• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUISI AKROSTIK DENGAN PENDEKATAN PARAFRASA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI SISWA KELAS VII.C DI SMP NEGERI 7 SINGARAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PUISI AKROSTIK DENGAN PENDEKATAN PARAFRASA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI SISWA KELAS VII.C DI SMP NEGERI 7 SINGARAJA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PUISI AKROSTIK DENGAN PENDEKATAN PARAFRASA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI SISWA

KELAS VII.C DI SMP NEGERI 7 SINGARAJA

Ni Komang Rai Nuratni, Gde Artawan, Ida Bagus Sutresna

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

{[email protected]

,

[email protected]

,

[email protected]}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan (1) mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa siswa di kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja, (2) mendeskripsikan kemampuan memahami puisi siswa di kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa, dan (3) mendeskripsikan respons siswa di kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja terhadap kegiatan pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa yang berjumlah 21 orang. Objek penelitian ini adalah langkah-langkah pembelajaran memahami puisi, peningkatan kemampuan memahami puisi, dan respons siswa mengenai kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode (1) observasi, (2) tes, dan (3) angket. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik deskriptif-kualitatif dan deskriptif-kuantitatif. Hasil pada tes memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa menunjukkan bahwa (1) terdapat langkah-langkat yang tepat dalam kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa terhadap memahami puisi, (2) kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa mampu meningkatkan kemampuan memahami puisi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja yang ditandai dengan peningkatan perolehan skor rata-rata memahami puisi siswa dari 76,52 pada siklus I menjadi 79,23 pada siklus II, dan (3) siswa memberikan tanggapan positif terhadap kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dalam pembelajaran memahami puisi. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 7 Singaraja agar menggunakan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa terhadap memahami puisi dalam pembelajaran membaca puisi sesuai dengan langkah-langkah yang ditemukan peneliti.

Kata kunci: puisi akrostik, pendekatan parafrasa, memahami puisi

Abstract

This Classroom action research aims (1) to describe the learning steps through the study to understand poetry acrostic poem with the students in the class paraphrasing approach VII.C SMP 7 Singaraja, (2) describing the ability in understanding a poem of students in grades VII.C 7 SMP Negeri Singaraja through review of acrostic poem paraphrasing approaches, and (3) describing the responses of students in grades VII.C SMP 7 Singaraja in understanding the learning activities through the study of poetry acrostic poem by paraphrasing approach. The subjects were Indonesian

▸ Baca selengkapnya: kegiatan 4 menemukan puisi modern yang terdapat pada laman ipusnas.

(2)

teachers and students who were 21 people. Object of this research is to understand the learning steps poetry, increased ability to understand poetry, and student responses on assessment acrostic poem by paraphrasing approach. Collecting data in this study was conducted using (1) observation, (2) test, and (3) questionnaire. Data were analyzed with descriptive techniques-qualitative and quantitative-descriptive. The results of the test understanding through the study of poetry acrostic poem by paraphrasing approach shows that (1) there are appropriate measures in the study Langkat acrostic poem by paraphrasing approach to understand poetry, (2) review of acrostic poem by paraphrasing approaches can improve the student's ability to understand poetry in class VII.C in SMP 7 Singaraja which is characterized by an increase in the acquisition of an average score of 76.52 students understand poetry at 79.23 on the first cycle to the second cycle, and (3) students gave a positive response to the study acrostic poem by paraphrasing approach in learning to understand poetry. Therefore, the authors suggest to the Indonesian teacher at SMP Negeri 7 Singaraja to use acrostic poem in order to study and understand poetry paraphrasing approach with the steps found in research.

Keywords : acrostic poetry, paraphrasing approaches, understand poetry PENDAHULUAN

Keterampilan membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang tertulis. Somadayo

(2011:4) mengungkapkan bahwa

keterampilan membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti yang terkandung di dalam

bahan tulis. Sebagai salah satu

keterampilan berbahasa yang harus

dikuasai, membaca merupakan suatu proses yang kompleks dan rumit.

Tidak dapat dipungkiri keterampilan membaca tidak lepas dari kegiatan pengucapan yang tertulis atau tercetak pada buku, papan tanda, dan lain-lain. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian

besar pengetahuan disajikan dalam

bentuk bahasa tulis sehingga

pembelajaran membaca mempunyai

kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Akan tetapi, kemampuan membaca ini tidak diperoleh secara alamiah, melainkan melalui proses pembelajaran di kelas yang sebagian

merupakan tanggung jawab guru.

