BALAI RISET PERIKANAN PERAIRAN UMUM
DAN PENYULUH PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
PERAIRAN DARATAN (PD) 438
i
KAJIAN STOK DAN POTENSI SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH
PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) PERAIRAN DARATAN (PD) 438
(PROVINSI LAMPUNG DAN BANGKA BELITUNG)
BALAI RISET PERIKANAN PERAIRAN UMUM DAN PENYULUH PERIKANAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN PERIKANAN
BADAN RISET SUMBERDAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2020
2.
Tim Penelitian3.
Jangka Waktu Penelitran : 1 (Satu) Tahun4.
TotalAnggaranItllenyetujui,
Ka KeltiSumberdaya lkan dan LinEkungan
lr
NtP. 19580403 198603 1 007
Mengetahui, Kepala Balai Riset
Daratan (PD) 438 (Provinsi Larnpung dan Bangka Belitung)
: a" Sevi Sawestri, S"Si., M.Si(Koordinator)
b. Yoga Candra Ditya, SP". M.Si(Anggota) c. h,4irna Dwirastina, S.Pi., l\ll,Pi (Anggota) d. Dewi Apriyanti, A.lMd. (Anggota) e. Burnawi (Anggota)
f. lke Trismawanti, S.St.Pi (Anggota)
: Rp. 278.767.000,- (Dua Ratus Tujuh Puluh Delapan
Juta Tujuh Ratus Enam Puluh Tujuh Rupiah)
Palembang, November 202A
Penanggung Kegiatan
I
Sevi ru"si
01?20a2
NIP. 1
Umum dan Penyuluhan Perikanan
SP, M Si 244312 1 002
iii
Oleh:
Sevi Sawestri, Yoga Candra Ditya, Mirna Dwirastina, Dewi Apriyanti, Burnawi dan Ike Trismawanti
ABSTRAK
Sungai Way Seputih merupakan salah satu sungai yang terletak di Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki peran penting sebagai sumber protein dan ketahanan pangan, sumber ekonomi masyarakat, lapangan kerja, sumber devisa dan pendapatan asli daerah. Namun terpinggirkan karena kegiatan penambangan pasir yang dilakukan secara intensif di daratan pinggir sungai hal ini tentu akan berdampak terhadap penurunan potensi keanekagaraman jenis ikan, produksi ikan, luasan wilayah, dan pendapatan asli daerah. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kondisi stok ikan terkini, potensi produksi perikanan, potensi lestari perairan, dan produksi tangkap S. Way Seputih; serta mengkaji fungsi lebung buatan untuk mendukung peningkatan produksi rawa banjiran di Instalasi Patratani, Prov. Sumatra Selatan; serta status stok ikan S. Musi di Instalasi Mariana, Prov. Sumatra Selatan. Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan analisis di laboratorium. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data yang diambil meliputi parameter fisika, kimia, dan biologi perairan; biologi ikan ekonomis; statistik produksi perikanan; serta data kegiatan/aktivitas perikanan. Hasil menunjukkan stok ikan di S. Way Seputih bagian tengah sepanjang 23 km sebesar 55,995 kg/ha. Sedangkan estimasi stok ikan di perairan rawa banjiran S. Way Seputih (Bumi Nabung Baru) berkisar antara 1.165,90 kg/ha. Potensi produksi perikanan berdasarkan model Leger-Huet di S. Citanduy sebesar 199,70 kg/ha. Kondisi kualitas perairan S. Way Seputih tergolong cukup untuk kehidupan ikan. Namun terdapat indikasi perairan S. Way Seputih mengalami sedimentasi akibat adanya konsentrasi sejumlah padatan. Nilai produksi lestari (MSY) S. Way Seputih sebesar 1.952,63 ton, sedangkan upaya penangkapan optimal (F.MSY) sebesar 132.891,37 unit alat standar. Hal ini memberikan gambaran bahwa maksimum penangkapan lestari di S. Way Seputih sebesar 1.952,63 ton per tahun, dengan sejumlah 132.891,37 alat waring/anco sebagai alat tangkap standar. Nilai tersebut menunjukkan produksi hasil tangkapan S. Way Seputih masih di bawah potensi lestari (MSY), atau dengan kata lain belum terjadi over fishing. Terdapat delapan alat tangkap utama di S. Way Seputih, yaitu: jaring (gill net), bubu (trap), tajur (hook and line), rawai (hook and line), pancing (hook and line), tuguk (trap), penilar (trap), dan waring/anco (trap). Hasil tangkapan ikan S. Way Seputih didominasi oleh ikan seluang, sempadi, lemes, dan kepah. Selanjutnya, terkait SPEECTRA 1 yang berada di Instalasi Patratani, lebung buatan tersebut telah berfungsi sebagai tempat tumbuh dan lindungan indukan-anakan ikan rawa banjiran. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian stok ikan di Sungai Musi, hasil tangkapan ikan di perairan tersebut masih cukup beragam. Hasil tangkapan yang paling dominan tertangkap menggunakan alat tangkap belad adalah ikan lampam (Barbodes schwanenfeldii), sedangkan jaring adalah ikan janggut (Polydactylus octonemus). Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan fitoplankton, zooplankton, perifiton, bentos, dan kualitas air, kondisi
iv
Kata Kunci: Stok, potensi lestari, potensi produksi, tangkapan, Way Seputih, Lampung, BRPPUPP, Patratani, SPEECTRA, Mariana.
v
akhirnya kami dapat menyelesaikan Laporan Teknis Kegiatan TA 2020 yang berjudul Kajian Stok dan Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Perairan Daratan (PD) 438 (Provinsi Lampung dan Bangka Belitung). Kegiatan penelitian ini merupakan salah satu dari kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) Palembang untuk tahun anggaran 2020.
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini diawali dengan penyusunan proposal pada awal tahun kegiatan dan pelaksanaan di lapangan mulai bulan Februari, Juli, Agustus, September, dan berakhir pada bulan Oktober. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi stok sumberdaya ikan terkini di WPP PD 438, potensi lebung buatan Patratani, dan aktifitas perikanan Sungai Musi di Mariana. Data dan informasi tersebut diharapkan dapat memberikan masukan untuk optimalisasi pemanfaatan perikanan tangkap daerah tersebut agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, serta daya dukung lingkungan terpelihara.
Tim peneliti tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu terutama kepada Kuasa Pemegang Anggaran (KPA) BRPPUPP, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BRPPUPP, Koordinator Kelompok Peneliti, peneliti, teknisi, dan pejabat struktural lingkup BRPPUPP Palembang, sehingga selesainya Laporan Teknis ini. Tim peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Basuki Hendriawan, S.Pi., M.Si.; Bp. Sunarko, S.Pi.; Bp. Heru Wisnu Sindoro; Dinas Perikanan Kabupaten Lampung Tengah; Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung; Dinas Perikanan Kabupaten Bangka Tengah; Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi Universitas Bangka Belitung; Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung; Ibu Ratu Purwanti, S.Pi.; Ibu Fitri; Bapak Omon Budiaji, S.Pi.; serta Kelompok Nelayan Perairan Way Seputih. Kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun diharapkan dapat membantu untuk perbaikan penulisan Laporan Teknis (Laptek) pada tahun-tahun mendatang.
Palembang, November 2020 Tim Peneliti
vi Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Abstrak... iii Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi
Daftar Tabel... viii
Daftar Gambar... x
Daftar Lampiran... xv
I. Pendahuluan 1 A. Latar Belakang... 1
B. Tujuan dan Sasaran Kegiatan... 3
II. Tinjauan Pustaka 4 A. Wawasan Pengelolaan Perikanan Perairan Darat (WPP-PD).... 4
B. Pengkajian Stok Ikan... 5
C. Profil Sungai Way Seputih, Lampung Tengah... 6
D. Profil Sungai Selan, Bangka Tengah... 8
E. Profil Instalasi Patratani BRPPUPP... 9
F. Profil Instalasi Mariana BRPPUPP... 10
III. Metodologi 11 A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 11
1. Sungai Way Seputih, Lampung Tengah... 11
2. Instalasi Patra Tani, Sumatra Selatan ... 12
3. Instalasi Mariana, Sumatra Selatan... 13
B. Metode Penelitian... 14
1. Pendugaan Stok Terkini (Standing Stock)... 14
2. Potensi Produksi... 16
3. Pendugaan Hasil Tangkapan Lestari (MSY)... 19
4. Potensi Produksi Tangkap... 21
5. Penentuan Produksi Hasil Tangkapan SPEECTRA (Instalasi Patratani)... 22
6. Penentuan Status Stok Ikan Sungai Musi di Instalasi Mariana, Kab. Banyuasin... 22
IV. Hasil dan Pembahasan 24 A. Stok Terkini (Standing Stock)... 24
1. Sungai Way Seputih, Lampung Tengah... 24
2. Stok Terkini Sungai Selan, Bangka Tengah... 28
B. Potensi Produksi Perikanan... 1. Potensi Produksi Sungai Way Seputih, Lampung Tengah... 28
2. Potensi Produksi Sungai Selan, Bangka Tengah... 47
C. Potensi Lestari Perairan... 1. Potensi Lestari Perairan Sungai Way Seputih, Lampung Tengah... 47
2. Potensi Lestari Perairan Sungai Selan, Bangka Tengah... 51
vii
F. Status Stok Ikan Sungai Musi di Instalasi Mariana... 73
1. Produksi Tangkap Sungai Musi di Sekitar Mariana Banyuasin, Sumatera Selatan... 73
2. Potensi Produksi Perikanan di daerah Mariana Banyuasin, Sumatera Selatan... 77
V. Kesimpulan dan Saran... 94
A. Kesimpulan... 94
B. Saran... 95
VI. Daftar Pustaka... 96
viii
Tabel 1 Titik sampling kegiatan riset kajian stok dan potensi SDI di
Way Seputih, Lampung... 12
Tabel 2 Titik sampling kegiatan riset kajian stok dan potensi SDI di Instalasi Patra Tani, Sumatra Selatan... 13
Tabel 3 Titik sampling kegiatan riset kajian stok dan potensi SDI di Instalasi Mariana, Sumatra Selatan... 14
Tabel 4 Parameter kualias air penelitian Kajian Stok Sungai Way Seputih... 18
Tabel 5 Nilai Fishing Power Index... 19
Tabel 6 Nilai upaya total... 20
Tabel 7 Nilai MSY dan Upaya Optimum... 20
Tabel 8 Parameter kualitas perairan penelitian Instalasi Patratani... 22
Tabel 9 Densitas ikan di bagian tengah Sungai Way Seputih... 26
Tabel 10 Percobaan hasil tangkapan Bumi Nabung Baru... 27
Tabel 11 Perhitungan potensi produksi Sungai Way Seputih bulan Juli 2020... 28
Tabel 12 Potensi Produksi Sungai Way Seputih pada Juli 2020... 29
Tabel 13 Hasil pengukuran kualitas air (fisika-kimia) Sungai Way Seputih... 30
Tabel 14 Nilai status trofik Sungai Way Seputih Juli 2020... 30
Tabel 15 Nilai standarisasi hasil laju tangkap nelayan S. Way Seputih 2020... 48
Tabel 16 Produksi dan nilai effort penangkapan Sungai Way Seputih... 49
Tabel 17 Silmulasi hubungan antara jumlah alat dan hasil tangkapan di Sungai Way Seputih... 50
Tabel 18 Hasil identifikasi spesies ikan air tawar yang ditemukan di perairan Pulau Bangka...
