• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penerapan Model Quantum Learning Berbasis Entrepreneur Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus I Kuta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Penerapan Model Quantum Learning Berbasis Entrepreneur Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus I Kuta Selatan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Penerapan Model Quantum Learning

Berbasis Entrepreneur Terhadap Hasil Belajar IPS

Siswa Kelas V SD Gugus I Kuta Selatan

Ni Wyn. Eka Sri Wahyuni

1

, Siti Zulaikha

2

, I Kt. Ardana

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected]

1

, [email protected]

2

,

[email protected]

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model quantum learning berbasis entrepreneur dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Kuta Selatan, Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian adalah Nonequivalent Kontrol Group Desain. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Gugus 1 Kuta Selatan tahun pelajaran 2013/2014,dengan jumlah keseluruhan siswa 490 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling melalui cara undian sehingga diperoleh sampel untuk kelas eksperimen SD 4 Benoa dengan 31 siswa kemudian sampel kelas kontrol SD 7 Benoa dengan 32 siswa. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPS yang merupakan nilai kognitif. Nilai kognitif yang dikumpulkan menggunakan tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda biasa. Data dianalisis dengan uji t. Rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas V yang dibelajarkan menggunakan model quantum learning berbasis entrepreneur lebih besar dari siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional .Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model quantum learning berbasis entrepreneur dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional (thitung = 4,03 )(ttabel=2,000)

taraf signifikan 5% dan dk=61.

Kata kunci: Quantum learning berbasis entrepreneur, hasil belajar IPS Abstract

This studyaims to determine thedifferences is a significant in IPS learning outcomesbetween students taught by using quantum learning model, learning based on entrepreneur assisted with students taught by using conventional learning on V grade elementary students of Force I South Kuta Selatan,Badung academic year 2013/2014. This study was a quasi experimental with the study design used was Nonequivalent Control Group Design. The population in this study were all students of fifth grade SD Gugus I Kuta Selatan, Badung district of academic year 2013/2014. Sample was taken by using random sampling technique by way of lottery. The experiment group is Benoa 4 Elementary School by 31 students and the control group is Benoa 7 Elementary School. The data collectedis theresult ofsocial learning, which is merging cognitive.Cognitive scoreswere collectedusingthe testresultsto learnin regular multiple choice. The data was analyzed by t-test. On the average the IPS learning outcomes of V grade students taught by using quantum learning model, learning based on entrepreneur is more than students taught by using conventional learning (79,14>74,27) with 5% significance level and dk=61.The result of study

(2)

shows that there are significant differences in IPS leraning output between students taught by using quantum learning model, learning based on entrepreneur with students taught by using conventional learning (thitung = 4,03: ttabel=2,000) with 5%

significance level and dk=61. Seen from the average of studies learning outcomes experiment group > control group (thitung > ttabel ), it can be concluded that quantum

learningmodel, learning based on entrepreneursignificantly influences toward IPS

learning outcomes on V grade elementary students of Force I South Kuta Selatan,Badung District of academic year 2013/2014.

Key words : Quantum Learning model, IPS learning outcomes, learning

entrepreneur

PENDAHULUAN

Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi

melibatkan berbagai kegiatan dan

tindakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Menurut Gunawan (2011:47) bahwa, yang melandasi proses pembelajaran Pertama,

pembelajaran bertujuan memberikan

bantuan agar belajar siswa menjadi efektif dan efisien. Kedua, pembelajaran bersifat

terprogram. Ketiga, pembelajaran

dirancang melalui pendekatan sistem. Keempat, pembelajaran dirancang harus sesuai berdasarkan pendekatan sistem.

Kelima, pembelajaran dirancang

berdasarkan pengetahuan tentang teori belajar. Lemahnya proses pembelajaran adalah salah satu masalah yang dihadapi pendidikan kita. Otak anak dipaksa untuk

mengingat dan menimbun berbagai

informasi tanpa dituntut untuk

menghubungkannya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Proses seperti ini menyebabkan kurang mendorong anak untuk mengembangkan kemampuannya. Akibatnya ketika siswa lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoretis, tetapi

miskin aplikasi. Dalam hal ini

pembelajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Namun yang sering kita lihat dalam kenyataan, kegiatan yang terjadi adalah guru mengajar dan siswa belajar. Menurut Djamarah (2010:38), inti dari kegiatan pembelajaran tidak lain adalah

