ANALISIS PEMAKAIAN BAHAN BAKAR BIODIESEL M30
DARI MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS NaOH 0,35
% PADA MOTOR DIESEL TIPE S-1110
Dr. Sri Poernomo, ST., MT.*), Akhmad Thobroni**)*) Dosen Teknik Mesin Universitas Gunadarma **) Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Gunadarma
ABSTRAKSI
Biodiesel merupakan bahan bakar yang renewable (mudah diperbarui), yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar untuk motor diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Penelitian ini menggunakan minyak jelantah sebagai bahan utamanya serta NaOH sebanyak 8,75 gram dan metanol sebanyak 1250 ml sebagai bahan pembantu pembuat biodiesel. Biodiesel yang dihasilkan selanjutnya dicampur dengan solar dengan perbandingan 30% biodiesel dan 70% solar yang disebut dengan larutan M30. Dalam proses pengujian terhadap motor diesel tipe S-1110 menggunakan dua parameter, yaitu berdasarkan konsumsi bahan bakar dan perhitungan Sfc. Berdasarkan parameter konsumsi bahan bakar prosentase yang didapatkan rotasi motor terendah pada 1200 rpm sebesar 55,56 % dan pada rotasi tertinggi 2200 rpm sebesar 20,99 % sehingga didapatkan rata-rata prosentase hemat biodiesel berdasarkan penelitian sebesar 31,56 %, sedangkan berdasarkan parameter perhitungan Sfc prosesntase yang didapatkan pada rotasi motor terendah pada 1200 rpm sebesar 55,77 % dan pada rotasi tertinggi 2200 rpm sebesar 21,60 % sehingga didapatkan rata-rata prosentase hemat biodiesel berdasarkan perhitungan sfc sebesar 32,04 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan bakar biodiesel lebih hemat dibandingkan dengan solar.
Kata kunci : Minyak Jelantah, Biodiesel, Solar, Motor Diesel
I. PENDAHULUAN
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas melalui transesterifikasi dengan methanol. Biodiesel memberikan sedikit polusi dibandingkan bahan bakar minyak dan biodiesel juga dapat digunakan tanpa harus melakukan modifikasi terhadap mesin diesel.
Biodiesel dapat dibuat dari bahan baku berbagai jenis minyak
dan lemak. Selain menggunakan minyak tanaman dalam pembuatannya kita juga dapat membuatnya menggunakan minyak limbah / minyak bekas. Biodiesel digunakan sebagai bahan bakar motor diesel yang biasanya menggunakan bahan bakar solar sebagai sumber daya utamanya, seperti digunakan untuk mesin genset, mesin-mesin pabrik yang menggunakan motor diesel.
Biodiesel dapat menggantikan minyak solar maupun sebagai campuran minyak solar tanpa modifikasi mesin. Biodiesel sebagai bahan campuran solar memiliki beberapa keuntungan diantaranya mempunyai kadar belerang yang jauh lebih kecil dibandingkan bahan bakar lain dan juga biodiesel dapat meningkatkan daya pelumasan yang membuat mesin menjadi lebih awet dan juga bersih. Biodiesel memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan viskositas solar, sehingga biodiesel memiliki daya pelumas yang sangat baik dari pada bahan bakar solar.
II. LANDASAN TEORI
Bahan bakar fosil atau bahan bakar mineral, adalah sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon seperti batu bara, petroleum, dan gas alam. Bahan bakar fosil tidak dianggap sebagai sumber energi terbarukan, tapi sering dibandingkan dan dikontraskan dengan energi terbarukan dalam konteks pengembangan energi masa depan.
Salah satu energi terbarukan adalah bahan bakar bio cair, bahan bakar bio cair biasanya adalah bioalkohol seperti metanol, etanol dan biodiesel. Salah satunya adalah biodiesel untuk menggantikan minyak solar. Biodiesel dapat digunakan pada kendaraan diesel
modern dengan sedikit atau tanpa
modifikasi dan dapat diperoleh dari limbah dan kasar sayur dan minyak hewani serta lemak.
