• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN PELAYANAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDUAN PELAYANAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN

PELAYANAN SESUAI

DENGAN KEBUTUHAN

(2)

RS PKU MUHAMMADIYAH WONOSOBO Jl. Wonosobo – Kertek Km 04 Sudungdewo,

Kertek, Wonosobo, 563771

Telp: (0286) 329185, e-mail: pkuwsb@yahoo.co.id

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH WONOSOBO

NOMOR : ……….. TENTANG PANDUAN

PELAYANAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN RS PKU MUHAMMADIYAH WONOSOBO

DIREKTUR UTAMA RS PKU MUHAMMADIYAH WONOSOBO Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu

pelayanan di rumah sakit diperlukan adanya Panduan Pelayanan sesuai dengan Kebutuhan Privasi Pasien Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Wonosobo; b. bahwa agar pelayanan pelayanan sesuai dengan

Kebutuhan Privasi Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Wonosobo dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Utama Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Wonosobo sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan kerohanian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Wonosobo; c. bahwa sesuai butir a. dan b. diatas perlu

ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Wonosobo. Mengingat : 1. Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

nomor ... tentang Penetapan Direktur Utama dan Direktur Penunjang Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Wonosobo;

2. Keputusan Ketua Badan Pelaksana Harian nomor ……… tentang Pengangkatan Direktur Utama dan Direktur Bidang masa jabatan 2013 - 2017 3. Keputusan Ketua Badan Pelaksana Harian nomor

(3)

RS PKU MUHAMMADIYAH WONOSOBO Jl. Wonosobo – Kertek Km 04 Sudungdewo,

Kertek, Wonosobo, 563771

Telp: (0286) 329185, e-mail: pkuwsb@yahoo.co.id ……… tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Wonosobo.

Memperhatikan : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;

2. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

3. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 417/MENKES/PER/II/2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit.

M E M U T U S K A N

Menetapkan : PANDUAN PELAYANAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN RS PKU MUHAMMADIYAH WONOSOBO.

Pertama : Panduan sesuai dengan Kebutuhan Privasi Pasien RS PKU Muhammadiyah Wonosobo sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini.

Kedua : Panduan sesuai dengan Kebutuhan Privasi Pasien RS PKU Muhammadiyah Wonosobo sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini dimaksud dalam Diktum pertama harus dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo.

Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat hal-hal yang perlu penyempurnaan akan diadakan perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Wonosobo, Pada Tanggal : ………..

(4)

RS PKU MUHAMMADIYAH WONOSOBO Jl. Wonosobo – Kertek Km 04 Sudungdewo,

Kertek, Wonosobo, 563771

Telp: (0286) 329185, e-mail: pkuwsb@yahoo.co.id

dr. Brian Prima Artha, Sp.OG NBM.

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugrahnya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku panduan Pelayanan sesuai dengan Kebutuhan Privasi Pasien Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Wonosobo ini dapat selesai disusun.

Buku panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam memberikan pelayanan kepada pasien di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo

Dalam panduan ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana dalam memberikan pelayanan kepada pasien di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo

Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Panduan Pelayanan sesuai dengan Kebutuhan Privasi Pasien RS PKU Muhammadiyah Wonosobo

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Wonosobo, Januari 2013

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i Surat Keputusan Direktur RS PKU Muhammadiyah

Wonosobo ... ii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... v Bab I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang ... B. Tujuan ... BAB II PELAYANAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN...

A. Pengertian Privasi ... B. Pengertian Ruang Personel ... C. Pengertian Teritorial... D.

(7)

PANDUAN PELAYANAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia secara umum memiliki tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Ruang personal (personal space) adalah batas- batas yang tidak jelas antara seseorang dengan orang lain, dan berdekatan dengan diri sendiri.

Isu etika administratif rumah sakit menjadi potensi pertama terkait dengan kepemimpinan dan manajemen rumah sakit. Potensi isu etika administrative yang sering muncul adalah tentang privasi pasien, privasi menyangkut hal-hal konfidensial tentang pasien, seperti rahasia pribadi, kelainan atau penyakit yang diderita, keadaan keuangan, dan terjaminnya pasien dari gangguan terhadap kesendirian yang menjadi haknya.