Sehingga guru yang memiliki peran besar di kelas dituntut untuk dapat membantu

siswa dalam mengembangkan

kemampuan membaca.

Salah satu jenis kegiatan membaca yang perlu dilakukan di sekolah adalah

membaca pemahaman. Membaca

pemahaman merupakan salah satu

kegiatan yang penting dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan, informasi,

serta memperoleh hiburan. Banyak

informasi yang direkam dan

dikomunikasikan melalui media tulis. Oleh

karena itu, membaca pemahaman

merupakan salah satu cara meningkatkan pengetahuan dan informasi.

Soedarso (1989:58) mengemukakan bahwa membaca pemahaman adalah membaca untuk mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian.

Agustina (2008:15)

berpendapat,”Membaca Pemahaman

adalah membaca yang dilakukan tanpa mengeluarkan bunyi atau suara, pembaca

tidak dituntut untuk mengoralkan

bacaannya, tetapi hanya menggunakan mata dan hati serta pikiran untuk memahaminya”. Sebagaimana yang telah dikatahui, membaca memang memiliki peranan penting. Pentingnya membaca, utamanya membaca pemahaman bagi seseoarang patut kita sadari. Membaca pemahaman masih terus akan dibutuhkan sebagai alat untuk mempelajari berbagai bidang ilmu. Hal ini terutama sangat dirasakan oleh para pelajar. Melalui membaca pemahaman, seseoarang akan terbantu dalam rangka pengembangan kemampuan akademik, keahlian, dan

kecerdasan. Dalam kehidupan

masyarakat modern yang kompleks,

kemampuan seseorang dalam membaca pemahaman sangat diperlukan dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial. Selain itu, membaca pemahaman akan

(3)

pembacanya. Dalam hal ini, pembaca

akan memperoleh informasi-informasi

yang lebih dan beragam.

Dalam membaca puisi adakalanya perlu suatu pemahaman untuk memahami puisi tersebut. Pada dasarnya, kegiatan

membaca puisi merupakan upaya

apresiasi puisi. Secara tidak langsung, bahwa dalam membaca puisi, pembaca akan berusaha mengenali, memahami,

menggairahi, memberi pengertian,

memberi penghargaan, membuat berpikir kritis, dan memiliki kepekaan rasa. Semua aspek dalam karya sastra dipahami, dihargai persajakannya, irama, citra, diksi,

gaya bahasa, dan hal-hal yang

dikemukakan oleh media. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan bait perbait untuk merangkai makna dari makna puisi yang hendak disampaikan pengarang. Pembaca memberi apresiasi, tafsiran, interpretasi terhadap teks yang dibacanya Setelah diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat membaca puisi.

Menurut Damayanti (2013:12)

mengatakan bahwa puisi merupakan karya seni imajinatif berbentuk sajian bahasa yang bernilai dan disusun dengan memperhatikan irama, rima, dan kata-kata perlambangan. Pada umumnya, puisi ditulis dalam bentuk baris-baris yang

disatukan menjadi bait-bait. Senada

dengan hal itu, menurut Waluyo (1987:25) puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun

dengan mengkonsentrasikan semua

kekuatan bahasa dengan

pengkonsentrasian struktur fisik dan

struktur batinnya. Ini berarti puisi adalah karya sastra yang disampaikan dengan bahasa, pikiran, dan perasaan penyair.

Sehubungan dengan hal tersebut tentunya puisi menjadi materi yang sulit

diajarkan di sekolah. Hal ini

mengindikasikan bahwa pengajaran puisi perlu strategi yang berbeda dengan materi yang lainnya. Antara (1985:1) menyatakan

bahwa pengajaran puisi mempunyai

tujuan membina apresiasi puisi dan

mengembangkan kearifan untuk

menangkap isyarat-isyarat kehidupan

yang tercermin dalam karya puisi tersebut.

Pengajaran puisi mencakup empat

manfaat, yaitu (1) menunjang

keterampilan siswa dalam berbahasa, (2) meningkatkan kemampuan siswa tentang budaya bangsa, (3) mengembangkan rasa karsa siswa secara tanggap, dan (4)

membentuk watak siswa. Apabila

pembelajaran sastra dilakukan dengan mengaitkan keempat manfaat tersebut, secara bertahap siswa akan memiliki

kemampuan mengapresiasikan suatu

karya sastra. Salah satu karya sastra yang lazim diajarkan di sekolah adalah membaca puisi.