2.2 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran
mono--alkyl ester dari rantai panjang
asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Biodiesel mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar diesel dari minyak bumi. Biodiesel merupakan bahan bakar yang ideal untuk industri transportasi karena dapat digunakan pada berbagai mesin diesel, termasuk mesin-mesin pertanian dan mesin industri. Biodiesel memiliki sifat pelumasan yang lebih baik dibandingkan refined biodiesel.
2.2.1 Tanaman Kelapa
Tanaman kelapa tumbuh didaerah tropis dan dapat dijumpai di dataran rendah atau dataran tinggi. Daging buahnya tebal dan keras dengan kadar minyak yang tinggi. Daging buahnya dapat dijadikan minyak goreng dan minyak kelapa
murni, daging buah kelapa dapat pula diproses menjadi kopra. Kopra bila diproses lebih lanjut dapat menghasilkan minyak goreng atau bila diproses lebih lanjut sebagai bahan baku produk oleokimia seperti asam lemak (fatty acid), fatty alcohol dan gliserin. Minyak goreng dengan proses transesterfikasi dapat juga diproses menjadi minyak biodiesel[8]. 2.2.2 Kelapa Sawit
Kelapa sawit (elaeis) termasuk golongan tumbuhan palma. Minyak sawit digunakan sebagai bahan minyak goreng. Limbah dari proses pembuatan minyak goreng juga dapat dimanfaatkan sebagai biosolar[8]. 2.2.3 Minyak Jelantah
Minyak jelantah (waste
cooking oil) merupakan limbah sisa
penggorengan dan bila dilihat dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa kimia yang bersifat merusak.
2.3 Proses Minyak Kasar Menjadi Biodiesel
Untuk memproses minyak kasar menjadi biodiesel sangat tergantung pada kadar FFA. Makin tinggi kadar FFA-nya, makin tinggi biaya untuk memproses menjadi biodiesel. Minyak sawit jika diproses dengan baik, akan menghasilkan FFA yang rendah, tetapi jika terlambat memprosesnya dari tandan buah segar menjadi minyak kasar, akan berakibat meningkatnya asam lemak bebas[8].
2.3.1 Proses Esterifikasi Asam-Basa
Esterifikasi adalah mengkonversi non ester menjadi ester. FFA adalah non ester dirubah menjadi ester dengan proses esterifikasi asam pada tahap awal dan dilanjutkan tahap kedua yaitu
esterifikasi basa. Proses esterifikasi asam dilakukan terhadap minyak yang mengandung FFA 100%. Minyak yang mengandung FFA > 50% ( trap grease ) biasanya dihidrolisa agar FFA mencapai 100% sehingga dapat diproses lebih lanjut dengan esterifikasi asam. Proses esterifikasi asam disini sama dengan yang digunakan pada proses esterifikasi asam-basa. Selama proses akan dihasilkan air. Air tersebut harus dikeluarkan secara kontinyu karena dapat mengganggu proses. 2.3.2 Proses Transesterifikasi
Proses transesterifikasi adalah mengkonversi satu ester menjadi ester lainnya, seperti ester gliserida menjadi ester alkyl, dimana metanol atau etanol menggantikan gliserin. Diantara alkohol-alkohol yang biasa digunakan adalah metanol, karna harganya yang murah dan reaktifitasnya paling tinggi. Dalam proses transesterfikasi ini juga membutuhkan katalis yang pada umumnya bersifat basa, karena reaksi ini dapat mempercepat reaksi[8].
2.3.3 Hal-hal Yang Mempengaruhi Reaksi Transesterifikasi Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel dalam proses transesterifikasi adalah sebagai berikut[6]:
1.Pengaruh Air dan Asam Lemak Bebas
2.Pengaruh Alkohol 3.Pengaruh Katalis 4.Pengaruh Temperatur
2.4 Bahan-Bahan Katalis Dan Pelarut
Bahan katalis NaOH dan KOH. Kedua bahan ini berbahaya, jangan sampai kena kulit, mata atau terhirup gas yang ditimbulkannya. Penggunaan NaOH lebih mudah dibanding dengan KOH. KOH tidak sekuat NaOH sehingga pemakaiannya harus ditambah menjadi 1,4 kali NaOH[3].