Kewajiban etis rumah sakit untuk menjaga dan melindungi privasi dan kerahasiaan pasien, harus diakui bahwa hal itu tidak selalu mudah. Misalnya kerahasiaan rekam medis pasien sukar dijaga, karena rumah sakit modern data dan informasi yang terdapat didalamnya terbuka bagi begitu banyak petugas yang memiliki wewenang atas akses terhadap dokumen tersebut. Dapat juga terjadi dilema etika administrative, persetujuan tindakan medis (informed

consent) bisa menjadi masalah ketika hal itu tidak dilaksanakan

sebagaimana seharusnya yaitu informed consent dilaksanakan oleh pasien yang kompeten pada dokter untuk melakukan tindakan medis

(8)

tertentu pada dirinya, setelah diberi informasi yang lengkap dan dimengerti oleh pasien tentang semua dampak dan resiko yang mungkin terjadi sebagai akibat tindakan medis tersebut. Dalam berbagai hal memang tidak berdampak pada masalah etika ketika tindakan medis yang dilakukan berjalan aman dan outcome klinis sesuai dengan yang diharapkan semua pihak.

Isu etika biomedis dirumah sakit menyangkut persepsi dan perilaku professional dan institusional terhadap hidup dan kesehatan manuasia terhadap hidup dan kesehatan manusia dari sejak sebelum kelahiran, pada saat sejak lahir, selama pertumbuhan, jika terjadi cedera atau penyakit , menjadi tua sampai saat menjelang akhir hidup, kematian dan beberapa waktu setelah itu. Dari kesemuanya diatas membutuhkan perilaku menjaga privasi pasien sesuai dengan kebutuhan.

Perilaku tenaga medis menyebar informasi secara sengaja ataupun tidak sengaja melalui media sosial berupa gambar, kondisi pasien, dan data identitas pasien merupakan hal yang diluar menjaga privasi pasien dan perlu dilakukan pengontrolan karena akan menjadi potensi isu administratif dan isu bioetik.

B. Tujuan Panduan Pelayanan Sesuai dengan Kebutuhan Privasi

1. Tujuan Umum:

Sebagai Panduan bagi manajemen RS PKU Muhammadiyah Wonosobo untuk dapat melaksanakan Pelayanan Sesuai dengan kebutuhan Privasi pasien dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit

(9)

a) Sebagai acuan yang jelas bagi manajemen RS PKU Muhammadiyah Wonosobo didalam pelayanan sesuai kebutuhan privasi pasien

b) Sebagai acuan bagi para dokter, perawat, bidan dan staf rumah sakit untuk dapat menjaga privasi pasien.

c) Terlaksananya program pelayanan sesuai dengan kebutuhan privasi pasien secara sistematis dan terarah.

(10)

BAB II

PELAYANAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PRIVASI PASIEN A. Pengertian Privasi

Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai orang lain. Adapun definisi lain dari privasi yaitu sebagai kemampuan untuk mengontrol interaksi, kemampuan memperoleh pilihan-pilihan atau kemampuan untuk menjaga interaksi seperti yang diinginkan. Privasi jangan dipandang hanya sebagai penarikan diri seseorang secara fisik terhadap pihak-pihak lain dalam rangka menyepi saja.

1. Faktor-faktor privasi

a. Faktor personal

Ada perbedaan jenis kelamin dalam privasi, dalam suatu penelitian pria lebih memilih ruangan yang terdapat tiga orang sedaangkan wanita tidak mempermasalahkan isi dalam ruangan. Menurut Maeshall perbedaan dalam latar belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan privasi.

b. Faktor situasional

Kepuasan akan kebutuhan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang orang didalamnya untuk mandiri.

c. Faktor budaya

Pada penelitian tiap-tiap budaya tidak ditemukan perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan tetapi berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan privasi. Misalnya rumah orang jawa tidak terdapat pagar dan

(11)

menghadap ke jalan, tinggal dirumah kecil dengan dindidng dari bamboo terdiri dari keluarga tunggal anak ayah dan ibu.

