• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2000 TENTANG PERATURAN POKOK KEPEGAWAIAN YAYASAN SLAMET RIJADI. Pengurus Yayasan Slamet Rijadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2000 TENTANG PERATURAN POKOK KEPEGAWAIAN YAYASAN SLAMET RIJADI. Pengurus Yayasan Slamet Rijadi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2000

TENTANG

PERATURAN POKOK KEPEGAWAIAN YAYASAN SLAMET RIJADI

Pengurus Yayasan Slamet Rijadi

Menimbang : a. bahwa dalam usaha mencapai tujuan penyelenggaraan tugas pendidikan tinggi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) diperlukan adanya pegawai sebagai sumber daya manusia dan pelaku organisasi yang mengamalkan nilai-nilai kristiani, taat dan setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, berdedikasi tinggi, jujur, bertanggung jawab, penuh tenggang rasa dan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar/ajaran Katolik yang menjadi ciri khas pendidikan Katolik;

b. bahwa untuk mewujudkan pegawai sebagaimana dimaksud butir a di atas, diperlukan suatu peraturan yang mengatur hubungan kerja, kedudukan, hak, kewajiban, dan manajemen pegawai untuk mendukung pelaksanaan sistem pengelolaan pegawai yang terarah;

c. bahwa Peraturan YSR No. 3 Tahun 1988 tentang Peraturan Pokok Kepegawaian UAJY Yang Disempurnakan dan beberapa peraturan lainnya yang berhubungan dengan itu, dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan Yayasan Slamet Rijadi (YSR), maka oleh sebab itu perlu diperbaharui;

Mengingat : a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974;

b. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999;

c. Pasal 4 ayat (1 s/d 4) Norma-Norma Umum Konstitusi Apostolik tentang Universitas Katolik;

d. Anggaran Dasar Yayasan Slamet Rijadi; e. Pasal 5, 11, 73 s/d 78 Statuta UAJY 1993;

f. Pasal 36 ayat (4) Peraturan YSR No. 3 Tahun 1988.

Memperhatikan : Hasil pembicaraan dan Keputusan Rapat Pengurus YSR tanggal 23 Desember 1999.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI TENTANG PERATURAN POKOK KEPEGAWAIAN YAYASAN SLAMET RIJADI

BAB I KETENTUAN UMUM

Bagian Pertama Pengertian

Pasal 1 Di dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

(1) Yayasan adalah Yayasan Slamet Rijadi selaku Badan Hukum penyelenggara pendidikan tinggi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

(2) Pengurus adalah pengurus Yayasan Slamet Rijadi. (3) Universitas adalah Universitas Atma Jaya Yogyakarta. (4) Rektor adalah Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

(2)

(7) Peraturan perundangan yang berlaku adalah keputusan yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

(8) Peraturan yang berlaku adalah keputusan yang ditetapkan Yayasan/ Universitas.

Pasal 2 (1) Berdasarkan fungsinya pegawai terdiri dari:

a. pegawai kependidikan: b. pegawai non kependidikan.

(2) Berdasarkan statusnya pegawai terdiri dari: a. pegawai tetap;

b. pegawai tidak tetap;

(3) Di samping pegawai tersebut pada ayat (1) dan (2) pasal ini dapat diangkat karyawan berdasarkan kontrak.

Bagian Kedua Kedudukan Pegawai

Pasal 3

(1) Pegawai adalah unsur pelaku kegiatan organisasi/institusi Yayasan/Universitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai kristiani, Pancasila dan UUD 1945.

(2) Pegawai sebagai unsur pelaku organisasi/institusi bersikap disiplin, netral dan tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan bagi komunitasnya dan masyarakat.

(3) Untuk menjamin netralitas pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 di atas, pegawai tidak diizinkan menjabat dan bekerja secara tetap atau penuh waktu pada Badan Usaha/Lembaga lain atau menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN PEGAWAI

Bagian Pertama Hak Pegawai

Pasal 4

(1) Setiap pegawai berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan sifat pekerjaan, prestasi dan beban pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya menurut peraturan yang berlaku.

(2) Penggajian pegawai diatur sesuai dengan peraturan dan/atau peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 5

(1) Setiap pegawai berhak memperoleh cuti. (2) Cuti pegawai diatur dalam peraturan tersendiri.

Pasal 6

(1) Setiap pegawai yang mengalami kecelakaan dalam menjalankan tugas, berhak memperoleh tunjangan kecelakaan kerja.

(2) Tunjangan kecelakaan kerja diatur dalam peraturan tersendiri.

Pasal 7

(1) Setiap pegawai yang meninggal dunia, keluarganya memperoleh uang duka. (2) Besarnya uang duka kematian ditetapkan dalam peraturan tersendiri.

Pasal 8

(1) Setiap pegawai yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan peraturan yang berlaku, berhak atas pensiun.

(3)

Bagian Kedua Kewajiban Pegawai

Pasal 9

(1) Setiap pegawai dengan beritikad baik wajib melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya dengan sepenuh kemampuannya.

