1 BAB IV ANALISA DAN BAHASAN
IV.1 Analisa Manusia
Pada aspek manusia akan menjelaskan bagaimana keterkaitan kegiatan manusia dengan ruangan-ruangan yang dibutuhkan agar terjadi keselarasan dan kenyamanan, berikut penjelasanya.Saat menganalisis kegiatan-kegiatan di dalam tapak perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
• Manusia yang ada di dalamnya (Tamu menginap, pengunjung dan pengelola) • Kelompok aktivitas (Kelompok aktivitas utama, penunjang dan service)
Tabel berikut ini adalah pengelompokan secara garis besar (makro) dari pemakai dan aktivitas:
Table 1 Hubungan Pemakai, Pengelolaan, alasan dan waktu transit.
PEMAKAI AKTIVITAS KELOMPOK SIFAT KEGIATAN JENIS RUANG Tamu Hotel : • Menginap • Tidak menginap • Beristirahat • Istirahat, membersihkan diri • Menerima relasi • Makan dan minum • Transaksi barang • Transaksi jasa Akomodasi privat Akomodasi Publik Kamar tidur, KM/WC, Lounge bar/coffe shop, Ruang baca, fitnes centre, barber shop, kios-kios
• Mengunjungi relasi
Bagian karyawan: • Administrasi • Teknisi & pemeliharaan • Service / pelayanan tamu Service/Service pengelola Kantor pengelola work shop, gudang, loundry, ruang-ruang ME, dapur
Penjelasan diatas merupakan sebagian besar kegiatan secara makro berdasarkan pemakai yang dibagi menjadi 2, tamu hotel dan karyawan. Berikut penjelasan tambahan kegiatan hubungan:
PENGELOLA UTAMA
AKOMODASI Kelompok kegiatan utama
- kamar tidur dengan fasilitas didalamnya
FASILITAS PENUNJANG Kelompok kegiatan yang
dipergunakan oleh tamu
SERVICE Kelompok kegiatan utama
Lobby Restaurant Lounge, coffe shop
Ruang baca Fitness centre
Barber shop
Kelompok kegiatan yang menjalankan kelancaran &
pengelolaan Area pengelola Area service & karyawan
SEKTOR DEPAN SEKTOR BELAKANG SEKTOR BELAKANG
IV.1.1 Pelaku, Alur Kegiatan, Jenis Kegiatan, Lokasi dan Kebutuhan
Pelaku kegiatan di dalam hotel kapsul dapat dibagi menjadi berbagai kelompok kegiatan antara lain:
1. Pengunjung /Pengguna Hotel
Table 2 Alur Kegiatan Pengunjung, Non-Pengunjung dan Karyawan
2. Pengunjung/Non-Pengguna Hotel (Tamu)
3. Karyawan Hotel
Check in Menginap /Beristirahat
Bersih-bersih,
buang air Check out Makan dan minum Menunggu Berbincang-bincang Makan /minum Pulang Membaca, menoton TV, Internet, beribadah
Kerja Mengamati Istirahat Pulang
Makan, Beribadah Membaca, menoton TV, Internet, beribadah Buang air Buang air
Kegiatan Pengguna hotel dapat dianalisis berdasarkan aktivitas, sarana fisik, Persyaratan ruang dan waktu dengan mengkaitkan kegiatan yang sudah ada, berikut penjabaranya:
Table 3 Aktivitas, Sarana Fisik, Persyaratan Ruang dan Waktu Bagi Pengguna Hotel
PENGUNJUNG/PENGGUNA HOTEL
AKTIVITAS SARANA FISIK PERSYARATAN
RUANG WAKTU Check in Menunggu, bertemu dan bercakap-cakap, duduk-duduk Lobby
Kesan hangat dan mengundang, bersih dan cukup pencahayaan 24 jam Istirahat Tidur, menonton tv, membaca, online (entertainment) Kamar Pencahayaan yang cukup, nyaman, fasilitas memadai, bersifat privasi dan memadai
Bersih-bersih Mandi, buang air
besar/kecil
KM/WC
Bersih,
pencahayaan cukup, tidak lembab
Makan/minum Lounge dan restaurant/cafe Bersih, pencahayaan cukup, nyaman dan kapasitas memadai Mengunjungi
Fasilitas yang ada Membeli kebutuhan
yang ada, membeli tiket, mengambil uang, Retail area Terbuka, bersih, pencahayaan cukup, kapasitas memadai dan menarik pengunjung Tidak semua 24 jam
Beribadah Musholla Hening, bersih, cukup pencahayaan
Check out
Menunggu Lobby
Kesan hangat dan mengundang, bersih dan cukup
pencahayaan
24 jam
Berdasarkan pemakaian hotel kapsul selain terdiri dari pemakai terdapat juga pengunjung yang hanya memanfaatkan fasilitas yang ada
Table 4 Aktivitas, Sarana Fisik, Persyaratan Ruang dan Waktu Bagi Non-Pengguna Hotel
PENGUNJUNG/NON-PENGGUNA HOTEL (TAMU)
AKTIVITAS SARANA FISIK PERSYARATAN
RUANG
WAKTU
Bertemu relasi Lobby / Lounge Kesan hangat dan mengundang, bersih, pencahayaan cukup dan bersifat publik 24 jam Makan dan Minum Restaurant, kantin/Food court, Cofee shop Bersih, pencahayaan cukup, nyaman dan kapasitas memadai
