• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP. berdasarkan analisis data yang dilakukan. Pengambilan kesimpulan dilakukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP. berdasarkan analisis data yang dilakukan. Pengambilan kesimpulan dilakukan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

135 BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian, tentu dapat ditarik hasil kesimpulan berdasarkan analisis data yang dilakukan. Pengambilan kesimpulan dilakukan untuk menjawab dua pertanyaan, yakni terkait bagaimana pendapat serta gambaran opsi untuk stasiun komplementer di wilayah Kota Yogyakarta, dan dimana lokasi yang tepat untuk pemilihan alternatif lokasi stasiun komplementer apabila hanya mempertimbangkan jumlah penumpang yang secara de jure berdomisili di wilayah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

5.1.1 Penilaian Opsi Stasiun Komplementer

Analisis yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan bentuk metode triangulasi multi metode dan multi sumber data. secara keseluruhan, hasil analisis data kualitatif menjelaskan bahwa opsi stasiun komplementer cukup menarik untuk dipertimbangkan dengan dua syarat, yakni adanya realisasi bandara baru di Kulonprogo dan adanya pengembangan terhadap dua lokasi stasiun alternatif tersebut. Tentunya hal tersebut harus dilakukan secara jangka panjang, mengingat realisasi dari kedua alasan asumsi syarat tersebut membutuhkan waktu dan biaya yang cukup lama apabila diperkirakan secara umum. Hal ini dikarenakan terkait dengan adanya pemindahan baru menyebabkan lahan yang terdapat di sekitar Bandara Adisucipto dapat

(2)

136 dialihfungsikan untuk pengembangan Stasiun Maguwo menjadi stasiun komplementer. Sedangkan untuk Stasiun Patukan, pengembangan bandara baru di Kulonprogo membuka potensi pengembangan Stasiun Patukan menjadi stasiun komplementer, mengingat Stasiun Patukan berada dalam jalur rel dari Kota Yogyakarta menuju lokasi bandara baru. Namun demikian, apabila rencana bandara baru tidak terealisasi, khusus Stasiun Patukan dianggap masih cukup bisa untuk dikembangkan sebagai stasiun komplementer.

Hal yang patut dipertimbangkan adalah apabila opsi stasiun komplementer terealisasi tentu akan menambah waktu perjalanan dari kereta api tersebut (hasil wawancara dengan Kepala Seksi Angkutan Barang, Sewa, dan Kereta Api Dishubkominfo Provinsi DIY), mengingat dengan adanya penambahan stasiun akan menambah waktu bagi perjalanan kereta api (karena pemberhentian). Tetapi seperti yang telah dijelaskan, di sisi lain stasiun komplementer dapat meningkatkan pelayanan dari segi aksesibilitas penumpang dari domisili terhadap layanan KA di stasiun.

5.1.2 Gambaran Prosentase Jumlah Penumpang KA Jarak Jauh di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul

Seperti yang dapat dilihat dalam Lampiran 17, jumlah prosentase penumpang beridentitas Kabupaten Sleman terhadap keseluruhan penumpang hanya sebesar 7,8 % (dibulatkan), sedangkan penumpang beridentitas Kabupaten Bantul hanya sebesar 4,4 % (dibulatkan). Hal ini juga mencerminkan bahwa perlu diadakan studi lebih lanjut untuk penghitungan prosentase pasar penumpang KA

(3)

137 Jarak Jauh yang ber NIK di luar wilayah Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman. Dengan demikian, untuk keputusan pemilihan lokasi stasiun komplementer pada penelitian ini yang hasil kesimpulannya dalam penelitian ini adalah Stasiun Patukan, dipandang perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, terutama untuk memperhitungkan pangsa pasar wisatawan dan mahasiswa yang berasal dari luar kedua wilayah Kabupaten tersebut (tetapi datang dan pergi di kedua wilayah tersebut).