(2) Setiap pegawai dalam melakukan tugas pekerjaannya wajib setia dan taat sepenuhnya pada Pancasila, UUD 1945, semua peraturan perundangan dan peraturan yang berlaku.

(3) Setiap pegawai wajib menyimpan rahasia jabatan yang dipercayakan kepadanya.

(4) Setiap pegawai wajib menaati pimpinan atasan dengan memegang teguh nilai-nilai kebenaran.

BAB III

MANAJEMEN PEGAWAI

Bagian Pertama Tujuan dan Sistem Manajemen

Pasal 10

(1) Manajemen pegawai diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan pengelolaan Universitas secara efektif dan efisien.

(2) Untuk melaksanakan penyelenggaraan Universitas/institusi sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas diperlukan pegawai yang berkualitas, bertanggung jawab, jujur dan adil dengan pembinaan berdasarkan pada sistem prestasi kerja dan karier.

(3) Pelaksanaan manajemen pegawai diatur dalam peraturan tersendiri.

Bagian Kedua Kebijaksanaan Manajemen

Pasal 11

(1) Kebijaksanaan manajemen pegawai di lingkungan Universitas mencakup penetapan norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas sumber daya pegawai, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan, pemberhentian, hak, kewajiban, dan kedudukan hukum.

(2) Kebijaksanaan manajemen pegawai ditetapkan oleh Yayasan setelah mendengar saran atau pendapat Rektor.

(3) Pelaksana kebijaksanaan manajemen pegawai di lingkungan Universitas adalah Rektor.

Bagian Ketiga Formasi dan Pengadaan

Pasal 12

Jumlah dan susunan pangkat pegawai yang diperlukan, ditetapkan dalam formasi pegawai untuk jangka waktu tertentu berdasarkan jenis, sifat dan beban kerja yang harus dilaksanakan. Formasi pegawai ditetapkan Yayasan.

Pasal 13

(1) Pengadaan pegawai disesuaikan dengan kebutuhan dan untuk mengisi formasi.

(2) Setiap warga negara yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi pegawai.

(3) Penerimaan pegawai dilakukan melalui seleksi.

(4) Setiap pelamar yang dinyatakan diterima, diangkat oleh Yayasan menjadi calon pegawai dalam masa percobaan pegawai.

(5) Calon pegawai dapat diangkat menjadi pegawai tetap setelah menjalani masa percobaan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan selama-lamanya 2 (dua) tahun bila memenuhi persyaratan untuk pengangkatan pegawai tetap.

(4)

(7) Tatacara dan pelaksanaan pengadaan dan penerimaan pegawai selanjutnya diatur dalam peraturan tersendiri.

Bagian Keempat

Kepangkatan, Jabatan, Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian

Pasal 14

(1) Setiap pegawai diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu.

(2) Pengangkatan pegawai dalam suatu jabatan dilaksanakan dengan memperhatikan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan yang bersangkutan.

Pasal 15

(1) Kenaikan pangkat pegawai yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, ditetapkan Yayasan. (2) Kenaikan pangkat bagi pegawai kependidikan ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

(3) Untuk lebih menjamin obyektivitas dalam mempertimbangkan dan menetapkan kenaikan pangkat dan pengangkatan dalam jabatan diadakan penilaian prestasi kerja.

(4) Ketentuan tentang pengangkatan dalam/kenaikan pangkat pegawai selanjutnya diatur dalam peraturan tersendiri.

Pasal 16

(1) Pengangkatan dalam jabatan didasarkan atas kemampuan kerja, disiplin kerja, kesetiaan, pengabdian, kejujuran serta syarat-syarat obyektif lainnya;

(2) Pengangkatan dalam jabatan struktural dilaksanakan menurut kebutuhan/mengisi formasi jabatan struktural dan diberikan kepada pegawai yang telah memenuhi syarat-syarat yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini.

(3) Pengangkatan pegawai dalam suatu jabatan struktural ditetapkan oleh Yayasan.

(4) Ketentuan tentang pengangkatan pegawai dalam jabatan selanjutnya diatur dalam peraturan tersendiri.

Pasal 17

Untuk kepentingan pelaksanaan tugas kedinasan dan pembinaan pegawai dapat diadakan pemindahan jabatan.

Pasal 18 (1) Pegawai diberhentikan dengan hormat karena :

a. permintaan sendiri;

b. telah mencapai usia pensiun;

c. tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai pegawai;

d. penyederhanaan organisasi Yayasan/Universitas.

(2) Pegawai yang meninggal dunia dengan sendirinya dianggap diberhentikan dengan hormat. (3) Pegawai dapat diberhentikan tidak dengan hormat karena:

a. melanggar tugas kedinasan dengan meninggalkan tugas tanpa keterangan selama lebih dari 1 (satu) bulan berturut-turut;

b. menjalankan tugas kedinasan yang berakibat merugikan Yayasan/ Universitas;

c. melakukan penyelewengan dengan mengatasnamakan Yayasan/ Universitas untuk kepentingan pribadi.

(4) Pegawai diberhentikan tidak dengan hormat karena:

a. melakukan tindak pidana yang berdasarkan keputusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap;

b. melakukan penyelewengan terhadap nilai-nilai Kristiani, Pancasila dan UUD 1945. (5) Pemberhentian pegawai ditetapkan dengan Surat Keputusan Yayasan.

