BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang
Istilah Goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid, yang dikenal dengan goiter non toxik atau simpel goiter atau struma endemik, dengan dampak yang ditimbulkannya hanya bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada trachea dan esophagus. Goiter adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya unsure yodium dalam makanan dan minuman. Asupan yodium dapat diperiksa secara langsung yaitu dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang mengidap goiter, sedangkan pemeriksaan secara tidak langsung dipakai berbagai cara antara lain : pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan dengan studi kinetik yodium.
Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut struma endemis dan sporadik. Secara sporadik dimana kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab maka struma sporadik banyak disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali, penggunaan obat-obat anti tiroid, peradangan dan neoplasma, secara endemis, dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada sekelompok orang didaerah tertentu, sdihubungkan dengan penyakit defisiensi yodium.Pada umumnya goiter sering dijumpai pada daerah pegunungan, namun ada juga yang ditemukan di dataran rendah dan ditepi pantai.
II. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini kami dapat memperoleh hasil yang di inginkan,maka kami mengemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut yakni :
1. Definisi gondok tersebut ? 2. Klasifikasi dari gondok ? 3. Etiologi dari gondok tersebut ?
4. Bagaimana manifestasi, patofisiologi serta penatalaksanaan gondok tersebut ? 5. Bagaimana Nursing pathway penyakit gondok tersebut ?
7. Komplikasi dari penyakit gondok ?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penyakit gondok ? III. TUJUAN
a. Tujuan umum
Supaya mahasiswa atau para pembaca mampu mengerti dan memahami tentang gondok serta menerapkan dari penatalaksanaan pada saat di Rumah Sakit.
b. Tujuan khusus
- Mahasisa mampu menjelaskan etiologi dan patofisiologi gondok - Mahasiswa mampu membuat PNP (Pathway Nursing) serta
menjelaskannya.
- Mahasiswa mampu menguasai asuhan keperawatan pada penderita yg terkena gondok.
BAB II PEMBAHASAN LAPORAN PENDAHULUAN
I. Definisi
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid. Pembesaran ini dapat terjadi pada kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien yang kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetiroidisme). Terlihat pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan) dan terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal. Kelenjar tiroid yang membesar disebut goiter. Goiter dapat menyertai hipo maupun hiperfungsitiroid. Bila secara klinik tidak ada tanda-tanda khas, disebut giter non-toksik.
Gondok adalah suatu pembengkakan pada kelenjar tiroid yang abnormal dan penyebabnya bisa bermacam-macam, dimana kelenjar tiroid diperlukan untuk memproduksi hormon tiroid yang berfungsi mengontrol metabolisme tubuh, keseimbangan tubuh dan pertumbuhan perkembangan yang normal.
II. Etiologi
Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi yodium, goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan dan tumor/neoplasma.
a. Auto-imun (dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang komponen spesifik pada jaringan tersebut).
Tiroiditis Hasimoto’s adalah kondisi autoimun di mana terdapat kerusakan kelenjar tiroid oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. Sebagai kelenjar menjadi lebih rusak, kurang mampu membuat persediaan yang memadai hormontiroid. Penyakit Graves. Sistem kekebalan menghasilkan satu protein, yang disebut tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI). Seperti dengan TSH, TSImerangsang kelenjar tiroid untuk memperbesar memproduksi sebuah gondok.
b. Defisiensi Yodium
Yodium sendiri dibutuhkan untuk membentuk hormon tyroid yang nantinya akan diserap di usus dan disirkulasikan menuju bermacam-macam kelenjar. Kelenjar tersebut diantaranya Choroid, Ciliary body, Kelenjar susu, Plasenta, Kelenjar air ludah, Mukosa lambung, Intenstinum tenue, Kelenjar gondok. Sebagaian besar unsur yodium ini dimanfaatkan di kelenjar gondok. Jika kadar yodium di dalam kelenjar gondok kurang, dipastikan seseorang akan mengidap penyakit gondok. c. Obat-obatan tertentu yang dapat menekan produksi hormon tiroid.
