• Tidak ada hasil yang ditemukan

GEDUNG RAWAT INAP RS.PURI INDAH DI JAKARTA BARAT DENGAN PENDEKATAN DESAIN HEMAT ENERGI LISTRIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GEDUNG RAWAT INAP RS.PURI INDAH DI JAKARTA BARAT DENGAN PENDEKATAN DESAIN HEMAT ENERGI LISTRIK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

GEDUNG RAWAT INAP RS.PURI INDAH DI

JAKARTA BARAT DENGAN

PENDEKATAN DESAIN HEMAT ENERGI

LISTRIK

Sutjiati, Christina A., Indartoyo.Ir., MT.

Jurusan Arsitektur Binus University

Jalan. KH Syahdan No 9 Palmerah - Jakarta Barat, 021 5543287, [email protected]

Wizaka Wiyantara

S.T., M.Arch

Jurusan Arsitektur Binus University

Jalan. KH Syahdan No 9 Palmerah - Jakarta Barat, 021 5345830

ABSTRACT

Development of the Business Distric new Cental region in West Jakarta is one of the government's policy in Jakarta Spatial Plan, residential development project in the form of apartments, hotels and condominiums, along with an office area will encourage the growth of population in the region. Health care facilities, in this hospital is a facility that needs to be owned by a region in an effort to improve community health status, in addition to the need for hospital beds in Jakarta are still very high, where the number of hospital beds that are available today are still very slightly compared with the population in this region. Inpatien Puri Indah Hospital design is intended to provide community needs for health care facilities will in-patient facilities, in accordance with government policy. Global warming problem that arises in this modern era, is one of the effects of environmental damage, to meet the needs of human life. Thermal comfort is one important aspect in the design of inpatient rooms to support the patient's recovery. The high electrical energy usage for operational support, particularly for air conditioning a concern in designing the building of a hospital inpatient, which as it is known to provide services 24 hours non-stop and the use of electrical energy to support its operations.

Keywords: Sustainable Architecture, Efficient Electricity Energy, Inpatient.

ABSTRAK

Pengembangan kawasan Cental Bussines Distric baru di Jakarta Barat merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta, proyek pembangunan kawasan hunian berupa apartemen, hotel dan condominium , beserta kawasan perkantoran akan mendorong pertumbuhan jumlah penduduk di wilayah ini. Sarana pelayanan kesehatan, dalam hal ini Rumah Sakit merupakan fasilitas

(2)

yang perlu dimiliki oleh suatu kawasan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, disamping itu kebutuhan akan tempat tidur rumah sakit di Jakarta masih sangat tinggi, dimana jumlah tempat tidur rumah sakit yang tersedia saat ini masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk di wilayah ini. Perancangan Gedung Rawat Inap RS.Puri Indah ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana pelayanan kesehatan akan fasilitas rawat inap, sesuai dengan kebijakan pemerintah. Masalah pemanasan global yang timbul di era modern ini, adalah salah satu dampak yang timbul dari rusaknya lingkungan hidup, untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kenyamanan thermal merupakan salah satu aspek yang penting dalam perancangan kamar rawat inap untuk menunjang kesembuhan pasien. Tingginya penggunaan energi listrik untuk menunjang operasional, khususnya untuk pendingin udara menjadi perhatian dalam merancang gedung rawat inap sebuah rumah sakit, yang sebagaimana diketahui memberikan pelayanan 24jam non-stop dan menggunakan energi listrik yang besar untuk menunjang operasionalnya.

Kata Kunci: Arsitektur Berkelanjutan, Hemat Energi Listrik, Rawat Inap.

PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pertambahan jumlah penduduk Indonesia khususnya wilayah DKI Jakarta dan perkembangan aktifitas manusia mendorong pembangunan fisik kota sebagai dampak yang timbul untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia akan tempat tinggal, berupa pembangunan kawasan hunian, perkantoran beserta infrastrukturnya. Kebutuhan rumah sakit berdasarkan Pemenuhan Rasio Fasilitas Kesehatan dan Populasi, untuk melihat kecukupan sarana yang tersedia di masyarakat seperti rasio antara tempat tidur rumah sakit dan populasi. Wilayah Jakarta Barat menurut sensus penduduk tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebanyak ± 2.278.825 jiwa, dimana menurut Rasio WHO antara tempat tidur rumah sakit dan populasi adalah 1 : 500 sehingga untuk wilayah Jakarta Barat harus mempunyai 4.558 tempat tidur rumah sakit. Saat ini dari rumah sakit-rumah sakit yang ada di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat baru tersedia sekitar ± 2529 tempat tidur sehingga kebutuhan akan fasilitas tempat tidur rumah sakit di Jakarta Barat masih sangat tinggi, mencapai ± 2029 tempat tidur, ditambah dengan terbatas nya jumlah fasilitas rawat inap bagi golongan masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah.

Laju pertumbuhan penduduk menjadi factor yang mempengaruhi kepadatan penduduk DKI Jakarta. Hasil sensus penduduk tahun.2010 menujukan jakarta barat memiliki laju pertumbuhan penduduk tertinggi ke2 setelah kepulauan seribu, Sehingga perencanaan pembangunan kota perlu diperhatikan untuk mencegah dampak buruk bagi lingkungan yang mungkin timbul akibat meningkatnya jumlah penduduk, dalam hal ini khususnya adalah Kota Administrasi Jakarta Barat.

Perancangan kawasan Central Bussines District St.Moritz diperkirakan akan mempercepat peningkatan kepadatan penduduk di Jakarta Barat dengan adanya pembangunan kawasan hunian berupa 2.600 unit apartemen dan condominium, sehingga sarana pelayanan kesehatan, dalam hal ini rumah sakit telah menjadi bagian penting dalam perancangan kawasan ini, untuk melayani kebutuhan kesehatan penghuni kawasan, dan masyarakat disekitar kawasan pada umumnya.

Perancangan sebuah bangunan yang hemat energi merupakan salah satu aspek dalam mewujudkan arsitektur berkelanjutan, menurut Ken Yeang (2006) “Ecological design, is bioclimatic design, design with the climate of the locality, and low energy design.” yang menekankan perancangan pasif yang berbasis pada integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak, program bangunan, konsep design dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunan energi yang rendah. Perancangan pasif menekankan pada kondisi iklim setempat, dengan mempertimbangkan: Konfigurasi bentuk bangunan dan perencanaan tapak, Orientasi bentuk bangunan (fasad utama dan bukaan), Desain fasade (termasuk jendela, lokasi, ukuran dan detail), Perangkat penahan radiasi matahari (misalkan sunshading pada fasad dan jendela), Perangkat pasif siang hari, Warna dan bentuk selubung bangunan, Tanaman vertikal, serta Angin dan ventilasi alami.

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit beserta fasilitas penunjang yang berwawasan arsitektur berkelanjutan merupakan salah satu upaya untuk menjawab tantangan dunia mengenai Pemanasan Global. Penggunaan energi listrik menjadi masalah penting untuk menunjang kebutuhan operasional sebuah rumah sakit, baik untuk penerangan buatan dan pendingin udara sebuah gedung rawat inap. Kebutuhan akan pendingin udara (AC) berkaitan dengan kenyamanan thermal bagi kesembuhan pasien dan mengacu pada persyaratan

(3)

mengenai suhu udara dan kelembaban unit perawatan. Sehingga diharapkan dengan strategi perancangan yang diterapkan dalam desain, dapat memodifikasi kondisi termal luar yang tidak nyaman menjadi kondisi termal ruang yang nyaman, serta mampu menunjang kenyamanan visual (penerangan) tanpa banyak mengonsumsi energi listrik.

METODE PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan di lapangan untuk memperoleh gambaran secara langsung beberapa rawat inap rumah sakit yang terdapat di Jakarta, meliputi bentuk ruang dan fasilitas yang tersedia pada kamar perawatan tersebut. Data lain mengenai kamar perawatan dan fasilitas yang berhubungan dengan kenyamanan thermal dan penghematan energi listrik juga diperoleh melalui buku dan jurnal. Data yang diperoleh kemudian di analisa dengan membandingkan proyek serupa untuk memperoleh kesimpulan yang dapat digunakan dalam perancangan. Perancangan yang dilakukan, diuji menggunakan bantuan software ecotect dan google sketch-up untuk mendukung perancangan.