(5)

Bagian Kelima

Disiplin, Kode Etik dan Janji/Sumpah

Pasal 19

(1) Untuk menjamin ketertiban dan kelancaran tugas, perlu ditetapkan peraturan disiplin pegawai yang mencakup keharusan, larangan pelaksanaan tugas dan sanksi.

(2) Untuk menjamin sikap, tingkah laku dan perbuatan pegawai di dalam dan di luar tugas kedinasan disusun kode etik pegawai yang diatur tersendiri dalam kode etik pegawai.

Pasal 20

(1) Pegawai pada saat pengangkatannya wajib menandatangani pernyataan untuk mengikatkan diri sebagai karyawan dengan Yayasan.

(2) Pegawai yang diangkat untuk memangku suatu jabatan struktural tertentu harus memenuhi ketentuan administratif kepegawaian yang telah ditetapkan dan wajib mengangkat janji/sumpah jabatan.

(3) Ketentuan dan tatacara pelaksanaan prosedur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) pasal ini diatur dalam peraturan tersendiri.

Bagian Keenam

Pegawai sebagai pejabat di luar Yayasan

Pasal 21

(1) Pegawai dapat diizinkan untuk melakukan tugas atau jabatan di luar Universitas, apabila diangkat menjadi:

a. pejabat negara;

b. pejabat dalam lingkungan Gereja;

c. pejabat pada lembaga perguruan tinggi katolik;

(2) Pegawai yang diangkat menjadi pejabat di luar Yayasan/Universitas, tetap memperoleh hak-hak kepegawaiannya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan setelah berakhir masa tugasnya dapat ditempatkan kembali.

(3) Ketentuan dan tatacara pelaksanaan prosedur seperti tersebut pada ayat (1) dan (2) di atas diatur dalam peraturan tersendiri.

Bagian Ketujuh Pendidikan dan Pelatihan

Pasal 22

(1) Untuk meningkatkan kualitas, efisiensi dan produktivitas kerja dalam mencapai tujuan Yayasan/Universitas, diselenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai berupa studi lanjut, kursus dan pelatihan.

(2) Ketentuan dan tatacara penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan diatur dalam peraturan tersendiri.

Bagian Kedelapan Kesejahteraan Pegawai

Pasal 23

Untuk meningkatkan kegairahan bekerja, diselenggarakan kesejahteraan pegawai yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan Yayasan yang diatur dalam peraturan tersendiri.

(6)

Bagian kesembilan Penghargaan

Pasal 24

Kepada pegawai yang telah menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa dan berjasa terhadap Yayasan/Universitas, dapat diberikan penghargaan berupa tanda jasa atau bentuk penghargaan lainnya yang diatur dalam peraturan tersendiri.

Bagian Kesepuluh Penyelesaian Sengketa Pegawai

Pasal 25

Penyelesaian sengketa kepegawaian dilakukan melalui suatu komisi khusus yang pembentukan dan pelaksanaannya diatur dalam peraturan tersendiri.

BAB IV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 26

Dengan berlakunya Peraturan ini, Yayasan dan Universitas menyesuaikan ketentuan/ peraturan kepegawaian yang berlaku dengan ketentuan Peraturan ini, selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya Peraturan ini.

Pasal 27

Dengan ditetapkannya Peraturan ini semua ketentuan di bidang kepegawaian yang ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan ini dan sebelum diubah berdasarkan Peraturan ini.

BAB V PENUTUP

Pasal 28

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan ini akan diatur tersendiri oleh Yayasan.

Pasal 29 (1) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

(2) Segala sesuatunya dapat ditinjau dan ditetapkan kembali sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan di dalam penetapan ini.

Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 31 Maret 2000

Sekretaris, Ketua,

ttd ttd

(7)

PENJELASAN ATAS

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN SLAMET RIJADI NOMOR 04/YSR/2000 TENTANG

PERATURAN POKOK KEPEGAWAIAN YAYASAN SLAMET RIJADI

PENJELASAN UMUM

Pegawai Yayasan Slamet Rijadi (YSR) sebagai unsur pelaku organisasi pendidikan tinggi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) mempunyai peranan penting dan menentukan untuk mewujudkan tujuan Universitas dalam mengemban tugas pendidikan tinggi.

UAJY sebagai pendidikan tinggi yang berciri katolik dalam melaksanakan misi pendidikan di Indonesia diilhami oleh nilai-nilai dan semangat kristiani, sehingga untuk itu diperlukan adanya pegawai yang setia kepada Pancasila dan UUD 1945, menjunjung tinggi nilai dan keyakinan religius, mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal, menghargai martabat sesama, bermental baik, berkualitas tinggi, berdaya guna, disiplin, adil dan jujur baik terhadap diri sendiri maupun sesama, menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, mengembangkan kebebasan ilmiah dan cinta kasih dalam pencarian dan penemuan ilmu pengetahuan secara utuh, serta menggunakan dialog berdasarkan iman dan akal.

