• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSKRIPSI SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PUPUK KUJANG I-B CIKAMPEK, 3 APRIL 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRANSKRIPSI SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PUPUK KUJANG I-B CIKAMPEK, 3 APRIL 2006"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSKRIPSI

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA

PERESMIAN PABRIK PUPUK KUJANG I-B CIKAMPEK, 3 APRIL 2006

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat sore, salam sejahtera bagi kita semua,

Yang saya hormati Saudara Ketua Badan Pengawas Keuangan, Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu,

Pimpinan Komisi dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,

Yang saya hormati Saudara Gubernur Jawa Barat, Ketua DPRD Jawa Barat dan para Pejabat dan Pimpinan Lembaga-Lembaga Negara yang bertugas di Jawa Barat, baik dari Eksekutif, Legislatif, Yudikatif maupun TNI dan Polri,

Saudara Bupati Kerawang dan Bupati Purwakarta dengan segenap jajaran,

Yang saya hormati Saudara Direktur Utama PT Pupuk Kujang dan para Pimpinan Badan Usaha Milik Negara yang turut hadir dalam acara ini,

Yang saya hormati para Cendekiawan, para Pengusaha, para Ulama, para Tokoh Masyarakat,

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Sebelum saya sampaikan sambutan saya, pada acara yang sangat penting hari ini, saya akan

menyampaikan beberapa hal sebagai pengantar. Yang pertama, kita patut memberikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada ibu-ibu yang tadi telah melantunkan nyanyian selamat datang, dengan suara merdu, dengan busana apik dan tetap cantik. Juga kepada para mahasiswa dan mahasiswi dari Universitas Padjadjaran, dengan tabuhan rampak gendang yang dinamis, ceria, penuh semangat. Inilah kehidupan nyata mahasiswa.

Saya sering bertemu dengan para mahasiswa, baik yang tampil dalam berbagai event akademik, sebagian bahkan datang ke istana, karena saya memberikan penghargaan. Ada yang, disamping belajar, tentunya dalam bidang kesenian, ada juga bidang olah raga, dan sekali-sekali saya bertemu dengan para mahasiswa juga yang sering melaksanakan protes dan unjuk rasa. Semua adalah calon-calon pemimpin masa depan bangsa, yang harus kita bina, kita pelihara komunikasi dan kita berikan doa. Semoga generasi muda kita tampil ke depan, menjadi generasi yang lebih baik, dibandingkan generasi kita dan generasi-generasi sebelumnya.

Hari ini, terima kasih. Hari ini, saya bersyukur berada di tempat ini untuk sebuah pertistiwa yang penting, inagurasi dari perluasan kapasitas produksi PT Pupuk Kujang. Ada tiga menteri yang sama-sama memiliki tanggung jawab yang besar, agar pupuk tersedia dalam jumlah yang tepat, didistribusikan secara tepat, Insya Allah harganya terjangkau, dan lain-lain. Menteri Perindustrian, Menneg BUMN dan Menteri Pertanian. Silakan berkomunikasi dengan para menteri itu. Tentunya pak Gubernur, yang juga bersama-sama untuk menghidupkan sektor pertanian di negeri ini.

Dua minggu yang lalu saya berada di Pulau Buru dan di Ambon, untuk meresmikan berbagai proyek pembangunan infrastruktur dan juga saya ikut panen raya di Kota Buru, di Kabupaten Buru, salah satu kabupaten yang memiliki surplus pangan, padi yang besar. Seminggu sebelumnya saya berada di Wonosobo, Dieng. Berdialog dengan para petani kentang, para petani cabe, petani tembakau, petani padi dan lain-lain, karena kita memiliki komitmen untuk meningkatkan itu.

Insya Allah besok saya akan pergi ke Merauke, berpanen raya bersama saudara-saudara kita di Merauke, menyaksikan penanaman tebu dalam jumlah yang besar, meresmikan sebuah perguruan tinggi, dan pulang

(2)

dari Merauke, Insya Allah saya akan ke Dompu untuk melihat area peternakan yang akan kita kembangkan di waktu yang akan datang.

