• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Pajak Penghasilan terutang Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Pajak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Pajak Penghasilan terutang Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Pajak."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana negara itu sendiri yaitu melalui pajak.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pajak penghasilan terhutang sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Data yang digunakan adalah perbandingan PPh sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak terhadap 31 orang wajib pajak tahun 2005.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pajak terhutang sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak. data dianalisis dengan menggunakan Uji Dua Sampel Berpasangan ( Paired Sampel T-test). Kata kunci : Pajak Penghasilan, Pemeriksaan Pajak

(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………....iv

KATA PENGANTAR………...v

DAFTAR ISI………...viii

DAFTAR TABEL………...xii

DAFTAR LAMPIRAN………...xiii

BAB I PENDAHULUAN………..1

1.1 Latar Belakang Penelitian………...1

1.2 Identifikasi Masalah………..4

1.3 Tujuan Penelitian………...4

1.4 Kegunaan Penelitian………..4

1.5 Kerangka Pemikiran………...5

1.6 Lokasi dan Waku Penelitian………...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..10

2.1 Pajak………...…………...10

2.1.1 Peranan Pajak Dalam Pembangunan...………….11

2.1.2 Devenisi Pajak……….12

2.1.2.1 Perbedaan Pajak dan Jenis Pungutan lain…………....13

2.1.3 Fungsi Pajak………...13

2.1.4 Pengelompokan Pajak………..13

2.1.5 Teori Pemungutan Pajak dan Syarat Peungutan Pajak………15

(3)

2.1.5.1 Teori Pemungutan Pajak……….15

2.1.5.2 Syarat Pemungutan pajak………...….17

2.1.6 Asas Pemungutan Pajak………...18

2.1.7 Sistem Pemungutan Pajak………....19

2.1.8 Tata Cara Pemungutan Pajak………..…...20

2.1.8.1 Perlawanan Pajak……….……....21

2.1.9 Tarif Pajak………..…..…...21

2.2 Pemeriksaan………...22

2.2.1 Tujuan Pemeriksaan………...……….22

2.2.2 Pokok Pelaksanaan Pemeriksaan………....25

2.3 Pajak Penghasilan Umum……….…26

2.3.1 Subjek Pajak dan Wajib Pajak………...….26

2.3.1.1 Subjak Pajak………...26

2.3.1.2 Wajib Pajak………....27

2.3.2 Yang Tidak Termasuk Subjek Pajak………....28

2.3.3 Objek Pajak……….29

2.3.4 Yang Tidak Termasuk Objek Pajak………....31

2.3.5 Cara Menghitung Penghasilan Kena Pajak…..…………...32

2.3.6 Kewajiban Pajak Subjektif……….….33

2.3.7 Pengurangan Penghasilan………....35

2.3.7.1 Pengeluaran Oleh Wajib Pajak………...35

2.3.7.2 Peraturan Pemerintah Tentang Penghasilan Kena Pajak yang Dibebankab Sebagai Biaya…...36

(4)

2.3.7.3 Pengeluaran yang Tidak Dibebankan

Sebagai Biaya...37

2.3.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak……….39

2.3.8.1 Perubahan PTKP……….39

2.3.9 Tarif Pajak Penghasilan…………..………....………40

2.4 Penggabungan dan Pemisahan Penghasilan………...41

2.4.1 Penggabungan Penghasilan……….………...41

2.4.2 Pemisahan Penghasilan……….……….41

2.5 Pemotongan atau Pemungutan Pajak Penghasilan yang bersifat Final……...41

2.5.1 Cara Melunasi Pajak……….………….42

2.6 Pemberian Fasilitas Pajak………...43

2.6.1 Perlakuan PPh atas Penjualan Barang dan Fasilitas Kepada Karyawan...44

2.6.2 Perlakuan PPh atas Selisis Kurs...45

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN...45

3.1 Metode Penelitian...45

3.1.1 Metode yang Digunakan...45

3.1.2 Tehnik Pengumpulan Data...46

3.1.3 Metode Analisis...47

(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50

4.1 Pelaksanaan Pendaftaran, Pembayaran Pajak Penghasilan Terhutang oleh Wajib Pajak Badan...50

4.1.1 Pendaftaran...50

4.1.2 Pembayaran...52

4.2 Pemeriksaan Pajak...53

4.2.1 Data Hasil Pemeriksaaan...54

4.2.2 Analisis Data...57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...63

5.1 Kesimpulan...63

5.2 Saran...63

DAFTAR PUSTAKA...64

LAMPIRAN - LAMPIRAN

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perbandingan pajak Penghasilan Terhutang Sebelum dan

Sesudah Pemeriksaan Pajak tahun 2005...56 Tabel 4.2 Perbandingan Pajak Penghasilan Terhutang Sebelum dan

Sesudah Pemeriksaan Pajak Tahun 2005...60 Tabel 4.3 Hasil Olahan SPSS...62

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan. 2. Lampiran I Perhitungan Penghasilan Netto Fiskal.