2.4.2 Metanol
Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia
merupakan bentuk alkohol paling sederhana[3].
2.5 Bahan Bakar Diesel
Bahan bakar diesel yang sering disebut solar ( light oil ) merupakan suatu campuran hidrokarbon yang diperoleh dari penyulingan minyak mentah pada temperatur 2000C - 3400C. Minyak solar yang sering digunakan adalah hidrokarbon rantai rumus (C16zH34)
dan alpha-methilnapthalene. Sifat-sifat bahan bakar diesel yang mempengaruhi prestasi dari motor
diesel antara lain :penguapan (volality), residuu karbon, viskositas,
belerang, abu dan endapan, titik nyala, titik tuang, sifat korosi, mutu nyala dan cetane number.[1]
2.6 Motor Diesel
Pembakaran pada motor diesel terjadi karena bahan bakar yang diinjeksikan kedalam silinder terbakar dengan sendirinya akibat tingginya suhu udara kompresi dalam ruang bakar. Sehingga tekanan dalam silinder akan naik dengan cepat dan akan mendorong piston bergerak dari titik mati atas ketitik mati bawah[1].
Siklus Motor Diesel
Prinsip kerja motor diesel mirip seperti motor bensin. Perbedaannya terletak pada langkah awal kompresi atau penekanan adiabatik ( penekanan adiabatik = penekanan yang dilakukan dengan sangat cepat sehingga kalor atau panas tidak sempat mengalir menuju atau keluar dari sistem. Sistem untuk kasus ini adalah silinder). Kalau dalam motor bensin, yang ditekan adalah campuran udara dan uap bensin, maka dalam motor diesel yang ditekan hanya udara saja. Penekanan secara adiabatik menyebabkan suhu dan tekanan udara meningkat. Selanjutnya
injector alias penyuntik menyemprotkan solar. Karena suhu dan tekanan udara sudah sangat tinggi maka ketika solar disemprotkan ke dalam silinder, solar langsung terbakar. Tidak perlu pakai busi lagi.
2.6.2 Sistem Bahan Bakar
Secara sederhana sistem bahan bakar pada motor diesel berfungsi untuk menyalurkan bahan bakar ke ruang bakar dengan takaran yang sesuai dengan kerja motor diesel tersebut. Komponen utama dari sistem bahan bakar motor diesel 4 langkah, meliputi : tangki bahan bakar, keran bahan bakar, saringan bahan bakar, pompa injeksi bahan bakar, pipa penyalur dan pipa tekanan tinggi, serta injektor (katup injekssi bahan bakar)[1].
2.7 Konsumsi Bahan Bakar (Sfc)
Konsumsi bahan bakar spesifik atau Spesific fuel consumption ( Sfc ) adalah parameter
unjuk kerja mesin yang berhubungan langsung dengan nilai ekonomis sebuah mesin. Perhitungan mengenai konsumsi bahan bakar berdasarkan rumus Spesific fuel consumption ( Sfc )[6].