B. Pengertian Ruang Personal

Istilah personal space pertama kali digunakan oleh Katz pada tahun 1973 dan bukan merupakan sesuatu yang unik dalam istilah psikologi, karna istilah ini juga dipakai dalam bidang biologi, antropologi dan arsitektur. Beberapa definisi ruang personal secara implisit berdasarkan hasil-hasil penelitian, antara lain : pertama, ruang personal adalah batas-batas yang tidak jelas antara seseorang dengan orang lain. Kedua, ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri. Ketiga, pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai perubahan situasi. Keempat, ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat kecemasan, stres dan bahkan perkelahian. Dengan inti definisi ruang personal sebagai batas yang tak terlihat yang mengelilingi kita, dimana orang lain tidak dapat melanggarnya. Beberapa definisi ruang personal secara implisit berdasarkan hasil-hasil penelitian, antara lain:

1. Ruang personal adalah batas-batas yang tidak jelas antara seseorang dengan orang lain.

2. Ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri. 3. Pengaturan ruang personal mempakan proses dinamis yang

memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi.

4. Ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat kecemasan, stress dan bahkan perkelahian.

(12)

5. Ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak-jarak antar manusia, walaupun ada tiga orientasi dari orang lain: berhadapan, saling membelakangi, dan searah.

C. Pengertian Teritorial

Pembentukan kawasan teritorial adalah mekanisme perilaku lain untuk mencapai privasi tertentu. Kalau mekanisme ruang personal tidak memperlihatkan dengan jelas kawasan yang menjadi pembatas antar dirinya dengan orang lain maka peda teritorial batas-batas tersebut nyata dengan tempat yang relatif tetap. Menurut holahan teritorialitas adalah suatu pola perilaku yang ada hubungannya dengan kepemilikan atau hak seseorang atau sekelompok orang atas sebuah lokasi geografis tertentu. Pola perilaku ini mencangkup personalisasi dan pertahanan terhadap gangguan dari luar. Menurut Altman, teritorialitas itu individu yang tinggal di daerah tersebut dapat mengontrol daerah tempat tinggalnya.

1. Elemen Teritorialitas

Ada empat elemen teritorialitas, yaitu :

a. Kepemilikan atau hak dari suatu tempat, misalnya surat-surat

tanah menjadi bukti hak untuk tinggal di atas tanah tersebut.

b. Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu,

misalnya nomer yang terdapat di setiap rumah menjadi suatu penandaan atau ciri tertentu.

c. Hak untuk mempertahankan diri dari gangguan luar,

misalnya KTP menjadi suatu hak tanda bukti kita sebagai WNI.

d. Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya

kebutuhan dasar psikologis sampai kepada kepuasan kognitif dan kebutuhan estetika. Misalnya kegiatan gotong royong

(13)

warga di suatu kecamatan sehingga menimbulkan lingkungan yang asri dan sehat.

2. Altman Membagi Teritorialitas Menjadi Tiga, Yaitu:

a. Territorial Primer

Teritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran terhadap teritori utama ini akan mengakibatkan timbulnya perlawanan dari pemiliknya dan ketidakmampuan untuk mempertahankan teritori utama ini akan mengakibatkan masalah yang serius terhadap aspek psikologis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya.

b. Territorial Sekunder

Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengotrolan oleh perorangan, dapat digunakan oleh orang lain yang masih di dalam kelompok atau pun orang yang mempunyai kepentingan kepada kelompok itu

(14)

c. Territorial Umum

Teritori ini dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-aturan yang lazim di dalam masyarakat dimana teritorial umum itu berada dan digunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat. Berdasarkan pemakaiannya, teritorial umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