5.1.3 Penentuan Lokasi Stasiun Komplementer

Analisis yang digunakan dalam metode ini menggunakan analisis kuantitatif, dengan metode beban dan jarak. Beban yang digunakan adalah data penumpang KA Jarak Jauh yang berdomisili di 27 kecamatan di Kabupaten Sleman dan Bantul (sesuai preferensi perkiraan waktu tempuh) selama bulan Juni-Juli 2015. Sedangkan jarak yang digunakan adalah pengukuran jarak riil tiap kecamatan terhadap lokasi-lokasi dari tiap stasiun alternatif, yakni Stasiun Maguwo serta Stasiun Patukan. Berdasarkan metode beban jarak, nilai beban jarak dari Stasiun Maguwo sebesar 1001863.6, sedangkan nilai beban jarak dari Stasiun Patukan sebesar 990500.3. Hasil yang dapat diperoleh adalah stasiun yang memiliki nilai beban jarak terendah dari kedua stasiun adalah Stasiun Patukan. Tentunya hal ini didasarkan pada asumsi beban yang digunakan hanya pada penumpang yang berdomisili di 27 kecamatan (dari total 34) di wilayah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Artinya, dilihat dari pertimbangan penumpang yang berdomisili di wilayah tersebut, pengembangan stasiun komplementer lebih baik untuk dilakukan di Stasiun Patukan daripada di Stasiun Maguwo.

(4)

138 Sebagai tambahan, pemilihan lokasi alternatif Stasiun Patukan untuk pengembangan stasiun komplementer dapat dilakukan apabila mempertimbangkan konsep pembangunan berorientasi jalan rel (ROD), dan sebaagi bangkitan ekonomi untuk wilayah sekitar. Hal ini tentunya bukan hanya terkait dengan pelayanan pasar dan potensi keuntungan yang besar, tetapi juga peranan pelayanan publik, utamanya transportasi kereta api. Terlebih dikarenakan untuk membagi beban konsentrasi penumpang di dua titik, yakni Stasiun Tugu dan Stasiun Lempuyangan. Peneliti berkesimpulan apabila terdapat realisasi dari bandara baru di Kulonprogo, opsi stasiun komplementer pada Stasiun Patukan cukup menarik untuk dipertimbangkan. Hal ini terkait dengan kesimpulan yang terlah sebelumnya dijelaskan mengenai pendapat dan gambaran opsi stasiun komplementer.

5.2 Implikasi Manajerial dan Saran

Berdasarkan dengan hasil analisis data dalam kesimpulan beserta keseluruhan proses penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan terkait dengan pandangan dan gambaran opsi stasiun komplementer untuk wilayah Kota Yogyakarta serta penentuan lokasi dari stasiun komplementer tersebut. Tentunya saran dapat diberikan menurut instansi yang dianggap memiliki kapasitas dan kewenangan terkait topik penelitian.

5.2.1. Kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero)

Untuk pihak PT Kereta Api Indonesia (Persero), karena setelah melihat dari keseluruhan hasil penelitian, opsi stasiun komplementer lebih cenderung kepada

(5)

139 bidang pelayanan publik, tidak sekedar pada investasi untuk profit, maka pertimbangan untuk opsi stasiun komplementer dapat dilakukan dalam perencanaan jangka panjang. Hal ini dilihat dari prosentase penumpang KA Jarak Jauh selama dua bulan dari wilayah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul hanya menyumbang sebesar kisaran 12%. Namun untuk secara jangka pendek, PT Kereta Api Indonesia dapat mempertimbangkan opsi Stasiun Patukan sebagai tempat pemberhentian KA Lokal seperti Stasiun Maguwo, sebagai langkah awal perencanaan jangka panjang dari stasiun komplementer.

Selain itu, terkait dengan sistem RTS pada perusahaan, peneliti mengalami kendala karena pada saat pemungutan data manifest identitas, peneliti harus men-download satu per satu daftar identitas penumpang per KA per hari per perjalanan. Kendala yang ada lebih pada mengelompokkan dan merapikan data tersebut. Padahal, dengan adanya sistem pendataan yang lebih baik, perusahaan mampu untuk memetakan asal domisili penumpang, baik yang dari dalam wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, dan yang berasal dari luar wilayah tersebut. Tentunya apabila hal tersebut dijalankan akan membantu pengambilan keputusan dari manajemen berdasarkan data profil domisili pasar penumpang yang ada berdasarkan letak asal wilayah (misalkan dalam satu stasiun lebih banyak pendatang dari luar kota atau warga kabupaten di wilayah stasiun yang bepergian ke luar kota).