Beribadah Musholla Hening, khusyuk, cukup pencahayaan
Buang air KM/WC Bersih,
pencahayaan cukup, tidak lembab
Mengunjungi Fasilitas yang ada
Retail area Terbuka, bersih, pencahayaan cukup, kapasitas memadai dan menarik pengunjung Tidak semua 24 jam
Selain dari pelaku yang sudah dijabarkan diatas berikutnya adalah analisis kegiatan berdasarkan pelaku karyawan, yaitu sebagai berikut:
Table 5 Aktivitas, Sarana Fisik, Persyaratan Ruang dan Waktu Bagi Pengelola dan Karyawan Hotel
KARYAWAN
PELAKU AKTIVITAS SARANA
FISIK PERSYARATAN RUANG WAKTU Manager/ atasan Pengelola hotel dan atasan Bekerja Mengamati, istirahat Ruang Kantor dan area sekeliling
Bersih, cukup ruang, privasi dan pencahayaan cukup Jam waktu kerja Makan dan minum Restaurant, kantin/Food court, Cofee shop Bersih, pencahayaan cukup, nyaman dan kapasitas memadai
Beribadah Musholla Hening, khusyuk, cukup pencahayaan
Buang air KM/WC Bersih,Kering, tidak lembab Karyawan Office Sekertaris, bendahara dan administrasi
Bekerja Kantor Cukup ruang, tidak sesak, nyaman dan kapasitas memadai
Makan dan minum
Kantin Bersih, pencahayaan cukup, nyaman dan kapasitas memadai
24 jam Beribadah Musholla Hening, khusyuk,
cukup pencahayaan
cukup, tidak lembab
Resepsionis Ganti pakaian Ruang locker Bersih, cukup ruang , privasi dan dekat dengan WC
24 jam Bekerja Lobby Kesan hangat dan
mengundang, bersih, pencahayaan cukup dan bersifat publik
Istirahat / makan dan minum Kantin dan ruang karyawan Bersih, pencahayaan cukup, nyaman dan kapasitas memadai
Ibadah Musholla Hening, khusyuk, cukup pencahayaan
Buang air Toilet karyawan
Bersih, pencahayaan cukup, tidak lembab
Karyawan hotel Housekeeper, pelayan took.retail, restaurant dan cleaner
Ganti pakaian Ruang locker Bersih, cukup ruang , privasi dan dekat dengan WC
24 jam Bekerja Area hotel Kesan hangat dan
mengundang, bersih, pencahayaan cukup dan bersifat publik
Istirahat Makan dan minum Kantin dan ruang karyawan Bersih, pencahayaan cukup, nyaman dan kapasitas memadai
Ibadah Hening, khusyuk,
Buang air Toilet karyawan
Bersih, pencahayaan cukup, tidak lembab
IV.1.2 Skema Organisasi Ruang 1. Organisasi Ruang Makro
Table 6 Organisasi Ruang Makro
= Berhubungan = Berhubungan erat
Gambar diatas merupakan gambaran organisas ruang secara makro dan terlihat bahwa hamper keseluruhan ruang terhubung langsung dengan lobby. Enterance utama bagi pengguna adalah melewati lobby dan bagi pengunjung dapat langsung mengunjungi retail dan area makan. Sedangkan untuk pegawai dapat melewati retail untuk menuju ankses ke ruang service.
2. Organisasi Ruang Mikro • Kamar sewa
Table 7 Organisasi Ruang Kamar Sewa Lobby Parkir Kantor Pengelola Ruang rapat /seminar Restaurant Retail & perniagaan Ruang Service Kamar WC
Kamar tidur Locker Barang KM/WC
Organisasi ruang pada Kamar sewa sangat sederhana yaitu dengan terhubungnya kamar dengan fasilitas lainya seperti kamar mandi dan ruang ganti.Terlihat juga bahwa akses utama dari keselurahan ruangan tersebut adalah kamar tidur pengguna.
• Kantor Pengelola
Table 8 Organisasi Ruang Kantor Pengelola
Terlihat pada gambar diatas keterkaitan ruang pengelola dan ruang staff dijadikan satu area dimana pengelolaan administasi agar mempermudah pengawasan.Akses ruang arsip hanya bisa diakses oleh ruang staff dan ruang rapat dapat diakses oleh ruang staff dan ruang head office secara langsung.
• Retail
Table 9 Organisasi Ruang Retail
Area retail dapat diakses pengunjung dari lobby atau bagian depan bangunan agar menambah nilai jual. Jalur service dapatdiakses dari loading dock menuju gudang.
• Restaurant
Table 10 Organisasi Restaurant, Lounge dan Coffe shop Ruang Kerja staff dan manajer Ruang arsip Area retail Gudang R.karyawan Dapur Restaurant R.pegawai Storage
Restaurant dan lounge shop saling terkait dimana keberadaanya bisa saling membutuhkan. Ruang pegawan diletakan di area belakang berdekatan dengan dapur dimana dapur sendiri dapat mengakses storage secara langsung dan juga dekat dengan loading dock.