d. Peningkatan Thyroid Stimulating Hormone (TSH), sebagai akibat dari kecacatan dalam sintesis hormon normal dalam kelenjar tiroid.
e. Kerusakan genetik, yang lain terkait dengan luka atau infeksi di tiroid. Tiroiditis adalah peradangan dari kelenjar tiroid sendiri dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid.
f. Beberapa disebabkan oleh tumor (Baik dan jinak tumor kanker). Multinodular Gondok. Individu dengan gangguan ini memiliki satu atau lebih nodul di dalam kelenjar tiroid yang menyebabkan pembesaran. Hal ini sering terdeteksi sebagai nodular pada kelenjar perasaan pemeriksaan fisik. Pasien dapat hadir dengan nodul tunggal yang besar dengan nodul kecil di kelenjar, atau mungkin tampil sebagai nodul beberapa ketika pertama kali terdeteksi.
g. Kanker Tiroid
Thyroid dapat ditemukan dalam nodul tiroid meskipun kurangdari 5% dari nodul adalah kanker. Sebuah gondok tanpa nodul bukan merupakan resiko terhadap kanker.
h. Kehamilan.
Sebuah hormon yang disekresi selama kehamilan yaitu gonadotropin dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.
III. Patofisiologi
Aktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi yodium dari darah untuk membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak dapat membuat hormon tiroid cukup jika tidak memiliki cukup yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi yodium individu akan menjadi hipotiroid. Akibatnya, tingkat hormontiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke tiroid. Sinyal ini disebut thyroidstimulating hormone (TSH). Seperti namanya, hormon ini merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dan tumbuh dalam ukuran yang besar Pertumbuhan abnormal dalam ukuran menghasilkan apa yang disebut sebuah gondok.
Kelenjar tiroid dikendalikan oleh thyroid stimulating hormone (TSH) yang juga dikenal sebagai thyrotropin. TSH disekresi dari kelenjar hipofisis, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh hormon thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus. Thyrotropin bekerja pada reseptor TSH terletak pada kelenjar tiroid. Serum hormon tiroid levothyroxine dan triiodothyronine umpan balik ke hipofisis, mengatur produksi TSH. Interferensi dengan sumbu ini TRH hormon tiroid TSH menyebabkan perubahan fungsi dan struktur kelenjar tiroid. Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid oleh TSH, TSH reseptor antibodi, atau agonis reseptor TSH, sepertichorionic gonadotropin, dapat mengakibatkan gondok difus. Ketika sebuah kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel ganas metastasis untuk tiroid terlibat, suatu nodul tiroid dapat berkembang.
Kekurangan dalam sintesis hormon tiroid atau asupan menyebabkan produksi TSH meningkat. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan cellularity dan hiperplasia kelenjar tiroid dalam upaya untuk menormalkan kadar hormontiroid. Jika proses ini berkelanjutan, maka akan mengakibatkan gondok. Penyebab kekurangan hormon tiroid termasuk kesalahan bawaan sintesis hormon tiroid, defisiensi yodium, dan goitrogens.
Gondok dapat juga terjadi hasil dari sejumlah agonis reseptor TSH. Pendorong reseptor TSH termasuk antibodi reseptor TSH, resistensi terhadap hormon tiroid hipofisis, adenoma kelenjar hipofisis hipotalamus atau, dan tumor memproduksi human chorionic gonadotropin.
Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat menekan sekresi hormonetiroid), gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta factor pengikat dalam plasma sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone tiroid. Bila kadar-kadar hormone tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat dan terjadi pembesaran (hipertrofi).
Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ lain di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak atau parau. Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia.