Kita semua, termasuk pemerintah tentunya berkewajiban, di samping mendorong tumbuhnya industri dan sektor jasa, adalah membangun dan menumbuhkan sektor pertanian dalam arti yang luas. Karena disitulah sebenarnya, hajat hidup sebagian rakyat kita tergantung. Disitulah tempatnya kalau kita ingin mengurangi kemiskinan secara nyata di waktu-waktu yang akan datang, dan disitulah tempatnya, kalau bangsa ini tidak ingin tergantung terus dari impor pangan seperti beras, kedelai, jagung, tebu dan daging sapi. Oleh karena itu, kita wajib, saya mengajak para Gubernur, Bupati, Walikota seluruh Indonesia, untuk terus memberikan apa yang disebut peduli, berbuat sesuatu untuk meningkatkan sektor pertanian dalam arti yang luas di seluruh wilayah Indonesia.

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Saya akan menyampaikan sambutan saya pada acara yang penting pada sore hari ini. Marilah kita kembali memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena hari ini kita dapat berkumpul, untuk meresmikan Pabrik Pupuk Kujang I-B di Cikampek. Kepada Direksi dan segenap jajaran PT Pupuk Kujang, saya menyampaikan ucapan selamat atas beroperasinya pabrik yang baru ini. Mudah-mudahan, dengan pabrik yang baru ini, PT Pupuk Kujang akan bergerak semakin maju, dalam memberikan darma baktinya, kontribusinya, bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

Dengan beroperasinya Pabrik Pupuk Kujang I-B ini, maka kapasitas produksi sebagaimana disampaikan oleh Saudara Direktur Utama tadi, akan meningkat menjadi 1.140.000 ton per tahun, dari kapasitas 570.000 ton yang ada sekarang. Peningkatan kapasitas produksi ini akan memberikan sumbangan yang besar bagi peningkatan produksi pertanian, khususnya padi dan palawija. Sebagaimana kita maklumi bersama, daerah Jawa Barat, merupakan salah satu andalan lumbung padi di negeri kita. Banggalah dan pertahankan itu. Peningkatan kapasitas produksi PT Pupuk Kujang ini diperkirakan akan dapat memenuhi kebutuhan pupuk, khususnya pupuk urea, di Jawa Barat. Dengan demikian, daerah ini tidak perlu lagi mendatangkan pupuk dari daerah lain, apalagi harus mengimpornya dari negara lain. Tentu memerlukan regulasi yang akan diatur oleh para menteri terkait.

Kita memang masih memerlukan lebih banyak lagi pabrik pupuk untuk menambah produksi, guna memenuhi kebutuhan pertanian kita. Kita memang telah bertekad, suatu saat nanti kita akan mampu berswasembada pangan. Insya Allah, 2010, paling tidak ada empat komoditas, yaitu beras, gula, jagung dan daging sapi, yang mendekati angka swasembada yang kita harapkan. Dan mudah-mudahan lima tahun berikutnya lagi, kita bisa masuk kepada ketahanan, keswasembadaan kedelai, sesuatu yang penting. Banyak sekali di antara kita, termasuk saya, yang mengkonsumsi tahu dan tempe, yang ternyata kedelainya harus kita impor dari Amerika, dan negara-negara lain. Mengapa tidak kita produksi di dalam negeri sendiri pangan-pangan yang kita konsumsi secara utama tersebut?

Sebagai negara agraris, sudah seharusnya kita mampu memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri tanpa, sekali lagi, harus mengimpornya. Kita telah pernah mencapai tingkat swasembada itu pada tahun 1980. Kita masih ingat semua waktu itu. Namun prestasi itu tidak dapat kita pertahankan, disebabkan oleh faktor musim, menyempitnya lahan pertanian, dan belum ditemukannya teknologi pertanian yang lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan produksi. Di bawah Kabinet Indonesia Bersatu yang saya pimpin, saya kembali membulatkan tekad, tentu dengan dukungan dari para Gubernur, Bupati dan Walikota, untuk melakukan revitalisasi pertanian. Salah satu tujuan dari revitalisasi itu ialah untuk meningkatkan kemampuan kita menjaga ketahanan pangan nasional, dan meningkatkan produksi pertanian agar kita mampu berswasembada.