kegiatan belajar peserta didikdalam

mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pendidikan IPS dalam kurikulum 2013 meliputi: (1) pengetahuan yakni tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya,

bangsa dan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan lingkungannya, (2) keterampilan berpikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inqury),

memecahkan masalah, berkomunikasi

dan bekerjasama dalam kehidupan

bermasyarakat-berbangsa, (3) nilai-nilai kejujuran, kerja keras; sosial, budaya,

kebangsaan, cinta damai dan

kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut (4)

sikap: rasa ingin tahu, manidri,

menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif serta bertanggung jawab. Martoella (1987) mengatakan bahwa pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran IPS

siswa diharapkan memperoleh

pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap,

nilai, moral, dan keterampilannya

berdasarkan konsep yang telah

dimilikinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPS merupakan

pembelajaran yang memiliki konsep

(interaksi, saling ketergantungan,

kesinambungan, dan perubahan) serta bersifat mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

mengembangkan diri sesuai dengan

bakat, minat, kemampuan, dan

lingkungannya. Adapun tujuan dari

pembelajaran IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan minat, bakat, kemampuan,

serta berbagai bekal siswa untuk

melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pembelajaran IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan

(3)

tersebut. Untuk itu dalam proses pembelajaran guru tidak hanya memahami disiplin ilmu IPS, tetapi hendaknya juga memahami hakikat proses pembelajaran

IPS yang mencangkup tiga ranah

kemampuan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya hasil belajar siswa, guru mewujudkan suasana belajar yang inovatif serta menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas dengan mengadakan pembaharuan dalam model, metode, pendekatan, serta penggunaan media dalam proses pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif (Aunurrahman, 2011:28)

Berdasarkan hasil observasi di

Sekolah Dasar gugus I Kuta Selatan, pembelajaran IPS belum menerapan pembelajaran inovatif, walau sesekali

diselingi dengan tanya jawab

pembelajaran masih berpusat pada guru,

pembelajaran kurang menggali

pengetahuan awal siswa. Hal tersebut

menyebabkan sebagian besar siswa

belum dapat memahami makna dari materi yang mereka peroleh, siswa merasa enggan bertanya kepada guru karena siswa menganggap dirinya masih bingung dengan apa yang belum ia mengerti mengenai materi yang dijelaskan melalui metode ceramah oleh gurunya. Hal ini secara tidak langsung akan menyebabkan siswa semakin terpuruk

dalam ketidak tahuannya terhadap

konsep-konsep yang dijelaskan oleh

gurunya, interaksi dan kerjasama siswa

dalam menyelesaikan suatu

permasalahan umumnya masih kurang, artinya sikap individual siswa sangat tinggi. Sebagian besar siswa jarang melakukan tukar informasi dengan teman-teman di kelasnya dan tidak mau saling membantu dalam belajar sehingga siswa cenderung bekerja secara mandiri. Siswa

yang pintar cenderung tidak mau

membantu temannya yang kurang

kemampuan akademiknya, sebaliknya

siswa yang merasa kurang mampu dalam pembelajaran enggan bertanya kepada siswa yang lebih mampu, guru belum begitu optimal memberdayakan aspek-aspek kompetensi dasar dalam kegiatan pembelajaran terutama aspek afektif dan

psikomotor. Hal ini nampak dari jarangnya guru memantau siswa. Sehingga hasil belajar siswanya pun kurang memuaskan dengan kata lain hasilnya kurang baik atau menurun.

Beranjak dari permasalahan dan realita belajar sebagaimana diuraikan di

atas, dengan menggunakan model

pembelajaran Quantum berbasis

entrepreneur tampaknya dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.

Ada beberapa alasan perlunya

menggunakan model pembelajaran

Quantum untuk dikembangkan sebagai

variasi strategi pembelajaran, agar

pemahaman konsep dapat tercapai.