• Ruang service
Table 11 Organisasi ruang Service
Area ini dimulai dari masuk pintu servis.Ruang karyawan sebagai pusat dari segala akses menuju ruang laundry, pantry, gudang, WC dan area servis lainnya.Ruang loker berbentuk ruang imajiner.
WC Paintry R.Karyaw an R.locker Pintu masuk service R.genset R.elektrikal Gudang Laundry R.pompa TPS
IV.1.3 Program Ruang • Unit Kapsul
Program utama yang akan dibahas awal adalah pada unit hote kapsul karena bagian yang paling kompleks diantara yang lainya. Pembahasan ini dimaksudkan agar mendapatkan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan pelaku penggunanya dengan melakukan analisis ergonomis yang merupakan analisis dengan memperkirakan besaran-besaran yang ada dalam 1 unit kapsul. Pada pembahasan ini dibantu dengan buku arsitek data Ernest Neufert sehingga mendapatkan angka yang sesuai dasar nilai nominal.
Table 12 Standar Dimensi Ruang unit Kapsul
Ruang Standar Ruang Kapasitas Luas (m2)
Tempat tidur 1 orang
1 m2 x 2m2 = 2,2m2
Membawa sebagian
Terdapat Penyimpanan Locker Tersendiri
barang bawaan
Sirkulasi = 0 (khusus untuk berbaring dan duduk)
TOTAL = 2,2m2
Sumber: Neufret Edisi 3. (p.16).
Table 13 Program ruang
Jenis Ruang Kapasitas Unit
Terkecil(m2) Qty Unit Luasan (m2) Penerima dan Registrasi tamu
Lobby 10-15orang 2m2/orang 1 30m2
Resepsionis 2 orang 1,5m2/orang 1 3m2
Lugage Room
Total 33m2
R.Pengelola
R.kerja 6 orang 4m2/orang 1 30 m2
Ruang Arsip 2 orang 1m2/orang 1 2m2
Total 32m2
R.karyawan
Ruang istirahat 8 orang 1,75m2/orang 1 14m2
Locker pegawai 15 locker 1m2/orang 1 2m2
Toilet 2 orang 1,5m2/orang 1 6m2
Pantry 3 orang 1,5m2/orang 1 4,5 m2
Total 26,5m2
Lift & Tangga
Lift Barang 12 orang 0.53m2/orang 4 lantai 25m2
Tangga Pengujung 2 jalur 4 lantai 40m2
Tangga Service 2 jalur 5 lantai 50m2
Tangga Kebakaran 1 jalur 4 lantai 72m2
Total 206m2
Restaurant
Area makan 65 orang 1,5m2/orang 1 125m2
Dapur 13 orang 2m2/orang 1 26,5m2
Storage 3 orang 2m2/orang 1 6m2
Total 157,5m2
Refleksi
Area Refleksi 30 orang 2,5m2/orang 1 86m2
Ruang Karyawan 15 orang 0,6m2/orang 1 9m2
Total 95
Lounge & Coffee Shop
Area sewa 24 orang 1m2/orang 1 35m2
Dapur 5 orang 1,5m2/orang 1 7,5m2
Kasir 2 orang 1m2/orang 1 2m2
Total 64,5m2
Unit hotel
Ruang unit kapsul 1 1 orang 2,2m2/unit 33 unit 159m2 Ruang unit kapsul 2 1 orang 2,2m2/unit 24 unit 120m2 Ruang unit kapsul 3 1 orang 2,2m2/unit 30 unit 345m2 Area Santai 56 orang 2,5m2/orang 3 unit 130m2
Toilet 45 orang 1,5m2/orang 30 unit 135m2
Kamar mandi 25 orang 1,8m2/orang 24 unit 135m2
Ruang loker 1 & 2 44 orang 3 unit 81m2
Ruang loker 3 20 orang 3 unit 30m2
Ruang
rapat/seminar(Sewa)
Ruang rapat 11-15 orang 25m2/ruang 2 50m2
Total 50m2
Fasilitas penunjang + Service
Musholla 25 orang 1,2m2 1 30m2
Tempat wudhu Pria 5 orang 1 11,5m2
Tempat wudhu Wanita
5 orang 1 7,5m2
R.laundry 9 orang 1m2/orang 3 27m2
R.Genset 1 15m2 R.pompa 1 8,7m2 R.Trafo 1 13,5m2 Reservoir bawah 1 30m2 Janitor 4 16m2 Ruang Panel (MDB) 4 8m2
Ruang AHU 2 orang 1m2/orang 4 24,8m2
Ruang Linen 3 orang 1m2/orang 3 44m2
Toilet Lantai 1 Pria 8 orang 1,5m2/orang 1 12,5m2 Toilet Lantai 1
Wanita
10 orang 1,5m2/orang 1 19m2
Retail Foto Copy & Printing
10 orang 1,3m2/orang 1 13,5m2
ATM 12 orang 1,3m2/orang 1 15,5m2
Total 296,5m2
TOTAL KESELURUHAN 2096m2 TOTAL + SIRKULASI 20% 2096 + 419 = 2515m2
Program ruang tersebut menghasilkan total seluruh area dengan perhitungan sirkulasi area 20%, yaitu 2515m2. Pada detailnya, unit kamar yang didesain kurang dari 150 buah yaitu 117 unit kamar.
