• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI PENURUNAN NILAI ASET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEORI PENURUNAN NILAI ASET"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI PENURUNAN NILAI

ASET

Laporan Penelitian Dr Jan Hoesada

Pendahuluan

Paparan mencakupi lingkup, persamaan, perbedaan makna revaluasi dan penurunan-nilai-aset, teori perbedaan IAS 36 Penurunan Nilai Aset dan IAS 16 Revaluasi, teori kerugian penurunan nilai (impairment loss) dan teori provisi akuntansi, teori pembatalan pengakuan (derecognition,

re-tirements & disposals), teori pemeringkatan (grading theory), teori perbedaan penghasil-kas dan

aset-bukan-penghasil-kas, teori aset, teori aset komposit-komplementer sebuah unit penghasil kas, teori penyusutan komposit, teori perbedaan penyusutan vs penurunan nilai, teori nilai-dalam-penggunaan (VIU), teori valuasi, teori bias valuasi (valuation bias theory), teori perbedaan valuasi vs evaluasi, teori perbedaan/persamaan evaluasi dan pengukuran akuntansi, teori perbedaan persamaan observasi vs evaluasi, teori estimasi terbaik (best estimate theory of accounting), teori perbedaan persamaan audit vs evaluasi, teori persamaan perbedaan appraisal dan valuasi, teori tujuan akuntansi penurunan nilai, teori penurunan nilai aset era normal dan era pandemi, teori persamaan perbedaan berbagai standar akuntansi penurunan nilai, teori ECL versi baru, teori indikator penurunan nilai, teori penurunan nilai aset hak-pakai, teori penurunan nilai aset biologis, teori turun-nilai persediaan (inventory write-down), teori penurunan nilai hak-pakai berdasar kontrak-sewa-guna-usaha, teori turun nilai panjar atau uang-muka, teori turun nilai (impaired) aset/liabilitas dan penurunan nilai (impairment) pinjaman lembaga keuangan, teori kalkulasi devaluasi aset, teori pembalikan (reversal theory), teori penurunan-nilai aset kas-ditangan (cash on hand), teori pembatalan pengakuan dan hapus-buku utang, teori penurunan-nilai piutang dagang, teori penyusutan AT, amortisasi ATB dan deplesi hak-tambang.

Agregasi Akumulasi Penyusutan Bercampur Penurunan Nilai Aset Tetap

Pada tataran penyajian LK, akumulasi penyusutan teragregasi dengan rugi-penurunan-nilai diwajibkan IAS. Pada umumnya AT mencakupi tanah, bangunan, mesin, mobil, peralatan produksi dan operasional, yang digunakan untuk kegiatan utama entitas LK lebih dari satu tahun-buku, yang mencakupi kegiatan beli-produksi-jual atau beli-jual, kegiatan manajemen cq kegiatan administratif manajemen, dan ditampilkan pada laporan neraca. Terdapat perbedaan pengaturan akuntansi AT dalam berbagai standar (misalnya SAK Komersial dan SAK Pemerintahan), negara (misalnya negara sosialis, komunis dan kapitalis), yuridiksi akuntansi (misalnya yuridiksi akuntansi umum, akuntansi perpajakan), jenis industri (misalnya rumah adalah persediaan-barang-tersedia-untuk-dijual (finish good) industri real-estat, mobil di show-room adalah barang-dagangan).

Pada IAS 16, penyusutan atau pemindahan-sistematis nilai terbawa AT dalam Laporan Neraca ke (1) Laporan Laba/Rugi atau (2) dibebankan kepada nilai-terbawa aset lain (IAS 16.48), misalnya ke harga-pokok suatu AT di buat-sendiri, sesuai kontribusi aset tersebut

(2)

pada suatu periode akuntansi. Pembebanan penyusutan AT mulai saat AT siap/tersedia untuk

digunakan sesuai IAS 16.55, bukan mulai saat pertama kali digunakan. Pola penggunaan

AT, metode penyusutan, umur-ekonomis, taksiran nilai-residu-paska-umur-ekonomis, perubahan akibat revaluasi AT sesuai paragraf 31,39 dan 40 IAS 36, rugi penurunan nilai (impairment loss) atau pembalikan (reversal) sesuai IAS 36, dan akumulasi-penyusutan ter-agregasi dengan rugi-penurunan-nilai, ditelaah-ulang (re-viu) sekurang-kurangnya tiap-akhir-tahun-buku sesuai IAS 8 dan IAS 16.6.

Revaluation Model IAS 16

Revaluation model diatur pada IAS 16 dan IAS 38 untuk AT. IAS 16 memberi opsi bagi entitas-pelaku-akuntansi menggunakan cost model atau revaluation model, yang tak boleh digunakan sekaligus untuk sebuah rumpun/kelas dari AT, misalnya rumpun bangunan.

Revaluation model berbasis nilai-pasar-aset, kenaikan-penurunan nilai-pasar dibiaskan pada assets cost, akumulasi penyusutan dan nilai terbawa, dalam dua prosedur sebagai berikut. Pada prosedur pertama, nilai terbawa disesuaikan secara proporsional untuk menggambarkan dampak kenaikan/penurunan nilai-wajar, melalui harga perolehan (cost) dan akumulasi penyusutan.

Pada tahun pertama, sebuah entitas membeli gedung seharga 2000, taksiran umur ekonomis 50 tahun, entitas memilih akuntansi dengan model revaluasian, nilai-wajar aset 2.500.

Bila (1) nilai terbawa AT akhir tahun pertama adalah 2.000- (2.000/50) = 1.960, (2) nilai wajar akhir tahun 2.500, maka revaluasi berbasis revaluation-model adalah 2.500-1.960 = 540.

Tahap selanjutnya adalah penyesuaian akuntansi untuk nilai perolehan (cost) dan akumulasi-penyusutan, sebagai berikut. Bila nilai historis (historical cost) 2.000, akumulasi penyusutan 40, maka nilai terbawa adalah 2.000-40 = 1.960. bila nisbah nilai wajar / nilai terbawa adalah 2.500 /1.960 = 1,2755, maka saji-ulang nilai perolehan adalah 2.000 x 1,2755 = 2.551,020 dan saji ulang akumulasi penyusutan adalah 40.000 X 1,2755 = 51.020. Jumlah te-revalusi adalah 2.551.020 – 51.020 = 2.500.000 sesuai nilai-wajar (harga pasar). Penyesuaian akuntansi dilakukan untuk (1) harga perolehan aset (historical cost) adalah harga-perolehan-paska-revaluasi dikurangi harga-perolehan sebelum revaluasi; 2.551.020 – 2.000.000 = 551.020, (2) akumulasi penyusutan ; 51.050 – 40.000 = 11.020.

Pada prosedur kedua, akumulasi penyusutan AT di hapus, dan harga perolehan (cost) harus disesuaikan. Misalnya, pada tanggal revaluasi, nilai-wajar AT tertentu ditemukan 2.500, bila biaya historis (historical cost) 2000, akumulasi penyusutan 40, dan nilai terbawa 1.960, maka terjadi eliminasi penyusutan 40, kenaikan nilai wajar sebesar 500 agar nilai-terbawa yang baru 2.500. Paragraf 39 dan 40 IAS 16 menjelaskan dua skenario penurunan nilai wajar AT. Cost Model IAS 16

Dalam cost model, aset tetap diakui pada nilai-buku-neto, yaitu harga perolehan di kurangi akumulasi penyusutan. Keuntungan hampiran cost model adalah sederhana, tak berisiko sesat-revaluasi. Kerugian cost model adalah bahwa Laporan Neraca tak menggambarkan ekuitas-pada-nilai-wajar, ROE terlampau berlebih-tetapan (overstated) karena ekuitas

(3)

dinyatakan terlampau kecil oleh aset-berbasis nilai-historis, sehingga tak dapat digunakan untuk penetapan nilai entitas LK cq pulangan sejati bagi keputusan investor.

Sampai tahun 2020, SAP menggunakan basis biaya perolehan historis bagi AT Pemerintah. Pemerintah menerbitkan program revaluasi BMN secara berkala, menyebabkan aset pada Laporan Neraca terkontaminasi akuntansi nilai-wajar juga.

Berbagai riset menunjukkan bahwa metode cost model lebih populer ketimbang metode

revaluation model.

Lingkup, Persamaan, Perbedaan Revaluasi dan Penurunan-Nilai-Aset.

Sumber Admin,2013, Difference Between Revaluation and Impairment, https://www.differencebetween.com/difference-between-revaluation-and-vs-impairment/ menjelaskan berbagai hal sebagai berikut. Pertama, Teori Revaluasi (Revaluation Theory). Revaluasi (Revaluation) adalah sebuah teknik akuntansi bertujuan menentukan nilai-sejati dan nilai-pasar suatu aset, terutama aset tetap. Hasil revaluasi akan mengganti nilai-tercatat aset tersebut di neraca. Akuntan internal melakukan telaah-mendalam tentang pasar, dimana aset tersebut kemungkinan-besar-dapat-dijual, untuk menetapkan harga pasar. Hasil revaluasi dapat digunakan sebagai dasar perubahan neraca, dasar rencana manajemen untuk penggantian aset lama, dasar keputusan jual-beli aset tersebut atau bahkan dasar jual beli entitas, menjadi salah satu dasar keputusan akuisisi entitas, menjadi dasar posisi tawar-menawar atau dasar penentuan porsi kepemilikan pada merger atau konsolidasi entitas LK, dan sebagai dasar agunan transaksi kredit bagi industri keuangan. Revaluasi mencakupi perubahan nilai-keatas dan kebawah nilai-tercatat, sedang penurunan nilai (impairment) mencakupi hanya perubahan nilai-buku-kebawah sampai nihil. Dengan demikian terdapat tumpang-tindih teori-revaluasi aset dengan teori penurunan-nilai aset. Revaluasi aset bertujuan menggambarkan harga-pasar-wajar (fair market value), menyebabkan perubahan nilai-tercatat/buku aset direvaluasi, menyebabkan penyesuaian akuntansi ke atas (write up) atau ke bawah (write down) dari harga akuisisi atau nilai terbawa/tercatat terakhir. Penyesuaian kebawah (write down adjustment) suatu aset adalah besar penurunan nilai-tercatat sebelum revaluasi pada satu sisi, mengurangi saldo Selisih Penilain kembali Aset