IV. Pathway
Ex:
LP dan ASKEP Gondok Page 6
Kelainan metabolik konginental Lingkung
an Daerah
pegununganPenghambat sintesa hormon oleh zat kimia. ex: kol, lobak, kedelai.
penghambat sintesa hormon
oleh obat thiocarbomide,
sulfonilurea, Tanah dan air kurang
Mengandung iodium geitrogenik T4 menurun Fungsi kelenjar Tiroid menurun hipof sis Penurunan kemampuan Kelenjar tiroid Pelepasan THS meningkat
Penekanan trakea Penekanan trakea penekanan esofagus
Hiperplasia Pita suara parau sulit menelan
Gangguan respirasi gangguan menelan V. Klasifikasi
Menurut American society for Study of Goiter membagi : 1. Struma Non Toxic Diffusa
2. Struma Non Toxic Nodusa 3. Stuma Toxic Diffusa 4. Struma Toxic Nodusa
Istilah Toksik dan Non Toksik dipakai karena adanya perubahan dari segi fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipotyroid, sedangkan istilah nodusa dan diffusa lebih kepada perubahan bentuk anatomi.
Klasifikasi tersebut secara rinci sebagai berikut: 1. Struma non toxic nodusa
Adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas jelas tanpa gejala-gejala hipertiroid.
Etiologi : Penyebab paling banyak dari struma non toxic adalah kekurangan iodium. Akan tetapi pasien dengan pembentukan struma yang sporadis, penyebabnya belum diketahui. Struma non toxic disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : STRUMA /GONDOK K tiroid berlebihan K tiroid berdifusi Struma Toksik Struma Non Toksik
fungsi hormon tiroid
tiroidial ekstra
tiroidial lela
h
infltrsi kulit lokal oftalmipa
ti goiter
oftalmipati
- Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi sedang yodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi berat iodium adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan hypothyroidism dan cretinism.
- Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada preexisting penyakit tiroid autoimun
- Goitrogen :
Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, aminoglutethimide, expectorants yang mengandung yodium Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative dan
resorcinol berasal dari tambang batu dan batubara.
Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica ( misalnya, kubis, lobak cina, brussels kecambah), padi-padian millet, singkong, dan goitrin dalam rumput liar.
Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon kelejar tiroid
Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-kanak mengakibatkan nodul benigna dan maligna (Lee, 2004)
2. Struma Non Toxic Diffusa
Penyebab Struma Non Toxic Diffusa menurut Mulinda, 2005 : Defisiensi Iodium
Autoimmun thyroiditis: Hashimoto oatau postpartum thyroiditis
Kelebihan iodium (efek Wolff-Chaikoff) atau ingesti lithium, dengan penurunan pelepasan hormon tiroid.
Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisis, resistensi hipofisis terhadap hormo tiroid, gonadotropin, dan/atau tiroid-stimulating immunoglobulin
Inborn errors metabolisme yang menyebabkan kerusakan dalam biosynthesis hormon tiroid.
Terpapar radiasi Penyakit deposisi
Resistensi hormon tiroid
Tiroiditis Subakut (de Quervain thyroiditis) Silent thyroiditis
Agen-agen infeksi
Suppuratif Akut : bacterial
Kronik: mycobacteria, fungal, dan penyakit granulomatosa parasit Keganasan Tiroid
3. Struma Toxic Nodusa
Penyebab Struma Toxic Nodusa menurut Davis, 2005 :
Defisiensi iodium yang mengakibatkan penurunan level T4 Aktivasi reseptor TSH
Mutasi somatik reseptor TSH dan Protein Ga
Mediator-mediator pertumbuhan termasuk : Endothelin-1 (ET-1), insulin like growth factor-1, epidermal growth factor, dan fibroblast growth factor. 4. Struma Toxic Diffusa
Yang termasuk dalam struma toxic difusa adalah grave desease, yang merupakan penyakit autoimun yang masih belum diketahui penyebab pastinya (Adediji,2004) VI. Manifestasi Klinis
Penderita mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang resisten terhadap terapi digitalis. Penderita dapat pula memperlihatkan bukti-bukti penurunan berat badan, lemah, dan pengecilan otot. Biasanya ditemukan goitermulti nodular pada pasien-pasien tersebut yang berbeda dengan pembesaran tiroiddifus pada pasien penyakit Graves
Penderita goiter nodular toksik mungkin memperlihatkan tanda-tanda mata (melotot, pelebaran fisura palpebra, kedipan mata berkurang) akibat aktivitas simpatis yang berlebihan. Meskipun demikian, tidak ada manifestasi dramatisoftalmopati infiltrat seperti yang terlihat pada penyakit Graves. Gejala disfagia dan sesak napas mungkin dapat timbul. Beberapa goiter terletak di retrosternal .
Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan strumanodosa besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esophagus (disfagia) atau trakea (sesak napas). Gejala penekanan ini data juga oleh tiroiditiskronis karena konsistensinya yang keras. Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul
Keganasan tiroid yang infiltrasi nervus rekurens menyebabkan terjadinya suara parau. Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher sebelah lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjar getah bening, sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya masih kecil. Atau penderita datang karena benjolan di kepala yang ternyata suatu metastase karsinoma tiroid pada kranium. Gejala utama :
a. Peningkatan frekuensi denyut jantung
b. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin
c. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
d. Penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar e. Mata melotot
f. Dapat terjadi eksoftalmus (penonjolan bola mata) Peningkatan frekuensi buang air besar
g. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid.
h. Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawah Adam’s apple.
i. Perasaan sesak di daerah tenggorokan.
j. Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang tenggorokan).
k. Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus). l. Suara serak.
m. Distensi vena leher.
n. Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala o. Kelainan fisik (asimetris leher)
VII. Komplikasi a. Jantung b. Hiperkalsemia c. Nefrokalsinosis d. Penurunan libido e. Impotensi
f. Berkurangnya jumlah sperma g. Ginekomastia
h. Oftalmopati graves i. Dermopati graves
j. Infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid VIII. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sidik tiroid.
Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang utama adalah fungsi bagian – bagian tiroid.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi ( USG ).
Dengan pemeriksaan USG dapat dibedakan antara yang padat, cair dan beberapa bentuk kalainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti apakan suatu nodul ganas atau jinak
3. Biopsis aspirasi jarum halus.
Biopsi ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. 4. Termografi.
Adalah metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat dengan memakai Dynamic Telethermographi.
5. Petanda Tumor.
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobin ( TG ) serum. IX. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
a. Konservatif
1) Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.
Contoh obat adalah sebagai berikut : a. Thioamide
b. Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
c. Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 - 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000 mg/hari
d. Potassium Iodide e. Sodium Ipodate f. Anion Inhibitor
2) Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejala-gejala hipotiroidisme.
Contoh: Propanolol . Indikasi :
a. Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda dengan struma ringan sedang dan tiroktosikosis.
b. Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif.
c. Persiapan tiroidektomi. d. Pasien hamil, usia lanjut . e. Krisis tiroid
Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanololdosis 40-200 mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta Lab. FT4/T4/T3 dan TSHs.
Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid selama12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan, dan dinilai apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemudian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.
Obat antitiroid yang sering digunakan : Karbimazol 30-60 5-20
Metimazol 30-60 5-20
Propiltourasil 300-600 5-200b. b. Surgical
1) Radioaktif iodine. Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif.
2) Tiroidektomi. Tindakan pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar.
Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme. Indikasi :
a. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid.
b. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
c. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
d. Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
e. Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul f. Multinodular
Banyak gondok, seperti gondok multinodular, terkait dengan tingkat normal hormon tiroid dalam darah. Gondok ini biasanya tidak memerlukan perawatan khusus setelah dibuat diagnosa yang tepat. c. Radioaktif
Pengobatan dengan yodium radioaktif dengan Indikasi : 1) Pasien umur 35 tahun atau lebih
2) Hipertiroidisme yang kambuh
3) Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid 4) Adenoma toksik, goiter multinodular toksik
d. Pengobatan Non Medis
Obat Penyakit Gondok Ace Maxs adalah pilihan solusi terbaiknya. AceMaxs adalah Obat Penyakit Gondok herbal yang berbahan dasar dari kulit buah manggis dan daun buah sirsak, yang kemudian dipadukan dengan apel dan madu murni sebagai pemanis dan pengawet alaminya. Tidak terdapat sedikitpun zat kimiawi yang terkandung dalam Obat Penyakit Gondok herbal Ace Maxs ini, sehingga sangat aman dikonsumsi penderita penyakit gondok usia berapa saja tanpa akan menimbulkan efek samping.
Obat Penyakit Gondok Ace maxs juga mengandung nutrisi Vitamin B1,B2, C, memperbaiki sistem kerusakan tubuh, memperkuat daya tahan tubuh, serta efektif dalam mengontrol kadar berlebih seperti darah tinggi, kolesterol tinggi serta gula darah tinggi dalam tubuh. Nah itulah mengapa pengobatan penyakit gondok dengan Obat Penyakit Gondok herbal Ace Maxs lebih tepat, efektif, mujarab tanpa menimbulkan efek samping. Dan sebagai pengawetnya, obat penyakit gondok Ace Maxs menggunakan madu murni sebagai pengawet obat alami.
Obat Penyakit Gondok Ace maxs mengandung beberapa manfaat penting untuk pengobatan gondok, kandungan didalamnya mampu mengembalikan kadar normal hormon tiroid secara bertahap dan efektif tanpa menimbulkan reaksi negatif terhadap tubuh yang mengkonsumsinya. Selain itu obat penyakit gondok yang terbuat dari kulit buah manggis dan daun buah sirsak mempunyai senyawa aktif yang bekerja sebagai pembersih tubuh, yaitu zat antioksidan xanthone penangkal radikal bebas mampu melancarkan peredaran darah dan memperlebar pembuluh darah sehingga tubuh menjadi lebih segar dan sehat. Dari komposisi alami lainnya seperti anggur, apel, madu murni serta rosella hitam. Rosella hitam yang terkandung dalam obat penyakit gondok acemaxs berfungsi sebagai penghilang keasaman dilambung sehingga obat penyakit gondok ace maxs aman dikonsumsi oleh penderita gondok yang memiliki keluhan sakit Maag.
X. Pencegahan
Penggunaan yodium yang cukup, makan makanan yang banyak mengandung yodium, seperti ikan laut, ganggang-ganggangan dan sayuran hijau. Untuk penggunaan garam beryodium dalam masakan perlu diperhatikan. Garam yodium bisa ditambahkan setelah masakan matang, bukan saat sedang memasak sehingga yodium tidak rusak karena panas.
a. Pada ibu hamil dianjurkan agar tidak menggunakan obat-obatan yang beresiko untuk ketergantungan goiter kongenital.
b. Hindari mengkonsumsi secara berlebihan makanan-makanan yang mengandung goitrogenik glikosida agent yang dapat menekan sekresi hormone tiroid seperti ubi kayu, jagung, lobak, kankung, dan kubis.
Penyakit goiter dapat dicegah dengan pemberian senyawa yodium pada anak-anak dikawasan yang kandungan yodiumnya buruk. Hipertropi terjadi karena asupan rerata yodium kurang dari 40 mg/hari, WHO menganjurkan yodiosasi garam hingga mencapai konsentrasi satu bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk pencegahan goiter. Pengenalan garam beryodium merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah Penyakit goiter dalam masyarakat yang rentan.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien /keluarga:
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama
Pada pasien dengan penyakit gondok gejala yang sering muncul ialah Perasaan ketat atau sempit pada tenggorokan, Batuk, Suara serak, Kesulitan menelan, Kesulitan bernapas.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien masuk RS dengan keluhan sejak sebelum masuk RS pasien mengeluh batu, sulit menelan, sulit bernapas, perasaan ketat atau sempit pada tenggorokan sehingga mengalami penurunan berat badan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui apakah pasien mempunyai riwayat masuk RS atau pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Orang tua atau keluarga pasien pernah menderita gondok. Disini dicantumkan Genogram
e. Riwayat Alergi
Pasien pernah mempunyai riwayat atau tidak ada alergi terhadap makanan dan obat-obatan.
