PENGGUNAAN REBUSAN DAGING BUAH MAHKOTA DEWA
(Phaleria Macrocarpa (Schff. Boerl) DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH
JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Joyo Santoso1, Saryono2
Program Pendidikan Dokter, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Abstract
Background : Diabetes mellitus's prevalence is over 4% in the world and it is getting higher and predicted become 5,4% in the year 2025. Therapy for diabetic patient, right now, is not effective and need a lot of money for therapeutic fee and nursing. Traditional therapy as alternative is needed, mahkota dewa as example, has been trusted in lowering blood glucose level. Mahkota dewa trusted since centuries could cure many diseases including diabetes mellitus. Aim : The main purpose of this research is to prove the hipoglicemic effect from mahkota dewa decoction in mice that induced with aloxan. Method : The research method is pre test and post test with control group design with complete randomized design. Research held for 4 weeks with 30 male mice, 3 months age, 120-180 grams weight, divided into 5 groups. As treatment mahkota dewa decoction 0%, 4,5%, 9%, and 13,5% dosages given per os. Fasting blood glucose examined in the Oth, 2nd, and 4th week with One Touch Ultraelectronic glucose test. The decreasing number of blood glucose analyzed with analisis kovarian and then proceed with
orthogonal kontras and polinomial. Results: The blood glucose level is not efected significanly (p>0,05) after 2 weeks of treatment. In the 4th weeks, mahkota dewa significanly efects the number of blood glucose (p<0,05). The corelation between mahkota dewa dosage and the decrease number is linear.
Conclusion : The conclution is mahkota dewa decoction can reduce the blood glucose level in mice that induced by aloxan in the 4th week.
Key words: Diabetes mellitus, aloxan, mahkota dewa decoction.
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus bukanlah suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal, tetapi terdapat beberapa mekanisme penyebab. Prevalensi DM di dunia sebesar 4%, Ini berarti bahwa terdapat lebih dari 143 juta penduduk penderita DM di dunia, Diproyeksikan prevalensinya akan meningkat menjadi 5,4% (300 Juta penderita) pada tahun 2025 dan sebanyak 77% diantaranya terjadi di negara berkembang .1
Masyarakat kita telah mengembangkan penggunaan pengobatan tradisional yang dapat dimanfaatkan sebagai pencegah
maupun obat yang dapat dikombinasikan atau bahkan menggantikan obat-obatan modern, meski alasan ilmiahnya kurang dipahami. Salah satu obat tradisional yang sedang "naik daun" dan khasiatnya dipercaya dapat menyembuhkan diabetes mellitus adalah mahkota dewa. Daging buah mahkota dewa merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan sebagai obat. Efek hipoglikemi daging buah mahkota dewa tidak terlepas dari senyawa kimia aktif yang terkandung di dalamnya, yaitu flavonoid, alkaloid, dan saponin 2,3.
lebih lanjut, apakah rebusan daging buah mahkota dewa dapat menurunkan kadar glukosa darah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan penelitian terhadap tikus putih jantan yang telah diinduksi aloksan.
Metode Penelitian 1. Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur wistar berjumlah 30 ekor yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan. Tikus putih yang digunakan mempunyai umur sekitar 3 bulan dengan bobot badan 120-180 gram.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air rebusan daging buah mahkota dewa dengan kadar 0%, 4,5%, 9%, dan 13,5% 4,5,6
dan aloksan dengan dosis sebesar 70 mg/kg BB.19 Air rebusan dibuat
dengan menimbang seberat 9 gram daging buah mahkota dewa kering ditambah 200 ml air, lalu dipanaskan pada suhu 90° C hingga jumlah air rebusan tersisa setengah (100 ml), sambil diaduk-aduk, Saring dengan kain flannel dan diperas untuk mendapatkan kadar rebusan 9%.3,7
3. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan adalah pre test and post test with control group design dengan lima kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok perlakuan sebagai berikut
a. Kelompok perlakuan I, kontrol negatif yaitu kelompok yang tidak diberi aloksan dan perlakuan rebusan daging buah mahkota dewa.
b. Kelompok perlakuan II, kontrol positif yaitu kelompok yang diberi 1 ml rebusan daging buah mahkota dewa dengan kadar 0% perhari secara oral setelah sebelumnya diberikan diabetogen aloksan.
c. Kelompok perlakuan III, yaitu kelompok yang diberi 1 ml rebusan daging buah mahkota dewa secara oral dengan kadar 4% perhari setelah sebelumnya diberikan diabetogen aloksan. d. Kelompok perlakuan IV, yaitu
kelompok yang diberi 1 ml rebusan daging buah mahkota dewa secara oral dengan kadar 9% perhari setelah sebelumnya diberikan diabetogen aloksan. e. Kelompok perlakuan V, yaitu
kelompok yang diberi 1 ml rebusan daging buah mahkota dewa secara oral dengan kadar 13,5% perhari setelah sebelumnya diberikan diabetogen aloksan.