Berbicara masalah membaca dalam

pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia, tidak bisa terlepas dari standar

kompetensi yang tertuang dalam

kurikulum. Dalam standar kompetensi tersebut, siswa dituntut mampu membaca,

baik itu membaca sastra maupun

nonsastra. Terkait dengan hal itu, sesuai

dengan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) terdapat standar

kompetensi yang tertuang di dalam silabus disebutkan bahwa salah satu pembelajaran sastra yang harus dikuasai oleh siswa tingkat SMP adalah memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak. Untuk mencapai standar kompetensi di atas,

pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia tidak sekadar pengajaran

mengenai teori-teori sastra saja, tetapi

siswa dituntut pula untuk dapat

memberikan sebuah penghargaan

terhadap karya sastra melalui pembacaan karya sastra berupa puisi. Dengan memahami teori dan praktik yang telah diberikan di sekolah, siswa diharapkan mampu membacakan sebuah puisi.

Pada pembelajaran sastra siswa

dituntut untuk mampu menguasai

komponen kesastraan, jenis sastra, dan perkembangannya untuk mengapresiasi karya sastra berbentuk puisi, prosa, dan drama. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran sastra tidak hanya memberikan siswa pengetahuan tentang kesastraan (teori sastra dan sejarah

sastra), tetapi juga memberikan

(4)

sastra dalam pengapresiasian sastra. Dalam mengapresiasi sastra ada berbagai aspek kegiatan yang mendukung di dalamnya. Mulai dari memahami isi suatu karya sastra sampai mampu menciptakan sendiri karya sastra tersebut. Salah satu pengapresiasian karya sastra tersebut adalah membaca puisi. Keterampilan membaca puisi terdapat dalam standar isi SMP kelas VII semester genap yang berbunyi “memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku

cerita anak”. Melalui pembelajaran

keterampilan tersebut, diharapkan siswa mampu membaca puisi dan memahami puisi dengan baik. Namun, harapan itu

belum tercapai dan mendapatkan

kendala.

Pada kenyataannya, kemampuan

membaca puisi yang dikuasi oleh siswa belum optimal, khususnya pada siswa kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang peneliti lakukan di SMP Negeri 7 Singaraja, guru bahasa dan

sastra Indonesia di kelas VII.C

memberikan informasi bahwa skor

rata-rata siswa dari 21 orang dalam

pembelajaran membaca puisi masih di bawah KKM, yakni 74,38, sedangkan KKM mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas VII.C adalah 76. Itu

menandakan bahwa ketuntasan

pembelajaran membaca puisi belum

tercapai. Diperoleh informasi dari 21 orang di kelas VII.C yang mendapat skor sesuai KKM hanya 4 orang, sedangkan 17 orang mendapat skor di bawah KMM. Data tersebut menunjukkan dari 21 orang hanya 19,04% yang mendapat skor tuntas. Sisanya 80,95 % di bawah skor tuntas. Di samping itu, salah satu siswa kelas VII.C yang bernama Gede Menaka

juga mengaku bahwa dia merasa

kesulitan untuk menentukan ide atau gagasan yang akan disampaikan dan kesulitan dalam menentukan diksi atau pilihan kata. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa keterampilan

membaca puisi pada siswa perlu

ditingkatkan.

Sehubungan dengan hal tersebut,

ditemukan beberapa masalah yang

melatarbelakangi belum optimalnya

kemampuan membaca puisi pada siswa kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja.

Masalah-masalah tersebut, yaitu (1)

kurang efektifnya pembelajaran yang diciptakan oleh guru sehingga membuat siswa tidak memperhatikan guru ketika penyampaian materi berlangsung; (2) siswa kurang tertarik dalam pembelajaran membaca puisi dan merasa bosan; (3) siswa merasa kesulitan dalam memahami makna puisi; dan (4) tidak adanya contoh atau penjelasan yang lebih dalam tentang memahami puisi.

Belum optimalnya pembelajaran

membaca puisi di kelas ternyata

disebabkan oleh kurangnya penerapan teknik yang inovatif oleh guru. Teknik

yang dipakai guru tidak dapat

mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri siswa agar secara leluasa

mengekspresikan perasaannya.

Pembelajaran yang diciptakan guru di dalam kelas hanya sebatas memberikan informasi pengetahuan tentang sastra sehingga kemampuan mengapresiasi dan

kemampuan menciptakan kurang

mendapat perhatian, yang terjadi hanya transfer pengetahuan tentang sastra dari

guru kepada siswa. Siswa kurang

mendapat kesempatan untuk melakukan

konstruksi pengetahuan dan

mengembangkan pengetahuan itu

menjadi sebuah produk pengetahuan yang baru. Teknik ataupun strategi

pengajaran membaca puisi yang

bervariasi sangat menunjang minat dan gairah belajar siswa. Salah satu strategi yang perlu diberikan kepada siswa yaitu memberikan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa.