IV.2 Analisa Lingkungan IV.2.1 Situasi Lingkungan
Arah keluar tapak Arah kedalam tapak Arah samping tapak Table 14 Situasi tapak
Berdasarkan keberadaan bangunan sekitar yang didominasi oleh perumahan(landed house) serta lokasi yang di dekatnya terdapat area fasilitas umum yang ramai, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan:
• Pada sisi utara terdapat fasilitas public yaitu stasiun kereta api, dimana keberadaanya ini menjadikan area disekitar stasiun ramai aktivitas. Bangunan akan menyesuaikan sudut view yang dapat dilihat dari arah stasiun agar orang-orang dapat mengenalinya dari jarak beberapa meter.
• Pada jl.manggarai nomor 8, tepat didepan tapak terdapat area sekolah, dimana agar tidak mengganggu kebisingan maka disekitar area tersebut ditanami tumbuhan untuk mengurangi kebisingan.
• Pada tapak sendiri terdapat pohon utama yang lebat dimana pohon ini akan tetap di pertahankan untuk fungsi penghijauan.
• Area disekitar belakang dan samping tapak semuanya merupakan perumahan dan banyak terdapat area kosong dan arah arus dari belakang juga padat dan ramai karena merupakan jalur utama. Maka bangunan menyesuaikan arah view dari 2 arah yakni dari stasiun dan dari samping tapak.
IV.2.2 Kebisingan
Gambar 1 Analisa Kebisingan dan solusinya
Kebisingan dapat terlihat dari 2 arah yaitu pada sudut hug. Area yang menghasilkan kebisingan dapat dicegah dengan lahan terbuka hijau pada sisi ujung
.Lokasi sumber kebisingan terdapat dari area sekolah dan jalan raya, maka perlu di antisipasi
tapak dan juga mengatur zoning yang public dan privat, dengan agak sedikit menjauhkan area private dari kebisingan.
IV.2.3 View dan Orientasi Bangunan Terhadap Tapak
Gambar 2 Analisa View
Untuk view dari tapak keluar tidak ada yang menarik (point of view), dikarenakan sekitar tempat merupakan area perumahn. Perumahan sekitar dan kondisi yang tergolong rendah, namun lingkungan sekitar banyak ditumbuhi pohon-pohon lama yang rindang.
Peruntukan bangunan ini adalah hotel kapsul dimana kegiatan /aktivitas pengujung lebih kepada istihat atau tidur, maka kegunaan pada unit hunian bukan sama seperti hotel resort pada umumnya. Bentuk orientasi bangunan terhadap tapak juga mempengaruhi, maka dari itu dibutuhkan massa yang tepat dengan tapak agar orientasi view dapat terlihat maksimal.
KAI Manggarai
SMK Karya Guna
Perumahan
Perumahan
Gambar 3 Orientasi Bangunan terhadap tapak Pada orientasi bentuk banguan terhadap tapak dapat dilihat bahwa:
1. Pada gambar nomor 1 terlihat bangunan cenderung berdiri sendiri tanpa melihat bentuk sisi tapak, yang akan mengakibatkan ketidakselarasan bentuk terhadap lingkungan. Orientasi view jadi terlihat tidak ada dan mengurangi jarak view yang dapat dilihat dari luar tapak.
2. Pada gambar nomor 2 terlihat bangunan cenderung memaximalkan seluruh lahan sebagai bangunan. Bentuk yang terlalu massive tidak baik dikarenakan area tapak perlu lahan hijau sebagai penetralisir panas, bising dan lain-lain. Point of view tidak ada pada penerapan gambar nomor 2, dikarenakan semua ujung bangunan terlihat runcing yang membuat tidak ada arah view bangunan yang ingin dimaksimalkan.
3. Pada gambar nomor 3 terlihat bangunan lebih memanfaatkan bentuk tapak dan view dari luar tapak, dikarenakan sisi lengkung yang berada diujung sebagai pangkap view terbaik dari arah KAI Manggarai dan pemberian lahan hijau jauh lebih banyak ketimbang gambar lain.
IV.2.4 Matahari dan Arah Angin
Siang
Gambar 4 Orientasi Bangunan terhadap matahari Pada gambar di atas dapat dijelaskan bahwa:
• Pada sisi nomor 1 dan 2 pada pagi hari mendapatkan cahaya pagi yang baik bagi kesehatan, maka dari itu sisi 1 dan 2 akan dijadikan sebagai area padat hunian • Pada siang hari sisi nomor 1 akan lebih tersorot sinar cahaya matahari, ditambah
dengan arah utara yang sinar mataharinya paling tinggi maka antisipasi yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan thermal mass pada unit ruangan. Penggunaan water insulated adalah solusi dalam menghadapi panas tersebut. • Pada sore hari bagian sisi nomor 3 tidak terlalu terkena masalah, dikarenakan
area tersebut hanya sedikit yang diberikan untuk hunian.