56
ix
Tabel 21 Total produksi tangkap setiap bulan dengan alat tangkap
jala (kg/bulan)... 61
Tabel 22 Data kualitas air NO2, O-PO4, TDS, dan TP lebung buatan
SPEECTRA 1... 66
Tabel 23 Data kualitas air DHL, turbiditas, dan N-NH3 lebung buatan SPEECTRA 1... .
67
Tabel 24 Data kualitas air hardness, COD, dan NO3 lebung buatan
SPEECTRA 1... 68
Tabel 25 Data klorofil-a di lebung buatan SPEECTRA 1... 68
Tabel 26 Potensi Produksi Sungai Musi di sekitar Mariana... 77
Tabel 27 Hasil pengukuran kualitas air Sungai Musi di Mariana,
Sumatera Selatan... 78
Tabel 28 Nilai status trofik Sungai Musi disekitar Mariana... 78
x
Gambar 1 Wilayah Pengelolaan Perikanan Perairan Darat
(WPP-PD) Indonesia... 5
Gambar 2 Peta DAS Way Seputih, Lampung... 7 Gambar 3 Peta DAS Selan, Bangka Tengah... 8 Gambar 4 Instalasi Patratani BRPPUPP... 10
Gambar 5 Instalasi Mariana BRPPUPP... 10
Gambar 6 Peta Sungai Way Seputih... 11
Gambar 7 Peta Instalasi Patra Tani... 12
Gambar 8 Peta Instalasi Mariana... 13
Gambar 9 Nilai biomassa ikan S. Way Seputih... 24
Gambar 10 Peta sebaran biomassa ikan di S. Way Seputih... 25
Gambar 11 Densitas volume S. Way Seputih... 25
Gambar 12 Estimasi stok terkini rawa banjiran Bumi Nabung Baru, Lampung Tengah... 27
Gambar 13 Komposisi ikan hasil tangkapan di rawa banjiran Bumi Nabung Baru... 27
Gambar 14 Aktivitas penggalian pasir di sisi Sungai Way Seputih.. 32
Gambar 15 Nilai TDS (mg/L) Sungai Way Seputih... 32
Gambar 16 Nilai DHL (μs/cm) Sungai Way Seputih... 33
Gambar 17 Nilai kecerahan (cm) Sungai Way Seputih... 34
Gambar 18 Nilai TSS (mg/L) Sungai Way Seputih... 35
Gambar 19 Nilai pH Sungai Way Seputih... 36
Gambar 20 Nilai DO (mg/L) Sungai Way Seputih... 36
Gambar 21 Nilai CO2 (mg/L)Sungai Way Seputih... 37
Gambar 22 Nilai kesadahan (mg/L) Sungai Way Seputih... 38
xi
Gambar 26 Nilai NO2 (mg/L) Sungai Way Seputih... 41
Gambar 27 Nilai NO3 (mg/L) Sungai Way Seputih... 41
Gambar 28 Nilai Salinitas (‰) Sungai Way Seputih... 42 Gambar 29 Persentase kelas fitoplankton perairan Sungai Way
Seputih 43
Gambar 30 Persentase kelas zooplankton perairan Sungai Way
Seputih... 43
Gambar 31 Kelimpahan (sel/L) fitoplankton perairan Sungai Way
Seputih... 44
Gambar 32 Indeks Keanekaragaman dan Dominansi fitoplankton
perairan Sungai Way Seputih... 44
Gambar 33 Kelimpahan (indl/L) zooplankton perairan Sungai Way
Seputih... 45
Gambar 34 Indeks Keanekaragaman dan Dominansi zooplankton
perairan Sungai Way Seputih... 45
Gambar 35 Persentase kelas perifiton perairan Sungai Way
Seputih... 46
Gambar 36 Persentase kelas makrozoobenthos perairan Sungai
Way Seputih... 47
Gambar 37 Kelimpahan (ind/m2) makrozoobenthos perairan
Sungai Way Seputih... 47
Gambar 38 Ploting kurva garis/linear produksi dan effort Sungai
Way Seputih... 49
Gambar 39 Kurva MSY produksi Sungai Way Seputih... 51
Gambar 40 Produksi tangkap berdasarkan jenis alat tangkap di
Sungai Way Seputih... 52
Gambar 41 Persentase jenis ikan yang tertangkap di Sungai Way
Seputih... 53
Gambar 42 Persentase kelompok jenis ikan di Sungai Way
Seputih... 54
Gambar 43 Hubungan panjang berat ikan seluang di Sungai Way Seputih...
xii
SPEECTRA 1... 58
Gambar 46 Alat tangkap yang dipasang di lebung buatan SPEECTRA 1: 1) jala; 2) pengilar; dan 3) sengkirai... 59
Gambar 47 Komposisi kelompok ikan di SPEECTRA 1... 59
Gambar 48 Komposisi ikan-ikan di SPEECTRA 1... 60
Gambar 49 Nilai kadar pH SPEECTRA 1... 62
Gambar 50 Nilai DO SPEECTRA 1... 64
Gambar 51 Nilai suhu perairan SPEECTRA 1... 64
Gambar 52 Fluktuasi tinggi muka air lebung buatan SPEECTRA 1 65 Gambar 53 Kelimpahan fitoplankton di lebung buatan SPEECTRA 1... 69
Gambar 54 Komposisi kelas fitoplankton di lebung buatan SPEECTRA 1... 69
Gambar 55 Nilai keanekaragaman dan Dominansi lebung buatan SPEECTRA 1... 70
Gambar 56 Komposisi kelas Zooplankton di SPEECTRA 1... 70
Gambar 57 Komposisi kelas perifiton di SPEECTRA 1... 71
Gambar 58 Komposisi familia makrozoobenthos di SPEECTRA 1.. 72
Gambar 59 Komposisi jenis makrozoobenthos di SPEECTRA 1... 72
Gambar 60 Kelimpahan makrozoobenthos SPEECTRA 1... 73
Gambar 61 Alat tangkap belad Sungai Musi... 74
Gambar 62 Alat tangkap jaring S. Musi... 74
Gambar 63 Persentase hasil tangkapan ikan Sungai Musi menggunakan jaring (a. Juli; b. Agustus)... 75
Gambar 64 Persentase hasil tangkapan ikan Sungai Musi menggunakan belad (a. Juli; b. Agustus)... 76
Gambar 65 Suhu Perairan (ºC) Sungai Musi sekitar wilayah Mariana... 79
xiii
Mariana... 80
Gambar 68 Nilai kecerahan (cm) di perairan Sungai Musi di
sekitar Mariana... 81
Gambar 69 Nilai TSS (mg/L) di perairan Sungai Musi di sekitar
Mariana... 82
Gambar 70 Nilai pH Sungai Musi daerah sekitar Mariana... 82
Gambar 71 Nilai DO (mg/L) perairan sungai Musi sekitar Mariana.. 83
Gambar 72 Nilai CO2 (mg/L) perairan Sungai Musi di sekitar
Mariana... 84
Gambar 73 Nilai kesadahan (mg/L) perairan Sungai Musi di
sekitar Mariana... 84
Gambar 74 Nilai Total Phospat (mg/L) perairan Sungai Musi di
sekitar Mariana... 85
Gambar 75 Nilai Ortho-Phospat (mg/L) perairan Sungai Musi di
sekitar Mariana... 85
Gambar 76 Nilai NH3 (mg/L) perairan Sungai Musi di sekitar
Mariana... 86
Gambar 77 Nilai NO2 (mg/L) perairan Sungai Musi di sekitar
Mariana... 87
Gambar 78 Nilai NO3 (mg/L) perairan Sungai Musi di sekitar
Mariana... 87
Gambar 79 Nilai klorofil (mg/m3) perairan Sungai Musi di sekitar
Mariana... 88
Gambar 80 Persentase kelas fitoplankton perairan Sungai Musi.... 89
Gambar 81 Persentase kelas zooplankton perairan Sungai Musi... 89
Gambar 82 Kelimpahan (sel/L) fitoplankton perairan Sungai
Mariana... 90
Gambar 83 Indeks Keanekaragaman fitoplankton perairan Sungai
Mariana... 90
Gambar 84 Kelimpahan (indl/L) zooplankton perairan Sungai
xiv
Gambar 87 Total kelas makrozoobentos Sungai Musi di sekitar
Mariana... 92
Gambar 88 Kelimpahan makrozoobentos Sungai Musi di sekitar
xv
Lampiran 1 Lokasi penelitian Sungai Way Seputih, Provinsi
Lampung... 102
Lampiran 2 Lokasi penelitian lebung buatan SPEECTRA 1... 102
Lampiran 3 Lokasi penelitian Instalasi Mariana... 103
Lampiran 4 Alat tangkap ikan di Sungai Way Seputih... 104
Lampiran 5 Koleksi ikan lais Sungai Way Seputih... 105
Lampiran 6 Koleksi ikan tawes Sungai Way Seputih... 105
Lampiran 7 Koleksi ikan baung Sungai Way Seputih... 105
Lampiran 8 Koleksi ikan kepah Sungai Way Seputih... 105
Lampiran 9 Koleksi ikan kakap Sungai Way Seputih... 105
Lampiran 10 Koleksi ikan nilem/wader Sungai Way Seputih... 105
Lampiran 11 Koleksi ikan keting Sungai Way Seputih... 106
Lampiran 12 Koleksi ikan sempadi Sungai Way Seputih... 106