4. Variabel Penelitian
a, Variabel Dependen
Glukosa darah puasa yaitu glukosa darah setelah tikus dipuasakan selama 8-10 jam. Darah diambil dari vena ekor tikus putih, glukosa darah termasuk skala numerik (mg%). b, Variabel Independen
Rebusan daging buah mahkota dewa yaitu air dari hasil rebusan daging buah mahkota dewa kering (gram) yang direbus hingga volume air tersisa setengahnya. Skala numerik (%).
5. Cara mengukur Variabel
Kulit disekitar vena ekor tikus dibersihkan dengan alkohol 70% kemudian diiris dengan skapel sampai mengenai vena ekor. Tes strip ditempelkan pada darah tikus, Pengukuran kadar glukosa darah dengan menggunakan alat tes glukosa elektronikOne Touch Ultra.
6. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis kovariansi (anakova) dan dilanjutkan dengan uji orthogonal kontras dan polinomial Untuk mengetahui persamaannya dilakukan uji regresi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemberian aloksan dengan dosis 70 mg/kg BB secara intra vena pada hewan coba memperlihatkan
peningkatan kadar glukosa setelah 1 minggu. Besarnya peningkatan sangat bervariasi dari masing-masing individu (Tabel 1).
Tabel 1. Kadar Glukosa Darah (mg%) Tikus Putih setelah 1 Minggu Pemberian Aloksan dengan Dosis 70 mg/kgBB
Kelompok perlakuan
Aloksan 1 2 3 4 5 X SD
I. Kontrol (-) Sebelum
Sesudah 6698 8977 7386 7695 8889 78,489 ±9,91±8,22 II. Kontrol positif
Rebusan mahkota dewa 0% Sebelum Sesudah 78 136 85 128 79 121 81 120 92 127 83 126,4 ±5,7 ±12,94 III. Aloksan Rebusan mahkota dewa 4,5% Sebelum Sesudah 61123 77121 76135 68126 82133 72,8127,6 ±8,29±6,15 IV. Aloksan Rebusan mahkota dewa 9% Sebelum Sesudah 73122 80130 85137 73125 71122 76,4127,2 ±5,9±6,38 V. Aloksan Rebusan Mahkota dewa 13,5% Sebelum Sesudah 99142 75119 84133 62121 73124 78,6127,5 ±13,83±9,57 Hasil peningkatan kadar
glukosa darah dapat dijelaskan melalui teori yang menyatakan bahwa aloksan menyebabkan kerusakan sel â pankeas. Aloksan dalam darah berikatan dengan Glut-2 yang memfasilitasi masuknya aloksan ke dalam sitoplasma sel â pankreas. Di dalam sel â, aloksan menimbulkan depolarisasi berlebih pada mitokondria sebagai akibat pemasukan ion Ca2+ yang diikuti
dengan penggunaan energi berlebih sehingga terjadi kekurangan energi dalam sel. Dua mekanisme ini
mengakibatkan kerusakan baik dalam jumlah sel maupun massa sel pankreas sehingga terjadi penurunan pelepasan insulin.8
Kadar glukosa darah yang telah meningkat tidak mengalami banyak perubahan sampai minggu ke 4 (Tabel 2). Tidak didapatkannya penurunan pada kadar glukosa darah menunjukkan adanya kerusakan yang permanen pada sel â pankreas. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh aloksan bersifat stabil dan dapat bertahan selama 5 minggu.8
Tabel 2. Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Pada Minggu ke-0, 2, dan 4 Kelompok perlakuan Kadar glukosa darahmg%) minggu ke-1 2 3 4 5 X SD Kontrol (-) Normal 02 9890 7786 8698 9578 8981 86,689 ±8,22±7,86 4 92 100 89 84 95 92 ±6,04
II. Kontrol (+) Aloksan Rebusan mahkota dewa 0% 0 136 128 121 120 127 126,4 ±12,94 2 136 124 130 127 120 127,4 ±6,06 4 126 129 125 119 140 127,8 ±7,73 III.Kontrol (+) Aloksan Rebusan mahkota dewa 4,5% 0 123 121 135 126 133 127,6 ±6,15 2 118 121 128 120 146 126,6 ±11,48 4 108 103 101 115 120 109,4 ±8,02 IV.Kontrol (+) Aloksan Rebusan mahkota dewa 9% 0 122 130 137 125 122 127,2 ±6,38 2 124 120 138 115 123 124 ±8,57 4 100 102 107 110 117 107,2 ±6,76 V. Kontrol (+) Aloksan Rebusan mahkota dewa 13,5% 0 142 119 133 121 124 127,5 ±9,57 2 122 126 119 135 114 123,2 ±7,92 4 113 103 99 104 110 105,8 ±5,63
Gambar 1. Grafik Rata-Rata Kadar Glukosa Darah Minggu ke-0,2 dan 4.