Alasan tersebut diantaranya, dapat

meningkatkan partisipasi siswa, dengan demikian siswa yang pandai dapat

mengembangkan kemampuan dan

keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi

(Suyatno,2002:9). Selain itu juga karena

pembelajaran kuantum berupaya

menumbuhkan minat siswa dalam belajar

karena dikaitkan dengan kehidupan

sehari-hari siswa. Pembelajaran yang

dapat mengaitkan materi dengan

kehidupan nyata, menjadikan

pembelajaran tersebut lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan teori belajar bermakna David Ausubel (dalam Zulaikha & Astawan, 2013:4), bahwa belajar akan

bermakna apabila pebelajar dapat

mengaplikasikan pelajarannya dalam

kehidupan nyata. Seiring dengan

penerapan pembelajaran Quantum, dapat

juga dikombinasikan dengan kerja

kelompok sehingga diharapkan dapat membantu siswa yang lemah dalam menyerap pelajaran tersebut, merasa

terbantu memudahkan ia dalam

pembelajaran karena dengan tutor sebaya dapat menjadi salah satu kombinasi dalam pembelajaran untuk siswa lebih cepat menerima materi pembelajaran selain itu dapat pula memotivasi siswa agar mau berusaha menjadi yang lebih baik dengan temannya yang lebih cepat menerima

pelajaran sehingga dapat pula

meningkatkan hasil belajar siswa.

Sehingga siswa kedepannya menjadi anak yang kreatif, inovatif, tidak langsung

(4)

mengharapkan hasilnya begitu saja namun memiliki rasa ingin tau yang tinggi untuk mencoba melakukan dan menikmati

prosesnya sehingga siswa terbiasa

mengkonstruk pengetahuannya sendiri dampaknya siswa menjadi lebih lama mengingat. Menurut DePorter, Reardon &

Nourie (2001), model pembelajaran

kuantum memiliki lima prinsip yang

menjadi karakteristik pembelajaran

kuantum, yaitu (1) Segalanya berbicara, yang berarti segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pembelajaran, semuanya mengirimkan pesan tentang belajar. Dalam hal ini guru

dituntut untuk mampu merancang/

mendesain segala aspek yang ada di

lingkungan kelas (guru, media

pembelajaran, dan siswa) maupun

sekolah (guru lain, kebun sekolah, sarana olahraga, kantin sekolah, dan sebagainya)

sebagai sumber belajar siswa; (2)

Segalanya bertujuan, berarti semuanya yang terjadi dalam kegiatan proses pembelajaran mempunyai tujuan. Dalam hal ini setiap kegiatan belajar harusjelas tujuannya. Tujuan pembelajaran ini harus dijelaskan pada siswa; (3) Pengalaman sebelum pemberian nama, yakni proses belajar paling baik terjadi ketika siswa

telah mengalami informasi sebelum

mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Dalam mempelajari

sesuatu (konsep, rumus, teori dan

sebagainya) harus dilakukan dengan cara

member tugas (pengalaman atau

eksperimen) terlebih dahulu. Dengan tugas tersebut akhirnya siswa mampu menyimpulkan sendiri konsep, rumus, dan teori tersebut.Dalam hal ini guru harus mampu merancang pembelajaran yang

mendorong siswa untuk melakukan

penelitian sendiri dan berhasil

menyimpulkan, sehingga guru harus

menciptakan simulasi konsep agar siswa memperoleh pengalaman; (4) Akui setiap usaha, artinya dalam setiap proses

pembelajaran siswa patut mendapat

pengakuan atas prestasi dan kepercayaan dirinya. Guru harus mampu memberi penghargaan atau pengakuan pada setiap usaha siswa. Jika usaha siswa jelas salah, guru harus mampu memberi pengakuan

atau penghargaan walaupun usaha siswa salah dan secara perlahan membetulkan jawaban siswa yang salah. Jangan mematikan semangat siswa untuk belajar; (5) Jika layak dipelajari maka layak pula

dirayakan, perayaan dapat memberi

umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi positif dengan belajar. Dalam hal ini guru harus memiliki strategi untuk memberi umpan balik (feedback) positif yang dapat mendorong semangat belajar siswa. Berilah umpan balik positif pada setiap usaha siswa, baik

secara berkelompok maupun secara

individu.

Dengan prinsip-prinsip pembelajaran seperti di atas, maka akan tercipta suatu pembelajaran yang menyenangkan dan pada akhirnya, tidak akan ada ketakutan pada diri siswa disaat ia ingin masuk sekolah atau memulai pembelajaran. Dalam pembelajaran kuantum terdapat kerangka-kerangka yang menjamin siswa menjadi tertarik, dan berminat pada setiap

mata pelajaran. Kerangka sekaligus

langkah-langkah perancangan

pembelajaran kuantum kemudian

dinamakan dengan “TANDUR” yang

merupakan kepanjangan dari:

Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan

(DePorter Reardon & Nourie,2001).