(6)

140 5.2.2. Kepada Instansi Pemerintah

Instansi pemerintah yang dimaksud secara khusus terdapat dua instansi, yakni Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi DIY dan Dinas Perhubungan, Komunikasi, & Informatika Provinsi DIY. Tetapi tidak menutup kemungkinan lain dari instansi pemerintah lain yang terkait. Untuk pihak instansi pemerintah, saran yang dapat diberikan adalah mempertimbangkan opsi dari stasiun komplementer. Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan, opsi stasiun komplementer sejalan dengan ada atau tidaknya realisasi bandara baru di Kulonprogo. Dengan kata lain, penelitian ini bisa mendukung keputusan Pemerintah Provinsi DIY terkait rencana pembangunan bandara baru. Selain mempertimbangkan opsi stasiun komplementer, perlu dibuat studi kelayakan lebih lanjut antara Stasiun Patukan dan Stasiun Maguwo, mengingat penelitian ini (terutama yang bagian penentuan lokasi stasiun komplementer) hanya mempertimbangkan dari sisi jumlah penumpang yang berdomisili di wilayah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Karena instansi pemerintah selalu terkait dengan peningkatan pelayanan publik, maka peneliti memandang bahwa opsi stasiun komplementer ini cukup menarik untuk dipertimbangkan.

5.2.3 Penelitian Selanjutnya

Peneliti tentu mengakui bahwa terdapat banyak kekurangan dari penelitian yang telah dilakukan ini. Tentunya peneliti berharap akan terdapat penelitian selanjutnya yang mengangkat persoalan terkait dengan topik penelitian ini. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti persoalan studi kelayakan dari

(7)

141 proyek pengembangan untuk stasiun komplementer di Stasiun Patukan dan Stasiun Maguwo, dan tentunya akan lebih baik apabila dilakukan studi kelayakan komparatif diantara keduanya. Alat metode yang digunakan dapat berupa Cost & Benefit Analysis, karena terkait dengan pelayanan publik di wilayah sekitar stasiun komplementer, ataupun analisis NPV apabila hanya mempertimbangkan potensi keuntungan untuk PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Selain itu, peneliti juga memandang perlu dilakukan penelitian terkait potensi pasar bagi penumpang KA Jarak Jauh yang tidak berdomisili di wilayah DIY, seperti mahasiswa, pekerja dari luar wilayah DIY, karena berdasarkan penghitungan prosentase penumpang dalam penelitian ini, mayoritas pasar berasal dari luar wilayah DIY. Hal ini tentunya juga memperkuat opsi stasiun komplementer, mengingat Stasiun Maguwo berada di Kecamatan Depok (wilayah konsentrasi tempat perguruan tinggi), demikian juga Stasiun Patukan (walaupun hanya beberapa perguruan tinggi yang terdapat di wilayah tersebut).

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengambilan data penggunaan gaya mengajar guru pendidikan jasmani olahraga kesehatan diaman responden diminta untuk mengisikan pertanyaan mengenai gaya mengajar yang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pemberian Gaji Bulan Ke-14 Kepada Pegawai

Upah pegawai operator komputer pelaksanaan promosi pariwisata nusantara didalam dan diluar daerah. Jasa Lainnya

Ada perbedaan yang bermakna durasi menangis bayi pada bayi prematur yang dilakukan tindakan facilitated tucking dan musik saat dilakukan tindakan pengambilan

Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah meliputi: mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain,

Empat komponen dasar pada bauran pemasaran adalah formulasi produk yang sesuai dengan perubahan kebutuhan target pelanggan, harga yang sesuai digunakan untuk

Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan/atau membaca terpandu

caesaria. Penelitian pada tahun 2001, persalinan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan sebanyak 290 kasus dengan 69 kasus tindakan sectio caesaria. Sedangkan di Rumah Sakit