• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN ALSINTAN TERHADAP PENINGKATAN P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DUKUNGAN ALSINTAN TERHADAP PENINGKATAN P"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN ALSINTAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA KEGIATAN UPSUS PADI DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Firdaus*, Jon Hendri*, M. Yusuf Antu**

*Peneliti BPTP Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru Jambi **Peneliti BPTP Gorontalo

Email: djonhend@yahoo.co.id HP 08127490635

Untuk mendukung program peningkatan produksi padi melalui program UPSUS Pajale Kementerian Pertanian, tidak hanya mengenai input dalam bentuk luas areal dan jenis tanaman yang dibudidayakan, melainkan juga mengenai kebutuhan alat dan mesin pertanian sebagai faktor pendukung usaha tani. Luas lahan sawah di Provinsi Jambi pada tahun 2013 seluas 167.623 hektar. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Jambi mempunyai potensi untuk pengembangan wilayah tanaman pangan. Kabupaten Muaro Jambi mempunyai luas lahan terluas kedua yaitu 24.620 hektar dengan luas panen 10.894 ha dan produksi masih rendah yaitu 50.929 ton atau dengan produktivitas 46,75 kw/ha. Salah satu bagian dari faktor pendorong produksi adalah adanya alat dan mesin pertanian yang cukup, dalam penelitian ini alat dan mesin pertanian dibatasi hanya pada traktor untuk pengolahan tanah dan power threserser atau alat perontok gabah. Tujuan penelitian ini adalah menghitung kecukupan alat dan mesin pertanian berdasarkan luas lahan dengan mengidentifikasi jumlah alsintan (traktor dan power threser) yang ada berdasarkan data sekunder dari tim UPSUS dan dinas pertanian Muaro Jambi setelah diverifikasi dengan data alsintan dilapangan yang kemudian dihitung berdasarkan luasan sawah yang ada di Kabupaten Muaro Jambi. Traktor dan power threser untuk mendukung program UPSUS padi jumlahnya belum mencukupi dan distribusinya tidak merata, Tingkat kecukupan traktor untuk pengolahan tanah 44,57 % atau terdapat kekuranga sebanyak 196 unit, sedangkan untuk power threser tingkat kecukupannya 22,45 % atau terdapat kekurangan sebanyak 190 unit.

Kata Kunci: Lahan, Power threser, Traktor

PENDAHULUAN

Pencapaian target Swasembada Pangan Nasional (Padi, Jagung, Kedelai, Cabe, Bawang Merah, Ternak dan Tebu) pada tahun 2015-2016, secara nyata dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang muncul antara lain: ketersediaan lahan, infrastruktur, benih, pupuk, sumber daya manusia, alsintan dan lain sebagainya. Strategi pengembangan pertanian di lahan rawa haruslah berorientasi pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Hal ini sesuai dengan kebijakan internasional yang menekankan pengelolaan sumber daya alam yang lestari sehingga dapat terus dimanfaatkan oleh generasi mendatang.

(2)

bagi pembangunan pertanian yang berkelanjutan dengan eco-farming estate system (Haryono, 2012).

Pertanian di lahan rawa memiliki masalah yang sangat kompleks. Ditinjau dari indeks pertanaman (IP) misalnya, sebagian besar petani hanya menanam sekali dalam setahun. Benih lokal yang ditanam biasanya berumur panjang, sekitar 6 bulan. Sementara itu, sisa waktu lainnya sulit dimanfaatkan untuk budidaya karena lahan tersebut tergenang air yang tinggi selama berbulan-bulan pada musim penghujan. Kondisi itulah yang mengakibatkan petani hanya bisa memanen sekali dalam setahun. Selebihnya dibiarkan (diberakan) tanpa ada aktivitas apa pun.

Luas lahan sawah di Provinsi Jambi pada tahun 2013 seluas 167.623 hektar. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Jambi mempunyai potensi untuk pengembangan wilayah tanaman pangan. Kabupaten Muaro Jambi mempunyai luas lahan terluas kedua setelah kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu 24.898 hektar (BPS. 2014) dengan luas panen 10.894 ha dan produksi masih rendah yaitu 50.93 ton atau dengan produktivitas 46,75 kw/ha lahan yang ada di Muaro Jambi adalah lahan rawa lebak yang sangat tergantung dari tinggi rendahnya genangan air (data Dinas pertanian Kabupaten Muaro Jambi tidak dipublikasikan).