3. Lampiran II Perincian Harga Pokok Penjualan, Biaya Usaha Lainnya dan Di luar Usaha.

4. Lampiran III Kredit Pajak Dalam Negeri.

5. Lampiran IV PPh Final dan Penghasilan yang tidak Termasuk Objek Pajak. 6. Lampiran V Daftar Pemegang Saham dan Dividen yang Dibagikan, Daftar

Susunan Pengurus dan Komisaris.

7. Lampiran VI Daftar Penyertaan Modal pada Perusahaan Afiliasi, dan Daftar

Pinjaman dari / kepada Pemegang Saham atau Perusahaan Afiliasi. 8. Surat Ijin Penelitian.

9. Berita Acara Bimbingan

(8)

PAJAK PENGHASILAN WP BADAN

1771

ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK TAHUN PAJAK

BERI TANDA "X" DALAM (KOTAK) YANG SESUAI

ISI DENGAN BENAR, LENGKAP DAN JELAS 2 0 0 6

DEPARTEMEN KEUANGAN RI SESUAI DENGAN PETUNJUK PENGISIAN BL TH BL TH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

0 1 0 6 s.d 1 2 0 6

NPWP : 0 2 4 0 6 8 2 2 3 0 1 2 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : CV. ANDALAS PRIMA PERKASA ALAMAT : Jl. PANGLIMA POLIM V No.29

KELURAHAN / KECAMATAN : MELAWAI - KEBAYORAN BARU /

KOTA / KODE POS : JAKARTA SELATAN / 1 2 1 6 0 NO. TELP. : (021) 7262727 NO. FAX. :

NEGARA DOMISILI : KANTOR PUSAT (Khusus BUT)

JENIS USAHA : PERDAGANGAN BESAR LAINNYA KLU : 5 1 9 0 0

PEMBUKUAN /LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT TIDAK DIAUDIT OPINI AKUNTAN :

NAMA DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

D. PPh KURANG / 11. a. PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh Ps. 29)

#VALUE!

LEBIH BAYAR (9 - 10)

b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh Ps. 28 A)

PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 11.a. DISETOR TANGGAL

(9)

E. PERMOHONAN JUMLAH PPh PADA ANGKA 11.b. MOHON :

PENGHASILAN (Diisi dari Formulir 1771-IV Bagian A Jumlah Kolom 5)

YANG TIDAK b. PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK :

TERMASUK PENGHASILAN BRUTO

OBJEK PAJAK (Diisi dari Formulir 1771-IV Bagian B Jumlah Kolom 3)

H. LAMPIRAN SELAIN LAMPIRAN-LAMPIRAN 1771-I, 1771-II, 1771-III, 1771-IV, 1771-V, DAN 1771-VI BERSAMA INI DILAMPIRKAN PULA :

SURAT SETORAN PAJAK LEMBAR KE-3 PPh PASAL 29

LAPORAN KEUANGAN(Wajib bagi semua Wajib Pajak)

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL (Wajib bagi semua Wajib Pajak, bentuk Formulir sesuai DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL

PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL (Lampiran Khusus 2A Buku Petunjuk Pengisian SPT)

PERNYATAAN TRANSAKSI DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA (Lampiran Khusus 3A Buku Petunjuk Pengisian SPT)

DAFTAR FASILITAS PENANAMAN MODAL (Lampiran Khusus 4A Buku Petunjuk Pengisian SPT)

DAFTAR CABANG UTAMA PERUSAHAAN (Lampiran Khusus 5A Buku Petunjuk Pengisian SPT)

SURAT SETORAN PAJAK LEMBAR KE-3 PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus BUT)

PERHITUNGAN PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus BUT) (Lampiran Khusus 6A Buku Petunjuk Pengisian SPT)

KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (Lampiran Khusus 7A Buku Petunjuk Pengisian SPT)