Lampiran 13 Koleksi ikan betutu Sungai Way Seputih... 106
Lampiran 14 Koleksi ikan palau Sungai Way... 106
Lampiran 15 Koleksi ikan ketibung Sungai Way Seputih... 106
Lampiran 16 Koleksi ikan tembakang Sungai Way Seputih... 106
Lampiran 17 Koleksi ikan lempuk Sungai Way Seputih... 107
Lampiran 18 Koleksi udang Sungai Way Seputih... 107
Lampiran 19 Koleksi ikan sepat merah Sungai Way Seputih... 107
Lampiran 20 Koleksi ikan tilan Sungai Way Seputih... 107
Lampiran 21 Diskusi data penelitian dengan Dinas Perikanan Provinsi Lampung... 107
Lampiran 22 Diskusi data penelitian dengan BBWS Bandar Lampung... 107
Lampiran 23 Diskusi data penelitian dengan Dinas Perikanan Kabupaten Lampung Tengah... 108
xvi
Way Seputih... 108
Lampiran 26 Pengamatan biologi ikan Sungai Way Seputih... 108
Lampiran 27 Aktivitas penelitian akustik Sungai Way Seputih... 108
Lampiran 28 Aktivitas pengamatan kualitas air Sungai Way
Seputih... 108
Lampiran 29 Aktivitas pengamatan kualitas air lebung buatan
SPEECTRA 1... 109
Lampiran 30 Aktivitas pengamatan biologi ikan lebung buatan
SPEECTRA 1... 109
Lampiran 31 Koleksi seluang lebung buatan SPEECTRA 1... 109
Lampiran 32 Koleksi semuringan lebung buatan SPEECTRA 1... 109
Lampiran 33 Koleksi sepat mata merah lebung buatan SPEECTRA 1.... 109
Lampiran 34 Alat tangkap jala lebung buatan SPEECTRA 1... 110
Lampiran 35 Alat tangkap sengkirai lebung buatan SPEECTRA 1... 110
Lampiran 36 Alat tangkap pengilar lebung buatan SPEECTRA 1... 110
Lampiran 37 Fitoplankton di perairan Sungai Musi wilayah Mariana Trip
I Bulan Juli 2020... 110
Lampiran 38 Zooplankton di perairan Sungai Musi wilayah Mariana Trip
I Bulan Juli 2020... 111
Lampiran 39 Fitoplankton dan Zooplankton di perairan Sungai Musi
wilayah Mariana Trip II Bulan Agustus 2020... 112
Lampiran 40 Bentos di perairan Sungai Musi wilayah Mariana Trip I, II
dan III pada Bulan Juli, Agustus dan Oktober 2020... 112
Lampiran 41 Kegiatan lapangan trip I penelitian Instalasi Mariana
(14-15 Juli 2020)... 113
Lampiran 42 Kegiatan lapangan trip II penelitian Instalasi Mariana (12
Agustus 2020)... 114
Lampiran 43 Kegiatan lapangan trip III penelitian Instalasi Mariana (6-7 Oktober 2020)...
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekosistem perairan umum daratan (PUD) Indonesia merupakan yang terluas di antara negara-negara ASEAN, yaitu dengan luas sekitar 54 juta hektar. Ekosistem perairan umum daratan terdiri dari danau, waduk, rawa dan sungai beserta paparan banjirannya. Dengan luasan perairan umum daratan tersebut 71,63% adalah perairan rawa, 22,13% perairan sungai dan lebak, serta 3,89% perairan danau alam dan buatan (waduk). Sebagian besar perairan tersebut berada di Kalimantan (60%), Sumatera (30%) dan sisanya di Sulawesi, Papua, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Kartamihardja et al., 2007).
Menurut Peraturan Menteri Kelautan Nomor 9 Tahun 2020, Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia di Perairan Darat (WPPNRI-PD) merupakan suatu wilayah pengelolaan perikanan untuk kegiatan penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi, penelitian dan pengembangan perikanan. WPPNRI-PD perlu dikelola secara optimal dan berkelanjutan dengan memperhatikan karakteristik ekologi, limnologi dan zoogeografi yang berbeda. WPPNRI-PD terbagi menjadi empat belas wilayah pengelolaan yang terdiri atas beberapa ekosistem yaitu ekosistem Sungai, Danau, Waduk, Rawa dan genangan air lainnya (kolong atau bekas galian, situ, dan embung). Keseluruhan ekosistem tersebut harus dikelola secara tepat, bijaksana dan berkelanjutan agar mampu memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang.
WPPNRI-PD 438 merupakan salah satu dari empat belas wilayah pengelolaan yang ada di Indonesia, yang meliputi sungai, danau, waduk, rawa dan/atau genangan air lainnya di Pulau Sumatera bagian timur, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kepulauan Meranti, Kepulauan Anambas, Kepulauan Natuna, dan Pulau Rupat.
Pada kesempatan ini, fokus kegiatan penelitian dilakukan untuk mengkaji stok ikan di WPPNRI-PD 438 di wilayah Sumatera bagian selatan tepatnya di Provinsi Lampung dan Provinsi Bangka Belitung, serta Provinsi Sumatera Selatan, yaitu tepatnya pada Sungai Way Seputih dan pengembangan model pengelolaan
Special Area for Conservation and Fish Refugia pada ekosistem tipe rawa banjiran
di Instalasi Patra Tani, serta Intalasi Mariana.
Provinsi Lampung memiliki potensi perikanan tangkap laut dan perairan umum, serta budidaya. Produksi perikanan tangkap paling besar berada di Kabupaten Lampung Selatan yang berasal dari perikanan tangkap laut dan perairan
umum. Sedangkan produksi perikanan budidaya berada di Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan nilai produksi perikanan tangkap perairan umum Tahun 2017, Kab. Lampung Utara memiliki nilai tertinggi, diikuti Lampung Timur dan Lampung Tengah (BPS Prov. Lampung, 2019).
Sungai Way Seputih merupakan salah satu sungai yang terletak di Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki peran penting sebagai sumber protein dan ketahanan pangan, sumber ekonomi masyarakat, lapangan kerja, sumber devisa dan pendapatan asli daerah. Namun terpinggirkan karena kegiatan penambangan pasir yang dilakukan secara intensif di daratan pinggir sungai hal ini tentu akan berdampak terhadap penurunan potensi keanekagaraman jenis ikan, produksi ikan, luasan wilayah, dan pendapatan asli daerah.
Selain itu, salah satu kategori genangan air lainya yang sering ditemukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah kolong bekas galian tambang timah yang tersebar di Kepulauan tersebut. Menurut Meyzilia (2018), Pulau Bangka memiliki 544 kolong dengan luas 1.035,51 ha ini menjadi peluang dan tantangan bagi pemerintah daerah setempat untuk mengoptimalkan genangan air tersebut untuk peningkatan nilai tambah produksi ikan.
Perikanan Prov. Bangka Belitung didominasi oleh perikanan tangkap laut. Komoditi yang dihasilkan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi seperti ikan kerapu, kakap merah, udang, cumi-cumi, dan lain-lain. Pada umumnya sungai-sungai di provinsi ini berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk perikanan tangkap darat. Hal ini disebabkan para nelayan lebih cenderung mencari ikan di laut. Begitu pun dengan status ekosistem perairan daratan lainnya, seperti danau atau rawa. Daerah di Kabupaten Bangka tidak memiliki danau alam. Daerah ini hanya terdapat bekas penambangan bijih timah yang luas dan menjadi danau buatan yang disebut kolong (BPS Kab. Bangka, 2017).
