commit to user
7BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Semantik
Kata semantik atau semasiologi diturunkan dari kata Yunani semainein: bermakna atau berarti. Semantik sebagai istilah di dalam ilmu bahasa mempunyai pengertian tertentu. Semantik ialah penelitian makna kata dalam bahasa tertentu menurut sistem penggolongan. Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang bertugas semata-mata meneliti makna kata, bagaimana mula bukanya (Slametmuljana, 1964: 1).
Semantik merupakan telaah makna, dalam arti menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat (Tarigan, 1986: 7-8). Menurut Wijana dalam makalah seminarnya, semantik adalah cabang ilmu bahasa yang menelaah makna satuan tunggal. Satuan tunggal disamping memiliki bentuk memungkinkan memiliki makna. Dua aspek ini tidak dapat diabaikan dalam setiap pemerian bahasa. Telaah makna ini secara sederhana dibedakan menjadi dua yaitu: (1) semantik leksikal adalah cabang ilmu makna yang meneliti aspek kemaknaan yang dimiliki oleh satuan semantik yang terkecil disebut leksem, dan
commit to user
(2) semantik gramatikal adalah cabang ilmu makna yang membahas seluk-beluk makna yang timbul akibat bergabungnya satuan lingual yang satu dengan yang lain karena adanya proses gramatikal (Wijana, 1999:1).
Telaah semantik berhubungan dengan sign (simbol) dalam dua cara, yaitu (1) semantik berhubungan dengan sign (simbol) dan apa yang hendak ditunjuk oleh sign (simbol) itu (tujuan penggunaan bahasa itu), dan (2) semantik berhubungan dengan cara bagaimana sign (simbol) ini menunjuk sesuatu (Parera, 2002: 46).
Bertolak dari semua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa semantik adalah telaah tentang makna suatu bahasa yang berhubungan dengan simbol atau tanda suatu bahasa.
2. Pengertian Antonimi
D si
makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan, misalnya dalam tinggi: (Kridalaksana, 2001: 15).
Kata antonimi berasal dari bahasa Yunani yaitu onoma yang artinya
anti yang artinya
nama lain untuk benda lain pula. Secara semantik, Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai: ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Misalnya dengan kata bagus adalah berantonimi dengan kata buruk; kata besar adalah berantonimi dengan kata kecil; dan kata membeli berantonimi dengan kata menjual (Chaer, 1990: 91). Teori tersebut bila terkait dengan antonimi bahasa
commit to user
Jawa bisa ditampilkan contoh: apik gedhe nuku
ngedol
Beberapa pasangan kata mempunyai arti yang berlawanan. Relasi ini disebut antonimi, dan kata-kata yang berlawanan ini disebut antonim (antonym). Antonim dalam bahasa Jawa disebut dengan kosok balen yaitu tetimbangan sing
lelawanan kaanane yang berarti kosok balen merupakan memilah kata yang
memiliki arti berlawanan (Bausastra Jawa, 2011: 385). Dalam bahasa Jawa ada pasangan kecil >< besar, mahal >< murah dan sebagainya (Alwasilah, 1987: 150). Teori tersebut bila terkait dengan antonimi bahasa Jawa bisa ditampilkan contoh:
cilik gedhe larang murah .
3. Pengertian Arti
Arti adalah konsep yang mencakup makna dan pengertian (Kridalaksana, 2008: 19). Dalam KBBI, arti merupakan makna, mengandung tujuan, mengandung maksud.
Arti berarti artos yaitu (1) teges pangerti ikiran ngerti
(Poerwadarminta,1939: 19)
Konsep atau pengertian umum sebagai hasil generalisasi terhadap segala sesuatu (benda, peristiwa, perbuatan, hal, sifat atau kualitas, keadaan, jumlah) yang memiliki seperangkat ciri fondamental yang sama (Subroto, 1986: 11- 12).
4. Relasi Makna
Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Hubungan atau relasi
commit to user
kemaknaan ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (redudasi) dan sebagainya (Chaer, 1990: 85).
Menurut Edi Subroto mengenai relasi makna sebagai berikut.
Relasi makna berkaitan dengan relasi makna leksikal. Satuan-satuan leksem dalam sebuah bahasa juga berelasi dalam hal maknanya. Di samping relasi makna yang diuraikan di sini, di antara kata-kata itu juga berelasi secara gramatikal (memukul, memotong, membaca, menulis, mendorong; memukul, dipukul, kupukul, terpukul, kaupukul, dan seterusnya). Relasi makna antar leksem di dalam sebuah bahasa itu juga bersifat internal bahasa itu sendiri. Maksudnya ada relasi dalam hal maknanya antar leksem bahasa itu sendiri. Relasi makna itu diantaranya adalah: kontign (relasi berdekatan, sinonimi, antonimi, hiponimi, polisemi, homonimi atau homografi) (Edi Subroto, 2011: 59).