f. Riwayat psikososial
Pasien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas
beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri
3. Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
b) Sistem pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari pembengkakan dileher, Palpasi kelenjar tiroid ,nodul tunggal atau ganda, konsistensi dan simetris tidaknya, apakah terasa nyeri pada saat dipalpasi .
Inspeksi bentuk leher simetris tidaknya, Auskultasi bunyi pada arteri tyroidea, nilai kualitas suara, Palpasi apakah terjadi deviasi trachea c) Sistem Neurologikaka
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
d) Aktivitas/istirahat
Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
e) Eliminasi
Pasien jarang bak karena tidak ada nafsu makan f) Integritas ego
Mengalami stres baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi. g) Makanan/cairan
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan menurun,pembesaran tyroid.
h) Rasa nyeri/kenyamanan Nyeri orbital, fotofobia. 4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
Dampak perubahan patologis diatas terhadap kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti :
- Status pernafasan : frekwensi, pola dan teratur tidaknya, dan apakah klien menggunakan otot pernapasan tambahan seperti retraksi sternal dan cuping hidung.
- Warna kulit apakah nampak pucat atau cianosis. - Suhu kulit khususnya daerah akral.
- KU / kesadaran, apakah klien tampak gelisah atau tidak berdaya - Berat badan dan tinggi badan.
- Kadar Hb
- Kelembaban kulit dan teksturnya - Porsi makan yang dihabiskan - Turgor
- Jumlah dan jenis cairan proral yang dikonsumsi - Kondisi mukosa mulut
- Kualitas suara
- Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya berinteraksi klien dengan orang disekitarnya.
- Bagaimana klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi.
II. ANALISA DATA
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakuakan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data obyektif. Data yang telah dikelompokan tadi dianalisa sehingga dapat mengambil kesimpulan tentang masalah keperawatan kemungkinan penyebab atau
etiologi. Yang dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi trakea, pembengkakan,perdarahan dan spasme laryngeal
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi kurang, disafagia
4. Gangguan rasa nyaman b.d proses penyakit
5. Hambatan komunikasi verbal b.d cedera pita suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan
6. Resiko infeksi b.d port de entry kuman
IV. INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
1
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas b.d produksi mucus yang
NOC
Respiratory status :
NIC
Airway management: Buka jalan napas, gunakan
teknik chin lift atau jaw
berlebihan Defenisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstuksi dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan napas Batasan karakteristik: Tidak ada batuk Suara napas tambahan Perubahan frekwensi napas Perubahan irama Napas Sianosis Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara Dipsneu
Sputum dalam jumlah yang berlebihan Batuk yang tidak
efektif Orthopneu Gelisah
Mata terbuka lebar Faktor yang
berhubungan:
Obstruksi jalan napas - Spasma jalan napas -Materi asing dalam jalan
napas
Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Kriteria Hasil:
Menunjukan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama napas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal) Mampu mengidentifikasikan
dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan napas
thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Identifikasi pasien perluna
pemasangan alatjalan napas buatan
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan Monitor respirasi dan status
O2
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Defenisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic Batasan karakteristik: Nyeri abdomen Kurang makan Ketidakmampuan memakan makanan Berat badan 20 %
atau lebih dibawah berat badan ideal Kurang minat pada
