunakan dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd. Ungkapan bahasa Arab yang terdapat dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd adalah sebagai berikut.

Kosakata bahasa Arab dalam teks Risālatu `t-Tauhīd

- Bismillah : dengan menyebut nama Allah

- Al Wahid : yang pertama

(8)

- Mumkin : kemungkinan atau boleh

- Nafii : tiada

- ‘ard : alam

- tsabit : menetap

- Azza wajalla : Yang Mahamulia dan Mahaluhur

- Jumali : jumlah

- Tholib : murid

- Syaikh : Syeh

- Uhlul ushul : ahli ulama

- Sama’ : Mendengar

- Bashar : Melihat

- Wujud : ada

- ‘adam : tidak ada

- ‘aqoid : akidah

- Qidam : Permulaan

- Hudus : Baru

- Baqa’ : Kekal

- Fana’ : dapat binasa

- Mukhālafatuhu

Ta’ala lil

Hawadiśi

: berlainan dengan sekalian makhluk

- Al-Mumatsalah : serupa dengan makhluk-Nya.

(9)

Binafsihi

- Adamul Qiyamu

Binafsihi

: tidak dapat berdiri sendiri

- Al-Ajzu’ : Lemah

- Al-karohah : dipaksa-paksa

- Al- jahlu : Bodoh

- Al-mautu : Mati - Al-Shommu : Tuli - Al-A’ma : Buta - Bukmu : Bisu - Bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm

: dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih lagi maha Penyayang.

- shalla 'l-Lāhu

‘alaihi wa sallam

: semoga Tuhan memberkatinya dan memberi damai kepadanya.

- Nafsiyah : sifat diri dari zat.

- Salbiyah : sifat yang hak yang dimiliki Allah.

- Ma’ani : sifat yang berwujud diri dengan zat Allah. - Ma’nawiyah : hal yang tetap bagi zat.

Naskah Risālatu `t-Tauhīd, meskipun hasil karya sastra Indonesia lama, namun tata bahasa yang digunakan tidak menggunakan S+P+O+K lazimnya tata bahasa Indonesia. Sintaksis naskah Risālatu `t-Tauhīd banyak terpengaruh oleh

(10)

bahasa Arab misal, pemakaian (wa), (fa), yang digunakan sebagai pembuka atau tumpuan kalimat.

“Maka sebab di kata khusus pada lafadznya itu karena tiada harus yang lain

daripada Tuhan itu … “ (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 1). “Dan sebab dikata khusus pada maknanya itu karena makna Allah itu tertentu pada zat yang bersifat Al-Wahīd//yakni zat yang bersifat ketuhanan” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 1). “Dan disiksa atas \yang meninggalkan dia …”( Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 5). “Bermula yang wajib atas tiap-tiap yang mukalaf, yakni atas orang yang ‘aqil baligh daripada laki-laki dan perempuan bahwa …” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 9).

Pola kalimat dalam naskah tidak lazim digunakan dalam sintaksis bahasa Indonesia. Sintaksis naskah Risālatu `t-Tauhīd terpengaruh dengan tata bahasa

Arab. Kata “dan, maka” biasa dan lazim digunakan dalam tata kalimat bahasa

Arab.

Sarana retorika yang digunakan dalam gaya bahasa naskah Risālatu `t-Tauhīd ini menggunakan gaya bahasa penguraian (analitik) yang digunakan untuk menguraikan masalah yang dibahas secara terperinci. Misalnya sebagai berikut.

“Adapun lafadz Rahmān itu nama bagi sifat Allah ta’al\a\ yaitu khusus

pada lafadznya dan umum pada maknanya. Maka dikata khusus pada lafadznya itu karena tiada diharusi yang lain daripada Allah itu dikata

Rahmān itu disifatkan ia dengan Rahmān. Dan dikata umum pada

maknanya itu karena makna Rahmān itu memurahi Allah taala di dalam dunia pada sekalian makhluknya daripada manusia dan jin dan mukmin dan kafir dan segala yang bernafas dan segala yang tiada dibernafas \sekalipun\ sekaliannya itu masing-masing dimurahi ia dengan rizqinya” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 2).

Selain itu, naskah Risālatu `t-Tauhīd juga menggunakan gaya bahasa penguatan, hiperbola, gaya retorika, dan kiasan sebagai sarana retorika dalam

(11)

penyampaian ajaran tauhid dalam teks pertama naskah Risālatu `t-Tauhīd. Gaya bahasa yang digunakan memiliki fungsi sebagai penegasan dan penjelasan mengenai suatu hal yang menjadi pokok pembahasan dalam naskah. Makna kiasan yang digunakan adalah makna perbandingan dan perumpamaan (simile),

seperti penggunaan kata “seumpama” dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd. Berikut

ini contoh-contoh gaya bahasa yang digunakan dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd.

“Artinya bermula tiap-tiap pekerjaan yang kebajikan yang tiada dimulai

dalamnya dengan membaca Bismi `l-Lāhi itu maka yaitu putus berkahnya yakni

kurang berkahnya” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 5). Kutipan ini menggunakan

kalimat penegasan dengan menegaskan bahwa pekerjaan tidak disertai dengan

basmallah, maka putus berkahnya.

“Ahaduhā jismun kasyīfun marsusunkal ‘ardhi wamā fī manganāhā.

Artinya suatu itu jismiya’farofatsya’bartindi seperti bumi dan barang yang didalam ma’ani bumi” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 8). Kutipan tersebut menggunakan kalimat penerang dengan menyebutkan contoh sebagai penjelas.

Dan ketujuh itu kalam maka hakikatnya itu sifat yang mewujud yang berdiri dengan dzat Allah taala yang tiada berhuruf dan tiada bersuara dan tiada terdahulu dan tiada terkemudian dan tiada putus dengan dialah yang diibaratkan dengan beberapa ibarat yang berselah-selahan seperti Taurat dan Injil dan Zabur dan Quran …” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 27).

Kutipan di atas, menggunakan gaya bahasa perumpamaan (simile) karena

(12)

B. Isi Ajaran Tauhid dalam Naskah Risālatu `t-Tauhīd

Ajaran tauhid merupakan sebuah ajaran keesaan Allah Swt yang menjadi dasar pengetahuan. Tauhid berarti meyakini keesaan Tuhan dan segala pikiran serta teori berikut dalil-dalilnya yang mengacu pada kesimpulan bahwa Tuhan itu Esa. Setiap muslim mengawali pengetahuannya dengan menegaskan keesaan Allah Swt1.

Ilmu tauhid sangat penting dalam pondasi Islam sebagaimana yang tertera dalam dua kalimat syahadat yang merupakan pintu gerbang masuk agama Islam. Tauhid menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamus Offline 1.5.1) memiliki arti keesaan Allah, menauhidkan berarti mengakui keesaan Allah. Berarti tauhid atau ilmu akidah berkaitan erat dengan fungsi sosial masyarakat, pendidikan, dan agama.