Penerapan model pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas memegang peranan yang sangat penting, karena model pembelajaran merupakan wujud suatu rencana pembelajaran yang lebih terarah, yang dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan suatu pembelajaran di kelas. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan, maka peneliti menggunakan model pembelajaran Quantum Learning

berbasis Entrepreneur yang dapat

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS. Menurut DePorter

(1999:34), pembelajaran Quantum

bersandar pada suatu konsep yaitu “bawalah dunia siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa “. Arti pentingnya, seorang guru masuk ke dunia siswa sebagai langkah pertama dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan cara mengaitkan bahan ajar dengan dengan sebuah pemikiran atau

(5)

perasaaan yang diperoleh dari kehidupan di rumah, sosial, atletik, seni, rekreasi, dan akademis mereka. Tindakan ini akan memberi peluang / izin pada guru untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan

kegiatan siswa dalam proses

pembelajaran. Setelah kaitan itu

terbentuk, siswa dapat dibawa ke dunia guru, dan memberi siswa pemahaman tentang isi pembelajaran . Pada saat guru memasuki dunia siswanya guru dapat mengajak siswa untuk terbawa dalam

situasi yang menyenangkan dengan

memadukan model pembelajaran

Quantum berbasis Entrepreneur, yakni

mengajak siswa membuat suatu

keterampilan sehingga keterampilan yang dihasilkan oleh siswa nanti menjadi suatu barang yang mempunyai kegunaan bagi siswa itu sendiri dan memiliki nilai jual. Dengan model pembelajaran Quantum

berbasis Entrepreneur, guru dapat

berinteraksi dengan berbaur pada dunia siswa sehingga guru bisa lebih memahami

siswa. Ini menjadi modal utama

mewujudkan pembelajaran yang efektif

dan lebih menyenangkan, sehingga

penerapan model pembelajaran Quatum

berbasis Entrepreneur dapat

meningkatkan hasil belajar IPS.

Pembelajaran kuantum berbasis

entrepreneur mendorong siswa

memahami hakekat, makna, dan manfaat

belajar, dan lebih mengenal serta

memahami materi sehingga

memungkinkan siswa rajin dan termotivasi

untuk senantiasa belajar. Dalam

pengembangan pembelajaran kuantum berbasis entrepreneur, guru menyajikan suatu masalah yang terdapat dalam materi dan untuk siswa lebih memahami materi, guru menugaskan siswa untuk membuat prakarya yang menarik dan memiliki nilai jual sesuai dengan materi pelajaran agar siswa memiliki ketertarikan untuk belajar.

Hal ini memperkuat dimilikinya

pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, karena lebih banyak memberikan

kesempatan kepada siswa untuk

memprediksi, mengklasifikasi, dan

menganalisis masalah yang ada di lingkungannya. Dengan demikian, aspek kognitif siswa yang dikembangkan tidak hanya keterampilan dalam menghafal dan

mengingat, melainkan juga menganalisis,

memprediksi, mengkritisi, dan

mengevaluasi informasi yang diterima. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang

dibelajarkan melalui pembelajaran

kuantum berbasis entrepreneur dengan

siswa yang dibelajarkan melalui

pembelajaran konvensional pada kelas V SD di Gugus I Kuta Selatan Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014.

METODE

Rancangan penelitian ini

menggunakan eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Dengan desain ini, kelas eksperimen maupun kelas kontrol

dibandingkan tanpa melibatkan

penempatan subjek ke dalam kedua kelas tersebut secara random. Rancangan penelitian ini dipilih karena dilakukan di kelas tertentu dengan kelas yang telah ada.

Dalam penelitian ini terdapat tiga

tahapan, yaitu tahap persiapan,

pelaksanaan, dan akhir eksperimen. Pada tahap persiapan eksperimen,

langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

mempersiapkan sarana pendukung dalam pembelajaran, seperti kurikulum, silabus,

RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran), LKS (Lembar Kerja

Siswa), bahan ajar, dan media

pembelajaran yang nantinya digunakan selama proses pembelajaran berlangsung

pada kelas eksperimen. Menyusun

instrumen penelitian berupa tes objektif

bentuk pilihan ganda biasa untuk

mengukur kemampuan pada ranah

kognitif siswa dan lembar observasi sesuai dengan karakter yang dikembangkan untuk mengukur ranah afektif siswa.