Tetap pada rumpun Ekuitas/Aset Neto atau ke laba/rugi pada sisi lain. Penyesuaian ke atas

(write-up adjustment) suatu aset adalah besar kenaikan nilai-tercatat aset, dengan pos-lawan dalam neraca cq rumpun ekuitas atau aset bersih. Pada revaluation model IFRS, kenaikan aset tetap akibat revaluasi dicatat pada rumpun ekuitas pada judul Selisih Penilaian Kembali

Aset Tetap. Bila kemudian terjadi penurunan nilai pasar aset, penurunan akan mengurangi

saldo Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap sampai nihil, lalu sisanya diakui sebagai kerugian penurunan nilai (impairment loss) pada laporan laba/rugi. Kedua, Teori Penurunan-Nilai Aset (Impairment Theory). Penurunan nilai aset (impairment) disebabkan (1) berbagai faktor internal (misalnya perubahan produk-utama / jasa utama atau perubahan misi, penurunan kondisi fisik aset karena di pakai terus-menerus, makin berumur dan ber-kinerja-menurun) dan (2) berbagai faktor eksternal entitas (misalnya pasar/permintaan menyusut karena pandemi, perubahan permintaan pasar karena perubahan gaya hidup, teknologi dan mode), suatu nilai tercatat aset dapat turun buku (written down) ke nilai-pasar-sejati. Revaluasi mencakupi perubahan nilai-keatas dan kebawah nilai-tercatat, sedang penurunan nilai (impairment) mencakupi hanya perubahan nilai-buku-kebawah sampai nihil. Ketiga, Teori Pertemuan Teori Penurunan Nilai dan Teori Hapus Buku. Penurunan nilai dapat sampai nihil, sebaliknya, hapus buku mencakupi konsep penurunan nilai. Teori penurunan nilai aset adalah upaya penggambaran nilai aset agar merefleksikan kemampuan memberi pulangan atau nilai

(4)

pasar aset. Dalam upaya penggambaran tersebut, dapat ditemukan bahwa ternyata aset tersebut tak mampu memberi pulangan (recovarable amount) apapun dan tak mempunyai peluang untuk di lepas/dijual dengan harga berapapun, maka proses akuntansi penurunan nilai (impairment accounting) menghasilkan hapus-buku-akuntansi (write off) untuk aset tersebut. Aset tak berpulangan operasional pindah buku ke dalam rumpun Aset Dalam

Penghentian Operasi Selamanya dan Dimaksud Untuk Dijual di neraca. Hapus-buku (write off) adalah pengurangan nilai tercatat aset, misalnya piutang, persediaan, AT dan ATB, boleh

sampai nihil, pada sebuah entitas pada suatu tanggal tertentu, yang diakui sebagai beban akuntansi karena rusak, hilang, kadaluwarsa, tak mungkin ditagih dan/atau tak-bernilai-pulihan (non recoverable amount). Hapus-buku dengan demikian mencakupi (1) hapus buku sepenuhnya (write off), dan (2) hapus buku sebagian, atau turun-buku (write down). Keempat, Teori Revaluation Model IAS 16 dan Impairment IAS 36. Model Revaluasian berujung penurunan-nilai-aset dibandingkan dengan nilai terbawa, pengujian penurunan-nilai tatkala jumlah-pulihan (recoverable amount) lebih tinggi dibanding nilai jajar terkurangi biaya pelepasan. Jumlah-revaluasian dapat saja tepat sama dengan nilai wajar, atau berbeda dengan nilai wajar. Sebagai misal, sebuah mesin dibeli dengan original cost $20,000, penyusutan $2000 pertahun. Pada 31 Desember 2015, jumlah-revaluasian (revalued amount) $15,000, nilai wajar terkurang biaya penjualan (fair value less cost to sell) $15,000 dan nilai-dalam-penggunaan-sendiri (value in use) $15,500, apakah aset harus di turun-nilai (impair) atau di-nilai-kembali (revaluation). Bila entitas menggunakan model valuasi (revaluation

model) maka aset di revaluasi turun menjadi $15,000, bila menggunakan model biaya (cost model) maka aset di-turun-nilai-kan (impair) ke $15,500. Selanjutnya, perbedaan aplikasi

IAS 36 dan IAS 16 di jelaskan di bawah ini.

Teori Perbedaan IAS 36 Penurunan Nilai Aset dan IAS 16 Penurunan Nilai Aset Akibat Revaluasi

Mike Farrell, 2019, The difference between IAS 36 impairments and IAS 16 revaluation decreases, https://michaelfarrellonline.wordpress.com/2019/12/06/the-difference-between-ias-36-impairments-and-ias-16-revaluation-decreases/ menguraikan berbagai hal sebagai berikut.

Pada IAS 16 Model Revaluation terdapat dua tahap akuntansi sebagai berikut. Bila harga perolehan (cost) suatu AT adalah 800.000, Akumulasi Penyusutan 100.000, maka nilai terbawa 700.000. Bila nilai wajar aset tersebut 500.000, biaya pelepasan 10.000, nilai-dalam-penggunaan sendiri 800.000, maka penurunan-revaluasi IAS 16 dilakukan dengan; Pertama, menghapus akumulasi penyusutan dengan Debit-Akumulasi Penyusutan AT tersebut 100.000, kredit Aset (assets cost) 100.000. Kedua, mengakui penurunan-revaluasi pada Laba/Rugi, agar nilai-terbawa ditampilkan 500.000, dengan; Debit Laba/Rugi-Penurunan Revaluasi 200.000, dan Kredit Aset 200.000. Jurnal aplikasi/penerapan IAS 16 tak-boleh menggunakan istilah “penurunan-nilai (impairment)”.

Pada IAS 36, bila nilai terbawa 500.000, sedang nilai wajar dikurang biaya pelepasan 490.000 dan nilai-dalam-pemakaian-sendiri (value in use) 800.000, maka nilai pulihan (recoverable amount) IAS 36 adalah 800.000 bila pilih yang mana yang lebih tinggi antara FVCOD atau VIU.

Misal selanjutnya, bila VIU adalah 400.000, maka nilai-pulihan 490.00 dan aset turun-nilai dibawah IAS 36 setelah disesuaikan dengan nilai-pasar dahulu karena IAS 16, sehingga jurnal adalah; Debit Laba/Rugi – Pembebanan Turun Nilai 10.000, Kredit Akumulasi

(5)

Penyusutan & Penurunan Nilai 10.000, karena metode-dua-tahap hanya berlaku pada IAS 16, tidak berlaku pada IAS 36. Sebagai kesimpulan,penurunan nilai-wajar adalah indikator-penurunan-nilai versi IAS 36, bukan secara otomatis menjadi indikator-penurunan-nilai. Adalah kekeliruan konseptual banyak buku-teks bila menganggap/mengasumsikan VIU selalu lebih besar dari nilai-terbawa, yang berarti tak ada pembebanan kerugian apabila terjadi penurunan-revaluasian (revaluation decrease).

Teori Kerugian Penurunan Nilai (Impairment Loss) dan Teori Provisi.

Makalah Ricardo Julio Rodil, 2015, berjudul Inside the IFRS Framework: Differentiating Impairment Losses from Provisions, https://www.ifac.org/knowledge-gateway/supporting- international-standards/discussion/inside-ifrs-framework-differentiating-impairment-losses-provisions, menjelaskan antara lain sebagai berikut:

IFRS menggunakan istilah provisi satu kali saja, yaitu bagi definisi estimasi liabilitas pasti, tak berjumlah pasti dan/atau tak berjangka-waktu-bayar pasti. Teori rugi-turun-nilai terdapat pada IAS 36 menyatakan penurunan nilai aset tatkala nilai terbawa aset atau sekelompok aset-penghasil-kas melebihi jumlah-pulihan (recoverable amount), menyebabkan kerugian (loss) nir-provisi dan nir-liabilitas. Aset tampil di neraca dengan pilihan biaya (cost) atau nilai pasar (market value) yang mana yang lebih rendah. Provisi adalah liabilitas tanpa kepastian jumlah atau jadual pelunasan, dalam konteks teori utang-estimasian, sesuai IAS 37. Di luar IFRS 37, pada berbagai yuridiksi akuntansi yang lain, di mana istilah provisi digunakan dalam kaitan dengan penyusutan AT, penurunan nilai aset, dan piutang-berketagihan-diragukan, yang menjelaskan perubahan menuju nilai terbawa (carrying value). IFRS tak menggunakan istilah provisi untuk hal-hal tersebut. Provisi sebagai kewajiban (liabilitas) versi IAS 37, yaitu (1) utang jangka pendek atau utang perdagangan (accounts payable), akrual (accruals) dan provisi (provisions) tersebut di atas.

Teori Pembatalan Pengakuan (Derecognition ; Retirements & Disposals)

Sumber berjudul Source EU rules on financial information disclosed by companies, 2020,

mengunggah artikel berjudul IAS 16 Derecognition,

https://annualreporting.info/intfinrepstan/ias-16-derecognition/, menjelaskan antara lain sebagai berikut.

Sebuah aset dikeluarkan dari LK cq neraca pada waktu dilepas, ditarik dari penggunaan sehari-hari tanpa-nilai-ekonomi-pelepasan. Hasil pelepasan dikurangi nilai-terbawa berupa untung/rugi pelepasan aset, diakui dalam laba/rugi, sesuai IAS 16.67-71. Pada kasus penghentian status-sewa atas aset-disewakan, aset pindah-buku ke persediaan pada jumlah-terbawa (carrying amount) sebagai aset-dipegang-untuk- dijual, sesuai IAS 16.68A.

Teori Pemeringkatan (Grading Theory)

Uraian di bawah ini antara lain mengambil hikmah pemikiran William Rapaport, 2011, pada makalah berjudul A Triage Theory of Grading: The Good, the Bad, and the Middling, yang di unggah via https://cse.buffalo.edu/~rapaport/Papers/triage.pdf, dan makalah berjudul What is

the difference between assessment and grading?,

https://www.cmu.edu/teaching/assessment/basics/grading-assessment.html, Carnegie Mellon University.