Ekosistem rawa banjiran merupakan ekosistem yang unik karena akan sangat bergantung pada kondisi perairan pasang/banjir dan surut/kering, namun demikian merupakan daerah yang sangat baik untuk ikan spawning, nursery, dan
feeding ground dan cadangan produksi ikan. Oleh karena itu, pada tahun ini
Instalasi Patratani yang merupakan salah satu instalasi BRPPUPP menjadi suatu lokasi pengembangan model pengelolaan Special Area for Conservation and Fish
Refugia (SPEECTRA) pada ekosistem tipe rawa banjiran. Diharapkan kedepannya
bisa menjadi destinasi wisata edukasi bagi masyarakat, peneliti dan akademisi terkait pengelolaan perikanan darat khususnya ekosistem tipe rawa banjiran.
Dalam rangka mendukung pengelolaan dan pemanfaatan perairan umum secara berkelanjutan dan berkesinambungan, BRPPUPP melakukan penelitian mengenai kajian stok dan potensi sumber daya ikan di Provinsi Lampung dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Terkait adanya pandemi Covid-19, kegiatan riset di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak dapat dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan infomasi penting, guna memberikan opsi pengelolaan WPPNRI-PD 438, khususnya Provinsi Lampung.
Selain itu, model pengelolaan Special Area for Conservation and Fish
Refugia pada ekosistem tipe rawa banjiran yang dilakukan di Instalasi Patratani
diharapkan bisa menjadi sharing knowledge bagi stakeholder dan dapat memberikan kontribusi kepada peningkatan produksi ikan. Pengelolaan perikanan umum yang baik dan benar akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan fungsi ekologis, sehingga perikanan perairan umum daratan dapat dijadikan tumpuan pembangunan perekonomian masyarakat (Kartamihardja dkk, 2009).
B. Tujuan Dan Sasaran Kegiatan
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan, antara lain:
1. Mengkaji Kondisi Stok (standing stock) terkini Sungai Way Seputih. 2. Mengkaji Potensi Produksi Perikanan Sungai Way Seputih.
3. Mengkaji Potensi Lestari perairan Sungai Way Seputih.
4. Mengkaji Produksi Tangkap Sungai Way Seputih dan Sungai Selan.
5. Mengkaji fungsi lebung buatan untuk mendukung peningkatan produksi rawa banjiran di Instalasi Patratani, Kab. Muara Enim, Prov. Sumatra Selatan. 6. Mengkaji status stok ikan Sungai Musi di Instalasi Mariana, Kab. Banyuasin,
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Wawasan Pengelolaan Perikanan Perairan Darat (WPP-PD)
Indonesia sebagai Negara Kepulauan memberikan suatu realita kekayaan biodiversitas sumberdaya ikan di perairan baik laut maupun darat. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik ekologi, limnologi, dan zoogeografi yang berbeda, oleh karena itu basis kewilayahan menjadi penting dalam melakukan pengelolaan perikanan agar optimal dan berkelanjutan.
Berdasarkan pada kondisi tersebut maka diperlukan pembagian wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia baik di Perairan Laut dan Perairan Darat. Khusus untuk perikanan laut di Indonesia telah ditetapkan wilayah pengelolaan negara republik Indonesia (WPPNRI) yang terdiri atas 11 wilayah pengelolaan, sedangkan untuk perikanan darat di Indonesia telah ditetapkan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia di Perairan Darat atau disingkat WPPNRI-PD sebagai mana tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan Nomor 9 Tahun 2020. WPPNRI-PD terdiri atas 14 wilayah pengelolaan mulai dari Sabang hingga Merauke dengan pembagian wilayah berdasarkan pada karakteristik ekologi, limnologi, dan zoogeografi (Gambar 1). Wilayah ini merupakan wilayah pengelolaan perikanan untuk kegiatan penangkapan ikan, pembudidaya ikan, konservasi, penelitian, dan pengembangan perikanan.
WPPNRI-PD dilihat dari ekosistem terdiri atas ekosistem sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya (kolong atau bekas galian, situ, dan embung). Sungai merupakan tempat atau wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sepadan. Danau merupakan bagian dari sungai yang lebar dan kedalamannya secara alamiah jauh melebihi ruas ruas lahan dari sungai yang bersangkutan. Waduk merupakan wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bangunan sungai dalam hal ini bangunan bendungan, dan berbentuk pelebaran arus/badan/palungsungai. Sedangkan rawa merupakan lahan genangan air secara alamiah yang terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisik, kimiawi dan biologis.
Gambar 1. Wilayah Pengelolaan Perikanan Perairan Darat (WPP-PD) Indonesia.
Dari Gambar 1 terlihat bahwa WPPNRI-PD terbagi ke dalam 14 wilayah pengelolaan, jika dilihat dari zoogeografi di paparan sahul meliputi pulau Papua hingga Kepulauan Maluku terbagi ke dalam WPPNRI-PD 411; 412; dan 413. Sedangkan untuk zoogeografi di paparan wallacea meliputi Pulau Sulawesi, Pulau Timor, Pulau Lombok hingga Pulau Wetar, dan Pulau Rote terbagi ke dalam WPPNRI-PD 421 dan 422. Lebih lanjut untuk zoogeografi di paparan Sunda meliputi Pulau Nusa Penida, Pulau Bali, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan Pulau Sumatera yang terbagi ke dalam WPPNRI-PD 431; 432; 433; 434; 435; 436; 437; 438; dan 439.
B. Pengkajian Stok Ikan
Keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya ikan tidak terlepas dari indikator utama pengelolaan sumberdaya ikan berkelanjutan, yaitu stok sumberdaya ikan. Sebagai acuan dasar pengelolaan sumberdaya ikan, stok sumberdaya ikan dibandingkan dengan jumlah total ikan hasil tangkapan yang didaratkan, berguna untuk memprediksi besaran stok yang telah dimanfaatkan (Wiyono, 2005).
Istilah stok berdasarkan para biolog sangat beragam. Gulland (1983) dalam Per Sparre dan Venema (1999) menyatakan bahwa untuk keperluan pengelolaan perikanan, stok merupakan suatu sub kelompok dari satu spesies dapat diperlakukan sebagai satu stok jika perbedaan-perbedaan dalam kelompok tersebut dan “pencampuran” dengan kelompok lain mungkin dapat diabaikan tanpa membuat kesimpulan yang tidak absah.
Stok ikan sesungguhnya merupakan angka yang menggambarkan suatu nilai dugaan besarnya biomas ikan berdasarkan kelompok jenis ikan dalam kurun waktu tertentu. Mengingat ikan merupakan hewan yang bersifat dinamis yang senantiasa melakukan perpindahan (migration) baik untuk mencari makan atau memijah, maka sangat sulit tentunya untuk menentukan jumlah biomasnya. Namun demikian peneliti biologi perikanan telah menghasilkan terobosan pendekatan untuk menghitung jumlah stok ikan (Wiyono, 2005).
Secara umum kegiatan pendugaan stok ikan dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok utama yaitu:
1. Metode Tidak Langsung (indirect)
Terdiri dari pendekatan analitik dan model produksi. 2. Metode Survei (Survey)
Yaitu pengkajian stok sumberdaya ikan yang dilakukan dengan melakukan survei di lapangan, seperti dengan alat bottom trawl, akustik (Echo Sounder), metode daily egg production dan pencacahan langsung dengan penyelaman.
3. Metode Penandaan (Marking)
Yaitu pengkajian stok yang dilakukan dengan cara memberikan tanda (tag) pada ikan kajian.
4. Pendekatan Ekologi (Ecological Approach)
Yaitu merupakan pengembangan metode tidak langsung yang mengkaitkan pengaruh interaksi biologi antar jenis (ekologi dan teknologi) pada perikanan multijenis (Wiyono, 2005).
Pengkajian stok ikan di Indonesia, selama ini dilakukan oleh Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut. Berdasarkan informasi dari Komisi Nasional Pengkajian Stok sumberdaya Ikan Laut (1998) pengkajian stok ikan di Indonesia dilakukan dengan 6 metode pendekatan, yaitu sensus/transek, swept
area, akustik, surplus production, tagging dan ekstra/intra-polasi (Wiyono, 2005).
C. Profil Sungai Way Seputih, Lampung Tengah
Provinsi Lampung memiliki 3 (tiga) Wilayah Sungai, yaitu: WS Mesuji-Tulang Bawang, WS Sekampung, dan WS Semangka. Wilayah Sungai Seputih-Sekampung terbagi menjadi 4 (empat) DAS, yaitu: DAS Seputih, DAS Seputih-Sekampung, DAS Jepara-Kambas, dan DAS Bandar Lampung-Kalianda. Sungai Way Seputih menurut RT RW Provinsi Lampung tahun 2009–2029 memiliki luas sebesar 7.550
km2. Berdasarkan UPTD Balai PSDA Seputih Sekampung sebesar 249 km dengan lebar rata–rata 100 m. Sedangkan menurut Mulyo (2014) S. Way Seputih mempunyai luas DAS 1.296,29 km2, dengan debit rata-rata minimal tahunan 3,78 m3/detik dan volumen air tahunannya 119,206 juta m3. Daerah aliran sungai ini tersebar dari bagian barat Kab. Lampung Tengah lalu menuju ke arah Kota Metro dan Kab. Lampung Timur bagian utara.
Gambar 2. Peta DAS Way Seputih, Lampung.