Pengkajian teks pertama naskah Risālatu `t-Tauhīd dalam penelitian ini menggunakan konsep Ahlussunah wal jamaah. Secara terminologi artinya petunjuk yang telah ditempuh oleh Rasulullah saw dan sahabatnya yang berkaitan dengan ilmu, akidah, perkataan, perbuatan dan ketetapan-ketetapan termasuk juga dalam beribadah. Jadi, ahlu sunnah wal jamaah adalah mereka yang senantiasa berpegang teguh pada sunah-sunah Rasulullah, para sahabat, dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jejak Rasul baik perkataan dan perbuatan serta senantiasa untuk menjauhi bid’ah2.

1Jurnal Kajian Tauhid bagi Pendidikan, http://digilib.uinsby.ac.id/646/5/Bab%202.pdf,

Digilibs Universitas Islam Negeri: Surabaya, halaman 19.

2Rusdi, Fungsi Tauhid dalam Kehidupan. Keda-ilmu.blogspot.co.id/2010/05/fungsi-tauhid-dalam-kehidupan.html. (Diakses tanggal 10 Mei 2016, Pukul 10.35 WIB).

(13)

1. Makna Bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm

Ajaran tauhid yang terkandung dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd, pada teks pertama berisi tentang fungsi bacaan basmallah dan hukum-hukum membacanya. Sebagai abdullah3 wajib untuk menyertakan Allah dalam setiap pekerjaan. Bacaan basmallah merupakan kekuatan penting sebelum mengerjakan hal-hal yang baik. Setiap umat Islam sangat dianjurkan untuk senantiasa membaca bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm sebelum melakukan pekerjaan yang baik.

Sebagai pembuka kitab ini, makna bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm terkandung arti penyayang dan pengasih. Sebagai umat Islam, maka diwajibkan untuk saling menyayangi dan mengasihi sesama makhluk hidup dengan merawat dan saling menjaga. Kata bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm memiliki hukum-hukum membacanya. Adapun empat hal hukum-hukum-hukum-hukum membaca basmallah dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd adalah sebagai berikut.

a. Hukumnya wajib ketika mengerjakan salat dan membaca dua kalimat syahadat.

Adapun yang wajib membaca bismi `l-Lāhi itu ada(k)kalanya di luar sembahyang dan ada kalanya di dalam/ sembahyang// Adapun bismi

`l-Lāhi yang baca di luar sembahyang dan ada(k)kalanya di dalam

sembahyang. Adapun bismi `l-Lāhi yang [di]baca di luar sembahyang itu se[u]mur hidup sekali jua wajibnya seperti membaca dua kalimat syahadat. Demikianlah dan yang di baca di dalam sembahyang itu wajib pada tiap-tiap sembahyang itu membaca bismi `l-Lāhi dan fatihah (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 2).

3

(14)

b. Hukumnya sunah ketika mengerjakan pekerjaan yang halal.

“Adapun yang sunah membaca bismi `l-Lāhi makan yang halal itu

mengerjakan pekerjaan yang halal maka sunah dimulai membaca bismi

`l-Lāhi” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 4).

c. Hukumnya makruh ketika mengerjakan hal-hal yang makruh.

“Adapun yang makruh membaca bismi `l-Lāhi itu tiap-tiap makan yang

makruh atau mengerjakan pekerjaan yang makruh dimulai dimulai dengan

bismi `l-Lāh” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 4).

d. Hukumnnya haram ketika melakukan hal-hal yang haram.

“Adapun yang haram membaca bismi `l-Lāhi itu tiap-tiap makan yang haram

atau mengerjakan pekerjaan yang haram dimulai dengan bismi `l-Lāhi” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 4).

Pembahasan awal ajaran tauhid dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd ini dapat diketahui fungsi membaca bismi `l-Lāhi `r-Rahmāni `r-Rahīm untuk mengharap rida-Nya dan mengharap keberkahan dari Allah Swt. Pekerjaan menjadi berkah apabila dikerjakan dengan diawali bismillah. Bukti dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd adalah sebagai berikut.

“Kullu amrim dzībālin lā yubdā’u fī-hi bismi `l-Lāhi `r-Rāhmani `r-Rahīm fahuwa aqtha’u ay qalīlul ‘l-barakah. Artinya bermula tiap-tiap pekerjaan yang kebajikan yang tiada dimulai dalamnya dengan membaca Bismi `l-Lāhi itu maka yaitu putus berkahnya yakni kurang berkahnya” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 5).

(15)

Isi dan fungsi bacaan basmallah dan hukum-hukumnya telah dijabarkan dengan jelas. Bacaan basmallah ini terkandung ajaran tauhid, yaitu dalam setiap melakukan pekerjaan ingatlah Allah dan meyakini bahwa Allah itu Esa.

2. Jism dan Jirim

Jism merupakan barang yang nyata baik yang dapat di sentuh atau hanya

dapat dirasakan. Dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd jism terbagi menjadi enam bagian, yaitu; (1) Barang nyata yang terdapat di bumi; (2) Barang yang halus seperti air laut, asap, angin, dan cahaya matahari; (3) Barang yang ada di langit yang dapat di lihat mata seperti awan dan mega; (4) Barang yang terus-menerus seperti langit dan gelas; (5) Barang yang berasal dari api seperti jin; (6) Barang yang terbuat dari cahaya seperti malaikat.

Jirim merupakan dzat yang tidak terwujud namun dapat dirasakan seperti qada dan qadar. Jirim dalam naskah dijelaskan menjadi dua bagian yaitu; (1) jirim yang tidak bersuku-suku (berkelompok)yang disebut dengan jirim jauhar.

Contohnya asal kejadian alam semesta; (2) jirim yang bersuku-suku (berkelompok), disebut dengan jirim jism yang artinya tubuh-tubuh.

3. Sifat Dua Puluh Allah

Ilmu tauhid disebut juga dengan ilmu aqaid4, karena pokok-pokok isinya

berkaitan dengan kepercayaan dan aqidah5 terhadap Allah Yang Maha Esa. Ketauhidan juga dijabarkan dalam (QS. Al-Ikhlas [112]:4) Qul huwallāhu ahad

yang artinya Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. 4

Kepercayaan agama yang pasti dan tidak boleh dipersoalkan atau diperdebatkan lagi.

(16)

Kandungan Surat tersebut adalah bahwa tiada Tuhan selain Allah dan tiada satu makhluk pun yang serupa dengan-Nya. Ilmu tauhid juga sering disebut dengan ilmu kalam karena pembahasannya menyangkut tentang sifat Allah, Rasullullah, Malaikat Allah, dan kitab-kitab-Nya.

a. Sifat Wajib Allah

Allah Swt. memiliki sifat-sifat yang tidak terbatas jumlahnya. Semua sifat menunjukkan kebesaran, keesaan, kekuasaan, keadilan, kebijaksanaan, dan kasih saying kepada seluruh ciptaan-Nya. Sifat wajib Allah yang harus diketahui oleh seorang mukallaf ada dua puluh sifat wajib dan diikuti pula oleh dua puluh sifat mustahil Allah6.

Sifat-sifat Allah di bagi dalam tiga golongan, yaitu: 1) Sifat wajib Allah

2) Sifat Jaiz Allah 3) Sifat Mustahil Allah.