3. Hubungan Antara Privasi, Ruang Personal Dan Teritorialitas

Dari ke 3 hal teresebut semua saling berhubungan semua ini adalah contoh yang ada dalam setiap diri masing masing individu ke 3 hal ini membentuk karakter individu dan mempengaruhi prilaku seseorang yang menjadi ke arah positif maupun negatif semua tergantung bagaimana kita menyikapinya. Antara privasi rung lingkup maupun teritorialitas. Hal ini juga dapat menggambarkan hubungan antara individu dengan dunia luar, bagaimana cara dia berinteraksi dengan orang lain dan dapat menjalani hubungan baik. Dari 3 hal ini karakter setiap individu akan terlihat secara natural karna secara tidak langsung mereka menceritakan hal apa saja yang di shared kepada public dan yang tidak, bagaimana ruang gerak mereka dalam ruang personalnya, maupun daerah kekuasaan teritorialitasnya. Karna daerah itu tidak lebih kalah penting nya dengan privasi.

(15)

D. Hak Privasi Pasien

Hak adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki seseorang atau badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu. Sedang kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan. Dalam buku Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan (Joko Wiyono, 2000), hak pasien yaitu hak pribadi yang dimiliki setiap manusia sebagai pasien.

Hak-hak pasien antara lain:

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.

2. Memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.

3. Memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi kedokteran, kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.

4. Memperoleh asuhan keperawatan setara sesuai dengan keinginannya dan sesuai peraturan di rumah sakit

5. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan dan peraturan di rumah sakit.

6. Dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar. 7. Meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah

sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter yang merawat.

8. Berhak atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya termasuk data-data mediknya.

9. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi: a. Penyakit yang dideritanya.

b. Tindakan medik apa yang hendak dilakukan

c. Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya.

(16)

e. Prognosanya

f. Perkiraan biaya pengobatan.

10. Pasien berhak menyetujui atau memberikan izin tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang diderita.

11. Pasien berhak menolak tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggungjawab sendiri setelah memperoleh informasi yang jelas dalam keadaan kritis.

12. Pasien berhak didampingi keluarga dalam keadaan kritis. 13. Berhak atas menjalankan ibadah.

14. Berhak atas keamanan dan keselamatan diri.

15. Berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.

16. Berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.

17. Pasien berkewajiban mentaati segala peraturan dan tata tertib di rumah sakit.

18. Pasien wajib mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam perawatan.

19. Pasien wajib memberikan informasi dengan jujur dan lengkap tentang penyakit kepada dokter yang merawat.

20. Pasien wajib melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit atau dokter.

21. Pasien wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuatnya.

(17)

Hak dan Kewajiban Dokter

1. Berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

2. Berhak untuk bekerja menurut standar profesi serta berdasar hak otonomi.

3. Berhak menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.

4. Menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien.

5. Berhak atas privasi (berhak menuntut apabila nama baiknya tercemarkan oleh pasien).

6. Berhak mendapatkan informasi secara lengkap dari pasien. 7. Berhak memperoleh informasi atau pemberitahuan pertama

dalam menghadapi pasien yang tidak puas terhadap pelayanannya.

8. Berhak untuk diperlakukan adil dan jujur, baik oleh rumah sakit maupun pasien.

9. Berhak mendapatkan imbalan jasa berdasarkan peraturan di rumah sakit.

10. Dokter wajib mematuhi peraturan di rumah sakit.

Hak dan Kewajiban Pemberi Pelayanan Kesehatan (Provider)

1. Provider berhak membuat peraturan-peraturan sesuai dengan kondisi yang ada (Hospital By Laws).

2. Berhak mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan rumah sakit.

3. Berhak mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala instruksi yang diberikan dokter kepadanya.

4. Berhak memilih tenaga dokter yang akan bekerja di rumah sakit melalui panitia kredensial.

5. Berhak menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi (termasuk pasien, pihak ketiga, dll).

(18)