(6)

Penurunan nilai aset strategis berdimensi / berisiko penurunan peringkat entitas LK.

Pertama, Teori Peringkat. Peringkat (grade) adalah suatu tingkat tertentu dari sebuah range atau skala pemeringkatan. Pemeringkatan (grading) adalah suatu proses baku, sistematis, berterima umum bagi masyarakat pengguna informasi peringkat, untuk menentukan peringkat terhadap sebuah obyek. Kedua, Teori Pemeringkatan. Proses baku (process,

due-dilligence) yang mencakupi pembakuan (standardisasi) semua-dimensi (syarat input

(misalnya LK Belum Teraudit, catatan akuntansi dan bukti akuntansi), syarat proses (misalnya Standar Audit tertentu, Kode Etika Auditor), syarat output (misalnya LK Auditan), syarat entitas obyek (misalnya kelayakan menjadi auditee) dan syarat subyek pemeringkat (misalnya syarat kelayakan menjadi auditor LK tertentu) dibutuhkan untuk menetapan sebuah peringkat bagi sebuah obyek, sebagai misal penentuan peringkat opini audit (misalnya opini WTP, opini WTP dengan Catatan Khusus Pada Lembar Opini, opini WDP dan berbagai jenis opini audit yang lain) bagi sebuah LK belum-teraudit. Sebagai misal lain; akuntan internal entitas-LK dan Auditor LK menentukan derajat-kemungkinan-keterjadian (berupa pilihan, yaitu ; sure (pasti terjadi), probable (kemungkinan besar terjadi), possible (mungkin terjadi), remote (kemungkinan kecil terjadi), atau impossible (tak mungkin terjadi)) suatu lingkungan entitas LK (external environment (antara lain lingkungan hidup antara lain pandemi, lingkungan ekonomi, lingkungan sosial antara lain lockdown, politik, budaya & teknologi) dan internal environment (antara lain kualitas manajemen) yang menyebabkan penurunan-nilai-aset tertentu. Salah satu hasil grading adalah down grade terkait akuntansi penurunan-nilai-aset, up-grade terkait akuntansi revaluasi. Dalam hampiran praktis, para akuntan intern membukukan investasi surat berharga pasar-modal berbentuk surat utang umumnya, melakukan akuntansi penurunan-nilai-investasi-obligasi khususnya, antara lain mengandalkan informasi lembaga pemeringkat. Agen pemeringkat obligasi, misalnya

Standard & Poor, sengaja memilih fokus kepada kemampuan emiten memenuhi komitmen

keuangan masa depan yang diproksi oleh opini audit atas LK emiiten, likuditas & solvabilitas, kualitas operasiional cq perolehan pendapatan dan laba bruto, kondisi lingkungan ekonomi cq kondisi pasar bagi produk/jasa utama entitas LK, kondisi sosial, lingkungan hidup cq kualitas pengendalian wabah, politik, perekonomian cq kekuatan mata uang, kondisi realisasi APBN, nisbah utang kepada GDP dll. Ketiga, Teori Asesmen (assessment theory). Peringkat menggambarkan kedudukan suatu obyek pada suatu kontinuum atau range, sebuah kedudukan sebuah efek relatif terhadap efek sejenis lain. Investor, akuntan internal dan auditor LK menggunakan informasi peringkat dari lembaga pemeringkat, lalu melakukan penilaian/asesmen individual/khusus/mendalam suatu efek tersebut, yang mungkin menghasilkan opini berbeda dengan peringkat lembaga pemeringkat untuk dasar akuntansi revaluasi atau akuntansi penurunan nilai. Keempat, Teori Pemeringkatan dan Asesmen. Pemeringkatan terdiri atas (1) evaluasi bertujuan valuasi untuk penetapan-nilai suatu obyek dalam sebuah populasi, lalu (2) meletakkan obyek tersebut pada suatu range nilai yang terklasifikasi, misalnya (1) buruk, kurang, cukup, baik, sempurna, (2) urutan relatif dibanding obyek lain, misalnya juara pertama, kedua dan ketiga. Asesmen bertujuan menganalisis lanjut hasil pemeringkatan, menjawab pertanyaan “Mengapa mendapat peringkat tersebut? Apa sebab? dan mencari solusi agar peringkat dpaat diperbaiki. Sebagai contoh pertama, pelatih sang juara dua dunia melakukan asesmen juara-satu-dunia untuk asesmen-anak-latihnya, menemukan keunggulan juara-dunia pada aspek kemampuan tertentu, memberi pelatihan kepada anak-latih untuk meningkatkan kemampuan khusus tertentu tersebut. Sebagai contoh kedua, entitas mendata faktor-faktor penyebab penurunan-nilai aset, menemukan sebab mengapa penurunan-nilai-pulihan lebih rendah dari penurunan-nilai-tercatat untuk dasar pembentukan strategi & manajemen perolehan aset berbasis teknologi dan keausan fisik, manajemen pemeliharaan aset nan anti-reparasi dan manajemen pamasaran berbasis

(7)

optimalisasi kapasitas terpasang. Kelima, Teori Perbedaan Rangking dan Rating. Pemeringkatan (rangking) adalah upaya menempatkan suatu obyek pada suatu daftar tertentu, misalnya Daftar Efek Menurut Volume Jual-Beli Terbesar di Bursa, sementara rating digunakan untuk menangkap persepsi, tendensi, perkiraan pribadi dan/atau perasaan seorang responden terhadap sesuatu. Rating paling terkenal adalah Skala Lickert, misalnya Saya suka Saham Emiten Pertambangan (Sangat setuju, setuju, agak setuju, tidak memilih setuju atau tidak setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju), yang dapat digunakan untuk dasar penurunan-nilai-aset.Keenam, Teori Estimasi Terbaik (best estimate theory).

Teori Perbedaan Aset-Penghasil-Kas dan Aset-Bukan-Penghasil-Kas.

Berbagai standar akuntansi internasional memilah rumpun aset-penghasil-kas dan aset-bukan-penghasil-kas.

Terdapat nuansa makna berbeda antara penghasil-kas, penghasil- laba, aset-penghasil-pendapatan, dan aset penghasil-arus-kas-positif.

IPSAS 21 dan IPSAS 26 meminta agar aset-penghasil-kas dan aset-bukan-penghasil kas dicatat dengan jumlah-pulihan berbasis layanan (recoverable amount (service)). GASB Republik Malta menafsir aset-penghasil-kas IPSAS sebagai berikut.

Aset penghasil kas adalah aset bertujuan utama (primarily) memperoleh imbal-balik-komersial, sehingga menghasilkan lebihan arus-kas-neto dan/atau laba, sesuai IPSAS 26. Aset pemerintahan digunakan terutama (primarily) untuk layanan umum, misalnya jembatan dll tergolong bukan aset-penghasil-kas, sesuai IPSAS 21. Sebagai contoh pertama, Aset entitas sekolah atau PT pemerintahan yang bertujuan nir-laba diklasifikasi sebagai aset-bukan-penghasil-kas, walaupun siswa diminta membayar uang buku pelajaran yang disediakan sekolah dan membayar makanan di kantin-sekolah. Sebagai contoh kedua, RS Pemda dimaksud untuk melayani penduduk pada umumnya, dengan imbal-jasa sekadarnya atau bebas-biaya, beberapa mesin RS menggunakan imbal-jasa bagi pasien bukan penduduk setempat. Mesin tersebut tergolong bukan-aset-penghasil-kas.Sebagai contoh ketiga, Aula kementerian digunakan untuk berbagai jenis-perhelatan sesuai tupoksi K/L tanpa dipungut-sewa, aula disewakan bagi masyarakat untuk pesta perkawinan atau semacamnya dengan pungutan-sewa.Aula tergolong bukan aset penghasil kas.

Aset turun-nilai (impaired) bila nilai terbawa (carrying amount) lebih besar dibanding jumlah-pulihan (recoverable service amount).

Teori Aset

Wadiyo, 2020, mengunggah makalah berjudul Pengertian Aset, Jenis, Karakteristik, Cara Menghitung dan Penyajiannya, via https://manajemenkeuangan.net/pengertian-aset-adalah/. Berbagai standar akuntansi mengatur agar akuntansi-penurunan-nilai dilakukan kepada tiap aset secara individual, atau satu persatu, didalamnya termaktub sebuah-unit-penghasil-kas. Sebuah unit-penghasil-kas adalah sekelompok-terkecil-teridentifikasi yang menghasilkan arus-kas-masuk-mandiri dari berbagai aset lain atau berbagai kelompok aset lain.Nilai terbawa sebuah unit-penghasil-kas tak boleh turun nilai di bawah harga jual neto (net selling

(8)

Pada negara AS ber FASB, konvensi aset-komposit dan penyusutan aset-komposit adalah bagian resmi GAAP, yang lalu digunakan sebagai basis membuat pedoman akuntansi berbagai industri di AS. Apabila manajemen memandang tidak mungkin atau tidak praktis memperlakukan dan mengakuntansikan sekumpulan AT dan/atau ATB komplementer secara individual, maka entitas LK memilih menggunakan metode rumpun (group method) AT/ATB.

Pricewaterhouse Coopers mengunggah wacana tentang the mass-asset convention of accounting (the “group” method) untuk AT tertentu sebagai sisi lain dari the unitary

convention of accounting for fixed assets. Pada perkembangan FAS, FASB dan SEC secara

evolusionair (bertahun tahun) mempertimbangkan faktor kewajiban-paska-penggunaan (Asset

Retirement Obligation atau ARO) yang memperhitungkan estimasi-hasil-pelepasan-bersih

AT-Dihentikan-Penggunaan atau AT-Paskaguna ke dalam beban penyusutan sepanjang umur ekonomi AT/ATB. Pada paska-masa-pakai, hasil pelepasan aset-gelondongan habis-susut dikurangi biaya pelepasan seluruh atau pretelan aset-bekas-pakai digunakan sebagai dikredit pada akun bangunan (plant account), di debit ke akun akumulasi-penyusutan, tidak diakuntansikan sebagai untung/rugi peristiwa peroyaan/penghentian pemakaian dan penjualan sisa-habis-pakai) AT.