Saya amat senang ketika mendengar penjelasan Gubernur Maluku dua minggu yang lalu dan dialog dengan petani, salah satu hasil yang makin konkret dan nyata dari upaya besar kita melakukan revitalisasi pertanian terutama, dan perikanan, adalah makin meningkatnya produksi pertanian di beberapa daerah, termasuk

(3)

yang ada di Pulau Buru.

Dalam rangka itulah, kita mulai kembali usaha-usaha untuk memperluas areal tanaman pangan kita. Kita membuka lahan-lahan pertanian baru, yang kita harapkan akan berkembang menjadi kawasan lumbung padi di suatu daerah dan kawasan. Beberapa saat yang lalu, Gubernur Kalimantan Tengah datang ke saya, mengundang saya pada bulan Agustus yang akan datang, karena lahan yang kita kenal dulu dengan lahan sejuta hektar, yang karena satu dan lain hal tidak berkembang sebagaimana yang diharapkan, mulai dapat diselamatkan. Tentunya dengan luas yang belum besar betul, tapi mengarah kepada pendayagunaan optimal dari lahan sejuta hektar yang memang harapan kita akan tumbuh di waktu yang akan datang, meskipun tidak seluruhnya.

Sebagaimana saya katakan tadi, saya juga baru berkunjung ke Pulau Buru, saya optimis bahwa ada paduan nanti wilayah lahan, tenaga kerja yang terampil, teknologi, permodalan dan tentunya pupuk yang sangat kita harapkan secara bersama. Jika kita bekerja keras, bukan mustahil daerah-daerah di bagian Timur negeri kita, yang lahannya masih luas terbentang, dapat kita jadikan sebagai daerah lumbung padi. Sementara itu, di daerah-daerah yang selama ini telah maju usaha pertaniannya, kita akan terus berupaya untuk lebih meningkatkan produksinya, baik dengan penggunaan teknologi baru, penanaman bibit yang lebih unggul, maupun penggunaan pupuk dan pemberantasan hama yang lebih efektif.

Tekad kita untuk kembali berswasembada pangan bukanlah mimpi, yang seolah tidak mungkin menjadi kenyataan. Memang dibutuhkan semangat yang besar, karya yang besar dan kebersamaan kita, seluruh rakyat Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan 220 juta jiwa rakyat kita, kita memerlukan beras sebanyak 32 juta ton dan gula sebanyak 3,8 juta ton setiap tahunnya. Tetapi dengan berpikir secara rasional dan sistematis, serta bekerja keras memanfaatkan segala potensi yang ada, swasembada itu, Insya Allah akan dapat kita capai.

Di hadapan forum yang mulia ini, saya minta para wartawan juga menyampaikan kepada para pimpinan di seluruh negeri ini, andaikata para Gubernur, para Bupati, yang memiliki lahan persawahan, masing-masing bisa meningkatkan 5% saja produksinya, maka Insya Allah tahun depan tidak perlu kita harus mengimpor beras. Bagi daerah-daerah tertentu sangat bisa dicapai, bahkan mungkin lebih dari 5%. Ada daerah-daerah yang kurang subur pertanian, bisa kita pahami. Saya akan mencatat dalam lembaran sejarah negeri ini, para Gubernur, Bupati yang bisa mencapai target itu, karena membantu kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Saya harap Pak Gubernur Jawa Barat, Pak Bupati Kerawang, Pak Bupati Purwakarta, harus masuk lists, Gubernur, Bupati yang berprestasi meningkatkan padi dan persawahan kita.

Tahun, dua tahun berturut-turut ini, 2004-2005, memang kita terpaksa masih mengimpor, jumlahnya sekitar 150 ribu. Tiga tahun sebelumnya, mengimpor sekitar, jumlahnya sekitar 3,6 juta. Sebelumnya lagi, tiga tahun berturut-turut 98-99-2000, kita mengimpor sekitar 6 juta. Meskipun sudah susut dari tahun ke tahun, mari kita pastikan, bersama-sama di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, untuk bekerja lebih giat,

berinovasi, mencukupi kebutuhan beras kita, sehingga mulai tahun depan tidak lagi kita harus mengimpor beras dari negara lain.