Relasi keberlawanan arti (dalam bahasa Inggris disebut the oppositeness of
meaning) adalah relasi antar dua satuan lingual (terutama kata) atau lebih yang
bersifat berlawanan (Subroto, 2011:68).
5. Bentuk Antonimi
Bentuk antonimi dalam bahasa Jawa ada tiga, yaitu:
(a) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi dan sudah mampu berdiri sendiri (Poedjosoedarmo, 1979: 6). Contoh keberlawanan antonimi yang berbentuk tunggal (morfem
tunggal): adoh >< cedhak , cendhak >< dawa
. Masing- masing kata tersebut menunjukkan keberlawanan arti. (b) Bentuk kompleks (morfem kompleks) yaitu suatu bentuk kata yang sudah
mengalami perubahan bentuk yang disebabkan melekatnya imbuhan atau afiksasi (Poedjosoedarmo, 1979: 6). Contoh keberlawanan antonimi yang
commit to user
berbentuk kompleks (morfem kompleks): nggeret >< nyurung
. Bentuk terkecil dari kata nggeret geret
>< nyurung surung Masing-masing kata
tersebut menunjukkan keberlawanan arti.
(c) Bentuk Ulang merupakan suatu perulangan kata antonimi di dominasi oleh antonimi yang merupakan kelas kata ajektiva (sifat). Contoh keberlawanan
antonimi yang berbentuk ulang: Abot-abot - entheng-entheng
- . Masing-masing kata tersebut menunjukkan keberlawanan arti
(Poedjosoedarmo, 1979: 8).
6. Tipe Antonimi
Tipe antonimi menurut Subroto (2011: 68- 74), yaitu:
(a) Keberlawanan arti tipe komplementer, dapat dicontohkan lanang laki-laki >< wadon perempuan . Beberapa ahli semantik lain, menamai tipe ini
ungradable atau yang tidak dapat
(b) T gradability
Maksudnya, antara pasangan yang berlawanan itu dapat dibuat tataran. Misalnya, dawa panjang >< cendhak pendek dapat dibuat tataran seperti:
rada dawa agak panjang >< rada cendhak agak pendek .
(c) Relasi berbalikan (converseness relation) bahwa relasi berbalikan adalah relasi antara dua hal (atau orang) di mana ada relasi yang berlawanan namun penyebutannya mempersyaratkan bahwa yang satu harus disebutkan lebih
commit to user
contoh ini yang merupakan relasi berbalikan adalah nuku membeli ><
ngedol menjual dan juga ikutannya dari >< kepada. Pasangan nuku
membeli >< ngedol menjual termasuk relasi berbalikan karena yang satu mensyaratkan hadirnya yang lain.
(d) Keberlawanan arti direksional (keberlawanan arti tipe arah). Seseorang
sebaliknya seseorang dikataka
maju
gawang sendiri. Contoh lain: munggah naik >< mudhun turun , mlebu masuk >< metu keluar , dan sebangsanya.
(e) Antonimi berkeanggotaan ganda atau banyak, sudah dibicarakan sekaligus
dalam tipe kedua (antonimi), contoh: Panas anget
adhem .
(f) Antipodal, orthogonal berkaitan dengan arah angin (barat, timur, utara, selatan). Tipe antipodal bersifat keberlawanan kutub. Jadi, kulon barat lawan etan timur ; lor utara lawan kidul selatan . Secara antipodal, orang
dapat menyatakan bahwa lor kidul kulon
etan . Pandangan lain adalah yang bersifat
orthogonal yaitu yang menyatakan bahwa kulon etan
commit to user
7. Kelas Kata Antonimi(a) Kata benda (nomina) yaitu suatu jenis kata yang menandai atau menamai
suatu benda atau bisa diikuti dengan kata sing ajektiva).
Contoh kata benda yang berlawanan dalam bahasa Jawa yang menandai
atau menamai suatu benda: babu bandara
Contoh kata benda yang berlawanan dalam bahasa Jawa yang bisa diikuti
dengan kata sing ajektiva): babu sing sregep
bandara sing sregep
(b) Kata kerja (verba) yaitu jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda, atau bisa diikuti dengan kata kanthi
(ajektiva). Contoh kata kerja berlawanan yang menunjukkan tindakan atau
perbuatan suatu benda : nggeret nyurung
Contoh kata kerja berlawanan dalam bahasa Jawa yang bisa diikuti dengan
kata kanthi ajektiva) : nggeret kanthi rosa
nyurung kanthi rosa
(c) Kata sifat (ajektiva) merupakan kata yang menyatakan keadaan atau bisa
dibentuk menjadi prefiks sa e .
Contoh kata sifat yang berlawanan dalam bahasa Jawa yang menyatakan
keadaan: lara >< waras .