Penggunaan komposit bermakna sekumpulan aset digunakan secara serentak bersama-sama dengan sebuah cara/sistem nan-konsisten dan seragam (a well fit composite application) kalau mungkin langsung saja atau nir-interface, pengoperasian aset secara individual berbeda-beda namun berada dalam sebuah harmoni dengan aset individual lain menuju suatu sasaran bersama. Terdapat pula komunikasi interaktif antar aset individual, agar saling menyesuaikan diri dengan yang lain, dalam sebuah orchestra harmonynan-sinergestis dalam sebuah interconected environtment. Karena itu, dalam akuntansi, nilai ekonomi serumpun-komposit jauh lebih tinggi dibanding jumlah nilai-ekonomi-individual seluruh aset-individual. Bila sebuah aset individual mala-fungsi dalam sebuah unit-penghasil-kas, maka seluruh sistem terganggu bahkan berisiko terhenti.

Teori Penyusutan Komposit

Apabila penyusutan sekelompok aset dimungkinkan, maka penurunan-nilai- sekelompok aset, misal sebuah cash-generating-assets unit, juga dimungkinkan. Kita sejak lama sama-sama mafhum bahwa sebuah entitas LK menggunakan beberapa metode penyusutan AT/ATB untukmenggambarkan pola penggunaan, misalnya 2000 mobil penjualan/operasional PT Kecap ABC menggunakan double declining balance method, 400 mobil kantor dan pabrik PT Kecap ABC menggunakan straight line method, 315 mesin sarana produksi menggunakan

production output method karena keausan berbasis jumlah produksi, 217 mesin menggunakan

straight-line method dengan ekonomis sesuai prospektus pembelian mesin. Sebuah entitas LK dapat menggunakan secara-bersamaan atau sekaligus beberapa metode klasifikasi aset dan beberapa metode penyusutan, misalnya (1) menggunakan metode pengakuan AT/ATB Individual dan penyusutan AT/ATB secara individual (single unit depreciation method) , (2) mengelompokkan aset sejenis, se tujuan atau sejenis-pola-penggunaan dan seumur ekonomis bila dibeli sekaligus bersama-sama, misalnya 2.000 laptop atau 500 AC atau 100 Kijang bagi Departemen Keuangan Lapangan Banteng, yang diperkirakan berumur ekonomis sama dan ber-pola-pemeliharaan/reparasi serupa, dengan the group method of depreciation (3) mengelompokkan serumpun-aset-heterogen-komplementer untuk setiap kontrak-jasa-konsesi KPBU pada suatu entitas LK yaitu K/L tertentu, dengan the composite method of depreciation. Sebuah rumpun-aset-heterogen untuk tambang-berlian di sebuah pulau kecil tak

(9)

berpenduduk ber-aset tanah senilai land-clearing, perataan dan pemadatan seluas 100 Ha Rp.500 Miliar digunakan untuk pabrik-pemilahan tanah/batu dengan batu berlian, mess karyawan, gudang, bioskop, fasilitas karaoke, kolam renang,dan lain-lain, merupakan sebuah set-aset-komposit, yang tak bernilai ekonomi secara individual.

Akuntansi aset-komposit diturunkan menjadi akuntansi-penyusutan-aset-komposit, sesuai konsep konsistensi penerapan aturan komposit. Tanah tersebut tergolong dalam rumpun aset-komposit secara konsisten harus “ikutan” disusutkan secara berumpun, karena tak ada seorangpun mau membeli paska penutupan tambang. Bagaimana bila land clearingsuatu KPBU pada pulau berpenduduk dan ber kegiatan-ekonomi ? Sama saja, harus ikutan di susutkan sebagai sebuah komposit tak di-identifikasi secara individual. Kalau pada saat peroyaan/penghentian proyek nanti, tanah dapat dijual, ya syukurlah, dapat digunakan mengurangi akumulasi-penyusutan-komposit (bukan untung (gain)), disamping menjual bekas gedung, gudang, pabrik dan lain-lain.

Teori Penyusutan dan Penurunan Nilai

Pertama, penurunan-nilai terjadi pada semua aset, sedang penyusutan hanya bagi AT, sepanjang umur ekonomis aset tersebut. Besar penyusutan adalah nilai perolehan dikurangi harga-jual AT paska periode penyusutan, yang dialokasikan kepada tahun-tahun sepanjang umur ekonomis AT tersebut dengan metode tertentu, antara lain berbasis garis-lurus (straight

line method). Penyusutan adalah alokasi kapasitas-layan atau kapasitas-produksi sebuah AT

pada suatu tahun buku tertentu, untuk menghitung laba bersih tahun tersebut.

Kedua, penurunan-nilai muncul bila kondisi fisik aset turun secara dramatis, perubahan teknologi menyebabkan suatu aset usang-teknologi tak selaras (kompatibel) dengan kondisi sosial dan budaya, harga pasar aset tersebut turun dahsyat.

Teori Nilai-Dalam-Penggunaan (Value in Use)

Nilai dalam penggunaan adalah nilai-kini (misalnya dalam tataran Net DCF) hasil-penggunaan sendiri suatu aset oleh pemiliknya, Pertama, Nilai-dalam-hasil-penggunaan (value in

use) aset-penghasil-kas adalah nilai-kini arus-kas-neto diperoleh-dari-pelanjutan-penggunaan

sepanjang umur-ekonomi-aset ditambah nilai-kini pelepasan-aset-paska-masa-penggunaan. Kedua, Nilai-dalam-penggunaan (value in use) untuk aset-bukan-penhasil-kas ditentukan dengan penggunaan sebuah dari tiga buah hampiran, sesuai kondisi dan situasi. Hampiran Pertama, Hampiran Biaya-Penggantian-Terdepresiasi (depreciated replacement cost

approach), yaitu biaya-kini dikeluarkan untuk reproduksi atau mengganti (replace)

potensi-layanan-aset tersebut, lalu di susutkan sampai setara (1) sisa umur, (2) kondisi aset dan (3) perubahan pola penggunaan aset (misalnya pada tahun penilaian-ulang untk penurunan-nilai, ditemukan bahwa 50 % dari kapasitas mainframe tersebut menganggur, karena penggunaan desktop makin banyak) tersebut. Hampiran Kedua, Hampiran Pemugaran, yaitu biaya-penggantian- terdepresiasi (the depreciated replacement cost (before impairment)) dikurangi estimasi biaya reparasi/restorasi. Hampiran Ketiga, Hampiran Satuan Layanan (service units

approach). Pada hampiran tersebut, nilai-sisa-potensi-layanan suatu aset ditentukan dengan

(10)

Nilai-Dalam-Penggunaan (Value in use) versi IAS 36.30-57 adalah nilai-diskontoan arus-kas masuk/keluar atau arus-kas-bersih masa-depan (discounted cash flow) karena (1) penggunaan operasional atas aset, (2) hasil pelepasan aset. Nilai-pulihan (recoverable amount) adalah (1) lebihan wajar dikurangi biaya-pelepasan atau dalam-penggunaan. Bila nilai-terbawa lebih tinggi danri nilai-pulihan, maka aset turun nilai sebesar selisih/beda tersebut, dan diakui sebagai rugi-penurunan-nilai (impairment loss). Tarif diskontoan dapat menggunakan WACC, dalam khasanah teori beta sebagai risiko-fluktuasi, biaya ekuitas, biaya utang, teori CAPM, risk-free-rate dan tarif bunga obligasi pemerintah. IAS 36 mengatur penggunaan informasi arus kas diskontoan berbasis laba-sebelum-pajak dan tarif-diskonto sebelum pajak, tak peduli data tersedia adalah arus-kas-dikontoan laba-setelah pajak dan tarif-diskonto-setelah pajak.

Di Australia, pada AASB 136 tentang penurunan-nilai-aset prasarana, properti, pabrik dan peralatan, hak-pakai aset dan ATB, entitas diwajibkan meninjau munculnya indikator penurunan-nilai, menetapkan jumlah-pulihan dikurang biaya-pelepasan, menghitung selisih antara jumlah-pulihan-terkurang-biaya-pelepasan dengan nilai buku/tercatat/terbawa di pembukuan. Nilai pulihan ditentukan berbasis nilai-wajar-dikurang-biaya-pelepasan atau value-in-use berbasis kalkulasi arus-kas-diskontoan, menjadi perkecualian sebagai berikut. AASB 136 tak mencakupi pengujian-penurunan-nilai aset-yang-tidak-dimaksud-menghasilkan-kas namun dimaksud-digunakan-sepanjang-potensi-masa-layanan.

Perkecualian ini diterapkan apabila aset-dipegang-pada- nilai-wajar dan nilai-terbawa-kini tak berbeda secara material dengan nilai-wajar. Pada AASB 102 tentang persediaan, persediaan di ukur pada biaya & nilai-realisasi-bersih, yang mana yang lebih rendah. Pertama, nilai realisasi bersih menggambarkan situasi terakhir nilai-persediaan yang mungkin lebih rendah dari nilai-tercatat/terbawa. Kedua, provisi nilai-realisasi-bersih dibutuhkan bila harga jual di bawah harga perolehan. Nilai-realisasi-bersih persediaan harus berbasis informasi-paling-andal-pada-tanggal-pelaporan terkait harga-jual-bersih persediaan. Provisi nilai-realisasi-bersih tergantung (1) intensi perlakuan/penggunaan persediaan, untuk konsumsi atau untuk pelaksanaan misi/tupoksi, (2) perubahan kebijakan pembelian, sistem pembelian, kebiasaan pembelian, (3) kebijakan hapus-buku persediaan yang kehilangan pasar/permintaan, (4) persediaan berdurasi-simpan-pendek, misalnya untuk program bantuan sosial dipegang pada biaya-perolehan dikurangi kehilangan-potensi-layanan (loss of service potential). Pada AASB 9 tentang aset keuangan, yang mencakupi piutang dagang dan piutang lain, kontrak perrjanjian aset, dan piutang-sewa & sewa-guna-usaha, model ECL Australia menggunakan estimasi probabiltas-tertimbang , yaitu penurunan nilai-kini semua kas, sepanjang masa-hidup aset kkeuangan tersebut. Provisi ECL terkait informasi perubahan-probabilitas gagal-bayar, saldo terkini tagihan dan kerugian penghapusan piutang berbasis ramalan kondisi perekonomian cq perubahan potensi tidak-bayar. Pada AASB 9, penurunan-nilai piutang mempertimbangkan kenaikan-tingkat-pengangguran yang menyebabkan kenaikan-piutang-buruk (bad debt), penggumpalan risiko pada pemda atau kementerian/lembaga terkait pandemi, peningkatan risiko-gagal-tagih piutang yang menghasilkan ECL, penurunan nilai-agunan-kredit menjadi di bawah besar-kredit, paket stimulus ekonomi untuk meningkatkan daya-bayar-kembali entitas debitur.