Menurut Jingga (2012:73) puisi

akrostik adalah puisi yang mengandung

pesan terselubung. Pesan itu bisa

diletakan di awal atau di akhir kalimat. Puisi akrostik pada setiap awal lariknya menggunakan huruf yang ada pada judul

puisi, semua bait dalam puisi

menceritakan atau mendeskripsikan topik kata yang tertera pada judul. Puisi akrostik berbeda dengan puisi-puisi lain karena huruf-huruf pertama tiap lariknya mengeja sebuah kata yang dapat dibaca secara

(5)

vertikal. Pola rima dan jumlah angka tiap

baris dapat bervariasi dalam puisi

akrostik, karena puisi akrostik lebih dari puisi deskriptif yang menjelaskan kata yang dibentuk. Untuk membantu siswa

dalam memahami puisi tersebut

digunakanlah pendekatan parafrasa.

Melalui pendekatan parafrasa tersebut,

diharapkan siswa menjadi lebih mudah

mengubah puisi menjadi prosa atau karangan dan memahami makna pada puisi. Hal ini sejalan dengan pendapat

Aminuddin (2002:41) menyatakan

pengertian pendekatan parafrasa adalah strategi pemahaman kandungan makna

dalam cipta sastra dengan jalan

mengungkapkan kembali gagasan yang

disampaikan pengarang dengan

menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan

kalimat yang digunakan oleh

pengarangnya. Tujuan akhir dari

parafrasa itu adalah menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang

pengarang sehingga pembaca lebih

mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta karya sastra. Memparafrasakan sebuah cipta karya sastra bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Kemungkinan salah tafsir cukup besar. Memparafrasakan puisi adalah kegiatan mengubah suatu puisi menjadi frase-frase atau kalimat-kalimat.

Dengan cara demikian, diharapkan

pemahaman terhadap suatu puisi akan lebih mudah (Suruto, 1989:195).

Dipilihnya SMP Negeri 7 Singaraja

sebagai tempat penelitian karena

berdasarkan wawancara dengan Bapak Rudiarsa selaku guru bahasa dan sastra Indonesia, diperoleh informasi bahwa di sekolah tersebut masih minim dalam penerapan teknik-teknik atau strategi pembelajaran tertentu, khususnya dalam membaca puisi. Oleh sebab itu, peneliti merasa penting melakukan penelitian di

sekolah tersebut guna memberikan

inovasi pembelajaran terhadap guru. Kemudian, pemilihan siswa kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja sebagai subjek penelitian disebabkan oleh siswa kelas tersebut yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran membaca puisi.

Selama ini sudah pernah dilakukan

penelitian tentang kemampuan

memahami puisi namun belum ada peneliti yang menggunakan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa khususnya di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha. Namun, peneliti menemukan beberapa penelitian sejenis, tetapi berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan. Adapun penelitian sejenis sebagai berikut.

Penelitian yang pertama adalah

penelitian tentang memahami puisi pernah dilakukan sebelumnya oleh Eka Prastiani

pada tahun 2011 yang berjudul

“Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Memahami Puisi Melalui Teknik Parafrasa Pada Siswa Kelas X SMK MA’Arifnu 01

Bantarkawung. Dalam penelitiannya

menunjukkan bahwa kemampuan

memahami puisi pada siklus I rata-rata skor yang diperoleh dari 64. Sedangkar skor rata-rata siklus II mencapai 82.

Penelitian yang kedua adalah

penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Memahami Puisi dengan Model Pembelajaran Expert Group di Kelas VI MI AL Khoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang” oleh Fatim Mufidah pada tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan memahami puisi setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran expert group mengalami peningkatan, peserta didik

lebih aktif dan antusias mengikuti

pembelajaran, serta kriteria ketuntasan minimal juga terpenuhi dari siklus 1 sampai siklus 2. Peningkatan kemampuan pada siklus 1 rata-ratanya 73.87 dan pada siklus 2 rata-ratanya 90. Berdasarkan

hasil penelitian disimpulkan bahwa

kemampuan memahami puisi

menggunakan model pembelajaran expert group dapat meningkatkan keaktifan,

serta kemampuan peserta didik

memahami puisi mengalami

peningkatan, yang dapat dibuktikan

dengan perolehan nilai rata- rata yang semakin meningkat.