Rakyat kita, lebih-lebih rakyat di pedesaan, bukanlah orang-orang yang malas dan enggan bekerja dan berusaha. Cobalah kita perhatikan para petani kita. Mereka bangun pagi-pagi untuk menunaikan shalat subuh bagi yang beraga Islam, dan kemudian langsung pergi ke sawah. Mereka bekerja sehari penuh hingga menjelang matahari terbenam. Pertanyaannya: mengapa hasil jerih payahnya itu masih belum sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan, sehingga kehidupan sebagian besar petani kita masih relatif miskin? Ini pertanyaan yang tidak boleh hanya dijawab dengan kata-kata. Mari kita jawab dengan karya nyata.

Kemarin, di depan forum Institut Pertanian Bogor, saya menyampaikan kepada Rektor IPB dan para civitas academica, karena saya tahu IPB, dan saya kira fakultas pertanian dari banyak universitas, terus

(4)

melaksanakan penelitian, pengembangan untuk mengembangkan, memproduksi jenis-jenis baru untuk keunggulan pertanian kita. Saya minta, dengan kerja itu mari bersama-sama kita perbaiki nilai tukar petani. Nilai tukar petani tidak boleh rendah, harus kita tingkatkan terus menerus menjadi adil, menjadi layak, menjadi manusiawi. Tugas kita bersama. Jajaran pertanian, jajaran Pemerintah Daerah, para akademisi, para peneliti, para pengusaha, kita semua.

Mengapa belum sebanding tadi? Jawabannya ialah karena kita, petani belum sepenuhnya menggunakan, mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita lebih banyak bekerja dengan tenaga, dan sebagian bahkan meneruskan tradisi bertani secara turun temurun, hampir tanpa inovasi. Tugas menciptakan ilmu dan teknologi pertanian itu adalah tugas para akademisi, para peneliti, para mahasiswa. Merekalah yang berkewajiban untuk menemukan cara-cara baru dalam bertani, menemukan bibit dan cara memberantas hama yang lebih unggul, dan menemukan pupuk yang lebih efektif. Para petani pun, harus memiliki minat pula untuk belajar, menggunakan cara-cara baru, sehingga hasil pertaniannya dapat dilipatgandakan.

Kita contoh negara-negara yang maju dalam pertanian, Thailand misalnya, komunitas petani juga inovatif, komunitas petani juga memikirkan bagaimana cara-cara untuk meningkatkan produksinya, di samping perguruan tinggi, lembaga-lembaga kajian dan penelitian, tentu dengan bantuan pemerintah. Sementara tugas Pemerintah adalah membuat kebijakan pertanian yang tepat, membangun infrastruktur untuk mendukung kemajuan usaha pertanian, menjaga stabilitas harga yang menguntungkan petani, dan menyediakan permodalan sehingga petani dapat menjalankan usahanya dengan lebih baik. Jika usaha-usaha itu kita kerjakan dengan sungguh-sungguh, saya yakin dan percaya, pertanian kita akan maju. Jika pertanian kita maju, maka rakyat akan sejahtera. Sebab, sebagian besar rakyat kita menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Dalam kesempatan yang baik ini, saya ingin menegaskan kembali tekad dan komitmen Pemerintah untuk menjalankan, meningkatkan dan mendukung usaha-usaha revitalisasi di sektor pertanian. Saya berharap, para petani tidak ragu-ragu dengan komitmen Pemerintah itu.

Hadirin yang saya muliakan,

Kepada seluruh jajaran PT Pupuk Kujang saya berpesan, agar menjaga dan memelihara semua fasilitas baru yang dimiliki ini, agar kegiatan produksi berjalan dengan lancar. Kita gunakan uang negara, uang rakyat dengan jumlah sekitar 2,7 triliun setara dengan 3 miliar dollar Amerika Serikat dengan nilai tukar sekarang ini. Mari kita pertanggungjawabkan kepada rakyat, bahwa uang itu tidak disia-siakan, tapi memproduksi sesuatu yang memang diharapkan oleh rakyat kita.