6. Berhak mendapatkan perlindungan hukum.

7. Wajib mematuhi perundangan dan aturan-aturan yang dikeluarkan pihak pemerintah.

8. Wajib memberikan pelayanan kepada pasien tanpa membedakan suku, ras, agama, sex dan status sosial pasien.

9. Wajib merawat pasien sebaik-baiknya dengan tidak membedakan kelas perawatan (duty of care).

10. Wajib menjaga mutu keperawatan dengan tidak membedakan kelas perawatan (quality of care).

11. Wajib memberikan pertolongan pengobatan di UGD tanpa meminta jaminan materi terlebih dahulu.

12. Wajib menyediakan sarana dan prasarana umum yang dibutuhkan.

13. Wajib menyediakan sarana peralatan medik sesuai dengan standar.

14. Menjaga agar semua sarana dan peralatan senantiasa dalam keadaan siap pakai (ready for use).

15. Wajib merujuk kepada rumah sakit yang lain jika rumah sakit tersebut tidak memiliki sarana dan prasarana yang lengkap. 16. Mengusahakan adanya sistem sarana dan prasarana pencegahan

kecelakaan dan penanggulangan bencana.

17. Wajib melindungi dokter dan memberikan bantuan administrasi dan hukum jika dokter tersebut mendapatkan tuntutan hukum dari pasien atau keluarga.

18. Mengadakan perjanjian tertulis dengan para dokter.

19. Membuat standar dan prosedur tetap baik untuk pelayanan medik, penunjang medik dan non medik.

The Medical Records Institute merumuskan hak-hak pasien tersebut seperti berikut ini:

(19)

a. Hak privasi-pasien memiliki hak untuk menjaga kerahasiaan informasi kesehatan mereka. Informasi yang terkandung dalam berkas rekam medis harus dijaga kerahasiaan dan keamanannya. Penggunaan rekam medis berbasis komputer/ elektronik selayaknya harus lebih terjaga kerahasiaan dan keamanannya dibandingkan dengan rekam medis berbasis kertas.

b. Hak untuk mengakses/melihat informasi kesehatan pribadi. Meskipun perdebatan tentang kepemilikan rekam medis masih sering diperdebatkan, namun secara umum telah mulai disepakati bahwa pihak provider (rumah sakit, klinik, dll) berhak atas kepemilikan rekam medis secara fisik. Fisik atau media rekam medis ini dapat berupa lembaran berkas atau media penyimpanan di komputer. Isi/kandungan informasi dari rekam medis dimiliki secara bersama oleh pihak

provider dan pasien. Beberapa provider mungkin belum siap

untuk mengizinkan pasiennya melihat/mengakses berkas rekam medisnya atau melayani permintaan fotokopi untuk itu. Namun secara umum, pihak provider akan melayani kebutuhan hak pasien ini. Jadi, pasien berhak melihat, mengakses, atau meminta fotokopi/salinan dari berkas rekam medis mereka. Tentu saja hal ini akan berkaitan dengan konsekuensi adanya biaya penggantian fotokopi dan pengelolaannya. Hak untuk memasukkan/menambahkan catatan dalam rekam medis pelaksanaan hak ini tentu melalui prosedur dan alur yang telah ditentukan oleh pihak provider, misalnya melalui unit atau komite yang bersangkutan. Pasien

(20)

memiliki hak untuk menambahkan catatan atau menambahkan penjelasan kedalam berkas rekam medis mereka.

c. Hak untuk tidak mencantumkan identitas (anonim)

Hak ini berlaku apabila pasien tersebut membayar sendiri biaya pelayanan kesehatannya (tidak melalui penjaminan atau asuransi). Dalam hal ini pasien berhak untuk menutup/menjaga informasi dirinya selama pelayanan kesehatan (termasuk juga rencana kesehatannya). Beberapa informasi hanya boleh dibuka untuk kepada dokter atau pihak tertentu saja dengan pernyataan tertulis dan spesifik dari pasien yang bersangkutan.

d. Hak untuk mendapatkan riwayat kehidupan medis yang baru Beberapa pasien akan merasa terperangkap dalam diagnosis medis tertentu atau catatan tertentu dalam rekam medis mereka, misalnya saja pasien kesehatan mental. Pasien memiliki hak untuk memulai kehidupan medis yang baru dengan mulai membuat rekam medis yang baru.