Manajemen pegawai perlu diatur secara menyeluruh, dengan menerapkan norma, standar dan prosedur yang sama dalam penetapan formasi, pengangkatan, pemberhentian, pengembangan, penetapan gaji dan program kesejahteraan. Diharapkan dengan penetapan yang sama di samping memudahkan manajemen pegawai dapat pula untuk mewujudkan perlakuan yang sama dan jaminan kepastian hukum bagi seluruh pegawai.

Sebagai bagian dari manajemen pegawai, pembinaan pegawai perlu dilakukan sebaik-baiknya dengan berdasarkan pada sistem karier dan prestasi kerja, serta perpaduan antara sistem karier dan prestasi kerja secara serasi.

Pembinaan pegawai juga dilihat dan diperlukan berdasarkan hubungan kerja yang baik dan serasi, agar dalam pelaksanaan tugas lebih merupakan partner kerja. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan pembinaan pegawai hendaknya sejauh mungkin diusahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai sebagai perorangan dengan ketentuan, bahwa apabila ada perbedaan antara kepentingan dinas dan kepentingan pegawai sebagai perorangan, maka kepentingan dinaslah yang diutamakan.

Dalam usaha mencapai tujuan Yayasan/Universitas dan melaksanakan manajemen pegawai yang diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan Yayasan/Universitas yang efektif dan efisien berdasarkan pemikiran tersebut, perlu mengubah Peraturan YSR No. 3 Tahun 1988 tentang Peraturan Pokok Kepegawaian Yang Disempurnakan dan beberapa peraturan kepegawaian lainnya yang berhubungan dengan itu.

Peraturan ini disebut Peraturan Pokok Kepegawaian Yayasan Slamet Rijadi karena hanya mengatur pokok-pokok mengenai hubungan kerja, kedudukan, hak, kewajiban dan manajemen pegawai YSR.

Amanat isi peraturan ini merupakan landasan hukum hubungan kerja antara pegawai dengan YSR yang pelaksanaannya perlu diatur dengan peraturan pelaksana.

(8)

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Dalam pasal ini ditentukan mengenai istilah dan pengertian yang dipergunakan dalam peraturan ini dengan maksud agar terdapat pemahaman yang sama tentang pengertian beberapa istilah yang penting.

Pasal 2 Ayat (1)

a. Pegawai kependidikan:

1. Dosen adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya diangkat oleh Yayasan dengan tugas utama mengajar di UAJY sesuai dengan peraturan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dosen dapat merupakan dosen biasa, dosen luar biasa, dosen tamu. 2. Tenaga penunjang akademik adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya

diangkat oleh Yayasan sebagai peneliti, pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, pranata komputer dan teknisi sumber belajar.

b. Pegawai non kependidikan adalah seseorang yang berdasarkan pendidikannya diangkat oleh Yayasan dengan tugas utama sebagai pelaksana administratif.

Ayat (2)

a. Pegawai Tetap adalah pegawai kependidikan dan non kependidikan yang diangkat oleh Yayasan untuk bekerja di Yayasan/Universitas secara tetap dengan waktu kerja minimal 36 jam per minggu dan tidak terikat hubungan kerja sebagai pegawai tetap pada instansi/lembaga lain.

b. Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai yang diangkat oleh Yayasan dalam jangka waktu tertentu menurut peraturan yang berlaku. Pegawai tidak tetap terdiri dari :

- Dosen luar biasa, dosen tamu yang diangkat oleh Yayasan dengan suatu surat keputusan. Pengangkatan dapat dilakukan setiap tahun menurut kebutuhan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

- Pegawai dalam masa percobaan/calon pegawai baik kependidikan maupun non kependidikan sebagaimana dimaksud Pasal 13 ayat (4) dan (5) peraturan ini beserta dengan penjelasannya. - Pegawai pensiunan Yayasan yang dipekerjakan kembali yaitu pegawai yang telah memasuki

usia pensiun, namun karena tenaganya masih dibutuhkan, pegawai tersebut diangkat kembali sebagai pegawai dengan status sebagai pegawai tidak tetap sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Ayat (3)

Karyawan berdasarkan kontrak yaitu tenaga kerja yang dipekerjakan oleh Yayasan untuk menjalankan tugas-tugas dalam waktu tertentu sesuai dengan kepentingan universitas/institusi berdasarkan perjanjian kontrak kerja antara Yayasan dengan tenaga kerja yang bersangkutan. Prosedur dan penerimaan karyawan berdasarkan kontrak dilakukan sebagaimana ketentuan penerimaan pegawai yang berlaku, namun demikian status mereka bukan sebagai pegawai.

Pasal 3

Ayat (1)

Pada dasarnya Yayasan adalah organisasi yang berciri khas Katolik, maka dalam melaksanakan tugas pendidikan tinggi, pegawai diberi kepercayaan untuk melaksanakan tugas kedinasan agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, jujur, penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab yang dijiwai nilai-nilai dan semangat kristiani. Di sisi yang lain sebagai warga negara yang baik, maka setiap pegawai wajib setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945.

Ayat (2) Cukup jelas.