HASIL DAN BAHASAN

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap beberapa kamar perawatan rumah sakit yang ada, dan dibuat dalam bentuk tabel perbandingan, dapat dilihat bahwa perancangan tersebut telah memperhatikan aspek terkait penghematan energi listrik melalui perancangan pasif yang memperhatikan kondisi iklim setempat, dengan mempertimbangkan: Konfigurasi bentuk bangunan dan perencanaan tapak, Orientasi bentuk bangunan (fasad utama dan bukaan), Desain fasade (termasuk jendela, lokasi, ukuran dan detail), Perangkat penahan radiasi matahari (misalkan sunshading pada fasad dan jendela), Perangkat pasif siang hari, Warna dan bentuk selubung bangunan, Tanaman vertikal, serta Angin dan ventilasi alami.

(4)
(5)
(6)

Tabel 1 Tabel Perbandingan Rumah Sakit

Perancangan dengan penerapan konsep arsitektur hemat energi, dan menekankan pada pemanfaatan potensi alam, dengan penghawaan dan pencahayaan alami, serta penggunaan vertical garden sebagai penahan radiasi sinar matahari. Dari seluruh rumah sakit tersebut, bentuk massa bangunan umumnya berbentuk pipih memanjang dengan, koridor double loadaed. Perancangan kamar rawat inap kelas III, umumya berjumlah 6bed/kamar dengan pola linear.

Konsep Perancangan

Perancangan yang mengangkat konsep hemat energi listrik merupakan salah satu upaya dalam penerapan arsitektur berkelanjutan. Konsep ini sangat tepat diaplikasikan pada bangunan, khususnya bagi Gedung Rawat Inap Rumah Sakit yang merupakan pelayanan kesehatan yang beroperasi 24jam non-stop.

Pengguna menjadi aspek penting yang diperhatikan dalam perancangan, yang menentukan keseluruhan konsep perancangan bangunan, namun tetap mengacu pada penghematan energi listrik, khususnya untuk penghawaan dan pencahayaan.

1. Pintu Masuk

Pintu masuk diletakan di sebelah utara dan selatan tapak, dengan pertimbangan kondisi lalulintas kendaraan, dimana utara dan selatan tapak merupakan akses jalan utama yang sering dilalui kendaraan, Pintu masuk diletakan di tempat yang mudah terlihat, mudah diakses dan tidak menggangu sirkulasi kendaraan lainnya.

(7)

Terdapat 2 pintu masuk dari utara dan selatan tapak yang bertujuan untuk memudahkan akses pencapaian, serta dapat digunakan sebagai jalur evakuasi bila terjadi keadaan darurat.

Side enterance diletakan di sebelah barat, dengan pertimbangan posisi side enterance jauh dari massa bangunan rawat inap serta berada dekat dengan area service yang memerlukan akses tersendiri untuk loading barang maupun sampah.

2. Zoning Horisontal Bangunan

Gambar 2 Konsep Zoning Horisontal

3. Orientasi massa bangunan

Orientasi massa bangunan mengarah ke selatan tapak, untuk memudahkan akses penghubung dengan bangunan rumah sakit, yang cenderung mengarah ke selatan tapak.

4. Gubahan Massa

Bentuk massa Bangunan berbentuk Pipih Memanjang, dengan Orientasi Bukaan massa bangunan ke arah Utara dan selatan sesuai dengan konsep pencahayaan dan penghawaan alami serta, konsep bangunan Rawat Inap yang efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan pada pasien (pasien safety) dengan bentuk pipih memanjang dan koridor double loadaed.

5. Taman

Taman selain berfungsi sebagai penghijauan kawasan, berfungsi pula untuk mencegah pemantulan radiasi panas matahari pada material keras, yang dapat memanaskan bangunan.

6. Parkir

Perletakan parkitr di atas tapak dengan jumlah terbatas, dimaksudkan untuk memberi kemudahan bagi pengunjung yang ingin parkir hanya sebentar, parkir utama terletak di basement agar tampak keseluruhan bangunan tidak terganggu oleh lahan parkir yang mendominasi tapak.