SURAT KUASA KHUSUS (Bila dikuasakan)

I. PERNYATAAN DENGANMENYADARI SEPENUHNYA AKAN SEGALA AKIBATNYA TERMASUK SANKSI-SANKSI SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, SAYA MENYATAKAN BAHWA APA YANG TELAH SAYA BERITAHUKAN DIATAS BESERTA LAMPIRAN-LAMPIRANNYA ADALAH BENAR, LENGKAP DAN JELAS

(Tempat) (Tanggal)

WAJIB PAJAK TANDA TANGAN DAN CAP PERUSAHAAN :

X KUASA NAMA LENGKAP DAN NPWP :

(10)

1771 - I

PAJAK PENGHASILAN WP BADAN

TAHUN PAJAK

LAMPIRAN - I 2 0 0 6

DEPARTEMEN KEUANGAN RI • PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO FISKAL BL TH BL0 TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 0 1 0 6 s.d 1 2 0 6

5. FASILITAS PENANAMAN MODAL BERUPA PENGURANGAN PENGHASILAN NETO :

TAHUN KE ( Diisi dari Lampiran Khusus 4A)

-6. PENGHASILAN NETO FISKAL ( 1 - 2 +3 - 4 - 5 )

-Catatan : Pindahkan jumlah angka 6 ke Formulir 1771 huruf A angka 1.

(11)

SPT TAHUNAN

FORMULIR

1771 - II

PAJAK PENGHASILAN WP BADAN

TAHUN PAJAK

LAMPIRAN - II 2 0 0 6

DEPARTEMEN KEUANGAN RI • PERINCIAN HARGA POKOK PENJUALAN, BIAYA USAHA LAINNYA BL TH BL TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAN BIAYA DARI LUAR USAHA 0 1 0 6 s.d 1 2 0 6

NPWP : 0 2 4 0 6 8 2 2 3 0 1 2 0 0 0 NAMA WAJIB PAJAK : CV. ANDALAS PRIMA PERKASA

NO. PERINCIAN HARGA POKOK PENJUALAN BIAYA USAHA LAINNYA BIAYA DARI LUAR USAHA JUMLAH

( Rupiah ) ( Rupiah ) ( Rupiah ) ( Rupiah )

• Nomor 1 untuk perusahaan dagang diisi pembelian barang dagangan, untuk perusahaan industri diisi pembelian bahan baku, bahan penolong dan barang jadi

• Nomor 7 termasuk management fee, technical assistant fee, professional fee dan jasa lainnya

• Nomor 11 diisi dengan total biaya yang tidak tertampung dalam perincian 1 s.d 10

• Nomor 12 dan 13 untuk perusahaan dagang diisi total persediaan awal dan akhir barang dagangan, untuk perusahaan industri disi total persediaan awal / akhir bahan baku / bahan penolong ditambah barang setengah jadi ditambah barang jadi

(12)

SPT TAHUNAN

FORMULIR

PAJAK PENGHASILAN WP BADAN

1771-III

TAHUN PAJAK

LAMPIRAN III 2 0 0 6

DEPARTEMEN KEUANGAN RI

KREDIT PAJAK DALAM NEGERI

BL TH BL TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 0 1 0 6 s.d 1 2 0 6

NPWP : 0 2 4 0 6 8 2 2 3 0 1 2 0 0 0 NAMA WAJIB PAJAK : CV. ANDALAS PRIMA PERKASA

NAMA DAN NPWP OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN

No. PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK JENIS PENGHASILAN /

(Rupiah) YANG DIPOTONG / DIPUNGUT NOMOR TANGGAL

TRANSAKSI (Rupiah)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

JUMLAH - -

-Catatan :

• Diisi dengan rincian per Bukti Pemotongan / Pemungutan Pajak

• Pidahkan hasil penjumlahan PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23 Kolom (5) ke Formulir 1771 Huruf C Angka 8.a

(13)

2 0 0 6

PPh FINAL

PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK 0 1 0 6 1 2 0 6

NPWP : 0 2 4 0 6 8 2 2 3 0 1 2 0 0 0

PADA BADAN USAHADI INDONESIA (Pasal 4 Ayat (3) Huruf f UU PPh)

(14)

DAFTAR PEMEGANG SAHAM / PEMILIK MODAL 2 0 0 6

DAN JUMLAH DIVIDEN YANG DIBAGIKAN

DAFTAR SUSUNAN PENGURUS DAN KOMISARIS 0 1 0 6 1 2 0 6

NPWP : 0 2 4 0 6 8 2 2 3 0 1 2 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : CV. ANDALAS PRIMA PERKASA

BAGIAN A : DAFTAR PEMEGANG SAHAM / PEMILIK MODAL DAN JUMLAH DIVIDEN YANG DIBAGIKAN

(15)

BAGIAN B : DAFTAR SUSUNAN PENGURUS DAN KOMISARIS

NO.