Terdapat perbedaan besar antara IFRS dengan GAAP. Dibawah US GAAP, bila nilai terbawa melebihi jumlah arus kas neto tidak terdiskonto (the sum of undiscounted expected cash flows

of an asset), maka aset turun nilai.

(11)

Makalah berjudul What is Valuation in Accounting?, terunggah via https://www.topaccountingdegrees.org/faq/what-is-valuation-in-accounting/, dan sumber https://www.thefreedictionary.com/Accounting+Valuation, menjelaskan berbagai hal sebagai berikut.

Terdapat perbedaan makna valuasi dan evaluasi. Dua metode valuasi terpopuler adalah metode valuasi arus-kas-terdiskonto risiko-arus-kas dan risiko ketidak-tepatan umur ekonomi aset (the discounted cash flow atau DCF valuation method) dan metode valuasi relatif (the

relative valuation method atau multiples). Metode Valuasi Pertama, Valuasi berbasis DCF

berasumsi bahwa nilai suatu aset sama dengan nilai-kini harapan-arus-kas-neto dari aset tersebut, berbasis 2 prinsip, yaitu (1) bahwa setiap aset memiliki nilai-intrinsik yang dapat diproyeksi bila arus kas, pertumbuhan dan risiko diketahui, (2) Pasar tidak efisien, aset tak dapat ditentukan harganya secara layak, namun ddapat mengoreksi diri apabila info-baru tentang aset-tersebut menjadi tersedia. Bahan baku atau masukan atau input utama adalah tarif diskonto, arus kas dan tingkat pertumbuhan. Tarif terdiskonto boleh tarif-nominal atau tarif-nyata, evaluasi efek ekuittas menggunakan tarif dikonto dan arus kas ekuitas , evaluasi entitas menggunakan biaya-modal (cost of capital). Metode Valuasi Kedua, Valuasi relatif (relative valuation) berdasar asumsi nilai aset setara nilai pasarnya, berbasis 2 prinsip, yaitu (1) nilai instrinsik aset tak dapat di ukur dengan metode valuasi apapun, setara kemauan-pasar-membayar, sesuai sifat-spesifik aset tersebut, (2) pasar tidak efisien, harga-aset tak dapat ditentukan secara sempurna, sehingga menggunakan realisasi-transaksi aset serupa. Karena harga-pasar-absolut tak dapat dibandingkan, dibutuhkan proses konversi kedalam suatu nilai-baku agar peubah-harga suatu aset dapat dibandingkan dengan peubah-harga aset serupa, sehingga analis dapat menyimpulkan berlebih nilai atau kurang-nilai aset tertentu yang sedang dianalisis untuk kemungkinan penurunan-nilai. Valuasi relatif (relative

valuation) berdasar asumsi nilai aset setara nilai pasarnya, berbasis 2 prinsip, yaitu (1) nilai

instrinsik aset tak dapat di ukur dengan metode valuasi apapun, setara kemauan-pasar-membayar, sesuai sifat-spesifik aset tersebut, (2) pasar tidak efisien, harga-aset tak dapat ditentukan secara sempurna, sehingga menggunakan realisasi-transaksi aset serupa. Karena harga-pasar-absolut tak dapat dibandingkan, dibutuhkan proses konversi kedalam suatu nilai-baku agar peubah-harga suatu aset dapat dibandingkan dengan peubah-harga aset serupa, sehingga analis dapat menyimpulkan berlebih nilai atau kurang-nilai aset tertentu yang sedang dianalisis untuk kemungkinan penurunan-nilai. Hampiran ini membutuhkan variabel harga-pasar-terbakukan (standardize market prices) adalah earning, nilai buku, pendapatan (revenue) dan berbagai variabel khas industri, dimana entitas bergiat. Berbagai multiple yang digunakan adalah nisbah-harga vs earnings (price earnings ratio (P/E)), nisbah harga vs nilai buku (price to book value (P/BV)), nisbah harga vs harga persaham (price to sales per share (P/S)), nisbah nilai vs laba sebelum bunga & pajak (value to EBIT), nisbah nilai vs laba Bersih + Bunga + Pajak + Penyusutan + Amortisasi (value to EBITDA), nisbah nilai vs arus-kas- neto (value to cash flow (earnings)), nisbah nilai vs pendapatan penjualan (value to

sales (revenues)), dan nisbah khusus industri, misalnya CAMEL pada industri perbankan.

Keunggulan valuasi-relatif adalah (1) kemampuan membiaskan gejolak-pasar, memberi kesadaran tentang momentum melepas, menahan, membeli yang tak akan kembali lagi, (2) bahwa sebuah portofolio investasi atau kombinasian-efek versi reksadana ber-bingkai-waktu (window) amat pendek. Kelemahan hampiran valuasi relatif adalah (1) salah-nilai, dapat berlebih-nilai (overvalued) atau tekor-nilai (undervalued), (2) efek berlebih-nilai pada suatu entitas mungkin adalah efek tekor-nilai-teragregasi di industri, (3) penggunaan variabel kalkulasi yang lebih sedikit di banding hampiran arus-kas-terdiskonto (DCF), meningkatkan risiko salah-nilai.

(12)

Sebagai kesimpulan, hampiran DCF dan hampiran valuasi-relatif, masing-masing meiliki keunggulan dan kelemahan, sehinga pilihan hampiran harus arif dan cermat .

Teori Nilai Akuntansi (Accounting Value) Makalah berjudul Accounting Value Definition: Everything You Need to Know, terunggah via https://www.upcounsel.com/accounting-value-definition, menjelaskan berbagai hal seperti nilai pasar, nilai buku, nilai terbawa, nilai ganti, nilai historis dan nilai wajar.

Teori Bias Valuasi (Valuation Bias Theory) Unggahan James Chen,2020, berjudul Valuation

Definition, pada

https://www.investopedia.com/terms/v/valuation.asp, menjelaskan berbagai hal sebagai berikut.

Perhitungan penurunan/kenaikan nilai berisiko keliru. Terdapat dua pandangan tentang proses valuasi. Yang pertama valuasi sebagai “ ilmu keras” yang tak memberi ruang bagi analis dan pengguna menyisipkan emosi atau kealpaan-manusiawi, yang kedua valuasi sebagai sebuah seni, dimana filosofi, metode, teknik valuasi dirangkai untuk mencapai tujuan-valuasi, termasuk tujuan (1) jujur, yaitu mencapai kualitas valuasi yang lebih tinggi dari hampiran “ilmu keras”, (2) tidak jujur, yaitu manipulasi kesimpulan-valuasi.

Bias valuasi terwacana sebagai berikut. Terdapat info pra-penetapan nilai, seperti posisi blue chip di pasar modal atau Fortune 500, berita koran bernuansa skandal, laporan tahunan dan laporan CSR, suspensi (penghentian sementara) peredaran efek oleh otoritas PM, yang menghasilkan praduga bagi analis nilai. Terdapat bias kelembagaan, misalnya para periset ekuitas terfokus pada isu beli, bukan jual/lepas,berupaya menemukan efek tertetapkan under-valued. Terdapat info pra-penetapan nilai, seperti posisi blue chip di pasar modal atau Fortune 500, berita koran bernuansa skandal, laporan tahunan dan laporan CSR, suspensi peredaran efek oleh otoritas PM, yang menghasilkan praduga bagi analis nilai. Terdapat bias kelembagaan, misalnya para periset ekuitas terfokus pada isu beli, bukan jual/lepas,berupaya menemukan tertetapkan under-valued. Manifestasi bias tampak pada kesalahan bahan baku, tingkat keoptimisan asumsi (misalnya penurunan laba dan EPS karena penurunan harga jual dinilai sebagai tindakan strategis untuk memperbesar dominasi pasar, untuk sebuah emiten tergolong bluechip, bukan financial distress), revisi asumsi melihar perkembangan terakhir setelak valuasi, rekayasa nilai pra-merger atau pra-akuisisi. Memerangi bias valuasi dilakukan dengan (1) mengurangi tekanan hasil valuasi diharapkan, dari pemberi tugas valuasi dan harapan pasar, (2) memutus hubungan antara hasil-valuasi dengan imbalan/hukuman/konsekuensi hasil valuasi, (3) valuasi harus bebas dari komitmen, (4) lembaga atau petuga valuasi harus indipenden dan waspada, adalah pemuja kebenaran. Ketidak pastian valuasi adalah karena valuasi terjadi pada tanggal tertentu, ketidak pastian masa-depan dan probabilitas keterjadian faktor-faktor eksternal yang mendasar suatu valuasi, kesalahan mengonversi informasi eksternal menjadi input-kalkulasi-estimasi, ketidak-pastian kondisi internal entitas LK misalnya penggantian CEO, kondisi makro ekonomi, mata uang, sosial dan politik dimana entitas berada. Analis penaksir nilai memilih model yang paling

(13)

tepat untuk menyikapi ketidak pastian estimasi dalam konetks teori probabilitas, menyadari durasi waktu atau bingkai waktu yang berlaku bagi suatu nilai-tetapan.