Manajemen perusahaan haruslah membuka diri terhadap saran dan masukan yang konstruktif, termasuk para Pimpinan BUMN yang lain, yang hadir pada kesempatan ini, yang datang dari pihak manapun juga. Jangan ada kesan bahwa manajemen perusahaan tertutup. Zaman kini telah berubah. Kita kini telah berada di era keterbukaan. Semua langkah dan kebijakan yang diambil haruslah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Ini berlaku bagi semua, lembaga-lembaga di negeri ini, Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, Lembaga Audit semacam BPK dan semuanya. Kita harus akuntabel terhadap apa yang kita lakukan. Terbuka, sehingga rakyat kita bisa mengikuti tanpa harus mendapatkan informasi yang salah dan memahami apa yang dilakukan oleh Pemerintah dalam masa-masa yang tidak ringan ini.

Sebagai Badan Usaha Milik Negara, PT Pupuk Kujang hendaknya mampu membaca arah dan kebijakan umum Pemerintah, baik di bidang industri maupun di bidang pertanian. Langkah PT Pupuk Kujang membangun pabrik yang baru untuk meningkatkan kapasitas produksi, telah sejalan dengan kebijakan umum Pemerintah. Saya juga minta kepada seluruh jajaran manajemen, untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Hanya dengan efisiensi dan produktivitas, saudara bisa bersaing. Kalau tidak efisien, tidak produktif, saudara akan, tidak akan maju dan bisa-bisa bangkrut. Jangan biarkan BUMN kita bangkrut. Caranya? Mari kita lebih efisien, lebih produktif, menggunakan kaidah manajemen perusahaan yang baik. Demikian yang kita harapkan dalam pengelolaan perusahaan kita di waktu yang akan datang.

(5)

tidak terpuji, mark-up, pembelian fiktif baik barang ataupun jasa, yang akan menghilangkan aset negara dalam jumlah yang besar. Pak Anwar Nasution disini, saya berharap jangan sampai ada yang lewat, di negeri kita ini, yang masih ingin mark-up, mementingkan pemilihan pengadaan barang dan jasa ini. Kalau kita hemat, menyelamatkan belasan triliun itu, puluhan triliun itu, kita bisa memberikan lebih untuk pendidikan, untuk kesehatan, untuk pengurangan kemiskinan, untuk menaikkan kesejahteraan guru, PNS dan lain-lain, termasuk Kepala Desa.

Perusahaan harus benar-benar sehat dan pengelolaannya harus dilakukan secara profesional. Tinggalkan perilaku lama yang dulu sering terjadi di negeri kita, kolusi, korupsi dan nepotisme yang telah merusak BUMN dan juga telah merusak bangsa dan negara kita. Pengusaha, Pimpinan BUMN jangan menggoda-goda penguasa. Penguasa jangan mengajak pengusaha dan BUMN untuk berkolusi. Sangat jelas. Ini bukan pesan saya, tapi amanah rakyat Indonesia. Kita lihat sama-sama nanti ke depan. BUMN harus memberikan sumbangan bagi kemajuan bangsa dan negara, bukan sebaliknya menjadi beban. Saya dukung upaya Menteri BUMN untuk terus menyehatkan, menyehatkan dan menyehatkan. Jangan bangga menjadi Pimpinan, Direktur Utama PT Rugi Abadi, Komisaris PT Sukar Maju, jangan bangga. Alam akan menyaring, kita akan melihat, dan mudah-mudahan tiap tahun saya dapat laporan yang indah:

Pak, tinggal sekian yang merugi, tinggal sekian, sekian, hilang nanti, suatu saat. Semua beruntung, bayar pajak, bayar deviden, dan lain-lain.

Bekerjalah dengan idealisme yang tinggi. Kita harus mendahulukan kepentingan bangsa dan negara, di atas kepentingan pribadi, keluarga dan golongan. Camkan ini. Rakyat akan senang, melihat para pemimpinnya benar-benar mengutamakan kepentingan negara, kepentingan bangsa, kepentingan masyarakat dibanding kepentingan-kepentingan sesaat, kepentingan jangka pendek, kepentingan pribadi, golongan maupun partainya.