Kedua jenis penelitian tersebut

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, baik dari segi subjek penelitian, objek penelitian, dan strategi

(6)

atau pendekatan dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Kajian Puisi Akrostik dengan Pendekatan Parafrasa

untuk Meningkatan Kemampuan

Memahami Puisi Siswa di Kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja” sangat perlu dilakukan. Melalui penelitian inilah, diharapkan ada prestasi yang meningkat dari siswa dalam memahami puisi yang diberikan melalui pembelajaran kajian

puisi akrostik dengan pendekatan

parafrasa di kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja, serta penilitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan

dalam strategi atau pendekatan

pemebelajaran sastra di sekolah.

Berdasarkan latar belakang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut: (1)

mendeskripsikan langkah-langkah

pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa siswa di kelas VII.C SMP Negeri

7 Singaraja, (2) mendeskripsikan

kemampuan memahami puisi siswa di kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja melalui kajian puisi akrostik dengan

pendekatan parafrasa, dam (3)

mendeskripsikan respons siswa di kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja terhadap kegiatan pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa.

Adapun tujuan penelitian ini adalah (1)

bagi pembaca khususnya siswa,

penelitian ini dapat dijadikan masukan atau refrensi guna memperluas cakrawala pengetahuan tentang apresiasi sastra, khususnya memahami puisi, (2) bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman langsung untuk

mengetahui dan memahami tentang

apresiasi sastra, (3) bagi guru di SMP Negri 7 Singaraja, hasil penelitian ini

dapat dijadikan pedoman dalam

pembelajaran memahami puisi, (4) bagi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja, hasil penelitian ini sebagai alternatif siswa dalam belajar memahami puisi, dan (5) bagi peneliti lain, penelitian

ini dapat dijadikan sebagai acuan,

pedoman, serta bahan perbandingan

untuk menambah wawasan penelitian yang dilakukan.

METODE

Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja yang berjumlah 21 orang. Objek penelitian ini adalah

langkah-langkah pembelajaran

memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa, hasil peningkatan kemampuan memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa, serta respons siswa mengenai kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dalam pembelajaran memahami puisi. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah

metode observasi, tes, dan

angket/kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

Data kualitatif berupa data perilaku guru dan siswa selama dalam proses pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa. Data kuantitatif berupa tingkat

kemampuan siswa yang ditunjukkan

dengan nilai tes memahami puisi dan

respons siswa. Penelitian ini

menggunakan instrumen sebagai alat untuk mendukung penggunaan metode

tersebut. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah lembar

observasi (pengamatan), lembar

kuesioner siswa, instrumen tes

kemampuan memahami puisi, dan

pedoman penilaian kemampuan

memahami puisi digunakan dalam metode

tes. Instrumen lembar observasi

digunakan dalam metode observasi,

sedangkan instrumen lembar kuesioner

digunakan dalam metode

angket/kuesioner.

Dalam penelitian ini, data langkah-langkah pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan

pendekatan parafrasa dianalisis

menggunakan analisis deskriptif kualitatif, data hasil tes dianalisis menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif, serta data respons siswa

(7)

dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, keberhasilan penelitian tindakan

ditandai dengan adanya perubahan

menuju arah perbaikan. Kriteria

keberhasilan dalam pembelajaran

membaca puisi ditunjukkan dengan

adanya keberhasilan memperoleh skor rata-rata kelas pada kategori baik atau 75% dari jumlah keseluruhan siswa. Kriteria ini juga ditentukan dengan KKM yang dirancang oleh sekolah yang bersangkutan. Dengan tercapainya kriteria keberhasilan yang telah ditentukan di atas, penelitian dihentikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ada tiga temuan penting dalam penelitian ini, yaitu (1) langkah-langkah yang tepat dalam menerapkan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa

untuk meningkatkan kemampuan

memahami puisi sangat efektif digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa

terhadap puisi. (2) tercapainya

peningkatan kemampuan memahami puisi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa. (3) siswa memberikan respon positif terhadap kajian

puisi akrostik dengan pendekatan

parafrasa. Temuan-temuan tersebut

diuraikan sebagai berikut.