Valuasi kreatif (creative valuation) setara creative accounting antara lain adalah melepas tanggung-jawab valuasi, dengan menggunakan bingkai asumsi tahun-tahun lalu, menggunakan asumsi kurs dan tingkat diskonto NPV yang digunakan pakarvaluasi yang lain yang ternama.

Teori Perbedaan Valuasi dan Evaluasi.

Unggahan berjudul Valuation or Evaluation - What's the difference?, pada https://wikidiff.com/valuation/evaluation menjelaskan sebagai berikut.

Valuasi bertujuan untuk menetapkan suatu ukuran atau nilai suatu obyek. Evaluasi adalah proses menilai segala-sesuatu yang telah ada, termasuk evaluasi terhadap hasil valuasi. Hasil proses valuasi di evaluasi untuk memperoleh informasi kualitas valuasi.

Teori Evaluasi dan Pengukuran.

Noell Ochieng ,2018, pada makalah berjudul What’s the difference between measurement and evaluation?, https://www.axiapr.com/blog/whats-the-difference-between-measurement-and-evaluation, menjelaskan berbagai hal sebagai berikut. Pengukuran adalah kegiatan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif untuk menentukan besar, jumlah dan tingkat. Evaluasi adalah proses penetapan nilai termasuk peringkat dari suatu hasil pengukuran. Evaluasi berbeda makna dengan istilah valuasi. Evaluasi dilakukan dengan sarana pengukuran atau tanpa sarana pengukuran atau hasil ukur.

Evaluasi menjadi lebih mantap, seringkali menjadi lebih mudah, apabila berhampiran pengukuran. Berbagai pengukuran berbasis penampakan fisik antara lain bentuk (volume, desain) , suhu, terang-gelap, warna, bau, cita-rasa, tak selalu mudah di ukur, misalnya ukuran kelezatan suatu makanan , ukuran kecantikan seorang wanita , ukuran kualitas sebuah novel. Berbagai dimensi nonfisik diukur secara fisik, misalnya kemuliaan hati diukur dengan berapa banyak amal dalam bentuk uang dan perbuatan. Perbuatan misalnya, berapa jam suatu perbuatan amal dilakukan. Pengukuran dapat berdimensi masa lalu dan masa yang akan datang, misalnya Laporan Arus Kas dengan Proyeksi Arus Kas.

Teori Observasi dan Evaluasi

International Coach Academy, 2021, Power Tool: Observation vs. Evaluation,

https://coachcampus.com/coach-portfolios/power-tools/sherry-huang-observation-vs-evaluation/ menjelaskan antara lain sebagai berikut.

Observasi adalah upaya memperoleh fakta melalui kegiatan/ proses mengamati secara dekat, secara terus menerus atau tidak terus menerus, segala hal yang dapat ditangkap pancaindra (mata, kulit, hidung, lidah, telinga) atau peralatan tertentu. Evaluasi/asesmen/penetapan/kesimpulan tentang besar, jumlah, atau nilai sesuatu . Nilai misalnya nyaman/tidak nyaman, benar/salah, melanggar/patuh, baik/buruk, berguna/tidak berguna dll. Membutuhkan kemampuan khusus untuk melakukan observasi tanpa bermuara pada penilaian.Observasi dan Evaluasi berisiko terdistorsi/terpolusi oleh kapasitas persepsi, sudut pandang, praduga, tendensi, dan asumsi juru-observasi.

(14)

Teori Audit dan Evaluasi

Makalah berjudul Audit vs. Evaluation, 2021, terunggah pada https://www.diffen.com/difference/Audit_vs_Evaluation, menjelaskan antara lain sebagai berikut.

Jenis audit bermacam-macam (internal/eksternal, keuangan/non-keuangan dstnya) , jenis evaluasi dua macam saja, yaitu formatif (evaluasi proses) dan sumatif (evaluasi hasil). Hasil evaluasi dibandingkan dengan sebuah tolok-ukur untuk mencapai kesimpulan.Metode audit sesuai jenis dan tujuan audit, pada umumnya mencakupi maksud/tujuan audit, hampiran audit terpilih, bukti audit, program audit dan berbagai dimensi lain, misalnya indipendensi dan integritas auditor), metode evaluasi mencakupi pemodelan-ilmiah-eksperimental, model berorientasi manajemen dan sistem, model kualitatif/antropologis, model hampiran partisipasi. Kesamaan audit dan evaluasi adalah kedua-duanya mempunyai seperangkat kaidah, standar, protokol baku berterima umum.

Teori Appraisal dan Valuasi

Makalah berjudul Valuation vs Appraisal - What's the difference?, dari sumber https://wikidiff.com/valuation/appraisal, menjelaskan antara lain sebagai berikut.

Valuasi mencakupi kegiatan penetapan tujuan valuasi, penetapan tolok-ukur atau standar nilai, menentukan dasar dari nilai,menentukan premis nilai, menelaah kinerja masa lalu entitas atau aset tertentu, memperkirakan lingkungan bisnis masa-depan, membuat daftar berbagai hampiran/teknik valuasi yang mungkin diterapkan untuk subyek/obyek tersebut, menetapkan metode seleksi hampiran/teknik valuasi, melakukan pilihan hampiran/teknik valuasi, menerapkan hukum probabilitas dan nilai-waktu dari uang (time value of money) cq tarif diskonto berbagai proyeksi, melakukan kalkulasi dalam berbagai versi probabilitas keterjadian, membuat analisis berbagai hampiran, berbagai asumsi, berbagai kalkulasi dan mengambil kesimpulan akan nilai.

Sebuah appraisal adalah sebuah metode baku untuk valuasi properti, benda seni dan lain-lain berbentuk estimasi harga, untuk berbagai keperluan seperti perpajakan, warisan, penggabungan usaha, jual-beli, atau untuk industri asuransi, yang dilakukan sesorang penilai profesional bersertifikat pada suatu yuridiksi tertentu. Salah satu metode appraisal adalah pembandingan-rational-current- market-value obyek serupa, misalnya transaksi jual-beli terkini antar pihak indipenden akan tanah-tanah disekitar tanah yang dinilai.

Teori Appraisal dan Evaluasi.

Penjelasan dalam makalah Appraisal vs Evaluation - What's the difference?, via https://wikidiff.com/appraisal/evaluation, adalah sebagai berikut.Appraisal adalah keputusan formal atau penetapan nilai tentang sesuatu , sedang evaluasi adalah suatu proses sebelum pengambilan suatu keputusan tertentu.Sebagai contoh, untuk bidang pertanahan, makalah berjudul An Appraisal Versus an Evaluation, terunggah via https://landvaluesolutions.com/2019/08/20/an-appraisal-versus-an-evaluation/, menjelaskan bahwa appraisal meminta analisis kemungkinan penggunaan yang terbaik pada suatu bingkai waktu tertentu yang disajikan berbentuk Laporan Apraisal atau Laporan Apraisal Terbatas , tak selalu di minta pada proses evaluasi. The Uniform Standards of Professional Appraisal Practice (USPAP) meminta apraisal harus kredibel (layak dipercaya), sedang The Interagency

(15)

Appraisal and Evaluation Guidelines (IGs) meminta evaluasi harus andal (reliable) tanpa suatu penjelasan/definisi.

Teori Estimasi Terbaik (Best Estimate Theory)

Istilah estimasi terbaik muncul pada standar PSTP. Beberapa lembaga, misalnya PBB, membuat panduan estimasi terbaik sendiri. Estimasi akuntansi mungkin berdampak pada penurunan nilai aset atau liabilitas. Estimasi terbaik adalah tentang (1) maslahat keekonomian masa depan aset (future economic benefit), (2) nilai kini pelunasan kewajiban di masa-depan (present value of future settlement), dan (3) nilai wajar ekuitas tanggal pelaporan, berdasar pilihan metode estimasi paling tepat, dilakukan oleh SDM internal/eksternal nan kompeten. Estimasi akuntansi terbaik (1) menggunakan informasi terbaik yang tersedia, (2) estimasi tidak bias, (3) estimasi konservatif, (4) estimasi menggunkan hampiran jamak, (5) mempertimbangkan biaya, waktu dan nilai (value) hasil estimasi cq kontribusi kepada kualitas LK. Terkait estimasi terbaik, pengukuran provisi untuk kewajiban estimasian mencakupi berbagai faktor , antara lain berupa pertimbangan entitas, misalnya jadwal selesai, tim kerja, metode kerja, pengalaman manajemen transaksi penimbul utang yang serupa, kasus serupa masa lalu, informasi provisi pada berbagai LK auditan industri sejenis terutama pesaing,laporan akhli independen, pendapat pakar, bukti-bukti sebagai basis kewajiban pasti estimasian terprovisi. Input terbaik tersedia berkarakteristik informasi relevan sebagai basis estimasi, mutahir, lengkap dan tepat, bukti tambahan peristiwa setelah tanggal neraca (PSTN), misalnya keputusan pengadilan, berbagai metode statistik untuk estimasi provisi, berbagai metode nilai-ekpektasian (expected value), nilai waktu dari uang (time value of

money) . Estimasi terbaik adalah jumlah diperkirakan dibayar (ekuivalen) pada tanggal

neraca. Pembayaran setelah tanggal neraca di nilai-kini-kan (di NPV kan) ke tanggal neraca. Pengukuran nilai kini suatu utang dibayar di masa depan nan jauh bila dilihat dari pada tanggal neraca, menggunakan nilai kini dari uang (time value of money) pada umumnya, net

present value atau discounted cashflow pada khususnya . Kewajiban Estimasian di

nilai-kini-kan ke tanggal Laporan Neraca, dengan tingkat diskonto sebelum pajak. Pilihan besar diskonto hendaknya mencerminkan harga pasar dari time value of money, misalnya tarif Jibor, Libor, Sibor. Berbagai perangkat lunak, misalnya perangkat arus-kas-terdikonto, Sebagai tambahan, dapat digunakan berbagai metode lain seperti IRR, periode pulangan (payback period), analisis kepekaan (sensitivity analysis), CAPM , WACC sepanjang relevan. Berbagai estimasi membutuhkan hampiran analisis kepekaan (sensitivity analysis) berbasis beberapa skenario, misalnya (1)pasti, kemungkinan besar, mungkin dan tak mungkin terjadi, (2 pembobotan (weighted) penting/pengaruh berbagai variabel/faktor input. Estimasi provisi suatu utang mungkin menggunakan gabungan beberapa metode estimasi, disimpulkan sebagai retata tertimbang (weighted average) berbagai hasil estimasi. Estimasi ulang berkala pada setiap tanggal neraca atau estimasi ulang dadakan (untuk suatu provisi dengan jumlah amat besar di neraca) menghasilkan perubahan estimasi akuntansi dipertanggungjawabkan secara prospektif dalam LK, dampak perubahan estimasi termaktub/teranyam/terbias pada periode estimasi-ulang dilakukan.