Mengadakan uji validasi instrumen

penelitian. Pada tahap pelaksanaan

penelitian eksperimen, langkah-langkah yang dilakukan yaitu: menentukan sampel penelitian berupa kelas yang dipakai dari populasi yang tersedia. Melaksanakan pre-test pada kedua sampel penelitian.

Memberikan perlakuan pada kelas

(6)

kuantum berbasis entrepreneur. Memberikan perlakuan pada kelas kontrol berupa pembelajaran konvensional.

Pada tahap akhir eksperimen,

langkah-langkah yang dilaksanakan

adalah memberikan post-test berupa tes objektif bentuk pilihan ganda biasa untuk menilai ranah kognitif siswa pada kelas eksperimen maupun kontrol, sehingga dapat dibandingkan hasil belajar dari kedua kelas tersebut.

Menurut Sugiyono (2011:117),

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di Gugus I Kuta Selatan tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 14 kelas dari 7 SD yang termasuk dalam gugus I Kuta Selatan, yakni SD 1 Benoa, SD 3 Benoa, SD 4 Benoa, SD 7 Benoa, SD 9 Benoa, SD Nusa Dua, dan SD Tunas Kasih.

Berdasarkan pertimbangan

efisiensi, maka dalam penelitian ini tidak

diteliti seluruh anggota populasi,

melainkan hanya meneliti sampel yaitu sebagian dari populasi yang merupakan wakil-wakil representatif dari populasi

(Sugiyono, 2012:118). Kelas dipilih

sebagaimana telah terbentuk tanpa

campur tangan peneliti dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan subjek

mengetahui dirinya dilibatkan dalam

penelitian sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan perlakuan yang diberikan, maka dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menentukan

sampel adalah Purposive Sampling.

“Teknik purposive sampling secara teoritis teknik ini menentukan sampel dari sebuah populasi dengan cara menunjuk langsung siapa yang akan dijadikan sampel dalam penelitian karena didasarkan pada suatu tujuan spesifik atau tujuan tertentu dari

penelitin yang dilakukan (Musfiqon,

2012:96). Dua sekolah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah SD 4 Benoa dengan siswa kelas V yang berjumlah 31 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan SD 7 Benoa dengan siswa kelas V yang berjumlah 32

orang siswa sebagai kelompok kontrol. Untuk mengetahui sampel benar-benar setara, dilakukan uji-t kesetaraan dengan rumus polled varians. Uji kesetaraan dilakukan dengan menggunakan nilai uji pre tes. Sebelum menggunakan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Pada dasarnya variabel penelitain merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi. Menurut

Sugiyono (2012:60) variabel adalah

“suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Selain itu variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi baik dalam

jenis maupun tingkatnya (Darmadi,

2011:20). Jadi dari pendapat diatas dapat dirangkum variabel adalah suatu atribut, sifat, aspek, dari gejala, objek yang

mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan.

Penelitian ini melibatkan dua

variabel, yaitu variabel bebas model quantumlearning berbasis entrepreneur dan variabel terikat adalah hasil belajar IPS siswa yang terdiri dari nilai kognitif. Instrumen penelitian terdiri dari instrumen untuk mengukur ranah kognitif berupa tes objektif bentuk pilihan ganda biasa.

Instrumen penelitian kemudian diuji

validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran. Uji prasyarat yang digunakan yaitu uji normalitas dengan rumus chi kuadrat dan uji homogenitas dengan uji F (Fisher). Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol

(H0) yang berbunyi: “tidak terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran kuantum berbasis entrepreneur dengan siswa yang

dibelajarkan melalui pembelajaran

konvensional pada kelas V SD di Gugus I Kuta Selatan Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014”. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis

penelitian adalah (uji-t) dengan

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemberian perlakuan (treatment) dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.Pada akhir penelitian, seluruh siswa di kelas eksperimen diberikan post-test berupa tes objektif bentuk pilihan ganda biasa untuk menilai ranah kognitif, sehingga diperoleh hasil belajar IPS. Dari hasil post-test dan lembar observasi diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 79,14. Pada akhir penelitian, seluruh siswa di kelas kontrol diberikan post-test berupa tes objektif bentuk pilihan ganda untuk menilai ranah kognitif, sehingga diperoleh hasil belajar IPS. Dari hasil post-test dan lembar observasi diperoleh nilai rata-rata kelas kontrol

sebesar 74,27.Sebelum dilakukan

pengujian hipotesis dengan analisis uji-t, terlebih dahulu harus dipenuhi beberapa

asumsi sebagai prasyarat yaitu uji

normalitas dan uji homogenitas. Uji

normalitas data dilakukan untuk

mengetahui sebaran data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas data digunakan analisis chi kuadrat (X2) dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = k-1. Berdasarkan nilai X2tabel pada taraf

signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh X2tabel = 11,07,

sedangkan dari tabel kerja diperoleh X2hitung = 1,40. Ini menunjukkan bahwa

X2hitung< X2tabel maka H0 diterima atau Ha

ditolak, sehingga sebaran data hasil belajar IPS kelas eksperimen berdistribusi normal. Dari nilai X2tabel pada taraf

signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh X2tabel = 11,07,

sedangkan dari tabel kerja diperoleh X2hitung = 7,023. Ini menunjukkan bahwa

X2hitung< X2tabel maka H0 diterima atau Ha

ditolak, sehingga sebaran data hasil belajar IPS kelas kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians dilakukan berdasarkan data hasil belajar IPS yang meliputi data kelas eksperimen yang

dibelajarkan melalui pembelajaran

kuantum berbasisentrepreneur dan kelas

kontrol yang dibelajarkan melalui

pembelajaran konvensional.Jumlah

kelompok eksperimen adalah 31 orang dan kelompok kontrol berjumlah 32 orang.Uji homogenitas untuk kedua kelas dalam penelitian ini menggunakan uji F (Fisher).Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 (31 – 1) dan

derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1

(32 – 2). Berdasarkan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk (61) diperoleh hasil Ftabel = 1,68, sedangkan dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 1,40. Ini menunjukkan Fhitung < Ftabel sehingga varians data hasil belajar IPS antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama atau homogen.

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) yang berbunyi:

“tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang

dibelajarkan melalui pembelajaran

kuantum berbasis entrepreneur dengan

siswa yang dibelajarkan melalui

pembelajaran konvensional pada kelas V SD di Gugus I Kuta Selatan Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014”. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah (uji-t).Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima

(gagal ditolak) dan Ha ditolak.Sebaliknya apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan

Ha diterima. Dengan dk = n1 + n2 – 2 dan

taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis uji hipotesis hasil belajar IPS dapat dilihat pada table 1.Tabel 1. Analisis Uji

Hipotesis Hasil Belajar IPS

Tabel 1. Analisis Uji Hipotesis

No Sampel N Dk s2 thitung ttabel

1. Kelas Eksperimen 31

61

79,14 27,36

4,03 2,000

(8)

Berdasarkan tabel 1, nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk = 31 + 32 – 2 = 61) diperoleh ttabel = 2,000. Dari hasil analisis data hasil belajar IPS diperoleh thitung = 4,03. Dengan demikian thitung >ttabel = 4,03 > 2,000, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Berdasarkan uji-t diperoleh thitung > ttabel, berarti hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang

dibelajarkan melalui pembelajaran

kuantum berbasis entrepreneur dengan

siswa yang dibelajarkan melalui

pembelajaran konvensional pada kelas V SD di Gugus I Kuta Selatan Kabupaten

Badung pada taraf signifikansi 5%

diterima. Hal ini dikarenakan pembelajaran kontekstual berbasis controversial issues merupakan sebuah inovasi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif di dalam pembelajaran.