(1)

1

2

Catatan : Jika Formulir ini tidak cukup, dibuat lampiran tersendiri sesuai dengan bentuk ini. D.1.1.32.35

(2)

NPWP NAMA DAN ALAMAT

PERSERO KOMANDITER

JABATAN

DONI WIBOWO

Jl. INPRES 4 RT.01 RW06

DIREKTUR

(4)

MUHAMAD 07.653.089.8-033.000

KEL. LARANGAN UTARA

JL. TIANG BENDERA I/90 A, RT 005/RW003 KEL. ROA MALAKA KEC.TAMBORA JAKARTA BARAT

(16)

DAFTAR PENYERTAAN MODAL PADA 2 0 0 6

BAGIAN B : DAFTAR PINJAMAN DARI / KEPADA PEMEGANG SAHAM DAN ATAU PERUSAHAAN AFILIASI

(1)

Catatan : Jika Formulir ini tidak cukup, dibuat lampiran tersendiri sesuai dengan bentuk ini.

D.1.1.32.36

NO. NAMA DAN ALAMAT N P W P JUMLAH PENYERTAAN MODAL

( Rupiah ) %

(2) (3) (4) (5)

--- --- ---

---NO. NAMA DAN ALAMAT N P W P JUMLAH PINJAMAN TAHUN BUNGA/TH

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerimaan dari sektor pajak adalah salah satu sumber penerimaan terbesar negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri dari: realisasi pendapatan negara mencapai 39,63%, penerimaan non pajak sebesar 26,75% sedangkan penerimaan dari sektor pajak adalah sebesar 46,17%. Dari sumber nota perhitungan anggaran negara APBN 2006 Departemen Keuangan Republik Indonesia, penerimaan negara dari sektor pajak untuk beberapa jenis pajak, pajak penghasilan menempati peringkat tertinggi yaitu sebesar Rp 210.713.560.000,- (56,25%) dibandingkan dengan PPN sebesar Rp 128.307.600.000,- (34,26%), PBB sebesar Rp 15.727.900.000,- (4,19%), pajak lainnya sebesar Rp 2.772.800.000,- (2,67%), dan pajak ekspor Rp 16.991.500.000,- (4,53%).

Menurut undang-undang no.16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan yang lebih lanjut diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.545/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember 2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan di bidang perpajakan, bahwa pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,dan mengelola data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan yang melaksanakan pemeriksaan disebut pemeriksa pajak, yang adalah

(18)

pegawai negeri sipil di lingkungan Direktorat Jenderal pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal pajak, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan pajak.

Tujuan pemeriksaan pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.545/KMK.04/2000 adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada wajib pajak dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kepatuhan pemenuhan perpajakan ini terlihat pada besarnya pajak yang dibayar setiap bulan atau setiap tahun oleh wajib pajak.

Sistem pemungutan pajak di Indonesia menganut Self Assessment System,

dimana wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang. Menurut sistem ini, wajib pajak yang aktif sedangkan fiskus tidak turut campur tangan dalam penentuan besarnya pajak yang terhutang, kecuali wajib pajak tersebut melanggar ketentuan yang berlaku, maka akan dikenakan sanksi perpajakan berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Setelah melalui pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh aparat pajak yang berwenang, maka memungkinkan terjadinya penyelewengan / penggelapan pajak oleh wajib pajak sehingga dituntut kesadaran sendiri dari wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Salah satu jenis pajak yang diperiksa oleh pemeriksa pajak adalah pajak penghasilan (PPh), karena hampir setiap wajib pajak badan dalam negeri memiliki

(19)

3

kewajiban terhadap pajak penghasilan. Selain itu, pajak penghasilan merupakan salah satu jenis pajak yang memberikan kontribusi terbesar kepada penerimaan negara.