7. Konsep Sirkulasi Horizontal

Sirkulasi yang akan diterapkan pada perancangan bangunan rawat inap menggunakan pola sirkulasi linear. Pola ini dapat memudahkan pencapaian ke unit-unit hunian (kamar). Jenis koridor yang akan digunakan adalah double loaded, dengan pertimbangan kemudahan pencapaian tiap unit dan dapat menampung unit lebih banyak dan penggunaan lahan menjadi lebih efisien,

Nurse Station menggunakan pola sirkulasi terpusat, disebabkan karena sebagian besar

kegiatan akan dilakukan terpusat dari satu (1)titik, yaitu connector bride dan core yang menjadi pusat kegiatan pelayanan rawat inap. dimana connector bridge diletakan 1 level dibawah kamar perawatan.

(8)

Gambar 3 Layout kamat Perawatan

Fasilitas penunjang yang terletak di lantai 1 terutama berada di sebelah Timur tapak, dengan pertimbangan memperoleh cahaya matahari pagi, sehingga membantu penghematan energi listrik tanpa penerangan buatan. Basement untuk parkir, menggunakan sistem semi basement pada basement (satu) dan penggunaan sistem cut and fill untuk mencegah perusakan daerah resapan, pada basemen terdapat ruang sevice seperti ruang genset, panel serta ruang STP, yang terletak di dekat side Enterance yang bertujuan agar, akses tersebut terpisah dari jalur umum dan terletak jauh dari bangunan utama yang membutuhkan ketenangan dan kebersihan. Jalur service yang terletak di dekat side enterance bertujuan untuk memudahkan akses pembuangan sampah dan karena terletak jauh dari gedung utama.

8. Konsep Sirkulasi Vertikal

Sirkulasi vertikal bangunan akan menggunakan tangga, lift dan ramp. Tangga dapat digunakan pada saat keadaan darurat, seperti kebakaran dimana lift tidak dapat digunakan. Sedangkan lift sangan dibutuhkan untuk bangunan tingkat tinggi agar dapat memudahkan penghuni dalam pencapaian ke ruangan tertentu, ramp berfungsi untuk pengguna bangunan yang cacat atau lanjut usia, yang tidak memungkinkan mereka menggunakan tangga.

9. Perancangan Kamar

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan kamar pasien dibedakan menjadi 2 tipe berdasarkan usia pasien, yaitu untuk pasien dewasa dan anak-anak. Dengan layout kamar yang sama namun, penggunaan material interior ruang kamar disesuaikan dengan usia pasien (anak) dengan nuansa yang lebih ceria dan berwarna.dengan seluruh kamar perawatan merupakan kelas III dengan jumlah 5

bed/kamar dilengkapi dengan 1 kamar mandi, TV dan area tunggu untuk masing-masing keluarga

pasien. Area tunggu dapat menggunakan furniture built-in berupa sofabed yang dapat di tarik menjadi kasur pada malam hari, untuk memaksimalkan area kamar yang ada, serta memberi kenyamanan bagi keluarga pasien tanpa mengganggu layout ruang kamar pada siang hari.

dari

RS

(9)

Gambar 4. Layout Unit Kamar Perawatan

10. Konsep Hemat Energi Listrik

Penghematan energi listrik pada perancangan bangunan terutama dilakukan untuk pencahayaan dan penghawaan alami, desain perancangan, orientasi dan selubung bangunan berperan terhadap radiasi panas matahari yang masuk kedalam bangunan (dinding masif dan dinding transparan).

Dari analisa terhadap pembayangan matahari yang berpengaruh besar dalam aspek perancangan karena, sinar matahari yang dapat menjadi potensi untuk pencahayaan dan kedala dalam penghematan energi listrik, akibat radiasi panas yang dapat meningkatkan beban listrik pendingin ruangan.

(10)

Pencahayaan

Pada iklim tropis, radiasi matahari cukup tinggi. Pemanfaatan cahaya matahari alami harus dioptimalkan pada siang hari untuk menghemat penggunaan lampu yang dapat memboroskan energi listrik. Pemanfaatan itu dapat berupa bukaan-bukaan jendela, skylight. Pemanfaatan overstek dapat menghindari radiasi matahari langsung, yang dapat meningkatan suhu dalam ruangan.