Kaidah turunan moral bagi tenaga kesehatan adalah privacy,

confidentiality, fidelity dan veracity. Privacy berarti

menghormati hak privacy pasien, confidentialty berarti kewajiban menyimpan informasi kesehatan sebagai rahasia,

fidelity berarti kesetiaan, dan veracity berarti menjunjung

tinggi kebenaran dan kejujuran.

Menurut Permenkes RI No. 269 tentang rekam medis pasal 10, hal yang harus diperhatikan bagi profesional MIK dalam pengelolaan informasi pasien adalah :

(21)

1. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan

2. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :

a. Untuk kepentingan kesehatan pasien;

b. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum perintah pengadilan;

c. Permintaan dan / atau persetujuan pasien sendiri;

d. Permintaan institusi atau lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan;

e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien. Aturan yang mengatur privasi yang ketat adalah kode etik administrator perekam medis dan informasi kesehtan (PORMIKI, 2006) adalah :

1. Selalu menyimpan dan menjaga data rekam medis serta informasi yang terkandung di dalamnya sesuai dengan ketentuan prosedur manajemen, ketetapan pimpinan institusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Selalu menjunjung tinggi doktrin kerahasiaan dan hak atas informasi pasien yang terkait dengan identittas individu atau social.

3. Administrator informasi kesehtan wajib mencegah terjadinya tindakan yang menyimpang dari kode etik profesi.

(22)
(23)

BAB III

PRIVASI DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT

A. PROSEDUR PROSEDUR YANG MEMBUTUHKAN PRIVASI PASIEN

Prosedur pesedur yang dilakukan dalam pelayanan di rumah sakit beberapa memang menimbulkan isu etika biomedis dirumah sakit menyangkut persepsi dan perilaku professional dan institusional terhadap hidup dan kesehatan manuasia terhadap hidup dan kesehatan manusia dari sejak sebelum kelahiran, pada saat sejak lahir, selama pertumbuhan, jika terjadi cedera atau penyakit, menjadi tua sampai saat menjelang akhir hidup, kematian dan beberapa waktu setelah itu. Dari kesemuanya diatas membutuhkan perilaku menjaga privasi pasien sesuai dengan kebutuhan. Privasi pasien penting, khususnya pada waktu wawancara klinis, pemeriksaan, prosedur / tindakan, pengobatan, dan transportasi. Pasien mungkin menghendaki privasi dari staf lain, dari pasien yang lain, bahkan dari keluarganya. Mungkin mereka juga tidak bersedia difoto, direkam atau berpartisipasi dalam wawancara survei akreditasi. Meskipun ada beberapa cara pendekatan yang umum dalam menyediakan privasi bagi semua pasien, setiap individu pasien dapat mempunyai harapan privasi tambahan atau yang berbeda dan kebutuhan berkenaan dengan situasi, harapan dan kebutuhan ini dapat berubah dari waktu ke waktu. Jadi, ketika staf memberikan pelayanan kepada pasien, mereka perlu menanyakan kebutuhan dan harapan pasien terhadap privasi dalam kaitan dengan asuhan atau pelayanan. Komunikasi

(24)

antara staf dan pasien membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dan tidak perlu didokumentasi.

1. PELAKSANAAN ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

Salah satu keterampilan yang paling penting saat berhadapan dengan pasien adalah kemampuan anamnesa dan melakukan pemeriksaan fisik, sehingga bisa menyingkirkan different diagnosis (dd) yang kemudian menegakkan diagnosis. Ketidakmampuan dalam mencari informasi ketika meng-anamnesa pasien membuat kita tidak bisa menentukan pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk menyingkirkan different diagnosis. Kesalahan mendiagnosis juga berarti kesalahan melakukan terapi yang tepat. Perlu diingat lagi bahwa keterampilan anamnesa sudah memenuhi 70% dalam penegakan diagnosis. Untuk itu buat sejawat yang bekerja di perifer dengan keterbatasan alat pemeriksaan penunjang, ada baiknya mempelajari lagi bagaimana menganamnesa pasien yang baik dan bagaimana melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk menyingkirkan different diagnosis.