Telah ada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ronny Salomo Maresa (Mei, 2004) berjudul “Pengaruh Persepsi Pemeriksa Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakan PPh Pasal 23. Objek penelitiannya yaitu pemeriksa pajak yang berada di seksi pemotongan dan pemungutan PPh yang telah memiliki pengalaman dalam melakukan pemeriksaan pajak khususnya untuk jenis PPh pasal 21. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi dengan menggunakan Rank Spearman yaitu sebesar 0,754. Mengacu kepada tabel interpretasi koefisien korelasi, nilai tersebut termasuk dalam kategori “kuat” yang berarti menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pemeriksaan pajak dengan kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh pasal 23. Sedangkan koefisien determinasi sebesar 56,8516%, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh pasal 23 dipengaruhi oleh faktor pemeriksaan pajak, dan sisanya sebesar 43,1484% merupakan koefisien residu, yang menunjukkan besarnya pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh pasal 23.

Dengan memperhatikan keterangan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Perbandingan Pajak Penghasilan Terhutang Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Pajak”.

(20)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, masalah yang dapat penulis identifikasikan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan .

2. Apakah terdapat perbedaan Pajak Penghasilan Terhutang sebelum dan sesudah

pemeriksaan pajak.

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan masalah-masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan.

2. Untuk membuktikan secara signifikan apakah terdapat perbedaan Pajak

Penghasilan Terhutang sebelum dan sesudah dilakukannya pemeriksaan.

1.4 Kegunaan Penelitiaan

Dari hasil penelitian ini, penulis mengharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat memberikan pemahaman mengenai pemeriksaan pajak serta pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh.

(21)

5

2. Bagi pemeriksa pajak, sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan

kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan melalui peningkatan profesionalisme kerja.

3. Bagi wajib pajak, diharapkan dapat lebih memahami dan mematuhi pelaksanaan kewajiban perpajakan PPh.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Menurut Rochmat Soemitro yang di kutip oleh Ricard Burton dan Wirawan B Ilyas (2005:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari pengertian pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 (lima) unsur yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu:

1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang. 2. Sifatnya dapat dipaksakan.

3. Tidak ada kontra prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh si pembayar pajak.

4. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta) dan,

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin

dan pembangunan) bagi kepentingan umum.

(22)

Unsur dapat dipaksakan artinya bahwa bila utang pajak tidak dibayar, maka uang pajak dapat ditagih dengan menggunakan unsur pemeriksaan seperti dengan mengeluarkan surat paksa serta dengan melakukan penyitaan, sedangkan terhadap pembayaran pajak tersebut tidak dapat ditujukan jasa timbal balik tertentu. Akan tetapi sebelum sampai pada tahap itu, aparat pajak biasanya melakukan kegiatan pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Kewajiban wajib pajak khususnya kewajiban yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan, yang dibuat dalam undang-undang perpajakan adalah:

1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri sebagai pemotong pajak penghasilan,

menurut pasal 2 undang-undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, menegaskan bahwa setiap wajib pajak wajib mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak dilakukan oleh wajib pajak terhadap pihak lain dalam rangka melaksanakan kewajiban perpajakan.

3. Kewajiban mengisi dan menyampaikan SPT masa / tahunan PPh pasal 21. Dalam pasal 3 ayat (1) Undang-undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, menegaskan bahwa setiap wajib pajak wajib mengisi SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata

(23)

7

uang rupiah dan menandatangani serta menyampaikannya ke KPP tempat wajib pajak terdaftar.

4. Kewajiban membayar atau menyetor pajak, menurut pasal 10 ayat (1) undang-undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, kewajiban membayar atau menyetor pajak dilakukan di kas negara melalui kantor pos atau Bank, BUMN, atau BUMD, atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan Menteri Keuangan.

5. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan, pasal 28 ayat (1) undang-undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

6. Kewajiban menaati pemeriksaan, pasal 29 ayat (3) undang-undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

Menurut Undang-Undang No.16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan yang lebih lanjut diatur dalam keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.545/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember 2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan di bidang perpajakan, bahwa pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengelola data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan pajak dapat dilakukan oleh 4 (empat) unit di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, yaitu:

1. Kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak (KPDJP). 2. Kantor wilayah (Kan Wil).

3. Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa).

(24)

4. Kantor pelayanan pajak (KPP) yang memiliki ruang lingkup pemeriksaan

sederhana lapangan (PSL) dan pemeriksaan sederhana kantor (PSK).