Sifat-sifat wajib Allah yang terkandung dalam ajaran tauhid, yaitu:

a) Wujud, artinya ada, mustahil jika Allah bersifat ‘Adam artinya tidak ada. b) Qidam, artinya tidak berpermulaan ada-Nya, mustahil Allah bersifat Hudus

berarti baru.

c) Baqā’ artinya kekal selamanya, mustahil Allah itu fana’ yang berarti tidak kekal atau dapat binasa.

d) Mukhālafatuhu Ta’ala lil Hawadiśi, artinya berlainan dengan sekalian makhluk, mustahil Allah bersifat Al-Mumatsalah artinya serupa dengan

6Thahir bin Arif dalam Farida Rahmawati, 2013, Skripsi: Syair Ibadat (Suntingan Teks, Analisis Ajaran Tauhid dan Eskatologi Islam), Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret.

(17)

makhluk-Nya.

e) Qiyamuhu Binafsihi, artinya berdiri sendiri, mustahil Allah bersifat Adamul

Qiyamu Binafsihi atau tidak dapat berdiri sendiri.

f) Wahdaniyah, artinya esa, mustahil Allah bersifat Al Ta’addud atau berbilang (banyak).

g) Qudrat, artinya berkuasa, mustahil Allah bersifat Al-Ajzu’ atau lemah.

h) Iradat, artinya menetapkan sesuatu menurut kehendak-Nya, mustahil Allah bersifat Al-Karohah atau dipaksa-paksa.

i) ‘Ilmu, artinya mengetahui segala sesuatu, mustahil Allah bersifat Al Jahlu atau bodoh.

j) Hayat, artinya hidup, mustahil Allah bersifat Al-Mautu atau mati. k) Sama’ artinya mendengar, mustahil Allah bersifat Al-Shommu atau tuli. l) Basar artinya melihat, mustahil Allah bersifat Al-A’ma atau buta. m) Kalam artinya berkata-kata, mustahil Allah bersifat Bukmu atau bisu.

n) Qadiran, artinya selalu berkuasa, mustahil Allah bersifat Ajizan atau selalu lemah.

o) Muridan, artinya selalu berkehendak, mustahil Allah bersifat Karihan atau dipaksa.

p) ‘Aliman, artinya selalu mengetahui, mustahil Allah bersifat Jahilan atau selalu bodoh.

q) Hayyan, artinya selalu hidup, mustahil Allah dalam keadaan mati.

r) Sami’an, artinya selalu mendengar, mustahil Allah bersifat Asham atau dalam keadaan tuli.

(18)

t) Mutakalliman, artinya selalu berkata-kata, mustahil Allah bersifat Abkam atau selalu bisu.

Kedua puluh sifat Allah tersebut dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu sebagai berikut.

a) Sifat Nafsiyah, yaitu sifat diri dzat dan tiada bertambah ia atas dzat. Sifat yang termasuk ke dalam jenis ini adalah Wujud.

b) Sifat Salbiyah, yaitu sifat yang hak yang dimiliki Allah Swt. Sifat yang termasuk ke dalam jenis ini adalah Qidam, Baqā’, Mukhālafatuhu lil

Hawadiśi, Qiyamuhu taala Binafsihi, Wahdaniyah.

c) Sifat Ma’ani, artinya sifat yang berwujud diri dengan dzat Allah taala, yaitu ada tujuh sifat Qodrat, Iradat, ‘Ilmu, Hayyat, Sama’, Bashar, dan Kalam. d) Sifat Ma’nawiyah itu hal yang tetap-tetap bagi dzat selama-lama dzat. Ada

tujuh sifat Ma’nawiyah yaitu Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan, Sami’an,

Bashiran, Mutakalliman.

4. Mengenal Rasul Allah, Malaikat Allah, dan Kitab Suci

Ilmu tauhid mengajarkan setiap muslim untuk mengenal Allah, Rasulullah, Malaikat Allah, dan kitab-kitab-Nya serta mengenal sesama manusia. Ajaran tauhid memiliki keistimewaan yang luar biasa dalam kehidupan dunia dan akhirat. Ilmu tauhid menunjukkan bahwa syirik adalah perbuatan zalim dan dapat mengurangi atau membatalkan iman (At-Tamimi, 2015:10).

Hakikat tauhid yaitu menetapkan Islam dan Iman dalam diri seorang muslim. Hukum Islam terwujud dan terbukti dengan dua kalimat syahadat, salat

(19)

lima waktu, puasa ramadhan, membayar zakat, dan haji ke Baitullah7. Dan hukum Iman terbukti dengan meyakini sepenuh hati tentang keesaan Allah, yakin kepada Rasulullah, Malaikat Allah, kitab-kitab-Nya, adanya hari kiamat, dan adanya qada dan qadar. Hal-hal lain yang disebutkan dalam sebuah hadist, Rasullullah menyebut ada hal-hal lain sebagai Iman seperti akhlak yang baik, bermurah hati, sabar, cinta Rasul, cinta sesama, rasa malu, dan sebagainya (Tim Ahli Tauhid, 2001:11-12).

Dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd pembahasan tentang Iman kepada Rasullullah disebutkan dengan memberi penjelasan tentang sifat-sifat Allah, mukjizat Rasul, jumlah Rasul yang wajib diyakini, dan jumlah nabi Allah. Adapun sifat-sifat Rasul Allah yang wajib diketahui adalah sebagai berikut.

a. Sifat shidq (jujur dan benar) bahwa Rasul Allah memiliki sifat jujur yang merupakan inti dari risalah dakwah. Dengan sifat jujur maka segala urusan akan lurus dan berbuah amal perbuatan.

b. Amanah, yaitu dapat dipercaya. Amanah artinya dapat menjalankan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya secara profesional. Nabi Muhammad saw dikenal sebagai sosok yang dipercaya sehingga mendapat gelar al-Amin.

c. Tabligh, artinya menyampaikan, yaitu menyempurnakan segala risalah dan menyampaikan ke segala makhluk.

d. Fatonah, cerdas bahwa seorang Rasul pasti memiliki kecerdasan yang luar biasa untuk menyampaikan kebenaran dan mengajak umat menuju jalan yang benar.

7

(20)

Sifat-sifat mustahil Rasul Allah adalah sebagai berikut.

a. Kazab artinya dusta atau tidak jujur dengan apa yang telah disampaikan kepadanya berlawanan dengan sidq.

b. Khiyanat artinya mngingkari yang merupakan lawan dari amanah.

c. Khitman artinya menyembunyikan sesuatu dari hal yang telah diperintahkan untuk menyampaikan kepada umat, lawannya adalah tabligh.

d. Jahlun artinya bodoh. Rasul memiliki kecerdasan yang luar biasa untuk menjelaskan firman-firman Allah. Mustahil jika Rasul memiliki sifat jahlun.

Allah menciptakan manusia dengan dibekali oleh akal yang kelak dari akal tersebut akan dihisab amalnya. Akal digunakan untuk membedakan suatu hal antara yang baik dengan yang buruk. Allah telah mengistimewakan para rasul dari makhluk biasa. Rasul Allah yang bertugas sebagai pengemban risalah dakwah dari Allah Swt. yang disampaikan oleh malaikat Jibril diberikan kelebihan oleh Allah berupa mukjizat (Tim Ahli Tauhid UII, 2001:90).