Hadirin yang saya muliakan,

Pemerintah menyadari bahwa kelanjutan usaha pabrik pupuk, akan sangat tergantung kepada pasokan bahan baku utamanya, yaitu gas alam. Setuju? Saya perhatikan setiap pejabat ngomong itu, tepuk tangan. Pengalaman kita di waktu yang lalu, ketika terjadi kelangkaan pasokan gas untuk mendukung produksi pabrik pupuk di Aceh, harus menjadi pelajaran kita, PIM I, PIM II AS. Ini pelajaran yang baik, yang jangan sampai terjadi lagi.

Oleh karena itu, tahun lalu, bulan Agustus, Pemerintah, saya telah menetapkan new policy on energy. Lima pilarnya. Satu, bangsanya harus hemat energi. Dua, harus mendiversifikasikan energinya, terbarukan, non-terbarukan. Ketiga, menambah produksi dalam negeri, minyak, gas dan batu bara. Empat, kebijakan harga yang layak, yang tepat. Dan yang kelima, penegakkan hukum. Sedih kalau masih penyelundupan terjadi dimana-mana. Ada yang mendapatkan uang puluhan miliar, tapi ada yang menangis karena tidak dapat pasokan energi, yang harusnya dikonsumsi di dalam negeri diselundupkan ke tempat lain, ke negara lain.

Itu yang gas. Saya keluarkan kebijakan baru tentang gas pada bulan Januari tahun ini, yaitu setelah nanti masa kontrak penjualan gas kita dengan negara sahabat selesai, empat-lima tahun dari sekarang, sebagian besar, kita akan perbaharui. Kalau dulu barangkali, rasionya cukup banyak yang diekspor ke luar negeri, kita ingin nanti rasionya lebih banyak yang dikonsumsi di dalam negeri. Untuk apa? Pupuk. Untuk apa? Transportasi. Untuk apa? Listrik. Kalau listrik kita masih menggunakan BBM, harganya akan mahal, dan tiap tahun kita dihantui harus menaikkan TDL, menaikkan BBM. Tetapi kalau ada solusi untuk industri listrik, maka listrik tenaga non BBM, misalkan batu bara, misalkan gas tenaga air dan lain-lain, maka Insya Allah harga jualnya lebih kompetitif. Kalau harga listrik lebih murah, kurang dari 6 sen, harga jual produksi jasa akan lebih murah. Kalau semuanya lebih murah, rakyat yang akan mendapatkan kesejahteraannya.

Oleh karena itulah, saya minta pengertian tentang kebijakan gas baru yang kami keluarkan itu. Kepada negara-negara sahabat tidak usah cemas, karena kerja sama global sekarang ini memungkinkan untuk sebuah relokasi ke negara kita. Relokasi industri dengan relokasi di negara kita, tenaga kerja kita akan

(6)

ditampung. Ada pajak dalam negeri, ada community development, ada tambahan infrastruktur, sedangkan gasnya masih bisa menggunakan gas dalam negeri kita. Win-win, tapi kita lebih win dibandingkan selama ini, yang win ternyata negara-negara lain.

Kita memang membutuhkan devisa, karena itu kita menjual gas kita ke negara lain, seperti saya katakan tadi. Namun ekspor gas itu tidak boleh menyebabkan kelangkaan pasokan di dalam negeri. Karena itu perundingan ekspor gas di masa mendatang haruslah memperhatikan dengan seksama peningkatan kebutuhan gas di dalam negeri. Kebutuhan itu terus meningkat, baik untuk kepentingan rumah tangga, industri, maupun pembangkit listrik.