makanan Factor yang berhubungan: Factor biologis Ketidakmampuan menelan makanan Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien NOC
Nitrition Status : food and fluid intake
Weight control Kriteria hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Menunjukan peningkatan fungi pengecapan dari menelan Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
NIC
Nutrition management: - Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien - Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe - Berikan makanan yang terpilih
(sudah dikonsultasi dengan ahli gizi)
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring:
- BB paien dalam batas normal - Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
- Monitor mual muntah
3
Gangguan rasa nyaman Definisi :
Merasa kurang senang,lega dan
sempurna dalam dimensi fisik, psikospritual, lingkungan dan sosial Batasan Karakteristik : Ansietas
Menangis
Gangguan pola tidur Takut
NOC Ansiety
Sleep deprivation Comfort, readines for
enchanced Kriteria hasil :
Mampu mengontrol kecemasan Status lingkungan yang
nyaman
Mengontrol nyeri
NIC
Anxiety Reductrion (penurunan kecemasan) - Gunakan pendekatan yang
menenangkan
- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien - Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama prosedur
- Pahami perspektif pasien
Ketidakmampuan untuk rileks Iritabilitas Merintih Melaporkan merasa panas Melaporkan perasaan tidak nyaman Melaporkan gejala distress Melaporkan kurang puas dengan keadaan Melaporkan kurang
senang dengan situasi tersebut Gelisah Berkeluh kesah Faktor yang berhubungan : Gejala terkait penyakit
Sumber yang tidak adekuat
Kurang pengendalian lingkungan
Kurarng privasi
Kualitas tidur dan istirahat adekuat
Agresi pengendalian diri Respon terhadap pengobatan Control gejala
Status kenyamanan meningkat Dapat mengontrol ketakutan Support social
terhadap situasi stres
- Temani pasien untuk menemani anak
- Lakukan back/ nek rub - Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan - Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan , persepsi - Insteuksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi - Berikan obat untuk mengurangi
Pathway Askep
LP dan ASKEP Gondok Page 22
Masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi, Kehamilan, laktasi, menopause, infeksi, stress
Nyeri Saraf laringeal/nervusrecurrent teramputasiResti gangguankomunikasi Resti infeksi Nodularitas kelenjar tyroid Sirkulasi darah Bersihan jalan napas tidak Iskemia
Degenerasi kelenjar tyroid (fbrosis, nekrosis, kalsifkasi, pembentukan kista, perdarahan)
Obstruksi pada trakea Strumektomi/tiroidektomiHipokalsemiaResiko
cidera/tetani Terputusnya kontinuitas
jaringan
Kebutuhan tiroksin Hiperplasi dan involusi
BAB III PENUTUP I. Kesimpulan
Goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid sebagai akibat pertambahan ukuran sel atau jaringan.
Berbagai faktor sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid diantaranya seperti defisiensi yodium, goitrogenik glikosida agent yang merupakan zat atau bahan yang dapat mensekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali,peradangan dan tumor/neoplasma.
Pencegahan Goiter dapat diberikan senyawa yodida di kawasan yang kandungan yodiumnya buruk.
Penatalaksanaan : menekan kelenjar hipofisis untuk menstimulasi tiroid diberi preparat yodium, seperti larutan jenuh kalium yodida dan dilakukan tindakan operatif. II. Saran
Perawat harus bisa memahami bagaimana cara menangani klien dengan penyakit goiter, dan melakukan pengkajian.
2. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa harus bisa mengetahui konsep dasar penyakit goiter dan asuhan keperawatan untuk menangani dan mencegah.
3. Masyarakat
Agar masyarakat bisa memahami gejala dan pencegahan pada penyakit goiter. 4. Rumah sakit
Rumah sakit harus bisa melengkapi peralatan dan memenuhi kebutuhan klien khusus dengan penyakit goiter
DAFTAR PUSATAKA
http://www.academia.edu/8945695/Asuhan_keperawatan_pada_pasien_Goiter http://dr-medical.blogspot.co.id/2008/12/struma-gondok.html
http://pantrisater.blogspot.co.id/2013/01/asuhan-keperawatan-goitergondok.html http://yancenk.blogspot.co.id/2012/03/askep-goiter.html