Karakteristik bagian hulu S. Way Seputih bersifat lurus dan agak curam, sedangkan bagian muara berbelok–belok. Pola aliran sungai yang ada bersifat pararel dan radial dengan anak sungai yang menyebar termasuk Way Terusan dan Way Pangadungan. Alur S. Way Seputih sering mengalami perubahan yang tidak wajar yang disebabkan oleh aktivitas penggalian pasir di sisi–sisi sungai yang tidak terkontrol, penggunan lahan yang tidak bijaksana sehingga mengubah struktur penutupan tajuk dan penutupan lahan yang ada di sekitarnya. Kerusakan ekosistem di WS Seputih Sekampung lainnya adalah meningkatnya tekanan pemafaatan lahan dan kurangnya usaha konservasi oleh masyarakat. Perubahan pemanfaatan fungsi lahan secara signifikan telah terjadi di wilayah ini, seperti lahan hutan menjadi lahan perkebunan, lahan budidaya/pertanian berubah menjadi lahan pemukiman dan industri. Kondisi ini menimbulkan permasalahan erosi dan sedimentasi (BPSDA WS Seputih Sekampung, 2010). Diduga, bagian hulu DAS Way Seputih telah terjadi erosi sebesar 3,74 mm/tahun-nya.
Daerah Aliran Sungai Seputih di Lampung Tengah selain dimanfaatkan oleh sektor perikanan juga dimanfaatkan oleh sektor lainnya seperti industri dan pengairan (Purnomo dkk., 2004). Bagian hulu Sungai Way Seputih telah dimanfaatkan untuk transportasi sungai yang terletak di kecamatan Bumi Nabung dan Kecamatan Bandar Mataram, sedangkan bagian hilir terletak di Kuala Seputih. Pada bagian muara Sungai Way Seputih terdapat dermaga (Cabang, Sadewa, Antasena, dan Kuala Seputih) yang digunakan sebagai angkutan penyebarangan sungai untuk penumpang maupun barang.
D. Profil Sungai Selan, Bangka Tengah
Secara administrasi Sungai Selan masuk ke dalam Kabupaten Bangka Tengah dengan panjang 33,67 km, sedangkan luasan DAS Sungai Selan sebesar 645,639 km2. Sungai ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai sumber mata pencaharian. Sungai ini sudah mengalami penurunan kualitas air, yaitu sedimentasi. Keadaan alur sungai menjadi dangkal setiap tahunnya. Seperti pada umumnya, sungai-sungai di Kabupaten Bangka berhulu di daerah perbukitan dan pengunungan yang berada di bagian tengah Pulau Bangka dan bermuara di pantai laut (Akhrianti dan Gustomi, 2018).
E. Profil Instalasi Patratani BRPPUPP
Instalasi patratani mempunyai luas kurang lebih 50 Ha. Instalasi patratani merupakan daerah rawa marginal yang sudah mengalami modifikasi. Hasil modifikasi tersebut dijadikan percontohan suatu model pengelolaan perikanan dengan system rawa lebak (disesuikan dengan kondisi habitat ikan) dengan harapan terjadi kesuksesan terhadap model tersebut.
Model pengelolaan tersebut disebut SPEECTRA (Special Area for
Conservation and Fish Refugia). Refugia adalah suatu area di mana populasi
organisme dapat bertahan hidup melalui periode kondisi yang tidak menguntungkan. Dengan demikian SPEECTRA (Special Area for Conservation and
Fish Refugia) merupakan model ekosistem rehabilitasi buatan pada daerah dataran
banjir yang berupa lebung-lebung. Model ini merupakan bentuk perlindungan terhadap suaka perikanan di perairan umum. SPEECTRA diharapkan menjadi suaka perikanan buatan yang menjadi tempat berlindung ikan (spawning, nursery dan feeding ground) serta menjadi cadangan produksi ikan. Konsep SPEECTRA sendiri dicetuskan oleh Kepala BRPPUPP Palembang, Dr. Arif Wibowo, S.P., M.Si. dan dikembangkan bersama dengan peneliti/teknisi lainnya.
Hal yang melandasi pembuatan SPEECTRA adalah kecenderungan berpindahnya ikan saat musim kemarau yang akan bergerak menuju daerah SPEECTRA yang lebih dalam. Kemudian pada saat musim penghujan ikan yang terperangkap akan menyebar di sekitar SPEECTRA, mencari makan dan memijah tanpa merasa terganggu (BRPPUPP, 2020). Pembangunan SPEECTRA telah dimulai tahun 2019 sampai 2020 yaitu SPEECTRA 1, 2 dan 3. Pada tahun 2020 ini dari luas lahan 50 Ha telah dibuat menjadi SPEECTRA sekitar 3 Ha. Instalasi patratani akan terus mengalami perkembangan dengan tujuan akhirya itu pembangunan SPEECTRA menuju ekowisata perairan umum daratan Asia Tenggara.
Gambar 4. Instalasi Patratani BRPPUPP.
F. Profil Instalasi Mariana BRPPUPP
Selain di Patratani, BRPPUPP memiliki instalasi kerja di Kecamatan Mariana, Banyuasin, Sumatra Selatan. Instalasi Mariana memiliki lahan seluas 5,5 ha yang diperuntukkan sebagai koleksi plasma nutfah lokal Sumatera Selatan; museum koleksi ikan; penyimpanan pakan alami; dan pengembangan domestikasi ikan lokal untuk optimalisasi lahan gambut dan keutungan komersial. Berikut fasilitas yang terdapat di Instalasi Mariana:
1. Gedung perkantoran. 2. Mess/rumah tinggal dinas. 3. Laboratorium.
4. Kolam ikan sebanyak 16 petak dengan masing-masing berukuran 12 x 8 x 1 m3.
III. METODOLOGI
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di WPP-PD 438 yang terdiri dari tiga lokasi, yaitu: Way Seputih, Provinsi Lampung; Instalasi Patra Tani dan Instalasi Mariana, Provinsi Sumatra Selatan. Sedangkan kegiatan penelitian Kajian Stok Ikan WPP PD 438 yang diberada di Sungai Selan, Bangka tidak dapat dilaksanakan perihal kondisi
Force Majeure (Pandemi Covid-19). Berikut keterangan stasiun dan waktu
penelitian masing-masing lokasi penelitian.
1. Sungai Way Seputih, Lampung Tengah
Pengambilan sampel dilakukan pada perwakilan bagian tengah sungai/middle
stream. Lokasi penelitian berada di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung
(Gambar 6 dan Tabel 1). Waktu pelaksanaan penelitian terdiri dari dua kali survei (pengambilan sampel), yaitu survei I-Bulan Juli dan survei II-Bulan Oktober Tahun 2020.
Tabel 1. Titik sampling kegiatan riset kajian stok dan potensi SDI di Way Seputih, Lampung
No. Lokasi Titik Koordinat Kondisi Lingkungan
Sekitar Sungai
1. Way Seputih Sri
Budaya
LS 04˚ 47.472’
BT 105˚ 24.665’ Penambangan pasir, perkebunan
2. Pelabuhan Lama
Sumber Agung
LS 04˚ 40.028’
BT 105˚ 46.135’ Ladang, pohon sawit dan rumbia
3. Rantau Batu LS 04˚ 38.560’
BT 105˚ 47.784’
Permukiman, pangkalan penyerbangan, pohon sawit dan rumbia
4. Bunter Jaya LS 04˚ 40.244’
BT 105˚ 45.311’
Terhubung dengan anak sungai
2. Instalasi Patra Tani, Sumatra Selatan
Pengambilan sampel dilakukan pada lokasi SPEECTRA I Instalasi Patra Tani. Lokasi penelitian berada di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatra Selatan (Gambar 7 dan Tabel 2). Waktu pelaksanaan penelitian terdiri dari empat kali survei (pengambilan sampel), yaitu survei I-Bulan Februari, survei II-Bulan Juli, dan survei III-Bulan September Tahun 2020.
Tabel 2. Titik sampling kegiatan riset kajian stok dan potensi SDI di Instalasi Patra Tani, Sumatra Selatan
No. Lokasi Titik Koordinat Kondisi Lingkungan
Sekitar Sungai 1. Stasiun Tengah
SPEECTRA I
S 03005.087’ E 104035.592’
Bagian tengah lebung SPEECTRA I 2. Stasiun inlet SPEECTRA I S 03005.087’ E 104035.609’ Inlet SPEECTRA I 3. Stasiun ujung 1 SPEECTRA I S 03005.100’ E 104035.590’
Bagian luar lebung SPEECTRA I; dominansi tanaman air 4. Stasiun luar SPEECTRA I S 03005.143’ E 104035.559’
Bagian luar wilayah SPEECTRA I; tidak berhubungan dengan kolam SPEECTRA; dominansi tanaman air 5. Stasiun ujung 2
SPEECTRA I
S 03005.139’ E 104035.602’
Bagian luar lebung SPEECTRA I; dominansi tanaman air; pengaruh air kapur
6. Stasiun kontrol S 03005.078’ E 104035.636’
Bagian luar wilayah SPEECTRA I; dekat sumber air SPEECTRA I; pengaruh aktivitas
penduduk
3. Instalasi Mariana, Sumatra Selatan
Pengambilan sampel dilakukan di Sungai Musi, sekitar Instalasi Mariana. Lokasi penelitian berada di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan (Gambar 8 dan Tabel 3). Waktu pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga kali survei (pengambilan sampel), yaitu survei I-Bulan Juli, survei II-Bulan Agustus, dan survei III-Bulan Oktober Tahun 2020.