Dalam menghitung Spesific
fuel consumption ( Sfc ) terdapat
beberapa parameter yang harus dicari seperti pada rumus Sfc di bawah ini :
( Pers 2.1 ) Dimana :
Sfc = Konsumsi Bahan Bakar spesifik ( kg/kWh)
mf = Laju Aliran Bahan Bakar ( kg/h)
PB = Daya Keluaran ( Watt )
Dan untuk mendapatkan nilai laju bahan bakar dicari menggunakan rumus berikut:
( Pers 2.2 ) Dimana :
ρƒ= Massa Jenis Bahan Bakar (kg/ lt)
Vƒ = Volume Bahan Bakar ( ml )
tƒ = Waktu yang digunakan ( detik )
III. PROSES PEMBUATAN
BIODIESEL
3.2 Komponen Alat Pembuat Biodiesel
Dalam Pembuatan Biodiesel diperlukan beberapa komponen yang digunakan sebagai alat pembuatan biodiesel yaitu :
2. Kompor Listrik / Electric Stove 3. Panci Alumunium 4. Mixer 5. Selang 6. Besi Siku 7. Katup / Keran
8. Pemanas Listrik / Heater
Electric
9. Termometer
10. Aquator
11. Gelas Ukur
3.3 Analisa Perancangan Alat Pembuat Biodiesel
Pembuatan alat ini dilakukan untuk membuat biodiesel dengan kapasitas 2,5 liter, rangka yang dibuat ini menggunakan besi siku dan alas terbuat dari papan. Untuk tangki reaksi menggunakan bejana plastik berkapasitas 5 liter dan tahan hingga suhu 100 0C. Untuk memindahkan fluidanya menggunakan keran yang terhubung dengan selang. Untuk proses mixing, pengadukan dan pencampuran antara minyak jelantah dan metoksid menggunakan mixer, lalu agar suhunya terjaga ditabung plastik pada proses mixing diberikan heater
elektrik. Untuk mengetahui suhu atau
temperatur pada waktu proses pembuatan menggunakan termometer digital.
3.4 Bahan Pembuatan Biodiesel 3.4.1 Minyak Jelantah
Minyak jelantah yang dipergunakan dalam proses pembuatan biodiesel pada penelitian ini adalah minyak jelantah nabati dua kali bekas penggorengan penjual gorengan, hal ini dikarenakan minyak jelantah tersebut belum terlalu kotor, dan juga memudahkan dalam proses pembuatan biodiesel itu sendiri.Dalam memproduksi biodiesel skala kecil ini penulis menggunakan minyak jelantah sebanyak 2500 ml.
3.4.2 Metanol
Metanol yang dipergunakan dalam proses ini adalah metanol yang memiliki kemurnian 98 % . Bahan kimia ini dapat diperoleh ditoko bahan kimia, diusahakan metanol yang digunakan adalah metanol yang memiliki kemurnian diatas 97 %, hal ini dikarenakan untuk memudahkan pengikatan gliserin dalam proses pembuatannya nanti. Sifat metanol sendiri diantaranya yaitu mudah terbakar, mudah menguap, dan tidak berwarna ( bening ). Metanol yang dipergunakan dalam penelitian ini
sebesar 50% dari volume minyak jelantah yaitu sebanyak 1250 ml. 3.4.3 Katalis NaOH ( Natrium
Hidroksida )
Natrium Hidroksida ( NaOH ) atau yang biasa disebut soda api adalah sejenis basa logam kaustik berbentuk kristal putih dan sifatnya mudah menyerap air dan berbahaya jika terkena kulit. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Natrium hidroksida bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Banyaknya NaOH yang digunakan sebesar 0,35% dalam setiap 1000 ml minyak jelantah, jadi total NaOH yang dipakai dalam pembuatan ini sebanyak 8,75 gram.
3.5 Tahap – Tahap Pembuatan Biodiesel
Dalam pembuatan biodiesel ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, antara lain pembersihan, pembuatan larutan metoksid, transesterifikasi, mixing, settling,
washing, drying.
3.6 Flowchart Pembuatan Biodiesel
IV PENGUJIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Data Proses Pembuatan Biodiesel ( M30 )
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai data yang dipakai dalam proses pembuatan biodiesel menggunakan katalis Natrium Hidroksida ( NaOH ).
Minyak jelantah yang dipakai yaitu sebanyak 2500 ml.
Methanol yang dipakai yaitu 50 % dari volume minyak jelantah, maka didapat methanol
sebanyak : 50 % x 2500 ml = 1250 ml.
Katalis yang digunakan yaitu Natrium Hidroksida ( NaOH ) sebanyak 0,35 % dari minyak jelantah, maka didapatkan NaOH sebanyak = 8,75 gram.
Maka didapatkan volume total komposisi pembuatan biodiesel yaitu sebanyak 3750 ml.
Setelah proses settling dilakukan maka didapatkan biodiesel kasar sebanyak 2430 ml
Hasil dari biodiesel murni yang siap pakai dari komposisi diatas yaitu sebanyak 2100 ml.