1. Minggu ke-2
Pengujian secara statistika (ankova) pengaruh rebusan daging buah mahkota dewa terhadap kadar glukosa darah tikus putih pada minggu ke-2 tidak menunjukkan hasil yang signifikan ( p > 0,05 ). Pengaruh yang tidak nyata pada minggu ke-2 dapat disebabkan oleh tiga faktor yang saling terkait, yaitu faktor pemberian, waktu perlakuan yang kurang lama dan kemampuan
homeostasis tubuh tikus. Faktor pemberian yang dapat berpengaruh adalah kurang cermat dalam pemberian sehingga air rebusan pada saat dilakukan penyondean masih ada yang tersisa dalam spuit atau tidak masuk sepenuhnya ke dalam lambung tikus (keluar). Efek hipoglikemik dari mahkota dewa dalam waktu 2 minggu masih dapat dikompensasi oleh mekanisme homeostasis tubuh melalui berbagai
cara, antara lain melalui glukoneogenesis dan glikolisis. 9
Glukoneogenesis merupakan istilah yang digunakan mencakup semua mekanisme dan lintasan yang bertanggungjawab atas perubahan senyawa non karbohidrat menjadi gluksoa atau glikogen. Substrat utama bagi glukoneogenesis adalah asam amino glukogenik, laktat, gliserol, dan propionat. Hepar dan ginjal merupakan jaringan utama yang terlibat dalam proses ini.9
Glikogenolisis merupakan upaya tubuh dalam menjaga ketersediaan glukosa dalam darah melalui pemecahan glikogen menjadi glukosa. Unsur ini terutama terdapat di dalam hepar (sampai 6%) dan otot yang jarang melampaui jumlah 1%.9
2. Minggu ke-4
Pemberian perlakuan setelah minggu ke-4 menunjukan perubahan kadar glukosa yang nyata ( p < 0,05 ). Uji orthogonal kontras menunjukkan bahwa kelompok II, III, IV dan V
memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok I. Hasil perhitungan orthogonal polinomial menunjukkan bahwa rebusan daging buah mahkota dewa berpengaruh secara linear (p < 0,05) terhadap kadar glukosa darah dengan persamaan Y = 5,27 + 0,14 X dengan koefisien determasi (r2)
sebesar 43,82% dan koefisien korelasi (r) 0,66. Hubungan linear antara dosis mahkota dewa dengan kadar glukosa darah bersifat positif yang berarti bahwa semakin besar dosis mahkota dewa akan dibarengi dengan semakin besar penurunan kadar glukosa darah (Gambar 2). Koefisien determinasi sebesar 43,82% menunjukan bahwa mahkota dewa memberikan kontribusi sebesar 43,82% dalam penurunan kadar glukosa darah. Koefisien korelasi sebesar 0,66 menunjukkan keeratan hubungan antara mahkota dewa dengan penurunan kadar glukosa darah yang tinggi.