(9)

Pasal 4 Ayat (1)

Pada dasarnya setiap pegawai beserta keluarganya harus dapat hidup layak dari gaji yang diterimanya sehingga pegawai dapat memusatkan perhatian dan kegiatannya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Dalam menentukan besarnya gaji pegawai pada prinsipnya Yayasan mendasarkan pada kemampuan keuangan Yayasan dengan tetap memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku.

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 5 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan cuti adalah tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu guna menjamin kesegaran jasmani dan rohani serta untuk kepentingan pegawai. Cuti pegawai terdiri dari cuti tahunan, cuti sakit, cuti karena alasan penting, cuti bersalin, cuti besar dan cuti di luar tanggungan Yayasan.

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 6

Ayat (1)

Dalam menjalankan tugas kewajibannya, pegawai selalu dimungkinkan menghadapi resiko. Apabila seorang pegawai mengalami kecelakaan dalam menjalankan tugas kewajibannya, maka Yayasan memberikan tunjangan kecelakaan kerja kepada pegawai tersebut.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (1)

Maksud meninggal dunia adalah :

a. meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;

b. meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinasnya, sehingga kematian itu disamakan dengan meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;

c. meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacat jasmani/rohani yang didapat dalam dan karena menjalankan tugasnya;

d. meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu.

Kepada isteri/suami dan anak pegawai yang meninggal dunia diberikan uang duka yang diterimakan sekaligus, oleh karena itu perlu diatur perolehan uang duka. Pemberian uang duka yang dimaksud tidak mengurangi pensiun dan hak-hak lainnya yang berhak diterimanya berdasarkan peraturan yang berlaku.

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 8

Ayat (1)

Pensiun adalah jaminan hari tua bagi pegawai sekaligus sebagai balas jasa kepada pegawai yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada Yayasan. Karena pensiun merupakan jaminan hari tua, maka sudah menjadi kewajiban Yayasan untuk membantu setiap pegawai dalam mempersiapkan dan memperoleh jaminan hari tuanya. Untuk itu Yayasan mewajibkan setiap pegawai yang telah diangkat sebagai pegawai tetap untuk menjadi peserta dari suatu badan/yayasan dana pensiun yang telah ditunjuk Yayasan. Pegawai secara rutin menyetor iuran pensiun kepada badan/yayasan dana pensiun

(10)

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 9

Ayat (1)

Peraturan pegawai merupakan landasan hukum hubungan kerja untuk menjamin pelaksanaan hak dan kewajiban pegawai beserta sanksinya, oleh karena itu pegawai wajib menaati peraturan yang berlaku.

Pemberian tugas kedinasan merupakan kepercayaan dari Yayasan, dengan harapan bahwa tugas itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sesuai bidang tugasnya untuk mewujudkan tujuan Yayasan/Universitas dengan sepenuh kemampuan, pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.

Dosen diberi tugas utama untuk melakukan pendidikan/ pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, dengan cara meningkatkan profesionalitas diri dan berusaha meletakkan diri, sasaran, metoda dan hasil penelitian dalam disiplin ilmu tertentu, dalam kerangka wawasan koheren/tepadu tentang dunia. Dosen dipanggil untuk menjadi saksi-saksi dan pendidik integrasi antara iman dan hidup, dan integrasi antara kompetensi profesional dan kebijaksanaan Kristiani. Dalam pelaksanaan tugas perlu disemangati oleh ideal-ideal akademik dan prinsip-prinsip manusia otentik.

Peneliti diberi tugas utama untuk melakukan penelitian masalah-masalah aktual yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi perkembangan Yayasan/Universitas. Masalah-masalah aktual yang berhubungan dengan pendidikan, martabat hidup manusia, keadilan untuk setiap orang, kualitas hidup pribadi dan keluarga, pelindungan alam, usaha perdamaian dan stabilitas politik, tatanan ekonomi dan politik yang lebih baik, melayani komunitas manusia pada tingkat nasional dan internasional. Peneliti perlu mencari akar penyebab masalah penting masa kini, dengan memperhatikan secara khusus matra etis dan religius. Peneliti wajib untuk mengatakan kebenaran yang tidak mengenakkan dan yang tidak menyenangkan, jika hal itu perlu demi mengamankan kepentingan umum.

Tenaga nonkependidikan diberi tugas utama untuk melaksanakan tugas administratif dalam rangka menunjang pelayanan Yayasan/Universitas kepada Gereja dan masyarakat.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan setia dan taat adalah tekad dan kesanggupan untuk melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang disetiai dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Agar pegawai dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka ia harus mempunyai kesetiaan dan ketaatan penuh terhadap Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, UUD 1945 sebagai dasar hukum tertinggi, peraturan perundangan yaitu keputusan yang ditetapkan pemerintah dan peraturan yang berlaku yaitu keputusan yang ditetapkan Yayasan/Universitas, sehingga dengan demikian pegawai dapat memusatkan segala perhatian dan pikiran serta mengarahkan segala daya dan tenaganya untuk melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.

Ayat (3)

Pada umumnya yang disebut rahasia adalah rencana, kegiatan atau tindakan yang akan, sedang atau telah dilakukan, yang dapat mengakibatkan kerugian yang besar atau dapat menimbulkan resiko tinggi apabila diberitahukan kepada atau diketahui oleh orang yang tidak berhak. Rahasia jabatan adalah rahasia mengenai atau yang ada hubungannya dengan Jabatan. Pada umumnya rahasia jabatan dapat berupa dokumen tertulis, meliputi: surat, notulen rapat, rekaman suara, perintah atau keputusan lisan dari pimpinan.

Ditinjau dari sudut pentingnya maka rahasia jabatan itu ditentukan tingkat klasifikasinya, yaitu sangat rahasia, rahasia dan konfidensial atau terbatas. Ditinjau dari sudut sifatnya, maka ada rahasia jabatan yang sifat kerahasiaannya terbatas pada waktu tertentu, tetapi ada rahasia jabatan yang sifatnya terus menerus. Kegiatan atau tindakan yang bersifat rahasia jabatan dan tingkat klasifikasinya, harus ditetapkan dengan tegas oleh pimpinan yang bersangkutan.

Pada umumnya karena jabatannya atau karena jenis pekerjaannya, pegawai dengan sendirinya dapat mengetahui rahasia itu, oleh karenanya ia wajib menyimpan rahasia tersebut. Bocornya suatu rahasia

(11)

Ayat (4)

Dalam melakukan tugas kedinasan setiap pegawai hendaknya menaati perintah pimpinannya dan berani menyampaikan pendapat dan gagasan secara konstruktif, benar, jujur dan bertanggung jawab.

Pasal 10 Ayat (1)

Agar pegawai dapat melaksanakan tugas pekerjaannya dengan baik dalam rangka menghasilkan pengelolaan Universitas yang efektif dan efisien, maka perlu diatur manajemen pegawai.

Selain itu perlu dilaksanakan usaha pembinaan pegawai yang meliputi baik struktur, prosedur kerja, maupun sarana dan fasilitas kerja sehingga pegawai mampu menjalankan tugas di bidang masing-masing dan mengabdikan diri dalam tugas pelayanan pendidikan tinggi di Universitas.

Ayat (2)

Dalam usaha meningkatkan kualitas dan kegairahan bekerja, maka sistem pembinaan pegawai dilaksanakan atas dasar sistem prestasi kerja dan karier. Dengan demikian akan diperoleh penilaian yang obyektif terhadap kompetensi pegawai.

Ayat (3) Cukup jelas Pasal 11 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Yayasan dalam manajemen pegawai adalah penentu kebijaksanaan pegawai. Di dalam menentukan kebijaksanaan pegawai, Yayasan terlebih dahulu mendengarkan saran atau pendapat Rektor, karena Rektor adalah pembina dan pelaksana kebijaksanaan pegawai di lingkungan Universitas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 12

Formasi adalah penentuan jumlah dan susunan pangkat pegawai yang diperlukan untuk mampu melaksanakan tugas pokok yang ditetapkan oleh Yayasan/Universitas.

Jumlah pegawai yang diperlukan didasarkan pada beban kerja yang dipikul oleh Yayasan/Universitas dan disesuaikan menurut kebutuhan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan formasi adalah jenis, sifat dan beban kerja, jenjang dan jumlah pangkat, serta jabatan yang tersedia di Yayasan/Universitas. Formasi tersebut perlu ditinjau sekali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 13

Ayat (1)

Pengadaan pegawai pada umumnya untuk mengisi formasi yang lowong yang disebabkan oleh adanya pegawai yang berhenti atau perkembangan organisasi, maka pengadaan pegawai didasarkan pada kebutuhan.

Ayat (2)

Pengadaan pegawai didasarkan atas syarat-syarat obyektif yang ditentukan dan tidak didasarkan atas golongan atau kelompok tertentu..

Ayat (3)

Penerimaan pegawai dilakukan melalui seleksi yang pelaksanaannya dilakukan oleh Universitas.

Ayat (4)

(12)

Ayat (5)

Lamanya masa percobaan ditentukan sebagai berikut :

a. pegawai kependidikan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan selama masa percobaan ini terhadap calon pegawai dilakukan evaluasi kerja.

b. pegawai non kependidikan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun. Selama masa percobaan ini kepada calon pegawai dilakukan evaluasi kerja berturut-turut mulai setelah 3 (tiga) bulan, 1 (satu) tahun dan 2 (dua) tahun bekerja.

Apabila dalam masa percobaan itu calon pegawai dipandang tidak cakap, maka ia dapat diberhentikan dan apabila ia cakap maka dapat diangkat menjadi pegawai tetap sesuai ketentuan yang berlaku.

Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Pasal 14 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang pegawai dalam rangkaian susunan kepegawaian yang digunakan sebagai dasar penggajian.

Yang dimaksud dengan jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang pegawai dalam suatu susunan organisasi Yayasan/Universitas.

Pengertian jabatan dapat ditinjau dari 2 (dua) sudut yaitu struktural dan fungsional.

Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi Yayasan/Universitas seperti Rektor, Ketua Lembaga, Dekan, Kepala Bagian dan lain-lain.

Dalam pengangkatan jabatan struktural, pegawai yang berpangkat lebih rendah tidak dapat membawahi langsung pegawai yang berpangkat lebih tinggi.

Jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam struktur organisasi Yayasan/Universitas, tetapi dari sudut fungsinya diperlukan oleh institusi seperti dosen dan tenaga penunjang akademik yang terdiri dari peneliti, pengembang bidang pendidikan, pustakawan, laboran dan teknisi sumber belajar.

Pegawai diangkat dalam suatu pangkat dan suatu jabatan tertentu sesuai kecakapan, pengabdian dan prestasi kerjanya menurut peraturan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (2)

Dalam rangka pelaksanaan sistim karier dan prestasi kerja maka harus ada pengkaitan yang erat antara kepangkatan dan jabatan. Seorang pegawai yang ditunjuk menduduki jabatan haruslah mempunyai pangkat yang sesuai untuk jabatan itu.

Pasal 15 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan kenaikan pangkat reguler adalah kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi bagi seorang pegawai yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan tanpa melihat jabatan dan terbatas sampai jenjang kepangkatan berdasarkan ijazah yang bersangkutan menurut peraturan yang berlaku. Kenaikan pangkat reguler merupakan hak dari pegawai, jadi apabila seorang pegawai telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan pada dasarnya harus dinaikkan pangkatnya, kecuali ada alasan yang sah untuk menundanya.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3)

Dalam memberikan kenaikan pangkat dipertimbangkan syarat-syarat kenaikan pangkat yang dirangkum dalam suatu Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) meliputi antara lain: prestasi kerja, disiplin

(13)

Cukup jelas.

Pasal 16 Ayat (1)

Prinsip pokok dalam pengangkatan dalam jabatan adalah menempatkan orang yang tepat pada tempat yang tepat. Agar dapat mengangkat dalam jabatan yang tepat diperlukan beberapa bahan pertimbangan antara lain dilihat dari kemampuan kerja, disiplin, kesetiaan, pengabdian, kejujuran dan syarat obyektif lainnya yang dinilai dalam satuan angka tertentu sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 17

Permindahan jabatan dapat diartikan promosi atau mutasi. Pemindahan jabatan ini diadakan untuk kepentingan kedinasan dan sebagai salah satu usaha untuk memperluas pengalaman, wawasan atau mengembangkan bakat.

Pasal 18 Ayat (1)

a. Pegawai yang meminta berhenti dengan kemauan sendiri pada prinsipnya harus diberhentikan dengan hormat. Permintaan berhenti atas kemauan diri sendiri ini diajukan terlebih dahulu 3 (tiga) bulan sebelumnya kepada Yayasan/Pengurus melalui Rektor.

b. Cukup jelas.

c. Pegawai yang tidak cakap jasmani dan rohani berdasarkan keterangan dokter penguji, diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak menurut peraturan yang berlaku.

d. Apabila terjadi penyederhanaan organisasi, pegawai dapat diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak-haknya sesuai peraturan yang berlaku.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

a. Cukup jelas.

b. Pegawai yang lalai menjalankan tugas dan berakibat merugikan Yayasan/Universitas dan menurut pertimbangan Rektor perbuatannya jelas-jelas terbukti merugikan Yayasan/Universitas, maka yang bersangkutan dapat diberhentikan tidak dengan hormat.

c. Pegawai yang melakukan penyelewengan dengan mengatasnamakan Yayasan/Universitas untuk kepentingan pribadi dan perbuatannya jelas-jelas terbukti merugikan Yayasan/Universitas baik secara moril maupun materiil, maka pegawai yang bersangkutan dapat diberhentikan tidak dengan hormat.

Ayat (4)

a. Pada dasarnya pegawai yang telah diputus pengadilan dan berkekuatan hukum tetap melakukan tindak pidana dengan sanksi hukuman berat yang berhubungan dengan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang berhubungan dengan jabatan dan pekerjaannya atau tindak kejahatan lainnya, ia harus diberhentikan tidak dengan hormat.

b. Pegawai yang terbukti melakukan penyelewengan terhadap nilai-nilai kristiani, Pancasila dan UUD 1945 atau terlibat kegiatan yang menentang negara/pemerintah, tidak wajar lagi dipertahankan sebagai pegawai karena telah mengingkari sendiri kedudukan dan kewajibannya sebagai pegawai.

(14)

Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 19 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan pegawai dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari yang pada prinsipnya menghargai dan menghormati nilai-nilai kristiani dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat sesama, memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, penuh kesadaran, pengabdian, jujur dan tanggung jawab serta taat pada peraturan dan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 20 Ayat (1)

Setiap calon pegawai yang telah memenuhi ketentuan peraturan ini dapat diangkat sebagai pegawai, maka pada saat pengangkatannya wajib menandatangani pernyataan bahwa dirinya mengikatkan diri bekerja di Yayasan. Pengikatan diri pegawai ini merupakan suatu ketentuan yang mengatur hubungan kerja antara pegawai dengan Yayasan.