Tujuan Akuntansi Penurunan Nilai

Makalah terunggah berjudul The purpose of the impairment test and How the existence of goodwill will affect the impairment test, via https://www.academicscope.com/the-purpose-of-the-impairment-test-and-how-the-existence-of-goodwill-will-affect-the-impairment-test/ menjelaskan bahwa akuntansi penurunan nilai bertugas memastikan bahwa unsur aset di neraca tak tersaji berlebihan tingginya, yang berisiko menyebabkan entitas LK

(16)

mati-mendadak (sudden death) karena tampil seolah olah dalam kondisi sehat-kuat. Penurunan nilai menggambarkan salah-beli, beli denganharga terlampau tinggi, akan menggambarkan kemampuan manajemen yang sejati dalam meraih laba (ROA) setelah aset turun-nilai, akan memperbaiki ROE, sebuah program buang-lemak / perampingan-tubuh tahunan versi IFRS. GAAP menggunakan akuntansi-penurunan-nilai dua-tahap di awali proyeksi arus kas diskontoan, sedang IFRS menggunakan akntasi-turun-nilai satu tahap asaja, yaitu nilai pulihan (recoverable amount) dengan hasil-perhitungan yang berbeda.

Bagi penyusun standar, penurunan nilai merupakan bagian dari penyajian LK berbasis azas kehati-hatian-akuntansi (conservatism) umumnya, perlindungan publik cq investor khususnya, dan batu-ujian kesinambungan-usaha ( going concern) umumnya, penghindaran mati-mendadak (sudden death) atau kepailitan. Diluar kemestian SAK Penurunan Nilai, penurunan nilai adalah sebuah hampiran/sarana earning-management umumnya, income

smoothing, big bath dan reorganisasi lain khususnya.

Teori Penurunan Nilai Aset Era Normal dan Era Pandemi

Makalah Steve Hills and David Lindstrom,2020, berjudul Is COVID-19 a Triggering Event for Impairment Testing?, terunggah via https://www.cfo.com/accounting/2020/04/is-covid-19-a-triggering-event-for-impairment-testing/, merupakan dasar pikiran pemakalah di bawah ini.

Pertama, Akuntansi Penurunan Nilai Aset era Normal.

Benang merah berbagai standar akuntansi keuangan sektor privat dan publik mengatur akuntansi penurunan nilai aset menunjukkan bahwa selisih antara jumlah pulangan di harapkan (expected recoverable amount) atau nilai pasar aset, ditambah hasil neto-penjualan aset-paska-susutan yang lebih rendah dibanding nilai tercatat (book value, carrying value), diakui sebagai penurunan nilai aset dan diperhitungkan pada laba/rugi tahun berjalan.

Kedua, Akuntansi Penurunan Aset era Pandemi.

Sebelum melakukan pengujian penurunan-nilai aset, akuntan dan auditor LK era pandemi mempertanyakan lebih dahulu apakah kondisi going concern masih berlaku bagi entitas tersebut. Bila tidak, entitas memasuki akuntansi likuidasi berbasis kepailitan.

Akuntansi nilai wajar era pandemi menjadi asesmen nilai wajar dikurangi biaya pelepasan aset era-pandemi . Biaya pelepasan era pandemi jauh lebih tinggi dibanding biaya pelepasan kondisi normal. Penurunan nilai aset maksimum (bermakna hapus buku atau write off) bagi entitas dengan jenis usaha yang ditutup oleh pemerintah, karena tidak tahu kapan dizinkan beroperasi kembali. Harga jual produk/jasa utama menurun karena permintaan menurun akibat jumlah pembeli dan daya beli masyarakat turun. Daya beli masyarakat menurun karena tidak bekerja sehingga tidak berpenghasilan. Harga jual menurun menyebabkan laba menurun, EPS menurun , menyebabkan harga saham entitas emiten menurun dahsyat.

Pembatasan kemampuan untuk produksi dan layanan-jasa karena rantai-pasok tidak, gangguan aliran input cq bahan baku utama, gangguan aliran output ke pasar / konsumen, usage capacity menurun signifikan, lockdown dan social distancing menyebabkan pabrik padat karya tak dapat berproduksi/beroperasi, proses produksi/layanan terhambat aturan keselamatan dan sarana proteksi-diri, proses produksi/layanan lebih sulit dan lambat, efektivitas & efisiensi entitas menurun dahsyat.

(17)

Masa depan era pandemi diperkirakan oleh tiap entitas berdasar berbagai ramalan bernuansa futuristis, mempertimbangkan dampak kebijakan pemerintahan dan internasional dalam menghalangi penyeberan virus, biaya kehidupan dan biaya operasi entitas meningkat, keunggulan/kompetensi khusus setiap perusahaan berisiko tak berlaku lagi pada era pandemi. Ramalan apapun mempunyai derajat ketidak pastian amat tinggi sebagai dasar scenario

planning (best-case, neutral & worse scenario planning) atau “if-then” planning.

Masa depan dunia pada era pandemi tak menentu, ramalan tentang masa depan makin berdurasi pendek. Para pengusaha melakukan restrukturisasi sebelum memilih menutup usaha. Restrukturisasi entitas pada era pandemi dilakukan secara radikal berbasis skenario tata kehidupan baru, bukan mengubah strategi, sistem dan prosedur kerja, namun melupakannya dan membuat strategi & sistem yang baru sama-sekali, terlepas dari maa lalu, anggaran strategis berdasar zero-based budgeting yaitu anggaran membuat perusahaan baru. Hal ini berlaku pula pada entitas sektor publik cq entitas kepemerintahan, misalnya Kabinet meneliti ulang tupoksi kementerian dan lembaga dan menemukan berbagai tupoksi tak mungkin dilakukan pada era pandemi, sebagian tupoksi ber tiwikrama menjadi tupoksi baru, mirip, setara atau tidak setara tupoksi lama, sebagian tupoksi tetap dapat dilakukan dengan berbagai tata-cara-kerja nan-baru berbasis social distancing dan protikol lain. Rapat kabinet juga membentuk jenis tupoksi baru bagi tiap kementerian atau lembaga, suatu tupoksi yang belum pernah ada pada sejarah kepemerintahan sebelumnya. Scenario planning (if-then RAPBN) tergantung ramalan tentang sebah opsi RAPBN yang paling mungkin, di sahkan DPR menjadi APBN dan setiap saat menjadi APBNP sesuai perubahan kondisi nan-turbulen. Berbagai Standar Akuntansi Penurunan Nilai

Pertama, GASB AS berpendapat akuntansi penurunan nilai paling sesuai untuk berbagai aset yang di catat pada nilai historis, akuntansi harus berbasis bukti teknologi-ketinggalam-zaman, perubahan pola penggunaan aset yang menyebabkan penurunan dahsyat nilai-buku dan umur-ekonomis aset-modal (capital assets), rencana pemugaran gedung-pemerintahan. Hampiran ekpektasi kas lebih cocok untuk entitas komersial non-pemerintahan. Pada pemerintahan, kelompok aset penghasil kas relatif lebih sedikit dibanding aset-bukan- penghasil kas, sehingga akuntansi penurunan nilai aset-bukan-penghasil-kas lebih penting.. GASB sepakat bahwa akuntansi penurunan nilai terfokus pada penurunan-nilai bersifat permanen, terutama karena perubahan peraturan pemerintah. Kedua, IPSAS 21 diterapkan bagi aset-bukan-penghasil-kas, diluar aset timbul dari kontrak-konstruksi IPSAS 11, persediaan IPSAS 12, aset keuang yang diarur IPSAS 29, investasi properti pada nilai-wajar versi IPSAS 16, properti-bukan-penghasil-kas versi IPSAS 17 dan penurunan nilai aset-lain yang diatur pada berbagai IPSAS lain. Rugi penurunan nilai (impairment loss) terjadi apabila nilai terbawa lebih besar dari jumlah layanan publik diperoleh (recoverable service amount), diakui langsung dalam surplus/defisit. Setelah pengakuan rugi-penurunan-nilai, beban penyusutan aset-turun-nilai tersebut dihitung berdasar (1) nilai buku/terbawa yang baru, (2) sisa umur sosial, (3) nilai residu paska penyusutan. Jumlah perolehan layanan (recoverable service

amount) dihitung dari nilai wajar aset dikurangi biaya pelepasan (costs to sell) dan

nilai-dalam-penggunaan (value in use) nya. Nilai-nilai-dalam-penggunaan (value in use) adalah kenyataan-hasil berbentuk nilai-kini arus-kas-neto yang dihasilkan karena penggunaan aset tersebut oleh pemilik aset. Pada hampiran biaya penggantian terdepresiasi (depreciated

replacement cost approach), nilai kini sisa-potensi-layanan aset di depresiasi untuk