Temuan pertama, terdapat beberapa langkah-langkah penerapan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa

dalam meningkatkan kemampuan

memahami puisi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut. Pertama, guru membuka kegiatan

pembelajaran sekaligus mengecek

kehadiran siswa dan mengisi jurnal harian

mengajar. Kedua, guru memberikan

apersepsi terkait dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu memahami puisi sekaligus menyampaikan tujuan pembelajaran. Ketiga, guru dan siswa bertanya jawab mengenai pemahaman awal siswa tentang membaca puisi. Keempat, guru menjelaskan tentang puisi akrostik dan parafrasa. Kelima, siswa

mendengarkan guru yang sedang

melaksanakan presentasi di

kelas.Keenam, guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait materi yang sudah dijelaskan. Ketujuh, guru membagikan sebuah contoh

puisi akrostik. Kedelapan, siswa

mencermati puisi akrostik yang telah diberikan oleh guru. Kesembilan, setelah itu guru kembali menugaskan siswa memparafrasakan puisi. Kesepuluh, guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya. Kesebelas, guru mengecek hasil pekerjaan siswa dan menugaskan

beberapa siswa membacakan hasil

karyanya di depan kelas dan siswa yang lain mendengarkan serta menanggapi penampilan teman yang sudah tampil. Keduabelas, guru memberikan evaluasi secara individu yaitu dengan memberikan penjelasan apabila ada yang kurang paham. Ketigabelas, guru dan siswa

menyimpulkan materi yang telah

diajarkan. Keempatbelas, guru

memberikan PR kepada siswa untuk

membuat puisi akrostik kemudian

diparafrasakan. Kelimabelas, kemudian

guru menutup pelajaran dengan

mengucapkan salam penutup.

Berdasarkan langkah-langkah

tersebut, kajian puisi akrostik dengan

pendekatan parafrasa dapat

meningkatkan kemampuan memahami puisi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja. Dengan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa, siswa lebih mudah memahami puisi dengan cara

memparafrasakan puisi. Peningkatan

kemampuan memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dapat dilihat dari peningkatan hasil memahami puisi siswa pada siklus I

jika dibandingkan dengan hasil

memahami puisi melalui kajian puiai akrostik dengan pendekatan parafrasa sebelum diterapkan. Begitu juga halnya dengan peningkatan hasil memahami

puisi siswa pada siklus II jika

dibandingkan dengan hasil memahami puisi siswa pada siklus I.

Temuan ini sejalan dengan penelitian sejenis dari Eka Prastiani yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam

(8)

Memahami Puisi Melalui Teknik Parafrasa Pada Siswa Kelasx Smk Ma’arif Nu 01 Bantarkawung Tahun 2010/2011”. Eka Prastiani memaparkan bahwa dalam memahami puisi melalui teknik parafrasa dimulai dengan menjelaskan mengenai materi parafrasa, guru memberikan puisi, dan guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memparafrasakan puisi.

Penerapan langkah-langkah dalam

penelitian tersebut hampir serupa dengan penelitian yang peneliti lakukan, yakni

siswa memahami penjelasan guru

mengenai materi parafrasa, kemudian siswa menerima puisi yang nantinya diparafrasakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan antara penelitian ini dan penelitian yang pernah dilakukan Eka Prastiani memiliki kesejalanan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Temuan kedua, kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dapat meningkatkan kemampuan memahami puisi siswa. pendekatan parafrasa ini

bertujuan untuk memudahkan siswa

dalam memahami kandungan makna yang terdapat dalam cipta sastra. Dengan menggunakan puisi akrostik akan menjadi alat bantu dalam menerapkan pendekatan parafrasa ini. Hal ini terbukti dari hasil memahami puisi siswa.

Dengan menggunakan puisi akrostik dan pendekatan parafrasa, siswa mampu memahami puisi. Puisi akrostik ini akan

memberikan kemudahan bagi siswa

pemula dalam meningkatkan kemampuan

memahami puisi, tentunya dengan

pendekatan parafrasa. Menurut Jingga

(2012:73) mengatakan bahwa puisi

akrostik adalah puisi yang mengandung

pesan terselubung. Pesan itu bisa

diletakan di awal atau di akhir kalimat.

Untuk membantu siswa dalam

memahami puisi tersebut digunakanlah

pendekatan parafrasa. Melalui

pendekatan parafrasa tersebut,

diharapkan siswa menjadi lebih mudah

mengubah puisi menjadi prosa atau karangan dan memahami makna pada puisi. Hal ini sejalan dengan pendapat

Aminuddin (2002:41) menyatakan

pengertian pendekatan parafrasa adalah strategi pemahaman kandungan makna

dalam cipta sastra dengan jalan

mengungkapkan kembali gagasan yang

disampaikan pengarang dengan

menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan

kalimat yang digunakan oleh

pengarangnya. Tujuan akhir dari

parafrasa itu adalah menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang

pengarang sehingga pembaca lebih

mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta karya sastra. Memparafrasakan sebuah cipta karya sastra bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Kemungkinan salah tafsir cukup besar. Memparafrasakan puisi adalah kegiatan mengubah suatu puisi menjadi frase-frase atau kalimat-kalimat.