Contoh kata sifat yang berlawanan dalam bahasa Jawa yang bisa dibentuk
menjadi prefiks sa e salara-larane
commit to user
(d) Kata Tugas merupakan kata yang bisa menjelaskan atau memberi keterangan pada kata benda, dipihak lain bisa menjelaskan kata kerja, kata sifat, atau kata tugas itu sendiri.
Contoh kata tugas yang berlawanan dalam bahasa Jawa yang menandai atau
menamai suatu keterangan: kalah menang .
B. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian antonimi bahasa Jawa, kerangka berpikir dalam penelitian ini di awali dengan menentukan objek-objek penelitian berupa kata-kata bahasa Jawa yang mengandung pengertian yang berlawanan. Sampel adalah kata-kata bahasa Jawa yang mengandung pengertian yang berlawanan, terdapat dalam sumber data yang ditentukan yaitu dalam buku Pepak Basa Jawa karya Abi Kusno (1989), Kawruh Basa Jawa Pepak karya Daryanto (1990), Kunci Pinter Basa 5 karya Soetarno, dkk. (1994), dan Kunci Pinter Basa 6 karya Soetarno, dkk. (1994), KBJ karya Tim Penyusun (2009), KBJ karya anonim (2011), Sari-sari
Kawruh Basa Jawi Pepak karya M. Abi Tofani, Pepak Basa Jawa karya JB.
Baswara.
Setelah melakukan pemahaman yang sungguh-sungguh, tahap selanjutnya
adalah menemukan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bentuk antonimi dalam bahasa Jawa, tipe antonimi dalam bahasa Jawa, dan kelas kata antonimi dalam bahasa Jawa. Tahap selanjutnya adalah menentukan teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang akan digunakan untuk menganalisis
permasalahan-commit to user
permasalahan tersebut. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak, dengan teknik dasar berupa teknik simak dan teknik catat sebagai teknik lanjutannya.
Tahap akhir adalah simpulan yaitu menyimpulkan hasil dari penelitian dengan didasarkan pada analisis bentuk antonimi, tipe antonimi, dan kelas kata antonimi dalam bahasa Jawa.
Skema kerangka berpikir Antonimi dalam bahasa Jawa
Bentuk Tipe Kelas kata
1. Tunggal 2. Kompleks 3. Ulang 1. Komplementer 2. Dapat dipertatarkan 3. Berbalikan 4. Keberlawanan arti direksional (keberlawanan arti tipe arah) 5. Berkeanggotaan ganda 6. Antipodal, orthogonal 1. Kata benda 2. Kata kerja 3. Kata sifat 4. Kata Tugas Dari sumber data tulis yaitu buku yang
mengandung antonimi dan data lisan dari informan
simpulan
Metode dan teknik pengumpulan data Data lisan:
Teknik cakap Data tulis:
Teknik simak
Metode dan teknik analisis data
Metode distribusional (agih) dengan teknik dasar BUL dan teknik
lanjutannya teknik perluas Metode padan dengan
teknik dasar PUP dan teknik lanjutan HBB
commit to user
C. Penelitian yang Relevanoleh Suwadji, dkk. pada tahun 1992. Hasil penelitian ini berisi tentang kesinoniman bahasa Jawa melalui pasangan-pasangan sinonim yang ada pada kelas kata nomina, verba, ajektiva, dan kata tugas.
- oleh Wedhawati, dkk. pada
tahun 1986. Hasil penelitian ini berisi tentang konsep yang menjadi komponen kata kerja bahasa Jawa, penggolongan kata kerja bahasa Jawa, dan relevansi penggolongan penipean kata kerja bahasa Jawa di dalam klausa.
Dalam oleh Ramlam pada tahun 1987. Hasil penelitian ini
berisi tentang metode analisis semantik dan analisis semantik kata kerja bahasa Jawa.
Tipe-tipe Semantik Ajektiva dalam Bahasa Jawa , dkk. pada
tahun 1990. Hasil penelitian ini berisi tentang tipe-tipe makna kata sifat, warna, bentuk, ukuran, rasa, bau, suara, budi pekerti, mental atau pikiran.
Sinomin Nomina dalam Bahasa Jawa
Hasil penelitian ini berisi tentang tipe-tipe pembeda sinonim nomina konkret dalam bahasa Jawa, ciri pembeda semantik sinomin nomina dalam bahasa Jawa.
Kajian terdahulu ternyata belum ada yang mengkaji antonimi dalam bahasa Jawa. Maka, kajian antonimi dalam bahasa Jawa segera dikerjakan. Terkait dengan belum dikajinya antonimi dalam bahasa Jawa, maka peta penelitian dalam penelitian ini merupakan hal yang baru, sehingga hasil penelitian ini merupakan penelitian baru atau hasil temuan-temuan baru.