Menurut Effendi et al. 2014. untuk meningkatkan pengembangan pertanian rawa lebak salah satunya dilakukan dengan pengembangan mekanisasi pertanian dan pasca panen. Penerapan teknologi alat dan mesin pertanian diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi permasalah yang timbul dari kelangkaan sumber daya manusia dalam proses produksi pertanian, hal ini dapat ditanggulangi dengan pemberian bantuan alat dan mesin pertanian guna meningkatkan IP (Indeks Produksi) dan menurunkan kehilangan hasil (Losses) serta pengoptimalisasian alat dan mesin pertanian yang ada.

Penggunaan traktor saat ini sudah menjadi kebutuhan utama petani untuk mengolah tanah, mengingat pengolahan tanah dengan tenaga buruh dianggap menjadi semakin mahal seiring dengan kurangnya ketersediaan tenaga kerja karena telah beralih profesi ke non pertanian serta meningkatnya upah buruh disamping lamanya waktu pengolahan tanah. Sedangka untuk menghindari terjadinya susut hasil yang lebih tinggi setelah padi dipanen, perlu segera dilakukan perontokan.

Berdasarkan hal diatas tujuan penelitian ini adalah menghitung kecukupan alat dan mesin pertanian (alsintan) berupa traktor roda dua untuk pengolahan tanah dan power threser untuk perontokan padi di kabupaten Muaro Jambi.

Metodelogi penelitian

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Muaro Jambi, provinsi Jambi dari bulan September 2014 – April 2015, data yang yang digunakan adalah data luas lahan sawah Muaro Jambi dan jumlah alat dan mesin pertanian (alsintan) berupa traktor roda dua untuk mengolah tanah dan data power threser/mesin perontok padi yang kumpulkan dari data Tim Upsus Pajale dan data Dinas Pertanian Muaro Jambi selanjutnya data yang ada dilakukan pengecekan langsung di lapangan pada masing-masing kantor penyuluhan pertanian setiap kecamatan.

(3)

1. Perhitungan kebutuhan traktor roda 2 A = �

��� ,

i = ℎ � �� �

ℎ � � � � %

2. Perhitungan kebutuhan power threser

A = � � � � � ��� ,

i = ℎ � � � � �ℎ ℎ � %

BEP = ��

� � � − � �

��� ��� � �� �� % = ℎ � � %

Keterangan:

Akeb = Alsintan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sesuai luas tanam yang ada (unit)

Kap BEP = kapasitas kerja alsintan yang mencapai nilai break even point (ha/tahun/unit)

Deskripsi lokasi penelitian

Kabupaten Muaro Jambi terletak di antara 1o 15’ – 2o20’ Lintang Selatan dan di antara 103o10’– 104o 20’ Bujur Timur.Dengan luas wilayah 5.264 km2. Berupa dataran

rendah dengan ketinggian 0-35 mdpl. Lahan sawah yang ada di Muaro Jambi umumnya berupa lahan rawa lebak dengan potensi luasan 24.620 ha sedangkan lahan yang diusahakan untuk penanaman padi adalah 10.217 ha menyebar pada enam kecamatan yaitu Sekernan, Maro Sebo, Taman Rajo, Kumpeh, Kumpeh Ulu dan Jambi Luar kota.

Dari total luasan sawah yang diusahakan merupakan rawa lebak yang tidak semua lahan bisa diolah menggunakan traktor roda dua, karena perbedaan ketinggian air dan kondisi lahan yang tidak rata. Lahan yang ada tersebar di sepanjang Sungai Batanghari dengan luasan yang bervariasi. Potensi yang besar tidak bisa dioptimalkan karena kesulitan mengatur ketersediakan air untuk kebutuhan tanaman padi, dengan memperhitungkan kebutuhan alsintan berdasarkan luas lahan diharapkan bisa membantu meningkatkan produksi padi.

Lahan rawa lebak di Muaro Jambi sangat dipengaruhi oleh genangan air yang dipengaruhi tinggi muka air sungai Batanghari dengan kondisi dan luasan berbeda berdasarkan jenis lebak. Menurut Widjaja-Adhi (1986) rawa lebak dikelompokkan menjadi lebak dangkal, tengahan dan lebak.

Hasil Dan Pembahasan

(4)

Tabel 1. Kecukupan traktor untuk mengolah tanah berdasarkan luas lahan rawa lebak total luas sawah yang bisa diolah menggunakan traktor, ini karena kondisi lahan berupa rawa lebak yang menyebabkan adanya perbedaan waktu pengolahan tanah berdasarkan ketinggian muka air. Berdasarkan perhitungan data masing-masing kecamatan di kabupaten Muaro Jambi terlihat ketersediaan traktor roda dua untuk mengolah tanah belum mencukupi kebutuhan ideal kecuali di kecamatan Kumpeh Ulu dimana terdapat 7 unit kelebihan traktor dilapangan.