Dengan cara demikian, diharapkan

pemahaman terhadap suatu puisi akan lebih mudah (Suruto, 1989:195). Oleh karena itu, puisi akrostik sangat tepat

untuk dijadikan media pembelajaran

terutama dalam memparafrasakan puisi.

Hasil penelitian menunjukkan

terjadinya peningkatan kemampuan

memahami puisi siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I rata-rata hasil memahami puisi76,52 sedangkan rata-rata hasil memahami puisi siswa pada siklus II adalah79,23. Peningkatan yang terjadi sebesar2,71. Peningkatan yang paling penting terletak pada aspek memparafrasakan puisi. Rata-rata siswa sudah bisa memparafrasa puisi sekaligus langsung memahami puisi.

Tabel Perbandingan Skor Memahami Puisi Siswa Kelas VIIC

Pelaksanaan Skor Rata-rata

Kategori

Pratindakan 74,38 Cukup

Siklus I 76,52 Baik

Siklus II 79,23 Baik

Temuan ini juga sejalan dengan penelitian sejenis dari Eka Prastiani pada tahun 2011 yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Memahami Puisi Melalui Teknik Parafrasa Pada Siswa Kelas X SMK MA’Arifnu 01

Bantarkawung. Dalam penelitiannya

menunjukkan bahwa kemampuan

memahami puisi pada siklus I rata-rata skor yang diperoleh dari 64. Sedangkar

(9)

skor rata-rata siklus II mencapai 82. Dengan demikian, hasil penelitian yang dilakukan oleh Eka Prastiani menunjukkan bahwa kemampuan memahami puisi siswa sudah berhasil dengan baik.

Temuan ini juga sejalan dengan penelitian sejenis yang kedua yang

berjudul “Peningkatan Kemampuan

Memahami Puisi dengan Model

Pembelajaran Expert Group di Kelas VI MI AL Khoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang” oleh Fatim Mufidah pada tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan memahami puisi setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan

model pembelajaran expert group

mengalami peningkatan, peserta didik

lebih aktif dan antusias mengikuti

pembelajaran, serta kriteria ketuntasan minimal juga terpenuhi dari siklus 1 sampai siklus 2. Peningkatan kemampuan pada siklus 1 rata-ratanya 73.87 dan pada siklus 2 rata-ratanya 90. Berdasarkan

hasil penelitian disimpulkan bahwa

kemampuan memahami puisi

menggunakan model pembelajaran expert group dapat meningkatkan keaktifan,

serta kemampuan peserta didik

memahami puisi mengalami

peningkatan, yang dapat dibuktikan

dengan perolehan nilai rata- rata yang semakin meningkat.

Temuan ketiga, siswa memberikan

respons positif pada pembelajaran

memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa, siswa lebih mudah memahami puisi.. Hal ini terbukti dari hasil respons siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa

memberikan respons positif pada

pembelajaran memahami pusi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dengan skor rata-rata 24,48. Pada siklus II respons siswa pada pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik denganpendekatan parafrasa meningkat menjadi lebih positif dengan skor rata-rata 26,52.

Mengacu pada temuan pertama,

kedua, ketiga, serta uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang kajian puisi akrostik dengan pendekatan

parafrasa dapat meningkatkan

kemampuan memahami puisi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, melalui kajian puisi akrostik dengan pendakatan

parafrasa dapat meningkatkan

kemampuan memahami puisi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemahaman puisi siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I jumlah skor hasil pemahaman puisi siswa sebesar 1607 dan skor rata-rata sebesar 76,52 dengan 11 orang siswa mendapatkan skor di bawah KKM. Untuk ketuntasan secara klasikal yang diperoleh pada siklus I adalah masih kurang dari kriteria keberhasilan yang ditetapkan, yaitu 75%. Pada siklus II, total skor hasil pemahaman puisi siswa sebesar 1664 dan skor rata-rata sebesar 79,23 dengan 4 orang siswa yang mendapatkan skor di bawah KKM. Pada siklus II kriteria keberhasilan mencapai 75%.

Kedua, berdasarkan langkah-langkah yang ada pada pembahasan, kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa

dapat meningkatkan kemampuan

memahami puisi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja. Dengan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa, siswa lebih mudah memahami puisi dengan cara memparafrasakan puisi.