Mukjizat rasul didefinisikan sebagai segala sesuatu yang luar biasa yang terjadi melalui tangan para nabi Allah dan rasulNya dalam bentuk yang manusia biasa tak mampu mendatangkannya (Tim Ahli Tauhid UII, 2001:91). Sebagai contoh mukjizat Rasul-Rasul Allah adalah sebagai berikut.

a. Nabi Muhammad saw dapat membelah bulan.

b. Nabi Ibrahim As tidak hangus dibakar api yang menyala-nyala.

c. Tongkat nabi Musa As dapat berubah menjadi ular dan dapat membelah lautan.

(21)

orang yang sudah meninggal adalah salah satu mukjizat nabi Isa As. e. Dan banyak tanda-tanda kerasulan bagi Rasul-Rasul Allah Swt.

Mukjizat-mukjizat tersebut tidak terlepas dari bentuk sebagai berikut (Tim Ahli Tauhid UII, 2001:91).

a. Ilmu, pemberitahuan tentang hal-hal ghaib yang sudah terjadi ataupun yang akan terjadi, seperti pemberitahuan tentang tanda-tanda hari kiamat yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw padahal hal itu baru terjadi di masa yang akan datang.

b. Kemampuan dan kekuatan, seperti mengubah tongkat menjadi ular.

c. Kecukupan, misal perlindungan bagi Rasulullah dari orang-orang yang menginginkan kejahatan kepadanya.

Dan barang yang lain daripada demikian itu bermula hakikat mukjizat itu yaitu pekerjaan yang merusakkan bagi adat yang dipersertakan dengan mengakui yang mendakwai akan dia oleh segala Rasul akan dalil atas kebenarannya seperti dalil Quran yang mulia dengan terpancur-pancur air pada selang-selang jarinya. Dan boleh bulan yaitu setengah daripada segala mukjizat nabi kita Muhammad saw. dan dibakar tiada hangus yaitu setengah daripada segala mukjizat nabi Ibrahim ‘alaihi ‘s-salam. Dan tongkatnya itu menjadi naga yaitu setengah daripada segala mukjizat nabi Musa ‘alaihi ‘s-salam. Dan berkata-kata akan dia orang yang mati yaitu setengah daripada segala mukjizat nabi ‘Isa alaihi ‘s-salam. Dan baraang yang lain daripada itu daripada segala mukjizat bagi segala Rasul yang lain yaitu amat banyak dan lagi tandah wajib benar nabi kita Muhammad saw. pesuruh Allah taala (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 51).

Tidak semua nabi adalah Rasul dan semua Rasul adalah Nabi Allah. Rasul Allah yang wajib diketahui dalam Alquran berjumlah 25 Rasul. Dan jumlah Rasul ada 313 Rasul.

Malaikat merupakan makhluk Allah yang paling taat kepada Allah Swt. Malaikat salah satu yang wajib diimani keberadaannya oleh setiap muslim. Iman

(22)

merupakan akidah bagi seorang muslim. Oleh karena itu, Iman termasuk ke dalam ajaran tauhid. Malaikat diberikan tugas masing-masing yang kemudian tugas tersebut dijalankan dengan taat tanpa melanggar sedikitpun dari perintah Allah karena malaikat diciptakan dari nur dan hanya diberi akal. Malaikat Allah yang wajib diketahui ada sepuluh, yaitu Jibril, mikail, Israfil, Izrail, Rakib, ‘Atid, Munkar, Nakir, Ridwan, Malik.

Kitab-kitab Allah merupakan salah satu yang wajib diimani juga oleh setiap muslim. Kitab Allah diturunkan kepada para rasul. Ada empat kitab Allah yang wajib diketahui, yaitu sebagai berikut.

a. Kitab Zabur yang diturunkan kepada nabi Daud As. b. Kitab Taurat diturunkan kepada nabi Musa As. c. Injil diturunkan kepada nabi Isa As.

d. Alquran diturunkan kepada nabi akhiruzzaman, nabi Muhammad Saw.

5. Makna Dua Kalimat Syahadat

Dua kalimat syahadat merupakan rukun Islam yang pertama yang menjadi pintu gerbang masuknya seseorang ke dalam agama Islam. Lāillaha

‘l-allahu Muhammad `r-Rasullu `l-Lāhu artinya bahwa tiada tuhan selain Allah dan

nabi Muhammad adalah utusan Allah. Naskah Risālatu `t-Tauhīd, ada empat makna dalam dua kalimat syahadat yaitu sebagai berikut.

a. Pertama lāmustafinan ‘ankulli māsiwāhu walāmuftaqīrun ilaihi kullu mā’adāhu illallah. Artinya itu tiada Tuhan yang kaya daripada tiap-tiap suatu barang yang lainnya. Dan tiada Tuhan yang menjadikan berkehendak

(23)

tiap-tiap suatu barang yang lainnya melainkan Allah taala jua (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 60).

b. Dan kedua makna itu lāwajiba l-lwujūdi illa l-llahu. artinya itu tiada Tuhan yang wajib adanya melainkan Allah taala (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 60). c. Dan ketiga makna itu lāma’buza bihaqqifī ‘l-wujūdi illallahu. Artinya itu

tiada Tuhan yang disembah dengan sebenar-benarnya melainkan Allah taala (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 60).

d. Dan keempat makna itu lāmustahiqqan ‘l-il’bāzati bihaqqin illallah. Artinya itu tiada tuhan yang mempunyai hak yang disembah ia dengan sebenarnya melainkan Allah taala jua (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 60).

Ketauhidan wajib didakwahkan terlebih dahulu kepada seorang muslim daripada kewajiban-kewajiban yang lain termasuk salat. Hal ini karena ajaran tauhid merupakan pondasi dasar dari Agama Islam. Meyakini bahwa Allah Esa dan mentauhidkan Allah adalah pengertian dari syahadat. Mentauhidkan Allah untuk menghindari perbuatan-perbuatan syirik, yaitu menyembah selain Allah itulah makna dari kalimat syahadat dari ajaran Tauhid.

(24)

C. Analisis Fungsi Ajaran Tauhid

Fungsi diartikan sebagai kegunaan dan peran suatu objek tertentu. Pendekatan pragmatis suatu karya sastra dapat dilakukan dengan analisis fungsi (Istadiyantha, 2007:100). Menurut Ekadjati, fungsi merupakan apa yang dituju oleh pengarang itu di dalam karangannya. Pengarang membuat karangan mempunyai maksud yang akan ditelusuri menggunakan analisis fungsi dan apa fungsi dari setiap bagian karangannya (Istadiyantha, 2007:100). Fungsi karangan berhubungan dengan kehidupan pengarang, kehidupan sosialnya, kepercayaan pengarang dan proses mempengaruhi, serta perencanaan atau hipotesa-hipotesa yang muncul untuk meramalkan masa yang akan datang. Pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca inilah fungsi dari suatu karangan.