Hasil analisa yang dilakukan menggunakan software ecotect menunjukan pada ruangan kamar berukuran 12m x 6,6m x 2,7m dengan orientasi bukaan yang menghadap

selatan, pencahayaan cukup optimal pada siang hari dengan rata-rata 163.57lux, dimana

kamar perawatan membutuhkan pencahayaan antara 100-200lux (saat tidak tidur) dan maksimal 50lux (saat tidur). Sehingga dengan bukaan berupa jendela, kamar perawatan tidak membutuhkan penerangan buatan pada siang hari.

Tabel 2. Index pencahayaan rumah sakit

(11)

Pada koridor kamar perawatan juga dapat terlihat pemanfaatan pencahayaan alami pada siang hari, dimana kebutuhan pencahayaan alami pada koridor minimal adalah 100lux (Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit No: 1204/MENKES/SK/X/2004) dengan menerapkan jendela di sepanjang koridor kamar. Karena jika dibandingkan dengan koridor tanpa jendela tersebut, pencahayaan pada koridor tidak tercapai (81lux)

Gambar 7 . Analisa pencahayaan alami koridor

Gambar 8. Konsep Pencahayaan koridor

Penghawaan

Penghawaan Alami, berupa pemanfatan ventilasi silang, pada bangunan rawat inap dapat diterapkan di beberapa bagian yang bukan merupakan unit perawatan, sepert fasilitas penunjang retail shop. Pada ruang perawatan ventilasi silang digunakan sebagai pertukaran udara, bila persyaratan suhu ruang perawatan (22-24°C) tidak tercapai.

Penggunaan penghawaan buatan dalam hal ini pendingin udara diutamakan untuk

81

(12)

unit perawatan. AC split duct digunakan pada ruang-ruang kamar perawatan dengan pertimbangan, suhu udara dapat diatur per masing- masing kamar dan ruangan yang sedang tidak digunakan dapat menggunakan ventilasi alami untuk pertukaran udara dalam ruangan. Hal ini dimaksudkan untuk penghematan penggunaan energi listrik yang dikonsumsi oleh AC. Analisa beban energi pendingin ruangan dilakukan menggunakan software dengan modeling ruangan kamar berbentuk persegi, dengan bukaan jendela tanpa modifikasi apapun. Pengukuran hemat energi listrik dilakukan dengan menggunakan software Ecotect untuk mengetahui beban energi listrik pada ruang kamar. Modeling ruang berukuran 12m x 6,6m x 2,7m dengan orientasi bukaan yang menghadap barat. Selubung bangunan yang tidak tepat, dapat meningkatkan beban pemakaian energi listrik di dalam bangunan. Pemilihan material menjadi salah satu faktor dalam penghematan energi, beban energi listrik untuk pendingin ruangan pada modeling ruangan software, menunjukan perbedaan yang cukup besar, sebesar 298890Wh antara material batu bata dan beton (concerate).

Gambar 9. Analisa material & beban energi listrik.

SIMPULAN DAN SARAN

Penghematan energi listrik dalam perancangan gedung rawat inap dapat diperoleh dengan memanfaatkan kondisi sekitar tapak, dengan memanfaatkan potensi matahari senagai pencahayaan alami, dengan memperhatikan orientasi bukaan untuk mengurangi radiasi panas matahari yang masuk, sehingga dapat mengurangi beban penggunaan energi listrik, dengan tetap memperhatikan aspek fungsional bagi penggunanya.

(13)

REFERENSI

1. American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditionign Engineers, Handbook, Applications, 1974 Edition, ASHRAE.

2. American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditionign Engineers, HVAC Design Manual for Hospitals and Clinics, 2003 edition, ASHRAE.

3. Badan Perencanaan Daerah DKI Jakarta. 2005. Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta Barat (n.d)

http://www.bappedajakarta.go.id/produkjprtrw.asp

4. Departemen Kesehatan RI. 2004. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. (n.d)

www.hukor.depkes.go.id

5. Dinas Tata Ruang Pemprov DKI Jakarta. 2011. Sistem Informasi Peta Online (n.d)

http://www.tatakota-jakartaku.net.