Peningkatan kemampuan memahami

puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dapat dilihat dari peningkatan hasil memahami puisi siswa pada siklus I jika dibandingkan dengan hasil memahami puisi melalui kajian puiai akrostik dengan pendekatan parafrasa sebelum diterapkan. Begitu juga halnya dengan peningkatan hasil memahami

puisi siswa pada siklus II jika

dibandingkan dengan hasil memahami puisi siswa pada siklus I.

Ketiga, Kajian puisi akrostik dengan

pendekatan parafrasa dapat

menumbuhkan siswa memberikan

respons positif pada pembelajaran

(10)

akrostik dengan pendekatan parafrasa, siswa lebih mudah memahami puisi. Hal ini terbukti dari hasil respons siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa

memberikan respons positif pada

pembelajaran memahami pusi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dengan skor rata-rata 24,48. Berdasarkan sikap masing-masing siswa terhadap respons yang diperoleh melalui metode kuesioner, yaitu sebanyak 4 orang siswa (19,05%) memberikan respons yang sangat positif dan 17 orang siswa (80,95%) memberikan respons yang positif. Dari 21 orang siswa tidak ada yang merespons kurang positif. Pada siklus II

respons siswa pada pembelajaran

memahami puisi melalui kajian puisi

akrostik denganpendekatan parafrasa

meningkat menjadi lebih positif dengan skor rata-rata 26,52. Berdasarkan sikap masing-masing siswa terhadap respons yang diperoleh melalui metode kuesioner, yaitu sebanyak 12 orang siswa (57,14%) memberikan respons yang sangat positif dan 9 orang siswa (42,85%) memberikan respons yang positif. Dari 21 orang siswa tidak ada yang merespons kurang positif.

Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, disampaikan beberapa saran sebagai berikut. (1) guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP

Negeri 7 Singaraja hendaknya

menerapkan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa pada pembelajaran

memahami puisi dalam upaya

meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami puisi, (2) siswa di SMP Negeri 7 Singaraja yang ingin belajar memahami

puisi mengikuti langkah-langkah

penerapan melalui kajian puisi akrostik

dengan pendekatan parafrasa agar

kemampuan memahami puisi dapat

ditingkatkan, dan (3) hendaknya penelitian

ini bisa dijadikan sebagai acuan,

pedoman, serta bahan perbandingan untuk menambah wawasan penelitian yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2008. Pembelajaran

Keterampilan Membaca. Padang:

Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia FBS: UNP.Algensindo. Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi

Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Antara, I G. P. 1985. Apresiasi Puisi:

Acuan Pengajaran Apresiasi

Sastra. Denpasar:

Damayanti, D. 2013. Buku Pintar Sastra Indonesia. Yogyakarta: Araska Jingga, GM. 2012. Yuk Menulis Yuuuk.

Yogyakarta: Araska.

Mufidah, Fatim. 2011. Peningkatan

Kemampuan Memahami Puisi

dengan Model Pembelajaran

Expert Group di Kelas VI MI AL Khoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan

Prasekolah, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Negeri

Malang.

Prastiani, Eka. 2011. Peningkatan

Kemampuan Memahami Puisi

Melalui Teknik Parafrasa Siswa Kelas X SMK MA’Arifnu 01

Bantarkawung. Skripsi (tidak

diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Semarang.

Soedarso. 2006. Speed Reading: Sistem

Membaca Cepat dan Efektif.

Jakarta: Gramedia Pustaka.

Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Membaca

sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa. Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan

(11)

Referensi

Dokumen terkait

TAHAPAN PERSIAPAN UNTUK PEMILU 2009// NAMUN HINGGA KINI / PPK ATAU PPS. BELUM

• KOLOM : Dilihat dari dimensi kolom yang digunakan pada gedung ini yang relatif tebal, maka dapat diprediksikan masih belum menggunakan tulangan melainkan hanya terbuat

Dengan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok tikus yang diberi minyak jelantah dan air rebusan jamur kuping hitam (K4) dengan kelompok tikus yang hanya diberi minyak

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “ Pengaruh Konsentrasi

Perbedaan dengan penelitian tentang “Uji kadar kalium iodat dan air dalam garam briket yang beredar di pasar-pasar tradisional di Kota Yogyakarta” yang dilakukan peneliti

(3) Pejabat Eselon I dapat mengajukan permohonan bantuan hukum kepada Kepala Badan atau Sekretaris Utama, baik sebagai penggugat atau tergugat dalam perkara perdata dan

Untuk laluan profesional pula, di samping kerja kursus dan latihan industri selama enam bulan, pelajar boleh mengambil dua kertas peperiksaan profesional pada tahun

untuk terus belajar dan belajar yang tidak pernah dilupakan sehingga penulis dapat.. mengerti arti