Secara umum persentase kecukupan traktor di Muaro Jambi menurur (Budiharti, 2013) termasuk kategori masih sangat kurang sekali. Kebutuhan traktor untuk kabupaten Muaro Jambi yang ideal sebanyak 341 unit sedangkan ketersediaannya hanya 152 unit, ini berarti terdapat kekurangan 196 unit atau dengan persentase tingkat kecukupan 44,57 %. Dilapangan kekurangan ini dapat diantisipikasi petani dengan penambahan jam kerja penggunaan alsintan atau pengolahan tanah secara manual menggunakan cangkul. Kendala dilapangan dalam memobilisasi traktor untuk optimasi pemanfaatnya sulit dilakukan karena lokasi yang tidak berdekatan.

(5)

Berdasarkan Tabel 2 kebutuhan akan mesin perontok padi di kabupaten Muaro Jambi masih sangat kurang sekali. Simulasi prediksi luas panen (7662,75 ha) dan luas lahan yang bisa dipanen (5747,06 ha) menggunakan alat perontok padi berupa Power Thresher masih terdapat kekurangan, dengan tingkat kecukupan rata-rata 22.45 % atau ketersedian alat perontok padi yang ada dilapangan sangat kurang sekali dan untuk mencukupinya diperlukan 190 unit. Kekurangan alat perontok padi dilapangan ini harus diatasi petani dengan menggunakan perontokan manual berupa sistem gebot atau penambahan jam kerja power threser.

Berdasarkan perhitungan kebutuhan alsin (traktor dan power threser) untuk mendukung peningkatan produksi padi melalui program UPSUS Pajale kabupaten Muaro Jambi masih sangat kurang sekali. Dampak dari kurangnya alsin menyebabkan produksi tidak dapat dioptimalkan, dan jadwal tanam dan dan panen serempak sesuai kalender tanam untuk masing-masing kecamatan sulit dilaksanakan, selain itu upaya peningkatan indek pertanaman juga sulit ditingkatkan. Perbedaan jumlah ketersediaan alsintan yang ada di semua kecamatan tidak mencukupi berdasarkan luas lahan yang ada kecuali kecamatam Kumpeh Ulu untuk traktor.

Kesimpulan

Tingkat kecukupan traktor untuk pengolahan tanah di muaro jambi 44,57 % atau terdapat kekuranga sebanyak 196 unit, sedangkan untuk power threser tingkat kecukupannya 22,45 % atau terdapat kekurangan sebanyak 190 unit.

Traktor dan power threser untuk mendukung program UPSUS Padi di Kabupaten Muaro Jambi jumlahnya belum mencukupi dan distribusinya tidak merata.

Daftar Pustaka

Alihamsyah, T. 2008. Roadmap Pengembangan Mekanisasi Pertanian Untuk Mendukung Sistem Pertanian Industrial Tanaman Pangan Berkelanjutan. Makalah dalam Rapat Pleno Komsi Nasional Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Bogor. Serpong.

Budiharti U. 2013. Penyediaan Informasi Mekanisasi Pertanian. Dalam Haryono, Sarwani M, Las. I dan Pasandran E (eds). Kalender Tanam Terpadu. Kementerian pertanian. IAARD Press.

BPS. 2014. Jambi Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Propinsi Jambi.

Effendi DS, Abidin Z dan Prastowo B. 2014. Model Percepatan Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Lebak Berbasis Inovasi. J. Pengembangan Inovasi Pertanian 7 (4). 177-186.

Haryono. 2012. Lahan Rawa Lumbung Pangan Masa Depan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. Jakarta: IAARD Press.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran harus ada usaha yang tepat dalam memaknai dan merespon semua pola pendidikan, sebab pemahaman terhadap sebuah pola pendidikan

Sehingga untuk data kejadian kanker payudara di kota Makassar tahun 2011 terhadap umur dapat diasumsikan memenuhi bentuk regresi logistik biner dengan menggunakan

Dari hasil pengolahan data Risk Response diperoleh data komponen boiler Pult Control memiliki nilai risiko tertinggi yaitu 30 yang berarti menunjukan risiko ini harus

Mayoritas informan kunci 42,8% menjawab sama, 35,7% informan menjawab tidak tahu, 17,9% menjawab lebih banyak, 3,6% lebih sedikit.Mereka yang menjawab lebih banyak

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI

Pada akhirnya, Lembaga Pendidikan Kesenian Perempuan berbasis seni diharapkan mampu mengakomodasikan perempuan mencipta karya seni yang cerdas, kreatif, dan merdeka,

Untuk hasil uji simultan, hipotesis menunjukkan bahwa bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, empati dan jaminan juga secara bersama-sama memiliki pengaruh

Dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini, maka peneliti akan mencari dan mendiskripsikan implementasi Culturally Responsive Teaching pada mata pelajaran