Braginsky menyebutkan dalam penelitiannya terhadap karya sastra Melayu menggariskan adanya tiga lingkaran fungsi, yaitu lingkaran fungsi keindahan, kemanfaatan, dan kesempurnaan jiwa (Istadiyantha, 2007:5). Fungsi keindahan dalam karya sastra berkaitan dengan keaktifan psikologi dan kemampuannya mentransformasi keadaan jiwa seseorang (Braginsky, 1998:198). Karangan yang indah akan mampu menghasilkan pengaruh yang menenangkan bagi pembaca sehingga karya sastra mampu menjadi alat penglipur/penghibur hati. Fungsi penghibur (penenang dan penyembuh) dipahami sebagai salah satu fungsi yang terpenting dalam karya sastra (Braginsky, 1998:200).

Selain fungsi menghibur atau fungsi keindahan, karya sastra juga memiliki fungsi faedah atau manfaat. Fungsi faedah/manfaat dipahami sebagai aspek didaktis dari isi karangan yang tersembunyi pada struktur dalam (tersirat) karya sastra yang harus menjadi pusat perhatian pembaca. Kemampuan

(25)

memahami struktur dalam sebuah karya sastra inilah yang mampu memberi manfaat yang bersifat intelektual dan tingkah laku termasuk kesempurnaan bertutur kata (Braginsky, 1998:206).

Fungsi Faedah berhubungan dengan akal (aspek praktis dan teoritis, khususnya praktis) dan hati nurani (pengetahuan tentang ‘ilmu Allah’ yang membawa kepada kesempurnaan rohani). Kesempurnaan rohani/kesempurnaan jiwa merupakan salah satu lingkaran fungsi karya sastra menurut Braginsky. Fungsi kesempurnaan rohani banyak tersimpan pada karangan-karangan yang bersifat keagamaan dan mistik. Lingkup fungsional kesempurnaan rohani dalam sebuah karya sastra bersifat tersirat atau tidak langsung. Kesempurnaan jiwa berfungsi untuk meneguhkan iman untuk menangkap realitas tertinggi (Braginsky, 1998:274).

Berdasarkan penjabaran pengertian fungsi di atas dapat diambil suatu kesimpulan dalam analisis ini bahwa analisis fungsi dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd digunakan untuk menangkap makna yang tersirat dan tersurat dari naskah tersebut, tujuan di tulis, dan manfaat dalam kehidupan masyarakat. Namun, dalam karya jenis sastra kitab cenderung tidak ditemukan adanya fungsi keindahan (penghibur). Maka, di sini akan dibatasi pengertian fungsi yang akan dianalisis berdasarkan teori fungsi yang dikemukakan oleh Braginsky, yaitu fungsi keindahan, fungsi kebermanfaatan, fungsi kesempurnaan rohani yang berkaitan dengan fungsi dalam hubungan struktur, fungsi umum (kemanfaatan), fungsi khusus (kesempurnaan jiwa). Fungsi keindahan tidak ada pembahasan dalam penelitian ini karena jenis naskahnya merupakan sastra kitab.

(26)

1. Fungsi dalam Hubungan Struktur

Pembahasan struktur narasi naskah Risālatu `t-Tauhīd pada bagian pendahuluan dibuka dengan bacaan basmallah, puji-pujian pada Allah, kemudian langsung masuk pembahasan makna bacaan basmallah secara mendetail. Bahkan, ditekankan pula dalam suatu hadits nabi bahwa barang siapa memulai perkara tidak membaca basmallah maka tidak akan berkah suatu perkara itu.

“Kullu amrim dzībālin lā yubdā’u fī-hi bismi `l-Lāhi Rāhmani

`r-Rahīm fahuwa aqtha’u ay qalīlul ‘l-barakah. Artinya bermula tiap-tiap

pekerjaan yang kebajikan yang tiada dimulai dalamnya dengan membaca

Bismi `l-Lāhi itu maka yaitu putus berkahnya yakni kurang berkahnya”

(Risālatu `t-Tauhīd, hal 5).

Pembukaan menggambarkan mengenai tipe pengarang dalam karangan ini, yaitu tipe pengarang yang langsung pada pokok pembicaraan. Tidak ada selawat kepada nabi. Pembahasan langsung dilanjutkan dengan isi ajaran tauhid yaitu jirim, jism, syara’, ma’rifatullah, ma’rifaturrasul, dan ma’rifatul insan.

Pada bagian isi, naskah Risālatu `t-Tauhīd mengemukakan tentang: a. Makna bacaan basmalah dan keutamaan membacanya.

b. Ma’rifatullah dengan mengenal jirim, jism, syara’, hukum-hukum Allah, dan sifat-sifat Allah yang berjumlah dua puluh sifat.

c. Mengenal para rasul dan nabi Allah beserta penjabaran keistimewaannya sebagai nabi dan rasul yang berupa mukjizat.

d. Mengenal malaikat Allah. e. Mengenal kitab-kitab Allah.

f. Dan menjabarkan makna dan fungsi dari makna sua kalimat syahadat.

Huruf (b), (c), (d), (e), dan (f) berfungsi sebagai pemerkuat kedudukan naskah, memberikan legitimasi bahwa naskah tersebut berisi tentang kedudukan

(27)

“isi” dalam struktur narasinya dan isi keseluruhan teks yaitu ajaran tauhid. Huruf

(a) berfungsi sebagai pembuka yang secara eksplisit naskah ini dibuka dengan bacaan basmallah serta penjabaran basmallah. Hal ini menandakan bahwa naskah ini secara penyampaian menggunakan metode ironik-sinkronik yaitu penjabaran secara mendetail.

Keunikan dari struktur narasi naskah Risālatu `t-Tauhīd yaitu bagian pembukaan yang tidak disertai dengan pembukaan sebagaimana struktur sastra kitab lainnya. Setelah dibuka dengan bacaan basmalah, pengarang melanjutkan dengan pembahasan isi ajaran tauhid. Penutup dari naskah ini, yaitu dengan

mengungkapkan kata “tammat” pada akhir baris dan disertai dengan kata

“wallahu ‘alam bisshawab”. Bagaian akhir juga ditemukan kolofon yang hanya berisi waktu pembuatan naskah.

Uraian dalam pembukaan, isi, dan penutup di atas, naskah Risālatu `t-Tauhīd yang berisi ajaran tauhid berfungsi sebagai pengajaran dan pehaman bagi pembacanya tentang ilmu tauhid. Memberikan pemahaman bahwa tauhid yang merupakan ilmu akidah yang sangat penting dalam ajaran Islam karena menjadi pondasi awal dalam agama Islam. Pemahaman tauhid ini wajib diketahui setiap muslim sehingga mampu terhindar dari sikap syirik. Syirik merupakan salah sikap yang dibenci Allah Swt karena dapat membawa manusia ke dalam kemurtadan. Tauhid mengajarkan untuk mengesakan dan mengagungkan Allah Swt pemilik segala kehidupan.

(28)

2. Fungsi Umum Naskah Risālatu `t-Tauhīd

Akidah manusia dibentuk melalui sebuah pendidikan. Pendidikan yang baik, akan membentuk kepribadian yang baik dan sebaliknya. Pendidikan, khususnya pendidikan Islam merupakan upaya untuk menyeimbangkan, mendorong, dan mengajak manusia untuk berpikir maju dengan berdasarkan nilai-nilai yang luhur dan mulia sehingga terbentuk pribadi yang sempurna. Pribadi yang baik berkaitan dengan akal, perasaan, dan perbuatannya. Akidah Islam ini bertujuan untuk mendidik manusia agar memiliki kualitas yang tinggi secara individual atau personal (kesalehan individu) dan secara impersonal atau sosial (kesalehan sosial)8.

Fungsi umum ini ajaran tauhid berkaitan dengan tujuan pendidikan sebagai pembentuk akidah yang baik yang memiliki kualitas tinggi secara kehidupan sosial (kesalehan sosial). Fungsi umum merupakan fungsi-fungsi yang berada di luar dari tujuan beribadah secara kebutuhan ruhani. Fungsi umum merupakan fungsi teks secara kontekstual dilihat secara fisik dari kehidupan sosial masyarakat. Fungsi secara tekstual, naskah Risālatu `t-Tauhīd dijabarkan dalam fungsi khusus secara ruhani dilihat dari fungsi tauhid sebagai ibadah manusia. Berikut ini penjabaran dari fungsi-fungsi umum tersebut.

a. Fungsi Ajaran Tauhid terhadap Pendidikan

Tauhid dalam sejarah merupakan tema sentral dan bahkan menjadi materi utama yang disajikan oleh para rasul, nabi, dan orang-orang saleh. Bahasan dalam tauhid menyangkut akidah Islam, sedangkan akidah Islam menjadi pondasi dalam

8M. Slamet Yahya, 2006, Strategi Pendidikan Islam Menghadapi Kemajuan Iptek, Purwokerto, halaman 1.

(29)

kehidupan9. Ajaran tauhid perlu dipahamkan kepada setiap orang, khususnya muslim. Ajaran tauhid berperan sebagai motivator utama bagi seorang muslim untuk selalu mencintai Tuhannya. Apabila dalam hidup seseorang telah mampu mengesakan Tuhan dan mengakui keberadaan-Nya, maka dalam setiap tingkah lakunya akan selalu berhati-hati. Proses pemahaman ajaran tauhid sebagai pendidikan akidah perlu diajarkan sehingga dapat membentuk kualitas karakter yang tinggi.

Pendidikan merupakan salah satu tempat yang strategis untuk membentuk kebebasan diri, yaitu menjadi manusia yang merdeka, kuat, tidak bergantung pada orang lain, dan memiliki karakter yang mulia. Pendidikan karakter mempunyai arti proses pembentukan yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional, spiritual, dan kepribadian seseorang. Moral anak bangsa terbentuk dari pendidikan karakter. Pembentukan karakter dilakukan di lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah sebagai wadah pendidikan.

Pelecehan seksual, kekerasan, tawuran, bahkan sampai pemakaian obat-obatan terlarang merupakan salah satu bentuk kegagalan dari proses pendidikan. Proses pembebasan dalam diri seseorang gagal sehingga harus melakukan penyimpangan sosial untuk bertahan hidup. Perlu adanya treatment untuk melakukan pencegahan terhadap perusakan moral anak bangsa. Salah satu proses preventif terhadap kerusakan moral anak bangsa melalui proses spiritual.

“Dan dikata umum pada maknanya itu karena makna Rahmān itu

memurahi Allah taala di dalam dunia pada sekalian makhluknya daripada manusia

9Jurnal Kajian Tauhid bagi Pendidikan, http://digilib.uinsby.ac.id/646/5/Bab%202.pdf, Digilibs Universitas Islam Negeri: Surabaya, halaman 19.

(30)

dan jin dan mukmin dan kafir dan segala yang bernafas dan segala yang tiada dibernafas sekalipun sekaliannya itu masing-masing dimurahi ia dengan rizkinya” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 2). “Maka dikata umum pada lafalnya itu karena lafal

Rahīm itu tiada ditentukan kepada Allah taala dan kepada yang lain daripada

Allah pun boleh dikata Rahīm itu dinamakan Rahīm” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 2-3).

Kutipan di atas mengajarkan bahwa dalam setiap kehidupan harus saling menyayangi dan mengasihi seperti halnya sifat Allah. Kasih sayang yang baik dan saling menghormati akan membentuk karakter seseorang yang lembut dan membentuk sifat sopan santun.

Fungsi pendidikan dalam makna dan pembahasan hukum-hukum membacanya bahwa setiap muslim memiliki sifat kasih sayang terhadap semua makhluk Allah. Diajarkan pula melakukan pengharapan hanya kepada Allah sehingga hal ini memunculkan sifat tidak mudah putus asa dalam melakukan suatu hal yang ingin dicapai. Jadi, pendidikan yang diperoleh adalah pembentukan karakter sifat kasih sayang dan tidak mudah putus asa dalam diri setiap muslim.

Agama merupakan salah satu benteng bagi manusia dari hawa nafsu. Agama Islam mengajarkan pemeluknya ajaran tauhid yang merupakan pondasi awal bagi Agama Islam. Ajaran tauhid (akidah) merupakan pembentuk akhlak dan prinsip umat muslim. Ilmu tauhid mengajarkan tentang Keesaan Tuhan dan mengajarkan akhlakul karimah dengan meneladani sifat-sifat nabi dan rasul.

Kullu amrim dzībālin lā yubdā’u fī-hi bismi `l-Lāhi Rāhmani `r-Rahīm fahuwa aqtha’u ay qalīlul ‘l-barakah. Artinya bermula tiap-tiap

(31)

Bismi `l-Lāhi itu maka yaitu putus berkahnya yakni kurang berkahnya

(Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 5).

Kehidupan yang berkah didasarkan pada kehidupan yang disiplin, teratur, dan bijaksana. Bacaan basmallah merupakan bacaan yang wajib dalam setiap kegiatan yang baik karena dalam Islam mengajarkan untuk senantiasa menyebut nama Allah dalam setiap ibadah. Menyebut nama Allah dalam setiap ibadah akan memberikan ketenangan batin. Batin yang tenang akan berdampak pada sikap yang baik dengan demikian dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd disebutkan bahwa membaca basmallah akan mendatangkan berkah.

Naskah Risālatu `t-Tauhīd juga memberikan ulasan tentang sifat-sifat Rasulullah seperti yang tercantum dalam kutipan “Bermula segala sifat yang wajib pada hak segala Rasul itu tiga perkara. Pertama itu sidiq artinya itu khabar benar khabarnya. Dan kedua itu amanah artinya itu kepercaya. Dan ketiga itu

tabligh artinya itu menyampaikan” (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 48). Karakter

seorang muslim terbentuk karena keteladanannya terhadap nabi dan rasul dan para ulama. Sifat jujur, dapat dipercaya, menyampaikan, sabar, ikhlas, dan sebagainya telah dicontohkan oleh nabi dan rasul. Untuk itu, ajaran tauhid dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd dapat membentuk karakter anak bangsa melalui pendidikan yang berkarakter.

Proses pembebasan diri harus dimanifestasikan dengan bertanggungjawab. Perlu diketahui bahwa pembelajaran tauhid juga tidak shanya sekedar percaya terhadap wujud Allah, tetapi lebih dari itu, harus dihayati dengan baik dan benar. Maka, kesadaran seseorang terhadap tugas dan kewajibannya sebagai hamba

(32)

Allah akan muncul dengan sendirinya. Pembentukan karakter yang berkualitas tinggi juga akan terbentuk dengan sendirinya.

b. Fungsi Tauhid terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat

Makhluk hidup adalah makhluk sosial (zoon politicon), maka tentu akan senantiasa berinteraksi satu sama lain. Pada hakikatnya manusia tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat wajib saling menghormati, kasih sayang terhadap sesama, peduli terhadap lingkungan, dan senantiasa bersemangat dalam menjalankan pekerjaan yang positif. Seperti halnya tolong-menolong dengan sesama makhluk hidup. Hal itu, terkandung dalam makna bacaan basmallah.

Jirim dan Jism mengajarkan manusia untuk mengenal alam semesta dan

lingkungan sekitar, serta mengenal hal-hal yang tidak tampak mata.

Maka adalah jirīm itu dua perkara suatu tiada ia jirīm itu menerima bahagi dan tiada ia bersuku-suku. Maka demikian itu dinamai akan dia itu jirīm

jauhar namanya, yakni keadaan syaikh yang halus yang tiada boleh menjadikan akan dia itu dua qodrat, yaitulah asal kejadian alam ini. Dan yang kedua jirīm itu menerima bahagi dan bersuku-suku. Maka yang demikian itu dinamai akan dia itu Jirim jism namanya, artinya tubuh-tubuh (Risālatu `t-Tauhīd, hlm 8).

Ahaduhā jismun kasyīfun marsh-shun ka‘l-‘ardhi wamā fī ma’nāhā.

Artinya suatu itu jismun yang rapat yang bertandah-tandah seperti bumi dan barang yang didalam ma’ani bumi. Watsānīhā jismun lathīfun ka ‘l-Bahri wal hawāi warrīhi wa syifā’I sy-syamsi. Artinya (itu) kedua [bahagi] itu jism \yang\ halus seperti air laut dan asap dan angin dan cahaya matahari. Watsālitsuhā jismun kasyīfun muhalhalun ka shoufi wa sh-sihābi. Artinya dan ketiga [bahagi] itu jism yang la(h) in seperti mega dan awan (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 9).

Sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan sesama perlu mematuhi nilai-nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat. Kualitas manusia

(33)

dalam interaksinya dimasyarakat tecermin pada akhlak yang baik dan mulia. Karakter manusia tercipta dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, dan dunia kerja.

Pemerintah menggalakkan pendidikan berkarakter bertujuan untuk membentuk karakter manusia yang baik. Penyimpangan-penyimpangan sosial yang terjadi dalam masyarakat itulah sebab dari pendidikan berkarakter yang digalakkan pemerintah saat ini. Ajaran tauhid dalam Islam merupakan ajaran akidah yang mampu membentuk karakter yang diharapkan dalam kehidupan sosial masyarakat.

c. Fungsi Tauhid terhadap Perkembangan IPTEK

Alam semesta yang luas mengandung beraneka macam rahasia yang merupakan tabir gelap yang perlu dipecahkan. Rahasia pertama tentang Tuhan. Manusia tak dapat menyatakan Tuhan dalam suatu bentuk keduniawian sekalipun manusia yang paling bijaksana sekalipun. Kedua tentang jiwa dan pikiran manusia sendiri yang mekanisme kerjanya sulit dipahami (Quamar, 1983:1).

Ilmu pengetahuan modern saat ini menggunakan hukum kausalitas dan determinisme untuk menjawab berbagai paradoks, kini mulai berpaling ke arah lain. Akibatnya kedudukan kausalitas dan determinisme menjadi mengambang. Para ilmuwan, diawali dengan Heseinberg dan Maxborn, mulai bermain dengan

“statistik” dan “teori kemungkinan”. Contoh tersebut merupakan kenyataan

bahwa sains yang selama ini teguh dengan alurnya, kini tak dapat mempertahankannya (Quamar, 1983:1).

(34)

Hukum dan teori hasil buatan manusia sebenarnya tidak dapat dipasrtikan kebenarannya dan bersifat subyektif, karena hal itu merupakan hasil penangkapan panca indera dan pikiran manusia. Teori-teori tersebut dapat dibantah dengan teori-teori baru sesuai dengan perkembangan zaman dan IPTEK yang semakin maju. Penalaran matematika dan logika tidak selamanya benar karena proses pemikiran manusia tidak selamanya bergantung pada hal tersebut. Contoh teori yang pernah disanggah sesuai dengan kemajuan IPTEK adalah teori bahwa bumi itu datar. Teori itu berubah menjadi bumi itu bulat. Selain itu teori bahwa bumi menjadi pusat orbit alam semesta berubah menjadi bahwa mataharilah yang menjadi pusat orbit alam semesta.

Secara etimologi, “ilmu” berasal dari kata science (bahasa Inggris), yang berarti pengetahuan. Kata iniberasal dari bahasa Latin, scientia yang diturunkan dari scire yang berarti mengetahui dan belajar. Ilmu berfungsi untuk mendapat minimal tiga manfaat, yaitu pengetahuan, aktivitas, dan metode untuk memahami tentang pengertian ilmu. Sedangkan teknologi berasal dari kata techne dan logos.

Techne berarti metode rasional dan logos berarti tata pikir. Teknologi merupakan

aplikasi dari pola kreativitas akal manusia atau proses berpikir manusia yang rasional10.

Dampak dari IPTEK umumnya berkekuatan melemahkan mental spiritual karena manusia mengedepankan logika daripada nurani. Padahal dengan perkembangan IPTEK berfungsi sebagai fasilitator manusia dalam kehidupan.

10

M. Slamet Yahya, 2006, Strategi Pendidikan Islam Menghadapi Kemajuan Iptek, Purwokerto, halaman 4.

(35)

Perlu sikap yang bijaksana agar tidak terbawa arus perkembangan IPTEK menuju kea rah negatif.

Adapun arti dzatnya itu ibarat daripada mempikirkan dan membicarakan dan mempahamkan didalam hati akan sesuatu daripada adanya itu daripada tiadanya. Dan artinya kharaj itu ibarat daripada pendapatan pancaindra yang lima yaitu pendengaran telinga, dan penglihatan mata, dan pencium hidung, dan pengrasa lidah, dan penjabat tangan” (Risālatu

`t-Tauhīd, hlm. 37).

Kutipan di atas mengajarkan kepada manusia untuk melibatkan dalam setiap kekuatan pancaindranya dengan kekuatan dan kekuasaan Tuhan. Perkembangan IPTEK wajib melibatkan eksistensi Tuhan. Zaman Rasulullah, Rasul telah mampu menceritakan proses kejadian terbentuknya manusia di alam rahim. Kini, teori yang telah dijabarkan oleh Rasulullah di zaman dulu, bahkan Rasul pun tidak mengetahuinya. Rasul berlandaskan pada ayat-ayat Alquran dengan keterlibatan Allah yang menciptakan alam semesta. Teori tersebut terbukti kebenarannya.

Fungsi naskah Risālatu `t-Tauhīd mengajarkan bahwa kemajuan IPTEK diikuti pula dengan ketauhidan kepada Allah Swt. Penganut materialisme mengatakan bahwa Tuhan semata-mata hanya rekaan imajinasi manusia, ini merupakan salah satu proses dari pengikisan akhlak manusia. IPTEK berkembang seiring dengan perkembangan zaman ini perlu diseimbangkan dengan ketauhidan, yaitu bahwa ada peran Tuhan dari setiap kejadian alam semesta.

(36)

3. Fungsi Khusus Naskah Risālatu `T-Tauhīd

Ibadah yang diperintahkan Allah itu tidak akan disebut sebagai ibadah kecuali dengan mentauhidkan Allah. Ibadah tidak sah jika disertai dengan syirik. Seseorang tidak disebut sebagai hamba Allah jika tidak merealisasikan tauhi, mengesakan Allah semata dalam beribadah (Aziz, 1998:23). Syarat diterimanya ibadah seseorang, jika ia mampu mentauhidkan Allah, ikhlas dalam beribadah dan

tidak menyekutukanNya dengan hal lain. Ibadah itu juga sesuai dengan syari’at

dan sunnah Nabi Muhammad saw.

Ilmu tauhid merupakan ilmu yang berdiri sendiri yang muncul setelah zaman Rasulullah dan para sahabatnya. Faktor kemunculan ilmu tauhid disebabkan oleh melencengnya akidah umat Islam setelah Rasulullah dan para

sahabatnya wafat. Pendiri ilmu tauhid, Abdul Hasan Al Asy’ari mencetuskan ilmu

tauhid dengan tujuan mengembalikan akidah manusia kepada syariat Islam (Amir, 1982:55).

Fungsi khusus naskah Risālatu `t-Tauhīd pada teks pertama ini adalah memberi pengajaran tentang ilmu tauhid sebagai pondasi diterimanya amal ibadah seseorang. Ibadah yang tidak dilandasi dengan ketauhidan kepada Allah maka tidak akan diterima ibadah seseorang.

Bermula yang wajib atas tiap-tiap yang mukalaf yakni atas orang yang aqil

baligh daripada laki-laki dan perempuan bahwa yang wajib pada syurga

mengenal ia akan barang yang wajib dan barang yang mustahil dan dan barang yang jaiz pada haq tuhan kita jalla wa’azza dan mengenal barang yang wajib dan barang yang mustahil dan barang yang jaiz// pada hak segala rusul ‘alaihi mus sholatu wassalam (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 9).

Kutipan dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd mengajarkan kepada setiap individu untuk beriman kepada Allah dan Rasul Allah. Disebutkan pula bahwa

(37)

jika tidak beriman kepada Allah tidak mentauhidkan Allah, maka tidak akan masuk syurga. Iman itu dengan mengetahui asma’ (nama-nama) Allah dan sifatnya, sifat-sifat Rasulullah dan mukjizat kerasulannya. Mengenal malaikat Allah, kitab-kitabnya, percaya pada hari akhir, qadla dan qadar juga termasuk rukun iman.

Ketauhidan terkandung pula dalam termasuk yang terkandung dalam dua kalimat syahadat yang berfungsi sebagai pembentukan akidah seorang muslim.

lā illāha illa ‘l-Lāhu Muhammad ‘r-rasullu ‘l-Lāhu. Adapun makna lā illāha illa ‘l-Lāhu itu empat makna pertama makna lā mustafīnan ‘ankulli mā siwāhu walā muftaqīrun ilaihī kullu mā ’adāhu illa ‘l-Lāhu. Artinya itu tiada Tuhan yang kaya daripada tiap-tiap suatu barang yang lainnya. Dan tiada Tuhan yang menjadikan berkehendak tiap-tiap suatu barang yang lainnya melainkan Allah taala jua. Dan kedua makna itu lā wājiba ‘l-Wujūdi illa ‘l-Lāhu. artinya itu tiada Tuhan yang wajib adanya melainkan Allah taala. Dan ketiga makna itu lā ma’buza bihaqqi fī Wujūdi illa ‘l-Lāhu. Artinya itu tiada Tuhan yang disembah dengan sebenar-benarnya melainkan Allah taala. Dan keempat makna itu lā mustahiqqan lil ’ibāzati bihaqqin illa ‘l-Lāhu. Artinya itu tiada Tuhan yang mempunyai hak yang disembah ia dengan sebenarnya melainkan Allah taala jua (Risālatu `t-Tauhīd, hlm. 60).

Uraian di atas menyimpulkan bahwa hanya Allahlah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. Ketauhidan kepada Allah merupakan ibadah yang wajib dilakukan setiap muslim. Maka secara khusus, untuk membentuk kesalehan personal perlu tertanam dalam diri individu ketauhidan kepada Tuhan. Fungsi khusus dari ajaran tauhid adalah sebagai berikut.

a. Ketauhidan berfungsi untuk beribadah kepada Allah. b. Sebagai jalan menuju syurga.

(38)

d. Sebagai katarsis (penyucian jiwa) dari sifat-sifat tercela dengan meneladani sifat-sifat yang dimiliki Rasul Allah.

e. Sebagai pembentuk akhlakul karimah (akhlak yang baik).

Kesimpulan dari fungsi khusus ajaran tauhid dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd ini yaitu Tauhid kepada Allah dengan meyakini bahwa Allah itu Yang Maha Esa, seperti yang tercantum dalam firman Allah yang terdapat dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd: “Tandah wajib ia bersifat wahdaniyah itu firman Allah taala

ilāhukum ilahu wāhid: Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa (QS. An-Nahl [9]:2)”. Ajaran tauhid dalam diri individu berfungsi sebagai penguatan Iman

Islam bagi setiap muslim. Iman Islam yang telah tertanam kokoh dalam diri seorang muslim, maka akan tercermin pada akhlaknya yang mulia (akhlakul

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mendeskripsikan struktur dan fungsi yang terdapat dalam Tutur Widhi Sastra Dharma Kapatian sehingga dapat digunakan

Kedua, struktur eksternal yang meliputi (a) asal-usul; (b) penyebaran cerita serta (c) fungsi dan kedudukan yang terdiri dari: fungsi pendidikan yang meliputi fungsi

Jika dideskripsikan, tema MSS adalah keagungan Tuhan, setelah menuturkan MSS yang berupa rangkaian doa (kepada Allah), agar doanya di kabulkan oleh Allah karena Allah itu maha

Iman kepada Allah dalam novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala tergambarkan ketika orang tua Rijal meyakini bahwa apa saja yang telah mereka lakukan,

Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri, sama seperti Dia adalah suci.” Jika sasaran dari penebusan Allah ialah untuk mentransformasi kita

meninjau data kembali sesuai dengan fokus masalah. e) Mendeskripsikan unsur- unsur yang akan dibahas berdasarkan penggolongan struktur lima naskah teks sastra, seperti

3.7.1 Akidah Islam melahirkan seorang yang yakin kepada Allah swt yang maha esa. Lantaran itu menggerakkan seluruh tingkah-lakunya, percakapannya dan

Dengan demikian, fungsi dalam masyarakat pada zaman itu digunakan sebagai untuk mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa dan. mengakui atas kekuatan yang