Menurut DePorter (1999:34),

pembelajaran Quantum bersandar pada suatu konsep yaitu “ bawalah dunia siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa “. Arti pentingnya, seorang guru masuk ke dunia siswa sebagai

langkah pertama dalam proses

pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan cara mengaitkan bahan ajar dengan dengan sebuah pemikiran atau perasaaan yang diperoleh dari kehidupan di rumah,

sosial, atletik, seni, rekreasi, dan

akademis mereka. Tindakan ini akan memberi peluang / izin pada guru untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan

kegiatan siswa dalam proses

pembelajaran. Setelah kaitan itu

terbentuk, siswa dapat dibawa ke dunia guru, dan memberi siswa pemahaman tentang isi pembelajaran . Pada saat guru memasuki dunia siswanya guru dapat mengajak siswa untuk terbawa dalam

situasi yang menyenangkan dengan

memadukan model pembelajaran

Quantum berbasis Entrepreneur, yakni

mengajak siswa membuat suatu

keterampilan sehingga keterampilan yang dihasilkan oleh siswa nanti menjadi suatu barang yang mempunyai kegunaan bagi siswa itu sendiri dan memiliki nilai jual. Dengan model pembelajaran Quantum

berbasis Entrepreneur, guru dapat

berinteraksi dengan berbaur pada dunia siswa sehingga guru bisa lebih memahami

siswa. Ini menjadi modal utama

mewujudkan pembelajaran yang efektif

dan lebih menyenangkan, sehingga

penerapan model pembelajaran Quatum

berbasis Entrepreneur dapat

meningkatkan hasil belajar IPS. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada pembelajaran IPS di

kelas kontrol. Dalam kegiatan

pembelajaran konvensional, tidak terdapat sintaks pembelajaran yang jelas.Tujuan utama dalam pembelajaran konvensional adalah penguasaan materi pembelajaran oleh siswa.Materi pelajaran bersumber dari buku-buku pelajaran yang selanjutnya isi buku tersebut harus dikuasai siswa. Menurut Marhaeni (2013:8), pembelajaran

konvensional memiliki beberapa

kelemahan, diantaranya: (1) pembelajaran lebih terpusat pada guru; (2) kurangnya penggunaan media pembelajaran; (3) metode yang diterapkan kurang inovatif;

dan (4) jarang mengaitkan materi

pembelajaran dengan lingkungan siswa. Hal ini mengakibatkan pembelajaran yang berlangsung menjadi membosankan dan tentunya berpengaruh terhadap hasil belajar IPS.

Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model quantum learning berbasis entrepreneur dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD di Gugus I Kuta Selatan Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014.hasil

penelitian ini didukung dengan

hasilpenelitian yang dilakukan oleh Krisna Dewi, Luh Gede. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kuantum Berdasarkan Media Vidio Kontekstual Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Dangin Puri. Dengan peningkatan 13,5 % terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Sehingga dapat memperkuat hasil penelitian ini.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pebedaan

(9)

yang signifikan antara kelompok siswa

yang mendapatkan treatment model

quantum learning berbasis entrepreneur dengan kelompok siswa denganmodel pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS dengan

materi pokok para tokoh pejuang

kemerdekaan kelas V semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian yang menunjukkan thitung lebih besar dari pada

ttabel yaitu 4,03 > 2,00dan di dukung oleh

perbedaan skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang mendapat treatment

model quantum learning berbasis

entrepreneuryaitu 79,14dan siswa dengan model pembelajaran konvensional yaitu 74,27 oleh karena itu hipotesis alternatif

diterima yang menyatakan adanya

perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang melaksanakan model quantum learning berbasis entrepreneurdengan

siswa yang melaksanakan model

pembelajaran konvensional.

Adapun saran yang dapat

disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu: Bagi guru, penelitian menjadi acuan dalam

meningkatkan kinerjanya dalam

merancang pembelajaran dengan tujuan memperoleh hasil belajar yang optimal. Kepada guru yang mengajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas V pada khususnya disarankan untuk mampu mengembangkan inovasi pembelajaran dengan menerapkan strategi, pendekatan,

model, dan metode yang mampu

memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar siswa. Dengan penerapan

pendekatan pembelajaran bermakna

bernuansa lingkungan alam menjadi salah satu pendekatan yang dapat diterapkan guru dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS. Guru yang inovatif

adalah guru yang mampu

mengembangkan diri untuk merubah

paradigma pembelajaran yang

membosankan menjadi menyenangkan. Bagi siswa, dengan diterapkannya model quantum learning berbasis entrepreneur pada mata pelajaran IPS, diharapkan siswa untuk aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran serta mampu