Harus pula disadari bahwa penggunaan gas sebagai bahan baku utama pembuatan pupuk, bukannya tanpa batas. Jika kita tidak menemukan ladang gas yang baru, maka dalam beberapa dekade yang akan datang, cadangan gas alam kita akan menipis, bahkan akan habis. Minyak kita, kalau tidak ada penemuan baru, tinggal kurang lebih 30 tahun. Gas kita, kalau tidak ada penemuan baru, tinggal 60 tahun. Batu bara kita, kalau tidak ada penemuan baru tinggal 150 tahun. Jangan kuras habis-habisan sekarang dan kita tidak menyisakan untuk generasi yang akan datang, untuk anak cucu kita. Marilah kita kembangkan teknologi, manajemen, kebijakan yang tepat, agar kita meletakkan landasan untuk anak cucu kita, sambil menyisakan potensi ekonomi untuk generasi yang akan datang. Kita memerlukan alternatif pengganti gas, kita

memerlukan inovasi dan sentuhan teknologi melalui penelitian dan pengembangan. Inilah yang menjadi agenda kita, agenda Pemerintah dan harapan saya juga menjadi agenda pemikiran perguruan tinggi, peneliti dan lembaga-lembaga yang lain yang serupa.

Oleh karena itu, sekali lagi saya mengajak para akademisi, ilmuwan, para dosen dan mahasiswa untuk bekerja keras memikirkan apa yang saya kemukakan tadi. Di negara lain, universitas, penelitian, pengembangan, kadang bekerja sambil larut malam. Terang benderang, karena memikirkan sesuatu. Kawasan yang lain relatif gelap karena menghemat, menjadi adil. Tidak apa-apa ada lampu menyala di malam hari, seolah-olah tidak hemat, tapi mereka bekerja memikirkan bangsanya, masa depannya. Sedangkan yang harus tidur dengan baik, hemat, dan matikan lampu-lampu itu kecuali yang digunakan. Ini menjadi adil.

Oleh karena itu, kalau saya keliling kota nanti, dimanapun kalau ada malam hari gedung masih menyala, tahu saya adalah bekerja, bukan karena lalai mematikan listrik. Dan lalai mematikan air, mengocor terus. Telepon berdering terus. Hentikan budaya boros seperti itu. Sama-sama kita awasi. Pak Gubernur, Pak Bupati, mari kita awasi sama-sama. Ajak rakyat, ajak wartawan, untuk sama-sama mengawasi hal-hal itu.

Kita tidak ingin menjadi bangsa yang tertinggal. Dalam era globalisasi, yang tidak bisa kita elakkan, mari kita tidak menjadi bangsa yang kalah, tidak menjadi bangsa yang rugi, tidak menjadi bangsa yang hanya disiasati. Kalau kita menang, kalau kita beruntung, kalau kita pandai bersiasat, kita akan maju. Rakyat kita terhormat dan itulah nasionalisme yang harus kita kembangkan abad sekarang ini.

Hadirin sekalian,

Itulah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan memohon ridlo Tuhan Yang Maha Kuasa, seraya mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Pabrik Pupuk Kujang I-B dengan resmi saya nyatakan beroperasi.

Sekian.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

(7)

Biro Pers dan Media

Rumah Tangga Kepresidenan

Referensi

Dokumen terkait

Melalui kegiatan berdiskusi, siswa mampu membuat peta pikiran mengenai urutan peristiwa dengan memperhatikan latar cerita pada teks nonfiksi dengan benar.. Dengan melakukan

Algoritma evolusi differensial, yang merupakan algoritma yang meniru prinsip dasar evolusi biologis untuk menyelesaikan problem optimasi global, digunakan untuk mencari

Dengan mengintegrasikan konten kurikulum pendidikan karakter yang telah dirumuskan ke dalam seluruh mata pelajaran yang relevan, terutama mata pelajaran. agama, kwarganegaraan,

Di kemudian hari ketika Paulus merenungkan kembali masa hidupnya, dia menyebut dirinya orang yang paling ber- dosa (I Timotius 1:15). Jika Allah dapat mengerjakan kese- lamatan

Hasil penelitian menunjukkan 77,46% hasil untuk penilaian ahli materi, 85,7% untuk penilaian ahli bahasa, 97,3% untuk penilaian ahli media dan 81,5% untuk uji coba

Kedua, faktor-faktor yang menyebabkan adanya minat masyarakat di Kecamatan Banjarmasin Tengah untuk membeli minyak goreng curah didapat 21 orang atau 70% mengatakan bahwa

Maka dari itulah penulis mencoba untuk meneliti bagaimana keadaan perekonomian daerah Kabupaten Kerinci di Provinsi Jambi dari sisi sektor basis atau unggulan

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARAWANG DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN