• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana maksud Pasal 1 ayat. (3) yang menyebutkan, Negara Indonesia adalah negara hukum.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana maksud Pasal 1 ayat. (3) yang menyebutkan, Negara Indonesia adalah negara hukum."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana maksud Pasal 1 ayat (3) yang menyebutkan, “Negara Indonesia adalah negara hukum.” dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Kedaulatan hukum

(rechtssouvereniteit) berprinsip bahwa hukumlah satu-satunya yang menjadi

sumber kedaulatan.1 Dalam Pasal 28 D ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia yang menyebutkan “Setiap orang berhak atas pengakuan,

jaminan, perlindungan ,dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum” dari hal tersebut setiap penyelenggaraan kekuasaan

negara harus berdasarkan hukum dan harus menjunjung tinggi atas pengakuan, jaminan, perlindungan ,dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagaimana diatur dalam pasal 28 D ayat 1 UUD 1945. Rumusan Peraturan perundang-undangan tentang tindak pidana Narkotika diatur di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Peraturan ini dirumuskan sebagai bentuk dan suatu sikap Proaktif Negara Indonesia yang mendukung penuh dalam memberantas peredaran Narkotika dan segala bentuk kejahatan-kejahatanaNarkotika.2

1 Prof.Dr. I Gde Pa ntja Asta wa , S.H. M.H. da n Dr. Suprin Na ’a , S.H. M.H, 2012 , Memahami Ilmu Negara & Teori Negara, Refika Adita ma , Ba ndung, ha l. 114.

(2)

Narkotika Merupakan suatu Zat atau obat yang bahan dasarnya adalah Tanaman atau bukan tanaman yang apabila dikonsumsi dapat mengakibatkan atau memiliki efek samping yang dapat menghilangkan atau menurunkan tingkat kesadaran seseorang hingga dapat mengakibatkan ketergantungan kepada penggunanya sehingga dibentuknya Peraturan perundang-undangan No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika merupakan suatu Upaya dari pemerintah Indonesia guna mencegah , melindungi dan menyelamatkan Warga Negara Indonesia dari Penyalahgunaan Narkotika dan Warga Negara Indonesia yang memiliki ketergantungan terhadap Narkotika.3

Narkotika juga memiliki Dampak yang luarbiasa sangat berbahaya dan berpengaruh besar terhadap negara dikarenakan peredarannya yang dapat meyebar dengan sangat cepat di masyarakat yang dapat menyebabkan Negara akan sangat Rapuh dari dalam dikarenakan ketahanan nasional dapat menurun drastis dan juga dapat merusak generasi muda dan berakibat fatal apabila pemerintah tidak mengatasi dan mengambil tindakan serta upaya dalam menekan dan mengatasi kejahatan narkotika di Indonesia. 4

Dirumuskannya suatu Peraturan perundang-undangan No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah dibentuk dan diterapkan oleh Pemerintah, akan tetapi perbuatan jahat mengenai Narkotika masih sangat jauh untuk ditekan dan diminimalisir, Hal ini dikarenakan penyalahguna Narkotika hanya dihukum

3 Ibid Ha l 90

(3)

dengan sanksi yang berat akan tetapi pelaku penyalahguna Narkotika seringkali mengabaikan hal tersebut dan cenderung lebih aktif untuk melakukannya kembali dalam penyalahgunaan Narkotika.5

Pada kasus-kasus narkotika, ada beberapa pasal yang sering digunakan sebagai sanksi untuk menjerat pelaku yaitu diantaranya pasal 112 dan pasal 127 UU Narkotika. Kedua pasal tersebut memiliki unsur-unsur pasal yang multitafsir dan ketidakjelasan rumusan antara pasal 112 dan pasal 127 UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Seringkali pasal multitafsir tersebut akan mengakibatkan dan dimanfaatkan oleh pelaku tindak pidana narkotika (pengedar) yang akan berlindung dalam ketentuan pasal 127 seolah-olah dia adalah korban kejahatan Narkotika. Hal tersebut akan berdampak pada penjatuhan hukuman dengan hukuman yang ringan dan singkat serta dapat menyebabkan efek tidak jera kepada pelaku sehingga kerap kali menimbulkan ketidakpastian dan ketidakadilan hukum.

Pada dasarnya dalam hukum acara pidana, hakim menjatuhkan putusan kepada terdakwa berdasarkan surat dakwaan sesuai dengan fakta-fakta di persidangan dan didukung dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang serta surat tuntutan oleh Jaksa Penuntut umum yang semua hal tersebut dipertimbangkan oleh majelis hakim ditambah dengan keyakinan hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tersebut. jaksa penuntut umum hanya melakukan penuntutan berdasarkan bukti-bukti dan fakta-fakta yang

5 O.C. Ka ligis & Assosia tes, Narkoba dan peradilannya di Indonesia , Reformasi Hukum Pidana Melalui Perundangan dan Peradilan, Ba ndung: Alumni.2002.hlm. 260.

(4)

dibuktikannya di persidangan. sehingga dari agenda pemeriksaan dan pembuktian, jaksa telah sepenuhnya berkeyakinan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana dalam pasal yang didakwakan dan dibuktikan dalam persidangan sehingga dari hasil tersebut jaksa mengambil kesimpulan dan merumuskannya dalam surat tuntutan agar hakim mengabulkan tuntutan jaksa kepada terdakwa. 6

Dalam pasal 137 KUHAP dijelaskan bahwasanya: “ Penuntut umum berwenang untuk melakukan penuntutan terhadap siapapun yang didakwa melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan perkara ke pengadilan yang berwenang untuk mengadili”.7 Penuntutan atas dasar

adanya suatu peristiwa kejahatan atau tindak Pidana, khususnya tindak pidana narkotika merupakan suatu tugas yang dilakukan oleh Jaksa penuntut umum untuk menuntut terdakwa sebagaimana atas perbuatan pidana telah dilakukannya.

Dalam menyelenggarakan peradilan, hakim diberikan wewenang untuk memeriksa dan memutus perkara yang diajukan ke pengadilan dan pengadilan dilarang untuk menolak. Dasar kewenangan hakim dalam sistem hukum formal di indonesia tercantum dalam pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman yang berbunyi “Pengadilan dilarang menolak

untuk memeriksa,mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”8

6 Zulka rna in Opcit hlm 71 7 Ba ca pa sa l 137 KUHAP

(5)

. Berdasarkan pasal 1 ayat 5 UU No 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman Hakim adalah hakim pada Mahkamah Agung dan hakim pada badan

peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.9 Hakim merupakan pejabat dalam peradilan

negara yang memiliki wewenang oleh undang-undang untuk

menerima,memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diterimanya berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak kepada jaksa penuntut umum atau terdakwa dan penasihat hukumnya dalam hal dan cara yang diatur dalam kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.10

Dalam putusan nomor 146/Pid.Sus/2018/PN.Smp terdakwa didakwa melakukan Tindak Pidana Narkotika oleh jaksa penuntut umum. Dakwaan yang digunakan oleh jaksa Penuntut Umum adalah Dakwaan Alternatif. Yaitu Pasal 112 dalam dakwaan kesatu atau pasal 127 dalam dakwaan kedua Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. dalam dakwaan alternatif , jaksa hanya membuktikan satu pasal yang berdasarkan dakwaannya tergantung dari fakta-fakta di persidangan, melalui fakta-fakta-fakta-fakta inilah yang akan menentukan tindak pidana yang terbukti. dalam pemeriksaan alat bukti dan saksi-saksi oleh jaksa serta fakta-fakta yang terungkap di persidangan, jaksa penuntut umum berkeyakinan bahwa terdakwa telah memenuhi unsur pasal 112 ayat (1) UU R.I

9 Ba ca pa sa l 1 a ya t 5 UU no 48 Ta hun 2009 Tenta ng kekua saan kehakiman

10 Zulka rna in, Praktik Peradilan Pidana Panduan praktis memahami peradilan pidana . Ma la ng;

(6)

No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Dakwaan kesatu Jaksa Penuntut Umum yang berbunyi “yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki , menyimpan ,

menguasai atau menyediakan narkotika golongan I bukan Tanaman”. Jaksa

penuntut umum menuntut 6 tahun penjara kepada terdakwa, akan tetapi hakim dalam putusan tersebut langsung memilih dakwaan kedua yaitu Pasal 127 ayat (1) Huruf a kepada Terdakwa yang berbunyi “Menyalahgunakan Narkotika

Golongan I bagi Diri Sendiri” Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika.

Pada kasus ini terdakwa terbukti menguasai dan memiliki narkotika golongan 1 bukan tanaman sebanyak 1 paket sabu d engan berat 0,425 Gram dari penemuan barang bukti tersebut seharusnya terdakwa dijerat dengan pasal 112 UU Narkotika. Akan tetapi terdakwa dalam persidangan menyatakan bahwasanya dirinya adalah pemakai dan seolah-olah berlindung dalam ketentuan pasal 127 Ayat (1) UU No 35 Tahun 2009. Sehingga dari hal tersebut seringkali hakim menjatuhkan putusan yang bertentangan dengan kepastian hukum dan keadilan hukum.

Berikut Ringkasan – Ringkasan dalam persidangan perkara No 146/Pid.Sus/2018/PN Smp :

Ringkasan Kasus Posisi

Kasus ini berawal dariTerdakwa MUHAMMAD Alias MAT TAHU Bin JUMA'ATON yang pada hari Selasa tanggal 13 Maret 2018 sekira pukul 23.30 Wib atau setidak tidaknya pada suatu waktu Iain dalam bulan Maret Tahun 2018,

(7)

atau setidak tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2018, bertempat di Jalan KH.Wahid Hasyim Gang Il Desa Pandian Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep atau setidak-tidaknya pada suatu tempat Iain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Sumenep yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili mendapat informasi dari masyarakat bahwa ada seorang bernama Terdakwa MUHAMMAD als MAT TAHU akan memakai atau mengkomsumsi Narkotika jenis sabu dan masih dalam perjalanan dari Kabupaten Pamekasan menuju ke Kabupaten Sumenep

tim Satreskoba Iainnya mendekati rumah SUTRISNO dan langsung menggerebek rumah tersebut ada 2 (dua) orang yaitu SUTRISNO dan Terdakwa MUHAMMAD Als MAT TAHU, dimana salah seorang ciricirinya sesuai dengan yang diinformasikan yaitu Terdakwa MUHAMMAD Als MAT TAHU baru keluar dari kamar mandi/WC, maka langsung seketika itu dilakukan interograsi dan benar bahwa laki-laki yang keluar dari kamar mandi mengaku bernama Terdakwa MUHAMMAD als MAT TAHU

Ringkasan Dakwaan

Dalam Merumuskan Dakwaan , Jaksa Penuntut Umum merumuskan Surat Dakwaan Alternative yaitu :

1. Penuntut Umum mendakwakan terdakwa dengan tanpa hak dan melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika golongan I bukan tanaman, Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

(8)

pasal 112 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

2. Penuntut Umum mendakwakan terdakwa menjadi Penyalah guna Narkotika golongan I bagi diri sendiri sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.11

Ringkasan Tuntutan

Berdasarkan ketentuan pasal 112 ayat (1) UU no 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika , Pasal 182 Ayat (1) KUHAP dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan perkara tersebut , Penuntut umum Kejaksaan Negeri Sumenep MENUNTUT : 12

1. Menyatakan Terdakwa MUHAMMAD Alias MAT TAHU telah terbukti secara sah dan meyakinkan “yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki , menyimpan , menguasai atau menyediakan narkotika golongan I bukan Tanaman “ Sebagaimana diatur dalam pasal 112 Ayat (I) UU R.I No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dalam Dakwaan Kesatu Penuntut umum 2. Menjatuhkan Pidana Kepada Terdakwa MUHAMMAD Alias MAT TAHU

dengan Pidana Penjara selama 6 (Enam) Tahun Dikurangkan seluruhnya selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan pidana denda sebessar Rp.800.000.000.-(Delapan Ratus Juta

11 Sura t Da kwa a n Reg.Perk.Nomor:PDM-71 / SUMEN / EUL.2/ V / 2018

(9)

Rupiah), Apabila Pidana Denda Tidak dibayar maka diganti dengan Pidana Penjara Selama 3 (Tiga) Bulan

3. Menyatakan Barang Bukti Berupa :

- 1 (Satu) poket/kantong Plastic Klip Kecil berisi Narkotika jenis sabu berat netto 0,425 gram dan sobekan isolasi warna hitam dirampas untuk dimusnahkan

4. Menyatakan Supaya terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,-(Lima Ribu Rupiah)

Ringkasan Amar Putusan

MENGADILI :13

1. Menyatakan Terdakwa Muhammad Alias Mat Tahu Nin Jum’aton terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana “Menyalahgunakan Narkotika Golongan I bagi Diri Sendiri”

2. Menjatuhkan Pidana Terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana Penjara selama 2 (Dua) Tahun;

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari Pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan terdakwa dalam Tahanan ; 5. Menetapkan barang bukti berupa :

- 1 (satu) poket/kantong plastik klip kecil berisi narkotika jenis sabu berat kotor, 0,63 Gram

(10)

- Sobekan Isolasi Warna Hitam Dirampas untuk dimusnahkan ;

6. Menetapkan supaya terdakwa dibebani membayar biaya perkara sejumlah Rp.5000.-(Lima ribu rupiah)

dalam Pemeriksaan di persidangan Jaksa Penuntut umum membuktikan Dakwaan Pertama yaitu terdakwa terbukti menguasai dan memiliki narkotika golongan 1 bukan tanaman sebanyak 1 paket sabu dengan berat 0,425 Gram. dari penemuan barang bukti tersebut dan Agenda pemeriksaan di persidangan seharusnya terdakwa dijerat dengan pasal 112 ayat (1) UU R.I No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dalam Dakwaan kesatu Jaksa Penuntut Umum yang berbunyi

“yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki , menyimpan , menguasai atau menyediakan narkotika golongan I bukan Tanaman”. .Namun hakim dalam

putusan Nomor 146/Pid.sus/2018/PN Smp yang memeriksa perkara aquo menyatakan Terdakwa terbukti secara Sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Menyalahgunakan Narkotika Golongan I bagi Diri Sendiri” sesuai dengan Pasal 127 ayat (1) Huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis mencoba meneliti dan membahas lebih jauh lagi masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pertimbangan Hukum Oleh Hakim Dalam Menjatuhkan

Putusan Di luar Tuntutan Jaksa Dalam Perkara Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan No : 146/Pid.Sus/2018/PN Smp).

(11)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian Latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana dasar pertimbangan hukum dalam menjatuhkan putusan diluar Tuntutan Jaksa Penuntut Umum dalam perkara No 146/Pid.Sus/2018/PN Smp?

2. Apakah Putusan Nomor 146/Pid.Sus/2018/PN.Smp dalam perkara a quo telah sesuai dengan aspek kepastian hukum, kemanfaatan Hukum dan keadilan hukum?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin diperoleh oleh penulis sehubungan dengan permasalahan tersebut adalah :

1. Untuk Mengetahui pertimbangan hukum dalam menjatuhkan putusan diluar Tuntutan jaksa Penuntut Umum dalam perkara No 146/Pid.Sus/2018/PN Smp.

2. Untuk Mengetahui Putusan Nomor 146/Pid.Sus/2018/PN.Smp dalam perkara a quo telah sesuai dengan asas kepastian hukum, kemanfaatan Hukum dan keadilan hukum.

D. Manfaat Penelitian

Selain Tujuan Penelitian seperti yang tersebut diatas , Penelitian ini juga diharapkan akan dapat memberi Manfaat sebagai berikut :

(12)

1. Bagi Penulis

Penelitian ini Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan Menambah wawasan serta meningkatkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan , menerapkan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama Perkuliahan di Fakultas Hukum Univeritas Muhammadiyah Malang. Sekaligus sebagai syarat akademik untuk memperoleh gelar kesarjanaan S1 dibidang ilmu hukum.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan Wawasan dan Informasi kepada masyarakat atas Hasil Analisis oleh penulis, sehingga masyarakat mampu memahami tentang dasar pertimbangan hukum oleh Hakim dalam menjatuhkan putusan dan Apakah Putusan Hakim dalam perkara a quo telah sesuai dengan asas kepastian hukum, kemanfaatan Hukum dan keadilan hukum.

3. Bagi Hakim

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi penegak hukum khususnya Hakim, agar dapat menjalankan tanggung jawab secara optimal dalam Proses Pemidanaan terhadap Penyalahguna Narkotika Sehingga dapat tercapainya Tujuan Pemidanaan Sesuai Peraturan Perundang-undangan UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

(13)

E. Kegunaan Penelitian

1.kegunaan teoritis

Adanya suatu harapan bahwa dari hasil Analisis yang penulis lakukan dapat memberi masukan dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak mengenai pertimbangan hukum oleh hakim yang menjatuhkan putusan diluar Tuntutan jaksa penuntut umum dalam kasus tindak pidana Narkotika.

2. kegunaan praktis

Bagi penulis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti kuliah untuk diterapkan dalam kehidupan nyata pada bidang hukum acara khususnya mengenai analisis terhadap pertimbangan hukum oleh hakim yang menjatuhkan putusan diluar Tuntutan jaksa penuntut umum dalam kasus tindak pidana Narkotika . dan dapat pula memberikan masukan yang berarti oleh bagi para penegak hukum dalam penanganan tindak pidana Narkotika.

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode penelitian yang akan digunakan Yaitu Penelitian hukum Yuridis normatif

Yuridis : berkaitan dengan Kewenangan Majelis hakim dalam megadili perkara tindak pidana Narkotika ditinjau dari :

(14)

b. KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana)

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

d. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

e. Putusan Pengadilan Negeri Sumenep (Nomor:146/Pid.sus/2018/ PN Smp)

Normatif : berkaitan dengan Pertimbangan-Pertimbangan Hukum Majelis hakim dalam megadili perkara tindak pidana Narkotika dalam Putusan (Nomor:146/Pid.sus/2018/ PN Smp).

2. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang terkait dangan permasalahan hukum yang akan ditelaah sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer :

bahan hukum yang mengikat dalam penelitian ini yang dapat di uraikan adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana)

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

(15)

4. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

5. Putusan Pengadilan Negeri Sumenep (Nomor:146/Pid.sus/2018/ PN Smp

b. Bahan hukum sekunder :

Bahan hukum sekunder dapat diartikan berupa semua publikasi-publikasi tentang hukum yang bukan merupakan suatu dokumen-dokumen resmi. bahan hukum sekunder yang terutama yaitu buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis, Penulisan-Penulisan hukum atau jurnal-jurnal hukum. c. Hukum tersier

Bahan hukum Tersier dapat diartikan berupa semua publikasi-publikasi tentang hukum yang terdiri dari Ensiklopedia, kamus-kamus hukum, Kamus bahasa Indonesia dan Lain-lain

3. Pengumpulan Bahan Hukum a. Studi dokumen :

merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan Menganalisis. Adapun dokumen yang digunakan penulis menjadi objek penelitian ini yaitu Putusan Nomor 146/Pid.Sus/2018/PN Smp.

b. Studi kepustakaan :

Studi kepustakaan merupakan suatu bentuk pengkajian informasi tertulis Pengumpulan data dilakukan melalui Studi Kepustakaan (library

(16)

research) dengan cara membaca, mengutip, mencatat, dan memahami

berbagai literatur yang terkait dengan objek penelitian baik berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Yang terdiri dari :

• Studi Kepustakaan Manual : Pengumpulan data yang dilakukan melalui Studi Kepustakaan (library research) dengan cara membaca, mengutip, mencatat, dan memahami berbagai literatur yang sumbernya berasal dari buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis, dan karya-karya ilmiah hukum

• Studi Kepustakaan Digital : Pengumpulan data yang dilakukan melalui Studi Kepustakaan (library research) dengan cara membaca, mengutip, mencatat, dan memahami berbagai literatur yang sumbernya berasal dari Situs Internet , Media Massa dan Dokumen-Dokumen Hukum Elektronik.

4. Metode Analisa

Metode Analisa yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah Analisa Preskriptif dan Content Analisa . yaitu mempelajari dan menganalisa isi dari Putusan No.146/Pid.sus/2018 PN.smp , tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, serta norma-norma hukum.

G. Sistematika Penulisan

Dalam sitematika penulisan hukum ini, penulis akan menyajikan empat bab yang terdiri dari sub bab yang bertujuan untuk mempermudah penulis dalam penulisannya. Sistematika penulisan ini juga akan menyesuaikan

(17)

dengan buku pedoman penulisan penelitian hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

I. PENDAHULUAN

Berisi Latar Belakang, Rumusan Permasalahan, Tujuan penelitian, manfaat Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode penelitian dan Sistematika Penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tinjauan pustaka dari berbagai konsep atau kajian yang berhubungan yaitu teori pertimbangan hukum hakim, putusan hakim,Narkotika ,tindak pidana Narkotika, Kewenangan jaksa, dan Kewenangan hakim

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi deskripsi dan analisis Dasar Pertimbangan Hukum Hakim

dalam Menjatuhkan Pidana dalam Putusan Nomor.

146/Pid.Sus/2018/PN Smp dan kesesuaian putusan hakim terhadap Asas Kepastian Hukum , Asas Kemanfaatan Hukum , dan Asas Keadilan Hukum.

IV. PENUTUP

Berisi kesimpulan umum yang didasarkan pada hasil analisis dan pembahasan penelitian serta berbagai saran sesuai dengan permasalahan yang ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Bahan tanaman yang digunakan diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Palma, Manado, terdiri dari 10 individu kelapa GKN sebagai representasi tetua betina, 15 individu

al-r±wi al-a‘l± untuk menentukan riwayat yang paling akurat yang bisa disandarkan kepada Nabi saw. Adapun metode pelaksanaannya terdiri dari langkah-langkah berikut:

Tabel. Berdasarkan hal tersebut variabel pemakaian alat pelindung diri dan praktek saat mengelola pestisida berhubungan secara signifikan dengan kejadian keracunan

• Sumber-sumber interferensi dapat berasal dari ponsel lainnya di dalam sel yang sama, dari percakapan yang sedang berlangsung disebelahnya, atau dari BTS yang bekerja pada

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, diharapkan peneliti selanjutnya memberikan pertanyaan terbuka terkait dengan variabel bebas yang digunakan untuk mengetahui

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh penggantian Bovine Serum Albumin (BSA) dengan putih telur dalam pengencer dasar CEP-2 terhadap kualitas

Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif antara konsep diri dengan kecenderungan bullying pada siswa SMK Negeri 10 Semarang yaitu konsep

1) Mempelajari berbagai peraturan perundang-undangan yakni Undang-undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelejen Negara, Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009, Kitab