Dalam setiap kali proses
washing dibutuhkan waktu sekitar 5
menit, dan waktu pemisahan biodiesel kasar dan air yaitu satu jam. Washing lima kali dengan volume air yang berbeda disetiap kali
washing dilakukan supaya dapat
menyaring gliserol maupun methanol yang masih tersisa pada biodiesel kasar tersebut.
4.3 Diagram Alir Pengujian Biodiesel ( M30 ) Dengan Solar
4.4 Data Hasil Pengujian
4.4.1 Spesifikasi Biodiesel Yang Digunakan
4.4.2 Spesifikasi solar
4.5 Spesifikasi Motor Diesel Adapun spesifikasi motor diesel yang diguakan seperti di bawah ini :
Type : Mendatar, 4 langkah,
Pendingin Air
Model : S-1110
Cooling System : Hopper Displacement : 1.093
Diameter Langkah : 110 x 115mm
Dimension : 858 x 450 x 699 mm Weight : 180 kg
Silinder : 1 Silinder
Sistem Pembakaran : Direct Injection
Max. Torque : 22 / 2200 Continue Torque : 20 / 2200 Compresion Ratio : 17 : 1
Sistem Governor : Mekanik Arah Putaran : Berlawanan arah jarum jam dilihat dari sisi roda penerus ( fly wheel )
Daya Output : 13230 Watt 4.6 Hasil Pengujian Kaonsumsi Bahan Bakar M30
Supaya terlihat lebih jelas perbedaan konsumsi bahan bakarnya maka disajikan grafik seperti yang ada di bawah ini.
Data dibawah ini merupakan hasil penghitungan konsumsi bahan bakar berdasarkan Spesific fuel
consumption ( Sfc ).
Perhitungan Sfc solar ini menggunakan rumus dari persamaan ( 2.1 ) yaitu : Diket: PB= 13,23kW = 13230W
V
ƒ= 45ml
t
ƒ = 5menit = 300 detik =ρ
solar = 0,870kg/lt Ditanya : = ...? Jawab =Untuk menghitung laju aliran bahan bakar solar menggunakan rumus dari persamaan ( 2.2 ) yaitu :
= 0,4698kg/h
Jadi
Penghitungan Sfc biodiesel ( M30 ) ini menggunakan rumus dari persamaan ( 2.1 ) yaitu : Diket : PB = 13,23 kw = 13230 Watt Vƒ= 20 ml tƒ = 5 menit = 300 detik = ρbiodiesel = 0,863 kg/lt Ditanya : = ...? Jawab :
Untuk menghitung laju aliran bahan bakar solar menggunakan rumus dari persamaan ( 2.2 ) yaitu :
= 0,2071kg/h
Jadi
= 0,0157kg/kW.h
Prosentase hemat biodiesel
= 55,77 %
Supaya terlihat lebih jelas perbedaan konsumsi bahan bakarnya
maka disajikan grafik seperti yang ada di bawah ini.
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pengujian yang telah dilakukan dalam pembuatan biodiesel yang berasal dari minyak jelantah maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam proses pengujian pada motor diesel, biodiesel murni di campur dengan solar dengan perbandingan 30% biodiesel dan 70% solar sehingga larutan ini dinamakan dengan M30
2. Biodiesel memiliki viskositas lebih tinggi dari pada solar sehingga daya pelumasannya lebih baik dan membuat motor diesel lebih awet dalam penggunaanya
3. Biodiesel juga ramah lingkungan karena mengeluarkan kadar belerang yang lebih sedikit dari pada bahan bakar lain.
4. Biodiesel bersifat renewable
(mudah diperbaharui) , sehingga dapat dibuat kapanpun dan juga tidak terbatas sumber bahan bakunya.
5. Biodiesel dapat diproduksi dari berbagai jenis minyak seperti minyak kapuk, minyak jelantah, minyak kacang, minyak sawit, dll 6. Berdasarkan perhitungan Spesific
fuel Consumption ( Sfc ) dapat
diketahui bahwa bahan bakar biodiesel lebih hemat 55,77 % dibandingkan dengan solar.