Pemeriksaan pajak dengan ruang lingkup pemeriksaan sederhana lapangan (PSL) dan pemeriksaan sederhana kantor (PSK) dalam rangka menguji kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh, dilaksanakan oleh pemeriksa pajak yang berada pada seksi pemotongan dan pemungutan pajak penghasilan. Pemeriksaan sederhana dilaksanakan dalam jangka waktu 4 (empat) minggu dan dapat diperpanjang menjadi paling lambat 6 (enam) minggu.

Dengan adanya pemeriksaan pajak, fiskus dapat menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak serta tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Diharapkan pemeriksaan dapat memberikan dampak pada kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak, dengan tetap mengacu kepada profesionalisme kerja pemeriksa pajak, sesuai dengan tata cara pemeriksaan di bidang perpajakan. Pemeriksaan pajak ini juga merupakan salah satu cara yang dipergunakan untuk menghitung penghasilan pajak terhutang. Sesuai dengan tujuan dari pemeriksaan pajak selain menguji tingkat kepatuhan wajib pajak tersebut, pemeriksaan ini juga dapat melihat berapa besar penghasilan pajak terhutang. Dengan adanya pemeriksaan pajak ini maka jumlah pajak penghasilan terhutang akan mengalami peningkatan.

Berdasarkan kerangka pemikiran, peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut : “Terdapat Perbedaan Pajak Penghasilan Terhutang sebelum dan sesudah dilakukan pemeriksaan pajak”

(25)

9

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak.penelitian ini secara bertahap dimulai dari bulan Agustus sampai bulan Desember 2007.

(26)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan ataupun PPh masih sangat rendah. Dimana jumlah yang dibayarkan oleh wajib pajak atas PPh tidak sesuai dengan jumlah PPh yang sebenarnya setelah dilakukan pemeriksaan oleh pajak.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat

signifikan dalam penerimaan pajak penghasilan terhutang sebelum pemeriksaan dan sesudah pemeriksaan.

5.2 Saran

1. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, terdapat kelemahan dalam

pemeriksaan pajak. Kelemahan tersebut yaitu tidak adanya jadwal tetap untuk melakukan pemeriksaan langsung di lapangan, padahal dengan dilakukannya pemeriksaan tersebut penerimaan pajak penghasilan terhutang sangat memungkinkan meningkat. Dengan melihat kelemahan tersebut, maka saran yang dapat mendukung peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan Terhutang adalah dibuat satu jadwal tetap untuk melakukan pemeriksaan langsung ke lapangan.

(27)

64

2. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang pengaruh

pemeriksaan pajak terhadap PBB.

(28)

Fakultas Ekonomi Maranatha. 2004. Modul Praktika Statistika 2, Bandung. Mardiasmo. 2006. Perpajakan, Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta.

Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta. Waluyo. 2005. Perpajakan Indonesia, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta. Erly Suandy. 2006. Perpajakan, Edisi Dua, Salemba Empat, Jakarta.

Arens, Elder and Beasley. 2006. Auditing dan Pelayanan Verifikasi, Edisi Indonesia, ( Ford Lumban Gao, Penterjemah), Salemba Empat, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan meliputi sintesis senyawa mono para hidroksi kalkon dengan substituen bromo dengan cara kondensasi aldol silang, dilanjutkan dengan

biaya rata-rata paling rendah (tidak efesien), berbeda dengan pasar persaingan sempurna. Praktik monopoli menentukan jual sepihak, menghambat perbaikan teknologi,

Pembuatan matrik sediaan lepas lambat untuk obat yang mudah larut dalam air umumnya lebih sesuai jika digunakan polimer-polimer hidrofobik, karena polimer hidrofobik

Hasil tersebut belum melibatkan selection bias, setelah melibatkan adanya selection bias perbedaan log pendapatan antara lulusan sekolah negeri dengan lulusan swasta dinikmati

Waktu yang dibutuhkan oleh gema untuk kembali ke sensor adalah proporsional terhadap jarak dan tinggi dari objek, karena suara memiliki kecepatan yang tetap... Transducer

Petani ikan atau pelaku budi daya kolam air tawar merupakan salah satu aktor penting dalam kegiatan rantai nilai, mereka memproduksi ikan yang nantinya akan dijual ke

Beberapa pakar dan peneliti yang telah ditemuinya, bersaksi telah melihat dampak dan bukti- bukti keberadaan agenda ini dari para kaum illuminati dan para “elite”