Ayat (2)

Pengangkatan seorang pegawai untuk memangku sesuatu jabatan terutama jabatan yang penting adalah merupakan kepercayaan dari Yayasan/Universitas. Dalam melaksanakan tugas itu diperlukan pengabdian, kejujuran, kerelaan dan tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu pegawai yang diangkat untuk memangku jabatan tertentu pada saat pengangkatannya wajib mengangkat sumpah/janji dihadapan Pengurus atau Rektor atau pejabat lain yang ditunjuk dengan harapan agar tidak terjadi penyalahgunaan kepercayaan yang telah diberikan.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 21

Ayat (1)

Dalam rangka menjalin kerja sama dengan instansi/lembaga lain terutama tugas pendidikan tinggi dan untuk mewujudkan visi-misi Yayasan/Universitas dalam upaya menjadikan setiap anggota komunitas Yayasan/Universitas menjadi agen perubahan sosial, pada prinsipnya Yayasan memberi izin kepada pegawai yang dibutuhkan tenaganya untuk menjadi pejabat di luar Yayasan/Universitas.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 22 Ayat (1)

Pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (jabatan) bagi pegawai dimaksudkan agar terjamin keserasian antara kebutuhan Yayasan/Universitas dengan pembinaan pegawai dalam rangka mencapai tujuan Yayasan/Univesitas. Tujuan pendidikan dan pelatihan antara lain adalah untuk: a. meningkatkan kualitas, efektivitas, efisiensi dan produktivitas kerja pegawai;

b. memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengembangkan kariernya; c. menciptakan/mengembangkan metode kerja yang lebih baik;

(15)

Pasal 23

Peningkatan kesejahteraan pegawai diusahakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan Yayasan sehingga pegawai dapat memusatkan perhatian untuk melaksanakan tugasnya. Usaha kesejahteraan yang dimaksud meliputi kesejahteraan materiil dan spirituil seperti jaminan hari tua, bantuan perawatan kesehatan bagi pegawai/keluarganya, bantuan kematian, rekoleksi dan bentuk lainnya yang dapat dikategorikan sebagai usaha untuk menyejahterakan pegawai.

Pasal 24

Penghargaan yang dimaksud dapat berupa tanda jasa, kenaikan pangkat istimewa atau bentuk penghargaan lainnya seperti surat pujian, penghargaan yang berupa materiil dan lain-lain, yang syarat-syarat, bentuk dan jumlah pemberian diatur dalam peraturan pemberian penghargaan.

Pasal 25

Sengketa kepegawaian merupakan masalah kompleks yang memerlukan penanganan khusus, sehingga perlu dibentuk suatu komisi guna menyelesaikan masalah sengketa kepegawaian yang mungkin akan terjadi, oleh karena itu perlu diatur tentang penyelesaian sengketa pegawai.

Pasal 26

Peraturan ini dibuat untuk menjamin kepastian hukum, maka di dalamnya harus ada rumusan yang mampu memberikan kepastian hukum serta dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pemakai peraturan ini, termasuk di antaranya adalah memberikan tenggang waktu secara tegas kepada Yayasan dan Universitas untuk sesegera mungkin menyesuaikan segala peraturan yang telah ada melalui kewenangan yang diberikan kepadanya agar fungsi kepastian dan pelayanan dapat dilaksanakan dengan baik. Jangan sampai terjadi kondisi bahwa peraturan yang mengatur hal-hal pokok sudah ada, namun tidak segera ditetapkan peraturan pelaksananya. Dengan pertimbangan kinerja dan peraturan yang sudah ada di Yayasan/Universitas, maka waktu 1 (satu) tahun dipandang cukup untuk melakukan penyesuaian.

Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Yogyakarta, 31 Maret 2000 Yayasan Slamet Rijadi

Sekretaris Ketua

ttd ttd

(16)

SISTEMATIKA

RANCANGAN PERATURAN POKOK KEPEGAWAIAN

(5 BAB 29 PASAL)

BAB I :

KETENTUAN UMUM

a. Bagian Pertama

:

Pengertian

b. Bagian Kedua

:

Kedudukan Pegawai

BAB II :

KEWAJIBAN DAN HAK PEGAWAI

a. Bagian Pertama

:

Kewajiban Pegawai

b. Bagian Kedua

:

Hak pegawai

BAB III :

PEMBINAAN PEGAWAI

a. Bagian Pertama

:

Tujuan dan Sistim Pembinaan Pegawai

b. Bagian Kedua

:

Kebijaksanaan Pembinaan Pegawai

c. Bagian Ketiga

:

Formasi dan Pengadaan Pegawai

d. Bagian Keempat

:

Kepangkatan, Jabatan, Pengangkatan Pemindahan dan

Pemberhentian Pegawai

e. Bagian Kelima

:

Kode etik, Disiplin, Janji/Sumpah

f. Bagian Keenam

:

Pegawai sebagai Pejabat di luar YSR

g. Bagian Ketujuh

:

Pendidikan dan Pelatihan

h. Bagian Kedelapan :

Kesejahteraan Pegawai

i. Bagian Kesembilan :

Penghargaan

j. Bagian Kesepuluh :

Penyelesaian Sengketa Pegawai

BAB IV

:

KETENTUAN PERALIHAN

(17)
(18)

Referensi

Dokumen terkait