6. Endangsih, Tri. (2007). Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan. Jakarta: Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Univ. Budi Luhur.

7. Frick, Heinz. dkk. (2008). Ilmu Fisika Bangunan. Yogyakarta: Kanisius.

8. Frick, Heinz. dan Fx. Bambang Suskiyatno. (2006). Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius.

9. G.D. Kunders, (2004). Hospitals, Facilities Planning and Management, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.

10. Hatmoko, Adi. U. (2010). Arsitektur Rumah Sakit. Yogyakarta: PT. Global rancang Selaras. 11. Joanna R. Fuller, Surgical Technology, Principles and Practice, Saunders.

12. Juwana, Jimmy.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta: Erlangga.

13. Karyono, Tri. H. (2010). Green Architecture Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau Di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

14. Karyono, Tri. H. (1999). Arsitektur Kemapanan Pendidikan Kenyamanan dan Penghematan Energi. Jakarta: PT. Catur Libra Optima.

15. Kementrian Dalam Negeri RI. 2011. Undang Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. www.depdagri.go.id .

16. Lippsmeyer, Georg. (1994). Bangunan Tropis. Jakarta: Erlangga.

17. Lechner, Norbert. (1991). Heating, Cooling, Lighting: Design Methods for Architects. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

18. Mediastika, Christina. E. (2002). Desain Jendela Bangunan Domestik Untuk Mencapai Cooling Ventilation. Jakarta: Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Univ. Atma Jaya.

19. Yeang, Ken. (Yeang, 2000). The Green Skyscraper (Kenyamanan Thermal, Kenyamanan Visual, Kontrol Lingkungan Pasif, Kontrol Lingkungan Aktif Dan Kontrol Lingkungan Hibrid).

20. Wandira, Ayu. dan Septana B Pribadi. (2011).Kajian Aplikasi Warna Interior Rumah Sakit Ibu dan Anakpada Psikologi Pasien Anak. Semarang: Jurusan Arsitektur Facultas Teknik Univ. Diponegoro.

RIWAYAT PENULIS

Christina Ayu Sutjiati lahir di kota Bogor pada 31 Agustus 1987. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus

University dalam bidang Arsitektur pada tahun 2012. Saat ini bekerja sebagai Freelance Arsitek di konsultan arsitektur.

Gambar

Tabel 1 Tabel Perbandingan Rumah Sakit
Gambar 2 Konsep Zoning Horisontal
Gambar 3 Layout kamat Perawatan
Gambar 5. Analisa Pembayangan (google sketch-up)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Proses mendesain busana pesta malam ini penyusun mengkaji tema kemudian menentukan sumber ide dan mengambil sumber ide “Desain dari Busana Pesiar Putri Keraton

Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa keempat unsur yang digunakan untuk menciptakan tubuh manusia sebagaimana yang terkandung dalam RAIT juga bersesuaian dengan pendapat

Terdapat beberapa risiko potensial yang dimiliki oleh suatu daerah terkait dengan peningkatan kasus dan penyebaran TB pasca tsunami, antara lain kondisi lingkungan yang padat

Telah diketahui bahwa kapasitas geser dari balok beton bertulang akan meningkat apabila ada gaya tekan yang bekerja pada penampang balok, dan juga telah dikenal bahwa gaya tekan

Peraturan Bupati Bantul Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Tata Cara Pengalokasian Alokasi Dana Desa Dan Besaran Alokasi Dana Desa Untuk Setiap Kalurahan Tahun Anggaran

Dari hasil ini menunjukkan bahwa susunan peringkat jenis pemanfaatan atau peruntukkan lahan pesisir gugus Pulau Talise dengan menggunakan teknik SMART adalah konservasi untuk

Perlu Bimbingan 4 3 2 1 Pengetahuan Pengetahuan siswa tentang nilai-nilai perkembangan Kerajaan Islam ditulis dengan sangat lengkap dan jelas Pengetahuan siswa tentang

1. Cinta adalah perasaan suci yang seharusnya dijaga kesuciannya yakni dengan menempuh jalan yang benar yaitu menikah. Pacaran hanya akan mengotori cinta itu sendiri dengan