• Pada sisi nomor 4 terdapat hunian yang padat, pencegahan matahari sore dapat dilakukan dengan menggunakan lapisan foto pada hardcoat agar filter cahaya dapat dikurangi sekian persen.
IV.3 Analisa Bangunan
IV.3.1 Pola Sirkulasi dan Bentuk Bangunan
Sistem sirkulasi dalam bangunan dapat dibedakan menjadi sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertical.
• Pola sirkulasi horizontal
Jenis sirkulasi Keuntungan Kerugian
U
1
2
3
pagi Sore4
LINIER • Menerus • Bertekuk • Berpotongan • Bercabang • Berbelok • Efisien space dalam ruang • Cocok untuk bangunan yang mengutamaka n perjalanan arsitektur. • Cocok untuk bangunan dengan banyak klasifikasi ruang • sesuai dengan bangunan yang banyak hunian dan fasilitas • Cocok untuk bangunan • Cenderung statis dan jangkauan tiap-tiap kamar sama • Tidak efisien pada koridor hotel kapsul • Tidak cocok dengan hotel kapsul yang notabenya kebutuhanya hanya unit kapsul saja • Memerlukan petunjuk arah yang tepat
• Melingkar RADIAL yang mengutamaka n perjalanan arsitektur • Cocok untuk bangunan pameran atau museum • Unit-unit kamar terpusat dalam satu titik (core) • Efisiensi space • Tidak efisien pada koridor hotel kapsul • Tidak efisien pada bagian koridor • Semua ruangan hanya terpusat pada 1 titik dan membutuhkan banyak unit ruangan.
Dari analisa diatas, maka sirkulasi yang akan diterapkan pada perancangan Hotel kapsul ini adalah dengan linier dan bercabang. Pada pola ini hunian diterapkan pada hotel pada umumnya, dengan menggunakan pola linier, namun yang membedakanya adalah pola bercabang yakni penerapan ruang-ruang dengan sistem per-block agar pada tiap ruang.tidak menjadi sempit dan terlihat nyaman.
• Pola vertical
Pola vertical pada bangunan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Slab Form
Bentuk dari vertikal housing selalu mencerminkan seberapa banyak ruangan perlantai dan bagiamana pengorganisasian divisi ruangan didalamnya. Ini juga bisa mencerminkan level dari sebuah bangunan tersebut.
Table 15 Vertikal Form
Jenis Vertikal Contoh dalam Denah
Slab Form
Contoh: Rusunami, Rusunawa
Sirkulasi linier
Tower Form
Pada penjelasan diatas maka yang akan digunakan pada proyek hotel kapsul ini adalah Slab Form dikarenakan batas lantai hanya 4 lantai dan untuk memaximalkan ruang ruang yang ada maka digunakan pola linier dan bercabang (per-block )agar ruang-ruang tidak terlalu sempit.
IV.4 Analisa Unit Kapsul Dan Kebutuhan Form Surface Pada Polli-Brick
Bentuk dasar yang pada hotel kapsul rata-rata menggunakan dasar bentuk balok dimana dalam hal desain ini sudah tergolong standart. Walaupun keuntungan dalam hal struktur masih lebih unggul. Bentuk lain yang aero dinamis juga dapat digunakan dalam unit hotel kapsul dikarenakan bentuk tersebut selain dapat menambah estetika bangunan agar tidak terlihat monoton juga dapat memanfaatkan energy seperti matahari. Analisis terhadap bentuk unit kapsul adalah sebagai berikut:
Bentuk unit Kotak:
Table 16 Keuntungan dan Kerugian Bentuk Kotak
Bentuk Unit Keuntungan Kerugian
• Bentuk yang dinamis • Mempunyai keunggulan dalam segi pemanfaatan ruang
• mudah dalam sisi konstruksi • Bentuk yang monoton • Tidak mempunyai salah satu unlimited view.
Pada pengamatan bentuk tersebut dilakukan transformasi bentuk dengan teknik Subtractive Transformation. Subtractive Transformation merupakan perubahan bentuk yang mengurangi bentuk awalnya tapi tidak merubah identitas awal bentuknya, sebagai
contoh kubus, kubus dapat mempertahankan identitasnya sebagai kubus walaupun sebagian dari sisinya dihapus, atau diubah perlahan-lahan menjadi polyhedron/bentuk kubus yang mendekati bola.( Ching, Francis D.K., 1943. Hal 64.)
Gambar 5 Subtractive Transformation Sumber: Francis D.K. Ching (1979), Form and Space
Bentuk transformasi berikut Transformasi Bentuk unit (1):
Table 17 Keuntungan dan Kerugian Bentuk chamfer box
Bentuk Unit Keuntungan Kerugian
• Bentuk yang aerodinamis • Mempunyai
sudut luas pada bidang depan. • Tidak monoton • Dapat menambah estetika • Konstruksi yang tidak mudah • Kurang dalam pemanfaatan ruang Kesimpulan:
Dalam penerapanya bentuk chamfer box lebih banyak keunggulan dan kelebihan selain dari bentuk box biasa. Keunggulan dalam hal bentuk yang aerodinamis pada
bagian depan membuat estetika bangunan lebih menonjol dan tidak terlihat monoton. Bidang yang melengkung dapat menangkap sudut yang lebih luas dari segi pencahayaan.