Tabel 3. Titik sampling kegiatan riset kajian stok dan potensi SDI di Instalasi Mariana, Sumatra Selatan
No. Lokasi Titik Koordinat Kondisi Lingkungan
Sekitar Sungai
1. Dermaga
BRPPUPP
LS 02’ 58’31”
BT 104˚ 51’54” Keruh dan berlumpur
2. Pos Minyak LS 02’ 57’42”
BT 104˚ 52’37” Kondisi air tercemar minyak dari Pertamina 3. RS Kundur/Belad LS 02’ 58’38”
BT 104˚ 51’36.2”
Keruh dan berlumpur
B. Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran pustaka dan hasil penelitian yang relevan dari instansi terkait (Dinas Kelautan dan Perikanan terkait, KKP, Balai Besar Wilayah Sungai dan Perguruan Tinggi). Pengumpulan data primer dilakukan langsung pada lapangan melalui survei dan wawancara. Parameter utama kegiatan penelitian ini meliputi stok ikan, potensi produksi, potensi lestari, dan produksi hasil tangkapan, sedangkan parameter pendukung berupa kualitas air, plankton, perifiton, bentos, klorofil dan biologi ikan. Sebagian sampel ikan diawetkan dan dibawa ke laboratorium untuk pengamatan biologi dan identifikasi hingga tingkat spesies/jenis berdasarkan Weber & Beaufort (1913) dan Kottelat et al. (1993).
1. Pendugaan Stok Terkini (Standing Stock)
Kepadatan stok ikan di Way Seputih ditentukan dengan dua metode, yaitu akustik dan depleted area.
a. Metode pendugaan stok terkini menggunakan alat echo sounder BIOSONIC
DT-X ditempatkan di atas kapal dengan penempatan transducer bim terbagi (split beam echosounder) 200 KHz pada sisi kiri luar kapal 3 GT dengan sistem side mounted. Penelitian metode akustik dilaksanakan di perairan S. Way Seputih
bagian tengah sepanjang 23 km pada bulan Oktober 2020. Penelitian dilaksanakan dengan jalur survei lurus dengan beam horizontal. Pada saat pendugaan stok dengan akustik, juga dilakukan pengambilan sampel komposisi jenis ikan dengan berbagai macam alat tangkap dari hasil tangkapan nelayan.
Data akustik diolah dengan menggunakan software ECHOVIEW ver.5.
Elementary sampling distance unit adalah 0.5 nmi. Hasil ekstraksi berupa nilai area backscattering coeficient (sA, m2/nmi2) dan distribusi nilai target strength ikan tunggal dalam satuan decibel (dB) sebagai indeks refleksi ukuran ikan.
Hubungan target strength dan óbs (backscattering cross-section, m2) dihitung berdasarkan atas MacLennan & Simmonds (1992) yaitu:
TS = 10 log óbs...……….. (1)
Persamaan untuk densitas ikan (ñA, ind./nmi2) adalah:
ñA = sA/óbs...………...…….. (2)
Panjang ikan (L) berhubungan dengan óbs yaitu:
Óbs = aLb... ………...…….. (3)
Hubungan target strength dan L adalah:
TS = 20 log L + A...………...…….. (4)
di mana:
A = nilai target strength untuk 1 cm panjang ikan (normalized target strength).
Menurut Hile (1936) dalam Effendie (2002), hubungan panjang (L) dan bobot (W) dari suatu spesies ikan yaitu:
W = aLb...……… …………...…….. (5)
Menurut Mac Lennan & Simmonds (1992) persamaan panjang dan bobot untuk mengkonversi panjang dugaan menjadi bobot dugaan adalah:
Wt = a {∑{ni(Li+ÄL/2)b+1-(Li-ÄL/2)b+1}/{(b+1)ÄL}}....…..………...…….. (6)
di mana:
Wt = bobot total (g)
ÄL = selang kelas panjang (cm)
Li = nilai tengah dari kelas panjang ke-i (cm) ni = jumlah individu pada kelas ke-i
a, b = konstanta untuk spesies tertentu
Selain nilai estimasi stok ikan berdasarkan atas komposisi ukurannya, hasil analisis juga disajikan dalam bentuk peta sebaran densitas tiap esdu nya.
b. Metode pendugaan stok terkini menggunakan depleted area dilakukan di ekosistem rawa banjiran, Bumi Nabung Baru (LS 4°41’25.7” LT 105°31’19.4”), Lampung Tengah, pada bulan Agustus 2020.
2. Potensi Produksi
Potensi produksi perairan merupakan kemampuan suatu badan perairan untuk dapat memproduksi ikan dalam satu waktu dan luasan tertentu. Perhitungan estimasi potensi produksi pada penelitian ini menggunakan dua pendekatan:
a. Estimasi potensi produksi perikanan pada badan perairan sungai menggunakan metode Leger-Huet’s.
Nilai potensi produksi perikanan pada badan sungai dapat dihitung melalui metode Leger-Huet’s. Rumus dasar metode Leger-Huet’s adalah:
...………...…….. (7) Di mana:
K = Produktivitas tahunan perairan (kg/km2) B = Kapasitas biogenic
L = Lebar rata-rata sungai k = Koefisien produktivitas
Nilai-nilai kapasitas biogenic (B): Skor 1-3 bila miskin makanan alami
Skor 4-6 bila makanan alami sedang/cukup Skor 7-10 bila kaya akan makanan alami.
Nilai koefisien
...………...…….. (8)
di mana:
k1 = hasil rata-rata suhu
k2 = tergantung pada kesadahan dan alkalinitas perairan dan * *Skor 1 untuk perairan lunak/tidak alkalis
*Skor 2 untuk perairan sadah/alkalis K3 = meringkas pertumbuhan jenis ikan *Skor 1 untuk ikan berarus deras (rheophilic)
*Skor 1,5 untuk kombinasi ikan arus deras dan lambat *Skor 2 untuk ikan dominan berarus lambat (limnophilic)
Metode ini kemudian dimodifikasi untuk perairan sungai yang lebar dan luas dengan merubah koefisien 1 (k1) dan kapasitas biogenic (Holcik, 1979 dalam Welcomme, 1983), di mana:
k1 dihitung berdasarkan persamaan:
k1 = -0,6671 + 0,16671 x Suhu (oC)...………...…….. (9)
Kapasitas biogenic B dari perairan akan dinilai menggunakan biomassa dari makrozoobenthos. Menurut Albrecht dalam Welcomme (1983), perhitungan kapasitas biogenic ini tergantung pada biomass makrozoobenthos. Bila biomass makrozoobenthos kurang dari 60 kg/ha maka kapasitas biogenic (B) dihitung dengan rumus:
B = 0,00 + 0,05 Bb...………...….. (10)
Bila biomass makrozoobenthos pada kisaran 60-700 kg/ha maka kapasitas biogenic menggunakan rumus:
B = 0,35158 + 0,45469 log Bb...………....…….. (11)
Di mana Bb adalah biomass makrozoobenthos hasil pengukuran.
b. Estimasi potensi produksi pada danau atau perairan tertutup.
Perhitungan estimasi potensi produksi menggunakan rumus Moreau dan De Silva (1991); Almazan dan Boyd dalam Boyd (1990; serta Henderson dan Welcomme (1974). Ketiga rumus tersebut menggunakan klorofil-a, nilai Daya Hantar Listrik (DHL), dan kedalaman rata-rata sebagai parameter perhitungan.
Rumus Moreau dan De Silva (1991)
Y = 28,2 + 10,5 x (chl-1)...………... (12) di mana:
Y = Potensi produksi ikan (kg/ha/tahun) Xc = Klorofil-a (mg/m3)
Rumus Almazan dan Boyd dalam Boyd (1990)
...………... (13) di mana:
Y = Potensi produksi ikan (kg/ha/tahun) Xc = Klorofil-a (mg/m3)
Dan membandingkan dengan morphoedhapik indeksnya.
Rumus Henderson dan Welcomme (1974)
Y = 14,314 x MEI0,4681...………... (14) di mana:
Y = Potensi produksi ikan (kg/ha/tahun)
MEI = Nilai Daya Hantar Listrik (DHL)/kedalaman rata-rata
Data Dukung Lainnya Kualitas Air
Pengumpulan data kualitas air dilakukan di perairan sungai dan danau. Berikut parameter kualitas air (Tabel 4).
Tabel 4. Parameter kualias air penelitian Kajian Stok Sungai Way Seputih No. Parameter Satuan Metode/ Instrumen
Fisika Perairan
1. Suhu perairan* oC
(celcius)
Termometer
2. Kedalaman Meter Deep Sounder
3. Total Dissolve Solide
(TDS)
mg/l TDS meter
4. Conductivity (DHL) μhos/cm Conductivity meter
5. Kecerahan cm Piring secchi
6. Total Suspended Solid
(TSS)
mg/L Gravimetri
7. Lebar Sungai* Meter
8. Salinitas ‰
9. Kesadahan mg/L Titrasi indikator EDTA
Kimia Perairan
10. pH unit pH meter/ pH indikator
11. Oksigen terlarut mg/L Titrasi winkler/ DO meter
12. CO2 mg/L Titrasi asam basa/ NaOH
13. Alkalinnitas* mg/L Titrasi indikator bromocresol green
14. Total Phospat (TP) mg/L Spectrofotometer Asam Ascorbat
dengan destruksi 15. Ortho- Phospat
(O-PO4)
mg/L Spectrofotometer Asam Askorbat
16. Amoniak (N-NH3) mg/L Spectrofotometer phenat
17. Nitrit (NO2) mg/L Spectrofotometer Sulfanilamide
18. Nitrat (NO3) mg/L Spectrofotometer Bruchine Sulfat
Lanjutan Tabel 4.