Gambar 2. Grafik Regresi. Penurunan kadar glukosa
darah akibat perlakuan mahkota dewa dapat dijelaskan melalui dua mekanisme utama, yaitu secara intra pankreatik dan ekstra pankreatik.10
Mekanisme intra pankreatik bekerja dengan cara memperbaiki (regenerasi) sel â pankreas yang rusak dan melindungi sel â dari kerusakan serta
merangsang pelepasan insulin. Kemampuan ini dimiliki oleh alkaloid dan flavonoid.11,12 Alkaloid terbukti
mempunyai kemampuan regenerasi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Li dan Ogata, dimana ekstrak alkaloid terbukti secara nyata mempunyai kemampuan regenerasi sel â pankreas yang rusak.11,12
Peningkatan sekresi insulin diakibatkan oleh adanya efek perangsangan saraf simpatis (simpatomimetik) dari alkaloid yang berefek pada meningkatnya sekresi insulin.12 Flavonoid mempunyai
sifat sebagai antioksidan sehingga dapat melindungi kerusakan sel-sel pankreas dari radikal bebas.13
Mekanisme ekstra pankreatik dapat berlangsung melalui berbagai mekanisme. Alkaloid menurunkan glukosa darah dengan cara menghambat absorbs! glukosa di usus, meningkatkan transportrasi glukosa di dalam darah merangsang sintesis glikogen dan menghambat sintesis gluksoa dengan menghambat enzim glukosa 6-fosfatase, fruktosa 1,6-bifosfatase serta meningkatkan oksidasi glukosa melalui glukosa 6-fosfat dehidrogenase.10,11,12,13
Glukosa 6-fosfatase dan fruktosa 1,6-bifosfatase merupakan enzim yang berperan dalam glukoneogenesis. Penghambatan pada kedua enzim ini akan menurunkan pembentukan glukosa dari substrat lain selain karbohidrat. Saponin bekerja dengan cara menurunkan absorbsi glukosa di usus, menghambat transporter glukosa Glut-1, meningkatkan pemanfaatan glukosa di jaringan perifer, dan penyimpanan glikogen serta peningkatan sensitifitas reseptor insulin di jaringan.10,13
Beberapa mekanisme yang telah disebutkan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memperjelas atau mengetahui mekanisme lain dari proses hipoglikemik yang ditimbulkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil pengolahan data dari penelitian yang dilakukan selama 4 minggu maka diperoleh kesimpulan bahwa rebusan daging buah mahkota dewa dapat
menurunkan kadar glukosa darah tikus putih.
2. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan uji toksikologi rebusan daging buah mahkota dewa sebelum digunakan sebagai pengobatan altematif bagi penderita diabetes mellitus.
2. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang mekanisme kerja rebusan daging buah mahkota dewa.
3. Perlu dilakukan penelitian secara kuantitatif tentang senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam daging buah mahkota dewa yang mempunyai efek hipoglikemi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moningkey SI. Epidemiologi Diabetes Melitus dan Pengendaliannya. Medika 2000 Maret: 3.
2. Siswoyo P. Tumbuhan Berkhasiat Obat. Yogyakarta : Absolut; 2004. p. 63-5
3. Winarfo WP. Mahkota Dewa : Budi Daya dan Pemanfaatan untuk Obat. Jakarta : Penebar Swadaya; 2003. 4. Kusuma HW. Konsultasi Prof. Hembing. http://www.cybermed.cbn.net.id/ konsulhem2.asp?nomoract=230. Diakses 20 Februari 2005.
5. Donatus 1A dan Nurlaila. Obat Tradisional dan Fitoterapi : Uji Toksikologi. Yogyakarta : Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada; 1986. p.10.
6. Hakm 1. Uji Farmakologi dan Toksikologi Obat Alam Pada Hewan Coba. Makalah disampaikan pada seminar Herbal Medicine; 2002 Januari 26;
7. Handayani L. Pemanfaatan Obat Tradisional Untuk Kesehatan Usila. Medika2002 Nopember ll. 8. Mulder H, Samuel GM, Christer B,
Frank S, Bo A. Islet Amyloid Polypeptide (Amylin)-Deficiebt Nice Develop a More Severe Fonn of Aloxxan-Induced Diabetes. http://ajpendo.physiology.org/cgi /content/full/278/4/E684.
Diakses 17 Februari 2005
9. Murray RK, Daryl K.G, Peter AM, Victor WR. Biokimia Harper. Edisi 24. Jakarta : EGC; 1999. p 190-206.
10. McWhorter LS. Biological Complementary Therapies: A Focus on Botanical Products
in Diabetes 2001. http://spectrum.diabetesjoumals. org/cgi/content/full/l 4/4/199. Diakses 1 September 2005. 11. Li MX, Akira BM, Kazuhiko Y, Takao K, Qing HS, Hajime K, Jong CC. Pancreatic islet regeneration by ephedrine in mice wilh strcployolocin-induced
diabetes.http://www.findarticles.c om/p/articles/mi_mOHKP/is_200 1_Summer-Fall/ai_81596700. Diakses 12 Agustus 2005.
12. Ogata T, Lei L, Satoko Y, Yoritsuna Y, Yuji T, Izumi T, Kazuo U. Itaru K. Promotion of B-Cell Differentiation by Conophylline in Fetal and Neonatal Rat Pancreas. http://diabetes.diabetesjoumals,o rg/cgi/contcm/full/53/l 0/2596. Diakses 12 Agustus 2005.
13. Agrawal DP. Diabetes and Traditional Medicine: New Research.
hnp://www.infinityfoundation.co m/mandala/t_es/t_es_agraw_diab etes.htm Diakses 1 September 2005.