Analisa Dan Kebutuhan Polli-Brick Dalam Unit Kapsul 1. Ukuran unit dan kebutuhan
Unit yang sudah mempunyai bentuk dasar kemudian Polli-Brick diolah sesuai dengan bentuk unit dasar tersebut. Pada dasarnya dimaksudkan agar kebutuhan akan Polli-Brick sisi-sisi bentuk tersebut dapat diketahui. Berikut analisis Polli-Brick pada bentuk dasar tersebut:
Gambar 6 Ukuran Dimensi Unit Kapsul
Dalam ukurang tersebut yang disesuaikan dengan standart neufret dengan kebutuhan ruang tidur dan sedikit space untuk tidur sudah cukup. Ruangan tersebut dibuat dikhususkan hanya untuk berbaring/tidur. Ukuran unit kapsul tersebut merupakan ukuran bersih didalamnya sebagai ruang tidur.
Pada bentuk ruang dengan ukuran diatas maka selanjutnya adalah menganalisis kebutuhan Polli-Brick dengan bantuan software 3ds max. Menyusun Polli-Brick sehingga menjadi suatu bentuk form space yang sesuai dengan bentuk massa utamanya. 2. Analisis Kebutuhan tipe-tipe Polli-Brick
Tahap menganalisis unit kapsul tersebut memerlukan skema pembagian tiap-tiap sisi, berikut pembagianya:
Gambar 7 Skema Pembagian Zoning Pemasangan
Pembagian zoning pada unit kapsul terdiri dari 3 jenis, yaitu sisi samping, sisi melingkar (atas, depan, bawah) dan sisi belakang. Proses selanjutnya yang harus dilakuk adalah menyesuaikan Polli-Brick pada tiap-tiap sisi yang sudah ditentukan.
• Sisi nomor 1
Pengaplikasian Polli-Brick pada sisi nomor 1 merupakan kontributor utama pada pemasangan Polli-Brick di sisi-sisi lainya.karena bila Polli-Brick sudah disesuaikan dengan sisi 1, maka sisi-sisi lainya akan mudah mengikutinya.
Sisi (A) Sisi (B)
365 Polli-Brick x 2 = 730 Polli-Brick 122 Polli-Brick (1 sisi)
Berikutnya pada sisi melengkung pada memiliki kerumitan dimana Bentuk dasar Polli-Brick tidak dapat diinterclocking dengan yang lainya. Maka dari itu proses customize bentuk Polli-Brick perlu dianalisa, berikut penjabaranya:
Gambar 9 Sisi nomor 1 pada unit kapsul pada bidang B
Proses awal adalah menentukan berapa derajat kemiringan bentuk Polli-Brick yang dibutuhkan dalam dimensi lengkungan. Pada tahap diatas saya mengambil asumsi sudut lengkungan sesuai dengan massa awal chamfer box yaitu dengan mengambil titik diagonal (rumus pyhtagoras) sebesar 30cm.
Gambar 10 Pengambilan jarak diagonal pada unit kapsul
Setelah mendapatkan jarak yang akan digunakan makan tahap selanjutnya adalah menentukan derajat kemiringan yang akan diterapkan Polli-Brick. Pada kasus ini saya menggunakan 10o yang artinya diperlukan 9 Polli-Brick dengan sudut tersebut,berikut penjelasanya:
Gambar 11 Tipe Form Polli-Brick Pada Sisi Lengkung
Terlihat pada gambar diatas bahwa form kemiringan yang dapat berinterclocking dengan lainya ialah 20o dan membutuhkan 9 Polli-Brick agar dapat meneruskan penyusunan pada bagian atas. Maka dengan itu Polli-Brick dengan form ini dibutuhkan sebanyak:
121 Polli-Brick x 2 = 242 Polli-Brick (sisi bawah dan atas)
• Sisi nomor 2
Pemasangan pada sisi nomor 2 merupakan kelanjutan dari pemasangan sisi nomor 1. Proses pemasangan Polli-Brick pada sisi nomor 2 (samping) berbeda dengan pemasangan pada sisi nomor 1. Pemasangan ini melakukan interclocking bukan pada sisi-sisi samping, melainkan dari sisi atas (tutup botol) dan bawah botol. Lebih jelasnya seperti berikut:
Gambar 12 Pemasangan dan Sambungan Polli-Brick pada sisi Nomor 2
Pada proses ini sambungan yang akan digunakan tetap pada snaping bentuk Polli-Brick, yaitu dengan cara membentuk interclocking antara tutup botol atas dengan botol bawah, berikut detailnya:
Penjelasan diatas merupakan proses pengkaitan antara botol Polli-Brick pada sisi samping (nomor 3) yang menjelaskan bahwa penggunaan Polli-Brick tidaklah harus 1 cara snaping melainkan dengan berbagai cara. Cara tersebut dimaksudkan agar sisi samping memiliki bentuk estetika yang berbeda dengan penghematan ketebalan sisi samping pada unit kapsul.