(18)

reproduksi/replikasi asset tersebut untuk menggambarkan potensi layanan bruto ( gross

service potential). (a) Pada hampiran biaya ganti terdepresiasi (depreciated replacement cost) di ukur sebagai biaya reproduksi atau biaya penggantian (reproduction or replacement cost) dari aset, yang mana yang lebih rendah, dikurangi akumulasi-penyusutan yang

terkalkulasi berdasar biaya penggantian itu, untuk menggambarkan bagian terkonsumsi atau potensi-layanan-telah-digunakan atas aset tersebut. (b) Pada hampiran biaya pemugaran (restoration cost approach), nilai kini sisa-potensi-layanan aset ditentukan dengan mengurangkan estimasi-biaya-pemugaran dari biaya-kini-potensi-layanan aset-pra penurunan nilai, yang ditentukan berdasar biaya reproduksi atau penggantian yang mana yang lebih rendah (determined as the depreciated reproduction or replacement cost of the asset

whichever is lower). (c) Pada hampiran unit-unit layanan (service units approach), nilai kini

sisa-potensi-layanan ditentukan dengan mengurangkan biaya-kini sisa-potensi-layanan aset pra-penurunan-nilai dengan jumlah penurunan layanan pada posisi turun-nilai. Serupa dengan hampiran-pemugaran, biaya-penggantian potensi-layanan aset pra-penurunan-nilai biasanya ditentukan sebagai biaya-reproduksi/penggantian-terdepresiasi, yang mana yang lebih rendah (the current cost of replacing the remaining service potential of the asset before impairment

is usually determined as the depreciated reproduction or replacement cost of the asset before impairment, whichever is lower) . Ketiga, IPSAS 26 Penurunan Nilai Aset Penghasil Kas

adalah derivasi IAS 36 tentang Penurunan Nilai Aset, dengan beberapa perubahan karena IPAS 26 hanya untuk aset penghasil kas. IPSAS 26 tentang penurunan-nilai aset-penghasil-kas mengatur sumber informasi penurunan nilai aset dari luar (yaitu informasi penurunan signifikan nilai pasar (market value), perubahan pasar, permintaan, teknologi dan hukum, perubahan tarif pasar atas bunga dan pulangan investasi) dan dari dalam entitas (yaitu informasi/bukti aset rusak, ketinggalan zaman, perubahan strategi manajemen menyebabkan perubahan pola penggunaan aset misalnya penghentian penggunaan dan direncanakan dilepas, keputusan manajemen menghentikan KDP (konstruksi-dalam-pengerjaan), kinerja ekonomi aset tersebut memburuk). Penurunan nilai aset dapat disebabkan perolehan aset lebih tinggi dari harga-wajar perolehan (mark up), realisasi anggaran pemeliharaan ternyata di atas APBN pemeliharaan, hasil bersih komersialisasi aset tersebut lebih rendah dari target hasil, peningkatan besar defisit arus kas dan anggaran kerugian atas pendayagunaan aset tersebut. Keempat, Pada tataran akuntansi komersial, IAS 39 menyatakan, penurunan nilai muncul dari berbagai peristiwa menyebabkan kerugian (incured loss event), ekspektasi dampak kerugian kemungkinan kejadian kerugian di masa depan bukan dasar akuntansi penurunan nilai. Penurunan-nilai aset-keuangan merupakan topik penting IFRS 9, terjadi tatkala nilai-terbawa lebih besar dari nilai-kini-arus-kas-diskontoan pada tarif-bunga-efektif-semula (original efective interest rate). Instrumen-keuangan pada nilai-wajar-melalui-laba-rugi tak berkaitan dengan teori penurunan-nilai aset keuangan. Masalah penurunan-nilai-aset-keuangan terkait pada instrumen-penurunan-nilai-aset-keuangan yang terbawa pada biaya-teramortisasi atau tersedia-untuk-dijual, dimana perubahan nilai-wajar diakui pada OCI. Entitas wajib melakukan telaah kemungkinan penurunan-nilai tiap tanggal neraca, mengukur dan melaporkan kerugian-penurunan tersebut pada tanggal neeraca, sesuai IAS 39 paragraf 58. Berbagai peristiwa penyebab kerugian-penurunan-nilai adalah (1) kesulitan keuangan penerbit atau obligor, (2) pelanggaran kontrak, (3) pemberi pinjaman mengikat diri kepada kesulitan-keuangan penerima pinjaman, (4) kemungkinan besar peminjam pailit atau melakukan reorganisasi-keuangan, (5) lenyapnya pasar aktif instrumen-tersebut, aset-keuangan beralih-rupa menjadi masalah-aset-keuangan, (6) penurunan secara bertahap kemampuan arus-kas serumpun atau sebuah jenis aset-keuangan, ditandai penundaan-realisasi-pembayaran, berlatar-belakang kondisi perekonomian memburuk sesuai IAS 39 paragraf 59. Penurunan nilai-wajar dibawah biaya atau biaya-teramortisasi dan hilangnya pasar-aktif instrumen tersebut, bukan bukti penurunan nilai, sesuai IAS 39 paragraf 60.

(19)

Teori ECL versi Baru

IFRS 9 memperkenalkan expected credit loss (ECL) versi baru, memperluas kebutuhan informasi penentu ekspektasi penurunan nilai, yaitu ekpektasi kejadian masa depan, menyebabkan perbesaran pengakuan penurunan nilai lebih besar dan luas. Terdapat dua hampiran ECL, yang pertama adalah hampiran umum mencakupi konsep baru tentang tiga tahapan, yaitu kenaikan risiko kredit signifikan, estimasi ECL dalam 12 bulan, dan epektasi kerugian sepanjang umur kredit, yang kedua adalah izin penggunaan hampiran yang lebih sederhana untuk piutang, aset kontrakan dan tagihan sewa. Terdapat dua hampiran ECL, yang pertama adalah hampiran umum mencakupi konsep baru tentang tiga tahapan, yaitu kenaikan risiko kredit signifikan, estimasi ECL dalam 12 bulan, dan epektasi kerugian sepanjang umur kredit, yang kedua adalah izin penggunaan hampiran yang lebih sederhana untuk piutang, aset kontrakan, piutang kontrak finance lease dan piutang kontrak operating lease.

Di AS, turun nilai sekuritas pasar modal antara lain disebabkan perubahan suku bunga dan/atau bila tukar. FASB FAS 115 mengklasifikasi sekuritas menjadi tiga rumpun, yaitu ditahan-sampai-tanggal-jatuh-tempo (held-to-maturity), diperdagangkan (trading, dan

available-for-sale. Penurunan nilai bukan temporer dan bukan karena pelepasan dini

sekuritas AFS atau HTM di bawah amortized-cost, maka cost basis untuk sekuritas individual harus di turun-nilaikan kepada fair value sebagai new cost basis sekuritas tersebut, jumlah turun-nilai (write down) direalisasi dalam earnings sebagai kerugian realisasian. New cost

basis tak boleh diubah pada kondisi harga-pasar sekuritas tersebut pulih kembali sampai

realisasi pelepasannya berikut realisasi keuntungan pelepasan. Pada US GAAP, model kerugian kredit ekspektasian kini (current expected credit losses model atau CECL) diterapkan bagi sebagian besar instrumen-keuangan yang terukur pada biaya-teramortisasi (amortized cost) termasuk sekuritas utang terklasifrikasi sebagai dipegang-sampai-jatuh-tempo (HTM), piutang pinjaman (loan receivables), piutang warkat (notes receivables), piutang dagang, aset kontarakan dibawah ASC 606, berbagai piutang sewa-guna-usaha atau sewa (lease receivables) dan lain-lain, tak berlaku bagi investasi yang dipertanggung-jawabkan dengan metode-ekuitas, pinjaman dipegang untuk di jual (loans held for sale), piutang di antara entitas dalam pengendalian bersama, dan lain lain. CECL mewajibkan entitas mempertimbangkan seluruh jenis kemungkinan kerugian sepanjang umur aset tersebut, menyebabkan CKK (cadangan kergian kredit) selalu berubah mengikuti perubahan situasi dan kondisi. Tujuan model CECL adalah penyajian jumlah bersih yang dapat ditagih pada neraca berbasis cadangan kerugian kredit (allowance for credit losses) ketimbang sekadar akuntansi kerugian suatu estimasi-jadi-kenyataan.

Teori seluruh jenis kemungkinan tersebut mencakupi kondisi lalu, kondisi sekarang dan kondisi yang akan datang intrumen tersebut. Agar praktis, entitas dapat mengelompokkan instrumen-keuangan apabila mungkin. ASC 326 mewajibkan entitas (1) menggunakan semua informasi yang dimiliki atau diperoleh tanpa upaya & biaya, tak perlu berupaya apalagi dengan biaya untuk memperoleh informasi tertentu, (2) mengambil hikmah terhadap sejarah kerugian historis masa lalu, (3) mempertimbangkan fitur dari aset seperti opsi-bayar-dimuka, opsi perpanjangan kontrak, opsi pembaharuan berbagai klausula kontrak. Cadangan untuk kerugian kredit di akui sebagai lawan-aset (contra assets) dan sebagai pengurang pendapatan pada laporan laba/rugi, harus diukur, dinilai dan ditetapkan ulang pada tiap tanggal LK, sehingga pembukuan cadangan dan kerugian tersebut dapat batal pada lingkungan yang akan datang. ASC 326 menganut konsep nan-ringkih, tak menggunakan azas derajat kemungkinan-terjadi (yaitu sure, probable, possible, remote & impossible) sehingga semua

Referensi

Dokumen terkait

Varibel utama yang dikaji se- bagai data penelitian adalah variabel endogen kapasitas pembudidaya ikan dalam pengelolaan usaha (Y1), meliputi kapasitas dalam mengelola

Namun, terlepas dari kondisi ketersediaan bahan baku yang menurun pada saat ini, fluktuasi dan diskontinu kegiatan usaha merupakan karak- teristik yang spesifik dari jenis usaha

Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan anak selaku siswa dalam kegiatan di sekolah yaitu aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, dalam kegiatan ini yang paling

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Dalam Siklus Pembeliaan Dan Siklus Penjualan

dan pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dalam usaha penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan perumahan dan permukiman guna meningkatkan

Bobot ginjal untuk perlakuan ransum yang terkontaminasi kedua fungi pada tingkat 100% dari ransum menunjukkan bobot yang lebih tinggi dibandingkan kontrol.. Bobot limfa

Berdasarkan hasil penelitian hanya empat elemen yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian dari Sembilan elemen dalam Saxena (1990), yaitu elemen kendala utama, elemen

Dengan adanya analisis kestabilan lereng, diharapkan memberikan rekomendasi dalam pembuatan desain lereng akhir umur tambang yang tepat untuk menunjang proses