membangun pengetahuannya sendiri

untuk meningkatkan hasil belajar dalam

pengembangan kognitif yang dimiliki. Dari hal tersebut siswa menjadi mandiri dan

percaya diri dalam mengikuti

pembelajaran dan dalam segala hal yang terkait dengan aktifitas individu siswa. Bagi peneliti lain bahwa penelitian ini hanya terbatas pada pokok bahasan para

tokoh pejuang kemerdekaan mata

pelajaran IPS siswa kelas V. Untuk memperoleh hasil yang berbeda dan pada mata pelajaran yang berbeda peneliti menyarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian pada mata pelajaran dan pokok bahasan yang lebih beragam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan

model quantum learning berbasis

entrepreneur lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS siswa kelas V

khususnya. Diharapkan sekolah

melaksanakan sosialisasi secara continue mengenai inovasi-inovasi pembelajaran kepada guru-guru dalam membelajarkan

siswa dengan tujuan perubahan

paradigma proses pembelajaran di

sekolah yang menunjang kredibelitas menjadi sekolah yang unggul dan inovatif. Penelitian ini menunjukkan bahwa peneliti

ingin mengembangkan inovasi

pembelajaran. Penelitian ini bukan

merupakan akhir dari sebuah

pengembangan inovasi pembelajaran

namun peneliti akan terus membuat karya tulis yang berkontribusi terhadap dunia pendidikan khususnya pada pendidikan sekolah dasar di Indonesia khususnya Provinsi Bali.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi 2010. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Darmadi, Hamid. 2011.MetodePenelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta. Marhaeni, A.A.I.N. 2013.Landasan dan

Inovasi Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Winarsunu. 2010. Statistik dalam

Penelitian Pendidikan Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM PRESS.

(10)

DePotter, Bobbi, dkk. 2010. Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum

Learning di Ruang Kelas.

Terjemahan Ari Nilandari, Quantum Teaching: Orchestrating Student Succes. 1999. Bandung: Kaifa. DePotter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2013.

Quantum Learning: Membiasakan

Belajar Nyaman dan

Menyenangkan. Terjemahan

Alwiyah Abdurrahman. Quantum

Learning: Unleashing The Genius In You. 1992. Bandung: Kaifa.

Zulaikha, Siti dan Gede Astawan.2013. Pengaruh Pembelajaran Kuantum Bermuatan Masalah Kontekstual dalam Pembelajaran Konsep Dasar IPA 2 Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa. Laporan

(tidak diterbitkan). Denpasar:

Universitas Pendidikan Ganesha. Krisna Dewi, Luh Gede. 2013. Pengaruh

Model Pembelajaran Kuantum

Berdasarkan Media Vidio

Kontekstual Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Dangin Puri. Skripsi (tidak diterbitkan). Denpasar: Universitas

Pendidikan Ganesha Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen

Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Musfiqon. 2012. Metodelogi Penelitian

Kuantitatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk

Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suyatno. 2002. Menjelajah Pembelajaran

Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Perhatian: sebenarnya pembacaan isim dan fi’il adalah keliru, yang benar ismun dan fi’lun (oleh karena itu pengharokatan heading-heading tabel terakhir adalah kurang

Sahal Mahfudz memberikan penjelasan bahwa obyek dakwah tidak harus. diberikan wacana secara

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh ekstrak labu siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz) terhadap waktu koagulasi pada mencit (Mus musculus) yang telah dilakukan dapat

Walaupun perairan Gresik bukan jalur utama Arus Lintas Indonesia (Arlindo), tetapi terhubung melalui arus lokal yang dipengaruhi oleh angin muson, sehingga

Kita saat ini tengah berada di penghujung bulan Dzulqa’dah. Kurang dari sepekan kita akan memasuki bulan Dzulhijjah 1430 H. Dengan demikian kita telah 2 bulan keluar dari

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa mikroalga Botryococcus braunii hasil mutasi lebih tahan terhadap asam bila dibandingkan Botryococcus

institusi hukum dan profesi hukum, Pembangunan yang komprehensif harus memperhatikan hak-hak azasi manusia, keduanya tidak dalam posisi yang berlawanan, dan dengan

Dengan berkuasa, seseorang atau suatu kelompok akan dapat melakukan banyak hal yang dapat dilakukan oleh pihak yang tidak memiliki kekuasaan, seperti aktivitas