SISI NOMOR 2 (SAMPING)
126 Polli-Brick x 2 = 252 Polli-Brick (sisi kiri dan kanan) • Sisi nomor 3
Pada sisi nomor 3 penggunaan Polli-Brick tidak sepadat pada sisi lainya dikarenakan sisi nomor 3 merupakan tempat masuknya pemakai. Pengolahan Polli-Brick pada sisi belakang hanya berupa penambahan untuk pengikat ke struktur utama bangunan. Penutup pada ruang kapsul ini hanya menggunakan screen saja.
Gambar 14 Kebutuhan Polli-Brick pada sisi Nomor 3 (Belakang)
SISI NOMOR 3 (BELAKANG)
9 Polli-Brick x 3 = 36 Polli-Brick
Pada proses selanjutnya akan membahas analisa mengenai struktur dan sambungan terhadap Polli-Brick dan frame. Proses ini sakan terkait dengan proses selanjutnya.
IV.5 Pengaplikasian Polli-Brick Pada Frame Struktur. IV.5.1 Proses snaping dan Enclosure pada Polli-Brick
Pada tahapan snaping seperti yang dijelaskan pada tinjauan khusus, Polli-Brick didasari oleh teknik puzzle dimana botol yang satu dengan yang lainya saling mengait. Proses ini berfungsi sebagai kekuatan tambahan dasar material tersebut dengan minimal tanpa penggunaan bahan pengikat lainya.
Proses yang akan dibahas kali ini adalah penggunaan hardcoat dan tutup botol sebagai interclocking kedua setelah sisi-sisi Polli-Brick. Penggunaan hardcoat difungsikan sebagai penahan panas, hujan dan terpaan angin dari lingkungan sekitar. Proses pemasangan hardcoat pada unit kali ini dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 15 Tutup Botol sebagai Pengunci antar Polli-Brick dan Hardcoat
Jumlah tutup botol yang akan digunakan sesuai dengan jumlah Polli-Brick pada sisi 1 saja dikarenakan pada sisi-sisi samping tidak membutuhkan penutup botol karena proses penggunaan hardcoat yang berbeda cara.
Pemasangan Polli-Brick pada sisi samping akan berbeda cara dengan sisi-sisi lainya. Pada sisi samping akan menggunakan tiang-tiang yang disusuh sesuai dengan jalur Polli-Brick yang vertical. Proses pemasangan tiang-tiang tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Detail pada clip pengikat (fastener):
Gambar 17 Proses Pengikat bagian Tiang penyangga pada ujung tutup botol Pada pengikatan ini dilakukan pada bagiana tas dan bawah dengan presisi sebagai penopang bagian samping dengan dibantu clamping pada bagian ujung tiang. Selanjutnya proses berikutnya akan membahas analisa mengenai clamp dan joint pada keseluruhan komponen unit yang ada.
IV.5.2 Clamp dan Joint Polli-Brick pada unit kapsul
Polli-Brick dalam unit kapsul akan dilapisi dengan hardcoat secara keseluruhan pada bagian interiornya yang bertujuan agar mengurangi efek dampak cahaya. Hardcoat yang akan digunakan adalah Nano Treated Hard Coat yang lapisanya sedikit gelap seperti kaca foto, yang fungsinya sebagai pereduce radiasi cahaya matahari. Berikut penjelasan pemasangan hard coat pada unit kapsul:
Gambar 18 Pelapis Polli-Brick dengan Nano Thread Hardcoat
Pada gambar di atas adalah penambahan hardcoat pada sisi-sisi samping unit kapsul, yang sebelumnya belum terlapisi hardcoat. Dalam penyatuan antara hardcoat pada bagian sisi tengah dan samping maka dilakukan teknik clamp dan joint, berikut penjelasanya:
Gambar 19 Metode Clamp Corner pada Penyambungan Hard coat
Penyambungan menggunakan teknik corner clamp dilakukan disekeliling sudut luar pada setiap unit kapsul. Kemudian pada proses clamp akan dilapisi sealent dimana fungsi ini adalah sebagai pelapis karet untuk anti air.
Pada proses hardcoat bagian luar dapat menggunakan corner clamp, tapi pada bagian dalam menggunakan metode clamp L, berikut penjelasanya:
Gambar 20 Pemasangan Clamping pada Hardcoat
Pemasangan clamping tersebut harus sesuai dengan penempatan Polli-Brick, dimana terdapat celah Polli-Brick yang kosong. Clamp tersebut juga dikuatkan kembali dengan skrup yang tediri dari 4 buah disetiap sisi samping clamp.
Analisa berikutnya adalah pengikat (joint) untuk unit kapsul terhadap sub-struktur utama pada bangunan.