5.2 Saran
Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pengujian yang telah dilakukan dalam pembuatan biodiesel yang berasal dari minyak jelantah maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Gunakan sarung tangan sintetis dalam proses pembuatannya karena jika bahan kimia tersebut terkena kulit langsung maka dapat menimbulkan kerusakan pada kulit.
2. Gliserol yang dihasilkan dari proses pembuatan biodiesel ini sebaiknya jangan dibuang karena dapat digunakan lagi sebagai salah satu bahan pembuat sabun mandi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Murni, kaji eksperimental
pengaruh temperatur biodiesel minyak sawit terhadap performansi mesin diesel direct injection putaran konstan,
Universitas Diponegoro, Semarang 2010
2. Wulandari,D, Proses Pembuatan
Biodiesel dari Dedak dan Methanol dengan Esterifikasi In Situ, Universitas Diponegoro,
Semarang, 2010
3. Hikmah,N.M, Pembuatan Metil
Ester ( BIODIESEL ) dari Minyak Dedak dan Metanol
dengan Proses Esterifikasi dan Tranesterifikasi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2010 4. Irwanto,J, Pengaruh
Perbandingan Bahan Bakar 60% Solar dan 40% Biodiesel dari Minyak Jelantah pada Kinerja Mesin Diesel TS50,
Skripsi Jurusan Teknik Mesin, Universitas Gunadarma, Depok, 2011
5. Hartono,R, Biodiesel dari Minyak Jelantah yang Diaplikasikan pada Mesin Diesel TS-50 dengan Perbandingan Bahan Bakar B50, Skripsi Jurusan Teknik
Mesin, Universitas Gunadarma, Depok, 2011
6. Haryanto,B, Bahan Bakar Alternative Biodiesel, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara, 2002
7. Syarief,E, Melawan Ketergantungan Pada Minyak Bumi. Bahan Bakar Nabati dan Biodiesel Sebagai Alternatif dan Gerakan, Penerbit Insist Press,
Yogyakarta, 2004
8. Amin,S, Cara Memproduksi
Biodiesel dari Berbagai Bahan Baku Nabati, Penerbit BPPT
Press, Jakarta, 2007
9. Priambodo,B, Operasi dan Pemeliharaan Mesin Diesel,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1991 10. Mahasiswa Universitas
Gunadarma, Laporan Hasil Pengujian Biodiesel di BRDST ( Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi ) BPPT NO: DR-01-0212/2012, Serpong, Februari 2012
11. Putra,D.P, Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Biodiesel M30 Dari Minyak
Jelantah Dengan Katalis 0,25% NaOH Terhadap Unjuk Kerja Mesin Diesel S-1110, Skripsi
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Gunadarma, Kalimalang, 2012
12. Pramono,E, Unjuk Kerja Mesin
Diesel Dengan Bahan Bakar Biodiesel M20 Dari Minyak Jelantah Dengan Katalis 0,35% NaOH , Skripsi Jurusan Teknik
Mesin, Universitas Gunadarma, Kalimalang, 2012
13. Rivana, Aplikasi Bahan Bakar
Biodiesel M20 Dari Minyak Jelantah Dengan Katalis 0,25% NaOH Pada Motor Diesel S-1110 , Skripsi Jurusan Teknik
Mesin, Universitas Gunadarma, Kalimalang, 2012
14. http://darwinsudarsono.wordpres
s.com/2011/02/12/7 ( Diunduh pada tanggal 9 februari 2012 )
15.
http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/ budidaya-kelapa-sawit.html ( Diunduh pada tanggal 20 maret 2012 )
16. www.pertamina.com/uploads/do
wnload/Solar.pdf ( Diunduh pada tanggal 20 maret 2012 )
17. http://lembagainformasiperburuh ansedane.blogspot.com/2012/03/
kenaikan-harga-bbm-hanya-akan.html ( Diunduh pada tanggal 20 maret
2012 )
18. http://mahendrasaputra.blogspot.
com/view/classic ( Diunduh pada tanggal 10 maret 2012 )