No. Parameter Satuan Metode/ Instrumen Biologi Perairan
20. Perifiton Sel/L Kuas atau sikat
21. Plankton Sel/L Plankton net
22. Bentos Ind/m2 Eckman grab atau Surber net
3. Potensi Lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY)
Untuk menghitung potensi lestari/MSY, Upaya Optimum, dan Tingkat Pemanfaatan, diperlukan data stastistik berupa:
• Produksi jenis-jenis ikan,
• Produksi jenis ikan per-jenis alat tangkap, dan • Jumlah dan jenis alat tangkap.
a. Menghitung Produksi Total Tahunan
Jika semua jenis ikan sudah dapat dikelompokkan ke dalam ‘species group’ seperti pelagis kecil, demersal dan lain-lain, maka produksi tahunan kelompok jenis ikan tersebut dapat diperoleh melalui penjumlahan biasa.
b. Mengitung Fishing Power Index/FPI
Dari tabel produksi jenis ikan per-jenis alat tangkap dapat dihitung hasil tangkapan per-unit alat (C/A) untuk tahun tertentu. Alat tangkap yang mempunyai angka C/A yang tertinggi dinyatakan sebagai alat tangkap standar, dimana nilai FPI = 1,00. Nilai FPI alat tangkap lainnya dikonversi ke nilai FPI yang tertinggi tersebut.
Tabel 5. Nilai Fishing Power Index
Alat Tangkap Produksi (C) Ʃ Alat (A)
C/A FPI Catatan
Jaring Jala dst
Alat tangkap dengan C/A tertinggi diberi indeks FPI=1. Alat lain dikonfersi kedalam alat tangkap ini dengan membagi C/A alat lain tersebut dengan alat tangkap dengan C/A yang tertinggi.
c. Menghitung Total Upaya/Total Effort
Nilai effort (f) diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah alat (Jumlah Alat) dengan FPI. Total effort tahunan adalah penjumlahan dari nilai effort dari alat tangkap yang digunakan.
Tabel 6. Nilai upaya total
Alat Tangkap FPI
Total Upaya 2015 2016 2018 2019 Ʃ Alat f Ʃ Alat F Jaring Jala Total Effort
d. Menghitung Maximum Sustainable Yield (MSY) dan Upaya Optimum Langkah berikutnya adalah menghitung CPUE tahunan yaitu dengan membagi Total produksi ikan (demersal, pelagis dsb.) dengan Total Effort tahunan.
Tabel 7. Nilai MSY dan Upaya Optimum
Tahun Produksi Total Effort CPUE
2016 2017 2018 Total
Langkah terakhir adalah menghitung persamaan regresi antara CPUE tahunan dengan Total Effort tahunan:
Model Linier – Schaefer
Menurut model tersebut hubungan antara CPUE (c/f) dengan total effort mengikuti persamaan regresi : Y = A – b X , dimana: Y = C/f, dan X = f. Prosedur pendugaan MSY diperoleh melalui perhitungan berikut.
Menurut model Schaefer: C/f =a – bf →C = af - bf 2. Pada titik effort maksimum (Fmax), maka hasil tangkapan akan menjadi Nol. C = af – bf 2 = 0; Jika demikian pada titik tersebut a = bf; atau f = a/b. Pada Catch maksimum (MSY), maka tingkat effort (Fopt) berada pada setengah tingkat effort maksimum (1/2 . a/b = a/2b).
Dengan memasukkan nilai a/2b ke persamaan regresi:
C = af – bf 2, menjadi → C = a. a/2b – b (a/2b)(a/2b) atau → C = a2/2b – a2/4b atau →
C = 2a2/4b – a2/4b, sehingga dengan demikian maka Cmax atau MSY menjadi:
MSY = a2/ 4 b dan f opt = a/2b
4. Potensi Produksi Tangkap
Potensi produksi tangkap adalah penentuan produksi ikan dari hasil tangkapan berbagai alat tangkap yang dilakukan oleh nelayan enumarator. Estimasi tangkapan ikan dilakukan melalui bantuan enumerator nelayan serta data sekunder dinas yang telah divalidasi. Para nelayan mencatat hasil tangkapan dan aktifitas perikanan pada lembar isian/log book. Penangkapan dilakukan dengan berbagai alat tangkap. Data dianalisa secara deskriptif, berupa tabulasi data dan grafik.
5. Penentuan Produksi Hasil Tangkapan SPEECTRA (Instalasi Patratani) Nilai produksi ikan diperoleh dari hasil tangkapan ikan berbagai alat tangkap yang dipasang di area SPEECTRA oleh pembantu lapangan. Jenis-jenis ikan di perairan rawa khususnya lebung lebung buatan dikelompokkan berdasarkan komposisi ikan per jenis dan alat tangkap. Setelah semua jenis ikan sudah diidentifikasi, selanjutnya dikelompokkan ke dalam kelompok jenis. Selain perhitungan nilai produksi, dilakukan pengamatan kualitas air (Tabel 8).
Tabel 8. Parameter kualitas perairan penelitian Instalasi Patratani
No Parameter Satuan Metode/ Instrument
Fisika Perairan
1. Suhu perairan* oC (celcius) Termometer
2. Kedalaman Meter Deep Sounder
3. Total Dissolve Solide
(TDS)
mg/l TDS meter
4. Conductivity (DHL) μhos/cm Conductivity meter
5. Kecerahan cm Piring secchi
6. Total Suspended Solid
(TSS)
mg/L Gravimetri
7. Tinggi muka air cm Papan ukur air
Kimia Perairan
8. pH unit pH meter/ pH indikator
9. Oksigenterlarut mg/L Titrasi winkler/ DO meter
10. CO2 mg/L Titrasi asam basa/ NaOH
11. Alkalinitas* mg/L Titrasi indikator bromocresol
green
12. Hardness* mg/L Titrasi indikator EDTA
13. Total Phospat mg/L Spectrofotometer Asam
Ascorbat dengan destruksi
14. Ortho- Phospat mg/L Spectrofotometer Asam
Askorbat
15. Amoniak mg/L Spectrofotometer phenat
16. Nitrit mg/L Spectrofotometer Sulfanilamide
17. Nitrat mg/L Spectrofotometer
BruchineSulfat Biologi Perairan
18. Plankton Sel/L Plankton net
19. Perifiton Sel/m2 Sapuan
20. Makrozoobenthos Ind/m2 Eckman grab
6. Penentuan Status Stok Ikan Sungai Musi di Instalasi Mariana, Kab. Banyuasin.
Nilai produksi ikan diperoleh dari hasil tangkapan ikan berbagai alat tangkap yang dipasang di S. Musi wilayah Mariana. Jenis-jenis ikan selanjutnya dikelompokkan berdasarkan komposisi ikan per jenis dan alat tangkap. Selain perhitungan nilai produksi, dilakukan pengamatan kualitas air sesuai Tabel 4 dan
perhitungan estimasi potensi produksi menggunakan rumus Moreau dan De Silva (1991); Almazan dan Boyd dalam Boyd (1990; serta Henderson dan Welcomme (1974).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Stok Terkini (Standing Stock)
Perhitungan stok ikan terkini pada penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu pendekatan akustik dan depleted area.
1. Sungai Way Seputih, Lampung Tengah
Perhitungan stok ikan terkini menggunakan pendekatan akustik dilakukan pada bagian tengah S. Way Seputih, sedangkan metode depleted area dilakukan pada wilayah rawa banjiran Bumi Nabung Baru, Lampung Tengah.
a. Stok Terkini Sungai Way Seputih, Lampung Tengah
Dari hasil perhitungan nilai biomassa ikan di perairan S. Way Seputih didapatkan nilai biomassa tertinggi pada ESDU 2400-3600 dengan nilai 282,68 kg/ha sedangkan nilai biomassa terendah pada ESDU 153600-154800 dengan nilai 7,02 kg/ha. Perhitungan akustik S. Way Seputih bagian tengah berjarak 23 km. Luas perairan tersebut digunakan sebagai acuan dalam penentuan volume perairan serta densitas dan biomass ikan di perarairan S. Way Seputih. Nilai rata-rata biomassa S. Way Seputih pada saat pengamatan survei sebesar 55,995 kg/ha.
Gambar 10. Peta sebaran biomassa ikan di S. Way Seputih.
Dapat terlihat pada Gambar 11, bahwa nilai densitas area yang paling tertinggi pada jarak ESDU 2400-3600 dengan nilai 1578,43 ikan/km2 sedangkan untuk nilai densitas area terendah pada jarak ESDU 153600-154800 dengan nilai 39,20 ikan/km2. Nilai rata-rata densitas area S. Way Seputih sebesar 312,64 ikan/km2.
Tabel 9. Densitas ikan di bagian tengah Sungai Way Seputih Nilai Ts (Db) -50,32 -48,04 -46,32 -45,62 -44,48 -43,60 -42,36 -41,50 -40,54 -39,60 -38,74 -34,89 -32,35 Jumlah Panjang (cm) 12 15,6 19 20,6 23,5 26 30 33,1 37,0 41,2 45,5 70,9 95 Bobot (gr) 1343,24 4381,35 3705,67 872,42 824 811 7070,42 7704,32 12677,89 12160,01 9282,86 10421,4 18288,93 Komposisi (%) 1,5 4,9 4,14 0,97 0,92 0,91 7,9 8,60 14,15 13,58 10,37 11.64 20,42 100
Hasil nilai TS tersebut didapatkan dari indeks refleksi ukuran ikan yang didapatkan pada survei di S. Way Seputih dengan jenis ikan yang dominan didapatkan, yaitu ikan kepah, baung, dan sempadi.
b. Stok Terkini Rawa Banjiran Bumi Nabung Baru, Lampung Tengah
Bumi Nabung Baru merupakan salah satu jenis perairan rawa banjiran yang terletak di Kecamatan Bumi Nabung, Lampung Tengah, dengan titik kordinat 4°41’25.7”S 105°31’19.4”E. Berdasarkan kondisi fisik secara umum, Bumi Nabung Baru memiliki luasan sekitar 1,16 ha dan berjarak ± 200 m dari sungai utama. Bumi Nabung Baru dimanfaatkan warga sekitar sebagai wilayah penangkapan ikan.