IV.5.3 Proses Joint Unit Kapsul Pada Plat Dudukan
Proses pemasangan unit ke sub-struktur menggunakan teknik dudukan dan clamp. Proses ini cukup sederhana dimana teknik ini juga menggunakan interclocking pada system dudukan unit kapsul, berikut penjelasanya:
Joint bagian atas
Joint bagian bawah
Gambar 21 Proses Pengabungan antara Unit kapsul dengan Joint Pengikat Proses detailnya adalah menggabungkan bagian kaki unit kapsul terlebih dahulu ke joint pengikat yang kemudian dilanjutkan pada clamp bagian atas , contohnya seperti ini:
Gambar 22 Cara pemasangan Kaki Unit ke Plat Lantai Pemasangan secara berderet akan menghasilkan seperti berikut ini:
Gambar 23 Aksonometri Pemasangan unit ke Sub-Struktur
Cara diatas merupakan penerapan secara keseluruhan dalam pemasangan unit kapsul ke bagian plat utama pada bangunan yang pada dasarnya hanya diletakan seperti biasa namun memiliki pengikat pada tiap-tiap ujung railnya.
IV.6 Pembahasan Menengenai Detail Dan Utilitas. IV.6.1 Heat Absorsing Material
“When it comes to absorbing heat, black is your best friend” (Jay Warmkey. Hal 15) Dimaksud dari kutipan diatas ialah penyerapan panas akan mudah diserap oleh sesuatu yang berwana gelap seperti hitam. Namun cara penggunaan warna hitam tidaklah baik bila dilakukan di ruangan interior karena itu akan menyebabkan sedikit panas. Maka dari itu penelitian yang menerangkan alternative yang paling bagus dalam bukunya James McCullagh’s keluaran tahun 1978 (diterbitkan oleh Rodale Press, Inc) beliau menggunakan air sebagai elemen utama untuk menangkap panas matahari. (James C.McCullagh (1974). THE SOLAR GREENHOUSE BOOK. USA: Rodale Press, Inc. 86.)
Gambar 24 Elemen yang paling Efektif Dalam Penyerapan Panas Matahari Sumber: (James C.McCullagh (1974). THE SOLAR GREENHOUSE BOOK. USA:
Rodale Press, Inc. 86.)
Ide ini sebenarnya hampir mirip dengan thermal mass. Membiarkan air menangkap panas matahari pada siang hari secara otomatis dan kemudian meradiasikan
panasnya kembali pada malam hari. Dengan cara ini kita sudah dapat memodernisasi temperatur.
Polli-Brick yang disimpan air ini dapat menjadi cukup kompleks. Penggunaan pada Polli-Brick cukup simple dengan menggunakan botol Polli-Brick sebagai wadah penampung air dan memberikan warna hitam pada bagian bawahnya.
Gambar 25 Proses Thermal-Mass Pda Polli-Brick Sumber: Jay Warmke (2008)
Penggunaan Polli-Brick pada unit kapsul dapat terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 26 Detail Thermal Mass Pada Unit Kapsul
Pada Gambar diatas dijelaskan bahwa pada sisi terluar fasade tidak berisikan air melainkan LED sebagai entertain bangunan, namun pada saat radiasi terjadi diantara celah luar dan dalam, maka kapsul unit yang menyerap (heat absorbsing) hasil radiasi luar tersebut dengan berisikan air pada botol Polli-Brick.
IV.6.2 Penggunaan LED Pada Botol Polli-Brick
Gambar 27 LED pada Polli-Brick
Sumber: RECYCLED MATERIAL APPLICATION IN LOW CARBON ARCHITECTURE Cahaya Matahari Terjadi Radiasi Non insulated water With insulated water
Penggunaan LED pada Polli-Brick bertujuan untuk memberikan entertain pada bangunan dimalam hari, dimana LED tersebut diintegrasikan dengan solar panel yang menyerap panas pad siang hari. Selain itu LED ini juga berfungsi menambah estetika bangunan yang tidak monoton.
Gambar 28 Contoh Penerapan LED Pada Fasade
Penerapan LED Polli-Brick Pada fasade bias dilakukan sesuai kebutuhan, dengan berbagai macam warna dan kekuatan cahaya. Pada kasus bangunan yang akan dilakukan adalah dengan LED yang tidak bercahaya melainkan Glowing.
Sumber: Jarvis Liu. (2011), RECYCLED MATERIAL APPLICATION IN LOW CARBON ARCHITECTURE
IV 6.3 Pemasangan Utilitas
Pada proses pemasangan utilitas ini akan membahas bagaimana cara perletakan kabel listrik untuk steker (colokan listrik), berikut penjabaranya:
Gambar 30 Pemasangan Raceway untuk Kabel Listrik & Steker
Raceway merupakan sebuah jalur yang dirancang untuk mengikat dan melindungi kabel dan electrical. (Ching, Francis D.K., 1943. Hal 78). Posisi raceway di letakan di antara sela-sela sambungan Polli-Brick.
Gambar 31 Pemasangan Kabel Steker Pada Raceway Sumber: Arch, Francis D.K. Ching Fernandez (1995).
Jalur tersebut akan memiliki lubang mur (screw hole) pada tiap jarak yang ditentukan dan pemasangan hanya langsung ditancapkan pada sisi raceway, fungsi ini adalah menghemat pemasangan pada dinding unit kapsul.