Beberapa hal yag perlu sejawat persiapkan ketika melakukan anamnesa kepada pasien adalah sebagai berikut:

Identitas Pasien, sebelum memulai anamnesa kepada

seorang pasien, pastikan bahwa identitasnya sesuai dengan catatan medis yang sejawat bawa. Sebenarnya hal ini dianggap ringan, tetapi sering terjadi kesalahan fatal dan terkadang berakhir ke meja hijau karena melakukan tindakan medis kepada

(25)

orang yang salah. Ada baiknya juga sejawat memperkenalkan diri, walau hal ini jarang dilakukan oleh dokter di Indonesia.

Privasi, Pasien yang berhadapan dengan sejawat

merupakan orang terpenting saat itu. Oleh karena itu, pastikan bahwa anamnesa dilakukan ditempat yang tertutup dan menjaga kerahasiaan pasien. Terlebih ketika sejawat melakukan

pemeriksaan fisik pada bagian tertentu.

Pendamping, hadirkan pendamping pasien dan

pendamping sejawat (paramedis). Hal ini dibutuhkan untuk menghindari hal-hal yang mungkin kurang baik untuk pasien dan juga untuk sejawat terutama ketika dokter dan pasiennya berlainan jenis kelamin. Selain itu, pendamping pasien juga bisa membantu memperjelas informasi yang sejawat butuhkan (terutama pasien lansia dan anak-anak yang susah diajak berkomunikasi).

Aseptic dan disinfeksi, tangan dokter adalah perantara

penularan kuman dari satu pasien ke pasien yang lain. Untuk itu, sebaiknya sejawat mencuci tangan sebelum atau sesudah memeriksa seorang pasien agar tidak terjadi penularan antar pasien. Pastikan juga stetoskop dan pakaian, seperti jas dokter, didisinfeksi secara teratur.

2. PEMBERIAN TERAPI

Kode Etik Rumah Sakit (Kodersi) dalam kaitannya manajemen informasi kesehatan :

a. Pasal 9 : Rumah sakit harus mengindahkan hak- hak asasi pasien

(26)

b. Pasal 10 : Rumah sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien dan tindakan apa yang hendak dilakukan c. Pasal 11 : Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien

(informed consent) sebelum melakukan tindakan medik. Semua terapi pengobatan, tindakan medis dan informasi medis yang berkaitan pada status kesehatan pasien harus dikomunikasikan dengan pasien terutama penjelasan apa yang diderita dan tindakan yang hendak dilakukan. Dan meminta persetujuan pasien (informed consent) untuk tindakan medis yang akan dilakukan pada pasien tersebut. Semua tindakan medis ataupun terapi wajib dirahasiakan sesuai dengan ”Declaration on the Rights” of the Patients yang dikeluarkan oleh WMA memuat hak pasien terhadap kerahasiaan sebagai berikut:

1. Semua informasi yang teridentifikasi mengenai status kesehatan pasien, kondisi medis, diagnosis, prognosis, dan tindakan medis serta semua informasi lain yang sifatnya pribadi, harus dijaga kerahasiaannya, bahkan setelah kematian. Perkecualian untuk kerabat pasien mungkin mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang dapat memberitahukan mengenai resiko kesehatan mereka.

2. Informasi rahasia hanya boleh dibeberkan jika pasien memberikan ijin secara eksplisit atau memang bisa dapat diberikan secara hukum kepada penyedia layanan kesehatan lain hanya sebatas “apa yang harus diketahui” kecuali pasien telah mengijinkan secara eksplisit.

(27)

3. Semua data pasien harus dilindungi. Perlindungan terhadap data harus sesuai selama penyimpanan. Substansi manusia dimana data dapat diturunkan juga harus dilindungi.

Dalam kasus dimana pasien tidak kompeten dalam membuat keputusan medis, orang lain harus diberi informasi mengenai pasien tersebut agar dapat mewakili pasien tersebut dalam membuat keputusan. Dokter secara rutin menginformasikan kepada anggota keluarga pasien yang sudah meninggal tentang penyebab kematian. Pembeberan terhadap kerahasiaan ini dibenarkan namun harus tetap dijaga seminimal mungkin, dan bagi siapa yang mendapatkan informasi rahasia tersebut harus dipastikan sadar untuk tidak mengatakannya lebih jauh lagi dari pada yang diperlukan untuk kebaikan pasien. Jika mungkin pasien harus diberitahu bahwa telah terjadi pembeberan.