Berdasarkan hasil perhitungan kondisi stok ikan terkini di Bumi Nabung Baru dengan menggunakan metode depleted area, lokasi rawa banjiran ini memiliki stok ikan sebesar 1.165,90 kg/ha (Gambar 12). Hasil tersebut diperoleh dari percobaan penangkapan menggunakan depleted area. Komposisi hasil tangkapan/tarikan ikan di perairan Bumi Nabung Baru pada saat pengamatan terdiri dari Mystus nigriceps 55,77%, Channa striata 4,85%, Labiobarbus ocellatus 33,01%, Helostoma temminckii 4,54%, Kryptopterus sp 0,70%, dan Oreochromis niloticus 1,12%, dengan total sebesar 711,8 kg selama satu periode tangkapan (delapan kali ulangan penangkapan). Pada umumnya, nelayan wilayah tersebut melakukan penangkapan depleted area sebanyak dua kali dalam sebulan. Dalam satu periode, nelayan dapat melakukan penangkapan selama 7-8 hari, dengan masing-masing durasi 2,5-3 jam/tangkapan. Berikut adalah hasil perhitungan stok terkini Bumi Nabung Baru berdasarkan metode depleted area:
Tabel 10. Percobaan hasil tangkapan Bumi Nabung Baru
No Tanggal Luas Daerah Swept
Area (m2) Total Tangkapan (kg) 1 13 Agustus 2020 1.000 117 2 14 Agustus 2020 1.350 93.5 3 15 Agustus 2020 810 45 4 16 Agustus 2020 1.000 108 5 17 Agustus 2020 1.000 102 6 18 Agustus 2020 900 41.3
Gambar 12. Estimasi stok terkini rawa banjiran Bumi Nabung Baru, Lampung Tengah.
2. Stok Terkini Sungai Selan, Bangka Tengah
Pada penelitian ini tidak dilakukan perhitungan stok ikan terkini di Sungai Selan, Bangka Tengah.
B. Potensi Produksi Perikanan
1. Potensi Produksi Sungai Way Seputih, Lampung
a. Potensi Produksi Perikanan berdasarkan Metode Leger-Huet (1983)
Sungai Way Seputih mempunyai panjang ± 245 km dan lebar rata-rata 74,13 m. Biomas ikan (standing stock) S. Way Seputih dapat diestimasi dengan pendekatan metode Leger-Huet (1983). Hasil perhitungan menunjukan nilai potensi produksi ikan S. Way Seputih pada bulan Juli sebesar 199,70 kg/ha (Tabel 11).
Tabel 11. Perhitungan potensi produksi Sungai Way Seputih bulan Juli 2020
Produksi bentos (kg/ha) k1 k2 k3 ∑k B L (m) K (kg/ha)
0,34 4,2108 1 2 7,21 0,017 50 6,13
2,36 4,2108 1 2 7,21 0,118 91,5 77,86
10,49 4,2108 1 2 7,21 0,525 30 113,46
0,05 4,2108 1 2 7,21 0,003 125 2,25
Total 199,70
Hasil perhitungan standing stock dan potensi produksi ikan pada bulan Juli 2020, berkaitan dengan besaran biomas makrozoobentos yang merupakan komponen biogenik dalam penghitungan dalam metode Leger-Huet. Jenis makrozoobentos yang memberikan kontribusi utama dalam penghitungan standing stock dan potensi produksi ikan adalah kelompok insekta. Tingginya biomas insekta serta kedalaman air mempengaruhi perhitungan standing stok. Biomas insekta pada bulan Juli adalah 13,24 kg /ha.
Perhitungan potensi produksi yang didasarkan pada 40% nilai standing stock melalui metode Leger-Huet dengan komponen biogenik bentos, berbeda dengan perhitungan yang didasarkan pada pendekatan biomas perifiton dan panjang sungai. Hasil studi yang telah dilakukan oleh Husna (2011) dalam Erlis (2012) menunjukkan bahwa potensi produksi dengan pendekatan perifiton memiliki nilai yang lebih tinggi.Tingginya nilai
standing stock dan potensi produksi dengan pendekatan perifiton berkaitan dengan
komponen biogenik yang digunakan. Perifiton merupakan produsen pertama yang memanfaatkan energi matahari dan karbon anorganik dari CO2, sedangkan pada Leger-Huet komponen biogenik adalah makrozoobentos yang merupakan konsumer atau
produktivitas sekunder dengan posisi lebih tinggi daripada perifiton dalam piramida makanan. Semakin rendah kedudukan dalam piramida makanan berarti energi matahari yang ada lebih banyak dibandingan dengan kedudukan tinggi dalam piramida makanan (Dodds, 2002).
b. Potensi Produksi Perikanan berdasarkan Kandungan Klorofil-a Air, Daya Hantar Listrik (DHL), dan Kedalaman Air
Pengukuran potensi produksi digunakan untuk melihat kemampuan suatu badan perairan S. Way Seputih dalam menghasilkan ikan dengan satuan kg/ha/tahun atau ton/tahun. Sampel dasar yang digunakan dalam analisa ini adalah analisa dari kandungan klorofil-a air, nilai DHL, dan nilai rata-rata kedalaman. Pengambilan sampel air dilakukan pada bulan Juli 2020. Berikut hasil perhitungan nilai potensi produksi S. Way Seputih (Tabel 12).
Tabel 12. Potensi Produksi Sungai Way Seputih pada Juli 2020
No. Stasiun
Potensi Produksi Ikan (kg/ha/tahun) Moreau & De Silva (1991) Almazan & Boyd (1990) Henderson & Welcomme (1974) 1 Way Seputih Sri
Budaya 64,81 84,97 60,96 2 Pelabuhan Lama Sumber Agung 60,23 74,69 54,95 3 Rantau Batu 54,48 61,67 55,33 4 Bunter Jaya 53,94 60,53 53,94 Rata-rata 58,35 70,47 56,29
Dari pengukuran estimasi potensi produksi berdasarkan klorifil-a, DHL, dan kedalaman rata-rata, menunjukkan bahwa S. Way Seputih di wilayah Sri Budaya memiliki potensi produksi ikan yang terbesar dibandingkan stasiun lainnya. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh kadar klorofil-a dalam perairan. Kenaikan ini dapat disebabkan adanya peningkatan kadar klorofil-a dalam air akibat menyusutnya debit air saat pengambilan sampel.
c. Kondisi Perairan Sungai Way Seputih, Lampung Tengah
Pada penelitian ini, juga dilakukan pengamatan kondisi perairan baik secara fisika, kimia, dan biologi. Pengambilan sampel air dilakukan pada perairan S. Way Seputih. Terdapat empat titik pengambilan sampel, yaitu satu bagian tengah dan tiga mendekati bagian hilir S. Way Seputih. Hasil pengukuran kualitas air S. Way Seputih pada Juli 2020 terdapat pada
Tabel 13. Berikut penjelasan kondisi fisika, kimia, dan biologi perairan S. Way Seputih pada Juli 2020.
Tabel 13. Hasil pengukuran kualitas air (fisika-kimia) Sungai Way Seputih
No Parameter Kriteria Kelas II* Survei
Juli Oktober** Fisika Perairan 1. Suhu perairan (oC) - 28,15 29,3 2. Kedalaman (m) 3,05 2 3. TDS (mg/L) 50 13,8 52 4. DHL (μs/cm) - 57,0 52,50 5. Kecerahan (cm) - 26,28 15 6. TSS (mg/L) 50 8,75 110,67 7. Lebar Sungai (m) - 74,13 50 8. Salinitas (‰) - 0,02 0,04 9. Kesadahan/Hardness (mg/L) 29,03 56,06 Kimia Perairan 10. pH 6-9 6,80 7 11. DO (mg/L) 4 5,10 3,3 12. CO2 (mg/L) - 0,63 0,35 13. Alkalinnitas (mg/L) - NA 32 14. Total Phospat (mg/L) 0,2 0,18 0,23 15. Ortho- Phospat (mg/L) 0,09 0,10 16. Amoniak (N-NH3) - 0,12 0,17 17. Nitrit (NO2) 0,06 0,04 0,04 18. Nitrat (NO3) 10 3,54 3,46 19. Klorofil-a (mg/m3) 25 2,87 5,16 *PP RI No. 82/2001
**Data survei Oktober hanya pada stasiun Sri Budaya NA= not available (tidak dihitung)
1. Status Trofik
Status trofik adalah parameter kesuburan perairan, sekaligus sebagai nilai ambang batas dalam kerentanan ekologi. Pengukuran status trofik dilakukan dengan menggunakan data konsentrasi total phospat, kandungan klorofil-a, dan kedalaman rata-rata. Adapun kedalaman rata-rata S. Way Seputih tercatat sebesar 4-17 m (Kusdian, 2011). Hasil analisa status trofik S. Way Seputih ditampilkan dalam tabel berikut:
Tabel 14. Nilai status trofik Sungai Way Seputih Juli 2020
No Stasiun Status Trofik Keterangan
1 Way Seputih Sri Budaya 46.24 Mesotrofik
2 Pelabuhan Lama Sumber Agung 44.71 Mesotrofik
3 Rantau Batu 43.32 Mesotrofik