3. TRANSPORTASI PASIEN

Transportasi merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien. Pada tindakan ini pemindahan pasien dilakukan oleh dua sampai tiga orang perawat. Membicarakan metode yang akan ditempuh dan kerja sama yang baik merupakan suatu keharusan, baik bagi pasien maupun bagi perawat. Untuk dapat melakukan metode mengangkat dengan baik berlaku ungkapan : ”latihan

yang terus-menerus melahirkan seni”.

Pemindahan ini dapat dari tempat tidur ke brankar atau dari satu tempat tidur ke tampat tidur lain. Pemindahan ini biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat atau tidak boleh melakukan pemindahan sendiri.

(28)

Pada waktu mengangkat atau memindahkan pasien dari satu tempat ketempat lainnya maka kita menggunakan otot-otot tungkai atas, panggul dan bahu. Bila kita mengangkat dengan kedudukan tulang belakang tidak menngunakan cara yang tepat maka akan timbul keluhan-keluhan mengenai tulang belakang.

Ketentuan mengangkat atau memindahkan pasien

1. Jelaskan kepada pasien prosedur kerja dan apa yang akan terjadi

2. Sediakan pakaian penutup bagi pasien

3. Siapkan tempat di mana pasien akan dipindahkan (misalnya kereta dorong, brankar dan kursi)

4. Perhatikan bagian-bagian tubuh pasien yang terdapat rasa nyeri

5. Tempatkan kaki anda (perawat) dengan jarak satu telapak tangan satu sama lainnya

6. Menjaga privasi pasien dengan cara menyelimuti pasien hingga bagian dada.

(29)

BAB IV PENUTUP

Buku panduan pelayanan sesuai dengan kebutuhan privasi pasien di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo disusun untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan pelayanan privasi mengutamakan hak pasien dan keluarga di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo, sehingga dapat tercipta pelayanan kebutuhan privasi pasien yang tepat sesuai kebutuhan pasien di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo.

Buku panduan ini merupakan panduan bagi seluruh staf rumah sakit, dan bukan buku standar yang bersifat mutlak oleh karena itu untuk pelaksanaan dilapangan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing – masing di rumah sakit.

(30)

RSPKU MUHAMMADIYAH

WONOSOBO

Jl. Wonosobo-Kertek Km 04 Sudungdewo,

Kertek, Wonosobo 563771

Telp: (0286) 329185

e-mail: pkuwsb@yahoo.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Uji Barlett adalah salah satu cara untuk menguji homogen atau tidaknya suatu data maka dapat membuat tabel penolong untuk mempermudah langkah pengujian kemudian

Penelitian ini membahas mengenai eksistensi tokoh Toru Watanabe dalam novel Noruwei no Mori. Eksistensi yang mengalami pasang surut dan juga bagaimana tokoh Toru

Selain itu, sukan juga merupakan satu mekanisme yang penting dalam melentur semangat kekitaan dalam kalangan rakyat Malaysia dan penjana dalam

Perlu ada kerjasama yang baik antara Pemerintah Kota Sibolga dengan Lembaga Pemerintah yang terkait dengan pengelolaan bagan pancang dalam hal penataan berbagai

Maka dengan ini DPD Partai NasDem Kota Banjar menyerahkan laporan 1 ( satu ) bundel laporan dana kampanye Partai Politik dan laporan pencatatan penerimaan dan pengeluaran

016 Jumlah Lembaga Pendidikan Keagamaan Katolik Tingkat Dasar dan Menengah yang mendapat bantuan Sarana Prasarana [buku perpustakaan]. 017 Jumlah PTAKS

Sebagai sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial keagamaan, pengembangan pesantren harus terus didorong untuk maju.Karena pengembangan pesantren